Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Michael Ayyasy Waroy
NIM : L1C018058
Prodi/Kelas : Sosiologi Lingkungan B 2018
i
KONTRADIKSI DAN TITIK TEMU ANTARA EKOSENTRISME DAN
ANTROPOSENTRISME
Etika lingkungan berasal dari dua kata, yaitu “Etika” dan “Lingkungan”. Etika berasal
dari bahasa Yunani yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Menurut KBBI V, arti etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Lingkungan adalah segala sesuatu (biotik dan abiotik) yang ada di sekitar
manusia yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan manusia dan biotik lainnya baik
secara langsung maupun tidak.
Perkembangan suatu konsep dalam ilmu pengetahuan agar bisa bertahan dalam dunia
keilmuan perlu adanya proses kritis terhadap pandangan para ilmuan yang membuat teori
tersebut. Perlu pahami bahwa teori merupakan konsep yang digunakan untuk
menganalisis semua gejala sosial yang ada. Menurut Gibbs, menyatakan bahwa “Teori
adalah sejumlah pertanyaan yang saling berhubungan secara logis dalam bentuk
penegasan empiris tentang berbagai jenis peristiwa yang tidak terbatas” (Damsar, 2017).
Teori bagaikan peta untuk kita melintasi rimba.
1. Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori ini memandang bahwa manusia merupakan pusat dari
sistem alam semesta. Manusia dan segala kepentingannya dianggap yang paling
menentukan tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan
alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
1
Berikut adalah hal-hal yang ditekankan etika antroposentrisme (Dr. I. Ginting Suka,
M.S., 2017):
Teori antroposentrisme ini memang mengundang kritik dari berbagai kalangan yang
melihat bahwa keberadaan manusia seharusnya tidak tidak otonom sehingga membuat
manusia memperlakukan lingkungan sesuai keinginannya.
2. Ekosentrisme
Teori ekosentrisme menjadikan lingkungan atau seluruh komunitas ekologis baik
biotik maupun abiotik sebagai pusatnya. Pada teori ini, setiap individu dalam ekosistem
diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Suatu keseluruhan organisme
saling membutuhkan, menopang, dan memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus
terjadi secara seimbang dan menjadi bagian tata kehidupan ekosistem.
Hal-hal yang ditekankan pada teori ekosentrisme yaitu (Dr. I. Ginting Suka, M.S.,
2017):
2
f. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
g. Menghargai dan memelihara tata alam
h. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem
i. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu
mengambil sambil memelihara.
3
Dua etika/teori ini sangat bertentangan dalam memanfaatkan alam. Bagi
antroposentrisme, manusia berhak memanfaatkan alam sesuai kebutuhannya dengan
sesuka hati. Namun bagi ekosentrisme, pentingnya menjaga lingkungan dan
keseimbangan alam dalam pemanfaatannya. Manusia ditekankan lebih memikirkan
makhluk hidup lain dan lebih berfikir jangka panjang.
4
PERAN SOSIOLOGI LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA DI
DALAM KONSEP DAN IMPLEMENTASI SUSTAINABLE
DEVELOPMENT
Sosiologi Lingkungan
Dari Dr. Saputra Adiwijaya, M.Si. dan Dr. Berkat A. Pisi, M.Si., sosiologi lingkungan
adalah cabang sosiologi yang memusatkan kajiannya pada adanya keterkaitan antara
lingkungan dan perilaku sosial manusia. Menurut Dunlop dan Catton, dari Rachmad,
sosiologi lingkungan dibangun berdasarkan beberapa konsep yang saling berkaitan, yaitu:
Lebih lanjut, dalam kajian sosiologi lingkungan, beragam perilaku sosial seperti
konflik dan integrasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi lingkungan, adaptasi
terhadap perubahan lingkungan atau pergeseran nilai-nilai sosial yang merupakan efek
dari perubahan lingkungan harus dapat dikontrol. Hal ini dilakukan agar kemunculan
pengaruh-pengaruh berupa faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan kondisi lingkungan
5
(eksogen) dapat terdeteksi atau dikenali dengan jelas. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa sosiologi lingkungan adalah cabang sosiologi yang mengkaji aspek-aspek
lingkungan, yang melingkupi pemanfaatan sumber daya alam serta pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan beragam alasan sebagai
dampaknya.
Ekologi Manusia
Ekologi berasal dari bahasa Yunani dari kata oikos yang berarti “rumah tangga”
dan logo yang berarti mempelajari. Dengan kata lain, ekologi mempelajari lingkungan
rumah tangga dari seluruh makhluk hidup di dalam rumah tangganya, serta seluruh proses
yang berfungsi untuk memungkinkan rumah itu dihuni para penghuninya (Odum, 1983
dalam Mohamad Soejani). Ekologi manusia adalah ekologi dengan pembahasan terpusat
pada manusia. Ekologi manusia tidak hanya memusatkan permasalahan pada manusia
saja, tetapi juga di sekitar manusia, tentu tidak mungkin meninggalkan pembicaraan
tentang makhluk hidup lain di luar manusia.
Hubungan antara manusia dan alam merupakan hubungan timbal balik. Semua
perolehan didapatkan dengan pengorbanan, beban atau biaya dan upaya. Kenyataan
bahwa alam juga akan mengalami dampak atau perubahan yang akibatnya juga akan
menimpa makhluk hidup atau manusia itu sendiri. Jadi, akibat dan timbulnya dampak itu
dalam ekologi manusia perlu diperhitungkan apakah menguntungkan atau merugikan diri
sendiri ataupun merugikan manusia serta makhluk hidup lain.
Jadi, dari model ini jelas bahwa ekologi manusia menganut falsafah berikut.
Dalam ekologi manusia, lingkungan fisik manusia di pahami sebagai ekosistem atau
kesatuan ekologis. Seperti udara, air, tanah, organisme hidup, dan konstelasi unsur-unsur
6
terhubung melalui jaringan energi yang menginformasikan segala aktivitas manusia di
dalamnya termasuk ekosistem. Sebagai aktor manusia selalu berada dalam interaksi
timbal balik atau metabolistik dengan alam, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan
buatan untuk melangsungkan hidupnya. Terkait dengan sistem sosiokulturalnya, manusia
berinteraksi dengan manusia lainnya di dalam fisik ini. Hubungan manusia dengan
lingkungannya dan sesama akan berdampak lingkungan karena manusia adalah bagian
yang dinamis dari suatu ekosistem.
Secara ekologis manusia melihat dirinya sebagai bagian integral dari suatu ekosistem
atau “ruang hidup” dengan hubungan fungsionalnya yang tak terpisahkan antara sistem
sosial dan biofisik. Kehidupan masyarakat, terutama masyarakat pramodern, sangat
tergantung pada fungsi ekosistemnya. Dalam konteks masyarakat pramodern, pranata
pranata sosial tradisional, seperti ritual, sepertinya hanya terkait dengan sistem sosial.
Namun, nyatanya juga terkait dengan tindakan mereka terhadap alam, terutama
pemeliharaan lingkungan. Ritual yang melibatkan materi dan energi dari lingkungan
misalnya menebang pohon, berburu, menangkap ikan, dan memanen tanaman pangan
tidak hanya terkait dengan keyakinan ritual yang dilaksanakan untuk keselamatan dari
gangguan kekuatan gaib, tetapi juga memperkuat ikatan emosional dengan materi dan
energi yang dimanfaatkan sehingga ketidakseimbangan yang berujung pada bencana
alam bisa dihindari (Reichel-Dolmatoff, 1976 dalam Soerjani, 2017).
Sustainable Development
7
3. Kehidupan sehat dan sejahtera, dengan menggalakkan hidup sehat dan
mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
4. Pendidikan berkualitas, dengan memastikan pendidikan berkualitas yang layak
dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi layak, dengan menjamin akses atas air dan sanitasi untuk
semua.
7. Energi bersih dan terjangkau, dengan memastikan akses pada energi yang
terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua.
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi dengan mempromosikan
pertumbuhan ekonom berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan yang layak
untuk semua.
9. Industri, inovasi dan infrastruktur, dengan membangun infrastruktur kuat,
mempromosikan industrialisasi berkelanjutan, dan mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
11. Kota dan komunitas berkelanjutan, dengan membuat perkotaan menjadi inklusif,
aman, kuat, dan berkelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, dengan memastikan pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
13. Penanganan perubahan iklim dengan mengambil langkah penting untuk melawan
perubahan iklim dan dampaknya.
14. Ekosistem laut, perlindungan dan penggunaan samudera, dan sumber daya
kelautan secara berkelanjutan.
15. Ekosistem darat dengan mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan
perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan
lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
16. Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh.
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan dengan menghidupkan kembali kemitraan
global demi pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan yang melibatkan generasi saat ini dan generasi masa
mendatang memerlukan upaya bersama untuk mencapai tujuan di atas, dengan
8
menyeimbangkan tiga aspek penting, yaitu ekonomi, sosial, dan perlindungan
lingkungan.
9
c. Desakan yang besar akan pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk memenuhi
permintaan penduduk yang terus bertambah untuk kebutuhan pokok.
Kesimpulan
10
DETERMINISME KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM TERHADAP
CORAK INTERAKSI KOMUNITAS
11
Dalam kaitannya dengan hubungan manusia dan lingkungan, terdapat beberapa
paham yang menjelaskan hakekat dari hubungan tersebut, yaitu paham determinisme,
paham posibilisme dan paham optimisme teknologi. Paham determinisme merupakan
paham yang menjelaskan bahwa manusia dan perilakunya ditentukan oleh alam. Adapun
tokoh-tokoh atau ilmuwan yang mengembangkan dan menganut paham determinisme
diantaranya Charles Darwin, Frederich Ratzel dan Elsworth Huntington. Sebuah model
sederhana pada hubungan antara alam dan masyarakat, atau lingkungan dan masyarakat,
adalah bahwa determinisme lingkungan, yang memberikan fokus untuk studi geografis
dengan memperkenalkan tugas dan metode yang menyatukan manusia dan fisik untuk
pertama waktu.
Determinisme sebagai istilah luas yang mengacu pada penjelasan yang
menetapkan faktor pengaruh lingkungan yang mendominasi seluruh sistem.
Determinisme lingkungan secara khusus, menegaskan bahwa lingkungan alam
menentukan jalannya budaya. Dalam model ini, masyarakat manusia terbatas pada
berbagai hasil atau bahkan hasil tunggal dengan satu set tertentu dalam parameter
lingkungan
Charles Darwin (1809) merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang sangat
terkenal dengan teori evolusinya. Menurutnya, makhluk hidup secara berkesinambungan
mengalami perkembangan dan dalam proses perkembangan tersebut terjadi seleksi alam
(natural selection). Makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan
mampu bertahan dan lolos dari seleksi alam. Dalam hal ini alam berperan
sangat menentukan. Frederich Ratzel (1844-1904) merupakan ilmuwan berkebangsaan
Jerman yang sangat dikenal dengan teori ”Antopogeographie”-nya. Menurutnya manusia
dan kehidupannya sangat tergantung pada alam. Perkembangan kebudayaan ditentukan
oleh kondisi alam, demikian halnya dengan mobilitasnya yang tetap dibatasi dan
ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi. Elsworth Huntington merupakan
ilmuwan berkebangsaan Amerika Serikat yang dikenal dari karya tulisnya berupa buku
yang berjudul, “Principle of Human Geographie”. Menurutnya, iklim sangat menentukan
perkembangan kebudayaan manusia. Sebagaimana telah kita pelajari dalam mata
pelajaran Geografi, iklim di dunia sangat beragam. Keragaman iklim tersebut,
menciptakan kebudayaan yang berlainan. Sebagai contoh, kebudayaan di daerah beriklim
dingin berbeda dengan di daerah beriklim hangat atau tropis.
12
Dalam perkembangannya, teori determinisme lingkungan bermula dan
penekanannya bahwa iklim iklim di permukaan bumi menentukan kebudayaan manusia.
Oleh sebab itu, teori ini disebut dengan teori geoklimatik atas keragaman kebudayaan.
Bagi pendukungnya, keragaman budaya dan bangunan sosial politik umat manusia
ditentukan oleh beragamnya kondisi geoklimatik, seperti keragaman musim, tingkat
curah hujan dan tentang kekeringan serta vegetasinya.
Dalam kerangka deterministik, hanya organisme yang bisa berdaptasi dengan
lingkungannya yang bisa bertahan hidup sama seperti konsep yang diajukan oleh Darwin
mengenai teori evolusi. Sebaliknya, organisme yang tidak beradaptasi pada kondisi
lingkungan akan berkurang, bahkan punah. Perkembangan organisme dari waktu ke
waktu dilakukan melalui proses perjuangan untuk hidup dalam konsteks seleksi alam
yang dan berujung pada kelangsungan hidup bagi yang sesuai.
Interaksi Komunitas
13
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dibagi
menjadi:
a. Komunitas Akuatik; komunitas ini misalnya terdapat di laut, danau, sungai,
parit dan kolam.
b. Komunitas Terestrial; sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan,
padang rumput, padang pasir, halaman kantor, halaman sekolah, kebun raya dan
sebagainya.
Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk keanekaragaman komunitas perlu
dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komunitas, misalnya;
a. Mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya.
b. Menempatkan spesies tersebut ke dalam habitat dan nichenya.
c. Menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat.
d. Menempatkan tiap individu ke dalam setiap habitatnya dan menentukan
fungsinya.
Nama komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, pemberian nama itu dengan
menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, pantai pasir, lautan,
hutan jati. Nama tersebut menunjukkan bentuk dan wujud komunitas secara keseluruhan.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup ataupun tidak. Di darat tumbuhan utama
biasanya memberikan pedoman yang jelas dan mantap. Dalam komunitas perairan,
habitat fisik dapat juga digunakan misalnya komunitas padang pasir, komunitas hamparan
rumput, komunitas perairan terbuka. Menurut Zoer’aini (2003) ringkasnya pemberian
nama komunitas berdasarkan ;
a. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau
indikator lannya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
Dipterocarphaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti
hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak terdapat di Flores. Dalam
komunitas ini banyak terdapat pohon Eucalyptus yang mempunyai sifat keras
dan liat karena mengandung skelofil.
14
b. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan
lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
c. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata
sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
Lingkungan dan masyarakat adalah dua konsep yang memiliki hubungan timbal
balik. Upaya bertahan diri dengan adaptasi dari komunitas terhadap lingkungan alam
tempat tinggalnya mempengaruhi bagaimana interaksi komunitas tersebut. Penyesuaian
kehidupan sosial menjadi penekanan dari konsep determinisme lingkungan yang pada
kenyataan harus bisa bertahan hidup dalam lingkungan fisik yang selalu berubah secara
dinamis. Para antropolog menemukan bahwa kebudayaan masyarakat yang hidup di
habitat yang sama bisa saja berbeda.
Teori utama determinisme lingkungan adalah interaksi antara budaya dan
lingkungan, pertama, keyakinan bahwa lingkungan hidup dan kehidupan bersifat tetap
dan tidak mengalami perubahan selama ribuan tahun. Premis tersebut diketahui salah
karena lingkungan hidup terus mengalam perubahan. Kedua adalah kurangnya peran
budaya dan keharusan perang lingkungan hidup. Selanjutan dalam determinisme,
lingkungan dikenal dengan konsep wilayah budaya, Namun memiliki kekurangan dalam
mendefinisikan daerah tunggal dengan keragaman lingkungan hidup dan budaya (Sutton
dan Adersorn, 2010 dalam Abdoellah, 2017). Maka karakteristik fisik alam memberikan
pengaruh kepada kondisi sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi sifat yang pada masyarakat, seperti
masyarakat dengan kondisi iklim subtropis yang sering berubah-ubah dapat memberikan
stimulus pada individu untuk terus bekerja keras disebabkan karena kondisi cuaca
berubah. Ketika kondisi karakteristik alam suatu wilayah memiliki cuaca panas
berdampak sikap masyarakat identik dengan sikap yang keras sesuai dengan kondisi yang
ada. Dengan demikian karakteristik mempengaruhi interaksi suatu komunitas.
15
16
REFERENSI
Dosen, P. (2020, September 5). Dosen Geografi. Diambil kembali dari Pengertian
lingkungan Alam, Macam, Konsep, Manfaat, dan Contohnya:
https://dosengeografi.com/lingkungan-alam/
Indonesian State Law Review, Vol. 2 No. 2, April 2020
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup - A. Prosiding, 2(42), 521–525.
https://books.google.co.id/books?id=gW6qG0DQ2_cC&printsec=frontcover#v=o
nepage&q&f=false%0Ahttps://books.google.co.id/books?id=gW6qG0DQ2_cC&p
rintsec=frontcover
KBBI V Daring
Rukandar, Dadan. Etika Lingkungan. Dilansir dari http://elvinabarus1110.blogspot.co.id
Soerjani, Mohamad, Ekologi Manusia dan Alam Semesta
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/78283/1/SOSIOLOGI%20LING
KUNGAN%20(1).pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/e793d570c2f976a0799244c82
636e42e.pdf
http://gel.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/422/2018/12/Ecology-and-
Environmental-Science-Teaching-Materials.pdf
https://id.lifehackk.com/77-environmental-determinism-and-geography-1434499-5215
17