Anda di halaman 1dari 31

KUMPULAN ARTIKEL

1. KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN


ANTROPOSENTRISME
2. PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI DALAM
KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT
3. DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP
CORAK INTERAKSI KOMUNITAS

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sosiologi
Lingkungan

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Nia Ihwani

NIM : L1C018073

Prodi/Kelas : Sosiologi B

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

2021

i
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................i

PEMBAHASAN :

1. Kontradiksi Dan Titik Temu Antara Ekosentrisme Dan Antroposentrisme .........................1


2. Peran Sosiologi Lingkungan Dan Ekologi Manusia Di Dalam Konsep Dan Implementasi
Sustainable Development ....................................................................................................10
3. Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi Komunitas ......22

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................29

ii
PEMBAHASAN

1. KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN


ANTROPOSENTRISME

 Antroposentrisme

Kerusakan (krisis) lingkungan yang terus-menerus terjadi selama ini, salah satu
faktor penyebabnya adalah kesalahan cara pandang (paradigma) yang mengacu pada
etika Antroposentrisme. Akibat cara pandang ini, telah menuntun manusia untuk
berperilaku tertentu, baik terhadap sesamanya maupun terhadap alam lingkungan.
Paradigma Antroposentrisme memadang bahwa manusia sebagai pusat dari alam
semesta dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya
sekedar sebagai alat pemuas kepentingan dan kebutuhan hidup manusia.

Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang


mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain yang ada di alam
semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian, sejauh dapat menunjang dan demi
kepentingan manusia. Manusia dianggap sebagai penguasa alam yang boleh melakukan
apa saja terhadap alam, termasuk melakukan eksploitasi alam dan segala isinya, karena
alam/lingkungan dianggap tidak mempunyai nilai pada diri sendiri. Etika hanya berlaku
bagi manusia. Segala tuntutan mengenai kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap
lingkungan hidup, dianggap sebagai tuntutan yang berlebihan dan tidak pada tempatnya.

Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam hanya merupakan perwujudan


kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesama manusia. Pola hubungan
manusia dan alam hanya dilihat dalam konteks instrumental. Alam dinilai sebagai alat
bagi kepentingan manusia.

Kepedulian manusia terhadap alam, semata-mata dilakukan demi menjamin


kebutuhan manusia. Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitannya dengan
lingkungan hidup akan dinilai baik apabila mempunyai dampak yang menguntungkan
bagi kepentingan manusia.

1
Hubungan manusia dan alam tersebut bersifat egoistis, karena hanya
mengutamakan kepentingan manusia. Sedangkan kepentingan alam semesta dan makluk
hidup lainnya, tidak menjadi pertimbangan moral.

Paradigma Antroposentrisme yang bersifat instrumentalistik dan egoistis


tersebut, mendorong manusia untuk mengeksploitasi dan menguras alam demi
kepentingannya, tanpa memberi perhatian yang serius bagi kelestarian alam.
Kepentingan manusia disini, sering kali diartikan sebagai kepentingan yang bersifat
jangka pendek, sehingga menjadi akar dari berbagai krisis lingkungan. Oleh karena
memiliki ciri-ciri tersebut, maka paradigma Antroposentrisme dianggap sebagai sebuah
etika lingkungan yang dangkal dan sempit (Shallow environmental ethics).

Etika Antroposentrisme bersumber dari pandangan Aristoteles dan para filsuf


modern. Aristoteles dalam bukunya The Politics menyatakan: tumbuhan disiapakan
untuk kepentingan binatang, dan binatang disediakan untuk kepentingan manusia.
Berdasarkan argumen tersebut, maka dapat dipahami bahwa setiap ciptaan yang lebih
rendah dimaksudkan untuk kepentingan ciptaan yang lebih tinggi. Karena manusia
merupakan ciptaan yang paling tinggi dari pada ciptaan yang lain, maka manusia berhak
menggunakan semua ciptaan, termasuk semua makluk hidup lainnya, demi memenuhi
kebutuhan dan kepentingannya. Manusia boleh memperlakukan ciptaan yang lebih
rendah sesuai dengan kehendaknya dan menggunakan sesuai dengan keinginannya. Hal
itu syah, karena demikianlah kodrat kehidupan dan tujuan penciptaan. Pada gilirannya,
manusia adalah alat dan siap untuk digunakan sesuai kehendak Tuhan.

Thomas Aquinas, Rene Descartes dan Immanuel Kant menyatakan bahwa


manusia lebih tinggi dan terhormat dibandingkan dengan makluk ciptaan lainnya,
karena manusia adalah satu-satunya makluk bebas dan rasional (The free and rational
being). Manusia adalah satu-satunya makluk hidup yang mampu menggunakan dan
memahami bahasa, khususnya bahasa symbol untuk berkomunikasi.

Manusia adalah makluk hidup yang mampu menguasai dan menggerakkan


aktivitasnya sendiri secara sadar dan bebas. Ia adalah makluk berakal budi yang
mendekati keilahian Tuhan, sekaligus mengambil bagian dalam keilahian Tuhan.
Manusia menentukan apa yang ingin dilakukan dan memahami mengapa ia melakukan
tindakan tertentu. Demikian pula, ia mampu mengkomunikasikan isi pikiranya dengan

2
sesama manusia melalui bahasa. Kemampuan-kemampuan ini tidak ditemukan pada
binatang dan makluk lainnya, sehingga manusia dianggap lebih tinggi kedudukannya
dari pada ciptaan yang lain. Sebagai makluk yang lebih tinggi, karena bebas dan
rasional, Tuhan menciptakan dan menyediakan segala sesuatu di bumi ini demi
kepentingan manusia.

Rene Descartes lebih lanjut menegaskan bahwa manusia mempunyai tempat


yang istimewa di antara semua makluk hidup, karena manusia mempunyai jiwa yang
memungkinkannya untuk berpikir dan berkomunikasi dengan bahasa. Sedangkan
binatang adalah makluk yang lebih rendah, karena hanya memiliki tubuh, yang hanya
sekedar sebagai mesin yang bergerak secara otomatis. Binatang tidak mempunyai jiwa
yang memungkinkan bisa bergerak berdasarkan pemikirannya atau pengetahuannya
sendiri. Binatang hanya bergerak secara mekanis dan otomatis, seperti halnya arloji,
yang telah disetel Tuhan untuk bergerak secara tertentu.

Memperkuat pendapat tersebut, Immanuel Kant menegaskan bahwa hanya


manusia yang merupakan makluk rasional, sehingga diperbolehkan menggunakan
makluk non rasional lainnya untuk mencapai tujuan hidup manusia, yakni mencapai
suatu tatanan dunia yang rasional. Oleh karena makluk selain manusia dan semua
entitas alamiah lainnya tidak memiliki akal budi, maka mereka tidak berhak untuk
diperlakukan secara moral dan manusia tidak mempunyai kewajiban serta tanggung
jawab moral terhadapnya. Semua entitas alam dan binatang hanyalah sebagai alat dan
syah digunakan untuk memenuhi tujuan hidup manusia. Apabila manusia melakukan
kewajiban terhadap alam semesta dan binatang, maka kewajiban tersebut merupakan
kewajiban tidak langsung terhadap sesama manusia lainnya.

Atas dasar pendapat beberapa filsuf diatas, maka terdapat tiga kesalahan
mendasar terkait cara pandang etika Antroposentrisme, yaitu:

1) Manusia dipahami hanya sebagai makluk sosial (social animal), yang eksistensi
dan identitas dirinya ditentukan oleh komunitas sosialnya.dalam pemahaman ini,
manusia berkembang menjadi dirinya dalam interaksi dengan sesame manusia
didalam komunitas sosialnya. Identitas dirinya dibentuk oleh komunitas
sosialnya, sebagaimana dia sendiri ikut membentuk komunitas sosialnya.

3
Manusia tidak dilihat sebagai makluk ekologi yang identitasnya ikut dibentuk
oleh alam.
2) Etika hanya berlaku bagi komunitas sosial manusia. Norma dan nilai moral
hanya dibatasi keberlakukanya bagi manusia. Hanya manusia yang merupakan
pelaku moral, yakni makluk yang mempunyai kemampuan untuk bertindak
secara moral berdasarkan akal budi dan kehendak bebasnya. Alam dan segala
isinya diperlakukan sebagai alat ditangan manusia. 3) Kesalahan cara pandang
Antroposentrisme tersebut diperkuat oleh paradigma ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang Cartesian dengan ciri utama mekanistis-reduksionistis.
Paradigma ini memisahkan secara tegas antara alam sebagai obyek ilmu
pengetahuan dan manusia sebagai subyek, pemisahan yang tegas antara nilai dan
fakta, serta membela paham bebas nilai dalam ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan dipandang bersifat otonom sehingga dikembangkan dan


diarahkan hanya untuk ilmu pengetahuan. Dengan demikian penilaian baik buruk ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta segala dampaknya dari segi moral atau agama dinilai
tidak relevan. Hal ini melahirkan sikap dan perilaku manipulatif dan eksploitatif
terhadap alam yang pada giliranya melahirkan berbagai krisis ekologi seperti sekarang
ini.

Pendapat yang berbeda, dikemukakan oleh penganut paradigma


antroposentrisme lainnya, yaitu W.H. Murdy dan F. Frase Darling. Menurut Murdy
bahwa semua makluk di dunia ini ada dan hidup sebagai tujuan pada dirinya sendiri.
Oleh karena itu, wajar dan alamiah apabila manusia manilai dirinya lebih tinggi
disbanding makluk lainnya. Demikian juga makluk yang lainnya. Tetapi manusia mau
tidak mau akan menilai tinggi alam semesta beserta seluruh isinya, karena kelangsungan
hidup manusia dan kesejahteraannya sangat tergantung dari kualitas, keutuhan dan
stabilitas ekosistem seluruhnya.

Menurut Murdy, yang menjadi masalah bukan kecenderungan antroposentrisme


pada diri manusia, tetapi adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang dikejar
oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Sepanjang manusia
menggunakan alam dan seluruh isinya untuk kebutuhannya secara tepat (proper ends),
maka hal ini masih dibenarkan secara moral. Namun apabila menggunakan pendekatan

4
antroposentrisme yang berlebihan, maka inilah awal malapetaka yang menimbulkan
krisis lingkungan hidup.

F. Fraser Darling yang juga seorang pendukung paradigma Antroposentrime,


berpendapat bahwa manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan spesies lain, sehingga manusia disebut sebagai aristokrat biologis, yang
mempunyai kekuasaan atas makluk hisup lainnya. Manusia mempunyai posisi istimewa
di alam semesta ini, dan menempati sebagai puncak rantai makanan dan piramida
kehidupan. Oleh karena kedudukan manusia sebagai aristokrat biologis tersebut, maka
manusia harus melayani semua yang ada di bawah kekuasaannya secara baik dan
sekaligus mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga dan melindunginya (etika
lingkungan).

Dari paparan pendapat diatas, kita ketahui bahwa sebagai sebuah paradigma,
Antroposentrisme cukup kontroversial dan menimbulkan perdebatan yang cukup tajam
diantara para penganutnya hingga sekarang. Disatu sisi, paradigma ini dituduh sebagai
biang penyebab kerusakan lingkungan. Namun disisi lain, paradigm Antroposentrisme
juga banyak dibela para penganutnya, karena validitas argumennya yang cukup
mendasar dan tawaran etika lingkungan yang mendorong manusia untuk menjaga
lingkungan. Banyak kalangan menilai bahwa yang salah bukanlah antroposentrisme itu
sendiri, melainkan pelaksanaan antroposentrisme yang berlebihan.

 Ekosentrisme

Sebagaimana paradigma biosentrisme, paradigma ekosentrisme ini merupakan


paradigma yang menentang cara pandang yang dikembangkan oleh antroposentrisme,
yang membatasi keberlakuan etika pada komunitas manusia. Ekosentrisme sering kali
disebut sebagai kelanjutan dari biosentrisme, karena keduanya memiliki kesamaan dasar
pandangan.

Paradigma ekosentrisme menyampaikan pandangannya bahwa secara ekologis,


makluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lainnya.
Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makluk hidup, tetapi
juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.

5
Arne Naess, seorang filsuf asal Norwegia, yang merupakan salah satu tokoh
paradigma ekosentrisme, mengemukakan sebuah pandangan yang dikenal dengan Deep
Ecology. Pandangan ini adalah suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia,
tetapi berpusat pada makluk hidup seluruhnya dalam kaitan untuk mengatasi persoalan
lingkungan hidup.pandangan ini mengajak semua orang untuk melakukan perubahan
mendasar pada semua bidang dalam rangka menyelamatkan lingkungan.

Terdapat dua hal yang mendasar dalam Deep Ecology, yaitu:

1) Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain.
Manusia bukan pusat dari dunia moral, tetapi memusatkan perhatian pada
biosphere seluruhnya, yakni kepentingan seluruh komunitas ekologis. Perhatian
bersifat jangka panjang.
2) Etika lingkungan hidup yang dikembangkan dirancang sebagai sebuah etika
praktis, berupa sebuah gerakan yang diterjemahkan dalam aksi nyata dan
konkret. Pemahaman baru tentang relasi etis yang ada dalam alam semesta,
disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis tersebut, yang
kemudian diterjemahkan dalam aksi nyata di lapangan.

Deep Ecology memiliki filsafat pokok ecosophy. Eco berarti rumah tangga dan
sophy berarti kearifan. Ecosophy diartikan sebagai bentuk kearifan mengatur hidup
selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas.

Ecosophy meliputi pergeseran dari sebuah ilmu (science) menjadi sebuah


kearifan (wisdom), berupa cara hidup, pola hidup yang selaras dengan alam. Hal ini
berupa gerakan seluruh penghuni alam semesta untuk menjaga secara arif
lingkungannya sebagai rumah tangga. Gerakan ini juga dikenal sebagai sebuah gerakan
filsafat, filsafat lingkungan hidup.

Naess sangat menekankan perlunya perubahan gaya hidup, karena melihat krisis
ekologi yang kita alami sekarang ini berakar pada perilaku manusia yang salah satu
manifestasinya adalah pola produksi dan pola konsumsi yang sangat eksesif dan tidak
ekologis, tidak ramah lingkungan, serta sangat konsumeristis.

Salah satu kesalahan fatal para ekonom adalah adanya anggapan bahwa ekonomi
sebagai segala-galanya dan bukan sebagai salah satu aspek dari kehidupan yang begitu

6
kaya. Ini adalah kesalahan reduksionistis yang mereduksi kehidupan manusia dan
maknanya hanya sebatas makna ekonomis, dimana pertumbuhan ekonomi sebagai hal
utama yang harus dikejar. Artinya bahwa akan semakin banyak sumber daya ekonomi
yang dieksploitasi, dan semakin banyak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Hal ini mengakibatkan suatu pola hidup yang secara psikologis menyebabkan manusia
menjadi maniak dan mabuk harta.

Tidak mengherankan apabila ekonom dianggap sebagai musuh dari para aktivis
dan pemerhati lingkungan. Oleh karena itu perubahan gaya hidup harus mencakup
perubahan pola produksi dan pola konsumsi yang eksesif sebagaimana berlaku dalam
masyarakat modern sekarang ini.

Deep ecology melihat permasalahan lingkungan dalam suatu perspektif


relasional yang lebih luas dan holistik. Akar permasalahn kerusakan dan pencemaran
lingkungan dilihat secara lebih komprehensif dan holistik, untuk kemudian diatasinya
secara lebih mendalam.

Krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini, secara filosofis lebih disebabkan oleh
kesalahan fundamental pada cara pandang manusia tentang dirinya, alam dan tempat
manusia di alam. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah sebuah perubahan
fundamental dan revolusioner yang menyangkut transformasi cara pandangdan nilai,
baik secara pribadi maupun budaya, yang mempengaruhi struktur dan kebijakan
ekonomi dan politik.

Perubahan komitmen dan kebijakan politik yang pro lingkungan sangatlah


diperlukan. Hal ini juga perlu didorong dengan perubahan radikal yang berakar pada
perubahan cara pandang (a radical transformation in worldvew), yang diikuti oleh
perubahan mental dan perilaku, yang tercermin dalam gaya hidup baik sebagai individu
maupun kelompok budaya. Berupa penyadaran kembali akan kesadaran ekologis yang
mengakui kesatuan, keterkaitan dan saling ketergantungan antara manusia, tumbuhan
dan hewan serta seluruh alam semesta.

7
Kontradiksi Antara Antroposentrisme Dengan Ekosentrisme

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia


sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang
paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan
perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun
hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak
mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Sedangkan Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.


Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme,
pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk
hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya,
kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup.
Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas
ekologis.

Titik Temu Antara Antroposentrisme Dengan Ekosentrisme

Titik temu dari teori Antroposentris dan Ekosentrisme kalau kita ambil contoh
dari masalah pertambangan yaitu yang mana jika terjadinya suatu kegiatan yang
melibatkan lingkungan sekitar dan alam seperti pertambangan maka Teori
Antroposentris yakni pemerintah sebagai pembuat keputusan, mengizinkan pendirian
perusahaan pertambangan, tanpa menertibkan perusahaan dalam memperhatikan
lingkungan sekitar pertambangan. Pemerintah dan Perusahaan mengambil keuntungan
dengan mengexplor kekayaan alam tanpa memperhatikan kelestarian Lingkungan dan
berakibat pada kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari aktivitas pertambangan

8
yaitu lingkungan gersang, tanah longsor, pencemaran air, yang tentunya sangat
menghambat bagi aktivitas keseharian masyarakat sekitar areal pertambangan

Berbeda dengan teori Ekosentrisme, teori ini memandang bahwa manusia


memiliki gaya hidup yang selaras dengan alam dan memperjuangkan agar kelestarian
alam dapat terjaga untuk kepentingan kehidupan jangka Panjang (Aperiansyani 2019).
Jadi manusia selain memproduksi alam, manusia juga menjaga kelestarian alam. Dalam
konsep ini Sebaiknya Pemerintahan memperhatikan jangka Panjang akibat dari kegiatan
pertambangan. Menertibkan perusahaan agar bertanggung jawab untuk mencegah
kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari limbah dan produksi pertambangan.

Titik temu dari teori Antroposentris dan Ekosentrisme tersebut dengan


menggunakan paradigma Ekosentrik (Aperiansyani 2019). Konsep Ekosetrik
memandang bahwa Negara atau pemerintahan sebagai pemimpin dan mengatur dalam
manajemen lingkungan harus konsisten untuk menetertibkan, individu, kelompok
ataupun perusahaan pertambangan dengan melibatkan semua elemen dalam menjaga
keberlangsungan dan mengelola lingkungan hidup (environmental governance)
(Aperiansyani 2019).

Intinya titik temu dari teori Antroposentris dan Ekosentrisme tersebut adalah
adanya kerja sama di dalam teori tersebut yang mana dalam Antroposentrisme adalah
aliran yang memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta, dan hanya
manusia yang memiliki nilai, disini manusia bias menegakkan aturan agar tidak
berlebihan dalam melakukan pemanfaatan alam sehingga bias mewujudkan lingkungan
yang mana Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya
semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat,
seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri
(J. Sudriyanto, 1992:243).

9
2. PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI
DALAM KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUSTAINABLE DEVELOPMENT

 Sustainable Development

Pengertian Sustainable Development

Sustainable development adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk


menciptakan kesimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti ekonomi, sosial serta
lingkungan. Sustainable development atau pembangunan berkelanjutan merupakan
proses pembangunan (kota, bisnis, sosial, lahan, masyarakat, dsb) dimana proses dalam
pembangunan tersebut mempunyai prinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.

Lingkup Kebijakan Sustainable Development

Menurut dokumen PBB hasil World Summit tahun 2005, sutainable


development atau pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan dimana
kebijakan tersebut saling terhubung satu sama lain serta merupakan pilar pendorong
pembangunan berkelanjutan, kebijakan tersebut antara lain kebijakan pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial serta perlindungan lingkungan.

Dalam aspek ekonomi, sutainable development (pembangunan berkelanjutan)


berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi serta mencari cara untuk bagaimana
memajukan perekonomian dalam jangka panjang tanpa harus menghabiskan modal
alam.

Lalu dalam aspek sosial, sutainable development (pembangunan berkelanjutan)


adalah pembangunan yang berkutat pada manusia dalam hal interrelasi, interaksi dan
interdependensi. Dimana hal tersebut erat kaitannya dengan aspek budaya.
Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan budaya
masyarakat agar masyarakat tetap bisa menjalani kehidupan dengan tenang.

Sedangkan dalam aspek lingkungan, sutainable development (pembangunan


berkelanjutan) berkaitan dengan perlindungan lingkungan, dimana pembangunan yang

10
dilakukan harus senantiasa melibatkan aspek-aspek lingkungan agar pesatnya
pembangunan tidak lantas menghancurkan kelestarian lingkungan hidup.

Prinsip Sustainable Development

1. Melindungi sistem penunjang kehidupan


2. Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik
3. Memelihara serta meningkatkan integritas ekosistem yang rusak.
4. Mengembangkan dan menerapkan strategi yang adaptif dan preventif untuk
menanggapi ancaman perubahan lingkungan.
5. Mempertahankan skala fisik dari kegiatan manusia dibawah daya dukung biosfer
6. Mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia yaitu mengembangkan
strategi untuk meminimalisir pemakaian energi dan material per unit kegiatan
ekonomi, menurunkan emisi beracun dan merahabilitasi yang rusak.
7. Meyakinkan adanya kesamaan sosio politik dan ekonomi dalam transisi menuju
masyarakat yang lebih berkelanjutan.
8. Menjadikan perhatian-perhatian lingkungan lebih langsung dan terus-menerus
pada proses pembuatan keputusan secara politis.
9. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
10. Menciptakan hubungan antara aktivitas politik dengan lingkungan hidup
11. Menerapkan proses politik yang terbuka dan mudah dicapai
12. Meyakinkan masyarakat bebas dari tekanan ekonomi
13. Meyakinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara kreatif dan langsung dalam
sistem politik dan ekonomi
14. Meyakinkan tingkat minimal dari pemerataan (equality) dan keadilan sosial.
15. Manusia sebagai pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan
16. Peran negara sangat menentukan bagi kelangsungan kehidupan.
17. Perempuan memiliki peransignifikan terhadap proses pembangunan
berkelanjutan, bahkan menjadi penentu keberhasilan.
18. Partisipasi masyarakat.

Peran Masyarakat Dalam Sustainable Development

Masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dalam sustainable


development (pembangunan berkelanjutan) karena peran masyarakat sejatinya

11
merupakan subjek dan objek dari sustainable development (pembangunan
berkelanjutan). Jumlah penduduk atau masyarakat akan sangat mempengaruhi
pembangunan berkelanjutan, dimana jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan
yang cepat tetapi mempunyai kualitas yang rendah akan memperlambat tercapainya
kondisi ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk atau masyarakat dengan daya
dukung alam serta daya tampung lingkungan yang semakin terbatas.

Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang ideal, diperlukan


masyarakat yang berkualitas. Karena dengan masyarakat yang berkualitas mengelola
dan mengolah potensi sumber daya alam akan lebih baik, efektif, efisien, dan maksimal,
serta kelestarian lingkungan akan tetap terjaga. Sehingga akan tercipta keseimbangan
antara jumlah penduduk dengan kapasitas daya dukung alam serta daya tampung
lingkungan.

Program Pilihan Perusahaan Dalam Sustainable Development

Kotler dan Lee mengidentifikasi beberapa pilihan program bagi perusahaan


untuk melaksanakan inisiatif serta aktivitas yang berhubungan dengan berbagai masalah
sosial dan sekaligus sebagai wujud komitmen atas tanggung jawab sosial perusahaan.
Pilihan tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Cause promotions, yaitu memberikan kontribusi berupa dana atau penggalangan


dana untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
masalah-masalah sosial tertentu.
2. Cause-related marketing, merupakan bentuk kontribusi perusahaan dengan cara
menyisihkan sekian persen dari pendapatannya sebagai bentuk donasi bagi
masalah sosial tertentu, dalam periode waktu tertentu atau produk tertentu.
3. Corporate social marketing, merupakan bentuk bantuan perusahaan untuk
membantu pengembangan atauupun implementasi dari kampanye dengan fokus
untuk merubah pola perilaku tertentu yang memiliki pengaruh negatif.
4. Corporate philantrophy, merupakan inisitiatif perusahaan dengan memberikan
kontribusi secara langsung kepada suatu aktivitas amal, biasanya lebih sering
dalam bentuk donasi maupun sumbangan tunai.

12
5. Community volunteering, merupakan bentuk aktivitas dimana perusahaan
memberikan bantuan dan mendorong karyawan dan mitra bisnis perusahaan
untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
6. Socially responsible business practices, yaitu sebuah inisiatif dimana perusahaan
akan mengadopsi serta melaksanakan praktik bisnis dan investasi tertentu yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.

 Konsep Sustainable Developmet

Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang


mengoptimalkan manfaat dari sumber daya dengan pembangunan. Dalam buku
Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim (2010) karya Iwan J
Azis, pembangunan berkelanjutan sering disebut sustainable development. Menurut
Elim Salim, konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan
yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam serta sumber daya manusia,
dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan. Secara
konseptual, pembangunan berkelanjutan sebagai transformasi progresif terhadap
struktur sosial, ekonomi, politik. Hal tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam memenuhi kepentingannya tanpa mengorbankan kemampuan
generasi mendatang.

Tujuan pembangunan berkelanjutan

Dilansir dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, tujuan pembangunan


berkelanjuta atau sustainable development goals (SDGs) menjadi agenda internasional.
SDGs disusun oleh PBB dengan melibatkan 194 negara, civil society, dan berbagai
pelaku ekonomi seluruh dunia. Agenda tersebut untuk menjawab tuntutan
kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim
dalam bentuk aksi nyata.

Terdapat 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu:

1. Tanpa kemisnikan, mengentaskan segala bentuk kemiskinan di seluruh tempat.


2. Tanpa kelaparan, mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.

13
3. Kehidupan sehat dan sejahtera, menggalakkan hidup sehat dan mendukung
kesejahteraan untuk semua usia.
4. Pendidikan berkualitas, memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan
inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan gender, mencapai kesetraan gender dan memberdayakan perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi layak, menjamin akses air dan sanitasi untuk semua.
7. Energi bersih dan terjangkau, memastikan akses energi yang terjangkau, bisa
diandalkan, berkelanjutan, dan modern.
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan inklusif, serta lapangan pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Industri, inovasi dan infrastruktur, membangun infrastruktur kuat,
mempromosikan industrialisasi berkelanjutan, dan mendorong inovasi.
10. Berkurangnya kesenjangan, mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara
negara-negara.
11. Kota dan komunikasi berkelanjutan, membuat perkotaan menjadiinklusif, aman,
kuat, dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, memastikan pola konsumsi
dan produksi berkelanjutan.
13. perubahan iklim, menmgambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim
dan dampaknya.
14. Ekosistem laut, perlindungan dan penggunaan samudra, laut, dan sumber daya
kelautan secara berkelanjutan.
15. Ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan
lahan menjadi gurun, mengehentikan kepunahan keragaman hayati
16. Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, mendorong masyarakat
adil, damai, dna inklusif.
17. untuk mencapai tujuan, menghidupkan kembali kemitraan global demi
pembangunan berkelanjutan.

Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dapat dilihat dari indikator


sebagai berikut:

14
 Berkelanjutan ekologis
Menjamin berkelanjutan eksistensi bumi. Hal-hal yang diupayakan adalah:
1. Memelihara integrasi tatanan lingkungan dan keanekaragaman hayati.
2. Memelihara integrasi tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan bumi
tetap terjamin.
3. Memelihara keanekaragaman hayati.
 Berkelanjutan ekonomi
Pembangunan memiliki dua hal utama, yaitu:
1. Ekonomi makro
Menjamin ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efesiensi ekonomi
melalui reformasi struktural dan nasional.
2. Ekonomi sektoral
Mencapainya sumber daya alam di mana nilai ekonominya dapat dihitung
sebagai kapital dalam rangka akunting ekonomi.
 Berkelanjutan sosial budaya
Berkelanjutan sosial budaya memliputi:
1. Stabilitas penduduk
2. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
3. Mempertahankan keanekaragaman budaya
4. Mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
 Berkelanjutan politik
Tujuan dari pembangunan berkelanjutan politik adalah:
1. Respek pada human rights, kebebassan individu dan sosial untuk berpartisipassi
di bidang ekonomi, sosial, dan politik.
2. Demokrasi, yakni memastikan proses demokrasi secara transparan dan
bertanggung jawab.
 Berkelanjutan pertahanan dan keamanan
Keberlanjutan kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman,
dan gangguan baik dari dalam maupun luar. Baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat membahayakan bangsa dan negara.

15
 Implementasi Sustainable Development

Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara bertahap


dengan memanfaatkan sumber daya secara bijaksana. Sumber daya yang mendukung
pembangunan adalah sebagai berikut.

a. Sumber daya manusia: jumlah penduduk, pendidikan, kesehatan, keterampilan,


dan kebudayaan.
b. Sumber daya alam: air, tanah, hutan, mineral tambang, dan keanekaragaman
hayati
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi: transportasi, komunikasi, teknologi industri,
dan rekayasa.

Sumber daya bersifat terbatas sehingga harus digunakan secara cermat dan hati-
hati. Ketidakcermatan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki negara dapat
menimbulkan masalah-masalah lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut.

a. Permasalahn sumber daya alam: kerusakan bhutan, kepunahan hewan dan


tumbuhan, serta perluasan lahan kritis.
b. Permasalahan pemukiman: sanitasi, pemukiman kumuh, dan kekurangan air
bersih;
c. Polusi lingkungan: pencemaran air, tanah, dan udara.

Dalam pembangunan, perlu diperhatikan keseimbangan antara pembangunan


dan kondisi lingkungan. Lingkungan berfungsi sebagai penopang pembangunan. Jika
pembangunan tidak memerhatikan faktor lingkungan, lingkungan hidup akan rusak dan
proses pembangunan akan terhenti.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas


manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan ilmu pengetahuan dengan menyelaraskan ketiga komponen tersebut
sehingga berkesinambungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan juga dikenal dengan pembangunan


berkelanjutan (sustainable develompent), yaitu pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara

16
bijaksana, efisien, dan memerhatikan kepentingan generasi masa kini serta generasi
yang akan datang.

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan global yang


dihasilkan oleh KTT bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Di dalamnya terkandung
dua gagasan penting, yaitu sebagai berikut.

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup,


yang memprioritaskan kebutuhan masyarakat miskin.
b. Gagasan keterbatasan, yakni keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan manusia di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Upaya peningkatan kualitas manusia pada masa kini harus memperhitungkan


juga kualitas manusia pada masa yang akan datang. Pemanfaatan lingkungan sebagai
penopang pembangunan harus pula memperhitungkan keterbatasannya. Hal-hal penting
dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan antar lain sebagai berikut.

a. Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus-menerus dengan ditopang


kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang berkembang secara
berkelanjutan.
b. Pembangunan meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi
kesejahteraan generasi yang akan datang.
c. Lingkungan hidup memiliki keterbatasan sehingga dalam pemanfaatannya akan
mengalami pengurangan.
d. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula pengaruhnya
terhadap kualitas hidup. Hal ini tercermin antara lain pada meningkatnya usia
harapan hidup.
e. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dilakukan sehemat
mungkin dan dilakukan pengembangan sumber daya alternatif.

Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan memiliki karakteristik yang khas dan berbeda


dengan pola pembangunan lain yang dilaksanakan selama ini. Ciri-ciri tersebut antara
lain sebagai

17
berikut.

a. Menggunakan pendekatan integratif untuk menjelaskan keterkaitan yang


kompleks antara manusia dengan lingkungannya.
b. Menggunakan pandangan jangka panjang untuk merencanakan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya pendukung pembangunan.
c. Menjamin pemerataan dan keadilan melalui strategi pembangunan berwawasan
lingkungan yang dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan, faktor produksi,
kesempatan berusaha, dan ekonomi.
d. Memelihara keanekaragaman hayati untuk memastikan ketersediaan sumber
daya alam.

Pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan dimensi ekonomi, sosial, dan


lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam meningkatkan kualitas manusia. Dimensi
ekonomi dalam pembagunan berkelanjutan tetap memfokuskan kepada pertumbuhan
ekonomi, pemerataan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan kearifan ekonomi. Dimensi
sosial mencakup pemberdayaan sosial, peran serta sosial, kebersamaan sosial, dan
pengentasan kemiskinan. Dimensi ekologi meliputi integrasi ekosistem, ramah
lingkungan, hemat sumber daya alam, pelestarian keanekaragaman hayati, dan tanggap
isu global.

 Sosiologi Lingkungan

Sosiologi lingkungan didefinisikan sebagai cabang sosiologi yang memusatkan


kajiannya pada keterkaitan antara perilaku sosial manusia dengan lingkungan. Definisi
ini sebenarnya memunculkan masalah tersendiri karena budaya manusia dalam suatu
lingkungan tidak dapat dibahas secara menyeluruh. Meskipun fokus kajian ini adalah
hubungan antara masyarakat dan lingkungan secara umum, sosiologi lingkungan
biasanya menempatkan penekanan khusus ketika mempelajari faktor sosial yang
mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah
tersebut, dan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sosiologi lingkungan adalah studi terhadap hubungan antara manusia-


masyarakat dengan lingkungan. Ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan ilmu

18
lingkungan. Sedangkan ilmu lingkungan adalah gabungan atau perlintasan berbagai
ilmu, biologi, fisika, kimia, ekosistem, geografi, geologi dan lainya.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa lingkungan memberikan arti penting


bagi manusia. Manusia membutuhkan air dan udara yang sehat dan bersih. Manusia
membutuhkan pepohonan, tanaman, ikan di laut dan sungai sebagai bahan kebutuhan
tempat tinggal dan makanan. Begitu pula dengan tanah tempat berpijak diperlukan
untuk menyerap sampah. Lingkungan adalah tempat keberadaan dan menentukan corak
manusia.

