LINGKUNGAN HIDUP
Semester IV
2019
Pendahuluan
I. Latar Belakang
• Bertolak dari Etika Lingkungan Hidup
• Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global
• Kepedulian untuk mengatasi Krisis dan
Bencana
• Proses yang tidak hanya teknis praksis tetapi
juga pada refleksi filosofis ilmiah
II. Beberapa refleksi:
Krisis dan bencana lingkungan hidup global
disebabkan oleh kesalahan paradigma
antroposentrisme yang memandang manusia
sebagai pusat segala sesuatu.
Alam semesta dipandang tidak punya nilai dalam
dirinya selain nilai instrumental.
Filsafat lingkungan hidup adalah fisafat pertama
yang menjadi titik awal lahirnya filsafat dan cikal
bakal dari semua cabang ilmu pengetahuan
sekarang.
Lewat kehadiran para filsuf alam yang
menggumuli hakekat alam semesta dan kehidupan
di alam semesta
1. Seruan Laudato Si
“Saudari ini sekarang menjerit karena segala keru-
sakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa
tanggung jawab kita menggunakan dan
menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan
Allah di dalamnya. Kita bahkan berpikir bahwa kitalah
pemilik dan penguasanya yang berhak untuk
menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam hati kita
yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala
penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan
pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu bumi,
terbebani dan hancur, termasuk kaum miskin yang
paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita”.
2. Beberapa gagasan umum tentang alam dan
lingkungan hidup
• Gagasan yang bercorak organis seperti dimulai
oleh para filsuf alam
– Alam semesta dipahami secara organis sebagai
kesatuan asasi yang melahirkan hubungan harmonis
yang melindungi alam semesta demi manusia
– Pada masa pencerahan alam semesta dipahami
sebagai sistem mekanistis yang mendominasi paham
masyarakat modern, dipengaruhi oleh filsafat
Descartes dan fisika Newton
– Pada abad 1920 terjadi perubahan dengan
menekankan pada apa yang dikenal dengan
paradigma ekologis yang dimulai oleh Einstein dengan
teori realtivitas dan kuantum
• Gagasan Antroposentris
– Untuk memahami lingkungan hidup kita tidak
dapat memisahkannya dari paham atas manusia
itu sendiri, yang bertolak dari gagasan
antroposentris
– Antroposentrisme adalah salah satu keyakinan
bahwa manusia adalah pusat dan entitas yang
paling signifikan di alam semesta, atau penilaian
realitas melalui sudut pandang manusia secara
eksklusif.
– Dalam konteks lingkungan hidup, tesis dasar dari
antroposentrisme adalah pemanfaatan terhadap
lingkungan hidup harus tunduk pada kepentingan
manusia.
– Lingkungan dalam konteks ini hanya memiliki nilai
instrumental, sebagai obyek eksploitasi,
eksperimen untuk kepentingan manusia. Dan
manusia dalam konteks ini merupakan satu-
satunya subyek moral. Pandangan ini juga dapat
didefinisikan sebagai supermasi manusia.
Kritik atas antropsentrisme:
• Teori antroposentrisme terlalu dangkal dan
sempit dalam memandang keseluruhan
ekosistem, termasuk manusia dan tempatnya
di alam semesta.
• Cara pandang ini melahirkan sikap dan
perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan
manusia mengambil semua kebutuhannya
dari alam tanpa mempertimbangkan
kelestariannya.
• Lawan antroposentrisme:
– Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan
alam sebagai entitas yang mempunyai nilai dalam dirinya
sendiri, lepas dari kepentingan manusia.
– Paham ini berpandangan bahwa makhluk hidup bukan
hanya manusia saja, ada banyak jenis makhluk hidup yang
memiliki kehidupan.
– Pandangan biosentrisme mendasarkan moralitas pada
keseluruhan hidup, entah pada manusia atau pada
makhluk hidup lainnya. Karena yang ingin dibela adalah
kehidupan.
