Penyusun:
1. Mochammad Royhan Maulana
2. Hasanah Lillah Mudawwamah
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Kata kunci: Pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai dari kajian
tentang “Sejarah Perkembangan Ilmu Qiro’at” yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami kajian tentang
Sejarah Ilmu Qiro’at.
2. Mahasiswa memiliki keterampilan kerja
menerapkan konsep tentang Ilmu Qiro’at.
3. Mahasiswa memiliki sikap berupa rasa percaya diri
dan dapat mengamalkan ilmu yang didapat dalam
kehidupan sehari-hari.
1
C. MATERI PEMBELAJARAN TENTANG SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU QIRO’AT.
2
memang mulai di turunkan di Makkah bersamaan dengan
turunnya al-Qur’an, akan tetapi ketika di Makkah qira’at belum
begitu di butuhkan karena belum adanya perbedaan dialek, hanya
memakai satu lahjah yaitu Quraisy. Qira’at mulai di pakai setelah
Nabi Muhammad di Madinah, dimana mulai banyak orang yang
masuk Islam dari berbagai qabilah yang bermacam-macam dan
dialek yang berbeda.1
Terlepas dari perbedaan di atas, pembahasan tentang masa
kodifikasi ilmu qira’at berarti membahas sejarah perjalanan ilmu
qira’at. Perjalanan sejarah ilmu qira’at terbagi atas beberapa fase,
yaitu:
1. Pada Masa Rasulullah dan Sahabat
Periode pertama ini ialah periode perkembangan qira’at.
Orisinilitas Al-qur’an yang sangat terjaga tidak lepas dari proses
turunnya Al-qur’an yang secara gradual bukan langsung
keseluruhannya sehingga mempermudah umat dalam memahami
dan menghafalkannya. Secara talaqi Rasulullah mendapatkan
wahyu dari Jibril, begitu pula Rasul menyampaikannya kepada
para sahabat yang di hafal dengat sangat cermat dan sempurna,
apalagi dengan garansi dari Allah yang akan menjaga Al-qur’an
sendiri. Dan dalam masa penurunan al-Qur’an ini meski
disandarkan pada hafalan yang kuat milik Rasul dan sahabatnya,
selain para sahabat terkadang menuliskan hafalannya pada daun
atau pelepah dan lainnya, Rasul juga menunjuk beberapa sahabat
yang dapat membaca dan menulis untuk menjadi sekretaris
4
Hadits di atas menjelaskan bahwa turunnya Al-Qur’an
dengan tujuh huruf tersebut merupakan sebuah kemudahan dari
Allah, dan di harapkan dapat menampung ragam bacaan kabilah-
kabilah bangsa Arab. Para ulama’ berbeda pendapat dalam
menjelaskan makna tujuh huruf tersebut. Menurut imam As-
Suyuthi makna tersebut tidak kurang dari 40
2
penafsiran Diantaranya adalah Tujuh Bahasa dari Bahasa-bahasa
yang terkenal di kalangan bangsa Arab, yaitu Bahasa Quraisy,
Huzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanat, Tamim, dan Bahasa Yaman 3.
Dengan adanya ragam huruf yang di turunkan tersebut hal
itu sangat membantu kabilah bangsa Arab. akhirnya setiap kaum
atau kabilah diizinkan untuk menggunakan bacaan yang menurut
mereka mudah sebagaimana yang telah mereka gunakan seperti
biasanya, baik dari segi idhar, idhghom, imalah, isymam, hamzah,
mad,dan lainnya. Dan keseluruhan ini sanadnya disandarkan pada
nabi Muhammad dan telah dikumpulkan oleh Utsman dalam
sebuah mushaf. Maka pada dasarnya ilmu qira’ah ini sudah ada
sejak zaman Rasulullah, hanya saja terbatas pada para sahabat
yang menekuni bacaan tersebut mempelajarinya hingga
mengajarkannya. Dengan keingintahuan sahabat akan ayat yang
turun selanjutnya mereka menghafalkannya hingga
membacakannya di hadapan Nabi untuk disimak.
Beranjak ke dalam perkembangan qiro’at pada masa
sahabat ini tidak bisa lepas dari awal pengumpulan al-qur’an
2
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Jilid I (Jakarta: Institut PTIQ dan
Institut IlmuAl-Qur’an ( IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press, 2005) hal. 3.
3
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Aunur Rafiq
El-Mazni, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006) hal 197.
