Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT UMUM

MAKALAH

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Sri Wartulas. M.Pd

Disusun Oleh :

1. Dhikayuni Fauziah 42121029


2. Erika Khairunnisa 42121031
3. Mala Aulia Sari 42121040
4. Miftahul Saldi 42121060
5. Septianni Nurani Fadilah 42121051

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PRODI FARMASI
UNIVERSITAS PERADABAN
BUMIAYU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah FILSAFAT UMUM tepat pada
waktunya, sholawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Rasullullah SAW, sang manajer sejati islam yang selalu bercahaya dalam sejarah
hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini , tentu tak lupa penulis mengucapkan


terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing penulis selama ini.
Tentunya makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin yaa Robbal ‘Aalamiin.

Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, tim penyusun menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dimasa mendatang. Dan kiranya makalah ini bermanfaat bagi kita
semua semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai amal
jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip dalam
makalah ini. Amin

Bumiayu, 8 Juni 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahiranya tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang munculnya
pada masa Yunani kuno. Makna kata filsafat sendiri adalah cinta kearifan, arti
kata tersebut belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata
filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani kuno adalah sofisme,
gambaran yang diberikan para tokohaliran ini terlihat jahat dan tidak
memiliki moral namun, sebenarnya mereka memilih jasa yang lumayan besar
dalam perkembangan filsafat dan ada yang menganggap bahwa aliran sofisme
merusak dunia filsafat.
Filsafat dikenal dengan sebutan philosophy (inggris), philosophie (Bahasa
prancis), filosfie, wijsbegeerte (belanda), philosophia (latin), kata filsafat
diambil dari Bahasa arab yaitu falsafah. Secara etimologis, filsafat berasal
dari Bahasa Yunani filosofia, merupakan bentukan dari philos atau filo dan
Sophia atau sofia. Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis.kegiatan
kefilsafatan ialah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun. Juga
bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan
kefilsafatan ialah pecobaan untuk Menyusun suatu system pengetahuan yang
rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun
untuk memahami diri kita sendiri.
Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai
patokan suatu era, karena selain punya ciri khas pada zamannya, suatu aliran
filsafat bisa meninggalkan pengaruh yang penting dalam sejarah peradaban
manusia.
Filsafat kadang kala lahir tidak selamanya dalam keadaan normal,
salah satunya adalah eksistensialisme. Lahirnya eksistensialisme berangkat
dari suatu krisis kemanusiaan akibat perang dunia 1 terutama di eropa barat,
dalam bidang filsafat eksistensialisme mengkritik paham materialism yang
menggangap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subjek.
Manusia berpikir, berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialism.
Dengan demikian manusia dalam dalam pandangan materialism melulu
menjadi objek. Sementara idealism sebaliknya, berpikir dan berkesadaran
dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
Idealism dalam hal ini hanya memandang manusia sebagai subjek. Aliran ini
dikembangkan oleh soren Kierkegaard kemudian diteruskan oleh jean paul
Sartre. (Tafsir. 2000).
Pada abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah.
Pemikiran filsafat pada saat itu telah membentuk suatu kepribadian tiap-tiap
bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Tokoh-tokohnya adalah :
Hegel, Karl Marx, August Comte. JS. Mill dan John Dewey.
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga disebut filsafat
kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah
desentralisasi manusia. Karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan
perhatian yang khusus kepada bidang Bahasa dan etika social.
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, sehingga
corak pemikirannya: antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan
pada akal piker dan pengalaman.
Filsafat untuk abad sekarang bukan lagi hal barang baru dan momok
yang harus ditakutkan oleh banyak orang, tetapi yang menjadi kendala dalam
menyampaikan maksud-maksud filsafat kepada masyarakat secara luas yaitu
Bahasa. Filsuf dalam kondisi sseperti itu harus menaruh perhatian besar guna
menjelaskan kaidah-kaidah Bahasa dalam filsafat agar mudah dipahami oleh
masyarakat. Perhatian terhadap Bahasa tersebut awalnya dilakukan oleh G. E.
More, kemudian diteruskan oleh B. Russel dan Wittgenstein. Melalui
Wittgenstein inilah muncul metode analisis Bahasa. Metode analisis Bahasa
yang ditampilkan oleh Wittgenstein berhasil membentuk pola pemikiran baru
dalam dunia filsafat. Tugas filsafat bukan saja membentuk pernyataan tentang
sesuatu yang khusus, melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat
ketidakpahaman terhadap logika Bahasa. (Muntansyir. 2001).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pemikiran tokoh-tokoh filsafat abad ke-19 dan ke-20 di
jerman, prancis, inggris, amerika, dan dunia islam.
2. Bagaimanakah karakteristik filsafat abad ke-19 dan ke-20 di jerman,
prancis, inggris, amerika, dan dunia islam.
3. Apa saja pengaruh filsafat abad ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis,
inggris, amerika, dan dunia islam.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemikiran tokoh-
tokoh filsafat abad ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis, inggris,
amerika, dan dunia islam.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui karakteristik filsafat
abad ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis, inggris, amerika, dan dunia
islam.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pengaruh filsafat abad
ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis, inggris, amerika, dan dunia islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran tokoh-tokoh filsafat abad ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis,
inggris, amerika, dan dunia islam.
Perkembangan pemikiran filsafat secara gris besar mengenal tiga era,
yaitu jaman kuno, abad pertengahan, dan jaman modern. Pemikiran filsafat
abad modern merupakan babakan baru dan penting dalam perkembangan
filsafat. Pada era pemikiran filsafat jaman kuno/ antic (pra-socratic) titik pusat
gagasan gagasan filsafat bersumber pada kosmos atau alam semesta. di abad
pertengahan sumber-sumber pemikiran filsafat beralih orbitnya dari cosmos
ke tuhan sebgai arche alam semesta. orientasinya teosentris yang
menyebabkan situasi statis. Era ini berlangsung kurang lebih 1000 tahun,
sebelum akhirnya pemikiran-pemikiran filsafat bangkit dari “tidur
panjangnya” dan mengalami semaca kelahiran Kembali atau dikenal dengan
renaissance antara tahun 1400-1600. Inilah “jembatan emas” atau ”periode
antara” memasuki pemikiran filsafat moden, dimana manusia yang menjadi
pusat perhatian (bersifat antroposentris), atau disebut juga sebgai jaman
pembentukan sebjektivitas.
1. Prancis
Muncul auguste comte (1798-1857) yang mengembangkan
pemikiran filsafat positivisme. Pemikiran ini anti metafisis
(positivism – metafisis atau dikenal juga dengan filsafat spekulatif).
Inti ajaranya adalah bawa “ tidak ada gunanya mencari hakikat
kenyataan, karena fakta-fakta yang ditemukan secara positif-ilmiah
lebih penting.” Salah satu “hukum positif” yang diajukannya adalah
bawa pemikiran manusia berkembang lewat tiga tahap, yaitu tahap
teologis, tahap metafisis, dan sebagai perkembangan tertinggi adalah
tahap positif dimana manusia tidak lagi mecari kebenaran pada dewa-
dewa maupun hal-hal abstrak, melainkan menggunakan akal budi
untuk mengamati alam dan menemukan hukum-hukum alam.
2. Inggris

