Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT IPA

PERAN FILSAFAT IPA DALAM MENJAWAB TANTANGAN


REVOLUSI INDUSTRI 4.0

OLEH :
MOCHAMMAD IZZUR RIZKY AULIA
21070795030

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
2022
BAB I
FILSAFAT IPA
A. Pengertian Filsafat
Filsafat, yang selama bertahun-tahun lalu telah membantu membangun
peradaban intelektual, moral, dan fondasi spiritual dalam kehidupan
bermasyarakat, yang biasanya mengerucut dan melibatkan dalam analisis
logis atau dalam beberapa pandangan para filsuf masa lalu. Berfilsafat
bukan hanya membaca dan mengetahui filsafat, tetapi berfilsafat adalah
untuk berpikir dan merasakan secara filosofis. Filsafat sering dimulai
dengan keheranan, keraguan, dan keingintahuan. itu tumbuh dari kesadaran
kita yang terus berkembang tentang beberapa masalah seputar keberadaan
manusia. Konsekuensinya, filsafat sebagian merupakan sikap spekulatif
yang tidak segan-segan menghadapi persoalan hidup yang sulit dan belum
terpecahkan (Titus, 1959).
Istilah filsafat secara epistimologis merupakan persamaan kata, dalam
bahasa arab falsafah dan philosophy dalam bahasa Inggris, yang berasal dari
bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia yang tersusun dari dua kata
yakni philos berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat. Sementara sophia
berarti kebijaksanaan atau kearifan, atau bisa diartikan pengetahuan (Rapar,
2001).
B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Sebagian besar definisi filsafat menekankan penggunaan metode
berpikir reflektif. Mereka menyatakan atau bahkan menyiratkan bahwa
tujuannya adalah untuk memperoleh kesatuan dan melihat kehidupan secara
utuh. Akibatnya, kita dapat mendefinisikan bahwa filsafat adalah studi
tentang alam, baik dalam aspek anorganik dan organiknya, dan tentang
tatanan sosial dan spiritual. Filsafat berusaha menyatukan hasil-hasil ilmu-
ilmu khusus dengan prinsip-prinsip moralitas dan agama (Titus, 1959).
Filsafat dan sains juga memiliki banyak kesamaan diantara keduanya.
Keduanya juga tumbuh dari sikap reflektif, bertanya, dan didorong oleh
kecintaan akan kejujuran yang tidak memihak. Ilmu pengetahuan,
bagaimanapun telah terhubung dengan beberapa bidang khusus atau
terbatas. Tujuan dari filsafat dan sains adalah untuk menggambarkan dunia
sehingga dapat ditafsirkan kedalam istilah yang tepat atau matematis, dan
kemudian untuk mengaturnya secara mekanis, jika memungkinkan. Dalam
dunia sains, sains memiliki beberapa kata kunci yakni deskripsi, prediksi,
eksperimen, dan kontrol. Filsafat sendiri bukanlah agama, tetapi agama
yang matang akan memiliki atau akan menyiratkan beberapa latar belakang
filosofis atau serangkaian keyakinan tentang kehidupan dan alam semesta.
Agama, telah dikatakan, dimulai pada titik di mana filsafat bergerak ke
dalam tindakan. Sebuah agama lebih dari sekedar kepercayaan atau
pemahaman tentang sesuatu; itu menyiratkan reaksi-reaksi seluruh
keberadaan manusia terhadap apa yang dia rasa bergantung. Ini adalah
kehidupan yang dijalani dengan keyakinan bahwa "apa yang tertinggi dalam
roh adalah yang terdalam di alam" (Titus, 1959).
Menurut Fadli (2021), filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan upaya
dari manusia dalam memahami suatu konsep ataupun beberapa konsep dan
metode dari sebuah disiplin ilmu. Perubahan zaman dan perkembangan
pengetahuan telah mengantar filsafat ke suatu konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” bertumbuh mekar dan
bercabang secara subur dari masing-masing disiplin ilmu. Menurut Tafsir,
2005 dalam Fadli (2021), Keterkaitan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat
berpengaruh besar terhadap pengetahuan manusia dari segala sesuatu,
pengaruh tersebut telah membawa perubahan terhadap peradaban manusia
ke taraf yang lebih maju, seperti halnya peradaban manusia saat ini.
Selama dan setelah masa renaisans, matematika dan fisika terpisah dari
filsafat. Kemudian ilmu-ilmu dan disiplin ilmu khusus lainnya juga menjadi
terpisah. Psikologi telah menjadi ilmu yang terpisah hanya dalam dekade
terakhir, dan di beberapa institusi masih terkait dengan filsafat. Saat ini ada
begitu banyak ilmu khusus sehingga banyak orang cenderung melupakan
matriks atau keseluruhannya yang hanya sebagian kecil. Ilmu pengetahuan
telah memungkinkan kita untuk mengurangi hambatan ruang dan waktu
dengan metode komunikasi, perjalanan, dan transportasi yang cepat. Suara
manusia sekarang dapat melakukan kontak dengan orang-orang pada jarak
yang dianggap tak terbayangkan beberapa dekade lalu. Pengetahuan ilmiah
bertanggung jawab atas perkembangan zaman modern, untuk sumber
pasokan makanan baru dan perluasan produksi pertanian, untuk kemajuan
dalam pengobatan dan pengendalian banyak penyakit (Titus, 1959).
Kontras antara filsafat dan sains memiliki kecenderungan atau titik
penekanan, dan bukan perbedaan mutlak. Sedangkan ilmu-ilmu yang
berurusan dengan bidang-bidang yang tertentu atau terbatas, filsafat
berusaha untuk menangani seluruh pengalaman. Filsafat dengan demikian
lebih inklusif daripada eksklusif, ia mencoba untuk memasukkan apa yang
umum untuk semua bidang dan pengalaman manusia secara umum. Filsafat
dengan demikian mencoba untuk mendapatkan pandangan yang lebih
komprehensif tentang hal-hal. Sedangkan sains lebih analitis dan deskriptif
dalam pendekatannya, filsafat lebih sintetik atau sinoptik, berurusan dengan
sifat dan kualitas alam dan kehidupan secara keseluruhan. Sains berusaha
menganalisis keseluruhan menjadi elemen-elemen penyusunnya atau
organisme menjadi organ-organ, filsafat mencoba menggabungkan hal-hal
dalam sintesis interpretatif dan mencari makna dari beberapa hal. Sementara
sains cenderung menghilangkan faktor pribadi dan mengabaikan nilai-nilai
dalam dorongannya untuk objektivitas, filsafat tertarik pada kepribadian,
nilai-nilai, dan semua bidang pengalaman. Untuk mengamati alam, untuk
membangun sarana, dan untuk mengontrol proses adalah tujuan ilmu
pengetahuan, untuk mengkritik, mengevaluasi, dan mengkoordinasikan
tujuan adalah bagian dari tugas filsafat (Titus, 1959).
BAB II
REVOLUSI INDUSTRI
A. Pengertian Industri
Industri telah lama menjadi faktor penting bagi kehidupan manusia, dari
barang sehari-hari hingga barang tersier diproduksi oleh industri.
Diperkirakan proses produksi barang-barang tersebut telah dilakukan oleh
manusia setelah manusia berkembang dan menemukan teknologi. Baik
berupa teknologi untuk menunjang kehidupan sehari-hari maupun untuk
kegiatan produksi.
Istilah industri jika merujuk pada KBBI adalah kegiatan memproses
atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan.
Sementara apabila merujuk kepada undang-undang Republik Indonesia pada
UU No. 3 Tahun 2014 adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian
dengan kegiatan industri. Berdasarkan arti kata industri pada KBBI, industri
adalah proses pengolahan barang untuk menghasilkan barang yang diatur
pada UU No. 3 Tahun 2014 yang menjelaskan tentang perindustrian.
B. Revolusi Industri
Perubahan perindustrian beriringan dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Perkembangan tersebut juga membuat cara kerja dari penggunaan
manusia menjadi mekanis. Dengan ini dimulailah zaman otomatisasi yang
secara pasif menggeser penggunakaan tenaga manusia dengan robot.
Revolusi industri diperkenalkan oleh Louis-Guillaume Otto dalam
sebuah surat pada tanggal 6 juli 1799 tentang negara Prancis memasuki era
industrilisme. Dalam buku berjudul “Keywords: A Vocabulary of Culture
and Society” karya Raymond Williams pada tahun 1976, menyatakan kata
tersebut untuk istilah industri. Revolusi Industri adalah perubahan besar,
secara cepat, dan massif mempengaruhi corak perindustrian. Revolusi
industri di Inggris pada hakikatnya merupakan perubahan cara pembuatan
barang-barang yang semula diproduksi dengan terbatas dan waktu lama
menjadi meningkat, dari jumlah produksi yang banyak dan waktu yang
relatif singkat (Akmal, 2019).
Perkembangan revolusi industri dibuka dengan penemuan mesin uap
oleh James Watt pada abad 18. Yang menjadikan abad 18 menjadi awal
revolusi industri (fase pertama/ revolusi industry 1.0), pada fase ini
perindustrian tidak perlu dekat dengan sungai untuk menggerakkan
penggilingan. Bahkan industri dapat berjalan lebih cepat dan lebih lama
daripada selama menggunakan tenaga angin dan tenaga air. Tanpa mesin
uap barang- barang yang diproduksi akan membutuhkan waktu lama dengan
jumlah yang sedikit.
Revolusi industri terus berlanjut hingga pada abad 19 ditemukan
pembangkit listrik, ban berjalan (conveyor) dan motor tenaga bensin
(combustionchamber), menyebabkan revolusi industry 2.0. Pada fase
revolusi industri ini mobil, tank, hingga pesawat terbang telah memasuki
tahap industri. dan kapasitas produksi semakin meningkat dan waktu
produksi semakin dipangkas dari masa revolusi industry 1.0.
Akhir abad 20, mulai bermunculan komputer dan robot yang membuat
revolusi industri menemukan titik tumpu yang baru menjadikannya revolusi
industri 3.0. Komputer pada era perang dunia 2 berkembang ketika Inggris
harus memecahkan sandi pasukan U-boat Nazi. Komputer tersebut
dikembangkan oleh tokoh intelektual inggris Alan Turing hanya untuk
memecahkan sandi tersebut, komputer itu diberi nama Bomba. Komputer
pada abad ini terus berkembang tidak lepas dari penemuan semi konduktor,
transistor hingga integrated chips (IC) yang mengubah dari bentuk
komputer yang seperti lemari buku hingga menjadi seperti buku yang bisa
dibawa kemanapun.
Hingga era 1970-an teknologi fiber, Internet, hingga sistem jaringan
terintegerasi (integrated network) dikembangkan. Pada abad ini industri
sudah menjadi otomatis atau kerap disebut sebagai otomatisasi. Otomatisasi
dapat menghemat waktu produksi serta meningkatkan kapasitas produksi.
Konsep Industri 4.0 justri diperkenalkan pada publik dalam pameran
industri Hannover Messe di Jerman pada tahun 2011. Dan dari pengenalan
konsep 4.0 tersebut menjadikan penemuan penting lainnya menjadi dasar
penamaan konsep industry 1.0; 2.0; dan 3.0 (Akmal, 2019).
BAB III
PERAN FILSAFAT IPA DALAM MENJAWAB TANTANGAN
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Revolusi Industri merupakan hasil dari perkembangan IPTEK yang
dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan yang berbantuan
teknologi. Sebelum adanya Revolusi Industri pekerjaan manusia dalam
industri masih menggunakan tenaga murni tanpa bantuan teknologi. Secara
bertahap dan berkembang pada 1700-an di Inggris Raya, telah terjadi
perubahan manufaktur tenaga uap atau dikenal dengan Revolusi Industri
1.0. Memasuki abad ke-19 para ilmuan telah menemukan listrik atau dikenal
dengan Revolusi Industri 2.0. Masuk di abad 20 muncul teknologi informasi
dan elektronik yang masuk ke dalam dunia industri yaitu semua pekerjaan
menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot dikenal
dengan Revolusi Industri 3.0. Revolusi yang terakhir dikenal dengan
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan internet dalam dunia
industri, di mana Internet menyambungkan seluruh komputer berada dalam
satu jaringan raksasa dan dapat dikendalikan dalam sebuah smartphone
(Fadli, 2021).
Situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini tentu berbeda 180 derajat
dengan masa yang telah lalu. Saat ini umat manusia menguasai IPTEK dan
memahamin IPTEK dalam kehidupannya. Cara hidup yang kurang dilandasi
dengan suatu perangkat yang jelas dan mumpuni tentu tidak mungkin untuk
dipertahankan jika tidak ingin menjadi budak dari IPTEK itu sendiri, dan
jika tidak ingin menjadi manusia yang bermasa depan tanpa arah. Derasnya
arus globalisasi di tengah-tengah era Revolusi Industri 4.0 nampaknya
berdampak pada peran manusia menjadi terdegradasi. Peranan manusia
dalam dunia pekerjaan atau industri telah tergantikan oleh IPTEK seperti
kecerdasan buatan, robot dan komputer. Hal ini bisa dikatakan sebagai
dehumanisasi yang senantiasa menghantui kehidupan manusia, efek dari
kecanggihan teknologi. Keadaan tersebut menimbulkan antitesa yang
muncul yaitu Society 5.0, di mana peran manusia telah tergantikan oleh
teknologi yang dibuat oleh manusia itu sendiri seperti robot dan kecerdasan
buatan pada Revolusi Industri 4.0, maka istilah Society lahir sebagai bentuk
kepedulian atas eksistensi manusia (Fadli, 2021).
Ilmu pengetahuan yang berkembang membuat filsafat merefleksikan
diri sebagai wadah keilmuan, agar tidak pernah mengenal titik henti dalam
memasuki ranah ilmiah untuk mencapai kebenaran atau kenyataan, sesuatu
yang tidak habis untuk dipikirkan dan tidak akan pernah selesai untuk
dibahas. Filsafat di sini diharapkan dapat membawahi ilmu pengetahuan,
maksudnya filsafat bukan berarti menjadi semacam puncak ekstasi rasional
ilmu pengetahuan, mahkota ilmu, atau status simbolis yang boleh
diagungkan, meski tidak punya fungsi untuk berbuat. Manusia dengan
filsafat akan mampu menyerap suatu disiplin ilmu yang menjadi tanggung
jawabnya masing-masing manusia, dan mengangkat kesadaran berfilsafat,
sehingga umat manusia dapat memahami perspektif serta berbagai
kemungkinan arah perkembangannya. Supaya manusia dapat melakukan
berbagai spekulasi yang mendalam untuk menemukan teori-teori atau
paradigma baru demi keberlangsungan hidup umat manusia.
Filsafat sendiri dijadikan renungan oleh manusia mengenai tentang
kebenaran yang dapat membentuk karakter manusia menjadi harmonis. Pada
era revolusi industri 4.0 ini, ciri-ciri perilaku kehidupan masyarakat ditandai
dengan berkembangnya teknologi seperti internet, beberapa teknologi baru
dalam ilmu data, teknologi nano, hingga kecerdasan buatan, manusia dalam
bermasyarakat harus memulai dengan santun penuh keseimbangan, agar
manusia senantiasa membaik, berkembang menyesuaikan diri terhadap
perubahan zaman yang ada.
Filsafat telah menjembatani lahirnya pendekatan multidisipliner baru
yang sangat diperlukan, karena keterbatasan dan sempitnya keilmuan
terhadap realitas fisik yang sebenarnya bersifat multidimensional. Ilmu
pengetahuan merupakan beberapa rangkaian aktivitas manusia yang rasional
dan bersifat kognitif yang terdiri dari berbagai metode dengan menggunakan
aneka prosedur dan tata langkah sehingga dapat menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala secara kealaman,
kemasyarakatan atau bahkan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan
penerapan.
Filsafat IPA merupakan jembatan atas perubahan dan perkembangan di
dunia IPTEK. Berkembangnya teknologi saat ini dikenal dengan istilah
revolusi industri 4.0 di mana kehidupan manusia telah dipengaruhi oleh
teknologi hingga menyebabkan manusia harus beralih dari tenaga manusia
ke tenaga teknologi canggih seperti internet, robot, kecerdasan buatan dan
komputer. Hal ini biasa dikenal dengan era disrupsi sebab akan muncul
banyaknya permasalahan-permasalahan masyarakat yang dihadapi atas
masifnya perkembangan IPTEK. Meskipun hal tersebut diawali oleh
manusia dalam masyarakat yang santun penuh keseimbangan, manusia
harus ikut berkembang, berkembang menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang ada sesuai dengan revolusi industri. Disrupsi pada masa revolusi
industri tidak dapat dihindarkan, baik secara fisik maupun kebudayaan.
Namun dengan menggunakan Filsafat IPA kita dapat mengurangi dampak
negatif dari adanya teknologi tersebut, namun tetap berkembang mengikuti
perkembangan IPTEK. Dengan menggunakan filsafat IPA masyarakat dapat
menggunakannya sebagai jembatan untuk berpikir kritis sebagai kunci
dalam menghadapi tantangan zaman serta mampu menganalisis kebutuhan
mereka terhadap teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. 2019. Lebih Dekat dengan Industri 4.0.Sleman: Deepublish
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. KBBI Online.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/industri. diakses pada 01 Januari
2022.
Fadli, Muhammad Rijal. 2021. Jurnal Filsafat, Vol. 31, No. 1 (2021), p.
130–161. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan Dan
Relevansinya Di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Titus, Harold H. 1959. Living Issues in Philosophy, third edition. New
York: American Book Company.

Anda mungkin juga menyukai