Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP


PELESTARIAN ALAM SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MANUSIA

Oleh Kelompok 6 :
1) Muhammad Fadhli Farismansyah (6112201088)
2) Muhammad Rafid Rabbani (6112201113)
3) Muhammad Rafi Putra Machvi ( 6112201134)
4) Muhammad Bintang (6112201143)
5) Kevin Jonathan Alexander (6112201154)
6) Naufal Adzkia Diennaya (6112201168)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


2022/2023
ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini untuk mendeskripsikan bagaimana pentingnya tanggung jawab
manusia dalam pelestarian alam. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
kepustakaan, melalui penelaahan terhadap diktat, jurnal-jurnal ilmiah, serta sumber-
sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini
menunjukkan perilaku manusia yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab
terhadap lingkungan hidup, dapat menyebabkan turunnya kualitas kehidupan manusia
sehari-hari. Dampak yang lebih luas yaitu rusaknya ecotourisme.

A. PENDAHULUAN

Manusia adalah mikrokosmos yang menunjukkan betapa pentingnya untuk


menyatukan manusia dengan alam semesta. Tanpa perlindungan alam dan lingkungan,
manusia sebagai mikrokosmos tidak mungkin dapat eksis dan melanjutkan generasinya
dari abad ke abad. Lingkungan merupakan tempat pertama berkembangnya manusia
sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Tanpa kelestarian lingkungan, manusia
akan punah. Namun akhir-akhir ini, kerusakan lingkungan sering terjadi mulai dari
penebangan liar hingga penambangan massal tanpa memikirkan reboisasi.
Lingkungan hidup sudah ada jauh dari sebelum kita dilahirkan. Sudah selayaknya
kita sebagai manusia untuk menjaga kelestarian terhadap lingkungan hidup yang telah
Tuhan berikan. Alam merupakan salah satu lingkungan hidup yang menjadi sumber daya
yang bermanfaat tidak hanya bagi manusia, namun bagi makhluk hidup lain. Alam tidak
membutuhkan manusia, namun kita lah sebagai manusia yang membutuhkan keberadaan
alam.
Peran manusia dalam pelestarian alam sangatlah besar. Manusia harus
bertanggung jawab atas segala hal yang telah dilakukan terhadap alam. Belakangan ini,
banyak manusia yang lepas tanggung jawab dalam mengelola sumber daya alam. Hal ini
berakhir pada krisis lingkungan hidup yang dapat berupa kerusakan alam, hal ini memberi
dampak negatif dan dapat mengancam kelangsungan hidup manusia juga makhluk hidup
lainnya yang bergantung pada lingkungan hidup. Oleh karena itu, penting bagi manusia
untuk memahami pentingnya melestarikan alam.
Krisis lingkungan hidup terjadi akibat permasalahan mendasar pada manusia yaitu
kesalahan paradigma berpikir terhadap alam. Pemikiran yang salah ini cenderung
membuat sifat manusia menjadi egoistik dan serakah terhadap keinginannya.
Keserakahan ini kemudian membawa tindakan esploitatif dan destruktif terhadap alam.
Dalam tulisan ini akan dibahas alasan hal tersebut dapat terjadi disertai teori teori
mengenai etika lingkungan hidup yang dilihat secara teoritis dan filosofis, dilengkapi
dengan contoh langsung di lapangan beserta dengan penyelesaian masalahnya.

B. TEORI
Etika lingkungan hidup merupakan filsafat yang berbicara mengenai hubungan moral
antara manusia dengan lingkungan alam dan bagaimana perilaku manusia yang bermoral
terhadap lingkungan hidup. Menurut Keraf (2014), ada tiga teori etika lingkungan hidup
yang membahas mengenai hubungan manusia dengan lingkungan hidup atau paradigma
yang mencoba memberi dasar teoretis bagi relasi antara alam dengan manusia,
yaitu antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Ketiga teori ini mempunyai cara
pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan antara manusia dengan
alam.

Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori lingkungan hidup yang memandang manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Antroposentrisme juga dipandang sebagai suatu
teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia.
Teori antroposentrisme ini kemudian dipandang sebagai penyebab krisis ekologis karena
berpihak kepada manusia di satu sisi dan mengorbankan lingkungan hidup demi
keberlanjutan hidup manusia di sisi lain. Karena tekanannya kepada manusia sebagai
pusat, kebutuhan dan kepentingan manusia sebagai yang paling bernilai dan penting, teori
ini dipakai pelaku bisnis untuk menjustifikasi tindakan eksploitasi mereka terhadap
lingkungan. Bagi paradigma antroposentris, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi
manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi
dan paling penting. Ada dua hal yang perlu kita pahami terkait dengan teori
antroposentrisme ini, yakni: teori yang menjustifikasi posisi sentral manusia di alam
semesta (argumen antroposentrisme) dan etika instrumentalistis. Kecuali itu, krisis
ekologis juga terkait dengan keyakinan mengenai manusia sebagai makhluk yang lebih
tinggi dari makhluk lain karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang bebas dan
rasional. Argumen ini menjadi dasar bagi eksploitasi alam yang bermuara pada krisis
lingkungan hidup.

Paradigma Biosentrisme
Biosentrisme memandang alam pantas diperlakukan secara moral, tidak
bergantung pada manfaat manusia. Paradigma ini menolak antroposentrisme dan mencari
cara baru untuk relasi manusia dengan alam. Bagi biosentrisme, nilai alam tidak
tergantung pada manusia. Biosentrisme meletakkan basis moral pada nilai dan harga alam
serta makhluk hidupnya, demi keluhuran kehidupan. Biosentrisme sama dengan teori
lingkungan hidup berpusat pada kehidupan yaitu segala yang hidup mempunyai nilai
dalam dirinya. Manusia punya kewajiban moral pada alam berdasarkan nilai kehidupan.
Bukan dari kewajiban terhadap sesama seperti antroposentrisme. Etika lingkungan bukan
cabang etika manusia dalam teori biosentrisme. Etika lingkungan memperluas etika
manusia untuk semua makhluk hidup. Teori biosentrisme mengatakan semua kehidupan
di alam ini berharga dan perlu dijaga keberlanjutannya. Dua pilar utama teori
biosentrisme adalah moralitas alam dan nilai kehidupan alam itu sendiri.

Teori Ekosentris
Paradigma ekosentris mengatasi kelemahan paradigma antroposentris.
Mempromosikan keberlakuan etika yang lebih luas, mencakup komunitas ekologis.
Makhluk hidup dan benda abiotis terkait dan kewajiban moral berlaku untuk semua
ekologi. Deep Ecology adalah paradigma ekosentris yang diperkenalkan oleh Arne Naess
pada 1973. Naess mengklasifikasikan gerakan ekologi menjadi shallow dan deep ecology
dalam artikelnya, "The Shallow and the Deep, Long-Range Ecological Movement: A
Summary". Menurut Naess, deep ecology melihat masalah secara lebih mendalam.
Lingkungan dipahami secara relasional dan holistik; krisisnya berkaitan dengan faktor
filosofis. Perubahan fundamental diperlukan dalam pandangan manusia tentang dirinya,
alam, dan tempat di dalamnya. Ini mencakup transformasi nilai pribadi dan budaya, serta
kebijakan ekonomi dan politik. Naess berpendapat bahwa manusia tak lagi menjadi pusat
moral dunia. Deep Ecology focuses on all species, not just short-term interests, but long-
term as well. "Deep Ecology adalah gerakan etika praktis yang memperhatikan
kepentingan komunitas ekologis secara menyeluruh." Gerakan ini menerjemahkan
prinsip-prinsip moral untuk keberlanjutan lingkungan dan menuntut prinsip baru untuk
aksi nyata di lapangan. DE adalah gerakan untuk memperjuangkan isu lingkungan dan
politik yang mendukung gaya hidup selaras dengan alam. Gerakan ini menuntut
perubahan paradigma mendasar dalam cara pandang, nilai, atau gaya hidup.

Hak Asasi Alam


Gagasan hak asasi alam berasal dari pandangan biosentrisme dan ekosentrisme,
yang menekankan pada komunitas subyek moral. Ini menekankan bahwa semua makhluk
memiliki hak moral dan benda abiotis juga penting untuk keberlanjutan hidup. Hal ini
menegaskan hak asasi alam. Apa itu hak asasi alam? Dalam filsafat Barat, ini berlaku
untuk manusia, tetapi dalam pandangan biosentrisme dan ekosentrisme, semua makhluk
biotis memilikinya, termasuk alam itu sendiri. Hak asasi alam dimiliki oleh alam biotik
karena eksistensinya sebagai subyek moral, sedangkan alam abiotik dilindungi karena
penting bagi kehidupan. Hak asasi alam adalah hak komunitas biotis sebagai hasil dari
perlakuan moral.Teori biosentrisme dan ekosentrisme menyatakan bahwa hak asasi
berlaku untuk semua makhluk hidup di komunitas biotis. Setiap komunitas biotis berhak
untuk bertahan hidup dan berada sesuai dengan kecenderungan alam. binatang dan
makhluk lainnya juga memiliki hak atas kebebasan fisik dan penggunaan fisik sesuai
nalurinya. Pembatasan fisik pada binatang adalah pelanggaran hak asasi makhluk hidup,
termasuk kerusakan ekosistem dan gangguan terhadap habitat spesies tertentu. Gangguan
mengancam binatang dan makhluk hidup hingga terancam punah. Mendasar, teori ini
memiliki dua hal. Alam berhak dilindungi dari gangguan dan kerusakan yang dapat
membatasi perkembangan dan kehidupannya. Manusia tidak boleh membuat hambatan
positif atau negatif yang merugikan alam, baik dari faktor eksternal maupun internal.
Manusia harus membiarkan organisme berkembang secara alami dan tidak mendominasi
ekosistem.

Paradigma Ecofeminisme
Ecofeminisme adalah teori etika lingkungan yang menantang pandangan dominan
dan mengusulkan cara pandang baru untuk mengatasi krisis lingkungan. Ini adalah
cabang feminisme. Ecofeminisme dibuat pada 1974 oleh feminis Perancis Francoise
d'Eaubonne untuk memacu kesadaran manusia, khususnya perempuan, tentang potensi
perempuan dalam memimpin revolusi ekologis untuk menyelamatkan lingkungan hidup.
Ada dua agenda dalam ecofeminisme. Ecofeminisme ingin meruntuhkan pandangan dan
kerangka konseptual yang menindas, terutama dalam politik liberalisme dan ilmu
pengetahuan modern Cartesian, yang memandang alam sebagai objek eksploitasi dan
dominasi manusia. Pandangan yang keliru dan menyebabkan eksploitasi perempuan dan
alam perlu diganti dengan cara pandang yang integratif, holistik, dan intersubyektif.
Ecofeminisme adalah gerakan yang bertujuan untuk menghentikan penindasan gender
(perempuan) dan spesies (alam dan spesies bukan manusia) dengan mengubah institusi
dan sistem sosial, politik, dan ekonomi yang mendukungnya. Karen J. merupakan
pandangan yang diikuti. Ecofeminisme menolak dominasi manusia atas alam dan teori
etika yang tidak sesuai dengan situasi konkret. Ecofeminisme pluralistik dan inklusif,
menerima perbedaan dan muncul dalam relasi intersubyektif yang mengakui semua pihak
sebagai subyek. Ecofeminisme menolak individualisme dan mengakui manusia dalam
relasi dengan subyek lain dan alam. Manusia perlu berkembang sebagai ecological-self
dalam relasi dan komunitas ekologis. Teori ecofeminisme menentang dominasi etika
antroposentrisme dan mempromosikan etika kepedulian melalui kasih sayang, harmoni,
tanggungjawab dan saling percaya dalam relasi intersubyektif. Ini adalah revolusi cara
pandang yang mempertanyakan pandangan dominan era modern.

Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup


Krisis ekologi disebabkan oleh paradigma antroposentrisme yang menyebabkan
eksploitasi alam. Krisis ini dapat mengancam keberlanjutan manusia dan ekosistem.
Manusia perlu mengatasi krisis ekologi dengan prinsip-prinsip etika lingkungan hidup,
berdasarkan teori biosentrisme dan ekosentrisme, yang menekankan pada komunitas
moral yang seluruhnya termasuk komunitas ekologis dan hakekat manusia sebagai
makhluk ekologis. Etika lingkungan hidup mendasar pada elemen pokok. Prinsip-
prinsipnya dijelaskan berikut. Etika lingkungan hidup harus menjadi pedoman perilaku
manusia terhadap alam dan mengubah kebijakan agar mendukung lingkungan. Ini adalah
9 prinsip etika lingkungan hidup untuk diikuti.

Prinsip Sikap Hormat Terhadap Alam (“Respect for Nature”)


Bersandar pada teori bahwa komunitas ekologis adalah komunitas moral, setiap
anggota komunitas, baik manusia maupun bukan, secara moral wajib untuk saling
menghormati. Setiap anggota komunitas ekologis mempunyai kewajiban untuk
menghargai dan menjaga alam ini sebagai sebuah rumah tangga.

Prinsip Tanggungjawab Terhadap Alam


Manusia harus bertanggung jawab terhadap alam karena mereka adalah bagian
darinya. Prinsip tanggung jawab berasal dari kondisi ontologis manusia sebagai bagian
dari komunitas ekologis. Manusia bertanggungjawab memelihara keutuhan alam semesta
dan makhluk hidup di dalamnya. Tanggung jawab tidak hanya individu, tapi juga kolektif.
Prinsip ini menjalankan tindakan nyata dalam menjaga alam semesta dengan segala
isinya. Kelestarian alam harus jadi tanggung jawab semua orang. Kita perlu bekerja sama,
terus menjaga alam dan menghindari kerusakan. Bentuk lain dari tanggung jawab ini
adalah mengingatkan, melarang, dan menghukum siapa saja yang sengaja atau tidak
sengaja merusak alam dan membahayakan kelestarian ekologis (keberadaan alam
semesta) bukan karena kehidupan manusia bergantung pada alam, tetapi karena alam itu
sendiri berharga. Prinsip tanggung jawab ini juga menegaskan bahwa setiap orang wajib
dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik
bersama dengan rasa kepemilikan yang tinggi karena kesadaran bahwa tanpa kelestarian
alam, manusia akan terancam punah. Prinsip tanggung jawab moral bergantung pada
panggilan kosmis untuk menjaga alam semesta dan ekosistem.

Prinsip Solidaritas Kosmis


Karena itu, manusia wajib untuk solider dan merasa sepenanggungan dengan alam
dan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya. Ketiga, mendorong manusia untuk
membuat/mengambil kebijakan yang pro alam, pro lingkungan hidup atau menentang
segala perilaku yang mengobjekkan dan merusak alam dan lingkungan hidup.

Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam


Ekofeminisme menekankan prinsip etika cinta, perhatian, dan kesetaraan tanpa
diskriminasi dan dominasi terhadap alam dan lingkungan hidup. Semua anggota
komunitas ekologi berhak dilindungi dan tidak disakiti. Penyiksaan terhadap binatang dan
eksploitasi hutan demi keuntungan ekonomis bertentangan dengan prinsip kasih sayang
dan kepedulian terhadap alam. Prinsip ini adalah moral satu arah demi kepentingan alam,
tanpa motif pribadi. Semakin peduli dengan alam, semakin matang mental dan spiritual
karena alam menghidupkan.

Prinsip Tidak Merusak Alam


Berdasarkan prinsip sebelumnya, manusia harus menjaga lingkungan hidup dan
tidak merusaknya. Artinya, prinsip No Harm tidak merugikan eksistensi makhluk hidup
lain dan dilaksanakan di masyarakat adat dengan tabu-tabu terhadap alam yang dianggap
sakral. Prinsip ini mensyaratkan perlindungan terhadap daerah sakral dan alam.
Pelanggaran dapat berakibat buruk pada kesehatan dan keberuntungan. Prinsip ini
mencakup memelihara alam dan tidak menyakiti binatang atau spesies lainnya.
Berkomitmen menjaga keseimbangan alam.

Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam


Prinsip ini fokus pada kualitas hidup melalui nilai dan cara hidup yang baik, bukan
materi. Penting dijelaskan karena pandangan antroposentris dan krisis ekologi. Manusia
dapat memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup layak dan berkualitas.
Prinsip hidup sederhana berperan dalam memelihara alam dan lingkungan hidup. Prinsip
ini membatasi pola konsumsi dan produksi manusia. Bagaimanapun, siapa yang
menentukan batas ini? Untuk itu, perlu ada gerakan bersama untuk mengubah pola hidup
bersama yang pro alam dan lingkungan. Tanpa prinsip ini, manusia kesulitan
mengendalikan perilaku dan sulit melindungi alam dan lingkungan.

Prinsip Keadilan
Keadilan membahas perilaku manusia terhadap satu sama lain dan dampak positif
pada alam. Fokusnya adalah menyalakan peluang dan hak untuk mengelola sumber daya
alam. Implementasi teori dan prinsip ini masuk dalam ranah politik ekologi, karena
menuntut akses yang adil terhadap kebijakan pemerintah tentang pengelolaan dan
pelestarian alam sebagai sumber kehidupan bagi seluruh anggota masyarakat. Termasuk
juga peran dan hak yang setara dalam menanggung dampak kerusakan alam. Untuk
menjamin keadilan bagi semua, prinsip ini membutuhkan jaminan keadilan dalam
prosedur pembuatan kebijakan. Pengambilan kebijakan lingkungan harus adil melalui
partisipasi publik. Perlakuan yang sama harus diberikan pada laki-laki dan perempuan
terkait manfaat dan risiko yang terkait dengan pengelolaan alam. Manfaat dan resiko
pengelolaan alam harus diperhitungkan secara adil, memperhatikan kesetaraan gender di
lingkungan. Perlakuan adil antara kelompok masyarakat terkait kegiatan lingkungan
harus sesuai dengan manfaat yang diperoleh. Masyarakat rentan perlu memprioritaskan
pemulihan ekonomi dan budaya. Akses yang sama bagi generasi masa depan. Prinsip
keadilan harus berlaku untuk semua generasi karena melibatkan kebutuhan manusia
seperti udara bersih, air bersih, makanan, dan perlindungan dari bencana alam serta
pemanasan global. Nasib masyarakat adat harus menjadi perhatian karena rentan terhadap
dampak pengelolaan alam oleh masyarakat modern. Ekosistem alam di sekitar tempat
tinggal sangat penting untuk mempertahankan hidup dan budaya. Jika alam rusak, budaya
dan masyarakat pun terancam.
Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi ini merupakan sebuah prinsip moral yang erat kaitannya
dengan jaminan atas perbedaan, kebebasan, dan kesetaraan hak masyarakat yang ditandai
oleh keberagaman. Artinya, bila prinsip demokrasi secara moral politik menghormati
keragaman dan kesetaraan hak maka implementasinya dalam konteks alam, antara lain,
melalui kebijakan yang melindungi hakekat alam yang beraneka ragam dan menentukan
baik-buruk, rusak-tidaknya, serta tercemar-tidaknya lingkungan hidup. Dengan kata lain,
prinsip demokrasi ini bukan hanya berpotensi menjamin pemenuhan rasa keadilan dan
penegakan hak bagi eksistensi perbedaan dalam masyarakat, tapi juga berpotensi untuk
melindungi alam.

Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini pertama-tama dimaksudkan untuk para pejabat publik. Dalam konteks
alam dan lingkungan hidup, prinsip ini menuntut agar pejabat publik menjadi teladan
dalam sikap dan perilaku yang menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan tidak
menyalahgunakan jabatan atau kekuasaan untuk kepentingan diri, misalnya, memberi ijin
untuk menguasai dan mengeksploitasi alam yang berdampak kepada pengrusakan alam.
Karena itu, pejabat publik dituntut untuk bersikap dan berperilaku benar dan baik serta
menjaga kepentingan masyarakat. Dalam praksisnya, prinsip ini secara konkret tampak
dalam kebijakan-kebijakan pejabat publik yang pro lingkungan; tidak mengorbankan
kepentingan masyarakat demi kepentingannya dan kelompoknya terkait dengan
pengelolaan sumber daya alam. Artinya, izin pengelolaan dan izin teknis pemanfaatan
sumber daya alam tidak diberikan manakala berdampak buruk pada keberlanjutan
ekosistem atau ekologis (merusak alam). Dalam konteks itu, pejabat publik yang
berintegritas secara moral adalah yang menolak segala bentuk sogokan dari pihak lain
terkait dengan proses perizinan pengelolaan alam. Jadi, prinsip ini menuntut agar pejabat
publik mengutamakan kepentingan masyarakat dan kelestarian alam dengan bersikap dan
berperilaku benar dan baik, menerapkan kebijakan yang pro lingkungan hidup, serta
dengan tegas menolak segala bentuk sogokan, kolusi, dan nepotisme terkait dengan
proses izin pengelolaan sumber daya alam yang berdampak merugikan masyarakat dan
menghancurkan alam.

C. METODE PENELITIAN
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran atau tanggung
jawab manusia dalam melestartikan alam. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
kepustakaan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan terhadap diktat,
jurnal-jurnal ilmiah, serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah
diteliti. Data penelitian dikumpulkan melalui studi kepustakaan, yaitu dengan membaca,
mempelajari, mengkaji, menganalisis materi-materi yang berkaitan dengan etika
lingkungan hidup. Analisis data dilakukan sehingga dapat dirumuskan sebuah
kesimpulan. Kesimpulan diambil dengan metode deduktif, dari hal-hal umum seperti
pemahaman terhadap etika lingkungan hidup itu sendiri, kemudian lebih spesifik kepada
kasus yang terjadi agar persoalan yang dipelajari bisa lebih dipahami. Hasil penelitian
studi literatur bermanfaat untuk membuat gambaran umum (generalisasi) dan memahami
arti dari persoalan yang dikaji.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelestarian alam merupakan tanggung jawab manusia yang hidup di dalamnya,


pelestarian alam dilakukan agar alam tetap terjaga dan dapat bermanfaat bagi manusia.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita telah melihat bagaimana dampak negatif muncul
akibat tindakan tidak bertanggung jawab manusia terhadap alam. Salah satu aspek paling
penting dalam tanggung jawab terhadap alam adalah kesadaran dari setiap individu itu
sendiri mengenai seberapa pentingnya lingkungan hidup sehat, baik dalam skala besar
maupun kecil.
Rendahnya tanggung jawab manusia terhadap pelestarian alam, dapat dilihat dari
perilaku menyampah oleh masyarakat saat berwisata di ecotourism laut. Tidak hanya
perilaku menyampah yang menyebabkan timbunan sampah serta kotornya air laut oleh
sampah, yang lebih memprihatinkan adalah wisata yang secara tidak langsung merusak
ekosistem laut. Salah satu contoh konkrit yaitu sampah plastik di perairan pantai
Pangandaran di Jawa Barat yang semakin memprihatinkan. Setiap hari sampah plastik
terbawa ombak ke tepian, sehingga membuat pantai terlihat kotor. Selain itu sampah
plastik juga selalu memenuhi jaring nelayan. Hal tersebut mengakibatkan sampah plastik
menumpuk di pinggir pantai. Masalah sampah plastik yang mengotori lautan juga telah
mengganggu kelestarian ekosistem laut. Berdasarkan informasi, banyak ditemukan
bangkai penyu di pinggir pantai, dengan perut yang penuh sampah plastik.
Kasus lain yang terjadi yaitu penggunaan kendaraan atau alat transportasi yang
berpotensi merusak ecotourism. Di Ranca Upas terdapat event motor trail yang menjadi
penyebab utama dari kerusakan alam. Kerusakan ini mengakibatkan rusaknya kurang
lebih 2000 tanaman edelweis pada rawa dan tanah di kawasan ranca upas. Kerusakan
alam tersebut dikarenakan banyak peserta kegiatan tersebut yang melenceng dari jalur
yang telah ditentukan. Karena tidak ada nya panitia di jalur, sehingga peserta justru
memasuki kawasan savana bunga itu dan merusak tanah pada kawasan tersebut. Meski
begitu pihak Ranca Upas telah menanam kembali bunga rawa seluas 3 hektar. Karena
kegiatan tersebut maka pihaknya akan membatasi kegiatan yang bisa di selenggarakan di
Ranca Upas.
Melihat contoh dari kedua kasus tersebut pada dasarnya diakibatkan oleh
kurangnya kesadaran dari setiap individu yang terlibat. Untuk menumbuhkan tingkat
kesadaran manusia terhadap pentingnya melestarikan alam, yaitu dengan menerapkan
prinsip-prinsip etika lingkungan hidup. Salah satu prinsip yang bisa ditumbuhkan dan
diterapkan adalah prinsip bertanggung jawab terhadap alam. Prinsip tanggung jawab
mengajarkan manusia untuk memelihara keutuhan alam semesta dan makhluk hidup di
dalamnya. Tanggung jawab tidak hanya individu, tapi juga kolektif. Prinsip ini
menjalankan tindakan nyata dalam menjaga alam semesta dengan segala isinya.
Kelestarian alam harus jadi tanggung jawab semua orang melalui kerja sama untuk terus
menjaga alam dan menghindari kerusakan.
Prinsip lainnya adalah prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Prinsip
ini menekankan kasih saying, cinta, perhatian, dan kesetaraan tanpa mendominasi alam
dan lingkungan hidup. Komunitas ekologi selayaknya dijaga dan dilindungi. Penyiksaan
terhadap binatang secara tidak langsung bisa terjadi melalui perilaku manusia yang
destruktif.
E. KESIMPULAN

Untuk melihat hubungan moral antara manusia dengan lingkungan alam dan bagaimana
perilaku manusia yang bermoral terhadap lingkungan hidup, dapat dilihat dari tiga teori
etika lingkungan hidup. Teori etika lingkungan hidup memberi dasar teoretis bagi relasi
antara alam dengan manusia, yaitu antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme.
Untuk melestarikan alam, manusia memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab tersebut
dapat dijalankan bila manusia menyadari dan menjalankan berbagai prinsip yang meliputi
prinsip-prinsip etika lingkungan hidup, prinsip sikap hormat terhadap alam, prinsip
solidaritas kosmis, prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam, prinsip tidak
merusak alam, prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam, prinsip integritas moral.
Menghadapi kasus perusakan alam, dampak yang dirasakan oleh seluruh umat manusia,
tidak hanya menurunnya kualitas kehidupan sehari-hari, melainkan juga rusaknya
ecotourism.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Sonny. A. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas


Keraf, Sonny. A. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Sistem
Kehidupan, Yogyakarta, Kanisius.
Samho, Bartolomeus. (2020). Diktat Etika Dasar. Teori-Teori Filsafat Tentang
Lingkungan Hidup
"Sampah Plastik Cemari Pantai Pangandaran" https://news.detik.com/berita-jawa-
barat/d-5072265/sampah-plastik-cemari-pantai-pangandaran.
https://www.kompas.com/topik-pilihan/list/7900/edelweis-ranca-upas-dirusak-event-
trail
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2023/04/14/141500965/sem
pat-hancur-akibat-event-motor-trail-bagaimana-kondisi-ranca-upas-kini-

Anda mungkin juga menyukai