Kecerdasan Naturalis
Aldila Rahma
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara
Email: aldila.rahma87@gmail.com
ABSTRAK
Isu lingkungan hidup yang terjadi pada skala global bersumber dari satu
masalah, yaitu perilaku manusia yang tidak menghargai lingkungan. Kerusakan
lingkungan terjadi akibat kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
yang melebihi batas kemampuan lingkungan untuk kembali ke keadaan semula,
sehingga berakhir pada terjadinya bencana ekologis. Munculnya perilaku seperti
ini, tidak terlepas dari cara pandang manusia terhadap lingkungannya (etika
lingkungan), yang terkadang menempatkan manusia sebagai penguasa diatas
makhluk lainnya di dunia.
Jika masalahnya terletak pada moral manusia, maka untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup tidaklah mudah, bahkan dengan penerapan
teknologi tinggi sekalipun. Perilaku tidak selaras dengan lingkungan yang sudah
terbentuk melalui kebiasaan buruk akan sulit untuk diubah. Etika lingkungan
menawarkan cara pandang baru serta perilaku baru terhadap lingkungan hidup,
yang merupakan salah satu solusi terhadap krisis lingkungan. Perilaku sadar
lingkungan tidak dapat terbentuk dengan sendirinya tapi melalui proses
pembelajaran yang terus menerus, yaitu dengan mengasah kecerdasan naturalis
pada manusia.
Tidak semua manusia berkembang kecerdasan naturalis dalam dirinya,
yaitu kemampuan untuk mengenali unsur alam dan hidup selaras dengan alam.
Oleh karena itu, salah satu solusi menyelamatkan lingkungan hidup adalah
pembentukan perilaku cinta lingkungan sejak dini dengan mengembangkan aspek
kecerdasan naturalis pada anak. Anak-anak sebagai generasi penerus diharapkan
memiliki kesadaran yang diperlukan untuk mengelola lingkungan hidup dimasa
yang akan datang. Sedangkan untuk membentuk masyarakat sadar lingkungan,
kecerdasan naturalis ini dapat ditingkatkan dan dibina melalui penyuluhan,
implementasi program pemerintah, serta pengawasan yang berkesinambungan.
Hal ini harus dilakukan untuk menghindari paradigma bahwa program-program
lingkungan hanya sebatas proyek saja, sehingga jika program tersebut berakhir,
lingkungan akan kembali rusak.
Notohadiprawiro, T. 2006.
Pendidikan Lingkungan.
Repro: Ilmu Tanah