Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang yang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah
orang Yunani yang bernama Thales (kira-kira taqhun 624-456 SM). Orang inilah
yang digelari Bapak Filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia
mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu “apakah sebenarnya bahan alam
semesta ini?” ia sendiri menjawab: “air.” Setelah itu silih bergantilah filosuf
sezamannya dan sesudahnya mengajukan jawabannya.1
Hasil kerja akal yang mulai mengagetkan manusia awam dilontarkan
oleh Heraclitus yang hidup pada sekitar tahun 500-an SM, yaitu tatkala ia
berkata bahwa “ sesungguhnya yang sungguh-sungguh ada, yang hakikat ialah
gerak dan perubahan.” Jadi bila orang awam melihat sebuah patung dini hari
yang diam, sesungguhnya patung itu bergerak dan berubah terus. Jadi indra
kitalah yang tertipu atau yang menipu. Argumen sebaliknya diberikan oleh
Parminides, bahwa yang sungguh-sungguh ada adalah “diam, tetap, tidak
berubah, tidak bergerak”2
Keterangan tersebut di atas memperlihatkan bahwa karya akal memang
cukup berat. Keadaan ini dibuat semakin ramai oleh kemunculan Zeno juga
orang Yunani. Kemunculannya dapat dianggap menandai mulainya pemikiran
“sofisme” Ia berhasil membuktikan bahwa ruang kosong itu tidak ada,
pluralisme (jamak) itu juga tidak ada, gerak tidak ada. Semua yang mapan dalam
pandangan orang awam ketika itu menjadi goyah. Puncak kebingungan itu
terlihat pada tokoh sofisme terbesar yaitu Protagoras ia menyatakan bahwa
manusia adalah ukuran segala-galanya. Inilah rumus utama “relativisme”
kebenaran telah direlatifkan. Yang benar ialah yang benar menurutku,
menurutmu; kebenaran obyektif tidak ada. Jadi tidak ada kebenaran yang pasti
tentang pengetahuan, etika, metafisika, juga tentang agama. Pemikiran ini
berpengaruh pada keyakinan agama orang Athena ketika itu. Akibatnya yang
lebih jauh yaitu orang Athena terutama pemudanya, menjadi orang bingung

1
Ahmad Tafsir, FilsafatUmum, (Cet.I; Bandung : RemajaRosdaKarya, 2009), hlm 1
2
Bertand Russell, Sejarah Filsafat Barat, dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman
kuno higga sekarang, (Cet.III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm 55

1
tanpa pegangan, sendi-sendi agama telah digoyahkan, dasar-dasar
pengetahuan telah diguncangkan.3
Menghadapi keadaan ini, muncul orang Yunani yaitu Socrates kira-kira
tahun 470-399 SM, orang yang taat beragama, ia berpendapat bahwa yang
benar secara obyektif itu ada, itu dapat dipegang. Kebenaran relative memang
ada juga. Ia berusaha mengajak pemuda-pemuda Athena untuk mempercayai
adanya kebenaran obyektif, yang dapat dipegang, kemudian mengajak
pemuda-pemuda itu untuk kembali meyakini agama mereka. Penemuan
yang terpenting Socrates adalah definisi atau pengertian umum. Ia berhasil
menginsafkan pemuda athena ketika itu bahwa ada kebenaran yang umum
dan dapat dipegang, dan agamapun mesti dianut kembali . Akan tetapi hasil ini
harus ditebusnya dengan hukuman mati untuk dirinya dengan minum racun,
melaksanakan keputusan pen gadilan Athena. Usahanya ini diteruskan oleh
Plato.4
Seterlah peristiwa itu, pemikiran manusia memasuki suatu priode yang
panjang sekali, kira-kira 1500 tahun. Periode inilah yang disebut abad
pertengahan. Pada dasarnya filsafat pada periode ini dipengaruhi oleh Kristen.
Selama periode yang panjang ini, filsafat boleh dikatakan tidak banyak
menghasilkan penemuan. Pemikiran seperti direm. Yang mengeremnya adalah
orang-orang Kristen atas nama agama Kristen. Akal dikekang dan dikungkung
secara keterlaluan oleh agama Kristen. Periode ini sering disebut periode

skolastik, filsafatnya disebit fiolsafat skolastisisme.5 Periode ini seolah- olah


merupakan periode “balas dendam” terhadap merajalelanya akal pada periode
sebelumnya. Periode ini juga disebut masa kegelapan bagi Eropa.
Pada abad pertengahan, manusia sepenuhnya berada dalam posisi pasif dan
merasa tidak memiliki daya apapun tanpa ada kekuatan gaib. Bahkan untuk
menyelamatkan diri dari kejahatan pun tidak ada jalan lain untuk mereka kecuali
mengandalkan peninggalan-peninggalan suci. Hal ini terlihat bahwa manusia
pada abad pertengahan ini, meyakini dirinya berada di tengah konflik yang
terlihat dalam berbagai bentuk, antara lain terjadi dalam bentuk pertikaian
antara dua ajaran moral, satu berbasiskan alam natural dan yang lain berbasiskan

3
Ibid, h. 2
4
Bertand Russell, op.cit, h. 124-128
5
Ibid, h. 506-5o7. Lihatjuga Ahmad Tafsir, op.cit, h. 3

2
ketuhanan. Kadang juga dalam bentuk antara filsafat rasional dan filsafat
samawi, dan akhirnya masyarakat abad pertengahan menyaksikan dirinya berada
ditengah konflik antara institusi dunia dan istitusi gereja. Dua wilayah agama dan
dunia terpisah total satu dengan yang lain, sehingga tidak ada peluang ekspansi
satu terhadap yang lain, atau pembauran antar keduanya. Seorang manusia kalau
tidak “melangit” haruslah membumi, dengan kata lain kalau tidak meyakini
kekuasaan alam gaib terhadap segala urusan hidupnya, maka dia harus
memutuskan hubungannya dengan Tuhan dan ruh-ruh kudus. Jika menghargai
jasmani dan urusan materinya, maka dia bukan lagi seorang rohaniawan, berarti

telah memutuskan hubungan dengan Tuhan.6


Dengan demikian, kerangka berpikir yang dominan pada abad
pertengahan dan tekanan kuat para elit gereja yang menganggap dirinya pengawas
tatanan yang menguasai dunia dan telah mengintrogasi ideology para ilmuan
dan menyeret mereka kepengadilan serta menganggap kegiatan ilmiah sebagai
campur tangan setan, faktor-faktor inilah antara lain yang menjadi latar
belakang munculnya renaissance yang telah melahirkan teriakan protes terhadap
tradisi yang dominan pada abad pertengahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, makalah ini akan membahas tentang;
1. Apa yang dimaksud dengan Humanisme dan bagaimana latar belakang
kemunculannya?
2. Apa yang dimaksud dengan Renaissance dan bagaimana latar belakang
kemunculannya?
3. Seperti apa penjelasan dari Humanisme dan Renaissance sebagai awal kelahiran
Filsafat Modern?

6
http://www.al-shia-org/htm/id/service/maqalat/018/htm, dikutip pada tanggal 8 Mei 2015@Pukul
03.53PM

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemunculan Humanisme dan Renaissance


a) Pengertian Humanisme
Pada dasarnya istilah humanisme mempunyai riwayat dan pemaknaan yang
kompleks. Humanisme sebagai sebuah istilah mulai dikenal dalam wacana filsafat
sekitar abad ke 19. Menurut K. Bertens, istilah humanisme pertama kali digunakan
dalam literature di Jerman, sekitar tahun 1806 dan di Inggeris sekitar tahun 1860.

4
Humanisme diawali dari term humanis atau humanum (yang manusiawi)
yang lebih jauh dikenal, yaitu mulai sekitar masa akhir zaman skolastik di Italia.
Istilah humanis (humanum) tersebut dimaksudkan untuk menggebrak kebekuan
gereja yang memasung kebebasan, kreatifitas, dan nalar manusia yang diinspirasi
dari kejayaan kebudayaan Rumawi dan Yunani. Gerakan humanis berkembang dan
menjadi cikal bakal lahirnya renaissance di Eropa.7
Berdasarkan catatan sejarah, humanisme memperoleh pengakuan pada abad
ke- 14 di Italia melalui pemajangan berbagai literature dan ekspresi seni Yunani dan
Rumawi pra Kristen, yang ditemukan kembali oleh para pastur, di dinding-dinding
museum. Ciri khas humanisme adalah sikap keberagamaan yang inklusif. Hal ini
dapat dilihat dalam berbagai karya Plato dan Aristoteles yang mengusung
kandungan moral dari Injil. Puncak dari humanisme jenis ini dicapai oleh Erasmus,
seorang sarjana Belanda dari Rotterdam pada abad ke-16.8
Model humanisme yang kedua dinamakan Neo Humanisme. Neo-
Humanisme berkembang pada abad ke-18 ketika para seniman, filsuf dan kaum
intelektual melirik kembali masa Yunani dan Rumawi klasik. Konsep humanisme
dipandang memiliki kesamaan dengan konsep Yunani kuno tentang bentuk tubuh
dan pikiran yang harmonis. Dari permulaan abad ke-19 dan seterusnya, humanisme
dipandang sebagai prilaku social politik yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
lembaga-lembaga politik dan hukum yang sesuai dengan ide tentang martabat
kemanusiaan.9
Humanisme sebagai sebuah term menuai berbagai pemaknaan, tergantung
dari berbagai sudut pandang dan tinjauan yang digunakan. A. Lalande,
menyebutkan beberapa pengertian humanisme, diantaranya ada yang saling
bertentangan. Salah satu pengertian humanisme adalah gerakan humanis di Eropa
yang memandang manusia dalam perspektif “manusiawi” belaka yang bertentangan
dengan perspektif religious (agama). Dia juga menyebutkan pengertian humanisme
sebagai pandangan yang menyoroti manusia menurut aspek-aspek yang lebih tinggi
(seni, ilmu pengetahuan, moral, dan agama) yang bertentangan dengan aspek-aspek
yang lebih rendah dari manusia. Ali Syariati menyebutkan pengertian humanisme

7
http://curusetra.wordrpress.com/tag/spirituaLISME, dikutip pada tanggal 8 Mei
2015@Pukul 05.13PM

8
FranzsMagniSuseno, Islam danHumanisme, (Cet.I; Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007), h.209-210
9
Ibid

5
sebagai himpunan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang berorientasi pada
keselamatan dan kesmpurnaan manusia.10
Secara umum, humanisme berarti martabat (dignity) dan nilai (value) dari
setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan- kemampuan
alamiahnya secara penuh. Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya
untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam.
Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada
kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal
Saat ini, konsep humanism tidak lagi dihubungkan dengan orang-orang
Eropa, yakni dengan kebudayaan Romawi dan Yunani Kuno. Humanisme
berkembvang menjadi gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai
sikap dan kualitas etis dari lembaga-lembaga politik yang bertujuan membentengi
martabat manusia.
b) Latar Belakang Lahirnya Humanisme
Di bawah komando keluarga Medici atau setidaknya pada zaman merekalah
para humanis mulai menarik perhatian dan mewarnai opini masyarakat Italia. Kaum
Humanis menggiring perhatian rakyat dari agama ke filsafat dan dari langit ke
bumi. Sejak zaman Ariosto Ludovico, orang-orang gila ilmu pengetahuan ini mulai
tenar dengan nama kaum humanis, sebab mereka membaca telaah kebudayaan
klasik tentang humanitas (berkaitan dengan dunia manusia) atau humanuras
( kesusastraan yang lebih manusiawi, dan bukan berarti kesusastraan yang lebih
berprikemanusiaan, melainkan kesusastraan yang lebih banyak berkaitan dengan
dunia manusia), artinya manusia itu sendiri dengan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya, keindahan jasmani dengan segala kesenangan dan penderitaan panca
indera dan perasaannya dan segala kekuatan akalnya yang menakjubkan. Poin-poin
inilah yang mendapat perhatian penuh seperti yang pernah terjadi dalam
kesusastraan dan seni Yunani dan Rumawi kuno.11
Erasmus adalah salah seorang pelopor humanisme yang telah melakukan
reformasi keagamaan dalam menghadapi eksklusivitas dan monopoli para elit
gereja. Dia berjuang keras untuk menghapus peranan para penguasa gereja sebagai

10
http://id.wilkipedia.org/wiki/abad-renaissance, dikutip pada tanggal 8 Mei
2015@Pukul 10.15PM

11
Will Durant, The Story of Philosophy, edisi Persia, Terjemahan Safdar Taqy Zadehdan Abu Thalib Shahrimi,
Jilid V, (t.tp:t.p, t.th), h.88

6
perantara antara Tuhan dan manusia. Dia mengatakan “jalan itu mudah dan terbuka
untuk siapa saja. Bekal perjalanan kalian hanya jiwa yang bersih dan lapang serta
adanya keimanan yang cemerlang dan murni dalam hati kalian”.12
Erasmus berpendapat bahwa kitab suci harus disosialisasikan kepada
masyarakat dengan bahasa yang mudah. Dia mengecam keras penyimpangan-
penyimpangan teologis yang dilakukan oleh para elit gereja. Dari sisi lain Erasmus
juga berusaha menciptakan ikatan yang erat antara era klsik dan ajaran-ajaran
Kristen. Ia mengatakan bahwa “bukankah filsafat Al-Masih yang disebutnya sendiri
sebagai kelahiran kembali, tidak lain adalah pengembalian fitrah manusia yang
pada zaman azali sudah diciptakan dengan bentuk yang sesuai. Beliau juga
mengatakan bahwa ajaran-ajaran era klasik menunjukkan kesucian fitrah manusia.
Karena itu tidak sepatutnya ajaran-ajaran itu dihindari dengan alas an mengandung
politheisme. Erasmus termasuk pencetus pandangan kompromisasi atau pandangan
tentang toleransi.13
Pada abad-abad pertengahan, manusia diposisikan sebagai makhluk yang
pasif dan tak punya ikhtiar apapun di depan para elit gereja. Akibatnya, pada era
renaissance lahirlah sebuah gerakan dengan misi mengembalikan kebebasan
manusia yang telah dinistakan. Mula-mula gerakan ini memperioritaskan reformasi
keagamaan, dan setelah beberapa lama secara ekstrim gerakan ini menentang segala
sesuatu yang dipaksakan dengan atas nama agama. Pencorengan citra agama yang
dilakukan para penguasa gereja abad pertengahan telah menimbulkan sebuah
gerakan yang bernama humanisme yang bermula pada era renaissance, sebuah
gerakan yang menganggap kebahagiaan manusia hanya bisa dicapai dengan
kembali kepada era klasik. Kaum humanis meyakini bahwa manusia pada era klasik
telah mengandalkan potensi-potensi wujudnya tanpa keterikatan kepada agama,
gereja, dan para penguasa gereja. Jalan kembali kepada era klasik bisa ditempuh
melalui perhatian kepada kebudayaan dan kesusastraan klasik.14
Kaum Humanis memandang penekanan kepada ilmu logika dan ilmu- ilmu
teoritas seperti ilmu metafisik sebagai sikap yang kurang patut. Mereka hanya
berminat kepada bidang-bidang yang berfungsi langsung dengan kehidupan
masyarakat, seperti retorika dan cabang-cabangnya termasuk politik, sejarah dan
12
Russell, op.cit, h. 675-676
13
Ibid
14
http://curusetra,wordpress.com/tag/spiritualism/humanism, dikutip pada tanggal 6 Mei
2015@Pukul 03.15PM

7
syair. Selain itu, mereka juga tertarik kepada bidang dialektika atau seni dialog.
Secara umum, kaum humanis terikat kepada pemikiran mengenai kedudukan dan
potensi manusia di dunia tanpa mempertimbangkan nasib manusia di alam azali. 15
Pada masa kemunculan humanisme, dalam waktu singkat karya-karya sastra
dan filsafat Yunani klasik sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan-
terjemahan ini memiliki kecermatan yang lebih tajam ketimbang terjemahan yang
dilakukan pada abad ke-12 dan 13. Guvarino menerjemahkan karya Strabon dan
Plotarckh ke dalam bahasa Latin. Travarsory menerjemahkan karya-karya Divagnos
Lairitos, Valla menerjemahkan karya- karya Herodotus, Tosilid, dan Iliad Homer,
Proti menerjemahkan karya-karya Polybius, dan Vicino menerjemahkan karya-
karya Plato dan Platinus.
Di antara sekian karya-karya klasik itu, karya-karya Plato yang paling
banyak memukau para humanis. Mereka mengapresiasi dan cemburu menyaksikan
kebebasan orang-orang Yunani zaman Socrates yang bisa dengan leluasa mengupas
berbagai persoalan agama dan politik yang paling sensitif. Carlo Masopini
sedemikian keras mengapresiasi kebudayaan klasik era politis sampai-sampai dia
berangan untuk berpaling dari kekeristenan. Tokoh humanis Italia yang paling
berkarya dan kontraversial ialah Pod Ju Bratcolini yang memnulis surat-surat
kepada Paus Martin V untuk melakukan pembelaan sengit terhadap dogma-dogma
gereja. Tetapi kemudian dalam sebuah pertemuan eksklusif dengan segenap
karyawan istana Paus, dia tak segan-segan menertawakan keyakinan-keyakinan
Kristen. Dia menulis surat-suratnya dengan bahasa Latin yang tidak fasih namun
memikat. Lewat surat- surat ini ia mencemooh ketidaksucian para ruhaniwan.16
Kekeristenan, baik dari aspek teologi maupun moral, sudah kehilangan
pengaruhnya terhadap sebagian besar kaum humanis Italia. Kebebasan berpikir dan
aktifitas masyarakat Yunani atau masyarakat Rumawi zaman Augustine semakin
bangkit kecemburuan mayoritas kaum humanis sehingga menggungcangkan
keyakinan-keyakinan mereka sebelumnya kepada prinsip- prinsip Kristen yang
menyangkut kerendahan diri, hasrat kepada dunia, dan ketakwaan. Mereka sendiri
keheranan mengapa jiwa, raga, dan akal mereka harus tunduk kepada komando
gereja, sementara orang-orang gereja sendiri bersenang-senang dan memuja dunia.
Bagi kaum humanis, selang waktu sepuluh abad antara Costantine dan Dante
15
Will Durant,op.cit, h. 15
16
Ibid, h.`23-24

8
merupakan masa yang tragis dan penyimpangan dari jalan yang benar. Legenda
mengenai Santa Maria dan orang-orang suci lainnya terhapus dari benak mereka
untuk kemudian digantikan dengan lagu-lagu dua jenis Horace, sedangkan gereja-
gereja dengan segala kemegahannya mereka anggap sebagai Barbarisme. Inilah
secara umum sikap kaum Humanis di mana kekeristenan seakan-akan merupakan
mitos.17
Hal ini dapat dilihat bahwa di mata sebagian kaum humanis, agama dan
pencerahan pemikiran merupakan dua kutub yang saling bertentangan. Agama
adalah milik masyarakat awam, sedangkan bagi para pemikir, kepatuhan kepada
agama merupakan prilaku yang menyalahi kebebasan berpikir. Mereka bukannya
melenyapkan bencana akibat penyalah gunaan agama yaitu kerakusan, despotism
(kezaliman) system gereja yang telah membendung nilai, ikhtiar, dan kebebasan
manusia abad pertengahan, tetapi malah sekaligus menyerang dan mencabut akar-
akar agama dan keberagamaan.
Sebagian besar kaum humanis sudah tidak lagi berpikir tentang alam
transcendental, karena mengira pahala hanya terbatas pada kehidupan dunia, kaum
humanis berusaha membuat patung-patung orang-orang yang sukses sebagai hadiah
untuk mereka. Oleh karena itu, seni humanistic banyak mengacu kepada apa yang
disaksikan dan jarang sekali memperlihatkan hasrat kepada ide-ide yang gaib dan
tidak tampak oleh mata. Dengan kata lain, seni humanistic lebih merupakan seni
realism yang tidak ada hubungannya dengan hakikat. 18 Dari penjelasan tersebut
tampak bahwa gerakan humanistic merupakan manifestasi dari perlawanan dan
protes para cendekiawan Italia terhdap pemerintahan dictatorial para elit gereja dan
kaum feodalis.
c) Pengertian Renaissance
Renaissance secara etimologi berasal dari bahasa Perancis yaitu renaissance
yang merupakan terjemahan dari kata Italia rinascimento, maksudnya kelahiran
kembali. Secara bebas kata Renaissance dapat diartikan sebagai masa peralihan
antara abad pertengahan ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai
kreasi baru yang dilhami oleh kebudayaan Eropa klasik (Yunani dan Rumawi) yang
lebih bersifat dunia.19 Periode ini dipandang sebagai penemuan kembali cerahnya
17
http://www-al-shia.org/htm/id/scrvice/maqalat/018/htm, dikutip pada tanggal 9 Mei 2015@Pukul
01.35PM
18
Ibid.LihatjugaRussel, op.cit , h.660-661
19
Harry Hamersna, Tokoh-tokohFilsafat Barat Modern, (Vet IV; Jakarta: Gramedia, 1990), h 3

9
peradaban Yunani dan Rumawi yang dianggap sebagai “klasik” ketika keduanya
mengalami masa keemasan. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki
kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia.
Suasana dan budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat
awal, yaitu semangat filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan
terhadap kodrat manusia itu sendiri. Zaman ini lebih merupakan gerakan
kebudayaan dari pada aliran filsafat. Keluhuran dan kehebatan manusia tampak
dalam ungkapan-ungkapan seni hasil karya manusia.20 Politik tidak lagi dipikirkan
dalam kaitannya dengan iman dan agama, tetapi dengan politik itu sendiri, sebab
politik mempunyai etika dan moralnya sendiri. Etika politik adalah etika kekuasaan,
artinya tunduk pada pertimbangan-pertimbangan kestabilan dan keselamatan
Negara, bangsa, pemerintahan dan kekuasaan.
Bila abad pertengahan memegang teguh konsep ilmu pengetahuan sebagai
rangkaian argumentasi, jaman renaissance merombaknya dengan paham baru, yaitu
bahwa ilmu pengetahuan itu adalah soal eksprimentasi. Pembuktian kebenaran
bukan lagi pembuktian argumentative-spekulatif, melainkan eksprimental-
matematis-kalkulatif.. Di sini filsafat memegang fungsinya yang baru yaitu
meletakkan dasar-dasar bangunan pengembangan aneka ilmu alam/pasti yang
merintis hadirnya tehnologi-tehnologi seperti yang kita nikmati sekarang ini.
d) Latar Belakang Lahirnya renaissance
Telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya tentang pengertian
renaissance yakni kelahiran kembali, yang menyiratkan sebuah pembangunan
kembali atau kebangkitan. Renaissance adalah sebuah gerakan kebudayaan antara
abad ke-14-17, bermula di Italia pada akhir abad pertengahan, kemudian menyebar
ke Eropa. Gerakan ini mencakup kebangkitan pengetahuan berdasarkan sumber-
sumber klasik. Gerakan pencerahan ini memberika efek yang luar biasa pada semua
usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi yang paling terkenal adalah
kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi dari orang-orang yang memiliki ilmu
yang tinggi dalam berbagai macam hal, seperti Leonardo da Vinci, dan
Michelangelo yang menyebabkan munculnya sebutan “Renaissance Men”.21
Kemunculan Renaissance pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di
kawasan Italia, hal ini dipicu oleh kekalahan tentara salib dalam perang suci.
20
Ibid
21
Lihat Russell, op.cit, h.651-653

10
Kekalahan tersebut membuat para pemikir dan seniman menyingkir dari Rumawi
Timur menuju Eropa Barat. Haln ini memberi peluang kepada para seniman, ilmuan
dan para kaum humanis untuk mendobrak tradisi lama dan mengembalikan
kejayaan Eropa seperti pada jaman Rumawi dan Yunani kuno. Juga mereka
menyadari telah dimulainya masa mesiu peledak, untuk menguasai teknologi
tersebut mereka harus melepaskan diri dari pengaruh mistisime abad pertengahan,
dengan kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena
dianggap pelanggaran terhadap misi ketuhanan.22 Dengan demikian kemunculan
zaman renaissance yang lekat disebut sebagai zaman humanisme antara lain dilatar
belakangi oleh penindasan gereja. Penyebab lain adalah adanya perang salib, karena
pada saat itu gereja dan kerajaan di Eropa berada dalam keadaan lemah, karena
sedang berperang. Hal ini memberikan peluang kepada para seniman , ilmuan, dan
para humanis untuk mendobrak tradisi lama dan mengembalikan kejayaan Eropa
seperti pada jaman Rumawi dan Yunani kuno.
Perkembangan pertama renaissance terjadi di kota Florence. Keluarga
Medici yang memiliki masalah dengan system pemerintahan kepausan menjadi
penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah Miditeraniah. Hal ini
membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi
perlu memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan
pihak gereja. Keleluasaan ini didukung oleh tidak adanya kekuasaan dominan di
Florence. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan dan pedagang. 23
Dengan kebebasan besar itu, seniman bisa berkumpul dan mendirikan gilda-gilda
seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini, seniman
mendelgasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.

B. Humanisme dan Renaissance Sebagai Awal Kemunculan Filsafat Modern


Humanisme dan renaissance adalah dua gerakan yang tidak bisa dipisahkan, dan
mempunyai keterkaitan yang erat. Humanisme bertujuan untuk menggebrak kebekuan
gereja yang memasung kebebasan, kretifitas dan nalar manusia, sedangkan renaissance
adalah pendobrakan manusia untuk setia dan konstan dengan jati dirinya, dengan kata
lain manusia mulai memiliki kesadaran-kesadran baru yang mengedepankan nilai dan
keluhuran manusia.
22
Ibid, h. 654-655
23
Ibid, h 657-658

11
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa situasi sebelum era
renaissance sedemikian buruknya sehingga para elit gereja yang mengumbar kalim-klaim
keagamaan justru tak segan-segan melakukan praktek-praktek tirani, ketidakadilan, dan
glamorisme serta menjadikan agama sebagai media untuk meraih kekuasaan dan
kedudukan duniawi. Bahkan orang-orang yang saat itu ingin mendapatkan kekuasaan
harus menjalin relasi dengan mereka, serta harus tunduk kepada kebesaran dan
keagungan kedudukan mereka. Para elit gereja seakan-akan raja-raja untuk langit dan
bumi. Pintu surga dianggap tertutup bagi rakyat yang tidak tunduk kepada mereka, dan
bahkan rakyat yang tidak tunduk juga diasingkan dari jabatan-jabatan duniawi. Tak cukup
dengan mengaku sebagai pengampun dosa, para penguasa di gereja juga mengaku bahwa
penjualan tanah surga ada di tangan mereka.24
Dalam situasi sedemikian inilah Marttin Luther membahanakan teriakan protes
dan pernyataan bahwa kunci keselamatan hanyalah kehendak Tuhan, dan keselamatan
bisa dicapai tanpa adanya perantara institusi-institusi sedemikian rupa. Di antara sekian
banyak ritual suci gereja, Luther hanya menerima upacara pembaptisan. Menurutnya,
pengampunan bukanlah pekerjaan para penguasa gereja. Tuhan ada di semua tempat dan
menyaksikan segala keadaan. Karena itu hanya Tuhanlah yang mengetahui hamba-
hambanya yang salih, bukan para eli gereja. Luther menegaskan ikhtiar dan kebebasan
manusia.
Kemunculan renaissance banyak memberikan realitas di segala aspek, perhatian
yang sungguh-sungguh atas segala hal yang kongkrit dalam lingkup alam semesta,
manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa ini manusia berupaya
memberikan porsi kepada akal secara mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar,
karena ada keyakinan bahwa akal mampu menerangkan segala persoalan yang
diperlukan, termasuk pemecahannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perang terbuka
terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggang
menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah semakin besar kekuatan akal, akan
semakin cepat melahirkan dunia baru, pada saat itu manusia dapat merasa puas atas dasar
kepemimpinan akal yang sehat.25 Revolusi besar dalam ilmu pengetahuan baru terjadi
pada jaman modern kurang lebih abad ke-17 namun renaissance dapat dianggap sebagai
masa persiapan

24
http://www-al-shia-org/htem/id/scrvice/maqalat/018/htm, dikutip pada tanggal 8 Mei 2015@Pukul
09.55PM
25
Pujawijatna, Pembimbing ke arah Filsafat (Cet.V; Jakarta: PT Pembangunan, 1980), Hlm 91

12
Renaissance bukanlah sebuah periode prestasi besar dalam filsafat, tetapi telah
melakukan sesuatu yang pasti sebagai permulaan penting bagi kebesaran abad ke- 17.
Pertama-tama, renaissance Italia meruntuhkan system skolastik yang rijid sebagai baju
pengekang intelektual. Renaissance telah membangkitkan kembali pemikiran Plato., dan
dengan cara demikian setidaknya menuntut pemikiran yang sangat independen
sebagaimana yang dipersyaratkan untuk memilih antara Plato dan Aristoteles. Berkenaan
dengan kedua filosof ini, renaissance telah mengembangkan ilmu pengetahuan asli dari
tangan pertama yang terbebas dari komentar-komentar para Neoplatonis dan keterangan-
keterangan dari pada pengulas dari Arab.26
Dampak dari renaissance dalam wilayah moral, mendatangkan malapetaka.
Aturan-aturan moral lama tidak lagi dihargai. Namun dampak renaissance di luar wilayah
moral, menunjukkan kelebihan-kelebihan yang luar biasa. Dalam arsitektur, lukisan dan
gerabah, renaissance masih tetap terkenal sampai sekarang. Renaissance menghasilkan
orang yang sangat besar seperti Leonardo, Michelangelo, dan Machiavelli.
Leonardo da Vinci, lahir di Vinci, propinsi Firenze (florenze) Italia, tanggal 15
April 1452. Meninggal di Perancis 2 Mei 1519. Beliau adalah seorang arsitek, musisi,
penulis, pematung dan pelukis. Ia juga dikenal mendisain banyak ciptaan yang
mengantisipasi teknologi modern, contoh ide- idenya tentang tank dan mobil yang
dituangkan lewat gambar dwiwarna. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi,
astronomi dan tehnik sipil bahkan juga kuliner.27
Michelangelo Buonarotti atau nama lengkapnya dalam bahasa Italia
Miechelangelo di Lodovico Buonarotti Simoni, dalam bahas Perancis disebut Michel-
Ange, yang kurang lebih berarti malaikat. Lahir pada tanggal 6 Maret 1475, dan
meninggal tanggal 18 Februari 1564, seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek
zaman renaissance. Sumbangannya yang terkenal adalah studi anatomo di dalam seni
rupa. Karyanya yang terbaik adalah patung David, Pieta, dan Fresco di langit-langit
Sistine’s Chapel.
Machiavelli (1467-1527), beliau adalah salah satu manusia besar dalam kanca
filsafat politik. Filsafatnya ini bersifat ilmiah dan empiris, yang didasarkan pada
pengalaman hidupnya sendiri, dan berbicara tentang cara untuk meraih tujuan tertentu,

26
Russel, op.cit, h. 657-658
27
http://vmanzberbagi.blogspot.com/2010/renaissance/html, dikutip pada tanggal 10 Mei 2015@Pukul 01.15AM

13
terlepas apakah tujuan itu baik atau buruk.29Inilah antara lain karya Machiavelli yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa modern.28

BAB III
PENUTUP

Humanisme berarti martabat (dignity) dan nilai (value) dari setiap manusia, dan
semua upaya untuk meningkatkan kemampuan- kemampuan alamiahnya secara penuh.
Sementara, Renaissance merupakan terjemahan dari bahasa Italia, rinascimento
berarti kelahiran kembali, kemudian berarti masa peralihan antara abad pertengahan
ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang
dilhami oleh kebudayaan Eropa klasik (Yunani dan Rumawi) yang lebih bersifat
dunia. Dengan pendekatan Historis dan metode content analysis, tulisan ini
menyimpulkan bahwa kemunculan humanisme adalah untuk mengembalikan semangat
dan kebebasan manusia dalam berkreasi seperti yang pernah terjadi pada masa
Yunani dan Rumawi kuno, sementara, Renaissance dilihat dari wilayah moral,
mendatangkan malapetaka, karena aturan-aturan moral lama tidak lagi dihargai.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1. Humanisme adalah martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya
untuk menimgkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya secara penuh.

28
Russell, op.cit, h. 662-663

14
2. Gerakan humanisme adalah gerakan yang merupakan manifestasi dari
perlawanan dan protes para cendekiawan Italia terhadap pemerintahan
dictatorial para elit gereja, yang memasung kebebasan, kreatifitas dan nalar
manusia.
3. Kemunculan humanisme adalah untuk mengembalikan semangat dan kebebasan
manusia dalam berkreasi seperti yang pernah terjadi pada masa Yunani dan
Rumawi kuno
4. Renaissance adalah lahirnya kembali orang Eropa untuk mempelajari ilmu
pengetahuan Yunani dan Rumawi kuno yang ilmiah. Sebelum renaissance
bangsa Eropa mengalami jaman kegelapan. Dalam jaman ini, gereja berkuasa
mutlak, ajaran gereja menjadi sesuatu yang tidak boleh dibantah. Dalam
perkembangannya mulai muncul gerakan yang mencoba melepaskan dari ikatan
tersebut, yang disebut gerakan renaissance. Dalam jaman itu pula, pemikiran-
pemikiran ilmiah tenggelam oleh dogma-dogma gereja.
5. Gerakan renaissance adalah merupakan masa peralihan dari filsafat skolastik
abad pertengahan dengan filsafat modern.Yang melatarbelakangi lahirnya
renaissance adalah adanya penindasan gereja, juga adanya perang salib, yang
memberi peluang kepada ilmuan, seniman, kaum humanis untuk mendobrak
tradisi lama dan mengembalikan kejayaan eropa pada jaman Rumawidan
Yunani kuno.
6. Dampak dari renaissance dilihat dari wilayah moral, mendatangkan malapetaka,
karena aturan-aturan moral lama tidak lagi dihargai. jika dilihat di luar wilayah
moral, menunjukkan kelebihan yang luar biasa yakni perkembangan ilmu
pengetahuan

15
DAFTAR PUSTAKA

Durant, Will, The Story of Philosophy, edisi Persia, Terjemahan, Safdar


Taqy Zadeh dan Abu Thalib Shahrimi, Jilid V, t.tp: t.th

Hamersna, Harry, Tokoh-tokohFilsafat Barat Modern, Vet IV; Jakarta:


Gramedia, 1990

Pujawijatna, Pembimbing ke arah Filsafat, Cet. V; Jakarta:PT Pembangunan,


1980

Russell Bertand, History of Western Phylosophy and its Connection with


Political and Social Circumstances from the Earliest Times to
the Precent Day, diterjemahkan oleh Sigit Jatmiko, Agung
Prihartono, Imam Muttaqim, Imam Baihaqi, Muhammad Shodiq,
dengan judul, Sejarah Filsafat Barat, dan kaitannya dengan
kondisi sosiopolitik dari zaman kuno hiNgga sekarang, Cet.III;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Suseno, Franzs Magnis, Islam dan Humanisme, Cet.I; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2007

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Cet.I; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009

SumberElektronik: http://curusetra,wordpress.com/tag/spiritualism/humanism
http://curusetra.wordrpress.com/tag/spirituaLISME
http://id.wilkipedia.org/wiki/abad-renaissance

16
http://vmanzberbagi.blogspot.com/2010/renaissance/html
http://www.al-shia-org/htm/id/service/maqalat/018/htm

17

Anda mungkin juga menyukai