KEJAHATAN &
PELANGGARAN
MENERIMA
POLISI JAKSA PN MEMERIKSA
MENGADILI
HAKIM
MEMUTUSKAN
DI
DI HUKUM
BEBASKAN
CATATAN BACA LITERATUR :
Menurut keadaan
HUKUM PIDANA DALAM KEADAAN DAN DALAM KEADAAN
BERGERAK. HUKUM PIDANA MATERIAL DAN HUKUM PIDANA
FORMIL
Menurut obyek dan subyek
HUKUM PIDANA OBYEKTIF DAN HUKUM PIDANA SUBYEKTIF
Menurut sumber
HUKUM PIDANA UMUM DAN HUKUM PIDANA KHUSUS
Menurut wadah
HUKUM PIDANA TERTULIS DAN HUKUM PIDANA TIDAK TERTULIS
Menurut wilayah
HUKUM PIDANA UMUM DAN HUKUM PIDANA LOKAL
C. TUJUAN HUKUM PIDANA
ADA DUA ALIRAN
ALIRAN KLASIK ALIRAN MODERN
• tujuan pidana adalah untuk menakut-nakuti • tujuan untuk pidana adalah untuk mendidik
sikap orang jangan sampai melakukan perbuatan- orang yang melkukan perbuatan tidak baik
perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam
• untuk melindungi indifidu dari kekuasaan negara kehidupan lingkungannya.
Berdasarkan Kodifikasi
KUHP
BERDASARKAN KONSEP
RANCANGAN KUHP
TAHUN 2006
BUKU I BUKU II
memuat ketentuan memuat kejahatan
UMUM PS : 1-208 PS : 209-272
B. RUANG LINGKUP HUKUM PIDANA
AZAS UNIVERSAL
PS 9 KUHP
C. SISTEM HUKUMAN
PS : 10 KUHP
PENAFSIRAN GRAMATIKAL
PENAFSIRAN OUTENTIK
PENAFSIRAN SISTIMATIS
PENAFSIRAN SEJARAH MENURUT UU
PENAFSIRAN SEJARAH MENURUT HUKUM
PENAFSIRAN EXTENSIF
PENAFSIRAN ANALOG
PENAFSIRAN TELOLOGIS
PENAFSIRAN MEMPERTENTANGKAN
PENAFSIRAN MEMPERSEMPIT
PENAFSIRAN GRAMATIKAL
PENAFSIRAN OTENTIK
PENAFSIRAN EKSTENSIF
PENAFSIRAN DENGAN MEMPERLUAS ARTI DARI SUATU
ISTILAH YANG SEBENARNYA .
PENAFSIRAN ANALOGIS
PENAFSIRAN SUATU ISTILAH BERDASARKAN KETENTUAN
YANG BELUM DIATUR OLEH UU TETAPI MEMPUNYAI ASAS
YANG SAMA DENGAN SESUATU HAL TELAH DI ATUR
DALAM UU.
PENAFSIRAN TELOLOGIS
PENAFSIRAN MEMPERTENTENGKAN
PENAFSIRAN MEMPERSEMPIT
Ada 2 Aliran :
menurut azas ini peraturan hukum pidana indonesia berfungsi untuk melindungi
keamanan kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap orang diluar indonesia
terhadap kepentingan hukum indonesia.
tidak semua kepentingan hukum dilindungi melainkan hanya kepentingan yang vital
dan berhubungan dengan kepentingan umum :
dalam PS 4 ayat 1.2.3.4 KUHPidana
kepala negara dan wakil kepala negara
kepercayaan terhadap mata uang materai, merek indo yang dipalsukan
Kepercayaan terhadap surat utang bersertifikat, utang yang dikeluarkan oleh
pemerintah RI
alat-alat pelayanan R.I yang dibajak
Catatan : azas ini melindungi kepentingan yang bersifat umum dan luas dan bukan
kepentingan pribadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebenarnya
kepentingan pribadi W.N.I. Sendiri kurang dilindungi
Contoh : seorang [X] WNA menganiaya WNI [Y] dinegara orang itu belum tertangkap
dan melarikan diri di indonesia tidak dapat berbuat apa-apa walaupun [X] kebetulan
bertemu dengan [Y] di indonesia dan melaporkan peristiwa kepada polisi indonesia
3. AZAS PERSONAL [NASIONAL AKTIF] PS 5 KUHP
menurut azas ini ketentuan pidana berlaku bagi setiap WNI yang melakukan tindakan
pidana di luar indonesia PS 5 KUHP berisi ketentuan tetapi pembatasan tertentu yaitu
yang jika dilakukan adalah perbuatan yang diatur dalam :
1. BAB .I.II buku kedua KUHP terhadap kejahatan, terhadap keamanan negara,
terhadap martabat presiden dan wakil presiden [PS 104-139]
2. PS 160, 161 KUHP menghasut dimuka umum untuk menentang penguasa umum
[PS 240, PS 279 PS 450-451 KUHP]
Catatan : PS 9 KUHP bahwa berlakunya PS 2-7 dan 8 KUHP dibatasi denga pengecualian
yang diakui hukum internasional misalnya : kekebalan atau imunitas deplomatik dan hak
eksteritorial yang dimiliki oleh kepala negara asing , duta besar, para diploma, angkatan
perang negara asing.
A. PENGERTIAN TINDAK PIDANA
OBYEKTIF SUBYEKTIF
Maksud
Merencanakan terlebih dahulu
Perasaan Takut
B. SUBYEK TINDAK PIDANA
C. PENGERTIAN PERBUATAN
D. CARA MERUMUSKAN TINDAK PIDANA
E. JENIS - JENIS TINDAK PIDANA ( DELIK )
1. JENIS-JENIS DELIK
• Delik berturut-turut
• Delik yg berlangsung terus
• Delik berkualifikasi
• Delik dengan prefilige
• Delik Politik
• Delik Proppria
F. LOKUS DELICTI DAN TEMPUS DELICTI
2. ALIRAN DUALISTIS
• Suatu perbuatan
• Melawan Hukum
• Diancam dgn sanksi pidana
A. PENGERTIAN SIFAT MELAWAN HUKUM
Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat obyektif adalah sifat
melawan hukum, hal ini dikaitkan dengan Azas Legalitas pada PS 1 ayat 1
KUHP.
Pembentuk UU menjadikan unsur melawan hukum sebagai unsur yang
tertulis, tanpa unsur ini rumusan UU akan menjadi terlampau luas, selain itu
sifat dapat dibelah kadang dimasukkan dalam rumusan Delik, yaitu dalam
rumusan Delik Culpa.
POMPE Seseorang dapat dipidana telah dituduh melakukan tindak
pidana ada ketentuan didalam hukum acara
Menurut :
METZGER : [kesalahan syarat yang meberi dasar untuk adanya
pencelaan pribadi terdapat pelaku hukum pidana]
SIMON : [keadaan psikis
VAN HAMEL : [keadaan psikologis]
POMPE : [segi luar]
MOELJATNO : [segi masy]
B. UNSUR-UNSUR KESALAHAN
Ketiga unsur tersebut diatas tidak bisa dipisahkan antra satu dengan yang
lain [Menurut Roslan Saleh]
C. PERTANGGUNG JAWABAN
Dengan sengaja
Cara merumuskan Sedangkan ia mengetahui
Yang diketahuinya
kesengajaan Dengan maksud
Dengan tujuan yang diketahui
PREMEDITATUS [rencanakan]
DETERMINATUS [kesengajaan]
Macam Dolus ALTERNATIFUS
INDIRECTUS
DIRECTUS
GENERALIS
Tidak berhati-hati
2. Culpa/Kealpaan Dapat menduga
Kelalayan
JENIS HUKUMAN PS 10
1. PIDANA POKOK
PIDANA MATI
PIDANA PENJARA
PIDANA KURUNGAN
DENDA
KURUNGAN
2. PIDANA TAMBAHAN
PS 10
Pada umumnya perbuatan
PERSIAPAN persiapan juga belum diancam
pidana [belum dikriminalisasi
PS 104
PS 106 Permulaan
PS 107 pelaksanaan
DSB Kejahatan biasa lain
MAKAR dengan kekecualian
untuk beberapa pasal
Delik Formil Tujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat Delik Materil
seberapa jauh akibat tersebut ditentukan oleh
PS 362 KUHP sebab PS 338 KUHP
PS 242 KUHP PS 351 KUHP
PS 181 KUHP
PERBARENGAN
GABUNGAN Perbuatan Berlanjut = PS 64 KUHP
PERBUATAN
Perbuatan berlanjut terjadi apabila sesorang
melakukan perbuatan kejahatan dan pelanggaran dan
perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan
berlanjut.
Pengulangan atau residive terdapat dalam hal seseorang telah melakukan beberapa perbuatan yang masing-
masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, diantara perbuatan mana satu atau lebih telah dijatuhi
hukuman oleh pengadilan. Pertanyaan sangat mirip dengan gabungan dari beberapa perbuatan yang dapat
dihukum dan dalam pidana mempunyai arti bahwa pengulangan merupakan dasar yang memberatkan hukuman.
PEMBUAT PEMBANTU
IDADER [PS 55] MEDEPLICHTIGE [PS 56]
PEMBANTU SEBELUM
YANG TURUT SERTA KEJAHATAN DILAKUKAN
[MEDEPLEGER]
PENGANJUR
[UITLOKKER]
KESIMPULAN MATERI
1. Adaya orang atau pelaku harus memenuhi unsur kesalahan ada 3 unsur
kesalahan sbb:
a. Adanya sikap batin sengaja maupun tidak sengaja
b. Adanya Tanggung Jawab
c. Tidak ada alasan pemaaf
3. Adanya sanksi Pidana yang di atur dalam KUHP (lihat pasal 10 KUHP)
B. ADA TIGA PERLINDUNGAN HUKUM DALAM SISTEM HUKUM PIDANA
1. Menerima Perkara
2. Memeriksa Perkara
3. Mengadili serta Mentelesaikan perkara dengan memperhatikan hal2 sbb :
a. Hakim mengkonsartir
b. Hakim mengkualifisir
c. Hakim mengkonstituir
Dalam rangka untuk menciptakan sistem peradilan yang jujur fair yang objektif
dan impersial