Inti utama dari buku ini adalah bahwa sikap dan perilaku manusia terhadap alam
semesta dan kehidupan di dalamnya atau yang kita sebut sebagai lingkungan
hidup sesungguhnya dipengaruhi oleh paradigma berpikir kita tentang hakikat
alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Persoalan tentang hakikat alam semesta
dan hakikat dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini pada dasarnya telah
mengalami perkembangan yang sangat menarik sejalan dengan perkembangan,
kemajuan, dan sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pada pembahasan pertama Bab I ini merupakan bab pengantar terhadap seluruh isi
buku ini tentang Filsafat Lingkungan Hidup. Sebagai pengantar, sedikit
banyaknya bab ini menyingkapkan apa yang menjadi isi buku ini. Persisnya, buku
ini berbicara tentang lingkungan hidup secara filosofis, dari perspektif filsafat,
atau berfilsafat tentang lingkungan hidup.
Berlanjut pada Bab III membahas tentang bagaimana alam semesta dianggap
mempunyai nilai intrinsik yang lebih luas daripada sekadar nilai instrumentalistis
ekonomis bagi kepentingan manusia sebagaimana yang menjadi pemahaman
antroposentrisme. Manusia dengan demikian, dianggap hanya salah satu bagian
dari keseluruhan alam semesta. Alam semesta dianggap bernilai, pertama-tama
karena ada kehidupan yang bernilai pada dirinya sendiri yang melekat pada alam
semesta itu sendiri. Alam semesta adalah sebuah kehidupan, berisikan berbagai
kehidupan, memberi kehidupan dan menunjang kehidupan, termasuk kehidupan
manusia.
Berlanjut pada Bab V ini mencoba menawarkan sebuah pola hidup baru yang
sejalan dengan pemikiran sistem tadi yang sekaligus kiranya bisa berfun i untuk
ikut mengatasi berbagai krisis dan bencana lingkungan hidup dewasa ini. Inti dari
tawaran solusi ini adalah membangun sebuah masyarakat berkelanjutan, baik pada
tingkat global, nasional ataupun tingkat da erah. Sebuah masyarakat berkelanjutan
yang membangun dan menata hidupnya secara bersama dengan bertumpu pada
kesadaran tentang pen tingnya lingkungan hidup.
Berlanjut pada Bab VI mencoba mengajukan sebuah model lain lagi dari mimpi
yang sama untuk membangun masyarakatberkelanjutan. Sebuah model yang bisa
diterapkan secara paralel dengan apa yang dimimpikan Capra. Sebuah model
masyarakat berkelanjutan yang juga sama-sama diinspirasi dan didasarkan pada
paradigma sistemik tentang alam semesta sebagai sebuah sistem kehidupan.
Model masyarakat berkelanjutan ini di dasarkan pada filsafat bioregionalisme
yang pada intinya menekankan pengembangan dan pembangunan ekonorni
berdasarkan kondisi alam setempat. Sebuah model yang ingin menyatukan
kembali ekonomi dan ekologi, karena kesadaran bahwa baik ekonomi dan ekologi
sarna-sama sesungguhnya berurusan dengan rumah tangga (oikos), alam, tempat
tinggal, habitat kehidupan. Dengan model ini kita diingatkan bahwa ada kesalahan
pemaharnan paradigmatik yang sudah sangat lama terjadi sepanjang
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dan ekologi.
Berlanjut pada Bab VII, dalam bab ini akan dilakukan sebuah telaah kritsi atas
seluruh kemajuan dan penerapan rekayasa genetika dalam kerangka perlindungan
lingkungan hidup, sekaligus kehidupan yangada di dalamnya. Posisi dasar yang
ditawarkan adalah posisi eris berupa sikap hati-hati secara kritis untuk tidak secara
gegabah menerima keftajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti halnya
rekayasa genetika sebagai sebuah keniscayaan sejarah justru karena banyaknya
tantangan dan perftasalahan lingkungan hidup dan permasalahan etis-filosofis
yang menyertainya.