Sebagai tokoh adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan David


Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan
manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat dianggap tidak
berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar
sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa
yang bermanfaaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra
(empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama empirisme.

a) Tomas Hobbes (1588-1679)

Ia seorang ahli pikir inggris lahir di Malmesbury. Pada


usia 15 tahun ia pergi ke oxford untuk belajar logika skolastik
dan fisika, yang ternyata gaga, karena ia tidak berminat sebab
gurunya beraliran Aristotelian. Sambungan yang besar sebagai
ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar,
termasuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam
bidang kenegaraan mengemukakan teori Kontrak Sosial.
Dalam tulisannya, ia menyusun suatu sistem pemikiran yang
berpangkal pada dasar-dasar empiris, disamping juga
menerima metode dalam ilmu alam yang matematis.

Pendapatnya adalah bahwa ilmu fislafat adalah suatu


ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau
tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran
filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-
sebabnya.segala yang ada ditentukan oleh sebab,sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
Namanya sangat terkenal karena ilmunya tentang Kontrak
Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan diri. Apabila setiap orang memiliki
kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran
atau perang total tidak dapat dihindari. Perang akan akan
membuat kehidupan menjadi sengsara dan buruk. Bagaimana
manusia dapat menghindarinya. Maka diperlukan akal sehat,
agar setiap orang mau melepaskan haknya untuk berbuat
sekehendaknya sendiri. Untuk itu, mereka perlu bersatu untuk
membuat perjanjian untuk menaati/tunduk terhadap penguasa.
Orang-orang yang dipersatukan disebut Commonwealth.

b) Jhon Locke (1932-1704)

Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di


samping sebagai seorang ahli hukum, ia juga menyukai filsafat
dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia.
Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh
(Bagaimana) manusia memakai kemampuannya.

3. Jerman
a) Immanuel kant

Immanuel Kant (1724 – 1808) merupakan salah seorang


tokoh masa pencerahan. Filsafat Immanuel Kant dikenal dengan
Filsafat Kritisisme, yakni aliran yang mencoba mensintesiskan
secara kritis Empirisme yang dikembangkan Locke yang
bermuara pada Empirisme Hume, dengan Rasionalisme dari
Descartes. Kant mulai menelaah batas-batas kemampuan rasio
dan juga empirisme. Menurut Kant semua pengetahuan mulai
dari pengalaman, namun tidak berarti semua dari pengalaman.
Obyek luar ditangkap oleh indera, tetapi rasio
mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman tersebut. Immanuel Kant membawa pengaruh besar
di Jerman dan pemikiran nya menjadi landasan bagi J. Fichte
(1762-1814), F. Schelling (1775-1854) dan Hegel (1770-1831)

Kritik pada pengetahuan, sebagai sarana mencapai


kesimpulan filosofis, ditekankan oleh Kant dan diterima oleh
pengikutnya. Ada penekanan yang dilawankan dengan materi,
yang pada akhirnya mengarah pada penegasan bahwa hanya
pikiranlah yang eksis.

Di dalam buku The Critique Of Pure Reason (edisi


pertama, 1781) karangan terpenting Kant. Yang dimaksud Kant
dalam critique adalah pembahasan kritik. Dalam
pembahasannya ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu
terbatas (pure reason). Yang dimaksudnya akal murni adalah
akal bekerja secara logis, katakanlah akal yang di kepala. Ia
dalam pembahansannya meletakkan akal murni itu di atas akal
tidak murni; akal tidak murni itu adalah indera. Pure reson itu
menghasilkan pengetahuan yang tidak melalui indera, bebas dari
penginderaan. Untuk mendapatkan pengetahuan itu adalah,
menurut Kant, pengetahuan yang diperoleh melalui akal murni
itu kita peroleh dari watak dan struktur jiwa kita yang inheren
(lihat Durant, 1959;265). Jadi, cara masuknya pengetahuan itu
adalah melalui watak dan struktur jiwa yang ada pada kita.

Kita ingat John Locke; ia mengatakan bahwa seluruh


pengetahuan berasal dari pengalaman (lihat solomon1981;108).
Jadi, tidak ada lagi pengetahuan yang masuk lewat jalan lain.
Kata Kant, pengetahuan tidak seluruhnya masuk lewat indera
(Durant, 1959;265).

Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang


tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera.
Akan tetapi bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal
murni, yang tidak bergantung pada pengalaman, bahkan tidak
bergantung pada indera, yang kebenarannya a priori. Kant
memulainya dengan mempertanyakan apakah ada yang dapat
kita ketahui seandainya seluruh benda dan indera dibuang.
Seandainya tidak ada benda dan tidak ada alat pengindiera,
apakah ada sesuatu yang dapat kita ketahui?

Menurut buku Criticue, pengalaman tidak lain adalah


lapangan yang menghasilkan pengetahuan. Pengalaman
mengatakan kepada kita apa-nya, bukan apa ia sesungguhnya.
Jadi, pengalaman tidak tidak menunjukkan hakekat objek yang
dialami. Oleh karena itu, pengalaman tidak dapat menghasilkan
kebenaran umum.

Di sini Kant mulai memperlihatkan apa yang


diperjuangkannya; kebenaran umum harus bebas dari
pengalaman, harus jelas dan pasti dengan sendirnya (Durant,
1959;266). Maksudnya, pngetahuan yang umun, kebenaran yang
umum, itu tetap benar, tidak peduli apa pengalaman kita tentang
kemudian. Bahkan kebenaran umum itu benar sekalipun belum
dialami. Inilah kebenaran yang a priori.

Di dalam buku The Critique Of Pure Reason (edisi


pertama, 1781) karangan terpenting Kant, tujuan karya ini
adalah untuk membuktikan bahwa, kendati pengetahuan kita tak
satupun yang mampu melampaui pengalaman. Menurutnya,
bagian pengetahuan kita yang a priori (atau teoritik) tidak hanya
meliputi logika, namun juga banyak hal yang tidak dimasukkan
ke dalam logika atau disimpulkan darinya.

4. Amerika
Aliran ini sangat terkenal di Amerika Serikat. Pragmatisme
mengajarkan bahwa sesuatu hal yang benar adalah sesuatu yang
akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi, pragmatisme memakai
akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran
untuk menetapkan nilai kebenaran. Kelompok ini bersikap kritis
terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk – bentuk
aliran materialisme, idealisme, dan realisme. Mereka berpendapat
bahwa filsafat pada masa lalu telah keliru karena mencari hal – hal
yang mutlak, yang ultimate.

Tokoh yang terpenting dalam aliran ini adalah William James


(1842-1910). Pragmatisme pertama kali diumumkan dalam sebuah
kuliah di Berkeley pada tahun 1898, berjudul “Philosophical
Conceptions and Practical Results”. Sumber-sumber lanjutan
mengenai pragmatisme disampaikan di Wellesley College pada tahun
1905, Lowell Institute, dan Columbia University pada tahun  1906 dan
1907.

Pragmatisme yang muncul dalam bukunya terbagi menjadi


enam hal : temperamen filosofis, teori kebenaran, teori makna, holistik
tentang pengetahuan, pandangan metafisika, dan metode penyelesaian
sengketa filosofis.

James memandang pemikirannya sebagai kelanjutan dari


empirisme Inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya
untuk menyusun kenyataan berdasarkan atas fakta – fakta lepas
sebagai hasil pengamatan. Tetapi, kebenaran merupakan suatu proses,
suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh akibat – akibat
atau hasil dari ide tersebut. Oleh karena itu, kebenaran baru menjadi
sesuatu yang real setelah melalui verifikasi praktis.

5. Dunia Islam
a) Al Kindi
Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan
filsafat. Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang benar
( knowledge of truth). Al-Qur’an yang membawa argumen-
argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin
bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat.
Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang
bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam
diwajibkan mempelajari teologi. Bertemunya agama dan filsafat
dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan  dari
keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan
filsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama bagi Al-
Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang
Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling
tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.

Dengan demikian, orang yang menolak filsafat maka


orang itu menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran,
kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping itu,
karena pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan
tentang Tuhan, tentang ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik
dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang teguh
kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya. Kita
harus menyambut dengan gembira kebenaran dari manapun
datangnya. Sebab, “tidak ada yang lebih berharga bagi para
pencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri”. Karena itu
tidak tidak wajar merendahkan dan meremehkan orang yang
mengatakan dan mengajarkannya. Tidak ada seorang pun akan
rendah dengan sebab kebenaran, sebaliknya semua orang akan
menjadi mulia karena kebenaran. Jika diibaratkan maka orang
yang mengingkari kebenaran tersebut tidak beda dengan orang
yang memperdagangkan agama, dan pada akikatnya orang itu
tidak lagi beragama.
B. Karakteristik filsafat abad ke-19 dan ke-20 di jerman, prancis, inggris,
amerika, dan dunia islam.

Reneisance Eropa yang mengantar babak modern, memicu


berkembangnya filsafat yang bercorak empirik. Akibatnya metodologipun
berkembang ke induksi-eksprimentasi. Tokoh-tokoh yang membuka jalan ke
gerbang ini antara lain adalah, Copernicus, Kepler, Galileo, Isac Newton dll.

Lahirnya metodologi baru pada era ini akibat terjadinya pergeseran


paradigma filsafat. Manusia melihat, merasakan dan menyadari adanya
potensi pada dirinya untuk menentukan kebenaran, tolak ukur dan
validitasnya lewat metode penginderaan-observasi, eksprimen terhadap
realitas fisik melahirkan cara yang selanjutnya disebut metode ilmiah. Efek
metode ini melahirkan teori holosentris (Copernicus), Kepler mengganti
teologi langit skolastisisme dengan fisika langit. Demikian juga dengan
Galileo yang menurunkan derajat alam sebagai benda yang memiliki kualitas
ketuhanan menjadi benda alam yang matematis-kuantitatif (profan). Newton,
sang jenius, berhasil menumbangkan kosmologi gereja yang menganut paham
teologis-skolastik dengan prinsip determinisme mekanika universal.
Kebebasan dan kreativitas berpikir ini menimbulkan kemarahan pihak gereja
yang merasa otoritasnya terancam sehingga kaum gerejawan memilih jalan
suram dengan menghukum mereka bahkan membunuhnya.

Keberhasilan ilmu-ilmu empirik yang diraih pada masa Reneisans


menjadikan filsafat, terutama epistemologi rasional-intuitif, mengalami
kemunduran. Gereja terjebak dalam reaksi ekstrim dengan
memutuskan kemampuan akal dan ilmu serta membentengi ajarannya dengan
perisai kalbu dan keimanan. Sesuatu yang sangat apologis. Di sisi lain
kegemilangan ilmu-ilmu alam (fisika) dengan Newton sebagai tokoh
utamanya telah membangkitkan semangat empirisme rasional-materialistik
dibidang astronomi, biologi, psikologi, sosiologi, maupun filsafat. Laplace
misalnya, berani mengatakan bahwa teori astronomi yang dibangunnya tidak
membutuhkan hipotesis tentang peran Tuhan untuk menjelaskan asal-usul
alam semesta. Begitu juga Darwin yang menafikan keterlibatan Tuhan dalam
kehidupan organis, yang berjalan sendiri melalui prinsip mekanika hukum
evolusi yaitu seleksi alamiah. Demikian juga dengan Freud yang memandang
konsep Tuhan bagi orang-orang beragama sebagai ide ilusif karena berasal
dari imajinasi ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi fenomena yang
ada diluar dirinya. Sedangkan bagi Durkheim, kekuatan supranatural atau hal-
hal yang gaib tidak lebih dari kekuatan-kekuatan listrik yang terkonsentrasi
dalam diri manusia, sehingga ia tidak bercaya pada metafisika atau Tuhan.
Menurutnya, yang lebih pantas disebut sebagai Tuhan adalah masyarakat,
karena masyarakat mampu mengakomodasi hal-hal diyakini sebagai sifat-
sifat Tuhan.

Kemudian tak ketinggalan pula Karl Marx mengatakan agama adalah


candu, konsep surga dan kerajaan Tuhan di akhirat adalah refleksi
penderitaan kaum proletar sebagai manuver kaum borjuis untuk
menyembunyikan realitas sosial yang sebenarnya, agar kedudukan mereka
sebagai tuan tanah tetap kukuh dan memonopoli alat-alat produksi hingga
mereka tetap menguasai roda ekonomi sekaligus aman dari kemarahan kaum
proletar. Agama tidak lain dari konstruk borjuis bukan berasal dari dunia
gaib. Demikianlah dampak dari traumatisasi masyarakat Eropa terhadap
agama yang kemudian mencari penenangnya pada ilmu pengetahuan yang
berubah makna tidak lebih sebagai ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial dengan
menjadikan eksprimen dan observasi sebagai pisau analisis metodologis.

Selanjutnya, Pranarka menjelaskan bahwa zaman modern ini telah


membangkitkan gerakan Aufklarung, suatu gerakan yang meyakini bahwa
dengan bekal pengetahuan, manusia secara natural akan mampu membangun
tata dunia yang sempurna. Optimisme Aufklarung serta perpecahan dogmatik
doktriner antara berbagai macam aliran sebagai akibat dari pergumulan
filsafat modern yang menjadi multi-aplikatif telah menghasilkan krisis
budaya.

Semua itu menunjukkan bahwa perkembangan filsafat tampaknya


berjalan dalam dialektika antara pola absolutisasi dan pola relativisasi, yang
ditandai dengan lahirnya aliran-aliran dasar seperti skeptisisme, dogmatisme,
relativisme, dan realisme. Namun, di samping itu, tumbuh pula kesadaran
bahwa pengetahuan itu adalah selalu pengetahuan manusia. Bukan intelek
atau rasio yang mengetahui, manusialah yang mengetahui. Kebenaran dan
kepastian adalah selalu kebenaran dan kepastian di dalam hidup dan
kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai