Anda di halaman 1dari 4

UTS & UAS

TEOLOGI POSTMODERN

Oleh
M. Iqbal Muttabiul Haq
1191010052

I. UTS
1. Apa itu Teologi?
Teologi menurut bahasa adalah theos artinya Tuhan dan logos yang berarti
kata-kata, ucapan atau wacanayang berlandaskan nalar agama/Tuhan. Adapun
Teologi menurut Istilah ialah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan
dengan keyakinan beragama atau ilmu mengenai Tuhan.
William L Reese salah satu ahli yang mendefinisikan teologi sebagai
diskursus atau wacana tentang Tuhan. Dalam pengertian ini Rees membatasi teologi
pada apapun pemikiran tentang Tuhan. Terlebih, Reese menjelaskan bahwa
pengertian atau definisi teologi sebagai disiplin ilmu yang berbicara tentang
kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan.

2. Apa itu Postmodern?


Post modern atau Pra modern adalah retakan dari modern, beberapa
pemikiran khas dari modern masih bisa terlihat dengan jelas di dunia Postmodern.
Pemikiran Postmodern lahir dari kekecewaan atas nalar Modern yang terkesan
kaku dan terkesan memusatkan satu pemikiran dari dulisme yang ada atau dalam
arti kebenaran ilmu pengetahuan bersifat mutlak dan absolute. Seperti
logosesntrisme yang berpusat pada kebenaran akali, keberpusatan pada laki-laki
yang mengenyampingkan perempuan, keberpusatan pada rasionalisme tanpa
mengakui empirisme sebagai rekan metode bernalar.

3. Apa Ciri-ciri postmodern?


Ciri-ciri dari postmodernisme melingkupi hal-hal secara wacana konseptual
ide yang meliputi :
1) ide yang menghendaki penghargaan besar terhadap alam ini sebagai kritik atas
gerakan modernisme yang mengeksploitasi alam,
2) ide yang menekankan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia dengan
segala konsep dan analisanya yang kompleks, ini sebagai antitesa atas kondisi
modernisme atas kuasa tafsir oleh mesin birokrasi ilmu pengetahuan,
3) ide besar untuk mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitalisme,
dan teknologi yang muncul dari perkembangan modernisme. Dengan alasan bahwa
semua itu telah melahirkan konstruksi manusia sebagai obyek yang mati dalam
realitas kehidupannya. Sehingga menjauhkan manusia dari humanismenya itu
sendiri;
4) ide pentingnya inklusivitas dalam menerima tantangan agama lain atas agama
dominant sehingga terbuka munculnya ruang dialogis.
4. Apa perbedaan Mendasar antara Modern dengan Postmodern?
Perbedaan mendasar antara modernisme dan Postmodernisme ialah dalam hal
kebenaran, modern lebih cenderung absolute dalam kebenaran ilmu pengetahuan
sehingga kejumudan atau ketidakberkembangan hal-hal baru tiada. Dan
Postmodernisme lebih cenderung memandang kebenaran sebagai hal yang relatif.
Perbedaan mendasar lain antara modernisme dan postmodernisme juga ialah
bahwa pemikiran modernisme berkisar tentang pencarian kebenaran abstrak dalam
hidup, sementara pemikir postmodernisme percaya bahwa tidak ada kebenaran
universal.

5. Adakah Peluang Teologi Islam pada Postmodern?


Tentu ada peluang Teologi Islam pada ruang Postmodern karena pada
dasarnya teologi postmodern bergerak pada ranah eksistensi Tuhan dalam teologi
klasik yang dikenal anti-science ke dalam ruang lingkup modern yang terkesan
ateistik-naturalistik. Maka sudah tentu Teologi Islam memiliki ruang dalam usaha-
usaha Postmodern untuk menjadikannya berkembang.
Gerakan teologi postmodern ini diinisiasi oleh Griffin, yang mana ia
menginginkan adanya titik temu antara teologi klasik dan paradigma dunia modern.
Dalam hubungannya Manusia, Tuhan, dan Semesta terdapat problematika
didalamnya dan tentu harus dicarikan jalan tengahnya. Dalam paradigma modern
mereka tidak menerima adanya Tuhan yang hakiki dalam kehidupan mereka. Hal
tersebut didasarkan atas rasa kekecewaan mereka dari banyaknya sifat-sifat tak
terpuji dan distortif yang justru pada masa dark age, dilakukan oleh abdi-abdi
agama.
Hal lain yang juga dianggap sebagai masalah serius adalah tentang
keadilan Tuhan dan ketidakbebasan manusia. Hal itu semua dan ditambah
dengan adanya revolusi industri dan perkembangan sains yang berujung pada
penolakan mereka pada Tuhan.

II. UAS
1. Apa Masalah Utama Postmodern yang harus ditanggapi Teologi Islam?
Kemukakan alasannya?
Ciri khas posmodernisme adalah ketiadaan titik pusat yang mengontrol segala
sesuatu. Meskipun posmodern dalam masyarakat bermacam-macam bentuknya,
mereka sama-sama sepakat bahwa tidak ada fokus atau titik pusat. Tidak ada lagi
standar umum yang dapat digunakan untuk mengukur, menilai atau mengevaluasi
konsep-konsep dan gaya hidup tertentu.
Tidak ada kekuasaan yang absah dan berlaku untuk semua. Titik pusat sudah
bergeser, masyarakat seperti kumpulan barang- barang yang beraneka ragam. Unit-
unit sosial yang lebih kecil hanya disatukan secara geografis.
Demikian masalah utamanya yang harus dibenahi oleh Teologi Islam, karena
bagaimanapun sebuah dekonstruksi yang dilakukan oleh Tokoh-tokoh Postmodern itu
terhadap keadaan-keadaan sosial tidak dapat dibenarkan secara menyeluruh bagi
teologi islam.
Justru adanya Agama/Tuhan adalah sebuah norma atau aturan yang akan
membuahkan keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Konsep dekonstruksi tentu
bermula pada masa lalu yang kelam. Kekecewaan-kekecewaan mereka terhadap abdi
agama yang dzalim. Namun bukanlah norma agamanya yang salah, akan tetapi sikap
buruk dari individualitas seseorang tersebut.
2.Sebutkan 2 Tema Ilmu Kalam apa sajakah yang terkait dengan Persoalan
Postmodern? Kemukakan alasannya
Kedudukan ilmu kalam ini penting dalam sebuah kajian keislaman. kalam
dipahami sebagai ilmu yang mengajarkan tentang dimensi-dimensi ketuhanan. Jangan
sampai narasi kalam mengarahkan orang untuk berkonflik kepada yang berbeda.
Sebagai bagian dari rumpun keilmuan kalam harus merespon tema-tema baru yang
saat-saat ini berkembang. Apalagi tema ketuhanan yang secara khusus dibicarakan
dalam ilmu kalam tentu akan sangat kontributif jika kalam menjadi ujung tombak
dalam membentuk sebuah hubungan yang harmonis dilandasi dengan pemahaman
ketuhanan yang benar.
Fakta hari ini menunjukkan dalil-dalil ketuhanan dijadikan sebagai senjata
untuk menjatuhkan orang lain atau kelompok lain dengan tuduhan kafir dan sesat.
Untuk menuntaskan semua itu, kalam memiliki peran penting, kedudukannya sebagai
sebuah keilmuan pasti menjadi solusi ketika menghadirkan perspektif ketuhanan yang
menyejukkan dan mendamaikan. Maka, saat ini sangat penting untuk memproduksi
kembali ilmu kalam dengan wajah baru, dengan paradigma baru yang lebih kekinian
untuk merespon zaman baru yang berkembang.
Salah satu tawaran menarik yakni menjadikan kalam tidak anti terhadap kritik.
Kalam harus terbuka dalam posisinya sebagai ilmu pengetahuan. Dengan begitu
kalam dapat didekati dengan berbagai disiplin keilmuan. Kalam dapat dikiritik dalam
hal sejarah dan perkembangannya, kalam juga dapat dikombinasikan dengan
pemikiran-pemikiran filsafat.
Filsafat bisa jadi alternatif yang paling mungkin, sehingga kalam menjadi ilmu
rasional yang kontekstual dalam setiap zamannya. Jangan lagi mencari kesalahan-
kesalahan dengan memperdebatkan akal dan wahyu, sebagaimana perdebatan al-
Ghazali dan Ibn Rusyd, memang perdebatan keduanya pernah menjadikan pemikiran
kritis pecah dalam dua kubu besar, satunya anti filsafat, dan satunya lagi pembela
filsafat rasional. Saat ini perdebatan itu melebur dalam zaman baru, bernama
modernitas, saat ini dunia membutuhkan sebuah kontribusi dari berbagai dimensi
pengetahuan, termasuk diantaranya ilmu-ilmu keIslaman, secara khusus ilmu kalam
tentunya.

3.Bagaimana bentuk Teologi Islam Postmodern?


Dalam teologi posmodernisme Griffin, terdapat empat prinsip spiritual
postmodern: (1) keutamaan energi spiritual (primacy of spiritual energy); (2)
spiritual sebagai perwujudan (embodied spirituality); (3) alam sebagai
perwujudan spiritual (nature as spiritual embodied); dan (4) masyarakat
sebagai pengembangan spiritual manusia (society as human development
spirituality).
Menurut prinsip pertama, pondasi dari seluruh energi sosial—termasuk
juga ekonomi, politik, dan budaya—adalah spiritual. Spiritualitas
merupakan sumber legitimasi dan transformasi sosial terdalam. Hal ini tidak
serta-merta berarti menolak aksi sosial, akan tetapi manusia dituntut untuk lebih
menyadari dan terbuka akan sumber spiritual, dasar, dan tujuan kehidupan
sosial. Terhadap prinsip ini, kaum modernis selalu menemukan permasalahan
dikarenakan mereka terjebak dalam proyek ilmiah Barat. Prinsip ini juga
berbeda dengan masyarakat klasik pra modern yang tidak berorentasi
profesionalisme akan tetapi berorientasi autoritarianisme.
Prinsip keduaadalah spiritualitas yang terwujudkan (embodied
spirituality). Spiritualitas posmodern dapat digambarkan sebagai sebuah
perwujudan. Hal ini berbeda dengan pemikiran klasik tentang transendensi
tanpa wujud. Spiritualitas posmodern tidak memungkiri tentang kebenaran
transendensi visi Tuhan. Akan tetapi, saat ini dibutuhkan energi spiritual
yang mengakar dalam materi: pertama, dalam diri, selanjutnya dalam konteks
masyarakat, dan terakhir dalam alam semesta. Tubuh, masyarakat, dan alam
adalah mediator utama ‘misteri’ pada kita.
Prinsip ketiga, alam sebagai perwujudan spiritual. Dalam pandangan
spiritualitas posmodern, tubuh manusia merupakan titik awal keterlibatan dan
perwujudan sejarah dengan seluruh proses duniawi dan, bahkan, seluruh alam
semesta. Secara biologis dan sosial manusia berhubungan dengan alam dan
sejarah. Dalam sejarah spiritualisme klasik, era Yunani kuno berusaha mengangkat
batas alam melalui kontemplasi pada yang tak berwujud, transenden, dan
universal. Berbeda halnya dengan kaum rasionalis modern yang mencoba
mengisolasi diri dari alam dengan memalsukan lingkungan secara artifisial.
Alam dipandang sebagai plastik dan sejarah sebagai mesin sosial. Klimaks dari
kerusakannya adalah pada fenomena eksploitasi alam, sosial, dan ekologi
spiritual. Respons posmodern untuk menyembuhkan penyakit ini adalah dengan
menerima energi spiritual yang termanifes dari spirit alam serta membuka
dirinya pada kekuatan akar sejarah.
Prinsip keempat adalah penjelmaan spiritualitas posmodern, yakni masyarakat
yang diekspresikan sebagai sejarah dan mengkristal dalam institusi dan tradisi.
Institusi dan tradisi merupakan dua dimensi dari satu visi. Institusi menjadi
bentuk struktural masyarakat dan tradisi adalah narasi sejarah mereka. Kata
yang digunakan untuk menggambarkan kreasi manusia pada institusi dan
tradisi mereka adalah budaya (culture).

Anda mungkin juga menyukai