– Biosentrisme pada umumnya adalah komunitas biotis dan
seluruh kehidupan di dalamnya, diberi bobot dan
pertimbangan moral yang sama.
• Gagasan ekosentrisme sebagai kelanjutan dari
biosentrisme
– Teori ini merupakan keberlanjutan dari
biosentrisme. Kedua teori ini mendobrak cara
pandang antroposentrisme yang membatasi
orientasi hanya pada komunitas manusia.
– Dalam hal ini yang diperkenalkan olehnya adalah
deep ecology. Deep ecology menuntut suatu etika
baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi
berpusat pada makhluk hidup seluruhnya.
– Alasan mengapa deep ecology menjadi penting
dalam sebuah gerakan pemikiran.
• Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi
ukuran bagi segala sesuatu. Manusia bukan lagi pusat
dari dunia moral. Deep ecology justru memusatkan
perhatian kepada seluruh spesies, dan tidak
memusatkan perhatian pada kepentingan jangka
pendek.
• Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang
dikembangkan oleh deep ecology dirancang sebagai
etika praktis, sebagai sebuah gerakan. Artinya prinsip-
prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan
dalam aksi nyata dan konkret.
• Gerakan yang mendukung pembaruan
tanggungjawab atas lingkungan hidup
– Ekopopulis: Para ekopopulis menekankan pentingnya
belajar dari pengalaman-pengalaman orang-orang
lokal dengan segala kearifannya dan sebaliknya, dari
inovasi-inovasi keliru yang diperkenalkan dari luar.
– Bagi para ekopopulis, partisipasi masyarakat dan
kearifan lokal seperti pemahaman rakyat tentang
tanah, tumbuhan, dan satwa, perputaran iklim, hama,
penyakit-penyakit, atau pengetahuan yang tersirat
dalam lagu rakyat, peribahasa, dan cerita-cerita
merupakan cara terbaik untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
– Ekofeminisme: Sedangkan ekofeminisme merupakan
bentuk telaah etika lingkungan yang ingin menggugat dan
mendobrak cara pandang dominan yang berlaku dalam
masyarakat modern dan sekaligus menawarkan sebuah
cara pandang dan perilaku baru untuk mengatasi krisis
lingkungan sekarang ini.
– Yang dilawannya bukan hanya sekadar antroposentrisme,
namun juga androsentrisme. Androsentrisme adalah etika
lingkungan yang berpusat pada laki-laki.
– Ekofeminisme mengkritik ekosentrisme, khususnya deep
ecology. Karena masih saja dianggap berpusat pada
antroposentrisme. Padahal lebih dalam dari itu, adalah
dominasi laki-laki atas alam sebagai sebab dari krisis
ekologi
– Cara pandang yang ditawarkan adalah cara
pandang perempuan yang penuh dengan kasih
sayang kepada setiap makhluk hidup atau biota
lainnya.
– Bagi ekofeminisme, kerusakan ekologi saat ini
disebabkan oleh cara pandang dan perilaku yang
androsentris yakni mengutamakan dominasi,
manipulasi, dan eksploitasi terhadap alam
III. Problematik
– Pemahanan atas alam yang bertolak dari sudut
pandang “science of nature” dan “natural
philosophy”
– Science of nature tidak dapat menjawab krisis
lingkungan hidup
– Sudut pandang filsafat alam memberi tempat bagi
yang seimbang bagi manusia dan lingkungannya
IV. Titik tolak:
– Titik tolak pada dua paradigma:
• Paradigma Thomas Khun tentang perkembangan ilmu
pengetahuan
• Paradigma Fritjof Capra: bersikap kritis terhadap
paradigma filsafati dan ilmu pengetahuan barat yang
cartesian mekanistis reduksionistis yang tidak memberi
tempat seharusnya bagi perasan atau intuisi
manusiadalam memahami alam semesta.
