Anda di halaman 1dari 2

Samsara

Kata “Samsara” merupakan suatu konsepsi teologis yang berasal dari ajaran Budha dan
Hindu. Ada tiga kerangka dalam ajaran Hindu yaitu, Tattwa, Susila dan Upacara. Sedangkan
di dalam ajaran Tattwa, ada lima kepercayaan salah satu diantaranya ialah Samsara. Secara
pengertian sederhana Samsara ialah siklus berulang atau kelahiran kembali dalam
kehidupan ini yang merupakan suatu penderitaan (Sengsara) karena manusia terus terjebak
pada roda Samsara sebagai buah konsekuensi atas perbuatan yang telah dilakukan selama
ini (Karma). Dengan terjebaknya dari kesalahan yang terus berulang bahkan kesenangan
berulang, menghasilkan kejemuan sebagai akar dari derita. Lupakan sejenak konsep teologis
itu dan mari kita Tarik ke ranah yang lebih luas dalam kehidupan yang real. Lalu apakah
kita akan selalu terjebak pada siklus tersebut dan jalan apa untuk bisa melepaskanya ?
Sebelum ke sana mari kita mengamati keadaan saat ini.
Kita melihat bersama fenomena fenomena saat ini, salah satunya Pandemi Virus yang
merebak hampir sebagian belahan bumi yang itu tidak terjadi saat ini saja melainkan pernah
terjadi sebelumnya seperti Wabah Black death, Flu Spanyol 1918 dan Flu Burung. Menurut
saya, itu terjadi karena ulah manusia sendiri dalam mengelola kehidupan dan alam. Dalam
buku Dead Epidemiologis, penyebab adanya pandemi saat ini ialah kegagalan ekosistem
ekologis diakibatkan oleh industrialis pertanian skala besar yang telah memakan lahan
hutan (Deforestasi), akibat perubahan fungsi ekologis tersebut hutan dan virus berevolusi
menjadi Fenotipe mematikan. Belum lagi dampak negatif lainya, salah satu faktornya ketika
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang berlandaskan keinginan tak terbatas
tidak lagi atas dasar kebutuhan yang menjelma menjadi masalah baru pada kehidupan
modern. Lagi lagi lumpur egoisme dan keserakahan manusia sendiri sarat akan sumber
utama ketidakseimbangan kehidupan. Padahal seharusnya kita menyadari manusia adalah
satu kesatuan padu dari lingkunganya (Alam Semesta) Pada dasar nya manusia harus
memiliki kesadaraan atas kehidupan yang utuh tidak terpisah-pisah atau tersegementasi.
Samsara atau proses siklus berulang bisa dikatakan karena manusia. Itu bisa jadi salah satu
contoh, karma yang dirasakan oleh manusia saat ini (Prarabdha Karma Phala).
Salah satu jalan yang ditawarkan oleh ajaran Hindu-Budha yaitu memiliki kesadaraan
atas Karma dan mencoba mencari kebahagiaan rohani melepaskan dari jeratan kemelekatan
sampai titik kekosongan, hening atau (Moksa,Nirvana). Yang melihat segala sesuatu
merupakan bagian dari Uneversalisme-Monoistik atau satu kesatuan yang mutlak. Didalam
ajaran Islam ada konsep Puasa yaitu menahan diri dari makan dan minum serta segala hal
yang membatalkanya hingga terbenamnya matahari. Lebih dari itu Puasa sebagai metode
penekanan diri dari Nafsu nerupakan langkah awal merasakan sungai penderitaan untuk
mengenal diri sampai pada samudera kebahagiaan rohani.
Bahkan lebih luasnya jika Puasa sebagai konsep kehidupan menahan segala sesuatu
dengan berdasarkan kebutuhan sebuah upaya pencapaian keselarasan,keserasian dan
keseimbangan hidup. Dengan memaknai penderitaan sementara (Temporal) dalam Puasa
merupakan satu kesatuan utuh menuju kebahagian rohani (Hakikat). Adapun di dalam
ajaran Nasrani, tertuang beberapa ayat yang bersentuhan ketika memaknai penderitaan
seperti termaktub pada (Korintus 4:17) “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini,
mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari
pada penderitaan kami.” Yang mana kandungan ayat tersebut menjadikan penderitaan saat
ini sebagai kausalitas dari kemuliaan kekal.
Mungkin demikian penjabaran mengenai penderitaan dari berbagai perspektif teologis
merupakan dasar pemicu kita yang tertuang di Muqodimah untuk diperbincangkan,
melingkarkan silaturahim di Majelis Masyarakat Maiyah yang akan di laksanakan pada
tanggal 30 Maret 2022 Pukul 20:00 WIB Bertempat di Ponpes At-Tammur.
Wassalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai