Anda di halaman 1dari 305

UNIVERSITAS

MUHAMMADYAH
Fakultas Hukum
HUKUM ACARA PERDATA
Tri Atika Febriany
“Peraturan hukum yang mengatur bagaimana
cara menjamin ditaatinya hukum perdata
materill dengan perantaraan hakim”

–Prof Sudikno Mertokusumo


“Hukum perdata formil yaitu kesemua kaidah
hukum yang menentukan dan mengatur cara
bagaimana melaksanakan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang
diatur dalam hukum oerdata materiil”

–Retnowulan Sutantio
SEJARAH HUKUM ACARA
PERDATA
Sebelum tanggal 5 April 1848

Hukum acara perdata yang digunakan di pengadilan


Gubernemen bagi golongan  Bumiputera untuk kota-kota
besar di Jawa adalah BrV (hukum acara bagi golongan Eropa)

Untuk luar kota-kota besar Jawa digunakan beberapa pasal


dalam Stb 1819-20

Pada tahun 1846 Ketua Mahkamah Agung (Hooggrerechtshof)


Mr H.L Wichers tidak setuju hukum acara perdata bagi
golongan Eropa digunakan untuk golongan Bumiputera tanpa
berdasarkan perintah Undang-undang.

Gubenur Jendral J.J Rochussen menugaskan Wichers


membuat rancangan Reglement tentang Administrasi Polisi
dan Hukum Acara Perdata dan Pidana Bagi Bumiputera
Tahun 1847 rancangan selesai dibuat tetapi JJ Rochussen
mengajukan keberatan yaitu

1.Pasal 432 ayat (2) :membolehkan pengadilan yang


memeriksa perkara perdata untuk golongan Bumiputera
menggunakan hukum acara perdata yang diperuntukkan
untuk golongan Eropa.

2.Rancangan itu terlalu sederhana karena tidak


dimasukkannya lembaga-lembaga intervensi, kumulasi
gugatan, penjaminan dan rekes civil seperti yang termuat
dalam BRv

•Tanggal 5 April 1848  setelah melakukan perubahan dan


penambahan maka rancangan itu ditetapkan dengan nama
Inlandsch Reglement (IR) yang ditetapakan dengan Stb
1848-16 dan disahkan dengan firman Raja tanggal 29
September 1849 dengan Stb 1849-63.
Tahun 1927 diberlakukan RBg (Rechtsreglement 
voor de Buitengewesten) yaitu hukum acara
perdata bagi golongan Bumiputera luar Jawa dan
Madura. Sebelumnya berlaku peraturan tentang
susunan Kehakiman dan kebijaksanaan Pengadilan
àStb 1847 -23

Tahun 1941 terjadi perubahan nama Ir menjadi


HIR (Herzeine Indlansch Reglement)dengan Stb
1941-44 yang berlaku untuk Jawa dan Madura

Pada saat ini dengan Pasal II Peraturan Peralihan 


UUD 1945 yang telah diamandemen yg ke 4 HIR
dan RBg masih berlaku sampai saat ini.
Asas-asas Umum Peradilan

1. Kemerdekaan kekuasaan kehakiman (independence of judiciary);

2. Badan peradilan Negara (State Court);

3. Struktur peradilan terdiri dua tingkat (judex factie), sedangkan MA sebagai peradilan tertinggi dan sekaligus
sebagai peradilan kasasi;

4. Menempatkan pencari keadilan (justiabelen) sebagai subyek hukum dalam keseluruhan proses peradilan;

5. Persamaan kedudukan setiap orang di hadapan hukum dan peradilan (equality before the law/ court);

6. Para pihak memiliki kesempatan yang sama dalam proses peradilan;

7. Obyektifitas pemeriksaan perkara (imparsialitas);

8. Persidangan terbuka untuk umum (terdapat perkecualian);

9. Peradilan dilakukan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan;

10.Pemeriksaan perkara dilakukan secara Majelis;

11.Putusan harus menyebut dasar argumentasi hukum (ratio decidendi);

12.Putusan memuat irah-irah;


• Fungsi Hukum Acara Perdata

Untuk melaksanakan hukum perdata materiil

Sifat Hukum Acara Perdata

1. Adanya perkara bergantung pada inisiatif penggugat yang merasa haknya


dilanggar

2. Bersifat mengikat / memaksa


1.Memaksa! mengikat para pihak yang berperkara dan ketentuan-ketentuan yang ada
peraturan hukum acara perdata harus dipenuhi.

        contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat

        Jangka waktu untuk mengajukan permohonan banding adalah 14 hari setelah
putusan hakim diberitahukan  kepada para pihak, dll

2.Mengatur ! peraturan-peraturan dalam hukum acara perdata dapat dikesampingkan


para pihak

          Contoh dalam hal pilihan domisili dan juga pembuktian


Tujuan

1. Mencegah terjadinya tindakan main hakim sendiri


(eigenrichting)

2. Mempertahankan hukum perdata materiil

3. Memberikan kepastian hukum


Macam Perkara Perdata

Permohonan (Voluntair)

Perkara yang diajukan sepihak oleh Pemohon (bukan


Penggugat), tanpa ada perselisihan. Produk pengadilannya
ialah Penetapan;

Gugatan (Contentiosa)

perkara yang didasari adanya perselisihan/ sengketa hak,


minimal terdapat dua pihak berperkara. Produk
pengadilannya ialah putusan

Pokok Sengketa

Dalam bidang hukum perdata dikenal dua pokok


sengketa:

  1.   Wanprestasi

   2.  Perbuatan Melawan Hukum


SUMBER HUKUM ACARA
PERDATA
Zaman Hindia Belanda

1.RV (reglement op de Burgerlijk


Rechtsvordering)-à  golongan Eropa

2.HIR (Herzeine Indlandsch Reglement)-àgolongan


Bumiputera daerah Jawa dan Madura

3.RBg (Reglement voor de Buitengewesten)-à golongan


Bumiputera luar Jawa dan Madura
Saat Ini…

HIR (Herziene Inlands Reglement)S. 1941:44 atau RID


(Reglemen Indonesia yang Diperbaharui) berlaku di Jawa dan
Madura

Rbg (Reglement Buitengewesten) S. 1927:229 yang berlaku di luar


Jawa dan Madura

UU No 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

UU ttg Peradilan Umum No 2/1986 jo UU No 8/ 2004 Jo. UU


No. 49 tahun 2009 ttg perubahan kedua

UU ttg Mahkamah Agung No 14/1985 jo UU No 5/ 2004 Jo.


UU No. 3 tahun 2009 tentang perubahan kedua
UU No 20/ 1947 tentang Peradilan Ulangan.

Pengadilan Niaga: UU No 37/2004 tentang


Kepailitan dan PKPU

Arbitrase: UU No 31/ 1999

Class Action:Perma No. 1/2002

Mediasi: Perma No. 2/ 2003 dihapuskan dengan


Perma No. 1/2008

Gijzeling: Perma No. 1/ 2000


UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan &
PP.9/75 ,PP 45/90

UU 7/1989 diganti UU 3/2006 diganti UU 50 /


2009 ttg Peradilan Agama

Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV


tentang Pembuktian dan Daluarsa

Yurisprudensi.

PERMA

Hukum Adat

Doktrin ( Pendapat Sarjana )


ASAS HUKUM ACARA
PERDATA
1.Hakim bersifat menunggu
(Psl 16 ayat (1) dan 28 ayat (1) UU No. 4/2004 diganti dengan
Pasal 5 ayat (1)UU No. 48/2009)

2.Hakim Pasif
(Psl 5 ayat (2) UU No. 4/2004) diganti dengan Pasal 4 ayat
(2)UU No. 48/2009)

3.Persidangan bersifat terbuka


(Psl 19 ayat (1) dan (2) UU No. 4 Tahun 2004) diganti dengan
Pasal 13 ayat (1),(2),(3)UU No. 48/2009)

4.Mendengar kedua belah pihak


(Psl 5 ayat (1)UU No.4/2004) diganti dengan Pasal 4 ayat (1)UU
No.48/2009)

5.Putusan harus disertai alasan-alasan
(Psl 25 ayat (1)  jo 19 ayat (4) UU No.4/2004) diganti dengan
Pasal 50 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (2) UU No. 48/2009)
6.Beracara dikenakan biaya
(Psl 4 ayat(2) jo 5 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004) diganti
dengan Pasal 2 ayat  (4) dan Pasal 4 ayat (2)UU No. 48/2009)

Kecuali bagi orang yang tidak mampu membayar biaya


perkara dapat mengajukan ijin untuk berperkara dengan
tidak dikenakan biaya (Prodeo) Pasal 237 HIR

7.Tidak ada keharusan mewakilkan


(Psl 123 ayat (1) HIR)

Kompetensi

Merupakan wewenang Pengadilan mengadili


perkara tertentu, sesuai dengan yang telah
ditentukan dalam hukum acara;

Dibedakan menjadi kompetensi absolut dan


kompetensi relatif;

Masing-masing lingkungan peradilan memiliki


kompetensi absolut berlainan dalam memeriksa dan
mengadili perkara tertentu sesuai dengan ketentuan
Undang-undang
LINGKUP PERADILAN
UU No. 48 tahun 2009

Dalam Pasal 18 disebutkan bhw:

    ”Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah


Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer,lingkungan peradilan tata usaha negara dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

Mahkamah Agung RI

Wewenang MA (Pasal 20 UU RI No.


48/2009)

"Mengadili pada tingkat Kasasi


terhadap putusan yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh pengadilan di
semua lingkungan peradilan yang
berada di bawah MA, kecuali undang-
undang menentukan lain.

"Menguji peraturan perundang-


undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang; dan

"Kewenangan lain yang diberikan


undang-undang

Badan Peradilan di MA RI (Pasal 25
UU RI No 48/2009)

PERADILAN UMUM
PERADILAN AGAMA
PERADILAN MILITER
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA

Peradilan Umum

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus


perkara pidana dan perdata.

(Pasal 25 ayat (2) UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No.


2/1986, Tentang Peradilan Umum sebagaimana telah
diubah dengan UU RI No. 8/2004)
Peradilan Agama

Berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan


menyelesaikan perkara antara orang-orang yang
beragama Islam.

(Pasal 25 ayat (3) UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No.


7/1989, Tentang Peradilan Agama sebagaimana
terakhir diubah dengan UU RI No. 50/2009)
Peradilan Militer

Berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus


perkara tindak pidana militer

(Pasal 25 ayat (4) UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No.


31/1997, Tentang Peradilan Militer)

PTUN

Berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan


menyelesaikan sengketa tata usaha negara

(Pasal 25 ayat (5) UU RI No. 48/2009 jo. UU RI No.


5/1986, Tentang Peradilan Tata Usaha Negara 
sebagaimana terakhir diubah dengan UU RI  No.
51/2009).

Pengadilan Khusus (Pasal 27 UU RI
No 48/2009 dan penjelasannya)

Pengadilan khusus adalah pengadilan yang dibentuk


dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di
bawah MA dan diatur dalam undang-undang.

Pengadilan Khusus dalama
Lingkungan dalam Peradilan Umum
Pengadilan Anak
• (UU RI No. 3/1997, Tentang Pengadilan Anak Jo. UU RI No. 23/2002, Tentang
Perlindungan Anak)

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana yang dilakukan oleh
anak (8 s.d 18 tahun dan belum pernah menikah).

Pengadilan Niaga
• (belum diatur dalam UU tersendiri, masih tersebar dalam UU RI No. 37/2004, Tentang
Kepailitan dan PKPU serta peraturan perundangan-undangan di bidang HAKI)

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan pernyataan pailit dan


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Berwenang memeriksa dan memutus perkara lain di bidang perniagaan.


Pengadilan Hak Asasi Manusia

• (UU RI No. 26/2000, Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia)

Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara


pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

Berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi


manusia yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah
Negara RI oleh WNI.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

• (Pasal 53 UU RI No. 30/2002, Tentang KPK Jo. UU RI No.


46/2009, Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi)

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana


korupsi, tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya
adalah tindak pidana korupsi dan/atau tindak pidana yang secara tegas
dalam undang-undang lain ditentukan sebagai tindak pidana korupsi
Pengadilan Hubungan Industrial
(UU RI No. 2/2004, Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial)

• Berwenang menangani 4 (empat) jenis perselisihan:  

1. Perselisihan kepentingan.

2. Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh


dalam suatu perusahaan.

3. Perselisihan hak.

4. Perselisihan PHK.

Pengadilan Perikanan
• (Pengadilan yang dibentuk sesuai kebutuhan dengan
Keppres RI berdasarkan Pasal 71 ayat (5) UU RI No.
31/2004, Tentang Perikanan sebagaimana telah diubah
dengan UU RI No. 45/2009, contoh antara lain: Keppres
RI No. 15/2010, Tentang Pembentukan Pengadilan
Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang dan
Pengadilan Negeri Ranai)

Berwenang memeriksa, mengadili dan memutus tindak


pidana di bidang perikanan (semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan).
Peradilan Khusus dalam
Lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara
Pengadilan Pajak
(Penjelasan Pasal 27 UU

RI No. 48/2009 Jo. UU RI No. 14/2002, Tentang Pengadilan Pajak)

• Mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa


pajak.

• Dalam banding berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas


keputusan keberatan.

• Dalam hal gugatan, berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas


pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau
keputusan lain.

• Berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum


kepada pihak-pihak bersengketa dalam Pengadilan Pajak.

Mahkamah Konstitusi

Pelaku kekuasaan kehakiman yang dibentuk guna bertindak selaku pengawal konstitusi
(guardian of the constitution) sesuai kehendak Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.

Wewenang MK RI

(Pasal 29 UU RI No. 48/2009 Jo. UU RI No. 24/2003, Tentang Mahkamah Konstitusi)

• Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar RI tahun1945.

• Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan oleh UUD RI


Tahun 1945.

• Memutus pembubaran partai politik.

• Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan

• Kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang.


“Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
umum dilakukan oleh Pengadilan Negeri (PN) dan
Pengadilan Tinggi (PT) dan berpuncak pada
mahkamah agung (MA).

Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UU No. 48/2009,


Mahkamah Agung Merupakan Pengadilan Negara
tertinggi dari keempat lingkungan peradilan
dibawahnya.”

PENGADILAN NEGERI

dalam melaksanakan tugas pokoknya:  menerima, memeriksa


dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara dan
merupakan pengadilan tingkat pertama,

(judex factie)

PENGADILAN TINGGI

merupakan pengadilan tingkat banding, memeriksa kembali/


ulang perkara yang telah diputus di PN.

(judex factie)

MAHKAMAH AGUNG

Merupakan pengadilan tingkat kasasi dan PK, 


merupakan pengadilan negara tertinggi.