• Ia menegaskan bahwa tidak hanya ada satu cara
memahami dan menjelaskan alam semesta dengan cara
akal budi filsafat barat melainkan ada cara lain dengan
mengandalkan intuisi dan perasan manusia
Bab I Filsafat Alam dan lingkungan
hidup
1. Filsafat Alam
• Gagasan alam senantiasa dilihat dari sudut
pandang manusia
• Di pihak lain, alam juga dilihat demi kehidupan
manusia itu sendiri
• Sebagai cabang dari filsafat, pembahasan
alam dan lingkungan hidup juga dilihat dari
keterkaitannya dengan manusia
• Sepanjang sejarah manusia selalu mempelajari
fenomena.
• Aristoteles mengedepankan studi atas gejala-
gejala sensibel atas fenomena
• Thomas Aquinas memperdamaikan gagasan
Aristoteles dan ajaran gereja dengan teori
geosentris
• Galilo Galilei memisahkan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan tentang alam, yang membawa
konsekuensi bahwa pada otonomi ilmu
pengetahuan modern, dan filsafat natural dan
studi filsafat atas fenomena natural pun
memudar
• Studi modern atas filsafat alam dan
lingkungan hidup muncul kembali pada
pertengahan abad XX sejalan dengan
munculnya krisis lingkungan hidup
sebagaimana yang kita kenal sekarang
• Tampaklah bahwa studi filsafat di bidang ini
adalah sesuatu yang baru, yang melihat alam
tidak semata-mata dari sudut pandang ilmu
pengetahuan tetapi dari sudut pandang
keberadaan manusia di tengah lingkungan
alamnya.
Pengertian Alam/cosmos
• Filsafat alam (Philosophy of Nature) adalah filsafat yang
berusaha untuk menjelaskan kejadian alam, sifat-sifatnya
dan hukum-hukumnya secara teoritis dan menyeluruh.
• Filsafat alam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu-ilmu
eksakta. Filsafat alam adalah ilmu-ilmu eksakta itu sendiri
bagi orang Yunani, atau dia adalah ilmu alam salah satu
ilmu lainn seperti etika, metafisika dan estetika.
• Pada masa itu filsafat alam mencakup isi buku-buku yang
dikarang oleh Aristoteles (384-322 SM) seperti tentang
gerak, waktu dan tempat; tentang kehidupan dengan
berbagai bentuknya; tentang kejadian benda dan
kehancurannya; dan tentang binatang.
• Selain itu filsafat alam juga mencakup teori yang
memandang bahwa alam semesta adalah sesuatu yang
hidup dan berakal.
• Filsafat alam yang dimiliki oleh bangsa Yunani
ini kemudian berkembang di Barat dengan
pengertian yang tak jauh berbeda. Bahkan
sampai abad XVIII yang dimaksud dengan
filsafat alam di Barat tak lain adalah ilmu-ilmu
eksakta.
• Baru pada perkembangan terakhir, di saat
cabang-cabang ilmu menegaskan otonominya
dan melepaskan diri dari induknya (filsafat)
dapat dipisahkan antara ilmu-ilmu eksakta dan
filsafat alam.
• Dapat dikatakan bahwa filsafat alam (dengan
pengertian klasik) adalah cikal bakal bagi
lahirnya ilmu-ilmu eksakta modern.
• Filsafat alam adalah origin, dan dalam waktu
yang bersamaan adalah akar yang sangat
kuat—dalam bangunan peradaban—bagi
ilmu-ilmu eksakta yang saat ini menempati
posisi yang paling strategis dalam bangunan
ilmu modern
2. Lingkungan hidup
– Sebagai oikos: habitat tempat tinggal ataurumah
tinggal; sebagai keseluruhan alam semesta dan
seluruh interaksi saling pengeruh yang terjalin di
dalamnya di antara mahluk hidup dengan mahluk
hidup yang lainnya dan dengan keseluruhan
ekosistem
– Sebagai padanan yang utuh satu sama lain berupa
lingkungan dan hidup
• Lingkungan: ekosisem alam semesta, yang terkait di
dalamnya juga kehidupan yang ada di sana
• Ekosistem itupun berarti kehidupan
• Ekologi pertama kali dipakai oleh ahli biologi
Jerman Ernst Haekel, yang mengartikannya
sebagai ilmu tentang relasi di antara
organisme dan dunia luar sekitarnya.
• Istilah lingkungan hidup (environment)
dipahami dalam pengertian sebagai padanan
yang tak terpisahkan antara hidup dan
lingkungan atau lingkungan dan hidup yang
saling terkait.
• Hal yang menjadi prinsip dasar adalah adanya
interaksi, keterkaitan, saling pengaruh,
jaringan yang kompleks di antara organisme
dan ekosistem yang mendukungnya
• Ini dijelaskan oleh Capra dalam buku The web
of Life dan The Hidden Connection.
• Dengan demikian ekologi mengungkapkan
interaksi di antara berbagai organisme, system
kehidupan tempat organisme hidup dan
lingkungan fisiknya.
• Terdapat tiga aspek utama kajian ekologis
– Organisme
– Interaksi
– Komunitas ekologis
• Ketiga hal ini menunjukkan jaringan yang
terajut erat di antara berbagai macam
organisme kehidupan yang dengan demikian
membentuk semacam komunitas yang pada
gilirannya turut membentuk dan
memungkinkan komunitas itu bisa hidup dan
berkembang secara individual pun Bersama.
– Lingkungan hidup bukan semata-mata berurusan
dengan pencemaran, kerusakan alam, melainkan
berkaitan dengan hal yang lebih luas dan lebih
filosofis menyangkut kehidupan dan interaksi yang
terjadi di dalamnya
– Lingkungan hidup berbicara tentang tetang
kehidupan dan jaringan kehidupan yang terdiri
jaringan di dalam jaringan : ekologi adalah
jaringan
– Untuk memahami ekologi pada akhirnya berarti
memahami jaringan
– Lingkungan hidup bukan semata-mata berurusan
dengan pencemaran, kerusakan alam, melainkan
berkaitan dengan hal yang lebih luas dan lebih
filosofis menyangkut kehidupan dan interaksi yang
terjadi di dalamnya
– Lingkungan hidup berbicara tentang tetang
kehidupan dan jaringan kehidupan yang terdiri
jaringan di dalam jaringan : ekologi adalah
jaringan
– Untuk memahami ekologi pada akhirnya berarti
memahami jaringan
3. Filsafat Lingkungan Hidup
• Dunia sebagai tempat yang dihidupi manusia
• Relasi timbal balik antara sikap manusia terhadap
dunianya dan juga dampak perubahan lingkungan
hidup bagi manusia
• Pada hakekatnya manusia terikat kepada kehidupan di
dunia sekitarnya, karena hanya manusialah yang
bereksistensi dan manusialah yang mempunyai
kelebihan akal budi yang memahami apa arti
kehidupan.
• Oleh karena itu pandangan-pandangan itu
dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi
keselamatan manusia dalam mengelola alam
lingkungan untuk mempertahankan hidupnya pada
masa-masa yang akan datang.
• Filsafat lingkungan hidup adalah kaijian
tentang lingkungan hidup, tetang oikos,
tempat tinggal makhluk hidup.
• Filsafat lingkungan hidup adalah sebuah
pencarian, sebuah pertanyaan terus menerus
tentang lingkungan hidup biak tentang makna
dan hakekatnya maupun tentang segala hal
yang berkaitan dan menyangkut lingkungan
hidup.
• Filsafat lingkungan hidup mempunyai 2 aspek:
– Ekologi: ilmu tentang lingkungan hidup
– Ecosophy: kearifan tentang lingkungan hidup
• Dari dua aspek ini maka filsafat lingkungan
hidup
– pertama-tama adalah sebuah proses pertanyaan
dan pergumulan terus-menerus tentang apa itu
alam semesta, lingkungan
– Membentuk kearfan dan memberi pengaruh pada
perilku manusia modern atas lingkungan hidup,
atas alam denga segala dampak positif dan negatif
• Filsafat lingkungan hidup sebagai ecosophy, yang
merujuk pada kearifan tentang lingkungan hidup,
tentang ekositem seluruhnya
• Ecosophy adalah filsafat lingkungan hidup yang
mengandung pengertian kearifan dalam
menuntun secara alamiah bagaimana mengatur
rumah tempat tinggal agar layak didiami dan
menjadi penunjang sekaligus memungkinkan
kehidupan dapat berkembang di dalamnya
Beberapa hal yang mempengaruhi relasi
manusia dengan lingkungannya :
– Kebutuhan hidup: untuk kelangsungan hidup
manusia itu sendiri; pengaruh perkembangan ilmu
dan teknologi yang terkait
– Perubahan keseimbangan alam: alam selalu
berubah (menjadi semakin tua); kebutuhan
manusia lebih besar dari pada ketersediaan alam
– Perubahan yang terjadi dalam waktu: sebagai
bentuk evolusi dalam perjalanan waktu; waktu
selalu sama, tetapi alam dan manusia berubah
4. Mengapa perlu berefleksi atas alam dan
lingkungan hidup
• Bertolak dari kepentingan filsafat alam di satu
pihak dan filsafat lingkungan hidup di lain
pihak maka muncullah kesadaran baru
sehubungan dengan relasi manusia dan
lingkungan hidupnya.
• Pengenalan/pengetahuan akan alam semesta
bukan lagi sebagai penguasaan atas detail
alam itu sendiri, tetapi sebagai tempat di
mana manusia hidup dan berkembang
5. Ruang lingkup filsafat Lingkungan hidup
• Meliputi seluruh hal yang terkait dengan
berberadaan manusia sebagai mahluk hidup
• Bertolak dari gagasan Etika lingkungan hidup
guna menyelami persoalan yang berkaitan
dengan sikap manusia terhadap
lingkungannya
• Menyangkut sikap yang telah terjadi di masa
lampau, sikap pada masa sekarang maupun
pada masa depan
• Sebuah tinjauan atas cara pandang serta ilmu
pengetahuan yang mendominasi peradaban
sekarang: mekanistis reduksionis dari
Descartes dan Newton
• yang pada akhirnya telah membawa manusia
pada sikap antiekologi, tidak bersahabat
dengan lingkungan hidup dan alam semesta
• Pembentukan sikap yang bersahabat dan
peduli dengan alam dan lingkugan hidup
• Hal ini hanya dapat terjadi dari paduan antara
kemampuan dan pengetahuan rasional di satu
pihak dan pengalaman intuitif akan alam
semesta dan lingkungan hidupa di pihal lain.
• Suatu sikap dan dan perilaku yang memberi
tempat yang sama penting bagi perasaanan
dan intuisi manusia sebagaimana halnya peran
akal budi manusia.
• Memahami alam semesta sama pentingnya
dengan merasakan dan mengalami alam
semesta
• Memahami alam semesta tidak hanya terjadi
melalui kemampuan analitis akalbudi
melainkan dapat juga terjadi melalui
kemampuan intuitif, perasaan, dengan
mengenal dan merasakan alam semesta
dalam hubungan timbal balik yang personal.
6. Cara pandang yang baru:
– yang holistis dan ekologis tentang alam semesta
karena memahami bahwa manusiapun hanya satu
entitas dalam keseluruhan alam semesta.
– Sebuah sikap dan perilaku yang lahir dari pola
hubungan dengan alam yang saling mengisi dalam
relasi yang saling menunjang dan menghidupi.
– Sebuah sikap dan perilaku yang bersumber dari
pemahaman dasar bahwa manusia bukan pertama-
tama sebagai mahluk sosial, melainkan sebagai
mahluk ekologis, mahluk yang tidak bisa berkembang
menjadi dirinya sendiri yang utuh tanpa ekosistem
dan tanpa relasi dengan ekosistem seluruhnya.
Bab II Alam Semesta : dari mesin
raksasa menuju
Sistem Kehidupan