Anda di halaman 1dari 35

ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat ilmu membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik

berwujud ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk

memahami filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin

kita menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok, yaitu bagaimana

epistemologi atau teori pengetahuan. Yang membahas bagaimana kita memperoleh

pengetahuan, ontology atau teori hakikat, yang membahas tentang hakikat segala

sesuatu yang melahirkan pengetahuan. Dan aksiologi atau teori nilai yang

membahas tentang tentang untuk apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam

aspek aksiologi ini ada Moral conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap

ilmu bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu. Namun, salah satu

tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang

penemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut.

Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang

yang meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.

Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam mem yang begitu luas

ruang lingkup dan pembahasannya. Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama

membahas tentang hakikat, hanya saja dari hal yang berbeda dan tujuan yang

berbeda pula. Epistemologi sebagai teori membahas tentang bagaimana mendapat

1
pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu membedakan dengan yang lain. Ontologi

membahas tentang apa objek yang kita ketahui wujudnya yang hakiki dan

hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi nilai yang membahas tentang

pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi perkembangannya.

Ilmu pengetahuan itu sendiri adalah kumpulan pengetahuan yang benar disusun

dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku niversal dapat

diuji/diverifikasi kebenaranya.Ilmu pengetahuan tidak hanya satu, melaikan banyak

(plural) bersifat terbuka berkaitan dalam memecahkan masalah. Jadi, Pengetahuan

filsafat mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional.

1.2 Pengertian Ontologi dalam Filsafat Ilmu

Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan

yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat

manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, terarah

dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada ini berupa

tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan. Ontologi

merupakan pembahasan tentang bagaimana cara memandang hakekat sesuatu

dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau

jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu

(holistik).

Ontologi merupakan studi tentang proses, fungsi, unsur, parameter dan karakteristik

interaksi manusia dengan komponen lainnya dimana manusia sebagai thema

central. Dalam hal ini manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang diberi

2
kelebihan akal, budaya dan agama dibandingkan dengan komponen lain dalam

ekosistemnya.

Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari suatu bidang yang

mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Sebuah ontologi memberikan pengetahuan

penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan

knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari

menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah

base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari

property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada

pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang ada.

Ontologi ilmu menurut Mudhofir (1997), membatasi diri pada ruang kajian

keilmuwan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati

melalui panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan

pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaah yang berada dalam

batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti

surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu. Ilmu

adalah bagian kecil dari serangkaian pengetahuan yang dapat ditemukan dan di

pelajari serta dibutuhkan dalam mengatasi berbagai dilema dunia dan isinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ontologi artinya cabang ilmu filsafat yang

berhubungan dengan hakikat hidup. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang

mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang adamenurut tata hubungan

sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaituada manusia, ada alam, dan ada

kausa prima dalam suatu hubungan yangmenyeluruh, teratur, dan tertib dalam

keharmonisan. Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud

3
hakikat yang ada.Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang

dapatdijangkau panca indera. Dengan demikian, objek ilmu adalah pengalaman

inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yangmempelajari tentang hakikat

sesuatu yang berwujud (yang ada) denganberdasarkan pada logika semata.

Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory

of being qua being” ,artinya ontologi adalah teori tentang wujud.

B. PEMBAHASAN

Ilmu Lingkungan adalah ilmu yang penting karena memanfaatkan berbagai macam

ilmu (interdisipliner) dengan satu tujuan meningkatkan kualitas perilaku umat

manusia agar tidak membuat kerusakan di daratan, lautan, mau pun angkasa sebagai

mana disinyalir oleh Kitab Suci agama apa pun. Dengan ilmu lingkungan, umat

manusia dituntun untuk melakukan perbaikan, perlindungan, dan konservasi

terhadap alam sekitar tempat kehidupannya, mengendalikan polusi /pencemaran

lingkungan. Karena bumi kita hanya satu, isu lingkungan menjadi kepentingan

dunia internasional seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam,

berkurangnya keanekaragaman hayati.

Masalah lingkungan muncul akibat kegiatan pembangunan yang melahirkan

urbanisasi, pertumbuhan industri, transportasi, pertanian, permukiman, dan lain-

lain. Di belahan bumi utara, untuk membersihkan lingkungan mereka sendiri,

penduduknya berhasil memindahkan pabrik-pabrik “kotor” ke belahan bumi

selatan. Akibatnya di sana meningkat pencemaran lingkungan secara eksplosif.

Untuk mengubah kondisi lingkungan yang tidak diinginkan menuju arah yang

4
diinginkan diperlukan sebuah kajian ilmu khusus, yang memiliki fokus cakupan

lebih mendalam. Batasan ilmu lingkungan dengan ilmu lainnya adalah tentang

perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan

makhluk hidup di dalamnya. Ketika suatu perubahan lingkungan terjadi akan tetapi

tidak berpengaruh potensial terhadap keberlangsungan kehidupan, maka hal itu

sudah bukan lagi wilayah cakupan ilmu lingkungan.

Ontologi Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Ada kebutuhan untuk bijaksana dalam merencanakan pembangunan di tempat

bergantungnya keberlanjutan dan kelangsungan hidup kita. Sumber daya yang

ditarik /dimanfaatkan, pengolahan dan penggunaan produk-produk yang dihasilkan

perlu disinkronisasi dengan siklus ekologi untuk kelestarian lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan. Dari Misra (1991) dikenal empat prinsip dasar ekologi

yaitu: 1) holisme dianggap dasar ekologi, 2) eko-sistem, 3) suksesi, 4) konservasi.

