FAKULTAS PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS 2022 BAB I FILSAFAT IPA A. Pengertian Filsafat Filsafat, yang selama bertahun-tahun lalu telah membantu membangun peradaban intelektual, moral, dan fondasi spiritual dalam kehidupan bermasyarakat, yang biasanya mengerucut dan melibatkan dalam analisis logis atau dalam beberapa pandangan para filsuf masa lalu. Berfilsafat bukan hanya membaca dan mengetahui filsafat, tetapi berfilsafat adalah untuk berpikir dan merasakan secara filosofis. Filsafat sering dimulai dengan keheranan, keraguan, dan keingintahuan. itu tumbuh dari kesadaran kita yang terus berkembang tentang beberapa masalah seputar keberadaan manusia. Konsekuensinya, filsafat sebagian merupakan sikap spekulatif yang tidak segan-segan menghadapi persoalan hidup yang sulit dan belum terpecahkan (Titus, 1959). Istilah filsafat secara epistimologis merupakan persamaan kata, dalam bahasa arab falsafah dan philosophy dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia yang tersusun dari dua kata yakni philos berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat. Sementara sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, atau bisa diartikan pengetahuan (Rapar, 2001). B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Sebagian besar definisi filsafat menekankan penggunaan metode berpikir reflektif. Mereka menyatakan atau bahkan menyiratkan bahwa tujuannya adalah untuk memperoleh kesatuan dan melihat kehidupan secara utuh. Akibatnya, kita dapat mendefinisikan bahwa filsafat adalah studi tentang alam, baik dalam aspek anorganik dan organiknya, dan tentang tatanan sosial dan spiritual. Filsafat berusaha menyatukan hasil-hasil ilmu- ilmu khusus dengan prinsip-prinsip moralitas dan agama (Titus, 1959). Filsafat dan sains juga memiliki banyak kesamaan diantara keduanya. Keduanya juga tumbuh dari sikap reflektif, bertanya, dan didorong oleh kecintaan akan kejujuran yang tidak memihak. Ilmu pengetahuan, bagaimanapun telah terhubung dengan beberapa bidang khusus atau terbatas. Tujuan dari filsafat dan sains adalah untuk menggambarkan dunia sehingga dapat ditafsirkan kedalam istilah yang tepat atau matematis, dan kemudian untuk mengaturnya secara mekanis, jika memungkinkan. Dalam dunia sains, sains memiliki beberapa kata kunci yakni deskripsi, prediksi, eksperimen, dan kontrol. Filsafat sendiri bukanlah agama, tetapi agama yang matang akan memiliki atau akan menyiratkan beberapa latar belakang filosofis atau serangkaian keyakinan tentang kehidupan dan alam semesta. Agama, telah dikatakan, dimulai pada titik di mana filsafat bergerak ke dalam tindakan. Sebuah agama lebih dari sekedar kepercayaan atau pemahaman tentang sesuatu; itu menyiratkan reaksi-reaksi seluruh keberadaan manusia terhadap apa yang dia rasa bergantung. Ini adalah kehidupan yang dijalani dengan keyakinan bahwa "apa yang tertinggi dalam roh adalah yang terdalam di alam" (Titus, 1959). Menurut Fadli (2021), filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan upaya dari manusia dalam memahami suatu konsep ataupun beberapa konsep dan metode dari sebuah disiplin ilmu. Perubahan zaman dan perkembangan pengetahuan telah mengantar filsafat ke suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” bertumbuh mekar dan bercabang secara subur dari masing-masing disiplin ilmu. Menurut Tafsir, 2005 dalam Fadli (2021), Keterkaitan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh besar terhadap pengetahuan manusia dari segala sesuatu, pengaruh tersebut telah membawa perubahan terhadap peradaban manusia ke taraf yang lebih maju, seperti halnya peradaban manusia saat ini. Selama dan setelah masa renaisans, matematika dan fisika terpisah dari filsafat. Kemudian ilmu-ilmu dan disiplin ilmu khusus lainnya juga menjadi terpisah. Psikologi telah menjadi ilmu yang terpisah hanya dalam dekade terakhir, dan di beberapa institusi masih terkait dengan filsafat. Saat ini ada begitu banyak ilmu khusus