Anda di halaman 1dari 5

Wilio Joseph Donatius Kalesaran

EPISTEMOLOGI
 Jelaskan proses pembentukan pengetahuan!
Sebelum menjelaskan proses pembentukan pengetahuan, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai hakekat dasar dari pengetahuan agar proses pembentukan pengetahuan dapat
dipahami secara lebih jelas. Pada hakekatnya Pengetahuan merupakan bagian terpenting
dalam hidup manusia. Hal ini membuat pengetahuan tak dapat dipisahkan dalam hidup
manusia. Karena begitu pentingnya pengetahuan ini kata pengetahuan sendiri pasti sudah
sering didengar dan dimengerti oleh orang dalam kehidupan sehari-hari. Maka, pengetahuan
menjadi suatu hal yang mendasar dalam tiap kegiatan manusia. Akan tetapi, sekalipun
pengetahuan merupakan suatu hal yang tak terpisahkan, tidak semua yang dialami oleh
manusia sebagai sebuah pengalaman dan kesadaran dapat dikategorikan sebagai sebuah
pengetahuan.
Setiap manusia mendapatkan pengetahuan lewat proses mengetahui. Proses ini terlaksana
ketika objek yang diterima manusia berinteraksi dengan manusia sebagai subjek sadar. Objek
ditangkap oleh subjek sadar kemudian diolah sehingga akhirnya bisa dicerna menjadi sebuah
pengetahuan. Jadi, pengetahuan hanya bisa diperoleh ketika manusia itu sedang sadar. Apa
yang tidak diperoleh lewat kesadaran tak dapat disebut sebagai pengetahuan melainkan
hanyalah sebuah imajinasi saja, misalnya mimpi. Apa yang diperoleh dalam mimpi hanyalah
bersifat imaginatif saja karena hanya bersifat impian atau fiktif belaka. Oleh karena itu
diperlukan kesadaran untuk mencari pengetahuan. Kesadaran yang ada meyakinkan bahwa
pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran. Dari sebab itu, pengetahuan berisikan gagasan-
gagasan, ide-ide dan fakta. Pengetahuan menghantar orang menuju pada suatu kebenaran
secara faktual. Kebenaran ini merupakan kebenaran yang sesuai atau tidak sesuai dengan
fakta.
Melihat fakta di atas, muncul pertanyaan, dari mana munculnya pengetahuan.
Pengetahuan bersumber dari pengalaman, ingatan, kesaksian, minat, dan rasa ingin tahu,
pikiran dan penalaran, logika, bahasa serta kebutuhan hidup manusia. Semua ini adalah hal
mendasar yang dimiliki oleh manusia, maka dapat dikatakan pula bahwa salah satu ciri khas
dari pengetahuan yakni hanya dimiliki oleh manusia. Hasil dari berbagai sumber ini kemudia
diolah sehingga bisa menjadi suatu pengetahuan yang kebenaran faktualnya dapat diakui
sebagai benar.

1
Dalam tradisi Yunani kuno istilah pengetahuan (episteme) mendapatkan tiga makna
besar yakni, doxa (pendapat) ,dan Sophia (keutamaan/kebijaksaan). Dua makna ini dalam
perkembangan selanjutnya dikembangkan oleh John Locke yang kemudian membedakan
pengetahuan menjadi tiga bagian yakni pengetahuan intuitif, demonstrative, dan pengetahuan
sensitif.
Namun dari pembagian tersebut, secara keseluruhan pengetahuan dapat dibedakan
menjadi dua bagian besar yakni, pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Hal ini
merupakan pembagian yang dibuat oleh Plato dan Aristoteles. Pengetahuan inderawi dapat
juga saya katakan sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman inderawi, sehingga
pengetahuan ini dapat dikategorikan sebagai a priori. Saya mengartikan hal ini sama dengan
empirisme. Pengetahuan ini diperoleh lewat proses pencerapan inderawi manusia, sehingga
perlu dialami terlebih dahulu. Sedangkan pengetahuan rasional memiliki makna sebagai
pengetahuan yang diperoleh lewat abstraksi pemikiran. Pengetahuan jenis ini dapat diperoleh
hanya melalui proses penalaran terlebih dahulu. Dari sini muncul konsep-konsep dalam
pemikiran mengenai sesuatu.
Dalam pekembangannya pembagian pengetahuan menjadi semakin beragam. Dari sini
ragam pengetahuan yang ada dapat dikatakan diturunkanpll dari pembagian pengetahuan oleh
Plato dan Aristoteles (pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional). Macam pengetahuan
yang termasuk dalam pengetahuan inderawi yakni; pra-ilmiah, inferensial dan langsung
sedangkan macam pengetahuan yang tergolong dalam pengetahuan rasional yakni; ilmiah,
esensial, istimewa, dan diskursif. Berikut ini pemahaman saya mengenai pengertian jenis-
jenis pengetahuan tersebut.
1. Pengetahuan pra-ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh yang diperoleh sehari-hari
tanpa perlu adanya pertanggungjawaban ilmiah terlebih dahulu. Sedangkan pengetahuan
ilmiah ialah pengetahuan yang memerlukan proses pembuktian ilmiah terlebih dahulu
untuk melihat keabsahan pengetahuan tersebut.
2. Pengetahuan esensial ialah pengetahuan yang memungkinkan untuk mencari tahu
hakekat dari sebuah objek atau ke’adaan’ dari objek tersebut.
3. Pengetahuan istimewa ialah pengetahuan yang sudah ada terlebih dahulu dalam
kesadaran kita. Pengetahuan ini menunjuk bahwa seseorang telah memiliki pengetahuan
dalam kesadarannya.
4. Pengetahuan inferensial ialah pengetahuan yang diperoleh lewat proses penyimpulan
terhadap fakta-fakta yang telah ada.

2
5. Pengetahuan langsung ialah pengetahuan diperoleh tanpa memerlukan bukti apapun. Jadi
pengetahuan yang diterima sudah jelas dan tak perlu dibuktikan lagi.
6. Pengerahuan diskursif ialah pengetahuan yang memerlukan penalaran logis atau
pembuktian mengenai isi pengetahuan itu terlebih dahulu
Dalam perkembangan peristilahan muncullah istilah ilmu pengetahuan. Dari istilah ini
orang sering menyamakan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, pengetahuan dan
ilmu pengetahuan adalah hal yang berbeda. Ruang lingkup dari pengetahuan jauh lebih luas
daripada ilmu pengetahuan. Atau pengetahuan dapat dikatakan lebih bersifat umum daripada
ilmu pengetahuan. Pengetahuan berkaitan dengan seluruh isi gagasan, ide dan konsep yang
baku yang dimiliki manusia tentang manusia, kegiatan manusia, dunia dan seluruh isinya.
Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan suatu system pengetahuan manusia yang dibakukan
secara sistematis. Misalnya ilmu pengetahuan matematika. Jadi dapat dilihat ilmu
pengetahuan merupakan bagian dari pengetahuan sehingga tak seluruh bagian dari
pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan.
Untuk memperoleh pengetahuan, manusia perlu mendapatkan pengalaman dalam
hidupnya sehari-hari. Apa yang ia sadari dari pengalaman tersebut masuk dalam kesadaran
sedangkan sisanya masuk dalam alam bawah sadar manusia. Dari apa yang disadari tersebut
diangkat beberapa fakta mendasar yang kemudian menjadi gagasan atau ide. Inilah yang
disebut sebagai pengetahuan. Dari sini terlihat bahwa pengetahuan hanya merupakan bagian
kecil dari pengalaman yang manusia peroleh. Tak semua pengalaman dapat menjadi
pengetahuan sebab daya tamping memori manusia hanya terbatas. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa inilah proses terbentuknya pengetahuan. Secara khusus, dapat dijabarkan 4
tahap pembentukan pengetahuan, yakni, pengalaman inderawi, proses menyadari
(understanding), konseptualisasi dan pertimbangan dan pembentukan keputusan.
Tahap awal dari proses pembentukan pengetahuan ialah pengalaman inderawi. Pada
tahap ini terjadi pembentukan pengetahuan awal. Hal yang paling berperan penting di sini
ialah panca indera. Objek diterima lewat pancaindera dan masuk ke dalam pikiran dalam
bentuk konsep yang masih abstrak. Peristiwa ini berlangsung dengan begitu cepat. Proses ini
pun dinamakan dengan sense of perception. Disebut demikian sebab, objek yang diterima
bukan saja berasal dari hasil pencerapan inderawi saja melainkan pula lewat persepsi, ingatan
dan memori. Objek ini telah ada sebelumnya dalam pikiran manusia. Akan tetapi manusia
belum menyadarinya, atau dapat dikatakan manusia belum mengetahui secara lebih jelas
objek apa yang telah ia tangkap tersebut.

3
Dalam tahap ini akal budi atau rasio belum terlalu diandalkan, sebab rasio belum
mendapat peranan yang penting disini.. Maka tahap ini juga dinamakan sebagai ambang pintu
menuju pada pengetahuan. Menurut hemat saya, dalam tahap ini pengetahuan belum dicapai
sebab penalaran belum masuk di dalam proses ini. Yang ada hanyalah objek awal sebelum
objek tersebut menjadi pengetahuan. Tahap ini bekerja secara spontan, dimana pancaindera
langsung menangkap sebuah objek tanpa mempertimbangkan keabsahan dari objek tersebut.
Maka dari itu sebenarnya proses yang terjadi sama halnya dengan yang terjadi pada hewan
sebagaimana hewan mengandalkan insting mereka.
Setelah melewati proses pengalaman inderawi, manusia masuk ke dalam tahap kesadaran
(understanding). Pada tahap ini objek yang telah ditangkap dan masuk dalam pikiran
berusaha diolah menjadi sebuah pengetahuan. Dalam proses ini konsep yang telah ada diolah.
Dalam hal ini dikenallah kategori-kategori atau bisa juga disebut dengan ide-ide awal (ide
bawaan). Kategorisasi yang telah ada dalam bentuk ide bawaan ditempatkan dalam objek
(hasil pencerapan inderawi). Ide keluasan, ide mengenai keindahan, ide kebaikan, dsb yang
merupakan ide bawaan tak dapat ditentukan realitasnya dengan lebih nyata (secara ril). Maka
ide-ide ini ditetapkan atau dimasukan dalam objek yang sudah ada dalam pemikiran. Hal ini
bertujuan agar supaya manusia dapat menyadari objek apa yang ia telah ia dapatkan lewat
hasil pencerapan inderawi. Rentang waktu antara proses pertama hingga masuk dalam proses
ini sangatlah singkat. Tanpa sadar hal ini dilakukan dengan spontan.
Menurut refleksi pribadi saya, saya mempertanyakan, bagaimana jika kita belum
memiliki kategorisasi terlebih dahulu mengenai objek yang kita tangkap. Bagaimana jika kita
belum pernah berjumpa atau mengetahui objek tersebut? Dengan kata lain objek tersebut
masih abstrak bagi kita. Dari sini saya melihat bahwa objek tersebut dapat dikategorisasikan
secara umum saja. Misalnya, ketika kita melihat sesuatu yang ternyata adalah buah. Kita
dapat menilai bahwa objek tersebut adalah buah hanya lewat ide bentuk, warna, dsb (ide
umum). Kita belum bisa mengetahui buah apa itu atau menilai apakah buah itu bisa dimakan
atau tidak. Dengan begitu, proses kategorisasi berjalan sekalipun hasil yang diperoleh hanya
bersifat umum saja, karena disesuaikan dengan apa yang ada dalam pikiran kita (ide
mengenai sesuatu) yang terbatas.
Setelah melewati proses understanding kita masuk ke dalam proses konseptualisasi.
Proses ini berjalan hampir serentak atau bersamaan dengan proses understanding. Dan
sebenarnya kedua proses ini dapat dikatakan sebagai hal yang mirip bahkan sama. Dalam
tahap ini mulai ditetapkan konsep-konsep dasar mengenai sesuatu, misalnya konsep
mengenai meja, kursi, buku, dsb. Akan tetapi hal ini masih dalam konteks pemahaman saja,
4
belum ditegaskan atau belum dinyatakan. Maka tahap ini dapat dipandang sebagai tahap
peralihan menuju pada suatu kebenaran atau kenyataan. Oleh karena itu, Tahap ini pula
dapat disebut sebagai sarana penghantar atau jalan masuk pada sebuah kebenaran yakni
pengetahuan itu sendiri.
Setelah itu akhirnya kita memasuki tahap akhir dalam proses pembentukan pengetahuan
yakni tahap pertimbangan dan pembuatan atau penegasan putusan, tahap judement. Tak ada
gunannya proses pembentukan ini jika objek yang telah ditangkap tidak diakui sebagai
sebuah pengetahuan. Maka, pada tahap ini, konsep yang telah ada mengenai sesuatu
ditetapkan kebenarannya. Atau pula dapat dikatakan bahwa sesuatu yang telah ada
diyakinkan kebenarannya. Kebenaran yang dimaksud bukan berkaitan dengan benar atau
tidaknya sebuah fakta melainkan kebenaran yang dicapai lewat sesuai atau tidak sesuainya
fakta yang ada (kebenaran factual). Pembenaran keputusan ini tentu harus berpatokan pada
kaidah-kaidah penalaran. Untuk menilai keabsahan putusan tersebut maka perlu dilihat
apakah putusan tersebut bersifat logis atau tidak. Inilah mengapa pembuatan keputusan
disebut sebagai proses judgement, yang artinya penilaian.
Pada tahap selanjutnya hasil dari putusan ini hendak ditelaah apakah ini benar atau salah.
Dalam hal ini kita dapat melihat adanya putusan fakta, putusan mentak, putusan analitis dan
putusan sintetis. Putusan fakta ialah putusan yang diperoleh lewat pengumpulan berbagai
fakta yang dialami dan disadari secara bersamaan. Putusan mentak biasanya diambil
berdasarkan pendekatan induktif, sehingga kesimpulannya selalu bersifat kemungkinan.
Putusan analitis berarti putusan yang diperoleh lewat proses analisa apakah subjek sama
dengan predikat. Dan putusan sintesis apriori ialah putusan yang memperdamaikan putusan
sintesis dan apriori. Putusan ini bersifat niscaya atau harus akan tetapi, perlu dilihat bahwa
ada pula cara lain untuk mencapai keniscayaan tersebut. Dengan kata lain suatu putusan
dianggap benar namun terdapat cara lain pula yang bisa dibuat untuk mengatakan bahwa
putusan itu benar.
Secara ringkas proses pembentukan pengetahuan dimulai dari pencerapan inderawi
terhadap satu objek. Objek itu kemudian masuk dalam pemikiran. Dari situ objek tersebut
disesuaikan dengan kategori-kategori pengetahuan mengenai sesuatu, yang kemudian disusun
sebagai suatu konsep. Hasil konsep tersebut ditelaah secara logis dan kritis. Barulah
kemudian pengetahuan muncul. Persoalan benar atau salahnya pengetahuan itu tidak
termasuk dalam proses pembentukan pengetahuan. Hal ini termasuk dalam konteks penalaran
untuk memenuhi validitas kebenaran pengetahuan tersebut. Dalam proses selanjutnya barulah
kemudian pengetahuan itu diuji kebenarannya apakah hal itu benar atau salah.
5

Anda mungkin juga menyukai