Ada tingkat hirarki terkait unit interaksi ekologi sebagai berikut:

1) individu

2) populasi

3) komunitas

4) ekosistem

5) bioma

6) biosfer.

Dalam pembangunan, dibutuhkan solusi dengan tujuan:

1) satu tujuan pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan;

2) satu tujuan umum untuk kemakmuran penduduk bumi;

5
3) satu tujuan terhindar dari perilaku masyarakat yang boros dan konsumtif.

Kebutuhan untuk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan, menjadi tugas

bersama kita sebagai konsekuensi dari kegiatan umat manusia yang menyempitkan

daya dukung lingkungan dan menipiskan biosfer atas nama pembangunan.

Adanya suatu perubahan yang terjadi pada lingkungan dimana manusia berpijak,

perubahan baik yang diakibatkan oleh kegiatan manusia itu sendiri maupun

perubahan karena gejala alam.

Dalam kajian dan perenungan tentang keberadaan lingkungan hidup dan

interaksinya dengan manusia, empat prinsip utama yang memperlihatkan

pentingnya manusia untuk memahami lingkungan hidupnya, antara lain :

a. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature), Sikap hormat terhadap

alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam

semesta seluruhnya.

b. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature), Konsekuensi yang

muncul dari prinsip sikap hormat terhadap alam di atas adalah rasa tanggung

jawab secara moral terhadap alam, karena manusia diciptakan sebagai

penanggung jawab di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah bagian

integral dari alam.

c. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity), prinsip solidaritas muncul dari

kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta.

d. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature)

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah

untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh

isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi.

6
Manusia seharusnya menyadari kedudukan dan tanggung jawab dirinya, serta

bagaimana idealnya beretika dengan ekosistemnya, dimana di dalam ekosistem

berlaku hukum timbal balik yang saling menguntungkan. Suatu ekosistem akan

berlangsung dalam batas-batas hukum alam antara satu komponen dengan

komponen lainnya. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-

komponen lain dalam ekosistem itu sehingga secara moral alam manusia dituntunt

untuk bertanggung jawab kepada keutuhan, kelangsungan, keseimbangan, dan

kelestarian alam yang menghidupi dirinya sebagai wujud dari komitmen dan

integritasnya terhadap ekosistem.

Oleh karena itu manusia harus menjadikan alam sebagai tema sentral dalam hal:

1) Memanfaatkan sumber-sumber daya alam tetap dalam batas-batas toleransi

tidak melampaui daya dukung lingkungan.

2) Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam arti melestarikan fungsi sumber daya

alam melalui:

a) Kebijaksanaan penataan lingkungan hidup.

b) Pemanfaatan sumber daya alam.

c) Pengembangan sumber daya alam.

d) Pemeliharaan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

e) Pemulihan keutuhan sumber daya alam dalam ekosistemnya terutama sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

f) Pengawasan berbagai bentuk aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber

daya.

g) Pengendalian terhadap dampak lingkungan hidup.

h) Menciptakan, menerapkan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.

7
i) Pembangunan berkelanjutan. Setiap pembangunan harus distandarisasikan

kepada pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Bukan saja layak teknis

dengan menerapkan teknologi canggihnya dan layak ekonomis, akan tetapi

juga harus layak lingkungan hidup.

j) Membangun keserasian dan keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan sumber

daya alam harus tetap dalam pertimbangan masa depan.

k) Melestarikan fungsi lingkungan hidup dimana daya dukung dan daya tampung

lingkungan masih dalam batas toleransi.

l) Menjaga baku mutu lingkungan, dimana setiap kegiatan harus diukur dengan

standar baku mutu lingkungan untuk mendukung kelestarian fungsi-fungsi

komponen ekosistem.

Konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan, perlindungan, pemeliharaan

fungsi-fungsi lingkungan tetap dalam keserasian, keseimbangan, ketersediaan, dan

dalam berkesinambungan.

C. KESIMPULAN

1. Ontologi yang dipandang dari ilmu lingkungan merupakan studi tentang

proses, fungsi, unsur, parameter dan karakteristik interaksi manusia dengan

komponen lainnya dimana manusia sebagai thema central.

2. Dalam hal ini manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang diberi

kelebihan akal, budaya dan agama dibandingkan dengan komponen lain dalam

ekosistemnya.

8
3. Kebutuhan untuk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan, menjadi

tugas bersama kita sebagai konsekuensi dari kegiatan umat manusia yang

menyempitkan daya dukung lingkungan dan menipiskan biosfer atas nama

pembangunan.

4. Konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan, perlindungan, pemeliharaan

fungsi-fungsi lingkungan tetap dalam keserasian, keseimbangan, ketersediaan,

dan dalam berkesinambungan.

9
EPISTEMILOGI DALAM FILSAFAT ILMU LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Filsafat adalah akar dari segala pengetahuan manusia baik pengetahuan ilmiah

maupun pengetahuan non ilmiah. Pada dasarnya induk dari segala cabang ilmu

yang ada pada saat ini adalah filsafat. Kemudian pada perkembangannya, ilmu

memiliki instrumen kajian tersendiri untuk dapat diungkapkan baik melalui

penelitian, pengalaman, pengamatan, dan metode sebagai bukti nyata dari

keilmuan. Secara garis besar falsafah ilmu terpecah menjadi dua kajian, yaitu ilmu

yang mempelajari mengenai peristiwa alam dan ilmu yang mempelajari tentang

kehidupan sosial. Dari berbagai macam ilmu tersebut kemudian terpecah dari induk

ilmunya menjadi berbagai macam ilmu, salah satunya adalah ilmu lingkungan yang

berkembang dari bidang ilmu tertentu menjadi bidang ilmu yang lebih khusus lagi,

dan memiliki cakupan studi yang lebih sempit dan mendalam.

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat ilmu yang mempelajari tentang asal,

sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan

sebagai teori pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini

terdiri dari dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang

artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang

bagaimana seorang ilmuwan membangun ilmunya.

Ilmu epistemologi mencakup tentang kemampuan untuk berpikir deduktif dan

induktif. Berpikir deduktif artinya mampu bersikap rasional kepada pengetahuan

ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpulkan sebelumnya.

Ranah ini menuntut kita untuk berpikir secara sistematik dan kumulatif.

10
Pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyertakan argumen-

argumen yang logis. Ilmu ini berusaha menjelaskan objek yang berada dalam fokus

penelaahan secara konsisten dan koheren dan rasional.

Ilmu Lingkungan adalah ilmu yang penting karena memanfaatkan berbagai macam

ilmu (interdisipliner) dengan satu tujuan meningkatkan kualitas perilaku umat

manusia agar tidak membuat kerusakan di daratan, lautan, maupun angkasa.

Dengan ilmu lingkungan, manusia dituntun untuk melakukan perbaikan,

perlindungan, dan konservasi terhadap alam sekitar tempat kehidupannya,

mengendalikan polusi/pencemaran lingkungan. Karena bumi kita hanya satu, isu

lingkungan menjadi kepentingan dunia internasional seperti pemanasan global,

penipisan lapisan ozon, hujan asam, berkurangnya keanekaragaman hayati.

Ilmu lingkungan atau Environmental Sciences (ES) merupakan suatu ilmu yang

mempelajari interaksi komponen – komponen fisik, kimia, dan biologi yang ada di

lingkungan serta merupakan suatu disiplin ilmu yang saling melengkapi dengan

ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu sosial. Ilmu lingkungan berfokus pada polusi dan

penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang

berpengaruh pada perubahan biologis dan lingkungan berkelanjutan, serta

melibatkan aspek ilmu ekonomi, ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial yang

merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan berpengaruh pada

lingkungan.

Menurut Jujun S (2005) ilmu lingkungan merupakan bagian dari pengetahuan yang

diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya. pada hakikatnya

pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu.

11
Aspek epistemologi dalam ilmu lingkungan membahas tentang bagaimana caranya

manusia dapat mempelajari dan mengetahui lingkungan, darimana pengetahuan

tentang lingkungan itu dapat diperoleh dan bagaimana validitas pengetahuan itu

dapat dievaluasi.

B. PEMBAHASAN

Pada awalnya ilmu lingkungan berasal dari studi ekologi yang merupakan salah

satu cabang ilmu dari studi biologi. Pada perkembangannya, ilmu lingkungan

merupakan suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan

manusia yang pantas di dalamnya. Ilmu Lingkungan bersifat multidisiplin, artinya

mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya secara terintegrasi, seperti ekologi,

geologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik, secara

holistik/menyeluruh dan berpandangan terbuka.

Ilmu lingkungan berorientasi pada mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid),

baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia

terhadap alam. Pengetahuan tersebut menimbulkan tanggung jawab, untuk terlibat

dan mencoba melakukan sesuatu tentang permasalahan yang kita timbulkan

terhadap alam. Jadi pengetahuan tentang lingkungan hidup adalah untuk

menimbulkan kesadaran, penghargaan, dan keberpihakan (Cunningham & Saigo,

1997).

Suatu pengetahuan tentang lingkungan dikumpulkan dengan tujuan untuk

menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia dengan

12
meramalkan dan mengontrol gejala alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum

dan impersonal.

Pengetahuan tentang ilmu lingkungan dapat diperoleh melalui pengalaman panca

indera baik melalui pengamatan maupun penelitian (observe and research) dan

melalui perkembangan akal, intuisi, serta logika (mind , intuition, logic).

Pengamatan adalah suatu proses kejadian yang dialami secara berulang ulang oleh

suatu subjek dan kemudian ditangkap oleh subjek melalu panca indera dengan

cermat sehingga mendapatkan suatu pengetahuan baru dari pengalaman tersebut

mengenai perilaku dan aktivitas objek yang kebenarannya bersumber dari

pengalaman. Penelitian adalah suatu kajian spesifik yang dilakukan dengan

menggunakan metode ilmiah tertentu untuk mengungkap kebenaran yang diperoleh

baik dari hasil pengalaman maupun penelitian sebelumnya. Adapun akal, intuisi

dan logika merupakan fungsi analisis yang digunakan untuk menjelaskan suatu

kebenaran yang diperoleh baik dari pengamatan maupun penelitian. Perbedaan

antara akal, intuisi, dan logika terletak pada cara memperoleh suatu kebenaran.

Akal memperoleh kebenaran berdasar kajian kajian teori yang sebelumnya sudah

ada. Intuisi memperoleh kebenaran ketika seluruh teori yang digunakan sudah tidak

mampu menjelaskan suatu permasalahan yang bersumber dari kejernihan pikiran

dan hati seseorang. Sedangkan logika adalah suatu metode dalam menarik suatu

kesimpulan berdasarkan kebenaran – kebenaran atau fakta yang telah ditemukan.

Menurut pendapat Aristoteles yang lain bahwa perkembangan ilmu pengetahuan

dan termasuk ilmu lingkungan di dalamnya, adalah tidak terletak pada akumulasi

data data fakta akan tetapi juga terletak pada peningkatan kualitas metode dan teori

yang digunakan. Yang dapat diartikan bahwa suatu perkembangan teori kebenaran

13
tidak terletak pada sebanyak apa fakta fakta yang mendukungnya, akan tetapi jiwa

dari kebenaran tersebut juga terletak pada bagaimana metode yang digunakan untuk

mendapatkan fakta yang membangun suatu kebenaran tersebut dan juga kekuatan

teori yang menjadi landasan dari suatu kebenaran.Syarat-syarat yang harus

dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang

dinamakan dengan metode ilmiah.

Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa

langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir

ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya

terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris

“system lingkungan hidup” yang jelas batas-batasnya serta dapat

diidentifikasikan faktor-faktor dan komponen-komponen yang ada di dalamnya;

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan

argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai

faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan penelitian.

Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah

yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris

yang relevan dengan permasalahan penelitian; dan

3. Perumusan hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan

dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-

fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

4. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang

diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat

14
fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.

Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup

mendukung hipoteis maka hipotesis itu ditolak.

Dalam kajian ilmu lingkungan, kegiatan-kegiatan kajian ilmiahnya selain untuk

mengembangkan IPTEK yang ada, diharapkan juga berorientasi pada problem

solving masalah realitas lingkungan hidup.

Langkah dalam epistemologi ilmu lingkungan antara lain berpikir deduktif dan

induktif. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan

ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan

sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap

demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru

berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu

mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam

fokus penelaahan ilmu lingkungan.

Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak

memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat

rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai

penjelasan terhadap suatu objek analisis tertentu.

Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu di tujukan untuk

menemukan kebenaran. Pada dasarnya kebenaran telah menjadi kajian berpikir

sejak lama. Plato (427-347) dan Aristoteles (384-322) telah mencoba merumuskan

kebenaran ini. Teori kebenaran yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles adalah

teori koherensi. Teori koherensi beranggapan bahwa suatu hal dikatakan benar

15
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang sebelumnya. Sehingga, apabila ada

pernyataan “semua hewan menyusui masuk ke dalam kelas mamalia” adalah

pernyataan yang benar. Maka, pernyataan bahwa paus menyusui dan ia termasuk

ke dalam kelas mamalia” adalah pernyataan yang benar karena pernyataan-

pernyataan yang ada saling berkaitan dan menunjukan kebenaran. Walaupun yang

kita tahu paus adalah ikan, namun karena ia menyusui ia tidak masuk ke dalam

kelas Pisces melainkan Mamalia. Selanjutnya teori kebenaran dikembangkan oleh

Bertrand Russell (1872-1970) dengan teori koherensi. Berdasarkan teori koherensi,

suatu hal dianggap benar apabila dapat diuji dengan kesesuaian obyek yang ada.

Sebagai contoh, apabila terdapat pernyataan “ayam berkembang biak dengan

bertelur”. Maka pernyataan dikatakan benar karena secara faktual, ayam memang

berkembang biak dengan bertelur dan ditemukan pula telur ayam itu. Demikian

teori kebenaran yang umumnya digunakan.

Perkembangan kebenaran ilmu lingkungan dimulai dari ditemukannya fakta bahwa

aktivitas manusia khususnya di bidang industri memiliki dampak pengaruh

terhadap perubahan lingkungan. Selanjutnya fakta fakta yang terkumpul menjadi

sebuah hukum universal bahwa kegiatan industri yang sedang berkembang saat itu

memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Dari hukum universal tersebut kemudian

dicari fakta fakta baru dimana letak pengaruhnya secara signifikan dan menjadi

lebih spesifik. Masing-masing fakta tersebut membentuk sebuah hukum universal

kontribusi industri dalam kegiatan perusakan lingkungan yang terjadi. Yang

kemudian memunculkan isu global mengenai kerusakan lingkungan saat ini mulai

dari penipisan lapisan ozon, perubahan iklim global, kenaikan muka air laut, hingga

masalah kerusakan hutan, kepunahan berbagai spesies tertentu dan masih banyak

16
isu isu lingkungan yang spesifik. Dan pada akhirnya perkembangan ilmu

lingkungan itu sendiri juga seiring dengan perkembangan tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya keseimbangan lingkungan yang telah berubah.

C. KESIMPULAN

Ilmu Lingkungan merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari peristiwa

alam; interaksi komponen fisik, kimia dan biologi di lingkungan, berfokus pada

penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang

berpengaruh pada perubahan biologis dan lingkungan berkelanjutan.

Aspek epistemologi dalam ilmu lingkungan membahas tentang bagaimana caranya

manusia dapat mempelajari dan mengetahui lingkungan, darimana pengetahuan

tentang lingkungan itu dapat diperoleh dan bagaimana validitas pengetahuan itu

dapat dievaluasi. Langkah dalam epistemologi ilmu lingkungan antara lain berpikir

deduktif dan induktif

17
AXIOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa

Arab yang juga diambil dan bahasa Yunani; philosophia. Kala ini berasal dan dua

kata Philo dan Sophia. Philo = lImu atau cinta dan Sophia = kebijaksanaan.

Sehingga arti harfiahnya adalah ilmu tentang kebijaksanaan ataupun seseorang

yang cinta kebijakan. Tegasnya filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang

mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Katalainnya

filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran

segala sesuatu. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-

ilmu khusus. Tetapi perkembangan berikutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu

memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Sejarah ilmu yang mula-mula

melepaskan diri dari filsafat adalah matematika dan fisika pada zaman Renaissance,

kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya. Filsafat ilmu secara umum dapat

dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis

bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang

dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang

memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada

umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses

keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.

18
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana

manusia menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai

kegunaan ilmu. Berikut pengertian aksiologi menurut para ahli:

 Koento (2003: 13), aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh

manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi merupakan sebuah

ilmu yang terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna

terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam kehidupan yang

menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik

ataupun fisik material.

 Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki

hakekat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

 Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157), Scheleer

mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang

tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori

mengenai tindakan baik secara moral. Langeveld berpendapat bahwa aksiologi

terdiri atas dua hal utama: etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat

penilaian yang membicarakan perilaku seseorang, sedangkan estetika adalah

bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari

sudut indah dan buruk.

Lingkungan hidup bukan hanya sekedar dinilai dari point-point keanegaramannya

saja didaerah yang satu dengan didaerah yang lain atau isu-isu yang sudah

mendunia tentang lingkungan hidup yang kian hari kian rusak oleh tangan-tangan

19
manusia itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia, kata atau istilah ‘lingkungan’ berarti

(1) daerah (kawasan dsb) yang termasuk didalamnya,

(2) bagian wilayah kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan

pemerintahan desa;

3) gologan atau kalangan, seperti pada kata :’ ia berasal dari lingkungan bangsawan’

4) semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.

Dalam pembahasan ini, makna atau pengertian yang akan dipakai adalah pengertian

no. 4 dengan sejumlah pengembangan seperti yang akan diuraikan kemudian. Kata

atau istilah ‘hidup’ secara harfiah berarti‘ masih terus ada, bergerak dan bekerja

sebagaimana mestinya Dari pengertian kata diatas dapat difahami bahwa inti dari

unsur lingkungan hidup itu meliputi alam, hewan dan manusia. Dalam kenyataan,

kehidupan dibumi ini banyak diwarnai oleh saling pengaruh mempengaruhi antara

ketiga komponen lingkungan hidup tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa lingkungan hidup itu merupakan keseluruhan unsur yang saling

mempengaruhi kehidupan dibumi Allah swt, yang sekurang-kurangnya terdiri atas

unsur alam, unsur hewani dan unsur manusia dan tingkah lakunya.

B. PEMBAHASAN

Ilmu lingkungan adalah bidang akademik multidisipliner yang

mengintegrasikanilmu fisika, biologi, kimia, ekologi, ilmu tanah, geologi, sains

atmosfer, dan geografi untuk mempelajari lingkungan, dan solusi dari

20
permasalahan lingkungan. Ilmu lingkungan menyediakan pendekatan

interdisipliner yang terintegrasi dan kuantitatif untuk mempelajari sistem

lingkungan. Bidang terkait untuk dipelajari yaitu pembelajaran

lingkungan dan teknik lingkungan. Pembelajaran lingkungan menggabungkan

berbagai ilmu sosial untuk memahami hubungan antar manusia, persepsi, dan

kebijakan mengenai lingkungan. Teknik lingkungan fokus pada desain dan

teknologi untuk meningkatkan kualitas lingkungan di berbagai aspek.

Lingkungan hidup merupakan sumber kehidupan manusia, binatang, tumbuhan dan

keanekaragaman hayati lainnya. Lingkungan hidup memiliki sistem yang

merupakan sistem kehidupan itu sendiri. Manusia dan seluruh entitas kehidupan,

dalam memenuhi kebutuhannya selalu bersinggungan dengan lingkungan. Oleh

karena itu dalam setiap aspek kegiatan manusia, harus memperhatikan aspek

perlindungan dan pengelolaan lingkungan, agar tetap terjaga keseimbangan yang

harmonis dalam ekologi.Sedemikian pentingnya peran dan fungsi lingkungan hidup

bagi kehidupan manusia dan seluruh makluk di bumi, maka upaya perlindungan

lingkungan hidup merupakan prioritas yang harus dilakukan oleh seluruh umat

manusia, agar kelangsungan sistem kehidupan tetap terjaga. Upaya perlindungan

lingkungan seharusnya dapat diimplementasikan dalam setiap kegiatan secara

berkelanjutan.

Kerusakan lingkungan yang secara sengaja dilakukan tersebut merupakan bentuk

pelanggaran terhadap suatu hak, baik hak asasi manusia maupun hak asasi

lingkungan. Pelanggaran suatu hak mengakibatkan terjadinya ketidakadilan.

Pengabaian aspek perlindungan lingkungan dalam setiap kegiatan, merupakan

bentuk pelanggaran terhadap keadilan ekologi, yaitu keadilan bagi manusia dan

21
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk penghormatan dan perlindungan

terhadap lingkungan hidup, sehingga dapat terpelihara lingkunganyang baik dan

sehat, yang menjamin terwujudnya keseimbangan dalam ekosistem.

Krisis lingkungan global, nasional dan lokal yang terjadi selama ini,sebenarnya

bersumber dari kesalahan fundamental filosofis atas cara pandang manusia

mengenai dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem.

Kekeliruan dalam memandang alam dan keliru menempatkan diridalam konteks

alam semesta, mengakibatkan pola perilaku yang mengakibatkan kerusakan alam

lingkungan. Oleh Karena itu, pembenahannya harus menyangkut pembenahan cara

pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi, baik dengan sesama manusia

maupun dengan lingkungan alam dalam keseluruhan ekosistem. Aksiologi

merupakan sebuah teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan

dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.

Langeveld berpendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal

utama: etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat penilaian yang

membicarakan perilaku seseorang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat

tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan

buruk. Perkembangan terbaru dari cabang filsafat yang disebut ‘filsafat

lingkungan’, atau kadang-kadang disebut, ‘etika lingkungan’, telah ditandai dengan

berbagai perselisihan teoritis tentang cara terbaik untuk memberikan dasar filosofis

keterlibatannya masalah lingkungan yang kita hadapi, saat ini dan masa depan. Ada

banyak yang berharap bahwa etika lingkungan baru akan muncul, mewujudkan

seperangkat prinsip yang bisa membantu menangani hubungan manusia dengan

22
binatang dan alam dengan cara yang nampaknya mengabaikan teori etika

tradisional.

Etika lingkungan hidup dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara

mengenainorma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam

berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku

manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut (Keraf, 2010). Etika dan

moralitas berlaku bagi komunitas biotik dan komunitas ekologi. Etika lingkungan

hidup berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu

antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara

manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan. Filsafat

tentang lingkungan dalam kehidupan didunia ini mempunyai arti yang sangat

penting, sebab dengan berfilsafat orang akan mempunyai pedoman untuk berpikir,

bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi berbagai gejala peristiwa

yang timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran itu akan membuat orang tidak

mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbulnya gejala-gejala,

peristiwa dan masalah yang dihadapi.

Berfilsafat tidak bersikap dan bertindak secara tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dan

naluri, tetapi bersikap dan bertindak kritis, mencari sebab, mencari isi, dan mencari

hakikat dari itu gejala-peristiwa alam dan social. Dengan berfilsafat manusia bisa

melihat/belajar tentang peristiwa atau gejala-gejala alam yang terjadi saat ini,

melalui sejarah dan tindakan sebelumnya sehingga menimbulkan akibat yang

buruk, merusak atau merugikan lingkungan alam yang berdampak juga pada

manusia secara keseluruhan. Dengan berfilsafat juga manusia akan berpikir logis

untuk dapat mencari solusi dari masalah lingkungan yang ada saat ini, untuk

23
dapat berperilaku atau bertindak yang menimbulkan kebaikan bahkan akan

memperbaiki kerusakan lingkungan yang ada.

Tiga prinsip etis lingkungan hidup, yaitu :

1. Prinsip Sustainibilitas.

Prinsip sustainibilitas memerlukan sikap mengerti terhadap kehidupan, tetapi

lebih dari itu adalah sikap peka terhadap kehidupan. Perlunya dibentuk

kesadaran Bahwa ekosistem adalah sesuatu yang harus dijaga keseimbangannya,

tidak boleh dirusak dengan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terencana

dengan baik.

2. Prinsip Proporsionalitas.

Setiap kegiatan pembangunan akan mengubah lingkungan alamiah, dan secara

tidak langsung akan merusak. Maka perlu menjaga aspek proporsionalitas antara

manfaat dan kerusakan yang akan ditimbulkan.

3. Prinsip Tanggung Jawab Penyebab.

Penanganan kerusakan atau dampak yang mungkin timbul semestinya menjadi

bagian planning yang integrative dari suatu perusahaan atau industri. Yang akan

terjadi di depan seharusnya sudah bisa diperhitungkan, diambil langkah-langkah

antisipatif sehingga dampak yang timbul bisa ditekan seminimal mungkin.

Teori-teori yang ada dalam etika lingkungan hidup, antara lain:

a. Teori Antroposentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang memandang

manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Antroposentrisme juga

24
merupakan teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya

berlaku bagi manusia dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia

mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting.

b. Teori Biosentrisme

Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny Keraf, etika biosentrisme

bersumber pada kesadaran bahwa kehidupan adalah hal sacral. Kesadaran ini

mendorong manusia untuk selalu berusaha mempertahankan kehidupan dan

memperlakukan kehidupan dengan sikap hormat. Etika biosentrisme didasarkan

pada hubungan yang khas antara manusia dan alam, dan nilai yang ada pada alam

itu sendiri. Alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai di tengah dan

dalam komunitas kehidupan di bumi.

c. Teori Ekosentrisme

Teori ekosentrisme menawarkan pemahaman tentang kepedulian moral yang

diperluas sehingga mencakup komunitas ekologis seluruhnya, baik yang hidup

maupun tidak. Ekosentrisme semakin diperluas dalam deep ecology dan

ecosophyyang sangat menggugah pemahaman manusia tentang kepentingan

seluruh komunitas ekologis. Deep ecology menuntut suatu etika baru yang tidak

berpusat pada manusia, melainkan berpusat pada keseluruhan kehidupan dengan

upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup.

Pada awalnya paham antroposentris yang diwakili oleh kaum modernis adalah

pemahaman bahwa manusia di atas alam. Intinya bahwa manusia diijinkan

mengeksploitasi alam dalam mengejar nasib dan perkembangan manusia.

Sebaliknyapaham ekosentris yang diwakili oleh kaum ekoradikal, menempatkan

25
nilai yang sama pada manusia dan alam sebagai bagian dari satu biosistem tunggal.

Dari pandangan ini manusia tidak memiliki hak mengeksploitasi alam bagi

keuntungannya sendiri. Manusia memiliki kewajiban untuk hidup dalam

keharmonisan dengan alam dan menghargai serta memelihara keseimbangan

ekologis secara menyeluruh. Perdebatan ini masih terus bergulir yang menentukan

adalah banyak sedikitnya orang yang memposisikan pada paham mana dalam

menyikapi isu lingkungan hidup.

Etika lingkungan hidup bertumpu kepada paradigma biosentrisme dan

ekosentrisme yang memandang manusia sebagai bagian integral dari alam,

sehingga sikap dan perilaku manusia harus penuh tanggung jawab, sikap hormat,

dan peduli terhadap kelangsungansemua kehidupan di alam semesta. Cara pandang

mengenai manusia sebagai bagianintegral dari alam, serta perilaku penuh tang

gung jawab, sikap hormat, dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di

alam semesta, telah menjadi cara pandangdan perilaku berbagai masyarakat adat di

seluruh dunia. Perspektif yang melihat bahwa manusia sebagai komunitas etis,

bukan sekadar komunitas sosial dan manusia sebagaibagian integral dari alam,

bukan entitas yang membawahkan dan menguasai alam.

Lingkungan hidup menurut UU No. 4 tahun 1982 adalah kesatuan ruang yang

terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan

manusia dan makhluk hidup lainnya. Dan dapat dikatakan ingkungan merupakan

suatu media di mana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki

karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balikdengan

26
keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki

peranan yang lebih kompleks dan rill. (Rusdiana, 2012: 140). Komponen

lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor

biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan

alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan

Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis

lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai dll. Lingkungan buatan

dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman kota, dll.

Pelestarian lingkungan perlu dilakukan karena kemampuan daya dukung

lingkungan hidup sangat terbatas baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara sukarela baik oleh individu

maupun kelompok masyarakat yang peduli terhadap pelestarian lingkungan, dan

dilakukan berdasarkan pedoman yang ada yaitu dengan UndangUndang no. 23

tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH). Adapun tujuan dari

pedoman PLH adalah agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengguna

lingkungan tidak merusak lingkungan, melainkan harus berwawasan lingkungan.

(Rusdiana, 2012: 141)

C. KESIMPULAN

Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yangmempelajari dan mengkaji secara kritis

persoalan benar dan salah secara moral, tentangbagaimana harus bertindak dalam

situasi konkret (Keraf, 2010:17).Etika lingkungan hidup dalam kajian inilebih

condong kepada pengertian kedua, yakni sebagai refleksi kritis tentang norma

27
dannilai atau prinsip moral yang dikenal umumselama ini dalam kaitannya dengan

lingkunganhidup dan refleksi kritis tentang cara pandangmanusia tentang manusia,

alam, dan hubungan antara manusia dan alam serta perilaku yang bersumber dari

cara pandang ini. Dari refleksi kritis ini lalu ditawarkan cara pandang danperilaku

baru yang dianggap lebih tepat dalamkerangka menyelamatkan krisis

lingkunganhidup dari perspektif folkloristik, yakni menggali dan mengeksplorasi

etika lingkunganhidup yang secara potensial termuat dalamfolklor masyarakat.

1. Antroposentris bagi teori ini etika hanya berlaku pada manusia, maka segala

tuntutan mengenai perlunya kewajiban dan tanggung jawab moral manusia

terhadap lingkungan hidup dianggap sebagi tuntutan yang berlebihan, tidak

relevan, dan tidak pada tempatnya

2. Biosentris Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap

lingkungan hidup semata-mata demi memenuhi kepentingan sesame

manusia.Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam hanya merupakan

perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesame

manusia.Bukan merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral

manusia terhadap alam itu sendiri.

3. Paham ekosentrisme semakin diperluas dan diperdalam melalui teori deep

ecology yang menyebut dasar dari filosofi Arne Naess tentang lingkungan

hidup sebagai ecosophy, yakni kearifan mengatur hidup selaras dengan alam.

Dengan demikian, manusia dengan kesadaran penuh diminta untuk

membangun suatu kearifan budi dan kehendak untuk hidup dalam keterkaitan

dan kesaling tergantungan satu sama lain dengan seluruh isi alam semesta

sebagai suatu gaya hidup yang semakin selaras dengan alam. 19 Antonius

28
Atosokhi Gea & Antonina Panca Yuni Wulandari, Relasi dengan Dunia

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal. 58-59.

29
PENUTUP

Manusia seharusnya menyadari kedudukan dan tanggung jawab dirinya, serta

bagaimana idealnya beretika dengan ekosistemnya, dimana di dalam ekosistem

berlaku hukum timbal balik yang saling menguntungkan. Suatu ekosistem akan

berlangsung dalam batas-batas hukum alam antara satu komponen dengan

komponen lainnya. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-

komponen lain dalam ekosistem itu sehingga secara moral alam manusia dituntunt

untuk bertanggung jawab kepada keutuhan, kelangsungan, keseimbangan, dan

kelestarian alam yang menghidupi dirinya sebagai wujud dari komitmen dan

integritasnya terhadap ekosistem.

Perkembangan kebenaran ilmu lingkungan dimulai dari ditemukannya fakta bahwa

aktivitas manusia khususnya di bidang industri memiliki dampak pengaruh

terhadap perubahan lingkungan. Selanjutnya fakta fakta yang terkumpul menjadi

sebuah hukum universal bahwa kegiatan industri yang sedang berkembang saat itu

memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Masing-masing fakta tersebut

membentuk sebuah hukum universal kontribusi industri dalam kegiatan perusakan

lingkungan yang terjadi. Yang kemudian memunculkan isu global mengenai

kerusakan lingkungan saat ini mulai dari penipisan lapisan ozon, perubahan iklim

global, kenaikan muka air laut, hingga masalah kerusakan hutan, kepunahan

berbagai spesies tertentu dan masih banyak isu isu lingkungan yang spesifik. Dan

pada akhirnya perkembangan ilmu lingkungan itu sendiri juga seiring dengan

30
perkembangan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya keseimbangan

lingkungan yang telah berubah.

Tanggung jawab ke depan pada ketiga prinsip etis lingkungan hidup di atas, selain

hendak menunjukkan betapa besar tanggung jawab kita, generasi sekarang,

terhadap keutuhan dan daya dukung lingkungan hidup, juga hendak menunjukkan

bahwa tanggung jawab itu merupakan tantangan bagi para cendekiawan dan

peminat lingkungan hidup untuk terus berpartisipasi aktif memberimasukan ilmiah,

mengubah konsepsi dan pola pikir lama yang cenderung eksploitatif terhadap alam.

Kita harus berani membongkar sistem ekonomi modern (baca: kapitalisme) yang

tidak memiliki konsep sistem produksi dalam perimbangan. Suatu sistem ekonomi

yang semata-mata mengejar produksi. Sistem ekonomi seperti inilah yang membuat

manusia terus-menerus mau mencari lebih banyak dan lebih jauh, yangmembuatnya

tidak pernah puas dengan keadaan yang dicapainya sehingga alam semakin terkuras

untuk menghasilkan lebih banyak kepuasan bagi manusia. Lebih dari itu kita harus

membatinkan pada diri kita masing-masing bahwa itu semua menjadi kewajiban.

Bahwa kita dalam setiap pertemuan dengan alam, meninggalkannya harus dalam

keadaan utuh dan tetap tangguh.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin, Falsafah Kalam di Era PostModernisme. Jakarta:

PustakaPelajar,1997.

Anonim, Makna Filsafat Tentang Lingkungan dan Arti Penting Filsafat Lingkungan

dalam Kehidupan,

https://www.academia.edu/30311869/Makna_Filsafat_Tentang_Lingkun

gan_dan_Arti_Penting_Filsafat_Lingkungan_dalam_Kehidupan

Antonius Atosokhi Gea & Antonina Panca Yuni Wulandari, Relasi dengan Dunia

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal. 58-59.

Alwi, Hasan (Eds.), Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cet.III. Jakarta: Balai

Pustaka,2001.

Bahrum, 2013, Ontologi, Epistemologi dan aksiologi, Jurnal Sulesana Volume 8

Nomor 2 Tahun 2013. Yayasan pendidikan Ujung Pandang

Hasan, F, Filsafat Ekologi Lingkungan, 2 Maret 2013,

https://catatanobh.wordpress.com/2013/03/02/filsafat-ekologi-lingkungan

Hughes, B.B, Continuity and Change in World Politics :The Clash of Perspektive,

Pretince Hall, Englewood Cliffs, 1991, hal.410

Ihsan, H.A. 2010. Filsafat Ilmu. Rineka Cipta. 295 hal

Jujun, 2013, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinas harapan,

Jakarta.

32
Ningsih, Rhesi, Filsafat – Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu.

March 29, 2012· Sastra Indonesia.

https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/03/29/filsafat-aspek-ontologi-

epistemologi-dan-aksiologi-ilmu/

Keraf, Sonny A. Dua, Mikhael, 2001. Ilmu Pengetahuan:Sebuah Tinjauan Filosofis.

Yogyakarta: Kanisius.

PANDUAN ETIKA LINGKUNGAN HIDUP ENVIRONMENTAL ETHICS

GUIDE Untoro Hariadi Fakultas Pertanian Universitas Janabadra

Yogyakarta Agros Vol.17 No.1, Januari 2015: 139-144

Prawironegoro, D. 2010. Filsafat Ilmu. Kajian yang disusun secara sistematis dan

sistemik dalam membangun ilmu pengetahuan.Nusantara Consulting.

Jakarta. 554 hal

Slamet, H.W. 2016. Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar. ASM Bina

Sarana Informatika.

Sony Sukmawan Dan M. Andhy Nurmansyah , Etika Lingkungan Dalam Folklor

Masyarakat Desa Tengger Volume 2 No. 1, Juni 2012 Hala man 88 - 95

Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2010), hal.47-48.

Sutoyo, Paradigma Perlindungan Lingkungan Hidup Jurnal Hukum Vol. 4

No.1Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Malang

33
Suriasumantri, J, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cetakan ke- duapuluh

empat, 2013.

Syuhuri, A, Pilar-pilar filosofi Keilmuan dalam Bidang Ilmu Lingkungan, 2

September 2012,

http://ecoswitch.com/wp-content/uploads/2010/03/green-philosophy.jpg.

Yaqin, M, Filsafat Ilmu; Ontologi, 24 April 2016 ,

http://blogushuluddin.blogspot.com/2016/04/filsafat-ilmu-ontologi.html

http://sahbuddinpalabbi.blogspot.com/2013/08/pentingnya-mempelajari-ilmu-

lingkungan.html, diakses 1 September 2014 jam14.18 wib

http://pakarkomunikasi.com/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi, diakses 22

September 2018 jam 05.00 wib

http://edelweistyasayu.blogspot.com/2015/04/ekologi-dan-ilmu-lingkungan.html,

diakses 22 September 2018 jam 05.00 wib

https://www.slideshare.net/firmannda1603/makalah-epistemologi-sains-docx

http://repository.ut.ac.id/4362/1/Ling1111-M1.pdf

http://coratcoretlepas.blogspot.com/2012/09/pilar-pilar-filosogi-keilmuan-

https://profnadiroh.wordpress.com/2011/04/11/ontologi-epistemologi-dan-

aksiologi/

https://kajianbudayablog.wordpress.com/2016/12/03/analisis-filsafat-ilmu-

ontologi-epistemologi-aksiologi-dan-logika-ilmu-pengetahuan/

34
http://kumpulanmateri-kuliah.blogspot.com/

https://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/14/makalah-filsafat-sebagai-ilmu-

pengetahuan/

https://kajianbudayablog.wordpress.com/2016/12/03/analisis-filsafat-ilmu-

ontologi-epistemologi-aksiologi-dan-logika-ilmu-pengetahuan/Oleh :

Rudiansyah

https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_lingkungan

https://www.academia.edu/30311869/Makna_Filsafat_Tentang_Lingkungan_dan_

Arti_Penting_Filsafat_Lingkungan_dalam_Kehidupan

35

Anda mungkin juga menyukai