Dalam hukum perdata waris dibagi dalam beberapa golongan. Golongan ahli waris dapat
dibedakan atas 4 (empat) golongan ahli waris, yaitu:
Golongan I : Golongan ini terdiri dari anak dan keturunannya ke bawah tanpa batas beserta
janda/duda.
Golongan II : Golongan II terdiri dari ayah dan/atau ibu si pewaris beserta saudara dan
keturunannnya sampai derajat ke-6.
Golongan III : Golongan III terdiri dari keluarga sedarah menurut lurus ke atas.
Golongan IV : Golongan IV terdiri dari sanak keluarga dalam garis ke samping dari si
pewaris,yaitu paman,bibi.
Pada hukum waris adat ahli waris digolongkan berdasarkan sifat kekeluargaan misalnya sifat
kebapakan,keibuan,maupun keduanya.
Kadang-kadang harta warisan itu masih utuh dan tidak menjadi suatu keharusan untuk
dibagi-bagikan pada ahli waris.
Perpindahan harta warisan berupa barang-barang peninggalan dalam keadaan bersih artinya
sudah dikurangi dengan pembayaran utang-utang dari pewaris serta pembayaran-pembayaran
lainnya.
Tidak mengenal atau mengakui anak luar kawin artinya anak luar kawin tidak mendapat
warisan.
Asal Masalah 6
Secara keseluruhan mendapat bagian ashabah atau sisa, yakni 4 siham. anak laki-laki sebagai
ashabah bin nafsi, 2 anak perempuan sebagai ashabah bil ghair karena bersama dengan
mu’ashshib.dalam hal ini berlaku hukum “laki-laki mendapat dua bagian anak perempuan.”
Karenanya meskipun anak laki-laki hanya 1 orang namun ia dihitung 2 orang. Maka penerima
ashabah pada kasus ini seakan ada 4 orang yang terdiri dari 2 anak laki-laki dan 2 anak
perempuan.maka sisa 4 siham dibagi menjadi 2 siham untuk satu anak laki-laki dan 2 siham untuk 2
anak perempuan di mana masing-masing anak perempuan mendapat 1 siham.nominal harta Rp.
30.000.000 dibagi 6 bagian, masing-masing bagian senilai Rp. 5.000.000.