MA tidak memeriksa kembali/ ulang perkara yang


telah diputus di PN dan/atau PT, MA memeriksa
mengenai penerapan hukumnya saja

(judex juris)

SURAT KUASA
Dasar Hukum

Pasal 1792 - 1819 BW



123 HIR
Pengertian

Pasal 1792 BW
Pemberian kuasa adalah suatu
persetujuan dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada
seorang lain, yang menerimanya,
untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan   

Kuasa
Surat Kuasa

Perjanjian Pemberian Kuasa

Berlaku Syarat Sah Perjanjian
Pasal 1320 BW
4
Cara Pemberian Surat Kuasa

• Pasal 123

1. Lisan

2. Tertulis
Pasal 123 (1) HIR

Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat


dibantu atau diwakili Oleh kuasa, yang
dikuasakannya itu dengan surat kuasa teristimewa,
kecuali Kalau yang memberi kuasa itu sendiri hadir.
Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat
permintaan yang ditandatanganinya dan dimasukkan
Menurut ayat pertama pasal 118 atau jika gugatan
dilakukan dengan lisan Menurut pasal 120, maka
yang demikian itu harus disebutkan dalam catatan
yang dbuat surat gugat ini.
Bentuk Pemberian Kuasa

Pasal 1795 BW
Pemberian kuasa dapat dilakukan
secara khusus yaitu mengenai hanya
satu kepentingan tertentu atau lebih
atau secara umum yaitu meliputi
segala kepentingan si pemberi kuasa.

Jenis Kuasa

Kuasa Umum (pasal 1795), tidak


dapat dilakukan di depan sidang
pengadilan
Kuasa Khusus (kuasa yang dapat
dilakukan di depan pengadilan)

Kuasa instimewa (pasal 1796) hanya
untuk tindakan tertentu yang sangat
penting pada hakikatnya hanya dapat
dilakukan oleh pemberi kuasa sendiri.

Mis. Meletakkan hipotek (hak tanggungan


atas suatu benda) untuk membuat
perdamaian dengan pihak ketiga, untuk
mengucapkan sumpah penentu atau sumpah
tambahan
Kuasa Perantara (Agent, broker)
Pemberi kuasa memberi perintah
kepada pihak kedua sebagai agen
untuk melakukan tindakan tertentu

kepada pihak ketiga
Pemberian Kuasa

Pemberian kuasa secara umum

Pasal 1796 BW, pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata


umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan.

Pemberian kuasa secara khusus

Pemberian kuasa yang dilakukan secara khusus untuk melakukan


suatu tindakan tertentu.

Untuk beracara di pengadilan harus dilakukan dengan surat kuasa


khusus (SEMA No 2/1959 dan Fatwa MA No 531K/ Sip/ 1973).

Pihak dalam acara perdata memiliki pilihan yang
macamnya menghadapi sendiri perkara tersebut
atau menguasakan/ mewakilkan kepada orang lain
melalui surat kuasa khusus;

Penerima kuasa ialah bertindak untuk dan atas


nama serta mewakili pemberi kuasa di muka
pengadilan, sehingga pemberi kuasa tidak wajib
hadir dalam pemeriksaan perkara;
Ketentuan Pemberian Kuasa

Ketentuan Pasal 1794 BW sudah tidak berlaku berdasarkan kebiasaan, sehingga pemberian
kuasa sekalipun tidak disebut dengan tegas tentang adanya upah/ honorarium namun
seorang penerima kuasa selalu menjalankan tidak dengan cuma-cuma;

Penerima Kuasa melampaui batas wewenangnya :

1. Penerima Kuasa menanggung segala yang dilakukannya dengan melampaui batas


wewenang tersebut;

2. Pemberi Kuasa dapat menuntut penggantian kerugian;

3. Pemberi Kuasa dapat menuntut pembatalan perjanjian;

4. Dalam praktik acara perdata, Pemberi Kuasa dapat melakukan Action en Desaveu dan
Advokat Penerima Kuasa dilakukan desaveunir;

5. Pemberi Kuasa dapat ditarik kembali (dicabut/ Penerima Kuasa diberhentikan);

Advokat sebagai Penerima Kuasa tidak dapat diidentikkan dengan Pemberi Kuasa/
clientnya;
Kewajiban Penerima Kuasa

Menanggung segala biaya, kerugian, dan bunga yang sekiranya dapat timbul karena tidak
dilaksanakannya kuasa tersebut;

Menyelesaikan urusan meskipun Pemberi Kuasa meninggal;

Bertanggung jawab tentang perbuatan yang dilakukan dengan sengaja termasuk kelalaian;

Memberikan laporan tentang apa yang telah diperbuatnya, dan memberi perhitungan
kepada Pemberi Kuasa atas segala yang telah diterimanya (Pasal 1802 BW);

Bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai pengganti dalam
melaksanakan kuasanya, dalam hal :

1. Penerima Kuasa tidak diberikan kuasa untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya;

2. Pemberian Kuasa diberikan tanpa penyebutan seorang tertentu, dan ternyata orang yang
dipilih tersebut ternyata tidak mampu atau tidak cakap

Bertanggung jawab tentang apa yang terjadi diluar batas kuasa (Pasal 1806 BW)
Limitatif

Ps 1797 BW

Penerima kuasa khusus tidak diperbolehkan


melakukan tindakan yang melampaui kuasa yg
diberikan kepadanya
Kewajiban Pemberi Kuasa

Memenuhi perikatan-perikatan yang dibuat oleh Penerima Kuasa (Pasal


1807 BW);

Mengembalikan kepada Penerima Kuasa semua persekot-persekot dan


biaya yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan kuasanya;

Membayar upah/ honorarium Penerima Kuasa sekalipun urusan tidak


berhasil;

Memberikan ganti rugi kepada Penerima Kuasa tentang kerugian-kerugian


yang diderita sewaktu menjalankan kuasanya;

Membayar kepada Penerima Kuasa bunga atas persekot-persekot yang


telah dikeluarkan oleh Penerima Kuasa;

Hak retensi Penerima Kuasa (Pasal 1812 BW).


Surat Kuasa Khusus berdasarkan
Pasal 123 HIR
SEMA No 2 Tahun 1959

Mengatur syarat kuasa khusus sesuai ketentuan Pasal


123 HIR, yang sekurang-kurangnya harus memuat:

1. identitas dan kedudukan para pihak

2. kompetensi absolut dan relatif

3. pokok sengketa

Pihak yang dapat bertindak sebagai
Kuasa dalam perkara perdata
Saat ini pihak yang berperkara tidak diharuskan diwakili oleh seorang advokat
dalam beracara di muka Pengadilan, melainkan boleh menghadap sendiri;

Berlainan dengan pada zaman penjajahan, di Pengadilan bagi golongan Eropa


(Raad van Justitie/ Hooggerechthof) sesuai ketentuan Rv. berlaku prinsip
“verplichte procureurstelling” yaitu pihak yang berperkara wajib diwakili oleh
seorang advokat;

Pihak yang dapat bertindak sebagai Penerima Kuasa :

1. Advokat (UU RI No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat);

2. Jaksa sebagai Pengacara Negara (UU RI No. 16 Tahun 2004 Tentang


Kejaksaan);

3. Orang yang memiliki hubungan keluarga atau hubungan kerja


Surat Kuasa pada Perkara Perdata

Berbentuk Surat Kuasa Khusus;

Makna “khusus” pada surat kuasa, yaitu khusus untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu dan dalam tingkat peradilan tertentu;

Surat kuasa khusus dapat dibuat secara tertulis dan dapat juga dikemukakan secara
lisan di muka Hakim;

Bentuk surat kuasa khusus dapat dibuat di bawah tangan atau dalam bentuk akta
otentik;

apabila Pemberi Kuasa buta huruf, maka surat kuasa harus dalam bentuk otentik
atau dapat juga dalam bentuk di bawah tangan namun harus dilegalisasi di hadapan
pejabat umum yang berwenang;

Apabila surat kuasa memuat klausula subtitusi, maka Penerima Kuasa berhak
melimpahkan/ mensubtitusikan surat kuasa tersebut kepada pihak lain. Pelimpahan/
subtitusi tersebut dapat dilakukan secara permanen atau temporer
Surat Kuasa Khusus dari Luar
Negeri
Menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa untuk berperan di
pengadilan mana

Berbentuk tertulis (otentik atau dibawah tangan)

Menyebutkan kompetensi relative

Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak

Menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan objek perkara


sengketa

Dilegalisir oleh KBRI setempat

Atau dilegalisir oleh Konsulat Jenderal setempat


HIR & TAHAP BERACARA
118 HIR
Isi 118 ayat (1) HIR

• Kompetensi (kewenangan mengadili)

• Cara mengajukan gugatan

• Cara menghadap
Pasal 118 (1) HIR

“gugatan-gugatan perdata, yang pada tingkat pertama termasuk


wewenang Pengadilan Negeri, diajukan dengan surat
permohonan yang ditandatangani Oleh penggugat atau Oleh
kuasanya sesuai ketentuan Pasal 123 Kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang mempunyai Wilayah hukum dimana tergugat
bertempat tinggal atau jika dia tidak mempunyai tempat tinggal
yang diketahui, di tempat kediamannya yang sebenarnya”
Pasal 118 (2) HIR

“dalam hal gugatan diajukan terhadap beberapa orang tergugat


yang tidak tinggal bersama-sama dalam satu wilayah hukum
Pengadilan Negeri; maka gugatan diajukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri tempat tinggal salah seorang di antara
mereka, Menurut pilihan penggugat. Jika antara tergugat-
tergugat terdapat hubungan orang yang berutang utama dan
penjamin, kecuali yang diatur dalam pasal 6 (2) RO, diajukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat tinggal yang
berutang utama atau salah seorang diantaranya”
Kewenangan Mengadili

• Kompetensi Absolut

Kewenangan mengadili antara berbagai macam badan


peradilan.

(Pasal 134 HIR/160RBG)

“sebaliknya jika sengketa itu adalah mengenai Suatu hal yang tidak
termasuk wewenang Pengadilan Negeri, maka dalam semua tingkatan
pemeriksaan dapat diajukan tuntutan agar hakim menyatakan dirinya
tidak berwanang, malahan hakim itu sendiri berkewajiban Karena
jabatannya menyatakan dirinya tidak berwenang”
• Kompetensi Relatif

Kewenangan mengadili antara pengadilan yang


setingkat dan sejenis

Actor Sequitur Forum Rei

(asas dalam hukum acara perdata yang menerangkan


tentang dimanakah seharusnya gugatan itu diajukan
di pengadilan negeri tempat tinggal tergugat) Pasal
118 (1) HIR
• Ayat 1 : Gugatan diajukan ke PN di tempat Wilayah
tergugat bertempat tinggal

• Ayat 2 : Bila tergugat lebih dari 1 orang, atau jika


antara penggugat terdapat hubungan sebagai
pengutang utama dan penanggug/penjamin.

• Ayat 3 : Jika tergugat tidak diketahui, maka gugatan


dapat diajukan ke PN dimana penggugat bertempat
tinggal. Atau jika gugatan mengenai benda tetap, maka
gugatan dapat diajukan ke PN dimana brang tetap
tersebut terletak (Forum Rei Sitae)

• Ayat 4 : Gugatan dapat diajukan ke PN yang dipilih


Oleh para pihak (dalam perjanjian/dengan Suatu akta)
Cara mengajukan gugatan

• Lisan

120 HIR “Jika penggugat tidak dapat menulis maka


ia dapat mengajukan gugatannya secara lisan kepada
Ketua Pengadilan Negeri yang mencatatnya atau
menyuruh mencatatnya.

Tertulis
Cara Menghadap

• Proses Partij Materiil

(tanpa kuasa)

Proses

(dengan kuasa khusus)

123 (1) HIR “jika dikehendakinya, maka kedua belah pihak itu boleh dibantu atau
diwakili Oleh kuasa, yang dikuasakannya Kalau orang yang memberi kuasa itu
hadir sendiri. Orang yang mendakwa dapat juga memberi kuasa itu pada surat
permintaan yang ditanda tanganinya dan dimasukkan menurut ayat 1 pasal 118
atau pada tuntutan yang dilakukan dengan lisan Menurut pasal 120; dan dalam
hal tersebut kemudian ini yang demikian itu disebutkan dalam catatan yang dibuat
tentang tuntutan itu”
Tahap beracara

• Segi Administratif

• Segi Yudisial
Segi Adminstratif

• Pihak Penggugat

1. Mengajukan gugtan/permohonan

2. Membayar ongokos perkara

3. Menerima tanda bukti pembayaran


• Pihak Pengadilan

1. Panitera menerima perkara yang diajukan dan


memberi Nomor registrasi perkara

2. Panitera menyampaikan kepada Ketua Pengadilan


(KPN)

3. KPN menentukan majelis hakim

4. Majelis hakim menentukan hari sidang pertama

5. Panitera membuat surat panggilan kepada para pihak

6. Juru sita menyampaikan surat panggila kepada para


pihak
Juru sita menyampaikan:

A. Surat pangggilan

B. Relass (berita acara pemanggilan)

C. Salinan gugatan
Prosedur Pemanggilan Para Pihak

• Secara resmi/ tertulis dengan Relass Panggilan Sidang


(terhadap Tergugat dilampiri salinan surat gugatan);

• Pemanggilan dijalankan oleh Juru Sita Pengganti;

• Relass Panggilan Sidang disampaikan secara langsung


terhadap pihak yang bersangkutan atau kuasanya;

• Jangka waktu yang layak (minimal tiga hari sebelum


jadwal sidang);

• Adanya delegasi Relass Panggilan Sidang


Syarat menyampaikan surat
panggilan
1. Disampaikan langsung

A. Jika tidak bertemu disampaikan kepada kepala desa/lurah

B. Jika ada pihak yang tidak diketahui tempat tinggal dan kediamannya dilakukan pemanggilan melalui bupati/
walikota di Wilayah hukum penggugat

C. Jika si tergugat meninggal dunia ke ahli warisnya, jika diketahui maka diserahkan kepada kepala desa/lurah

2. Min 3 hari kerja (patut)

8 Hari apabila jaraknya tidak jauh

14 Hari apabila jaraknya agak jauh

20 Hari apabila jaraknya jauh

3. Pedelegasian wewenang bila berbeda tempat tinggal (388, 389, 390 HIR)

• Jika para pihak bertempat tinggal di luar Wilayah hukum pengadilan negeri yang memeriksa perkara, relas
dikirm ke pengadilan negeri dimana pihak itu tinggal.

• Jika berada di luar Wilayah Indonesia dikirm ke kedutaan besar Indonesia.


• Dokumen penting dalam Segi Administratif

1. Surat penetapan hari sidang pertama

2. Surat panggilan

3. Berita acara pemanggilan (relass)

4. Daftar perkara (roll)


Segi Yudisial

1. Tahap hari sidang pertama

2. Tahap jawab menjawab

3. Tahap pembuktian

4. Tahap putusan hakim dan pelaksanaanya.


Hari Sidang 1

Penggugat dan tergugat sama-sama hadir

• Majelis hakim harus berusaha mendamaikan secara


ex officio (130 HIR)

• Jika perdamaian tercapai maka dibuat akta


perdamaian (Akta Van Dading) yang bersifat final
and dading (terakhir dan mengikat)

• Jika perdamaian tidak tercapai maka persidangan


dilanjutkan
Pasal 130 HIR

• Ayat 1 “jika pada hari yang telah ditentukan kedua belah pihak Datang
menghadap, maka Pengadilan Negeri dengan perantaraan keduanya berusaha
mencapai perdamaian antara kedua belah pihak”

• Ayat 2 “jika dapat dicapai perdamaian sedemikian, maka dibuatlah untuk itu
Suatu akta dalam sidang tersebut, dalam mana kedua pihak dihukum untuk
mentaati isi persekutuan yang telah dicapai itu, akta mana mempunyai kekuatan
yang sama dan dilaksanakan dengan cara yang sama sebagai Suatu putusan
biasa”

• Ayat 3 “terhadap putusan sedemikian tidak dapat dimintakan banding”

• Ayat 4 “jika dalam Usaha untuk mencapai perdamaian tersebut diperlukan


bantuan seorang juru bahasa, maka diikuti ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal
berikut ini”
• Penggugat Hadir - Tergugat tidak hadir

Majelis hakim memeriksa apakah pemanggilan telah


dilakukan dengan sah dan patut (122 & 127 HIR)

Jika tergugat pada pemanggilan kedua tetap tidak


hadir maka gugatan akan diputus Verstek (125 (1) HIR)

Upaya hukum terhadap putusan Verstek adalah Verzet


(129 jo 125 ayat (3) HIR)
Pasal 125

• Ayat 1 “jika pada hari yang telah ditentukan tergugat, yang


telah dipanggil dengan patut tidak Datang menghadap dan
tidak menyuruh orang lain menghadap untuknya, maka
gugatan dikabulkan dengan verstek, kecuali jika pengadilan
Negeri berpendapat bahwa gugatan itu melawan hukum atau
tidak beralasan”
Pasal 129

• Ayat 1 “tergugat diadili dengan putusan verstek dan tidak


menerima putusan itu, dapat mengajukan perlawanan
(verzet) terhadap keputusan tersebut”

• Ayat 2 “jika pemberitahuan putusan itu telah dilakukan kepada si


terhukum sendiri maka perlawanan (verzet) dapat diterima dalam
tenggang waktu 14 hari setelah pemberitahuan itu dilakukan. Jika
pemberitahuan tersebut tidak dilakukan kepada terhukum sendiri, maka
perlawanan (verzet) dapat diterima sampai dengan hari kedelapan
setelah dilakukan peringatan menurut pasal 196, atau jika ia tidak
Datang menghadap setelah dipanggil dengan patut, sampai dengan hari
keempat belas setelah dilaksanakan perintah tertulis menurut pasal 197”
“putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya
tergugat”

–Verstek-
Bentuk putusan Verstek

Mengabulkan gugatan penggugat terdiri dari:

A. Mengabulkan seluruh gugatan

B. Mengabulkan sebagian gugatan

Gugatan tidak dapat diterima

Gugatan dapat diajukan kembali

Tidak berlaku asas nebis in idem


Syarat putusan verstek yang
mengabulkan gugatan

• Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut (pasal 122


HIR/10 RV)

• Tergugat atau para tergugat dan/atau kuasanya semuanya


tidak datang pada hari sidang yang telah ditentukan

• Petitum gugatan tidak melawan hak

• Petitum gugatan beralasan (125 (1) HIR)

• Tenggang waktu mengajukan verzet : 14 hari (129 (1)


HIR)
• Penggugat Tidak Hadir - Tergugat Hadir

Majelis hakim memeriksa apakah pemanggilan telah


dilakukan dengan sah dan patut (122 HIR) penggugat
dipanggil sekali lagi (126 HIR). Jika penggugat tetap
tidak hadir maka gugatan dianggap gugur dan
penggugat dibebankan biaya perkara (124 HIR)

Penggugat dan Tergugat sama-sama tidak Hair

Sidang ditunda dan para pihak akan dipanggil lagi


secara sah dan patut
Tahap Jawab Menjawab

1. Jawaban tergugat atas gugatan

2. Replik

3. Duplik

4. Kesimpulan penggugat dan tergugat


Alur pengaduan Tingkat I
GUGATAN
Definisi

Sudikno Mertokusumo

Tuntutan hak yang mengandung sengketa

Darwin Prints

Suatu upaya atau tindakan untuk menuntut hak/


memaksa pihak lain untuk melaksanakan tugas/
kewajibannya guna memulihkan kerugian yang
diderita oleh Penggugat melalui suatu putusan
pengadilan.
Kaidah Hukum

Putusan MA-RI  No 4.K/Sip/1958 tanggal 13


Desember 1958 :

Syarat mutlak untuk menuntut seseorang di


pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara
kedua pihak.
Subjek

Penggugat : seseorang atau badan hukum yang


merasa bahwa haknya dilanggar

Tergugat: seseorang atau badan hukum yang dirasa


telah melanggar hak

Turut Tergugat: Ditujukan kepada seseorang/


badan hukum yang demi formalitas gugatan harus
dilibatkan sebagai pihak yang tunduk dan taat
kepada putusan
Penambahan atau Perubahan
Gugatan

HIR tidak mengatur 

Pasal 127 Rv

“penggugat berhak untuk mengubah atau


mengurangi tuntutannya sampai saat perkara diputus
tanpa boleh mengubah atau menambah pokok
gugatan”.
Penambahan atau perubahan gugatan tidak boleh
merugikan Tergugat

Pengurangan senantiasa boleh


Perubahan gugatan dilarang:

• Bila berdasarkan hukum yang sama dimohon


pelaksanaan suatu hak lain

contoh: semula dimohon ganti rugi berdasarkan


wanprestasi diubah menjadi pemenuhan perjanjian.

• Adanya penambahan keadaan-keadaan baru sehingga


diperlukan putusan hakim tentang suatu perhubungan
hukum antara para pihak yang lain daripada yang
semula telah dikemukakan

contoh: semula dasar gugatan perceraian adalah


perzinahan kemudian diubah menjadi keretakan yg tidak
dapat diperbaiki lagi
Dasar Hukum

Putusan MA-RI  No 434.K/Sip/1970 tanggal 11


Maret 1971:

Perubahan gugatan dapat dikabulkan asalkan tidak


melampaui batas-batas materi pokok yang dapat
menimbulkan kerugian pada hak pembelaan para
tergugat.
Putusan MA-RI No 1452 K/Pdt/1985 tanggal 24
juni 1991:

Perubahan surat gugatan perdata dapat diterima/


dibenarkan bila perubahan itu dilakukan  sebelum
Hakim membacakan surat gugatan di dalam
persidangan dan kepada Tergugat masih  belum
diperintahkan untuk menjawab gugatan tersebut.
Penggabungan & Kumulasi Gugatan

• Penggabungan gugatan

Bila dalam 1 pengadilan ada 2 perkara  (ada 2 register


perkara) yg satu dan lainnya saling berhubungan
terutama apabila pgg dan tgg nya sama maka salah
satu pihak atau ke-2nya dapat meminta kepada
majelis hakim agar perkara tsb digabung.
Kumulasi gugatan

• Pada umumnya tiap gugatan harus berdiri sendiri.

• Adanya 2 gugatan yang dituangkan dalam 1 surat


gugat diperbolehkan  (ada 1 register perkara)
apabila pihak pgg dan pihak tergugat adalah orang
yang sama.
Penggabungan & Kumulasi Gugatan

• Kumulasi subyektif

A. Penggabungan beberapa subyek

• Kumulasi obyektif

A. Penggabungan beberapa tuntutan

B. Dilarang:

1. apabila diperlukan acara khusus (contoh: gugatan cerai tidak boleh


digabung dengan gugatan wanprestasi)

2. apabila gugatan ditujukan kepada seseorang dalam 2 kualitas

contoh: sebagai wali menggugat pengembalian barang milik anaknya dan


sebagai pribadi menggugat pembayaran utang
Konkursus

Konkursus

(kebersamaan adanya tuntutan hak)

Terjadi apabila pgg mengajukan ggt yg mengandung


beberapa tuntutan yg menuju pada suatu akibat yg
sama, dengan dikabulkannya salah satu dari tuntutan
maka tuntutan lainnya sekaligus terkabul.

Contoh: para debitur tanggung renteng


Pencabutan Gugatan

Pasal  271 Rv:

• Penggugat dapat mencabut perkaranya asalkan hal


itu dilakukan sebelum jawaban

• Apabila tergugat telah menjawab gugatan maka


pencabutan  diperbolehkan dengan persetujuan
tergugat.
Format

• HIR tidak mengatur secara tegas.

• Berdasarkan Pasal 8 ayat (3) RV dan yurisprudensi dikenal bahwa format gugatan secara garis besar terdiri
dari:

• persona standi in judicio

1. kompetensi

2. para pihak

3. kualitas para pihak

• posita/ fundamentum petendi

A. kejadian/ peristiwa

B. penjelasan duduk perkara

C. adanya hubungan hukum

• petitum/ tuntutan

apa yang oleh pgg diminta/ diharapkan agar diputuskan hakim.


Persona Standi in Judicio

• Jakarta, 4 Maret 2012

• Kepada Yth.

• Bapak Ketua Pengadilan Negeri Depok

• di Depok

• Hal: Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

• Dengan hormat,

• ABC, dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum di Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum-Pilihan Penyelesaian Sengketa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKBH-PPS
FHUI), Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424 berdasarkan Surat Kuasa Khusus
dengan Nomor 11/II/2012 tertanggal 12 Maret 2012 , untuk selanjutnya disebut 
PENGGUGAT
Kaidah

Putusan MA RI No 359 K/Pdt/ 1992

Bahwa judex factie telah salah menerapkan hukum,


surat gugatan Tergugat dibuat dan ditandatangani oleh
kuasanya tertanggal 3 Desember 1988, sedangkan
Surat Kuasa yang diberikan oleh Penggugat oleh
kuasanya baru terjadi pada tanggal 15 Desember 1988
dengan demikian pada tanggal 3 Desember 1988 yang
bersangkutan belum menjadi kuasa hukumnya
sehingga ia tidak berhak menandatangani surat
gugatan tersebut
Persona standi in judicio
A. B.
n DANI; direktur PT XYZ n DANI, dalam kedudukannya
yang beralamat di Jalan ..... sebagai direktur dari PT
Jakarta . XYZ yang beralamat di
Untuk selanjutnya disebut Jalan .... Jakarta.
sebagai Penggugat Untuk selanjutnya disebut
sebagai Penggugat
Posita

posita/ fundamentum petendi

kejadian/ peristiwa

penjelasan duduk perkara

adanya hubungan hukum



Posita

• Bahwa adapun alasan-alasan diajukannya gugatan ini adalah sebagai berikut:

• Bahwa pada tanggal 8 Agustus 2008, Penggugat meminjam sejumlah uang kepada Tergugat I sebesar
Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), akan tetapi Tergugat I hanya meminjamkan uang
sebesar Rp. 400.000.000,- (Empat Ratus Juta Rupiah) dengan alasan sisa uang sejumlah Rp.
100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) tersebut digunakan untuk membayar perantara (yang
mempertemukan antara Penggugat dan Tergugat) sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah)
dan sisanya sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) merupakan bunga atas pinjaman
tersebut; dan atas pinjaman tersebut Penggugat menjaminkan  Sertifikat Hak Milik Nomor 7585/
Mekarjaya, Surat Ukur tanggal 5 Januari Tahun 1999, Nomor 758/Mekarjaya/1999, Nomor
Identifikasi Bidang Tanah 10.09.73.06.00822, dengan luas tanah 200 m2 atas nama Dra. Yusnidawati.
Yang terletak di Propinsi Jawa Barat; Kota Depok; Kelurahan Mekar Jaya; Jalan Pesona Khayangan II
Blok DR No. 5 berikut bangunan rumah tempat tinggal  yang berdiri dan tertanam di atas tanah
tersebut, setempat dan dikenal Komplek Perumahan Pesona Khayangan II Blok DR Nomor 5.

……

• Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I, II, dan III merupakan suatu Perbuatan Melawan
Hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, sebagai berikut:

……..
Petitum

• Bahwa berdasarkan hal-hal yang Penggugat telah uraikan sebelumnya maka Penggugat mohon agar majelis hakim
berkenan untuk memutuskan :

• Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

• Menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum; atau Menyatakan secara hukum
bahwa Para Tergugat telah cidera janji;

• Menyatakan batal demi hukum/ sah perjanjian …..

• Menghukum Para Tergugat untuk membayar ganti rugi sebesar …..

• Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah dilakukan;

• Menghukum Para Tergugat untuk membayar dwangsom sebesar ….

• Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu walaupun ada banding, kasasi maupun verzet;n(uit voerbaar bij
voorrad)

• Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara

Atau bila Pengadilan berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya

(ex aquo et bono)


Bentuk Gugatan

• Gugatan diajukan kepada KPN secara tertulis, sedangkan bagi


yang buta huruf dapat mengajukan gugatan secara lisan;

• Gugatan yang diajukan secara tertulis disusun dengan format


dengan memuat unsur-unsur baku surat gugatan, diajukan kepada
KPN yang berwenang, serta ditandatangani oleh Penggugat
prinsipal atau Kuasanya;

• Apabila gugatan diajukan secara lisan, maka Penggugat


menghadap KPN mengutarakan maksudnya dan menjelaskan
kronologi peristiwa hukumnya serta menunjukkan bukti yang
dimiliki. Kemudian KPN memerintahkan panitera untuk
mengkonstruksi keterangan penggugat tersebut menjadi surat
gugatan;
Unsur-unsur

• Memuat tanggal gugatan diajukan (perhatikan tanggal surat kuasa dengan


tanggal gugatan);

• Ditujukkan kepada KPN yang berkompeten (perhatikan kompetensi


absolut dan kompetensi relatif);

• Memuat identitas para pihak dan kuasanya;

• Uraian Posita/ Fundamentum Petendi (susun secara kronologis singkat,


bernilai juridis, latar belakang gugatan sebagai landasan apa yang
dimohonkan dalam petitum);

• Petitum (primer dan dapat juga ditambah dengan subsidair/ ex aequo et


bono);

• Tanda tangan Penggugat/ kuasanya.


Gugatan Eror In Persona

• Penggugat tidak memenuhi syarat (Diskualifikasi in


Person);

• Salah sasaran yang digugat (gemis aanhoeda


nigheid);

• Gugatan kurang pihak (Plurium Litis Consortium)


Contoh Penerapan Gugatan

• Pihak yang timbul dari Perjanjian;

• Gugatan atas borg;

• Penguasaan secara kolektif;

• Gugatan terhadap ahli waris;

• Gugatan terhadap Perusahaan Badan Hukum dan Perusahaan Non Badan Hukum;

• Gugatan terhadap harta bersama;

• Pihak pemberi kuasa dan penerima kuasa;

• Hubungan majikan dan bawahan;

• Pihak penyebab cekcok tidak dapat menjadi Penggugat perceraian (putusan MA


No. 2571 K/ Pdt. 1988)
Panduan Pembuatan Gugatan

• Pihak yang dijadikan Tergugat harus lengkap – guna menghindarkan adanya eksepsi
gugatan Penggugat kurang pihak (plurium litis consortium);
• Dimungkinkan terdapat pihak Turut Tergugat;
• Penyusunan Posita/ Fundamentum Petendi :
• Menggunakan subtantieringstheorie : menyebutkan sejarah terjadinya hak atau hubungan
hukum;
• Menggunakan teori individualisasi (individuali-seringstheorie) : cukup menunjukan adanya
hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan;
• Pokok gugatan;
• Penulisan obyek sengketa harus terperinci – guna menghindarkan adanya eksepsi gugatan
Penggugat Kabur (Obscuurlibel);
• Tegaskan perbuatan/ tidak berbuatnya Tergugat yang disengketakan, misal : Tergugat
melakukan perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad ) berupa …..;
• Perinci nilai kerugian;
• Upaya menjamin pelaksanaan putusan : bunga (moratoir interest), dwangsom, sita jaminan,
uitvoerbaar bij voorraad, provisioneel;
• Penyusunan Petitum harus ada pembahasannya dalam Posita/ Fundamentum Petendi;
Ketentuan

• Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2001 jo.


SEMA Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Putusan Serta Merta dan
Provisionil, mensyaratkan terhadap pemohon putusan serta merta harus
memberikan uang jaminan sebesar objek yang disengketakan;

• Pasal 50 UU RI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan


Negara  jo. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan Buku II Edisi 2007
terbitan Mahkamah Agung RI 2009, : barang milik Negara atau barang
milik Daerah tidak dapat disita;

• Pasal 225 HIR jo. Yurisprudensi MA RI Nomor : 79 K/ Sip/ 1972 jo.


Yurisprudensi MA RI Nomor 1172 K/ Pdt/ 2005, tuntutan dwangsom
ialah tidak dapat diajukan bersama-sama dengan tuntutan membayar
uang;
• Yurisprudensi MA RI Nomor : 1070 K/ Sip/ 1972 tanggal 7 Mei
1973 menyatakan jika “tuntutan provisionil yang tercantum dalam
Pasal 180 HIR hanyalah untuk memperoleh tindakan-tindakan
sementara selama proses berjalan, tuntutan provisionil yang
mengenai pokok perkara tidak dapat diterima”, serta berdasarkan
Yurisprudensi MA RI Nomor : 279 K/ Sip/ 1976 tanggal 5 Juli 1976
yang menyatakan jika “permohonan provisi yang berisikan pokok
perkara harus ditolak;

• Yurisprudensi MA RI Nomor : 1559 K/ Pdt/ 1993 yang menyatakan


“gugatan yang tidak menyebut objek sengketa tanah dinyatakan
Obscuur Libel dan gugatan tidak dapat diterima” serta Yurisprudensi
MA RI Nomor : 1449 K/ Sip/ 1975 yang menyatakan “Surat
gugatan yang tidak menyebut dengan jelas letak dan batas-batas
tanah sengketa berakibat gugatan tidak dapat diterima” ;

• Yurisprudensi MA RI Nomor : 67 K/ Sip/ 1975 tanggal 13 Mei


1975 gugatan yang petitumnya tidak sesuai dengan Posita/
Fundamentum Petendi maka dinyatakan kabur/ Obscuurlibel;
Contoh Surat Gugatan
Kepada Yang Terhormat          Surabaya, 24 Januari 2012

Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta

Di

YOGYAKARTA

Hal   : Gugatan Ganti Kerugian Akibat Wanprestasi 

Dengan Hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

MOSTOFA, S.H.;

SINTA, S.H.;

Masing-masing sebagai Advocates & Legal Consultants pada MUSTOFA Law Firm, yang berkantor di
Surabaya, dengan alamat kantor di Jalan Ketintang Indah Nomor 10 Surabaya, Telp. (031) 5320835, Fax.
(031) 5320835, e-mail : musmus@yahoo.com;
Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 17 Januari 2012 terlampir
bertindak untuk dan atas nama serta demi kepentingan hukum maupun
kepentingan hak :

UTOMO TANTRA; Swasta; bertempat tinggal di Jombang, dengan


beralamat di Jalan Kenanga VI Nomor 7, R.T./ R.W. 002/ 010, Desa
Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur;
Sebagaimana dalam hal ini telah memilih domisili/ kedudukan hukum
pada alamat kantor kuasanya tersebut;

Untuk selanjutnya disebut sebagai Penggugat;

Dari dan oleh karena itu dengan ini membuat, menandatangani, dan
mengajukan Gugatan  Ingkar/ Cidra Janji (Wanprestasi) terhadap :

FENI ANITA; Swasta; bertempat tinggal di Yogyakarta, dengan


beralamat di Jalan Mangkubumi, R.T./ R.W. 024/ 008, Desa Bumiarjo,
Kecamatan Bumiarjo, Yogyakarta;

Untuk selanjutnya disebut sebagai Tergugat;


Gugatan ini didasarkan pada serangkaian fakta hukum dan dasar hukum sebagaimana
terurai berikut :

1.Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah sama sepakat mengadakan perjanjian
hutang piutang sebagaimana terurai dalam Akta Perjanjian No. 69 tertanggal 11 Desember
2011 yang dibuat di ahadapan Notaris Amelia, S.H., dan karenanya masing-masing sah
terikat dan telah terjadi hubungan hukum hutang piutang dengan kedudukan Tergugat ialah
selaku kreditur yang telah menerima penyerahan pinjaman uang dari Penggugat selaku
debitur sebesar Rp. 500.000.000,. (lima ratus juta rupiah);

2.Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 Akta Perjanjian tersebut, Tergugat memiliki prestasi
untuk melunasi hutangnya kepada Penggugat paling lambat tanggal 2 Januari 2012;

3.Bahwa namun hingga jatuh tempo pelunasan hutang, Tergugat lalai memenuhi prestasinya
 tersebut;

4.Bahwa sebelum gugatan ini diajukan, Penggugat telah melakukan serangkaian langkah
yang patut menurut hukum diantaranya dengan mengirimkan surat kepada Tergugat
(somasi/ teguran) sebanyak satu kali tertanggal 22 Desember 2011;

5.Bahwa somasi/ teguran yang dikirimkan Penggugat kepada Tergugat pada intinya ialah
untuk mengingatkan dan meminta agar Tergugat segera menyelesaikan prestasinya, namun
kenyataannya Tergugat tetap tidak pernah melakukan prestasinya. Kelalaian ini
menunjukkan jika Tergugat telah ingkar janji atau wanprestasi dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada Penggugat (vide Pasal 1243 BW);
6.Bahwa akibat wanprestasi Tergugat, telah menimbulkan kerugian kepada
Penggugat berupa/ sebesar Rp. .......,. (........);

7.Bahwa menurut hukum adanya wanprestasi Tergugat sebagaimana diuraikan di


atas, melahirkan hak bagi Penggugat untuk menuntut segala ganti kerugian,
bunga, dan biaya yang diakibatkan wanprestasi tersebut (vide : pasal 1243 jo.
1267 BW), sehingga cukup alasan bagi Penggugat untuk mengajukan gugatan
dalam perkara ini;

8.Bahwa adapun kerugian-kerugian Penggugat yang diakibatkan oleh wanprestasi


Tergugat, dapat Penggugat rinci sebagai berikut :

9.Bahwa karena Tergugat telah wanprestasi, maka sangat beralasan apabila


Tergugat dihukum untuk memenuhi prestasi berupa membayar dengan total
sebesar Rp. ..... () dengan disertai bunga (moratoir interest) sebesar 6% (enam
prosen) per tahun sejak tanggal gugatan ini diajukan (vide : pasal 1250 BW); 

10.Bahwa oleh karena wanprestasi oleh Tergugat adalah mengakibatkan kerugian


bagi Penggugat, maka sangat beralasan apabila Tergugat dihukum untuk
membayar ganti kerugian kepada Penggugat sebesar Rp.,. () yang dibayarkan
secara tunai dan seketika kepada Penggugat paling lambat tiga hari setelah
putusan ini dibacakan;
11.Bahwa Penggugat merasa khawatir jika Tergugat akan mengasingkan harta kekayaannya guna
menghindarkan diri dari tanggung jawab membayar semua hak-hak Penggugat atau ganti
kerugian yang ditimbulkan akibat perbuatannya sesuai dengan putusan yang dijatuhkan dalam
perkara ini, maka untuk menjamin pemenuhan tuntutan Penggugat, dengan ini Penggugat
memohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat untuk meletakkan sita jaminan (conservatoir
beslag) atas seluruh harta kekayaan Tergugat baik berupa barang bergerak maupun barang tidak
bergerak;

12.Bahwa oleh karena gugatan ini mempedomani pasal 180 Het Indlandsch Reglement (HIR),
maka mohon Majelis Hakim berkenan untuk menyatakan putusan yang dijatuhkan dalam perkara
ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum verzet, banding, maupun
kasasi;

13.Bahwa oleh karena Tergugat telah Wanprestasi, maka telah patut dan adil dihukum membayar
ongkos-ongkos/ biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini;

Berdasarkan segala uraian yang telah Penggugat kemukakan, Penggugat mohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Yogyakarta memanggil Para Pihak yang bersengketa pada suatu persidangan
yang ditentukan untuk itu guna memeriksa dan mengadili gugatan ini serta selanjutnya kepada
Majelis Hakim dalam perkara ini berkenan memeriksa dan memutuskan dengan amar sebagai
berikut :

1.Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2.Dst....
Dan/ atau

SUBSIDAIR

Mohon putusan seadil-adilnya, berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa


(Ex Aequo et Bono).

Hormat Kami,

Tim Kuasa Hukum Penggugat

MOSTOFA, S.H.;

SINTA, S.H.;

Prosedur Pendaftaran Gugatan

• Daftarkan surat kuasa khusus dengan dilampiri copy kartu izin praktik Advokat
Peradi (jika dikuasakan kepada advokat) ke Kepaniteraan PN setempat, sehingga
mendapat nomor pendaftaran surat kuasa khusus. Ketentuannya tidak dikenakan
biaya;

• Selanjutnya daftarkan surat gugatan disertai copy rangkap surat gugatan minimal 8/
tergantung jumlah para pihaknya, dilampiri surat kuasa khusus yang telah didaftar,
dan copy kartu izin praktik Advokat Peradi (jika dikuasakan kepada advokat);

• Penggugat/ Kuasanya menerima surat perintah untuk membayar biaya panjar


gugatan melalui loket bank;

• Setelah dibayarkan, surat gugatan diberi nomor register perkara dan tanggal gugatan
diajukan. Misalnya No. 19/ Pdt.G/ 2012/ PN.Dps.;

• Penggugat/ Kuasanya menerima salinan/ copy surat gugatan dan surat kuasa yang
telah diberi nomor register;
MEDIASI
Dasar Hukum

Pasal 130 HIR

Perma No 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi


di Pengadilan.

(dengan berlakunya Perma 1/ 2008, Perma 2 /2003


dinyatakan tidak berlaku-Pasal 26 Perma 1/ 2008)
“Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh
mediator ”

–Mediasi-
Ruang Lingkup

Perma 1/2008 ini hanya berlaku untuk mediasi


yang terkait dengan proses berperkara di
pengadilan

Apabila tidak dilaksanakan, mengakibatkan putusan


batal demi hukum

Dalam putusan, wajib disebutkan bahwa telah


diupayakan upaya perdamaian melalui mediasi
dengan menyebutkan pula nama mediatornya
Tujuan

1. Mencegah timbulnya perselisihan di kemudian


hari di antara para pihak

2. Menghindari biaya mahal

3. Menghindari proses perkara dalam jangka waktu


lama
Pengecualian

Mediasi diwajibkan untuk semua sengketa perdata


yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama, kecuali:

  pengadilan niaga

pengadilan hubungan industrial

keberatan atas putusan BPSK

keberatan atas putusan KPPU


Sifat Proses Mediasi

Proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali para


pihak menghendaki lain

Para pihak wajib menempuh mediasi dengan itikad


baik

Salah satu pihak dapat menyatakan mundur dari


proses mediasi jika pihak lawan menempuh mediasi
dengan itikad tidak baik
Mediator

Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak


dalam proses perundingan guna mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan
cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian

Mediator  pada asasnya harus mengikuti pendidikan


terlebih dahulu yang dibuktikan dengan sertifikat
mediator namun bila tidak ada mediator yang
bersertifikat maka hakim di lingkungan pengadilan yang
bersangkutan berwenang menjalankan fungsi mediator

Para pihak berhak memilih mediator diantara pilihan-
pilihan berikut:

A. Hakim yang bukan memeriksa perkara

B. Advokat atau akademisi hukum

C. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak


menguasai dan berpengalaman

D. Hakim majelis pemeriksa perkara

E. Gabungan antara butir a dan d atau b dan d atau


c dan d
Tugas Mediator

1. Mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi


kepada para pihak

2. Mendorong para pihak untuk secara langsung


berperan dalam proses mediasi

3. Apabila perlu, dapat melakukan kaukus

4. Mendorong para pihak untuk menelusuri dan


menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai
pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak
Honorium Mediator

Pengguna jasa mediator hakim tidak dipungut biaya,


sedangkan uang jasa mediator bukan hakim
ditanggung bersama oleh para pihak atau berdasar
kesepakatan
Biaya pemanggilan Para Pihak

Dibebankan kepada pihak Penggugat melalui uang


panjar biaya perkara

Jika tercapai kesepakatan maka biaya tsb


ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan para
pihak

Jika mediasi gagal maka biaya tsb dibebankan


kepada pihak yang oleh hakim dihukum untuk
membayar biaya perkara
Tempat penyelenggaraan Mediasi

Dapat diselenggarakan di salah satu ruang


Pengadilan Tingkat Pertama atau di tempat lain
yang disepakati para pihak

Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan


mediasi di luar pengadilan
Prosedur Mediasi

Hari sidang pertama, para pihak hadir

Hakim mewajibkan mediasi dan menunda sidang, ketidakhadiran


pihak turut tergugat tidak menghalangi mediasi, kemudian para
pihak memilih mediator dari daftar mediator maks. 2 hari kerja

Para pihak menyampaikan mediator pilihan kepada Ketua Majelis


Hakim (KMH) yang kemudian akan menyampaikannya kepada
mediator terpilih kemudian maks. 5 hari kerja para pihak
menyerahkan resume perkara kapada satu sama lain dan kepada
mediator

Jika para pihak tidak sepakat memilih mediator maka para pihak
wajib melaporkan kegagalan tersebut kepada KMH
Kemudian KMH akan menunjuk hakim bukan
pemeriksa perkara yang bersertifikat pada
pengadilan yang sama.

Jika pada pengadilan yang sama tidak ada hakim


bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat maka
KMH akan menunjuk hakim pemeriksa perkara
dengan atau tanpa sertifikat kemudian dalam jangka
waktu maks. 5 hari kerja para pihak menyerahkan
resume perkara kepada satu sama lain dan kepada
mediator yang ditunjuk
Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja
sejak mediator dipilih atau ditunjuk oleh para pihak

Atas dasar kesepakatan para pihak jangka waktu


mediasi dapat diperpanjang hingga 14 hari kerja

Jika mediasi berhasil, para pihak dengan bantuan


mediator wajib merumuskan secara tertulis
kesepakatan yang dicapai kemudian
memberitahukannya kepada hakim untuk dikuatkan
dalam bentuk akta perdamaian namun jika para pihak
tidak menghendaki akta perdamaian , kesepakatan
harus memuat klausula pencabutan gugatan dan/atau
klausula yang menyatakan perkara telah selesai
Jika para pihak tidak mampu menghasilkan
kesepakatan maka mediator wajib menyampaikan
secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan
memberitahukannya kepada hakim maka
pemeriksaan perkaran akan dilanjutkan sesuai
ketentuan hukum acara yang berlaku

Kemudian pada tiap tahapan perkara, hakim


berwenang mengusahakan perdamaian hingga
sebelum pengucapan putusan, jangka waktu usaha
perdamaian tsb maks.14 hari kerja.
Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan,
pernyataan dan pengakuan para pihak dalam
proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat
bukti dalam proses persidangan

Catatan mediator wajib dimusnahkan

Mediator tidak boleh diminta sebagai saksi

Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban


pidana maupun perdata atas isi kesepakatan
perdamaian hasil proses mediasi
Mediasi tingkat Banding, Kasasi dan
Peninjauan Kembali

Para pihak atas dasar kesepakatan dapat


menempuh upaya perdamaian pada tingkat
banding, kasasi atau PK sepanjang perkara tsb
belum diputus, kesepakatan tsb wajib disampaikan
secara tertulis kepada KPN yang mengadili

Maka majelis hakim di tingkat banding, kasasi atau


PK tsb wajib menunda pemeriksaan perkara tsb
selama 14 hari kerja sejak menerima
pemberitahuan upaya pemberitahuan tsb.
Kesepakatan di Luar Pengadilan

Para pihak dengan bantuan mediator yang berhasil


menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan
kesepakatan perdamaian dapat mengajukannya ke
pengadilan yang berwenang untuk memperoleh
akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan

Pengajuan gugatan tsb harus dilampiri dengan


kesepakatan perdamaian dan dokumen2 yang
membuktikan adanya hubungan hukum para pihak
dengan objek sengketa
Hakim hanya akan menguatkan perdamaian dalam
bentuk akta perdamaian apabila memenuhi syarat:

  a. Sesuai kehendak para pihak

  b. Tidak bertentangan dengan hukum

  c. Tidak merugikan pihak ke3

  d. Dapat dieksekusi

  e. Dengan itikad baik


JAWABAN
Jawaban dibedakan menjadi:

1. Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok


perkara (eksepsi/tangkisan)

2. Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara


Eksepsi 136 HIR
Terdiri dari:

1. eksepsi prosesuil; eksepsi yang didasarkan pada hukum perdata.

Dalam artian eksepsi ini merupakan eksepsi tolak (declinatoir


exceptie) yaitu bersifat menolak agar pemeriksaan perkara tidak
diteruskan

contoh:

• tidak berwenang mengadili, diputus terlebih dahulu oleh hakim

• Batalnya gugatan

• nebis in idem

• Penggugat tidak berhak mengajukan gugatan



2. eksepsi materiil

Didasarkan kepada hukum perdata materil

Eksepsi tunda (dillatoir exceptie) adalah eksepsi yag


menyatakan 

   bahwa gugatan Pengugat belum dapat dikabulkan.

Eksepsi Karena Pengugat telah memberikan penundaan


pembayaran utang (belum jatuh tempo)

• Eksepsi halang (peremptoir eexceptie), adalah eksepsi


mengenai hal yang menghalangi dikabulkannya gugatan.

Gugatan diajukan telah lampau waktu (daluwarsa)


Jawaban mengenai Pokok Perkara

Jawaban dalam konpensi (gugatan asli/ asal), Berisi:

           pengakuan

           penyangkalan

           referte

Jawaban berupa rekopensi (gugatan balik)

    Dasar hukum: 132a HIR

Dalam rekonpensi penggugat asli menjadi tergugat dalam


rekonpensi dan tergugat asli menjadi penggugat dalam rekonpensi.
Rekovensi

Sebuah gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat


karena dianggap juga melakukan wanprestasi kepada tergugat.

Pengajuannya dapat berupa jawaban tergugat maupun dilakukan


dalam dupliek, batas waktu pengajuannya sebelum proses
pembuktian. Adapun dasar dari hukum rekonvensi yaitu tertera pada
Pasal 132a dan Pasal 132b HIR disisip dgn Stb 1927 – 300, Pasal 157
– 158 RBg.

Rekonvensi dapat diajukan baik yang ada koneksitas maupun tidak.

Jika ada koneksitas dapat diperiksa sekaligus/bersama - sama.

Jika tidak ada koneksitas dapat diperiksa satu - satu/dipisah.


• Rekovensi dapat diajukan dalam hal:

A. Jika kedudukkan penggugat tidak dalam kualitas


yang sama antara gugatan konvensi dengan
rekonvensi.

B. Rekonvensi tidak dalam kompentensi yang sama.

C. Rekonvensi tentang pelaksanaan putusan hakim


Pada asasnya rekopensi dapat diajukan untuk setiap
perkara, kecuali: ( Ps 132 a HIR)

1. Jika Pengugat dalam konpensi mengenai sifat sedangkan


rekopensi mengenai dirinya sendiri, dan sebaliknya.

2. Jika PN kepada siapa konpensi itu dimasukkan tidak


berhak, oleh karena berhubungan dengan pokok
perselisihan.

3. Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan


putusan (perkara sudah selesai)

4. Jika dalam pemeriksaan tingkat 1 tidak dimasukkan


rekopensi maka dalam tingkat banding tidak boleh
mengajukan rekonpensi
Manfaat Rekovensi

1. Menghemat biaya;

2. Mempermudah prosedur pemeriksaan;

3. Mempercepat penyelesaian sengketa;

4. Menghindarkan putusan yg saling

   bertentangan.
Replik
Replik berasal dari kata “re” yang artinya kembali,
dan Pliek yang berarti menjawab. Replik berarti
memberi jawaban kembali (balasan) atas jawaban
Tergugat atau kuasanya.

Replik terdiri dari dalil-dalil yang dikemukakan


penggugat, merupakan sanggahan atau penolakan
atas sebagian atau seluruh dalil-dalil yg
dikemukakan tergugat dalam jawabannya.

Replik diatur dalam Pasal 142 Rv (Stb. 1847-52 jo


1849-63).
Duplik
Secara Etimologis duplik berasal dari kata “Du”
artinya dua, dan “Pliek” artinya jawaban.

Dengan demikian, duplik merupakan jawaban


tergugat atas replik penggugat.

Dalam duplik tergugat akan memperkuat dalil-dalil


yang dikemukakan dalam jawaban dan berusaha
mematahkan dalil-dalil yang ada dalam replik
penggugat.

Duplik diatur dlm Rv.


Kesimpulan

Pada sidang ini para pihak mengajukan kesimpulan


atau conclusie dari hasil-hasil selama persidangan
berlangsung.

Pada dasarnya substansi kesimpulan merupakan hal


yang menguntungkan para pihak dan merugikan
pihak lainnya.
Pihak ke-tiga

1.Intervensi

        a. Tussenkomt

        b. Voeging

        c. Vrijwaring

2. Derden Verzet
Intervensi

Masuknya pihak ketiga selama proses persidangan dan belum ada putusan.

Terdiri dari:

1.Masuknya pihak ketiga secara sukarela

 Tussenkomt

Untuk menempatkan diri di tengah-tengah pihak yang berperkara membela kepentingannya


sendiri. Dasar hukum: 279-282 Rv

Voeging

Untuk menggabungkan diri membela kepentingan salah satu pihak (penggugat/ tergugat).
Dasar hukum: 279-282 Rv

Vrijwaring/ penjaminan.

Masuknya pihak ketiga karena ditarik oleh salah satu pihak dalam perkara (penggugat/
tergugat) dan untuk membela kepentingan pihak tersebut Dasar hukum: 70-76 Rv
Derden Verzet

Merupakan salah satu upaya hukum luar biasa,


karena pada dasarnya suatu putusan hanya mengikat
para pihak yang berperkara saja dan tidak mengikat
pihak ketiga ( 1917 BW )

Namun bila ada putusan yang merugikan


kepentingan pihak ketiga maka pihak ketiga tersebut
dapat melakukan perlawanan terhadap putusan
tersebut.

Dasar hukum: 378-384 Rv, 195 (6) HIR


Sita Jaminan

Tujuan:

Untuk menjamin pelaksanaan suatu putusan. Sita


Jaminan terdiri dari :

1. Sita Conservatoir;

2. Sita Revindicatoir.

3. Sita Marital

4. Pandbeslag
Sita Conservatoir

Dasar hukum pasal 227 HIR:

Harus ada sangka yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan


dijatuhkan mencari akal akan menggelapkan atau melarikan barang-
barangnya;

Barang yang disita itu merupakan barang milik orang yang terkena sita,
artinya bukan milik penggugat;

Permohonan diajukan kepada KPN yang memeriksa perkara yang


bersangkutan;

Permohonan harus diajukan dalam surat tertulis;

Sita conservatoir dapat diletakkan baik terhadap barang yang bergerak


maupun barang tidak bergerak.
Sita Revindicatoir

Dasar hukum pasal 226 HIR:

A. Harus berupa barang bergerak;

B. Barang bergerak tersebut merupakan milik


penggugat yg berada di tangan tergugat;

C. Permohonan harus diajukan kepada KPN;

D. Permohonan dapat diajukan secara lisan atau tertulis;

E. Barang tersebut harus diterangkan dengan terperinci.


Sita Marital

Dasar hukum: 823aRv

Sita yang dimohonkan oleh pihak istri terhadap


barang-barang bergerak dan barang tidak bergerak
milik suami, agar selama proses perceraian
berlangsung suami tidak menjual atau menghilangkan
barang-barang tersebut.

Ini untuk menjamin agar setelah proses perceraian


selesai pihak isteri tetap mendapat harta yang menjadi
bagiannya.
Panbeslag

Dasar hukum: 751Rv

Sita yang biasanya dimohonkan oleh seseorang yang


menyewakan rumah, agar perabotan milik orang yang
menyewa disita untuk menjamin agar ia membayar
uang sewa rumah.

Tata cara dan akibat hukum sita jaminan diatur


dalam pasal 197, 198,199 HIR
PEMBUKTIAN
DASAR HUKUM

• Pasal 162 - 177 HIR

• Pasal 282 - 388 RBG

• Pasal 1865 - 1945 BW


Pembuktian

• Hakim dalam melaksanakan tugas pengadilan


membutuhkan:

1. Pengetahuan tentang hukum

2. Pengetahuan tentang fakta


1. Pengetahuan tentang hukum

• Hukum tertulis yang berlaku

• Hukum kebiasaan

• Kaedah-kaedah hukum Asing


2. Pengetahuan tentang Fakta

• Dalam hal hakim menjatuhkan putusan verstek

• Dalam hal tergugat mengakui kebenaran gugatan


penggugat

• Dalam hal tidak ada penyangkalan

• Dalam hal hakim karena jabatannya dianggap telah


mengetahui fakta-faktanya yaitu:

A. Fakta notoir

B. Fakta prosesuil
Fakta notoir

fakta yang tidak memerlukan pembuktian karena


dianggap sudah diketahui oleh umum.

Contoh: tgl 17 Agustus adalah hari libur.

Fakta prosesuil

fakta yg terjadi dalam proses dan disaksikan sendiri oleh


hakim.

Contoh: tidak datangnya penggugat/ tergugat dalam


persidangan, pengakuan dalam sidang.
Titik Tolak Pembuktian

Pasal 162 HIR

“Tentang bukti dan tentang menerima atau menolak


alat-alat bukti dalam perkara perdata, Ketua
Pengadilan Negeri wajib mengingat aturan utama
yang disebut dibawah ini”
Beban Pembuktian

Pasal 163 HIR:

  “Barang siapa yg menyatakan ia mempunyai hak atau ia


menyebutkan sesuatu perbuatan untuk menguatkan
haknya itu atau untuk membantah hak orang lain, maka
orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya
kejadian itu”

Kesimpulan :

Siapa yg mendalilkan sesuatu maka ia yg harus


membuktikan.
Alat Bukti

Pasal 164 HIR

• Bukti tertulis (165-167 HIR, 1867 KUHPerdata);

• Bukti saksi (168-172 HIR);

• Persangkaan (173-174 HIR);

• Pengakuan (175-176 HIR);

• Sumpah (177 jo 155, 156 HIR).


Surat

Akta Otentik
Akta
Surat Akta di bawah tangan

Bukan Akta
• Akta:

1. Dibuat untuk ditujukan sebagai alat bukti.

2. Dibagi menjadi akta  otentik dan akta bawah


tangan.

• Bukan akta.

Dibuat tidak ditujukan untuk menjadi alat bukti di


pengadilan.

Contoh: memo, undangan dll.


Akta Autentik

“Suatu akta yg dibuat dalam bentuk menurut UU


oleh atau dihadapan seorang pegawai umum yg
berwenang untuk itu, di tempat di mana akta itu
dibuat”. (165 HIR atau pasal 285 Rbg)

• Kekuatan hukum akta otentik merupakan bukti


yang sempurna bagi para pihak dan ahli warisnya.
(Pasal 165 HIR )

• Terhadap pihak ketiga akta tersebut merupakan alat


bukti bebas.
• Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yg
sempurna, mengikat, formil dan materil.

Contoh : surat-surat yang dibuat oleh notaris, pegawai


catatan sipil, panitera pengadilan.
Akta di bawah tangan

“Surat yg dibuat dan ditandatangani oleh para pihak


dengan maksud untuk dijadikan bukti dari suatu
perbuatan hukum tetapi akta tersebut tidak dibuat
dihadapan seorang pejabat umum.”

• Apabila akta tersebut sudah diakui oleh para pihak


akan memberikan kekuatan pembuktian yang
sempurna bagi akta tersebut (ordonansi 1867/29
pasal 6, pasal 2)
Keterangan Saksi

Yang dapat diterangkan oleh saksi adalah apa yang


saksi lihat, dengar dan alami sendiri

171 HIR:

“Kesaksian harus terbatas pada peristiwa-peristiwa


yang dialaminya sendiri, sedangkan pendapat-
pendapat atau persangkaan yang didapat secara
berfikir bukan merupakan kesaksian”.
169 HIR:

“keterangan seorang saksi saja dengan tidak ada


sesuatu alat bukti lainnya tidak dapat dianggap
sebagai bukti yg cukup”.

  “Unus testis, Nullus testis”


Pihak – pihak yang tidak dapat didengar sebagai
saksi (145 HIR)

Pihak – pihak yang dapat mengundurkan diri dalam


memberikan kesaksian (146 HIR)
Saksi Ahli

Diatur dalam 154 HIR.

Saksi ahli harus dibedakan dengan saksi biasa.


Keterangan yg diberikan saksi ahli didasarkan bidang
ilmu pengetahuan yg dimilikinya atau keahliannya.
Persangkaan

HIR tidak menjelaskan, definisi dari persangkaan


diatur dalam pasal 1915 BW.

Persangkaan:

Kesimpulan yg oleh UU atau oleh hakim ditarik dari


suatu peristiwa yang terang dan nyata kearah
peristiwa lain yg belum terang dan nyata.
Persangkaaan ada dua macam:

1. Persangkaan hakim

Contoh: dalam hal perkara gugatan perceraian atas


dasar perzinahan 

2. Persangkaan UU

Contoh: Pasal 1394 BW yang menentukan bahwa tiga


kwitansi terakhir sudah dapat membuktikan suatu
perbuatan hukum kecuali jika dapat dibuktikan
sebaliknya;
Pengakuan

• Pengakuan sebagai alat bukti adalah pengakuan yg


diberikan oleh salah satu pihak yang berperkara
yang dilakukan di depan persidangan atau di luar
sidang pengadilan.

• Pengakuan di dalam sidang pengadilan mempunyai


kekuatan bukti yg sempurna (pasal 174 HIR).
Pengakuan di dalam sidang pengadilan oleh salah
satu pihak yg berperkara dapat bersifat :

• suatu pernyataan kehendak,

• suatu perbuatan dan

• suatu perbuatan penguasaan.


Pengakuan dibedakan:

• Pengakuan murni;

• Pengakuan dengan suatu kualifikasi;

• Pengakuan dengan suatu klausula.


Sumpah

• Sumpah sebagai alat bukti berbeda dengan sumpah


yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.  

• Arti sumpah disini yaitu dimana sebelumnya ada


suatu keterangan yang diucapkan oleh salah satu
pihak, dan keterangan tersebut kemudian diperkuat
dengan sumpah.
Sumpah dibedakan menjadi :

• Sumpah yg diperintahkan oleh hakim karena


jabatannya kepada salah satu pihak yg berperkara
(sumpah supletoir) tujuannya untuk melengkapi
bukti yg telah ada ditangan salah satu pihak;

• Sumpah yg dimohonkan oleh pihak lawan (sumpah


pemutus/ sumpah decissoir);

• Sumpah ini terdapat dalam salah satu pihak yg


berperkara mohon kepada hakim agar kepada pihak
lawan diperintahkan untuk melakukan sumpah
meskipun tidak ada pembuktian sama sekali
• Bila menyangkut perjanjian timbal balik, sumpah
ini dapat dikembalikan (156 ayat 2 HIR)

• Sumpah ini harus bersifat Litis Decisoir yaitu benar-


benar mengenai suatu hal yang menjadi pokok
perselisihan.
Sumpah

Mengangkat sumpah dapat diwakilkan dengan suatu


akta otentik yang menyebutkan dengan seksama
tentang sumpah yang akan diangkat (157 HIR)
PUTUSAN
Pengertian

Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.,

suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi


wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri
atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak

Bab I pasal 1 angka 5 RUU Hukum Acara Perdata 

suatu putusan oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi


wewenang menjalankan kekuasaan kehakiman, yang dituangkan
dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan di persidangan
serta bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu
gugatan
Rubini, S.H. dan Chaidir Ali, S.H.,

suatu akte penutup dari suatu proses perkara dan


putusan hakim itu disebut vonnis yang menurut
kesimpulan-kesimpulan terakhir mengenai hukum dari
hakim serta memuat akibat-akibatnya

Ridwan Syahrani, S.H.

pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang


pengadilan yang terbuka untuk umum untuk
menyelesaikan dan mengakhiri perkara perdata. 

Putusan Pengadilan

Pasal 50 UU No 48/ 2009

1. Putusan pengadilan selain harus memuat alasan


dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu
dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili.

2. Tiap putusan pengadilan harus ditandatangani


oleh ketua serta hakim yang memutus dan
panitera yang ikut serta bersidang.
Sidang Permusyawaratan

Pasal  14 ayat (1) (2) UU No 48/2009

1. Putusan diambil berdasarkan sidang


permusyawaratan hakim yang bersifat rahasia.

2. Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim


wajib menyampaikan pertimbangan atau
pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang
diperiksa dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari putusan.
Dissenting Opinion

• Pasal  14 ayat (2) UU No 48/2009

Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat


dicapai mufakat bulat, pendapat hakim yang berbeda
wajib dimuat dalam putusan.
Sidang Permusyawaratan

•   Pasal 51 UU No 48/2009

Penetapan, ikhtisar rapat permusyawaratan, dan


berita acara pemeriksaan sidang ditandatangani oleh
ketua majelis hakim dan panitera sidang.
• Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
Indonesia No. 5/1959 tanggal 20 April 1959 dan
No. 1/1962 tanggal 7 Maret 1962 menginstuksikan
kepada para hakim agar pada waktu putusan
pengadilan tersebut diucapkan, konsep putusan
harus telah dipersiapkan untuk mencegah adanya
perbedaan antara bunyi putusan

• Putusan hakim harus dibacakan di depan


persidangan yang terbuka untuk umum bila hal
tersebut tidak dilaksanakan maka terhadap putusan
tersebut terancam batal, akan tetapi untuk
penetapan hal tersebut tidak perlu dilakukan
Sidang terbuka untuk umum

Putusan hakim harus dibacakan di depan persidangan yang


terbuka untuk umum

• Pasal 13 ayat (2) UU No 48/2009

Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan


hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untukumum.

• Pasal 13 ayat (3) UU No 48/2009

Tidak dipenuhinya ketentuan ayat (2) mengakibatkan


putusan batal demi hukum.
Pasal 184 HIR

Berdasarkan pasal 184 HIR suatu putusan hakim harus berisi:

A. Suatu keterangan singkat tetapi jelas dari isi gugatan dan jawaban.

B. Alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar dari putusan hakim.

C. Keputusan hakim tentang pokok perkara dan tentang ongkos perkara.

D. Keterangan apakah pihak-pihak yang berperkara hadir pada waktu


keputusan itu dijatuhkan.

E. Kalau keputusan itu didasarkan atas suatu undang-undang, ini harus


disebutkan.

F. Tandatangan hakim dan panitera.


Isi

Berdasarkan pasal 23 UU No. 14/1970, isi keputusan


pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan
dasar-dasar putusan, juga harus memuat pula pasal-
pasal tertentu dari perturan–peraturan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili.
Bagian Putusan

I. Kepala Putusan

“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha


Esa” (pasal 2 ayat (1) UU No. 48/2009)

title/ kekuatan eksekutorial, putusan pengadilan tersebut dapat


dilaksanakan

II.Identitas pihak-pihak yang berperkara

Harus dimuatsecara jelas, yaitu nama, alamat, pekerjaan dan


sebagainya, serta nama kuasanya bila yang bersangkutan
mengkuasakan kepada orang lain.
III.Pertimbangan (alasan-alasan)

  Bagian ini merupakan dasar dari suatu putusan


terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu, pertimbangan
tentang duduk perkaranya (Feitelijke gronden) adalah
tentang apa yang terjadi di depan pengadilan
seringkali gugatan dan jawaban dikutip secara
lengkap dan pertimbangan hukum (rechts gronden)
yang menentukan nilai dari suatu putusan.
• Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 638 k/
Sip/1969, tanggal 22 Juli 1970 jo No. 492 k/Sip/1970, tanggal
16 Desember 1970, menyatakan bahwa jika suatu putusan
pengadilan kurang cukup pertimbangannya, hal tersebut dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan kasasi yang berakibat
batalnya putusan tersebut.Sedangkan putusan MARI No. 372
k/Sip/1970, tangal 1 September 1971 menyatakan bahwa
putusan pengadilan yang didasarkan atas pertimbangan yang
menyimpang dari dasar gugatan haruslah dibatalkan.

IV.Amar (dictum) putusan

Hakim wajib mengadili semua bagian dari tuntutan, baik dalam


kopensi maupun dalam rekopensi, bila tidak maka putusan
tersebut harus dibatalkan. Walaupun demikian hakim tidak boleh
menjatuhkan putusan terhadap sesuatu yang tidak di tuntut
Yurisprudensi

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.


638 k/Sip/1969, tanggal 22 Juli 1970 jo No. 492 k/
Sip/1970, tanggal 16 Desember 1970, menyatakan
bahwa jika suatu putusan pengadilan kurang cukup
pertimbangannya, hal tersebut dapat dijadikan alasan
untuk mengajukan kasasi yang berakibat batalnya
putusan tersebut.Sedangkan putusan MARI No. 372
k/Sip/1970, tangal 1 September 1971 menyatakan
bahwa putusan pengadilan yang didasarkan atas
pertimbangan yang menyimpang dari dasar gugatan
haruslah dibatalkan.
Surat putusan perkara perdata dapat
berbentuk

Suatu penolakan gugatan penggugat, yaitu dalam


hal gugatan tersebut tidak dapat dibuktikan oleh
penggugat.

Suatu pernyataan tidak dapat diterima  (niet


ontvankelijke verklaard / NO).

Suatu pernyataan mengabulkan gugatan penggugat


dalam hal pihak penggugat berhasil membuktikan
secara sah menurut hukum mengenai gugatannya.
Penggolongan Putusan

Putusan Sela (Tussenvonnis)

Merupakan putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir dengan


tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan
pemeriksaan perkara. Semua putusan sela diucapakan dalam sidang
dan merupakan bagian dari berita acara persidangan. Terhadap
salinan otentik dari putusan sela tersebut kedua belah pihak dapat
memperolehnya dari berita acara yang memuat putusan sela
tersebut.

Putusan Akhir (eindvonnis)

Merupakan putusan yang mengakhiri perkara perdata pada tingkat


pemeriksaan tertentu.
Putusan Sela

Pasal 185 HIR /126 Rbg : putusan sela tidak dibuat


dalam suatu surat tersendiri, tetapi dimaksudkan
dalam berita acara sidang.

Pasal 190 HIR /210 Rbg : permintaan banding


terhadap putusan sela hanya dapat diajukan
bersama-sama dengan permohonan banding
terhadap putusan akhir.
Macam Putusan Sela

• Putusan Preparatoir.

Adalah putusan persiapan mengenai jalannya pemeriksaan guna melancarkan proses persidangan
hingga tercapai putusan akhir.

• Putusan Interlocutoir.
Adalah putusan yang isinya memerintahkan pembuktian, isi putusan ini mempengaruhi putusan
akhir.

• Putusan Incidentieel
Adalah putusan yang berhubungan dengan insiden, yitu peristiwa yang menghentikan prosedur
peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara, masih bersifat formil belum
menyangkut materil suatu perkara.

• Putusan Provisionieel
Adalah putusan yang menjawab tuntutan provisi, yaitu permintaan pihak yang berperkara supaya
diadakan tindakan pendahuluan untuk kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir
dijatuhkan.
Putusan berdasarkan sifat
Ammarnya (dictumnya)
I. Putusan Declaratoir

Adalah putusan yang menyatakan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang
sah menurut hukum. Putusan ini bersifat hanya menerangkan, menegaskan
suatu keadaan hukum semata-mata.

II. Putusan Constitutief

Adalah putusan yang menciptakan suatu keadaan hukum baru. Keadaan


hukum baru tersebut dapat berupa meniadakan suatu keadaan hukum atau
menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru.

III. Putusan Condemnatoir

Adalah putusan yang bersifat menghukum para pihak yang dikalahkan untuk
memenuhi prestasi.
Putusan

PUTUSAN PERDAMAIAN

Merupakan putusan yang dijatuhkan hakim yang


isinya menghukum para pihak yang berperkara untuk
melaksanakan isi perjanjian perdamaian yang
sebelumnya telah disetujui oleh para pihak.
Berdasarkan pasal 130 ayat (2) HIR jo Putusan MARI
No. 1038 k/Sip/1973, tanggal 1 Agustus 1973 putusan
perdamaian mempunyai kekuatan yang sama seperti
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
PUTUSAN GUGUR

Putusan gugur dijatuhkan kepada Penggugat oleh


hakim dalam hal Penggugat tidak hadir pada hari
sidang pertama tanpa alasan yang sah dan tidak pula
menyuruh wakilnya untuk hadir padahal penggugat
telah dipanggil secara sah dan patut (Pasal 124 HIR).
• PUTUSAN VERSTEK

Putusan verstek merupakan putusan yang dijatuhkan


oleh hakim karena tergugat tidak hadir pada hari
sidang pertama dan tidak mengirimkan wakilnya yang
sah walaupun telah dipenggil secara sah dan patut
(pasal 125 HIR).
• PUTUSAN SERTA MERTA

Putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu  (uit


voerbaar bij voorraad)

walaupun terhadap putusan tersebut ada upaya


hukum lain (baik upaya hukum biasa maupun luar
biasa).
Putusan Serta Merta

Diatur dalam pasal 180 ayat (1) HIR, syaratnya:

A. Ada surat otentik atau tulisan di bawah tangan yang menurut undang-undang
mempunyai kekuatan bukti.

B. Ada putusan pengadilan sebelumnya yang sudah mempunyai kekuatan tetap yang
menguntungkan pihak penggugat dan ada hubungannya dengan gugatan yang
bersangkutan.

C. Ada gugatan provisionil yang dikabulkan.

D. Dalam sengketa-sengketa mengenai bezitrechts.

E. Pada praktek putusan uit voerbaar bij voorraad sangat sulit dikabulkan karena
banyak menimbulkan kesulitan

SEMA No 3/ 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitverbaar bij voorraad) dan Provisionil jo SEMA
No 4/2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta (Uitverbaar bij voorraad) dan Provisionil
Keterbukaan Informasi

Pasal 52 UU No 48/ 2009

1. Pengadilan wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk


memperoleh informasi yang berkaitan dengan putusan dan
biaya perkara dalam proses persidangan.

2. Pengadilan wajib menyampaikan salinan putusan kepada para


pihak dalam jangka waktu yang ditentukan

     berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dasar Hukum : UU No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi


Publik; UU No 25/2009 tentang Pelayanan Publik; SK MARI No
144/2011 tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan
EKSEKUSI
Pengertian

M. Yahya Harahap

Tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada


pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan
tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan yang
berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara
perdata

Prof.R. Subekti

Pelaksanaan suatu putusan yang sudah tidak dapat diubah


lagi itu, ditaati secara sukarela oleh pihak yang bersengketa
Djazuli Bachar

Melaksanakan putusan pengadilan, yang tujuannya


tidak lain adalah untuk mengefektifkan suatu putusan
menjadi suatu prestasi yang dilakukan dengan secara
paksa.

R. Supomo

Hukum yang mengatur cara dan syarat-syarat yang


dipakai oleh alat-alat Negara guna membantu pihak
yang berkepentingan untuk menjalankan putusan
hakim, apabila pihak yang kalah tidak bersedia
memenuhi bunyinya putusan dalam waktu yang
ditentukan
Sumber Hukum

• Pasal 195 s. d. 224 HIR atau Stb. 1941 No. 44.

• Undang-undang No. 14 tahun 1970 pasal 33 ayat (4) yaitu tentang kewajiban hukum
yang bersendikan norma-norma moral, dimana dalam melaksanakan putusan
pengadilan diusahakan supaya prikemanusiaan dan prikeadilan tetap terpelihara.

• Pasal 33 ayat (3) UU No. 14 tahun 1970 juncto Pasal 60 UU No. 2 tahun 1985 tentang
Peradilan Umum menyatakan bahwa yang melaksanakan putusan pengadilan dalam
perkara perdata adalah panitera dan jurusita dipimpin oleh Ketua Pengadilan. 

• Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1980 yang disempurnakan pasal 5


permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan eksekusi.

• SEMA No. 4 Tahun 1975 penyanderaan ditujukan pada orang yang sudah tidak
mungkin lagi dapat melunasi hutang-hutangnya dan kalau disandera dan karena itu
kehilangan kebebasan bergerak, ia tidak lagi ada kesempatan untuk berusaha
mendapatkan uang atau barang-barang untuk melunasi hutangnya
Asas-asas Eksekusi

1. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan Hukum Tetap. Pengecualian:

A. Pelaksanaan Putusan lebih dahulu (180 ayat (1) HIR)

B. Pelaksanaan putusan provisi (180 ayat (1) HIR)

C. Akta Perdamaian (Pasal 130 HIR)

D. Eksekusi terhadap Grosse Akta (Pasal 224 HIR)

2. Putusan Tidak dijalankan secara Sukarela

3. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnator

4. Eksekusi  atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri


(Pasal 195 ayat (1) HIR )
Macam-macam Eksekusi

1. Eksekusi yang  diatur dalam pasal 196 HIR dan


seterusnya dimana seorang dihukum untuk
membayar sejumlah uang.

2. Eksekusi yang diatur dalam pasal 225 HIR,


dimana seorang dihukum untukmelaksanakan
suatu perbuatan

3. Eksekusi riil yang dalam praktek banyak dilakukan


akan tetapi tidak diatur dalam HIR (Pasal 200 ayat
(11) HIR)
Tahap Pengajuan Eksekusi Grosse
Akta Hak Tanggungan

Surat permohonan eksekusi. Surat permohonan


eksekusi ini diajukan  kepada Ketua Pengadilan
Negeri sesuai dengan pilihan hukum yang tertera
dalam akta Hak Tanggungan.

1. AANMANING

2. SITA EKSEKUSI

3. LELANG
Aanmaning

1. Dasar hukum Pasal 196 HIR. Permohonan aanmaning


diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Surat
permohonan dan surat kuasa khusus di daftarkan dan
bila pengadilan menganggap permohonan tersebut
dapat diterima, maka Pengadilan Negeri mengeluarkan
Penetapan Aanmaning (Tegoran/peringatan).

2. Isi teguran harus sesuai dengan seluruh bunyi amar


putusan yang bersifat penghukuman. Setiap teguran
dilakukan dengan membuat berita acara, maksudnya
agar memenuhi syarat yuridis (sebagai alat bukti bahwa
peneguran telah dilakukan).
Sita Eksekusi

Mengajukan permohonan Sita Eksekusi atas  tanah


yang dijaminkan tersebut kepada Ketua Pengadilan
Negeri. Penetapan sita eksekusi merupakan lanjutan
dari penetapan aanmaning, dan harus disusul dengan
tahap penetapan penjualan umum/lelang oleh
jawatan tersendiri dan setiap proses dibarengi dengan
tata cara serta syarat-syarat yang harus dipenuhi
Ada 2 macam sita Eksekusi

Sita Eksekusi yang langsung,

Sita eksekusi yang langsung diletakkan atas barang bergerak dan


barang tidak bergerak milik debitur atau termohon eksekusi.

• Sita Eksekusi yang tidak langsung,

sita eksekusi yang berasal dari sita jaminan yang telah dinyatakan
sah dan berharga dan dalam rangka eksekusi otomatis berubah
menjadi sita eksekusi.

Dalam rangka eksekusi dilarang untuk menyita hewan atau


perkakas yang benar-benar dibutuhkan oleh tersita untuk mencari
nafkah (Pasal197 ayat (8) HIR)
Tata Cara Sita Eksekusi

1. Berdasarkan Surat Perintah Ketua Pengadilan Negeri .

2. Dilaksanakan Panitera atau Juru Sita.

3. Pelaksanaan dibantu Dua Orang Saksi.

4. Sita Eksekusi Dilakukan di Tempat.

5. Pembuatan Berita Acara Sita Eksekusi.

6. Penjagaan Yuridis Barang yang Disita.

7. Ketidakhadiran Tersita Tidak Menghalangi Sita Eksekusi . 


Syarat-syarat Pokok Keabsahan Tata
Cara Sita Eksekusi

Barang yang disita benar-benar milik pihak tersita


(termohon)

Mendahulukan penyitaan barang yang bergerak,


dan apabila tidak mencukupi baru dilanjutkan
terhadap barang yang tidak bergerak, sampai
mencapai batas jumlah yang dihukum kepada
penggugat
Lelang

Penjualan di muka umum harta kekayaan  termohon


yang telah di sita eksekusi atau dengan kata lain
menjual di muka umum barang sitaan milik termohon
(debitur), yang dilakukan di depan juru lelang atau
penjualan lelang dilakukan dengan perantaraan atau
bantuan kantor lelang (juru lelang) dan cara
penjualannya dengan jalan harga penawaran semakin
meningkat, atau semakin menurun melalui
penawaran secara tertulis (penawaran dengan
pendaftaran).
Tata Cara Pengajuan Lelang

1. Seorang yang bermaksud mengadakan penjualan di muka umum


memberitahukan hal itu kepada juru lelang, dan dalam
pemberitahuan itu disebutkan kapan hari penjualan ingin dilakukan”

2. Juru lelang tidak berwenang menolak permintaan lelang sepanjang


permintaan masih meliputi kawasan daerah hukum kantor lelang
yang bersangkutan.

3. Hak Penjual Lelang selain menentukan syarat penjualan adalah


menentukan cara pelelangan dan mengubah cara pelelangan
terhadap barang yang telah dilelang, apabila penjual belum
meluluskan penjualan lelang yang bersangkutan

4. Lelang harus terbuka untuk umum.


Syarat-syarat Lelang

(Peraturan Lelang No.189 tahun 1908) antara lain :

A. Penawaran dilakukan melalui pendaftaran (pasal 9 alinea kedua) dengan menulis nama,
pekerjaan dan harga penawaran dengan rupiah dan ditandatangani oleh yang bersangkutan
ke kantor lelang setempat, akan tetapi ketentuan ini dapat disimpangi.

B. Seorang peminat hanya dibolehkan mengajukan satu surat penawaran (pasal 9 alinea ketiga).

C. Peminat menyetorkan panjar lebih dulu, sebagai tanda kesungguhannya secara lunas tunai
dalam jangka waktu tertentu ke tempat penjual atau kantor lelang.

D. Bila patokan harga terendah tidak tercapai, penjualan lelang ditunda dan  akan diadakan
pengumuman lelang lanjutan atas biaya debitur.

E. Bila patokan harga terendah  tidak tercapai lelang dapat  dilanjutkan dengan penawaran
langsung (terbuka dan lisan) secara  tawaran meningkat atau menurun dan  menyerahkan
penetuan harga yang patut pada pihak penjual.

F. Pembayaran dengan tunai, sesuai pasal 22 Jo.Pasal 29 Peraturan Lelang, berdasarkan praktek
diberi batas waktu 24 jam
Harga Patokan Terendah

A. Harga  yang dianggap sesuai dengan nilai barang yang


ditentukan lebih dahulu (minimal 3 hari sebelum lelang) oleh  
pengawas Kantor Lelang Negara (Pasal 9 alinea pertama)
berdasarkan kepatutan, keadaan atau kondisi  barang yang
hendak dilelang, faktor ekonomis.

B. Pembocoran patokan harga terendah kepada pihak lain (Pihak


penjual, pemohon atau termohon lelang) dari pengawas
kantor lelang mengakibatkan penjualan lelang batal.

C. Pengumuman lelang merupakan syarat formal penjualan


lelang, tidak terpenuhinya syarat ini menyebabkan lelang batal
demi hukum.
Pengumuman Lelang

1. Pengumuman dan penjualan barang yang tidak bergerak diatur


dalam Pasal 200 ayat (9) HIR hanya satu kali melalui surat
kabar selambat-lambatnya 14 hari sebelum hari penjualan.
Sedangkan Pasal 200 ayat (7) dikatakan pengumuman
penjualan lelang barang yang bergerak jika bersamaan serentak
dengan barang yang tidak bergerak mesti dilakukan 2 kali
berturut-turut dengan selang minimum 15 hari.

2. Tetapi dalam praktek Pengadilan Negeri menghendaki


pengumuman lelang untuk benda tidak bergerak dilakukan 2
kali dengan selang 15 hari melalui surat kabar, dan pelaksanaan
penjualan lelang sendiri baru bisa dilaksanakan 14  hari setelah
pengumuman  kedua.
Risalah Lelang

A. Risalah lelang sama artinya dengan “berita acara’ Lelang, yang merupakan
landasan otentik penjualan lelang, tanpa risalah lelang, lelang yang dilakukan
dianggap tidak sah. Risalah lelang mencatat segala peristiwa yang terjadi pada
penjualan lelang.

B. Yang membuat juru lelang.

C. Penandatanganan risalah lelang berdasarkan pasal 38 Peraturan Lelang ada dua


cara yaitu :

1. Penandatanganan setiap lembar oleh juru lelang yang bersangkutan (Pasal 28


ayat(1)), bila tidak dilakukan penjualan lelang dapat dibatalkan.

2. Agar risalah lelang sempurna sebagai akta otentik, selain ketentuan diatas pada
bagian akhir risalah lelang harus ditandatangani oleh  juru lelang dan pihak penjual.
Ketidak  hadiran pihak penjual tidak mengakibatkan lelang tertunda, cukup dicatat
dalam risalah lelang sebagai ganti tanda tangan pihak penjual yang tidak hadir

UPAYA HUKUM
Definisi

Prof. Sudikno Mertokusumo

Upaya hukum adalah upaya atau alat untuk


mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu
putusan
Upaya Hukum

Terdiri dari:

Upaya Hukum Biasa

Upaya Hukum Luar Biasa

Apa Bedanya?
Upaya Hukum

Bahwa pada asasnya upaya hukum biasa


menangguhkan eksekusi

  (kecuali terhadap putusan serta merta)

Sedangkan upaya hukum luar biasa tidak


menangguhkan eksekusi
Upaya Hukum

Upaya hukum biasa, terdiri dari: perlawanan


(verzet), banding dan kasasi.

Upaya hukum luar biasa (istimewa), terdiri dari:


Peninjauan Kembali/ PK (request civil) dan
perlawanan pihak ketiga (derden verzet).
Verzet

Disebut juga Perlawanan

Dasar Hukum: 129 HIR

Verzet merupakan upaya hukum terhadap putusan di


luar hadirnya tergugat (verstek).
Banding

Dilakukan apabila salah satu pihak tidak puas


terhadap putusan pengadilan tingkat pertama.

Diatur dalam UU 20/ 1947 tentang Peradilan


Ulangan dan UU No 4/ 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Banding

Semua putusan akhir pengadilan tingkat pertama


dapat dimintakan pemeriksaan ulang di tingkat
banding oleh para pihak yg bersangkutan, kecuali UU
menentukan lain

(Pasal 21 UU No 4/ 2004 dan pasal 9 UU No 20/ 1947).


Banding

Jangka waktu mengajukan permohonan banding


adalah 14 hari sejak para pihak mengetahui
putusan PN.

  (Pasal 11 (1) UU 20/ 1947 )

Permohonan banding harus diajukan kepada


Panitera PN yg menjatuhkan putusan

  (Pasal 7 (1) UU 20/ 1947)


Banding

Pihak yg mengajukan banding (pembanding) boleh


mengajukan alasan-alasan permohonan banding dan
bukti-bukti baru dalam memori banding,

sedangkan terbanding boleh menjawab memori


banding ini dengan mengajukan kontra memori
banding
Kasasi

Terhadap putusan-putusan yg diberikan dalam


tingkat akhir oleh pengadilan-pengadilan lain
daripada MA demikian juga terhadap putusan
pengadilan yg dimintakan banding dapat dimintakan
kasasi kepada MA oleh pihak-pihak yg
berkepentingan.

(Pasal 22 UU No 4/ 2004 dan Pasal 43 UU No 14/ 1985


jo UU No 5/ 2004)
Kasasi

Definisi:

Pembatalan putusan atas penetapan pengadilan-


pengadilan dari semua lingkungan peradilan dalam
tingkat peradilan akhir

(pasal 29 dan pasal 30 UU No 14/ 1985 jo UU No 5/


2004)
Kasasi

Permohonan kasasi diajukan kepada Panitera dari


pengadilan tingkat pertama yang menjatuhkan
putusan yg dimohonkan.

Jangka waktu permohonan kasasi adalah 14 hari


sejak putusan diketahui oleh pemohon.
Kasasi

Dalam waktu 14 hari sejak permohonan kasasi


diajukan, pemohon kasasi wajib untuk mengajukan
memori kasasi sedangkan pihak termohon kasasi
berhak menanggapi memori kasasi dengan
mengajukan kontra memori kasasi.

(pasal 47 UU No.14/ 1985 jo UU No 5/ 2004)


Kasasi

Alasan yg dipergunakan dalam permohonan kasasi yg


ditentukan dalam ps 30 UU No.14/ 1985 jo UU No 5/
2004 adalah :

• Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;

• Salah menerapkan atau melanggar hukum yg berlaku;

• Lalai memenuhi syarat-syarat yg diwajibkan oleh


peraturan perundang-undangan yg mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan yg bersangkutan.
Peninjauan Kembali

Dasar Hukum:

Pasal  66 s.d 77 UU No. 14/ 1985 jo UU No 5/ 2004.


Peninjauan kembali

Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yg


ditentukan dengan UU, terhadap putusan pengadilan
yg telah berkekuatan hukum tetap dapat dimintakan
PK kepada MA dalam perkara perdata dan pidana
oleh pihak-pihak yg berkepentingan.

  (Ps 23 ayat (1) UU No 4/ 2004 )


Peninjauan Kembali

Terhadap putusan Peninjauan Kembali tidak dapat


dilakukan Peninjauan Kembali

(Pasal 23 ayat (2) UU 4/ 2004)

Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan


hanya 1 (satu) kali.

(Pasal 66 ayat (1) UU 14/ 1985 jo UU 5/ 2004)


Dalam ps 67 UU No 14/ 1985 jo UU No 5/ 2004 alasan-alasan PK adalah
sbb:

A. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat


pihak lawan yg diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada
bukti-bukti yg kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;

B. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yg bersifat


menentukan yg pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;

C. Apabila telah dikabulkan suatu hal yg tidak diituntut atau lebih daripada yg
dituntut;

D. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa


dipertimbangkan sebab-sebabnya;

E. Apabila antara pihak-pihak yg sama oleh pengadilan yg sama atau sama


tingkatannya telah diberikan putusan yg bertentangan satu dengan yg lain;

F. Apabila dalam satu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
Peninjauan Kembali

Tenggang Waktu

PK yaitu harus diajukan dalam waktu 180 hari untuk :

Yang disebut dalam huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat
atau sejak putusan hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberitahukan kepada para pihak yg berperkara;

Yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari
serta tanggal diketemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan
disahkan oleh pejabat yg berwenang;

Yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan memperoleh kekuatan


hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yg berperkara.

Pasal 69 UU No.14/ 1985 jo UU No 5/ 2004


Peninjauan Kembali

Permohonan PK diajukan oleh pemohon kepada


MA melalui KPN yg memutus perkara dalam tk
pertama dengan membayar biaya perkara yg
diperlukan;

MA memutus permohonan PK pada tingkat


pertama dan terakhir

Pasal 70 UU No.14/ 1985 jo UU No 5/ 2004


Derden Verzet

Disebut juga perlawanan pihak ketiga

Dasar hukum: pasal 378 RV

Terjadi apabila dalam suatu putusan pengadilan


merugikan kepentingan dari pihak ketiga, maka pihak
ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan
terhadap putusan tersebut
FORMAT SURAT KUASA
KHUSUS
Surat Kuasa

Identitas para pihak (Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa)

Khusus

#pihak yang digugat

#pakok sengketa

#kompetensi absolut & relatif

#No register perkara (untuk surat kuasa tergugat)

#kewenangan penerima kuasa

#hak–hak penerima kuasa

                           Pemberi Kuasa                                  Penerima Kuasa

                                ttd                                                        ttd


Identitas

Hal yang perlu diperhatikan:


Siapa yang dapat menjadi pihak dalam suatu surat kuasa -- subyek hukum
$Orang
$Badan hukum

  Kecakapan
$Ps. 1330 KUHPerdata
$Orang belum dewasa
$Dibawah pengampuan
$Orang perempuan
Hak-hak

HAK SUBTITUSI

  pasal 1803 BW

HAK HONORARIUM

  pasal 1808 BW

  pasal 1794 BW,

  pada dasarnya  pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma.

HAK RETENSI

  pasal 1812 BW

si kuasa adalah berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa yang berada di
tangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya telah dibayar lunas segala apa yang dapat
dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa.

Surat Kuasa
n SURAT KUASA
n Yang bertanda tangan di bawah ini
n Nama :
n Pekerjaan :
n Alamat : untuk selanjutnya disebut sebagai Pemberi Kuasa
n Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasa tersebut di bawah ini, menerangkan bahwa dengan ini
meberi kuasa kepada :
n (isi nama advokat)
n Advokat/Asisten Advokat/Pembela Umum/Asisten Pembela Umum pada Kantor Hukum (isi nama kantor hukum)
yang beralamat di (isi alamat) yang bertindak secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
untuk selanjutnya disebut sebagai Penerima Kuasa
n KHUSUS
n Untuk dan atas nama pemberi kuasa mengajukan gugatan di (isi nama pengadilan) mengenai (PMH/ WP) terhadap
Tn/Ny (isi nama pihak lain) pekerjaan, bertempat tinggal di (alamat)

n Untuk itu penerima kuasa diberi hak untuk menghadap di muka Pengadilan serta badan – badan kehakiman atau
pembesar pembesar lainnya, mengajukan gugatan replik kesimpulan, menerima jawaban duplik, melakukan
pembuktian, menjalankan perbuatan-perbuatan, atau memberikan keterangan – keterangan yang menurut hukum
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa, menerima dan menandatangani kuitansi – kuitansi, menerima
dan melakukan pembayaran dalam perkara ini, mengadakan perdamaian dengan persetujuan pemberi kuasa.

n Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi, retensi dan honorarium.

n Jakarta,_________2012
n Penerima Kuasa Pemberi Kuasa
n (______________) (_______________) materai

22
Surat Kuasa Khusus
n Yang memberikan surat kuasa khusus dibawah ini :
n Chaidir Chaniago, Direktur utama PT. Pinjam Finansial, adalah bank yang didirikan menurut Hukum Indonesia berdasarkan Akta pendirian Perseroan Terbatas No. 9,
Tanggal 9 agustus 1999, Di buat di hadapan Notaris Paul Siringo-Ringo, S.H., M.H., dengan pengesahan menter kehakiman No. A-123. AA. 07. 09, yang di umumkan
dalam lembaran negara Tahun 2000 Nomor 101, beralamat kantor di Jakarta Pusat , Jln. Benhil No. 99, selanjutnya di sebut ........................................PEMBERI
KUASA.
Memilih domosili Huum di kantor advokat, Hendra dan Rekan, beralamat kantor di jakarta jln Sudirman No. 13, Pemberi kuasa memberikan kuasa khusus kepada :
n Hendra, S.H., M.H. & Raja Gugat, S.H., LLM

n Masing- masing Advokat bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama, mewakili pemberi kuasa mengurus hak dan kepentingan hukum, selanjutnya di sebut sebagai
..............PENERIMA KUASA.
n .........................................................................KHUSUS..........................................................................................
n Mengajukan gugatan ganti kerugian di pengadilan negeri jakarta selatan terhadap PT. kambing Hitam, Di wakili oleh Raja Pinjam, Direktur Utama , Beralamat
Kantor di Jakarta Barat, Jalan Kandang kuda No. 12, akibat perbuatan ingkar janji ( wanprestasi ) melaksanakan kesepakatan dengan PT. pinjam finansial, sesuai
akta notaris Asep, S.H., M.H., No. 100, tanggal 1 februari 2002, tentang perjanjian hutang piutang. oleh karena itu, Penerima kuasa di beri hak untuk melakukan
tindakan dan upaya hukum sesuai hak hukum pemberi kuasa.untuk itu :
menghadap di muka pengadilan negeri, Pengadilan tinggi, Mahkamah Agung RI, badan peradilan lainya, serta institusi penegak hukum, POLRI, kejaksaan RI, institusi
lain yang di tentukan oleh undang-undang, pejabat-pejabat pemerintah serta badan-badan lainya.
n membuat, menyusun, menandatangani serta mengajukan memori dan kontra memori banding/kasasi serta mengurus surat-surat dan permohonan-permohonan lainnya
yang di perlukan, menjalankan perbuatan-perbuatan dan memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum harus di jalankan atau di berikan oleh seorang
kuasa, mengajukan bukti-bukti dan saksi-sasi, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima atau menolak penawaran perdamaian serta menerima
dan melakukan pembayaran biaya-biaya dalam perkara ini.
n mempertahankan dan membela kepentingan yang memberi kuasa, menerima putusan dan menolak putusan serta mengajukan upaya hukum terhadap putusan,
meminta eksekusi, membalas surat-surat dan melakukan upaya perlawanan.
n dan selanjutnya melakukan tndakan-tindakan yang di anggap penting, baik dan berguna oleh yang menerima kuasa untuk menyelesaikan masalah di maksut dengan
cara-cara yang di perkenankan oleh hukum meski tidak secara tegas di jelaskan dalam surat kuasa ini.
n kuasa ini di berikan dengan hak subtitusi ( recht van subtitutie ) dan secara tegas dengan hak retensi.

n Jakarta, 2 maret 2004


n Penerima kuasa, Pemberi kuasa,

30
SURAT KUASA KHUSUS
Masing-masing yang bertanda tangan di bawah ini :

SUPARMAN; Swasta, bertempat tinggal di Jakarta dengan beralamat di Jalan


K.H. Mas Mansyur 59, R.T./ R.W. 006/ 009, Kelurahan Kebon Melati,
Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, K.P. 60100. Pemegang K.T.P.
dengan Nomor 10005676345;
Selanjutnya disebut Pemberi Kuasa;

Pemberi kuasa dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum di kantor
Kuasanya yang akan disebut di bawah ini, menerangkan dengan ini sepakat atau
setuju memberikan Kuasa Khusus kepada :

WANDA, S.H.
ERWIN, S.H.

Masing-masing sebagai Advocate & Legal Consultant pada Wanda & Partners
Law Office, yang berkantor di Surabaya, dengan alamat kantor : Intiland Tower
rooms 53, Jalan Urip Sumoharjo Nomor 1 Surabaya,Telp. 031-5653217, Fax.
031-5653217, e-mail : wanda@yahoo.com;
Selanjutnya disebut Para Penerima Kuasa;
SURAT KUASA KHUSUS
Masing-masing yang bertanda tangan di bawah ini :

PT. ALAM SUBUR; sebagaimana tersebut dalam Akta Pendirian berikut


perubahan-perubahan yang dibuat berdarkan hukum Republik Indonesia
dan seluruhnya telah disahkan Menteri Hukum dan HAM RI, telah pula
tercatat dalam daftar Perseroan, serta telah diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara RI. Oleh karenanya sah sebagai sebuah badan
hukum Perseroan. Beralamat kantor di Jalan Pahlawan Nomor 23
Surabaya; Dalam hal ini diwakili oleh AGUS SETIAWAN, bertempat
tinggal di Surabaya dengan beralamat di Jalan Kertajaya Nomor 33,
R.T./ R.W. 006/ 009, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng,
Surabaya, Pemegang K.T.P. dengan Nomor 10005676345, Direktur
Perseroan tersebut, dan karenanya sah bertindak untuk dan atas nama
PT. ALAM SUBUR;
Selanjutnya disebut Pemberi Kuasa;
Para Penerima Kuasa baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak
untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;

KHUSUS

Mewakili sebagai kuasa hukum Pemberi Kuasa dalam membuat, menandatangani,


dan mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas ingkar janji/ cidra
janji (wanprestasi) berdasarkan Akta Pengakuan Hutang Nomor 45 tertanggal 14
Februari 2012 yang dibuat di hadapan Notaris Sinta Anggraini, S.H. terhadap PT.
INDAH WANGI, yang berkedudukan hukum dengan beralamat kantor di Grand
Soho Tower lt. 5, rooms 56-57, Slipi, Jakarta Barat selaku Tergugat;
Para Penerima Kuasa baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak
untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;

KHUSUS

Mewakili sebagai kuasa hukum Pemberi Kuasa dalam membuat, menandatangani,


dan mengajukan gugatan ganti kerugian akibat perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatigedaad) di Pengadilan Negeri Semarang terhadap :
1. PT. INDAH WANGI, yang berkedudukan hukum dengan beralamat kantor di
Jalan Ahmad Yani Nomor 12 Semarang selaku Tergugat I;
2. PT. INDIRA JAYA, yang berkedudukan hukum dengan beralamat kantor di Jalan
Raya Bromo Nomor 31 Bandung selaku Tergugat II;
Para Penerima Kuasa baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertindak
untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;

KHUSUS

Mewakili sebagai kuasa hukum Pemberi Kuasa dalam kedudukannya sebagai


Tergugat II dalam perkara perdata di Pengadilan Negeri Surabaya dengan Nomor :
408/ Pdt. G/ 2011/ PN. Sby. melawan DAMIANUS NAU DASNAN, S.H. selaku
Penggugat;
Membuat, menandatangani, dan mengajukan Permohonan/ Pernyataan Banding di
Pengadilan Tinggi Surabaya melalui Pengadilan Negeri Surabaya terhadap/ atas
putusan Pengadilan Negeri Surabaya dengan Nomor : 283/ Pdt. G/ 2011/ PN. Sby. yang
dibacakan dalam persidangan tertanggal 28 Januari 2012;

Sehubungan hal tersebut, kepada Para Penerima Kuasa diberikan perkenanan, hak,
serta kekuasaan penuh untuk :

Menghadap di muka Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung RI,


Instansi-instansi, Panitia-Panitia, Pejabat-Pejabat Pemerintahan serta Badan-badan
lainnya; Membuat, menandatangani, dan mengajukan Memori Banding pada Pengadilan
Tinggi Surabaya; Mengajukan Surat-surat dan/ atau permohonan-permohonan lainnya
yang diperlukan; Menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-
keterangan yang mana menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang
kuasa; Mengajukan segala sesuatu yang dianggap perlu demi kepentingan yang
memberi kuasa, serta sebaliknya menolak/ menyangkal sesuatu apapun yang diajukan
oleh pihak manapun; Menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, menerima
dan melakukan pembayaran-pembayaran dalam perkara ini; Mempertahankan dan
membela kepentingan yang memberi kuasa; Mencabut atau mengadakan segala
perubahan atau tambahan terhadap Surat-surat serta keterangan yang telah
disampaikan baik di dalam maupun di luar persidangan; Meminta putusan serta
memohon eksekusi atas putusan;
Sehubungan hal tersebut, kepada Para Penerima Kuasa diberikan perkenanan, hak,
serta kekuasaan (vollmacht) penuh untuk :

Menghadap dimuka atau menghadiri persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat;


Menghadap serta berbicara pada Instansi-instansi Pemerintah maupun swasta,
Pegawai, Pejabat-Pejabat Pemerintahan serta badan-badan lainnya; Meneliti atau
meminta atau menerima atau membaca atau menyalin surat-surat, semua berkas yang
berkaitan dengan perkara ini; Membuat, menandatangani, mengajukan surat-surat dan/
atau permohonan termasuk Penetapan yang berkaitan dengan perkara dimaksud;
Menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, termasuk melakukan
pembayaran-pembayaran dalam perkara ini; Mengadakan serta menyusun materi
termasuk menentukan kesepakatan dalam acara mediasi baik di dalam maupun di luar
proses persidangan; Mengajukan replik, dan rereplik dalam acara jawab menjawab,
termasuk bertindak sebagai kuasa hukum atas adanya gugatan balik/ Rekonpensi;
Mengajukan alat bukti dan sebaliknya menolak/ menyangkal alat bukti yang diajukan
oleh pihak Tergugat; Membuat, menandatangani, dan mengajukan kesimpulan;
Memohon putusan serta pelaksanaan isi putusan (eksekusi); Mempertahankan dan
membela kepentingan yang memberi kuasa; Memberi keterangan baik di dalam maupun
di luar persidangan; Mencabut atau mengadakan segala perubahan atau tambahan
terhadap surat gugatan;
Sehubungan hal tersebut, kepada Para Penerima Kuasa diberikan perkenanan, hak,
serta kekuasaan (vollmacht) penuh untuk :

Menghadap dimuka atau menghadiri persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya;


Menghadap serta berbicara atau menemui Pejabat atau Pegawai, atau Direktur, atau
Karyawan pada instansi Perbankan RI, instansi-instansi Pemerintah maupun swasta;
Mengajukan atau sebaliknya menerima Surat-surat dan/ atau permohonan-permohonan
lainnya yang diperlukan; Menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan
keterangan-keterangan yang mana menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh
seorang kuasa; Menerima uang atau melakukan pembayaran-pembayaran, oleh
karenanya membuat atau menandatangani kwitansi-kwitansi; Mengadakan serta
menyusun materi termasuk menentukan kesepakatan hingga menandatangani akta
dalam acara mediasi baik di dalam maupun di luar pengadilan; Membuat,
menandatangani, dan mengajukan jawaban, duplik, reduplik termasuk bertindak selaku
Kuasa Hukum bagi Pemberi Kuasa dalam mengajukan jawab menjawab pada gugatan
rekonpensi; Mengajukan alat bukti, serta sebaliknya menolak/ menyangkal alat bukti
yang diajukan oleh pihak lawan; Membuat, menandatangani, dan mengajukan
Kesimpulan; Mempertahankan dan membela kepentingan yang memberi kuasa;
Mengadakan perubahan atau tambahan atau mencabut terhadap segala sesuatu yang
telah disampaikan baik di dalam maupun di luar persidangan; Meminta penetapan dan/
atau putusan serta memohon eksekusi;
§ Selanjutnya melakukan segala tindakan dan upaya-upaya lain yang dianggap penting
serta berguna dan dianggap baik oleh Para Penerima Kuasa untuk menyelesaikan
masalah dimaksud dengan cara yang diperkenankan menurut hukum walaupun tidak
dengan tegas disebutkan dalam surat kuasa ini;
§ Surat Kuasa ini diberikan dengan hak substitusi (recht van substitutie) dan secara
tegas dengan hak retensi (recht van retentie).

Surat Kuasa ini ditandatangani di Surabaya pada tanggal 1 Maret 2012, dan berlaku
sejak tanggal ditandatangani.

Para Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

Meterai Rp. 6000,.

WINDA, S.H. SUPARMAN

ERWIN, S.H.

Anda mungkin juga menyukai