Anda di halaman 1dari 10

SPIRITUAL FILSAFAT KONTEMPORER

Disusun oleh:

Hafidzul Hakim

Akrom Syaifulloh

Ahmad Faiq Mujtabaa

Pembimbing:

Al-Ustadz \

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR KAMPUS 4 KEDIRI

PERIODE 2023/1445
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................

2.1 Model Filsafat Kontemporer...................................................................

2.2 Relasi Spiritualitas dan Filsafat..............................................................

2.3 Spiritualitas dalam Filsafat Kontemporer.............................................

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari


peranilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu
sesungguhnyaberjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu.
Tahap-tahapperkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai
periodesasi sejarahperkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman
pertengahan, zaman modern danzaman kontemporer.Begitu pula dengan filsafat,
dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4babakan yakni Filsafat klasik
meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SMdan berakhir pada 529
M dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahanmeliputi pemikiran
Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir padaabad ke-15 M
didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern danfilsafat
kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat modern.Pada tahun 1880-an
Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah beradadipinggir jurang
kehancuran karena terlalu mendewakan rasio. Hingga pada tahun 1990-an Capra
menyatakan bahwa budaya Barat telah hancur juga karena terlalumendewakan
rasio. Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi karena ia Filsafat yang
keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Baratmenjadi
hancur.Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia.
Mencerminkan kelemahan manusia modern. Akibatnya timbulah kecenderungan
untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam
memandang kenyataan hidup, sehingga manusia modern yang mewarisi sikap
positivistik cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani
manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia terasing
tanpa batas. Pada zaman kita hidup saat ini dikenal dengan zaman postmodern
dimana perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Seluruh
pengembangantersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran
manusia dalammelakukan aktivitasnya sehari-hari. Pemikiran pada periode ini

iii
memfokuskan diri pada teori kritis yang berbasis pada kemajuan dan emansipasi.
Kemajuan dan emansipasi adalah dua hal yang saling berkaitan, seperti yang
dinyatakan oleh Habermas bahwa keberadaan demokrasi ditunjang oleh sains dan
teknologi.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Model Filsafat Kontemporer

Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi
pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis
bahasa,kebudayaan (antara lain, Posmodernisme), kritik social, metodologi
(fenomenologi,heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (Eksistensialisme),
filsafat ilmu, samapaifilsafat tentang perempuan (Feminisme). Tema-tema
filsafat yang banyak dibahas olehpara filsuf dari periode ini antara lain tentang
manusia dan bahasa manusia, ilmupengetahuan, kesetaraan gender, kuasa dan
struktur yang mengungkung hidupmanusia, dan isu-isu actual yang berkaitan
dengan budaya, social, politik, ekonomi,teknologi, moral, ilmu pengetahuan,
dan hak asasi manusia.
Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi
disiplinfilsafat. Maksudnya, para filsuf bukan hanya professional di bidang
masing-masing,tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan
asosiasi-asosiasiprofessional dibidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat
dan keahlian mereka masing-masing.Filsafat Kontemporer muncul diawali
sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern yang menggunakan
keuniversalitasan kebenara tunggal dan bebas nilai.

Oleh sebab itu salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini
mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung
beragam dalam pemikiran.zaman kontemporer ini  tandai dengan penemuan
berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk

iv
salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan
computer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan lain sebagainya.

B. Relasi Spiritual Dan Filsafat

Spiritual dan filsafat Memaikan Peran yang mendasar dan fundamental dalam
sejarah dan kehiduapan manusia selain menaruh filsafat sebagai sumber
pengetahuan barat juga menjadikan spiritual sebagai pedoman hidup Hubungan
filsafat dan agama di Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan,
modern, dan kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya
mengalami pasang surut. Dewasa ini, di Barat terdapat kecenderungan yang kuat
terhadap peranan agama. Masyarakat modern yang rasionalistik, vitalistik, dan
materialistik, ternyata hampa spiritual sehingga mulai menengok dunia Timur
yang kaya nilai- nilai spiritual. Kalau dilihat melalui sudut pandang Islam maka
hubungan antar filsafat dan agama yaitu sangat erat hubungannya. Al-Quran
mengatakan bahwa sarana yang digunakan dalam mempelajari objek, yakni akal
dan objek yang diperintahkan untuk dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara
menyeluruh. Ayat-ayat yang menerangkan itu di antaranya “maka berpikirlah
wahai orang- orang yang berakal dan berbudi”. Di sini dapat kita katakan bahwa
Al-Quran memandang positif hubungan antara filsafat dan agama.

Kerja akal disebut berfilsafat jika dalam memakainya seseorang


menggunakan metode berpikir yang memenuhi syarat-syarat pemikiran logis.

Kebenaran tidak akan berlawanan dengan kebenaran sehingga jika pemikiran


akal (sebagai sumber asasi filsafat) dan Al-Quran (sebagai sumber asasi agama)
tidak membawa pertentangan maka itu merupakan suatu kebenaran. Mengenai
dikotomi agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya, para pemikir
terpecah dalam tiga kelompok:

 Kelompok pertama, berpandangan bahwa antara keduanya terdapat


hubungan keharmonisan dan tidak ada pertentangan sama sekali.

v
 Kelompok kedua, memandang bahwa filsafat itu bertolak belakang
dengan agama dan tidak ada kesesuaiannya sama sekali.
 Kelompok ketiga, yang cenderung moderat, substansi gagasannya
adalah pada sebagian perkara dan persoalan terdapat keharmonisan
antara agama dan filsafat di mana kaidah-kaidah filsafat dapat
diaplikasikan untuk memahami, menafsirkan, dan menakwilkan ajaran
agama.

Sangat penting untuk digarisbawahi bahwa yang dimaksud filsafat dalam bahasan
ini adalah metafisika ( mâ ba’d ath-thabî’ah ). Sebelumnya telah disinggung
bahwa sebagian pemikir Islam memandang bahwa antara agama dan filsafat
terdapat keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia
Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Abu Yazid Balkhi, salah
seorang filsuf dan teolog Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan
filsafat, berkata “Syariat (baca: agama) adalah filsafat mayor dan filsuf hakiki
adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat”. Ia yakin bahwa filsafat
merupakan ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan
segala penyakit kemanusiaan.

C. Spiritualitas Dalam filsafat kontemporer

Teilhard de Chardin. Teilhard sebenarnya bukan filsuf murni; ia lebih dikenal


sebagai pastor, ahli geologi dan paleontologi. Karena pergaulannya dengan ilmu
pengetahuan, ia melihat kesenjangan yang semakin melebar antara
ilmupengetahuan dan agama. Teilhard yakin bahwa pertentangan itusebenarnya
tidak perlu terjadi. Dari sinilah Teilhard ingin mendamaikan antara ilmu dan
agama. Bertitik tolak dari teorievolusi yang modern ia melihat kemungkinan
untuk meneruskanbeberapa garis pemikiran evolusionistik ke arah filsafat dan
teologi. Karena usaha raksasa itu, tidak bisa dihindarkan Teilhardmenjadi seorang
pemikir kontroversial. Ia sempat memikat hati banyak pengagum, tetapi tidak
kurang pula kritisi yang dengan gigih menentang pandangannya. Ada satu prinsip
fundamental mengapa pikiran-pikiranTeilhard banyak ditentang terutama dari
Roma dan teman-temandekatnya. Teilhard jelas menimba inspirasi dari sumber-
sumberyang masih dicurigai dalam pandangan iman. Ia memihak teorievolusi

vi
yang masih umum diperkirakan sebagai saingan doktrin katolik. Dalam filsafat,
filsuf Perancis Henri Bergson yang menjadi sumber inspirasinya yang besar, juga
tidak mempunyai“kedudukan” yang baik dalam katolik. Walaupun Teilhard
pernah menerangkan, bahwa ia merasa diselamatkan dari “atheisme” oleh Henri
Bergson.

Teilhard berpendapat, bahwa pandangan tradisional yangmemisahkan secara


tajam antara material dan roh adalah keliru.Sebab dengan pemisahan dua hal itu
secara tajam, orang akankeliru memandang kosmos. Para ahli fisika klasik
misalnyamemandang kosmos sebagai hal statis, karena kosmos tersusunatas suatu
sistem unsur yang tidak dapat berubah. Atas dasarpenemuan dan pembuktian teori
evolusi dan fisika modernpandangan itu jelas keliru. Menurut Teilhard, segala
yang ada didunia berasal dari susunan beberapa unsur yang mengubah dirisendiri
sesuai dengan hukum perkembangan ke arah keadaan yangsemakin kompleks.
Materi dunia didorong oleh suatukecenderungan yang membawanya dari yang
sederhana ke yangkompleks. Materi dunia mempunyai suatu “kecenderungan
yanginheren”. Teilhard menyebut fenomena kosmis itu dengan istilah “hakikat
batin” benda-benda atau “kesadaran” materi.

Tuhan dipandang Whitehead sebagai actual entity. Sebagai actual entity, Tuhan
berbeda dengan satuan-satuan aktual yang lain; karena Tuhan memiliki dua sifat,
yaitu sifat “primordial” dansifat “konsekuen”. Pandangan dari sifat Tuhan yang
“primordial”,Tuhan adalah pencipta yang tidak terbatas, asal dari segala
kemungkinan-kemungkinan. Sebagai pencipta, Tuhan tidak berada di depan atau
di belakang ciptaannya; melainkan di tengah dan bersama dengan segala
penciptaannya (Whitehead, 1979).Dipandang dari sifat Tuhan yang konsekuen,
Tuhan adalah awaldan tujuan, “yang awal” dan “yang terakhir” (Whitehead,
1979).Berkaitan dengan prinsip kreativitas, maka Tuhandikatakan sebagai
perwujudan kreativitas yang non temporal,menjadi landasan ketertiban serta
penggerak pembaharuan. Tuhan merupakan salah satu di antara formative
elements, di samping kreativitas dan objek abadi (Eternal object). Jadi dapat
dikatakan,bahwa Tuhan merupakan salah satu unsur dalam proses kreatif
pembentukan segala sesuatu. Proses kreativitas meru-pakan suatuaktivitas sintesis
yang membentuk kesatuan alam (Whitehead,1961). Sebagai prinsip yang

vii
mendasari segala perubahan, yang melahirkan satuan-satuan aktual baru dari
banyak satuan actual lain yang sudah mencapai kepenuhan, Tuhan tidak
dipandang sebagai satuan aktual. Sebagai prinsip “kebaruan” (novelty),
Tuhanmerupakan daya dinamis dalam alam semesta ini yang menjadi dasar logis
untuk menjelaskan perubahan dari satu satuan aktual kesatu satuan aktual yang
lain.

Gabriel Marcel. Orientasi pemikiran Marcel menunjukkanbahwa ia ingin


menghindari bermacam-macam dualisme.Pembedaan tradisional antara subjek
dan objek adalah sangat gersang dan aspek. Realitas adalah transsubjektif dan
transobjektif.Marcel berkata: “Unsur yang dinamis dalam filsafat saya,
padaumumnya dapat dilihat sebagai perlawanan yang gigih dan takkenal lelah
terhadap jiwa abstraksi”. Dengan begitu Marcel menentang rasionalisme; ia juga
menentang empirisme yangmenjurus ke arah sebaliknya dan menganggap
manusia sebagai makhluk yang semata-mata mengandalkan persepsi inderawi.
Marcel mengatakan, bahwa dunia kita adalah dunia yang pecah(broken world)
yang telah kehilangan kesatuan dan berada dalam perang dengan dirinya sendiri.
Ia sangat kritis terhadap beberapa hal yang terjadi dalam masyarakat massa dan
condong untuk menghilangkan kepribadian (depersonalize) manusia, menganggap
remeh kekhususan (privacy), persaudaraan dan kreativitas (Titus,1986).

Marcel menolak tesis Sartre, yaitu “eksistensi mendahuluiesensi”. Bagi Marcel


yang penting bukan sikap afirmatif yangmemprioritaskan eksistensi dalam
persoalan-persoalan metafisika,tetapi karena manusia sebagian besar tidak
memahami maknaeksistensinya, makafungsi filsafat adalah refleksi atas
maknaeksistensi itu. Maka ide dasar Marcel pertama-tama dimulai dengan
membedakan antara “Ada objek” (being-an-object) dan eksistensi (existence). Ide
ini membawa kepada konsep Marcel tentang pembedaan antara “problem” dan
“misteri”.Banyak perbedaan antara problem (masalah) dan misteri.Tetapi
mempunyai akarnya di dalam pandangan Marcel mengenaijenis datum yang
digelutinya. Suatu masalah adalah penyelidikan yang dimulai dalam kaitannya
dengan “objek”. Secara etimologis,suatu objek adalah sesuatu yang dilemparkan
di depan saya,sesuatu yang saya temui sebagai eksternal terhadap saya
danberhadapan dengan saya. Di dalam situasi objektif, saya di sini danobjek di
sana, lengkap dan terbuka bagi penyelidikan. Maka masalah adalah suatu objek