sehingga banyak orang cenderung melupakan matriks atau keseluruhannya yang hanya sebagian kecil. Ilmu pengetahuan telah memungkinkan kita untuk mengurangi hambatan ruang dan waktu dengan metode komunikasi, perjalanan, dan transportasi yang cepat. Suara manusia sekarang dapat melakukan kontak dengan orang-orang pada jarak yang dianggap tak terbayangkan beberapa dekade lalu. Pengetahuan ilmiah bertanggung jawab atas perkembangan zaman modern, untuk sumber pasokan makanan baru dan perluasan produksi pertanian, untuk kemajuan dalam pengobatan dan pengendalian banyak penyakit (Titus, 1959). Kontras antara filsafat dan sains memiliki kecenderungan atau titik penekanan, dan bukan perbedaan mutlak. Sedangkan ilmu-ilmu yang berurusan dengan bidang-bidang yang tertentu atau terbatas, filsafat berusaha untuk menangani seluruh pengalaman. Filsafat dengan demikian lebih inklusif daripada eksklusif, ia mencoba untuk memasukkan apa yang umum untuk semua bidang dan pengalaman manusia secara umum. Filsafat dengan demikian mencoba untuk mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang hal-hal. Sedangkan sains lebih analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, filsafat lebih sintetik atau sinoptik, berurusan dengan sifat dan kualitas alam dan kehidupan secara keseluruhan. Sains berusaha menganalisis keseluruhan menjadi elemen-elemen penyusunnya atau organisme menjadi organ-organ, filsafat mencoba menggabungkan hal-hal dalam sintesis interpretatif dan mencari makna dari beberapa hal. Sementara sains cenderung menghilangkan faktor pribadi dan mengabaikan nilai-nilai dalam dorongannya untuk objektivitas, filsafat tertarik pada kepribadian, nilai-nilai, dan semua bidang pengalaman. Untuk mengamati alam, untuk membangun sarana, dan untuk mengontrol proses adalah tujuan ilmu pengetahuan, untuk mengkritik, mengevaluasi, dan mengkoordinasikan tujuan adalah bagian dari tugas filsafat (Titus, 1959). BAB II REVOLUSI INDUSTRI A. Pengertian Industri Industri telah lama menjadi faktor penting bagi kehidupan manusia, dari barang sehari-hari hingga barang tersier diproduksi oleh industri. Diperkirakan proses produksi barang-barang tersebut telah dilakukan oleh manusia setelah manusia berkembang dan menemukan teknologi. Baik berupa teknologi untuk menunjang kehidupan sehari-hari maupun untuk kegiatan produksi. Istilah industri jika merujuk pada KBBI adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Sementara apabila merujuk kepada undang-undang Republik Indonesia pada UU No. 3 Tahun 2014 adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri. Berdasarkan arti kata industri pada KBBI, industri adalah proses pengolahan barang untuk menghasilkan barang yang diatur pada UU No. 3 Tahun 2014 yang menjelaskan tentang perindustrian. B. Revolusi Industri Perubahan perindustrian beriringan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perkembangan tersebut juga membuat cara kerja dari penggunaan manusia menjadi mekanis. Dengan ini dimulailah zaman otomatisasi yang secara pasif menggeser penggunakaan tenaga manusia dengan robot. Revolusi industri diperkenalkan oleh Louis-Guillaume Otto dalam sebuah surat pada tanggal 6 juli 1799 tentang negara Prancis memasuki era industrilisme. Dalam buku berjudul “Keywords: A Vocabulary of Culture and Society” karya Raymond Williams pada tahun 1976, menyatakan kata tersebut untuk istilah industri. Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan massif mempengaruhi corak perindustrian. Revolusi industri di Inggris pada hakikatnya merupakan perubahan cara pembuatan barang-barang yang semula diproduksi dengan terbatas dan waktu lama menjadi meningkat, dari jumlah produksi yang banyak dan waktu yang relatif singkat (Akmal, 2019). Perkembangan revolusi industri dibuka dengan penemuan mesin uap oleh James Watt pada abad 18. Yang menjadikan abad 18 menjadi awal revolusi industri (fase pertama/ revolusi industry 1.0), pada fase ini perindustrian tidak perlu dekat dengan sungai untuk menggerakkan penggilingan. Bahkan industri dapat berjalan lebih cepat dan lebih lama daripada selama menggunakan tenaga angin dan tenaga air. Tanpa mesin uap barang- barang yang diproduksi akan membutuhkan waktu lama dengan jumlah yang sedikit. Revolusi industri terus berlanjut hingga pada abad 19 ditemukan pembangkit listrik, ban berjalan (conveyor) dan motor tenaga bensin (combustionchamber), menyebabkan revolusi industry 2.0. Pada fase revolusi industri ini mobil, tank, hingga pesawat terbang telah memasuki tahap industri. dan kapasitas produksi semakin meningkat dan waktu produksi semakin dipangkas dari masa revolusi industry 1.0. Akhir abad 20, mulai bermunculan komputer dan robot yang membuat revolusi industri menemukan titik tumpu yang baru menjadikannya revolusi industri 3.0. Komputer pada era perang dunia 2 berkembang ketika Inggris harus memecahkan sandi pasukan U-boat Nazi. Komputer tersebut dikembangkan oleh tokoh intelektual inggris Alan Turing hanya untuk memecahkan sandi tersebut, komputer itu diberi nama Bomba. Komputer pada abad ini terus berkembang tidak lepas dari penemuan semi konduktor, transistor hingga integrated chips (IC) yang mengubah dari bentuk komputer yang seperti lemari buku hingga menjadi seperti buku yang bisa dibawa kemanapun. Hingga era 1970-an teknologi fiber, Internet, hingga sistem jaringan terintegerasi (integrated network) dikembangkan. Pada abad ini industri sudah menjadi otomatis atau kerap disebut sebagai otomatisasi. Otomatisasi dapat menghemat waktu produksi serta meningkatkan kapasitas produksi. Konsep Industri 4.0 justri diperkenalkan pada publik dalam pameran industri Hannover Messe di Jerman pada tahun 2011. Dan dari pengenalan konsep 4.0 tersebut menjadikan penemuan penting lainnya menjadi dasar penamaan konsep industry 1.0; 2.0; dan 3.0 (Akmal, 2019). BAB III PERAN FILSAFAT IPA DALAM MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Revolusi Industri merupakan hasil dari perkembangan IPTEK yang dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang berbantuan teknologi. Sebelum adanya Revolusi Industri pekerjaan manusia dalam industri masih menggunakan tenaga murni tanpa bantuan teknologi. Secara bertahap dan berkembang pada 1700-an di Inggris Raya, telah terjadi perubahan manufaktur tenaga uap atau dikenal dengan Revolusi Industri 1.0. Memasuki abad ke-19 para ilmuan telah menemukan listrik atau dikenal dengan Revolusi Industri 2.0. Masuk di abad 20 muncul teknologi informasi dan elektronik yang masuk ke dalam dunia industri yaitu semua pekerjaan menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot dikenal dengan Revolusi Industri 3.0. Revolusi yang terakhir dikenal dengan Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan internet dalam dunia industri, di mana Internet menyambungkan seluruh komputer berada dalam satu jaringan raksasa dan dapat dikendalikan dalam sebuah smartphone (Fadli, 2021). Situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini tentu berbeda 180 derajat dengan masa yang telah lalu. Saat ini umat manusia menguasai IPTEK dan memahamin IPTEK dalam kehidupannya. Cara hidup yang kurang dilandasi dengan suatu perangkat yang jelas dan mumpuni tentu tidak mungkin untuk dipertahankan jika tidak ingin menjadi budak dari IPTEK itu sendiri, dan jika tidak ingin menjadi manusia yang bermasa depan tanpa arah. Derasnya arus globalisasi di tengah-tengah era Revolusi Industri 4.0 nampaknya berdampak pada peran manusia menjadi terdegradasi. Peranan manusia dalam dunia pekerjaan atau industri telah tergantikan oleh IPTEK seperti kecerdasan buatan, robot dan komputer. Hal ini bisa dikatakan sebagai dehumanisasi yang senantiasa menghantui kehidupan manusia, efek dari kecanggihan teknologi. Keadaan tersebut menimbulkan antitesa yang muncul yaitu Society 5.0, di mana peran manusia telah tergantikan oleh teknologi yang dibuat oleh manusia itu sendiri seperti robot dan kecerdasan buatan pada Revolusi Industri 4.0, maka istilah Society lahir sebagai bentuk kepedulian atas eksistensi manusia (Fadli, 2021). Ilmu pengetahuan yang berkembang membuat filsafat merefleksikan diri sebagai wadah keilmuan, agar tidak pernah mengenal titik henti dalam memasuki ranah ilmiah untuk mencapai kebenaran atau kenyataan, sesuatu yang tidak habis untuk dipikirkan dan tidak akan pernah selesai untuk dibahas. Filsafat di sini diharapkan dapat membawahi ilmu pengetahuan, maksudnya filsafat bukan berarti menjadi semacam puncak ekstasi rasional ilmu pengetahuan, mahkota ilmu, atau status simbolis yang boleh diagungkan, meski tidak punya fungsi untuk berbuat. Manusia dengan filsafat akan mampu menyerap suatu disiplin ilmu yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing manusia, dan mengangkat kesadaran berfilsafat, sehingga umat manusia dapat memahami perspektif serta berbagai kemungkinan arah perkembangannya. Supaya manusia dapat melakukan berbagai spekulasi yang mendalam untuk menemukan teori-teori atau paradigma baru demi keberlangsungan hidup umat manusia. Filsafat sendiri dijadikan renungan oleh manusia mengenai tentang kebenaran yang dapat membentuk karakter manusia menjadi harmonis. Pada era revolusi industri 4.0 ini, ciri-ciri perilaku kehidupan masyarakat ditandai dengan berkembangnya teknologi seperti internet, beberapa teknologi baru dalam ilmu data, teknologi nano, hingga kecerdasan buatan, manusia dalam bermasyarakat harus memulai dengan santun penuh keseimbangan, agar manusia senantiasa membaik, berkembang menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman yang ada. Filsafat telah menjembatani lahirnya pendekatan multidisipliner baru yang sangat diperlukan, karena keterbatasan dan sempitnya keilmuan terhadap realitas fisik yang sebenarnya bersifat multidimensional. Ilmu pengetahuan merupakan beberapa rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan bersifat kognitif yang terdiri dari berbagai metode dengan menggunakan aneka prosedur dan tata langkah sehingga dapat menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala secara kealaman, kemasyarakatan atau bahkan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. Filsafat IPA merupakan jembatan atas perubahan dan perkembangan di dunia IPTEK. Berkembangnya teknologi saat ini dikenal dengan istilah revolusi industri 4.0 di mana kehidupan manusia telah dipengaruhi oleh teknologi hingga menyebabkan manusia harus beralih dari tenaga manusia ke tenaga teknologi canggih seperti internet, robot, kecerdasan buatan dan komputer. Hal ini biasa dikenal dengan era disrupsi sebab akan muncul banyaknya permasalahan-permasalahan masyarakat yang dihadapi atas masifnya perkembangan IPTEK. Meskipun hal tersebut diawali oleh manusia dalam masyarakat yang santun penuh keseimbangan, manusia harus ikut berkembang, berkembang menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada sesuai dengan revolusi industri. Disrupsi pada masa revolusi industri tidak dapat dihindarkan, baik secara fisik maupun kebudayaan. Namun dengan menggunakan Filsafat IPA kita dapat mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi tersebut, namun tetap berkembang mengikuti perkembangan IPTEK. Dengan menggunakan filsafat IPA masyarakat dapat menggunakannya sebagai jembatan untuk berpikir kritis sebagai kunci dalam menghadapi tantangan zaman serta mampu menganalisis kebutuhan mereka terhadap teknologi. DAFTAR PUSTAKA Akmal. 2019. Lebih Dekat dengan Industri 4.0.Sleman: Deepublish Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. KBBI Online. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/industri. diakses pada 01 Januari 2022. Fadli, Muhammad Rijal. 2021. Jurnal Filsafat, Vol. 31, No. 1 (2021), p. 130–161. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Relevansinya Di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Titus, Harold H. 1959. Living Issues in Philosophy, third edition. New York: American Book Company.