Namun seiring berjalannya waktu, justru dalam perkembanganya manusia


memanfaatkan sumber daya alam dengan rakusnya, sehingga memunculkan masalah
lingkungan. Air dan udara menjadi tak bersih dan tak sehat dikonsumsi. Di samping itu,
pertumbuhan penduduk yang pesat, rakusnya pemanfaatan ilmu dan teknologi hanya
untuk mengeksploitasi sumber daya alam. Pada akhirnya hanya menyisakan masalah
lingkungan; kekeringan, banjir, pencemaran, global warming, ilegal loging, ilegal
fishing.

Lebih khusus tentang sosiologi lingkungan, ia adalah bidang ilmu yang


mempelajari faktor sosial, yaitu yang mengakibatkan masalah lingkungan, dampak
masyarakat terhadap masalah-masalah tersebut, dan sekaligus usaha untuk
menyelesaikan masalahnya juga. Perhatian sosiologi lingkungan terhadap proses sosial
menjadi bagian mengkondisikan satu lingkungan tertentu, agar dapat ditetapkan secara
sosial sebagai sebuah masalah.

 Ekologi Manusia

Ekologi manusia adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan


lingkungan hidupnya. Artinya terdapat keterkaitan manusia dengan komunitas biologis
(alam) maupun dengan komunitas sosial masyarakat.

Dalam pengelolaan lingkungan dibutuhkan ekologi makhluk hidup yang


mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya.
Salah satunya adalah ekologi manusia pada bagian dari autekologi, yaitu ekologi dari
spesies tunggal (homo sapiens). Saat manusia dilihat sebagai makhluk sosial maka

19
ekologi manusia dapat menggunakan sinekologi sehingga ekologi manusia bersifat
sebagai sosial.

Ekologi manusia adalah studi yang mengkaji interaksi manusia dengan


lingkungan. Sebagai bagian dari ekosistem, manusia merupakan makhluk hidup yang
ekologik dominan. Hal ini karena manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya .

Secara analitik lingkup ekologi manusia dibagi menjadi dua sistem yaitu sistem
alam dan sistem sosial. Kedua sistem tersebut saling berhubungan timbal balik terus
menerus dan teratur melalui aliran energi, materi dan informasi sehingga terjadi proses
seleksi dan adaptasi. Lingkungan manusia didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia yang berpengaruh pada kehidupan manusia itu sendiri (lihat
Gambar 1). Menurut Rambo (1983), faktor sistem biofisik atau ekosistem adalah berupa
iklim, udara, air, tanah, tanaman, binatang. Di alam nyata terjadi daur (siklus) materi
dan energi hanya satu arah yaitu dari alam. Sedangkan materi terdapat pada arus
informasi. Timbulnya perubahan hubungan interaksi manusia dan lingkungan sekitar
disebabkan oleh faktor internal yaitu pertambahan penduduk dan eksternal yang
meliputi perkembangan ekonomi pasar, pembangunan, kebijakan pemerintah. Ekologi
manusia dipelopori oleh para ilmuan sosial yang salah satunya yaitu Auguste Comte
tahun 1800 tentang rekonstruksi sosial. Kajian sosial mengenai penyebaran manusia
dalam tata wilayah dipelajari dalam konteks ekologi manusia. Ekologi manusia
menekankan penyebaran manusia dan variabel sosialnya dalam tata ruang, sehingga
kajiannya berkaitan dengan geografi. Saat ini semua kajian berkaitan dengan ekologi
manusia, yaitu biologi, antropologi, ekonomi, teknologi, psikologi, hukum, pertanian,
pendidikan, kesehatan masyarakat, filsafat, agama dan lain-lain.

 Peran Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Manusia dalam Konsep dan


Implementasi Sustainable Development

Dalam melakukan suatu Pembangunan Berkelanjutan maka harus di


perhitungkan dan diamati terlebih dulu apakah lingkungan yang digunakan aman dan
tidak mengganggu proses pada saat membangun. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi

20
hal-hal atau permasalahan-permasalahan yang bisa menghambat berjalannya suatu
pembangunan. Oleh karena itu peran lingkungan sangat dibutuhkan karena dengan
memilih tempat yang aman atau bagus maka pembangunan berkelanjutan akan berjalan
lancar. Lain halnya kalau memilih tempat yang kurang tepat untuk membangun maka
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Peran manusia juga sangat dibutuhkan dalam
lingkungannya karena apabila manusia tersebut tidak menjaga lingkungan yang mereka
tempati maka lingkungan mereka akan menjadi rusak atau jelek sehingga tidak bisa
dijadikan tempat untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan manusia yang menjaga
lingkungannya agar tetap baik dan bersih maka akan sangat cocok dijadikan sebagai
tempat untuk pembangunan berkelanjutan.

Peran Lingkungan dan manusia saling berkaitan dalam pembangunan


berkelanjutan. Hal itu karena tujuan dari pembangunan berkelanjutan yaitu seperti tanpa
kemiskinan, tanpa kelaparan, lingkungan yang sehat, bersih, aman dan sejahtera. Oleh
sebab itu manusia harus menjaga lingkungannya dengan sebaik mungkin agar
lingkungan yang mereka tempati dijauhkan dari masalah-masalah yang tidak
diinginkan. Dalam pembangunan, perlu diperhatikan keseimbangan antara
pembangunan dan kondisi lingkungan. Lingkungan berfungsi sebagai penopang
pembangunan. Jika pembangunan tidak memerhatikan faktor lingkungan, lingkungan
hidup akan rusak dan proses pembangunan akan terhenti. Adapun indikator yang perlu
diperhatikan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yaitu ekologis, ekonomi,
sosial budaya, politik, pertahanan dan kemanan. Indikator-indikator tersebut harus terus
diperhatikan supaya pembangunan yang dilakukan tetap berlanjut.

21
3. DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP
CORAK INTERAKSI KOMUNITAS

 Pengertian Determinisme

Determinisme adalah keyakinan filosofis bahwa semua peristiwa terjadi sebagai


akibat dari adanya beberapa keharusan dan karenanya tak terelakkan. Secara khusus,
gagasan bahwa pilihan-pilihan dari para pelaku rasional tertentu pada masa lalu dapat
saja dilakukan dengan cara berbeda—atau bahkan gagasan bahwa keputusan-keputusan
dari para pelaku tersebut pada masa mendatang dapat menghasilkan sesuatu yang lain
dari apa yang mereka kehendaki—biasanya mendapat tantangan dalam pandangan ini.
Dengan demikian, "masalah" kehendak bebas—atau gagasan bahwa kehendak bebas
adalah suatu "ilusi"—sering kali timbul sebagai suatu akibat dari klaim utama yang
dihasilkan oleh determinisme, yaitu bahwa masa lalu, masa kini, dan masa depan
diidentifikasi dengan suatu rangkaian kondisi yang pada hakikatnya tak terputus dan
tidak ada satu kondisi pun yang dapat dihindari. Beberapa determinis sepenuhnya
menolak gagasan mengenai "kemungkinan" ataupun "keacakan", bahkan menyatakan
bahwa gagasan-gagasan tersebut hanya merupakan suatu ciptaan budi dan/atau sekadar
hasil imajinasi. Pada akhirnya merupakan suatu hasil dari ketidaktahuan dalam
menghadapi segala faktor. Bagaimanapun berbicara mengenai kehendak bebas
merupakan perhatian tersendiri, dan setiap pembahasan terkait determinisme pada
prinsipnya tidak memerlukan pembahasan mengenai kehendak bebas. Selain isu-isu ini,
terdapat perdebatan-perdebatan mengenai usaha keras dari bahasa untuk dapat benar-
benar menangkap apa yang dimaksudkan secara tepat—dengan asumsi ada suatu
maksud tertentu—ataupun apa sebenarnya hakikat sejati dari realitas terlepas dari
bagaimana meyakinkannya hakikat dari konsep determinisme.

Ada banyak determinisme, tergantung dari prakondisi apa yang dianggap


sebagai penentu dari suatu peristiwa atau tindakan. Teori-teori deterministik sepanjang
sejarah filsafat berkembang dari keragaman dan terkadang saling tumpang tindih antara
berbagai motif dan pertimbangan. Beberapa bentuk determinisme dapat diuji secara
empiris dengan ide-ide dari fisika dan filsafat fisika. Kebalikan dari determinisme

22
adalah beberapa jenis indeterminisme (yang lainnya disebut nondeterminisme).
Determinisme sering kali dikontraskan dengan kehendak bebas.

Determinisme sering diartikan sebagai determinisme kausal, yang dalam fisika


dikenal sebagai sebab-dan-akibat. Konsep ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa
dalam suatu paradigma yang diberikan terikat oleh kausalitas sedemikian rupa sehingga
setiap kondisi (dari suatu objek atau peristiwa) sepenuhnya ditentukan oleh kondisi-
kondisi sebelumnya. Pengertian ini dapat dibedakan dari varian-varian determinisme
lainnya yang disebutkan di bawah.

Perdebatan-perdebatan yang lain sering kali menyangkut ruang lingkup sistem-


sistem yang telah ditentukan (determined); beberapa kalangan berpendapat bahwa
seluruh alam semesta adalah suatu sistem determinat tunggal dan kalangan-kalangan
lain mengidentifikasi sistem-sistem determinat yang lebih terbatas lainnya (atau
multisemesta). Berbagai perdebatan historis melibatkan banyak posisi filosofis dan
varian determinisme. Semua itu meliputi perdebatan-perdebatan tentang determinisme
dan kehendak bebas, secara teknis dinyatakan sebagai kompatibilistik (memungkinkan
koeksistensi keduanya) dan inkompatibilistik (menyangkal kemungkinan dari
koeksitensi keduanya).

 Lingkungan Alam

Lingkungan alam adalah lingkungan yang terbentuk dari proses alami misalnya,
pegunungan, sungai, danau, hutan, dan rawa. Sedangkan, menurut kamus ekologi,
Lingkungan alam dapat di-deskripsikan sebagai; "...mengacu kepada keseluruhan yang
saling berkaitan antara makhluk hidup dan non hidup yang berada secara alamiah di
Bumi atau disebagian daerahnya." Sementara itu, dalam bahasa inggris, lingkungan
alam berasal dari kata "nature", yang berasal dari kata bahasa latin "natura" yang berarti
"kualitas penting".

Semua makhluk hidup yang ada di bumi, melakukan hubungan dengan sesama
makhluk hidup maupun dengan lingkungannya. Lingkungan alam terdiri atas benda
mati dan makhluk hidup. Lingkungan alam merupakan sumber penghidupan bagi
makhluk hidup, karena alam menyediakan semua kebutuhan makhluk hidup.

23
Benda mati dan makhluk hidup saling memengaruhi antara satu dengan yang
lainnya. Bahkan, antarkeduanya saling berkaitan. Salah satu bentuk hubungan antara
benda mati dan makhluk hidup adalah jenis tanah, suhu, dan curah hujan di suatu tempat
dapat memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh dan hewan yang berkembang di daerah
tersebut.

Makhluk hidup juga dapat memengaruhi benda mati. Contohnya daerah yang
banyak tumbuhannya akan menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih sejuk. Daerah
yang masih banyak tumbuhannya cenderung memiliki air tanah yang baik dan
berlimpah. Hal ini terjadi karena, tanaman membantu tanah untuk menahan air dan
menyimpannya di dalam tanah dengan baik. Bagaimana dengan manusia?

Hubungan antara manusia dan lingkungan alam dapat dikelompokkan menjadi


dua. Pertama hubungan yang membuat manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan
alam. Kedua adalah hubungan yang membuat manusia dapat memanfaatkan alam
sekitarnya. Salah satu cara manusia untuk menyesuaikan diri dengan alam, adalah
dengan mempelajari peristiwa alam yang ada di lingkungannya. Para petani harus
menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan agar tanamannya dapat tumbuh
dengan baik. Para nelayan memilih waktu untuk berlayar menyesuaikan dengan
keadaan cuaca agar terhindar dari bencana dan memperoleh tangkapan ikan yang
banyak.

Manusia juga harus dapat memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan


hidupnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, untuk
menanggulangi akibat kemarau panjang yang menyebabkan menurunnya hasil
pertanian, manusia mencoba membuat hujan buatan. Pembuatan hujan buatan ini, tentu
dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi.

 Komunitas

Dalam ekologi, komunitas adalah sekumpulan populasi dari dua spesies berbeda
atau lebih yang saling berhubungan dan menempati wilayah geografis yang sama pada
waktu yang sama. Komunitas dipelajari dalam ekologi komunitas atau sinekologi, yaitu
studi tentang interaksi di antara spesies dalam komunitas pada banyak skala spasial

24
(ruang) dan temporal (waktu), termasuk distribusi, struktur, kelimpahan, demografi, dan
interaksi antara populasi yang hidup berdampingan. Fokus utama ekologi komunitas
adalah pada interaksi antarpopulasi sebagaimana ditentukan oleh karakteristik genotipe
dan fenotipe tertentu. Interaksi ini tidak selamanya menguntungkan, salah satu jenis
interaksi yang merugikan adalah kompetisi. Untuk meminimalisir kerugian yang
didapatkan, semua makhluk hidup melakukan berbagai cara adaptasi untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

Ada banyak komunitas yang dapat kita temui di tengah-tengah masyarakat,


mulai dari komunitas profesi, komunitas seni, komunitas olahraga, komunitas hobi dan
lainnya. Komunitas merupakan sarana sosial yang digunakan masyarakat untuk
berkumpul dan berbagi sesuai dengan minatnya. Umumnya, komunitas terdiri dari
minimal 2 orang anggota. Pada prinsipnya, komunitas melakukan banyak kegiatan yang
berhubungan dengan minat para anggotanya.

Pengertian Komunitas

Pengertian komunitas adalah kelompok sosial dalam masyarakat yang terdiri


dari beberapa orang yang berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan tertentu dan
umumnya memiliki minat dan habitat yang sama. Ada juga yang menjelaskan bahwa
pengertian komunitas adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang anggotanya
memiliki kesamaan kriteria sosial sebagai suatu karakteristik. Misalnya, minat yang
sama, profesi yang sama, agama yang sama, hobi yang sama, kesamaan status sosial,
dan lainnya. Suatu komunitas muncul dari keinginan anggotanya untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah disepakati bersama. Selain itu, komunitas juga berupaya untuk saling
memberikan dukungan kepada anggotanya agar dapat berkembang bersama.

Tipe Dan Jenis Komunitas

Pada prinsipnya, komunitas dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tipe. Adapun jenis-
jenis komunitas tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Komunitas Berdasarkan Minat


Komunitas berdasarkan minat merupakan jenis komunitas yang dibentuk
berdasarkan kesamaan ketertarikan atau minat anggotanya. Biasanya komunitas

25
yang dibentuk berdasarkan minat memiliki jumlah anggota yang banyak karena
komunitas tersebut dapat mendukung minat atau hobi anggota.
2. Komunitas Berbasis Komuni
Komunitas berdasarkan komuni adalah komunitas yang dibentuk atas dasar
keinginan dan kepentingan bersama. Dengan kata lain, komunitas ini dibentuk
atas dasar kepentingan organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat.
3. Komunitas Berdasarkan Lokasi
Komunitas berdasarkan lokasi merupakan jenis komunitas yang dibentuk
berdasarkan kemiripan lokasi atau letak geografis. Secara umum, komunitas
berbasis lokasi ini muncul dari keinginan untuk saling mengenal sehingga
tercipta interaksi yang dapat membantu mengembangkan lingkungannya.

Manfaat Membentuk Komunitas

Membentuk komunitas tentunya memiliki manfaat bagi anggotanya. Beberapa


benefit yang dimiliki komunitas adalah sebagai berikut:

 Sarana informasi, penyebaran informasi tertentu dapat menyebar dengan cepat


dalam suatu komunitas. Dalam komunitas pecinta burung misalnya, semua
informasi tentang burung di komunitas ini tersebar dengan sangat cepat.
 Untuk membangun relasi, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain dalam hidupnya. Dengan adanya komunitas, maka kita dapat
mengembangkan relasi yang lebih baik satu sama lain.
 Salin dukung, karena ada ketertarikan atau minat pada suatu bidang , setiap
anggota komunitas dapat saling mendukung. Selain membantu anggota lain,
suatu komunitas juga dapat membantu sesama di luar komunitas tersebut.

Contoh-Contoh Komunitas

Ada banyak contoh komunitas di sekitar kita, baik itu komunitas dunia nyata
maupun komunitas dunia maya. Beberapa contoh komunitas tersebut adalah:

 Komunitas petani / peternak


Komunitas petani / peternak tercipta karena minat dan kebutuhannya dalam
dunia pertanian atau peternakan. Melalui komunitas inilah para petani atau

26
peternak dapat saling bertukar informasi dan saling mendukung dalam rangka
peningkatan hasil pertanian / peternakannya.
 Komunitas seni
Komunitas seni muncul dari suatu ketertarikan pada seni, baik itu musik, tari,
lukisan dan lain-lain. Komunitas ini bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan bakat
dan keterampilan di bidang seni.
 Komunitas fotografi
Komunitas fotografi didirikan karena ketertarikan para anggotanya dalam bidang
fotografi. Komunitas ini bisa dijadikan sebagai media pembelajaran, berbagi
tips, menjalin relasi bisnis dan berbagi informasi di bidang fotografi.
 Komunitas blogger
Komunitas blogger merupakan komunitas yang muncul dari minat dan
kebutuhan dalam dunia blogging. Biasanya member adalah orang-orang yang
aktif di dunia maya dan saling mendukung, baik dalam pertanyaan teknis
maupun non teknis di bidang webmaster.

 Determinisme Karakteristik Lingkungan Alam Terhadap Corak Interaksi


Komunitas
Determinisme merupakan paham yang menganggap setiap kejadian atau
tindakan, baik yang menyangkut jasmani maupun rohani, merupakan konsekuensi
kejadian sebelumnya dan ada di luar kemauan. Lalu lingkungan alam adalah lingkungan
yang terdiri atas benda mati dan makhluk hidup dimana lingkungan ini dijadikan
sumber penghidupan bagi makhluk hidup. Selanjutnya komunitas adalah kelompok
sosial dalam masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang berinteraksi satu sama
lain dalam lingkungan tertentu dan umumnya memiliki minat dan habitat yang sama.
Paham Determinisme memberikan penjelasan bahwa manusia dan perilakunya
ditentukan oleh alam, yang mana karakteristik lingkungan sangat diperlukan untuk
corak interaksi komunitas. Lingkungan alam biasanya menjadi daya tarik bagi para
kelompok komunitas, dimana lingkungan alam memiliki karakteristik yang berbeda-
beda dan banyak menyuguhkan keindahan-keindahan alamnya sehingga dapat menarik
minat para komunitas. Dari sanalah tejadi determinisme pada interaksi komunitas
karena mereka tidak bisa memprediksi minat mereka terhadap alam yang menyuguhkan

27
keindahannya sehingga para komunitas tidak bisa menolak daya tarik tersebut. Oleh
karena itu mereka membentuk sebuah komunitas seperti komunitas pecinta alam, yang
mana komunitas tersebut bertindak atau melakukan kegiatan yang menyangkut tentang
alam.

28
DAFTAR PUSTAKA

Serafica Gischa. 2020. Konsep Pembangunan Berkelanjutan: Tujuan dan Indikator.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/070000369/konsep-pembangunan-
berkelanjutan-tujua-dan-indikator?page=all (diakses pada 5 Juni 2021)
Admin. 2018. Teori-Teori Lingkungan Hidup. https://dinhl.slemankab.go.id/teori-teori-
lingkungan-hidup/ (diakses pada 6 Juni 2021)
Admin. 2015. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan.
https://ringkasanbukugeografi.blogspot.com/2015/12/implementasipembangunan-
berkelanjutan.html?m=1 (diakses 5 Juni 2021)
Muhammad Rifai. 2015. Meski Baru, Sosiologi Lingkungan Menjadi Cabang Ilmu
Sosial Yang Sangat Penting. https://ensiklo.com/2015/10/15/meski-baru-sosiologi-
lingkungan-menjadi-cabang-ilmu-sosiologi-yang-sangat-penting/ (diakses pada 6 Juni
2021)
Prayogi. Pengertian Komunitas, Jenis, Contoh, dan Manfaat Membentuk Komunitas.
https://kotakpintar.com/pengertian-komunitas/ (diakses pada 5 Juni 2021)
Admin. 2016. Pengertian Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan).
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/10/pengertian-sustainable-development-
pembangunan-berkelanjutan.html?m=1 (diakses 7 Juni 2021)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Determinisme (diakses pada 6 Juni 2021)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekologi_Manusia (diakses pada 6 Juni 2021)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_Alam (diakses pada 6 Juni 2021)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunitas_(ekologi) (diakses pada 6 Juni 2021)

29

Anda mungkin juga menyukai