viii
penyelidikan yang ditangkap olehsubjek sebagai sesuatu yang berada di luarnya.
Di lain pihak,misteri adalah persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari
subjeksendiri. Terdapat data yang berdasarkan kodratnya tidak bisadipisahkan dari
subjek. Bila saya bertanya “Apakah Ada itu?”,“Apakah saya dapat memandang
Ada sebagai suatu objek yang dilemparkan di depan saya?” Tidak, sebab Ada,
sebagai datum mencakup saya harus memahaminya sebagai sesuatu yang juga
melibatkan saya. Saya tidak dapat keluar dari Ada agar dapa tmengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenainya sebagai sesuatuyang benar-benar di luar
saya. Maka Ada bukanlah masalah atauproblem, tetapi misteri. Sebuah misteri
adalah sesuatu pertanyaan

yang dengan sendirinya menyebabkan saya terperangkap didalamnya (Hardono


Hadi, 1991).Dari pemaparan tentang problem dan misteri dapat disimpulkan
beberapa hal. Pertama, problem selalu berdimensiterbatas, sedangkan misteri
berdimensi tidak terbatas. Semakin kita mendalami misteri maka misteri itu
semakin menjadi misterius(Casserley, 1956). Kedua, menghadapi problem secara
objektif kitaJoko Siswanto, Spiritualitas Filsafat Kontemporer...239dapat
bertindak sebagai observator atau penonton sedangkan misteri adalah sebagai
sesuatu di mana kita terlibat di dalamnya(engage) (Bochenski, 1974).

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Energi spiritual yang mewujud dalam alam dapat dilihatmelalui konsep Teilhard
de Chardin mengenai evolusi kehidupan kosmos. Chardin berpikir bahwa
pemikiran evolusionistis tidak Joko Siswanto, Spiritualitas Filsafat
Kontemporer...241perlu menyingkirkan agama, tetapi sebaliknya dapat
membukakesempatan baru bagi agama. Allah sebagai pencipta adalah “awaldan
akhir” proses evolusi. Allah adalah alpha dan omega. Seluruhproses evolusi
menuju titik omega, di mana “Allah menjadi semuadi dalam semua”. Di sini
spiritualisasi mencapai kepenuhan pada suatu taraf supra-manusiawi (Kopp,
1983).

Kerja akal disebut berfilsafat jika dalam memakainya seseorang


menggunakan metode berpikir yang memenuhi syarat-syarat pemikiran logis.

ix
Kebenaran tidak akan berlawanan dengan kebenaran sehingga jika pemikiran
akal (sebagai sumber asasi filsafat) dan Al-Quran (sebagai sumber asasi agama)
tidak membawa pertentangan maka itu merupakan suatu kebenaran. Mengenai
dikotomi agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya, para pemikir
terpecah dalam tiga kelompok:

 Kelompok pertama, berpandangan bahwa antara keduanya terdapat


hubungan keharmonisan dan tidak ada pertentangan sama sekali.
 Kelompok kedua, memandang bahwa filsafat itu bertolak belakang
dengan agama dan tidak ada kesesuaiannya sama sekali.
 Kelompok ketiga, yang cenderung moderat, substansi gagasannya
adalah pada sebagian perkara dan persoalan terdapat keharmonisan
antara agama dan filsafat di mana kaidah-kaidah filsafat dapat
diaplikasikan untuk memahami, menafsirkan, dan menakwilkan ajaran
agama.

DAFTAR PUSTAKA

Bochenski, I.M., 1974, Contemporary European Philosophy,University of California Press,


Berkeley, Los Angeles.

Griffin, D.R., 1988, Spirituality And Society Postmodern, State

University Press, New York

Hadiwidjono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat  1. Yogyakarta :


Kanisius.
Mustansyir, Rizal. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Bakthiar, Amsel. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta : Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai