Anda di halaman 1dari 5

Al-Qur`an (Pendekatan Sejarah dan Filologi)

Muhamad Alpin1), Muhammad Ali Fikri2), Muhammad Farhan Saeful Millah3),


Ridho Azkaning Syihab4), Siti Syifa Nurlaila 5)
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia, kode pos 40614
1)
Email: muhammadalpin540@gmail.com
2)
Email: alypiqry21@gmail.com
3)
Email: mfarhansm03@gmail.com
4)
Email: ridhoazkaningsyihab@gmail.com
5)
Email: ssyifanurlaila@gmail.com

PENDAHULUAN
Abstracs: This article aims to explore the history of the collection of the Qur'an and the
meaning of the Qur'an with a historical and philological approach. Al-Qur'an is the main
source and source of knowledge. This journal was created to find out how the collection of the
Qur'an from the time of the Prophet to the time of Caliph Uthman bin Affan, what are the
methods of interpreting the Qur'an. At the time of the companions, there were some of them who
always adhered to memorization, they liked to make the memorization a pseudo-note that could
be opened at any time, such as memorizing genealogies, memorizing poetry and memorizing the
Koran. then the Prophet Muhammad. ordered his companions to write down the Koran when it
had been memorized.
Keywords: Al-Qur'an, Rasulullah, Philology, Method of Tafsir

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelusuri sejarah pengumpulan Al-Qur’an dan
pengertian Al-Qur’an dengan pendekatan sejarah dan filologi. Al-Qur’an merupakan sumber
yang utama dan sumber pengetahuan. Jurnal ini dibuat untuk mengetahui bagaimana
pengumpulan Al-Qur’an dari masa Rasulullah sampai dengan masa Khalifah Utsman bin Affan,
apa saja metode penafsiran Al-Qur’an. Pada masa sahabat, ada sebagian dari mereka yang selalu
berpegang pada hafalan, mereka suka menjadikan hafalan itu sebagai catatan semu yang bisa
dibuka sewaktu-waktu, seperti menghafal silsilah, menghafal sya’ir dan menghafal al-Quran.
lalu Nabi Muhammad Saw. menyuruh para sahabat untuk menulis al-Quran ketika sudah
dihafalnya.
Kata kunci: Al-Qur’an, Rasulullah, Filologi, Metode Tafsir

PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw melalui
perantara malaikat Jibril. Pada masa sahabat, ada sebagian dari mereka yang selalu berpegang
pada hafalan, lalu Nabi Muhammad Saw. menyuruh para sahabat untuk menulis al-Quran ketika
sudah dihafalnya.
Lalu dalam pembahasan filologi, pada perkembangan terakhir, filologi menitik beratkan
pengkajiannya pada perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai suatu penciptaan dan
melihat perbedaan-perbedaan itu sebagai alternatif yang positif. Obyek kajian filologi adalah
teks, sedang sasaran kerjanya berupa naskah. Naskah merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan peninggalan tulisan masa lampau, dan teks merupakan kandungan yang
tersimpan dalam suatu naskah. Pendekatan filologi terhadap al-qur’an adalah metode tafsir yang
merupakan metode tertua dalam pengkajian agama.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya penelitian kepustakaan
(library rescarch) yaitu penelitian yang semua datanya dari bahan pustaka yang berkaitan
dengan Al-Qur`an (Pendekatan Sejarah dan Filologi) dengan menggunakan metode deskriptif-
analitik, adapun langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1
Al-Qur’an (Pendekatan Sejerah dan Filologi)

1. Sumber data
Dalam penelitian ini diambil dari buku, jurnal dan juga website yang berkaitan dengan
Al-Qur`an (Pendekatan Sejarah dan Filologi).
2. Pengumpulan data dan analisis data
Data yang ada penelitian atau kajian ini diperoleh melalui sumbernya dan dikumpulkan
dengan cara pengutipaan. Kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai dengan
permasalahan, kemudian data tersebut dianalisa sehingga menjadi suatu paparan yang
jelas sesuai dengan rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Setelah
diperoleh, kemudian data tersebut akan dibahas terlebih dahulu, kemudian
dikompromikan satu sama lain sehingga bisa dijadikan sebagai pemaparan yang jelas
dan mudah dipahami.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian
1. Al-Qur`an Pendekatan Sejarah
A.) Sejarah Kodifikasi Al-Quran
Al-Qur’an merupakan Firman Allah Swt., yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw., melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an dalam kehidupan umat
muslim memiliki peranan yang sangat penting yakni sebagai sumber pertama dan
yang utama bagi umat Islam.
Pada masa sahabat, ada sebagian dari mereka yang selalu berpegang pada hafalan,
mereka suka menjadikan hafalan itu sebagai catatan semu yang bisa dibuka sewaktu-
waktu, seperti menghafal silsilah, menghafal sya’ir dan menghafal al-Quran. Lalu
Nabi Muhammad Saw. menyuruh para sahabat untuk menulis al-Quran ketika sudah
dihafalnya. Karena disamping membantu para sahabat mudah dalam menghafalnya
dan untuk menjadikan al-Quan itu tidak hanya dalam bentuk hafalan, namun harus ada
dalam bentuk tulisan, serta dikhawatirkan terjadi sesuatu yang bisa merubahnya,
karena al-Quran adalah mu’jizat yang apabila dibacanya mendapatkan pahala dari-
Nya, maka harus sangat hati-hati sekali dalam menjaganya tetap utuh.
Pengumpulan Al-Quran (Jami al-Qur’an) oleh para ulama adalah salah satu
dari dua pengetian berikut: Pertama, Pengumpulan dalam arti hafazhahu
(menghafalnya dalam hati). Jumma al-Quran artinya huffazuhu (para penghafalnya,
yaitu orang-orang yang menghafalkannya di dalam hati). Kedua, pengumpulan dalam
arti Kitabuhu Kullihi (penulisan Al-Quran semuannya) baik dengan memisah-
misahkan ayat-ayat dan surat-suratnya, atau menertibkan ayat-ayatnya semata dan
setiap surat ditulis dalam satu lembaran yang terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat
dan surat-suratnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun
semua surat, sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.
B.) Pengumpulan Al-Quran pada Masa Rasulullah
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah
SAW, bahkan sejak Al-Quran diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW
membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk
mengajarkan al-Quran kepada mereka.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Quran pada masa Rasulullah SAW sudah banyak
sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Quran), baik hafal sebagian saja atau
seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa’ad, Huzaifah,
Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin
Abbas, Amr bin As, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti
Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka’b, Mu’az bin Jabal,
Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.

2
Muhamad Alpin, Muhammad Ali Fikri, Muhammad Farhan Saeful Millah,
Ridho Azkaning Syihab, Siti Syifa Nurlaila

Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin
Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’b, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin
Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.
C.) Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Abu Bakr
Khalifah Abu Bakar dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa besar berkenaan
dengan murtadnya sejumlah orang Arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan
dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang yang murtad itu. Peperangan
Yamamah pada tahun ke duabelas hijriyah melibatkan sejumlah besar sahabat yang
hafal Al-Quran. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari’ dari para sahabat gugur.
Melihat itu Umar bin Khaththab merasa sangat khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia
menghadap Abu Bakar dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan dan
membukukan Al-Quran karena khawatir akan musnah.
Akan tetapi, Abu Bakar menolak usulan ini dan keberatan melakukan apa yang
tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Namun Umar tetap membujuknya, sehingga
Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut. Kemudian
Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, karena Zaid adalah orang yang betul-betul
memiliki pembawaan/kemampuan yang tidak dimiliki oleh shahabat lainnya dalam hal
mengumpulkan Al-Quran, ia adalah orang yang hafal Al-Quran, ia seorang sekretaris
wahyu bagi Rasulullah SAW.
Disamping itu ia dikenal sebagai orang yang wara’ (bersih dari noda), sangat besar
tanggungjawabnya terhadap amanat, baik akhlaknya dan taat dalam agamanya. Lagi
pula ia dikenal sebagai orang yang tangkas. Zaid bin Tsabit bertindak sangat teliti dan
hati-hati dalam menulis Al-Quran. Baginya tidak cukup mengandalkan pada
hafalannya semata tanpa disertai dengan hafalan dan tulisan para sahabat.
Lembaran-lembaran Al-Quran yang dikumpulkan menjadi satu mushhaf pada
zaman Abu Bakar mempunyai beberapa segi kelebihan yang amat penting: 1).
Penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna, 2). Yang ditulis pada
mushhaf hanya ayat yang sudah jelas tidak di nasakh bacaannya, 3). Telah menjadi
ilma’ umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu adalah ayat-ayat Al-Quran, 4).
Mushhaf itu memiliki Qira’ah al-Sab’ah yang dinuqil secara shahih.
D.) Pengumpulan Al-Quran pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa khalifah Utsman bin Affan ra, beliau telah melaksanakan ketetapan
yang bijaksana. Beliau memilih empat orang tokoh handal dari sahabat pilihan untuk
menjadi panitia. Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘Ash
dan Abdurrahman bin Hisyam. Mereka dari suku Quraisy golongan Muhajirin, kecuali
Zaid, ia dari golongan Anshar. Usaha yang amat mulia ini berlangsung pada tahun 24
H. Tugas panitia ini ialah membukukan Al-Quran, yaitu menuliskan atau menyalin
kembali ayat-ayat Al-Quran itu dari lembaran-lembaran yang telah ditulis pada masa
Abu Bakar, sehingga menjadi mushhaf yang lebih sempurna yang akan dijadikan
standar bagi seluruh kaum muslimin sebagai sumber bacaan dan hafalan mereka.

2. Al-Qur’an Pendekatan Filologi


A.) Pengertian Filologi
Filologi adalah pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas yang mencakup
sastra bahasa dan kebudayaan. Maka filologi berguna untuk meneliti bahasa, meneliti
kajian linguistik, makna kata-kata dan penilaian terhadap ungkapan karya sastra.
Dengan demikian seorang filolog akan berurusan dengan kata-kata dari tulisan yang
ada dalam satu teks yang terkandung dalam satu naskah tulisan tangan. Maka yang
menjadi kajian objek filologi adalah naskah klasik yang ditulis tangan. Ada dua hal
pokok dalam kegiatan filologi, yaitu: penulisan atau penyalinan kembali terhadap teks
asli, dan pemahaman atau memahami teks yang ada.

3
Al-Qur’an (Pendekatan Sejerah dan Filologi)

Ada beberapa hal yang mungkin terjadi dalam filolog, yaitu kesalahan dan
perubahan. Kesalahan terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu: Kurang
memahami bahasa, kurang memahami pokok persoalan teks, tulisan yang kurang jelas
karena salah baca atau salah tulis. Perubahan dapat terjadi karena memang disengaja
oleh penyalin dengan anggapan ada ketidaktepatan dengan teks asli. Filologi memiliki
peran vital yang harus tetap dipertahankan dalam studi Islam, karena Islam memiliki
banyak bahan berupa dokumen-dokumen masa lampau dalam bidang sejarah, teologi,
hukum, tasawuf dan lain-lain. Metode filologi akan tetap relevan untuk studi Islam,
baik untuk masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang.
Pendekatan filologi dalam pengkajian Islam sudah dikenal cukup lama.
Pendekatan ini sangat populer bagi para pengkaji agama terutama ketika mengkaji
naskah-naskah kuno peninggalan masa lalu. Karena obyek dari pendekatan filologi ini
adalah warisan-warisan keagamaan, berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk
manuskrip. Naskah-naskah klasik itu meliputi berbagai disiplin ilmu; sejarah, teologi,
hukum, mistisme dan lain-lainnya yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa
dan belum dimanfaatkan di negara-negara muslim. Alat untuk mengetahui warisan-
warisan intelektual Islam itu adalah bahasa, seperti bahasa Arab, Persia, Turki dan
Urdu.
B.) Al-Quran dalam Pendekatan Filologi
Az-Zamakhsyari, sebagaimana dikutip Nabilah Lubis, mengungkapkan kegiatan
filologi sebagai tahqiq al-kutub. Secara bahasa, tahqiq berarti tashhih (membenarkan/
mengkoreksi) dan ihkam (meluruskan). Sedang secara istilah, tahqiq berarti
menjadikan teks yang ditahkik sesuai dengan harapan pengarangnya, baik bahasanya
maupun maknanya. Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa tahqiq bertujuan untuk
menghadirkan kembali teks yang bebas dari kesalahan-kesalahan dan sesuai dengan
harapan penulisnya. Tahqiq sebuah teks atau nash adalah melihat sejauh mana hakikat
yang sesungguhnya terkandung dalam teks tersebut.
Obyek kajian filologi adalah teks, sedang sasaran kerjanya berupa naskah. Naskah
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggalan tulisan masa
lampau, dan teks merupakan kandungan yang tersimpan dalam suatu naskah. ‘Naskah’
sering pula disebut dengan ‘manuskrip’ atau ‘kodeks’ yang berarti tulisan tangan.
Penelitian agama dengan menggunakan pendekatan filologi dapat dibagi dalam
tiga pendekatan. Perlu ditekankan di sini bahwa ketiga pendekatan dimaksudkan tidak
terpisah secara ekstrem, pendekatan-pendekatan bisa over lapping, saling melengkapi,
atau bahkan dalam sudut pandang tertentu sama. Ketiga pendekatan tersebut adalah
metode tafsir, content analysis dan hermeneutika.
Pendekatan filologi terhadap al-qur’an adalah metode tafsir yang merupakan
metode tertua dalam pengkajian agama. Sesuai dengan namanya, tafsir berarti
menjelaskan, pehaman, perincian atas kitab suci sehinggan isi pesan kitab suci dapat
di pahami sebagaimana yang di kehendaki oleh tuhan.
Adapun metode penafsiran yang berkembang dalam tradisi intelektual Islam dan
cukup popular adalah :
a.) Metode Tafsir Tahlil
Yaitu metode mentafsirkan qur’an dengan cara menguraikan secara detail kata
demi kata ,ayat demi ayat, surat demi surat dari awal hingga akhir.
b.) Metode Tafsir Ijmali
Yaitu mentafsirkan ayat-ayat dalam kitab suci dengan cara menunjukkan
kandungan makna kitab suci secara global dan penjelasannya pun biasanya secara
global pula.
c.) Metode Tafsir Muqaran
Yaitu dengan cara membandingkan ayat al-qur’an dengan ayat lainnya yang
memiliki kemiripan redaksi baik dalam kasus yang sama maupun yang beda atau bisa

4
Muhamad Alpin, Muhammad Ali Fikri, Muhammad Farhan Saeful Millah,
Ridho Azkaning Syihab, Siti Syifa Nurlaila

juga seperti qur’an dengan hadis, hadis dengan hadis atau dengan pendapat ulama
tafsir.

d.) Metode Tafsir Mawdzu


Yaitu di sebut juga tafsir tematik, mentafsirkan dengan cara menghimpun ayat al-
qur’an dari bebagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang di tetapkan
sebelumnya atau dengan cara mengangkat gagasan dasar al-qur’an yang merespon
tema-tema abadi yang menjadi keprihatinan manusia sepanjang sejarah.

KESIMPULAN
Setelah materi mengenai Al-Qur’an (pendekatan sejarah dan filologi) dipaparkan,
dapat kami simpulkan:
Al-Qur’an dalam pendekatan sejarah menjelaskan mengenai Nabi Muhammad
Saw. menyuruh para sahabat untuk menulis al-Quran ketika sudah dihafalnya. Karena
disamping membantu para sahabat mudah dalam menghafalnya dan untuk menjadikan al-
Quan itu ada tidak hanya dalam bentuk hafalan, namun harus ada dalam bentuk tulisan,
serta dikhawatirkan terjadi sesuatu yang bisa merubahnya, karena al-Quran adalah mu’jizat
yang apabila dibacanya mendapatkan pahala dari-Nya, maka harus sangat hati-hati sekali
dalam menjaganya tetap utuh. Adapun Al-Qur’an dalam pendekatan filologi adalah metode
tafsir yang merupakan metode tertua dalam pengkajian agama. Sesuai dengan namanya,
tafsir berarti menjelaskan, pehaman, perincian atas kitab suci sehinggan isi pesan kitab suci
dapat di pahami sebagaimana yang di kehendaki oleh tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

PENDEKATAN FILOLOGI DALAM STUDI ISLAM . Nanda Septiana, Moh. Zaiful


Rosyid. 2018. 2018, Jurnal Studi Islam, hal. 54-55.
STUDI AL-QURAN DAN AL-HADITS (Pendekatan Historis dan Filologi). H.
Dasmun, S.Ag, M.SI. 2015. 2015, Jurnal Risaalah, hal. 86-93.

Anda mungkin juga menyukai