5
untuk dkumpulkan dan dibukukan dalam sebuah mushaf pada
zaman Abu Bakar dan Utsman. Setelah rasulullah wafat, banyak
orang munafik yang mengaku sebagai nabi palsu sehingga Abu
Bakar memerangi para nabi palsu dan orang-orang yang murtad,
sehingga terjadilah perang yang disebut perang yamamah yang
menyebabkan banyak para penghafal Al-quran yang berguguran
di medan perang, yaitu sekitar 70 sahabat penghafal Al-Qur’an
yang telah gugur. Setelah kejadian tersebut Umar bin Khattab
mempunyai keinginan untuk mengkodifikasi Al-qur’an didalam
satu mushaf demi menjaga supaya tidak hilang bersama gugurnya
para penghafal quran. Namun hal ini belum disetujui oleh Khalifah
Abu Bakar pada saat itu, karena merasa itu tidak diajarkan oleh
Rasul, tetapi Umar bin Khattab pun menjelaskan tujuan
keinginannya ialah agar terjaga kemurnian Al-quran, sehingga
Allah pun membukakan hatinya, bahwa hal ini merupakan pilihan
terbaik. Kemudian dimulailah pengumpulan ayat Al-qur’an ini
dengan menjadikan Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin. Karena ia
juga pernah menjadi sekretaris wahyu Rasulullah, dan termasuk
memiliki hafalan yang kuat dan dibantu oleh bebrapa sahabat
lainnya seperti; Ubay bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud, Utsman, ‘Ali,
Thalhah, Huzaifah al-Yaman dan sahabat lainnya.
Dengan proses yang ketat dan cermat akhirnya
tersusunlah al-qur’an yang mencakup semua jenis qiroat.
Kemudian Al-quran tersebut disimpan dikediaman Abu Bakar
hingga beliau wafat. Setelah Abu Bakar wafat, Al-qur’an tersebut
dijaga oleh Umar bin Khattab. Di masa Umar, mushaf itu di
perintahkan untuk disalin ke dalam lembaran (shahifah). Umar
6
tidak mengganti lagi shahifah itu, karena memang hanya utnuk
dijadikan sebagai naskah orisinal, bukan sebagai bahan hafalan.
Setelah itu, mushaf di serahkan kepada Hafshah, istri Rasulullah.
Pada saat itu semua memahami perbedaaan pada qiro’at
Al-qur’an karena mereka meyakini bahwa semua bersumber dari
Rasulullah. Namun, tidak dapat dipungkiri bagi sebagian umat
muslim yang tidak hidup pada zaman Rasululah mulai merasa
terusik jiwanya dengan perbedaan qiroat tersebut. Kondisi pun
mulai parah ketika mereka mulai memperdebatkan dan saling
menyalahkan. Kejadian ini memicu khalifah Utsman untuk
membuat satu mushaf yang akan menjadi rujukan utama kaum
muslim. Dan mushaf ini akan mereprentasikan perbedaan qiro’at.
Sehinga mushaf ini akan berbeda dengan mushaf Abu Bakar yang
mencakup keseluruhan qiro’at. Kemudian dibentuklah sebuah tim
yang akan menyusun mushaf yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Said bin Al-ash dan Abdurrahm bin Al-harits. Dengan
meminjam mushaf pada masa Abu Bakar kepada Hafshah putri
Umar untuk dijadikan sebagai panduan dalam pembukuan Al-
quran. Kemudian telah disepakati mushaf akan ditulis dalam
bahasa pertama kali turunnya Al-quran yaitu bahasa Quraisy,
selama tidak ada perbedaan presepsi antar anggota tim. 4
Pembukuan Al-qur’an ini pun menghasilkan beberapa
mushaf yang dinamai sebagai mushaf utsmani. Jika mushaf Abu
Bakar mencakup seluruh Qiro’at, berbeda dengan mushaf
utsmani yang hanya mencakup satu wajah qiroat saja. Dengan
adanya mushaf ini, diharapkan tidak ada peselisihan lagi didalam
4
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira‟at al-Qur‟an di Nusantara, hal. 51
7
masalah perbedaan Qiro’at apalagi sampai saling mengkafirkan
satu sama lain. Mushaf Utsmani tersebut di tulis menjadi lima
eksemplar, meskipun ada yang menyebutkan tujuh eksemplar.
Khalifah Utsman mengirim mushaf-mushaf tersebut beserta guru
ahli qira’at Al-Qur’an. Diantara kota yang menerima mushaf
tersebut adalah; Makkah sebagai arsip negara, Syam (Damaskus)
beserta al-Mughirah bin Abi Syihab, Basrah beserta ‘Amir bin ‘Abd
al-Qais, Kufah beserta Abu ‘Abdirrahman al-Sulami dan Madinah
dengan Zaid bin Tsabit. Pendistribusian mushaf ke banyak
kawasan inilah yang menjadi faktor utama terbentuknya
madzhab-madzhab qiro’at di beberapa kawasan Islam. Dan
menjadi cikal bakal lahirnya imam qiro’at yang dipopulerkan oleh
Ibnu Mujahid sebagai imam qiro’aat sab’ah.
5
Nabil bin Muhammad Ibrahim, Ilm al-Qira’at: Nasy’atuhu, Athwaruhu,
Atsaruhu Fi al-Ulum asySyar’iyah, hal 99
8
kitab ini, Abu ‘Ubaid mengangkat qira’at yang diriwayatkan oleh
25 imam termasuk di dalamnya imam qira’at tujuh. 6
Namun ada juga sebagian ulama yang yang menyatakan
bahwa orang yang diduga pertama kali membukukan qira’at
adalah Yahya bin Ya’mar (W. 90 H) salah seorang murid Abu
Aswad ad-Du’ali, namun dalam karyanya tidak menghimpun
macam-macam perbedaan bacaan dan lebih fokus pada
pemberian harakat. Sejak saat itu, ilmu qira’at terus mengalami
perkembangan menyusul berikutnya adalah Abdullah bin ‘Amir
(W. 118 H), Aban bin Tsaghlab (W. 141 H), Abu ‘Amr (W. 156 H),
Hamzah azZayyat (W. 156 H) dan lain sebagainya. 7 Ulama lainnya
yang mulai menjadikan qira’at sebagai cabang tersendiri dalam
‘ulum al-Qur’an di antaranya adalah Abu Syamah ad-Dimasyqi (W.
665 H).
Pada abad kedua hijriyah, lahirlah ahli-ahli qira’at
bimbingan shahabat, di antaranya Abu Ja’far Yazid bin Qa’qa’ (W.
130 H), Nafi’ bin Abdurahman (W. 169 H) - qurra’ wilayah
Madinah-, Ibn Katsir ad-Dary (W. 120 H), Humaid bin Qais al-A’raj
(W. 123 H) –qurra’ wilayah Mekah-, Abdullah alYahshubi atau Ibn
‘Amir (W. 118 H) –qari’ dari Syam-, Abu ‘Amr (W. 154 H) –qari’ dari
Bashrah-, ‘Ashim al-Jahdari (W. 128 H), ‘Ashim bin Abi an-Najud
(W. 127 H), Hamzah bin Hubaib Az-Zayyat (W. 188 H), Sulaiman al-
Masy (W. 119 H) –qurra’ dari Kufah-. Di masa tabi’in inilah masa
keemasan dan kematangan disiplin ilmu qira’at berlangsung.
6
Subhi ash-Shalih, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi Li al-
Malayin, T.th), hal 103
7
Nabil bin Muhammad Ibrahim, Ilm al-Qira’at: Nasy’atuhu, Athwaruhu,
Atsaruhu Fi al-Ulum asySyar’iyah, hal 99-103
9
Antusias masyarakat dalam mengkaji ilmu ini sangat besar hingga
muncul ide dari Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam (W. 224 H) untuk
menulis sebuah buku yang berjudul “al-Qira’at”. Dalam karyanya
ini, ia mengangkat 25 qira’at, termasuk di dalamnya imam qira’at
sab’ah.
Karya ini semakin mempertegas lahirnya disiplin ilmu
qira’at. Usaha untuk menyusun kitab qira’at pun ditindaklanjuti
oleh Ahmad bin Jubair al-Kufi (W. 258 H) dengan menulis kitab “al-
Qira’at al-Khamsah”, Isma’il bin Ishaq al-Maliki (W. 282 H) dengan
menyusun kitab qira’at yang mengangkat 20 qira’at, termasuk di
dalamnya imam qira’at sab’ah, ath-Thabari (W. 310 H) menyusun
karya yang diberi nama “al-Jami’” dengan mengangkat kurang
lebih 20 qira’at, Abu Bakar ad-Dajuni (W. 324 H) menyusun kitab
qira’at dengan memasukkan Abu Ja’far (salah satu imam qira’at
sepuluh) dan Ibn Mujahid (W. 324 H) mengarang buku berjudul
“Kitab as-Sab’ah Fi al-Qira’at” yang mengangkat nama imam-
imam qira’at tujuh.8
8
Lihat Romlah Widayati, DKK, Serial Qira’at: Buku 1 Modul Pembelajaran
Ilmu Qira’at, hal 26-27
10
5. Dari Kufah: terpilih tiga imam, Ashim bin Abi al-Najud (w.
127 H)
6. Dari Kufah: Hamzah bin Habib al-Zayat (w. 156 H)
7. Dari Kufah: Ali bin Hamzah al-Kisa’i (w. 198 H) 9
9
Lihat Romlah Widayati, DKK, Serial Qira’at: Buku 1 Modul Pembelajaran
Ilmu Qira’at, hal 26-27
10
Ilmu Qira’At Al-Qur'an: Sebuah Pengantar Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-
Qur‟an dan Hadis Vol. 3, Hal. 6 M. hidayat N,
11
Qur’an Riwayat dari Imam ‘Ashim ini. Disusul oleh Riwayat
yang berbeda, yaitu mushaf Al-Qur’am dengan Riwayat Warsy
dari Imam Nafi’ yang dicetak di percetakan Al-Qur’an Raja
Fahd bin Abdul Aziz di kota Madinah, Maroko, Qatar, juga
Suriah. Sedangkan Qira’at Imam Nafi’ Riwayat Qalun dicetak
di Tunisia, Libya, dan Al Jazair. Selanjutnya di Madinah al-
Munawarah dan sudan, dicetak mushaf alquran Riwayat al-
Duri.
Mushaf-mushaf dengan berbeda Riwayat ini mempunyai
perbedaan ringan dari segi tulisan serta harakat sesuai
Riwayatnya. Bahkan untuk mencegah keraguan dan dugaan
kesalahan penulisan oleh pembaca Al-Qur’an, maka pihak
percetakan menuliskan jenis qira’at maupun Riwayat pada
kedua belah sisi sampul.
b) Kaset Rekaman
Islam memanfaatkan teknologi informasi yang semakin
canggih ini untuk kemajuan da’wah Islamiyah, salah satunya
adalah dengan rekaman dalam bentuk kaset-kaset Al-Qur’an
yang memuat suara para qari dengan berbagai macam qira’at.
Rekaman Al-Qur’an Riwayat Imam Hafsh sudah banyak
direkam oleh ratusan qari’. Sedangkan Riwayat Warsy
direkam oleh syaikh Mahmud Khalil al-Hushari dan beberapa
qari lainnya. Lalu Riwayat Qalun Muhammad Busininah dan
suara Syaikh Ali bin Abdurrahman al-Huzaifi. Sedangkan
riwayat al-Duri direkam dengan suara Ali bin Abdurrahman al-
Huzaifi dan Mahmud Khalil al-Hushari.
Bacaan Al-Qur’an qira’at sab’ah pun direkam dalam
bentuk CD dan aplikasi komputer lainnya dengan suara Syaikh
Ibrahim al Jarmi, serta diterbitkannya ensiklopedi dalam ilmu
Tajwid berdasarkan qira’at Imam ‘Ashim riwayat Hafsh
12
thariqah Syatibiyyah yang ditulis oleh Dr. Muhammad Khalid
Manshur. Fakultas Ilmu Al-Qur’an di Universitas Madinah.
Beliau juga dengan memakai metode pengajaran yang baik
telah menyusun ensiklopedi qira’at sepuluh yang direkam
dalam bentuk kaset .
D. RANGKUMAN
Qiro’at hakikatnya telah ditemukan pada masa Rasulullah
namun hanya sebatas para sahabat yang menekuni dan
mempelajarinya juga mengajari beberapa orang (dr) yang
berminat untuk belajar padanya. Dan pada masa sahabat,
sepeninggal Rasulullah khalifah Abu Bakar mengkodifikasikan al-
Qur’an dengan menyertakan seluruh bacaan qiro’at didalamnya.
Namun di masa setelahnya para muslimin banyak yang berdebat
tentang ikhtilaf qiro’at dan saat keadaan mulai memburuk maka
khalifah Utsman ingin membuat satu mushaf yang hanya
Khairunnas Jamal & Afriadi Putra, Pengantar Ilmu Qira’at, Kalimedia, hal. 11
37-42
14
mencantumkan satu qiro’at saja supaya tidak lagi terjadi
perselisihan. Dan pendistribusian mushaf ini menyertakan para
qori yang kompeten bacaan pada mushafnya, yang disebarkan ke
beberapa distrik islam. Dan pada abad ke-2 qiro’at mulai menjadi
sebuah disiplin ilmu karena banyak peminat yang ingin
mempelajarinya. Hingga pada abad ke-3 pengkodifikasian ilmu
qiroat dimulai oleh Abu Ubaid Al-qasim bin Sallam (224 H) yang
menghimpun qiro’at dari 25 orang perawi ini dalam sebuah buku
yang berjudul Al-qiro’at. Dan selanjutnya muncul seorang tokoh
yang mempelopori imam qiro’at menjadi tujuh orang, ia adalah
Ibnu Mujahid yang menyederhanakan imam qiro’at dan
menulisnya dalam sebuah buku al-Sab’ah. Kemudian setelah itu
banyak ulama yang memberikan pendapat lain sehingga dapat
kita temukan qiro’at khamsah, qiro’at asyr dan lain sebagainya.
No Soal Jawaban
a B c d e
1 Siapakah penulis kitab Abdul Imam Imam Abu Al-duri
al-Budur al-Zahirah fi fatah al- Ashim Abu Al-
Qira’at al-Asyr al- Qodi Dawud harits
Mutawatirah:
2 Qiro’ah sab’ah menjadi Nafi’ ibn Ibn Ashikm Ibn Ibn Katsir
15
masyhur dipermulaan Nu’aim Amir Al- Mujahi
abad kedua Hijriah dan Khufy d
terus berkembang di
abad ketiga hijriah.
Siapakah yang
membukukan qira’ah
sab’ah tersebut?
3 Siapa pemberi tanda Ibnu Abu Abu Ibnu Imam
baca pada Al-Qur’an Katsir Aswad Huraira Mujta Nafi’
saat periode Ad- h hid
pembukuan Al-Qur’an? Duali
4 Ketika menyebarnya Hamzah Ya’kub Nafi’ ibn Abu Ibnu Amir
umat Islam ke kota- Nu’aim Amr
kota besar, maka
mereka membaca al-
Quran menurut bacaan
masing-masing imam
mereka, yang tentu
saja terdapat
perbedaan antara satu
dengan yang lain. oleh
karna itu orang-orang
madinah mengikuti
bacaan imam?
5 Siapakah imam Abu Ibnu Ibnu Ibnu Hamzah
pertama yang `Ubaid Al- Katsir Amr
menuliskan ilmu Qiro’at Al jazari
16
dengan menghimpun Qasim
Qiro’at dari 25 orang bin
perawi? Salam
6 Berapakah sahabat 68 70 71 77 80
yang gugur dalam
perang yamamah?
7 Seorang ulama yang Al- al- Al- Taisir Al- An-nasyr
bernama Abu Ubaid Al- Qiro’at Sab’ah Umm Fi Qiro’at
qasim bin Sallam Al-Asyr
mengkodifikasikan ilmu
Qiro’at dengan
menghimpun qira’at
dari 25 orang perawi
dalam bukunya yang
berjudul?
8 Lembaga ini berdiri Kulliyah Kuliah Ma’had Jam’iy Al-
pada tahun 1994 Al- tinggi Al- ah Al- jam’iyah
setingkat strata satu Quran di Qiroah Quran al-
dan memberikan ijazah di yaman dan muhafza
bersanad terhadap madina ilmu- h
mata kuliah Al-Quran . h ilmu
Lembaga tersebut keisla
ialah… man
9 Pada masa Abu Bakar Perang Peran Perang Peran Perang
terjadi perang yang Yamam g Uhud g Waddan
menyebabkan ah Khand Badar
banyaknya penghafal aq
17
Al-quran yang
berguguran. Perang
apakah itu?
10 Siapa yang pertama kali Abu Utsma Ali bin Zain Umar bin
mengusulkan tentang Bakar n bin Abi bin Khattab
pengumpulan atau Ash- Affan Thalib Harits
pembukuan Al-quran shiddiq
F. REFERENSI
18
Anwar,Rusydie, S. Thi, Pengantar Ulumul Qur‟an dan Ulumul
Hadits, (jogja: penerbit Diva, Cet. Pertama)
Assulaimani, Abdullah bin Hamid bin Ahmad,Mushtalah al-Isyarat fi
Qira’ati al-Zawaid al-Marwiyah An Tsiqat, (Disertasi)
Djunaedi, Wawan, Sejarah Qira’at al-Qur’an di Nusantara, (Jakarta:
Pustaka STAINU cet. Kedua 2008)
Zarkasy, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo: Dar at-Turats)
Mustopa Zainal. 2015. Perkembangan Ilmu Qira’at. Makalah.
Furqoniyah, Qurota a’yun. “Sejarah Ilmu Qira’at”,
https://www.academia.edu/29489870/Sejarah_Ilm
u_Qira’at , diakses pada tanggal 28 Mei 2022 pukul
14.35
19
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Jilid I (Jakarta: Institut PTIQ
dan Institut IlmuAl-Qur’an ( IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press,
2005) hal. 3.
20