Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku: Filsafat Lingkungan Hidup

Penulis: Dr. A Sonny Keraf


Penerbit: PT Kanisius
Tahun terbit: 2014
Tebal: 224.hlm

Buku Filsafat Lingkungan Hid.up ini merupakan kelanjutan dari logika


berpikir yang sama, dengan melanjutkan secara khusus telaah dari Bab XI "Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Lingkungan Hidup," dari buku Etika Lingkungan
Hidup tersebut. Telaah dan seluruh pembahasan dalam buku Filsafat Lingkungan
Hidup ini diinspirasi oleh dan hampir seluruhnya didasarkan pada filsafat
FritjofCapra, seorang ahli fisika dan filsuf lingkungan hidup yang memandang
alam semesta sebagai sebuah sistem kehidupan yang utuh. , buku Filsafat
Lingkungan Hidup berupaya mem bongkar perkembangan filsafat itu sendiri - dan
khususnya dalam kaitan dengan itu, perkembangan ilmu pengetahuan - yang
berkairan dengan pemahaman tentang hakikat alam semesta dan kehidupan di
dalamnya. Dalam membongkar perkembangan filsafar (ilmu pengetahuan)
rersebur, buku ini membuka mara kita bahwa ada kesalahan paradigmatik dalam
filsafat dan ilmu pengetahuan yang salah memahami hakikat alam semesra dan
hakikat kehidupan yang ada di dalarnya, dan itu yang menjadi sebab lain lagi
segala krisis dan bencana lingkungan hidup global saat ini.

Inti utama dari buku ini adalah bahwa sikap dan perilaku manusia terhadap alam
semesta dan kehidupan di dalamnya atau yang kita sebut sebagai lingkungan
hidup sesungguhnya dipengaruhi oleh paradigma berpikir kita tentang hakikat
alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Persoalan tentang hakikat alam semesta
dan hakikat dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini pada dasarnya telah
mengalami perkembangan yang sangat menarik sejalan dengan perkembangan,
kemajuan, dan sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Pada pembahasan pertama Bab I ini merupakan bab pengantar terhadap seluruh isi
buku ini tentang Filsafat Lingkungan Hidup. Sebagai pengantar, sedikit
banyaknya bab ini menyingkapkan apa yang menjadi isi buku ini. Persisnya, buku
ini berbicara tentang lingkungan hidup secara filosofis, dari perspektif filsafat,
atau berfilsafat tentang lingkungan hidup.

Berlanjut pada Bab II membahas tentang penekanan yang berlebihan terhadap


metode ilmiah, kemampuan analisis, dan sisi rasional darimanusia telah
melahirkan sikap dan perilaku yang sangat antiekologi, tidak bersahabat dengan
lingkungan hidup dan alam semesta. Kemampuan aka! budi dan ilmu pengetahuan
rasional yang dikuasai manusia memungkinkannya untuk di satu pihak
memandang alam sebagai benda mati, sebagai mesin, untuk dianalisis ke dalam
bagian-bagiannya, tetapi di pihak lain juga memungkinkan manusia untuk
bersikap agresif dan eksploitatif tanpa perasaan dan rasa hormat terhadap alaft
semesta.

Berlanjut pada Bab III membahas tentang bagaimana alam semesta dianggap
mempunyai nilai intrinsik yang lebih luas daripada sekadar nilai instrumentalistis
ekonomis bagi kepentingan manusia sebagaimana yang menjadi pemahaman
antroposentrisme. Manusia dengan demikian, dianggap hanya salah satu bagian
dari keseluruhan alam semesta. Alam semesta dianggap bernilai, pertama-tama
karena ada kehidupan yang bernilai pada dirinya sendiri yang melekat pada alam
semesta itu sendiri. Alam semesta adalah sebuah kehidupan, berisikan berbagai
kehidupan, memberi kehidupan dan menunjang kehidupan, termasuk kehidupan
manusia.

Berlanjut pada Bab IV ini tidak berpretensi membahas semua pemikiran


sepanjang sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan tentang hidup dan kehidupan.
Apalagi, dengan jujur harus dikatakan, tidak ada niat untuk memasuki pergumulan
eksistensial metafisik tentang hakikat hidup dan kehidupan yang sangat abstrak
dan berat. Karena itu juga, tidak ada niat untuk membahas secara khusus
persoalan tentang arti dan makna kehidupan serta tujuan kehidupan, khususnya
manusia, yang lebih spekulatif filosofis.Pembahasan pada bab ini lebih
ditempatkan dalam aras filsafat dan etika lingkungan hidup, dalarn kerangka
paradigma sistemis tentang alam semesta seba imana menjadi paradigma dan
pendekatan dasar buku ini.

Berlanjut pada Bab V ini mencoba menawarkan sebuah pola hidup baru yang
sejalan dengan pemikiran sistem tadi yang sekaligus kiranya bisa berfun i untuk
ikut mengatasi berbagai krisis dan bencana lingkungan hidup dewasa ini. Inti dari
tawaran solusi ini adalah membangun sebuah masyarakat berkelanjutan, baik pada
tingkat global, nasional ataupun tingkat da erah. Sebuah masyarakat berkelanjutan
yang membangun dan menata hidupnya secara bersama dengan bertumpu pada
kesadaran tentang pen tingnya lingkungan hidup.

Berlanjut pada Bab VI mencoba mengajukan sebuah model lain lagi dari mimpi
yang sama untuk membangun masyarakatberkelanjutan. Sebuah model yang bisa
diterapkan secara paralel dengan apa yang dimimpikan Capra. Sebuah model
masyarakat berkelanjutan yang juga sama-sama diinspirasi dan didasarkan pada
paradigma sistemik tentang alam semesta sebagai sebuah sistem kehidupan.
Model masyarakat berkelanjutan ini di dasarkan pada filsafat bioregionalisme
yang pada intinya menekankan pengembangan dan pembangunan ekonorni
berdasarkan kondisi alam setempat. Sebuah model yang ingin menyatukan
kembali ekonomi dan ekologi, karena kesadaran bahwa baik ekonomi dan ekologi
sarna-sama sesungguhnya berurusan dengan rumah tangga (oikos), alam, tempat
tinggal, habitat kehidupan. Dengan model ini kita diingatkan bahwa ada kesalahan
pemaharnan paradigmatik yang sudah sangat lama terjadi sepanjang
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dan ekologi.

Berlanjut pada Bab VII, dalam bab ini akan dilakukan sebuah telaah kritsi atas
seluruh kemajuan dan penerapan rekayasa genetika dalam kerangka perlindungan
lingkungan hidup, sekaligus kehidupan yangada di dalamnya. Posisi dasar yang
ditawarkan adalah posisi eris berupa sikap hati-hati secara kritis untuk tidak secara
gegabah menerima keftajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti halnya
rekayasa genetika sebagai sebuah keniscayaan sejarah justru karena banyaknya
tantangan dan perftasalahan lingkungan hidup dan permasalahan etis-filosofis
yang menyertainya.

Anda mungkin juga menyukai