Anda di halaman 1dari 21

i

FILSAFAT DAN METODE ILMIAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT DARI MASA KEMASA”

DISUSUN OLEH :

WAHYU ALDAT : B102 22 071


ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik  Allah Swt yang telah melimpahkan ilmu. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Baginda Rasul Muuhammad SAW, beserta keluarganya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat dan
Metode Ilmiah. Makalah ini berjudul “Sejarah Filsafat dari Masa ke Masa” ini penulis buat
dengan tujuan agar pembaca dapat menerima pengetahuan tentang perkembangan filsafat dari
masa ke masa.

Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas ,cukup banyak
tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun makalah ini. Penulis mohon
maaf apabila ditemukan kesalahan. Maka dibutuhkannya kritik dan saran dari pembaca makalah.

Akhir kata ,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Atas perhatiaannya saya ucapkan terima kasih.

           
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..1

1.1  Latar Belakang Masalah  ………………………………………………………………….1

1.2  Rumusan Masalah  ………………………………………………………………………..1

1.3  Tujuan Penulisan……...   …………………………………………………………………1

BAB II  PEMBAHASAN ………………………………………………………………………2

2.1    Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik     ………………………………...2

2.2.  Filsafat Barat Abad Pertengahan …. ………………….……………………………….5

2.2.1     Masa Patristik   …. …………………………………………………………….………5

2.2.2     Masa Skolastik   ……………………………………………………………………....6

2.3   Filsafat Modern   …………………..………………………………….………………9

2.3.1     Renaissance  ………………………………………………………………..…………9

2.3.1.1  Filsafat Abad XVII  …………………………………………………………….…….9

2.3.1.2  Filsafat Abad XVIII ……………….………………………………………………….10

2.3.1.3  Filsafat Abad XIX   …………………………………………………………………...11

2.4   Filsafat Kontemporer…………………………………………………………………..13

2.4.1    Pragmatisme   ………………………………………………………………………….13

2.4.2   Fenomenologi  ………………………………………………………………………….13

2.4.3  Eksistensialisme   ………………………………………………………………………13

2.4.4   Filsafat Analitis   ……………………………………………………………………….14

2.4.5        Strukturalisme  …………………………………………………………………14
iv

2.4.6        Postmodernisme   ………………………………………………………………14

BAB III PENUTUP  ……………………………………………………………………...16

3.1  Kesimpulan   …………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….17
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan
perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan
sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam
konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman
pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.

Begitu pula dengan filsafat, dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4 faseh yakni Filsafat
klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529
M dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi pemikiran Boethius sampai
Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M didominasi dengan doktrin-doktrin
agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat
modern.

1.2  Rumusan Masalah

     Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana perkembangan dan tokoh penting pada zaman klasik?

2.      Bagaimana perkembangan dan tokoh penting pada abad pertengahan?

3.      Bagaimana perkembangan dan tokoh penting pada zaman modern?

4.      Bagaimana perkembangan dan tokoh penting pada zaman kontemporer?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah

     Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui perkembangan dan tokoh penting pada zaman klasik

2.      Untuk mengetahui perkembangan dan tokoh penting pada abad pertengahan

3.      Untuk mengetahui perkembangan dan tokoh penting pada zaman modern


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Zaman Klasik

Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang
sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi
bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya.

Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales
(624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting
bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat
seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala
yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama
dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api
mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu
atau asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini
adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang
paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat
melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap
sebagai simbol perubahan itu sendiri. Selain Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di
kota Elea. Ia merupakan ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada.
Menurut pendapat Permenides apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan
perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada
sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada
tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian,yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat di bagi-
bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu
tidak mungkin.

Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa
Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates
merupakan anak dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja
sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras. Socrates adalah
seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan pengetahuannya, Socrates tidak pernah
memungut bayaran kepada muridmuridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya
memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang kepercayaan negara kepada para
pemuda. Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun
yakni pada tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan
yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat
3

dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan. Plato lahir
di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos,
dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan
lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas).
Pengetahuan yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai pengetahuan indera dan
pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal. Plato menerangkan
bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat
tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah
dunia ide. Menurut Plato ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas jika manusia
tidak mengetahuinya, masalah tersebut adalah:

a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.

b Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.

c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-laian.

d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai
peraturan.

Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang tertera dalam
polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates yakni tujuan hidup manusia
adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being).

Menurut Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:

a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).

b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).

c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).

Plato mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah mencipta keselarasan semua
keahlian dalam negara (polis) sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Apabila suatu
negara telah mempunyai undangundang dasar maka bentuk pemerintahan yang tepat adalah
monarki. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai undang-undang dasar, bentuk
pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi. Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam
hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari
suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri.
Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi
(metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam. Sedangkan Aristoteles
sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh
dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi
Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh
4

Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda
mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”).
Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi,
sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk
“bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus
adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik,
metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi. Pemikiran-
pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu
pengetahuan.

Berikut ini beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:

a. Ajarannya tentang logika Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi dan
aksidensia. Dan dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :

1) Substansi (manusia, binatang).

2) Kuantitas (dua, tiga).

3) Kualitas (merah, baik).

4) Relasi (rangkap, separuh).

5) Tempat (di rumah, di pasar).

6) Waktu (sekarang, besok).

7) Keadaan (duduk, berjalan).

8) Mempunyai (berpakaian, bersuami).

9) Berbuat (memmbaca, menulis).

10) Menderita (terpotong, tergilas).

2.2  Filsafat Barat Abad Pertengahan


5

Abad  pertengahan  merupakan  kurun  waktu  yang  khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
dominansi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam  pikiran harus disesuaikan
dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan
ajaran agama. Jelas teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani
Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.

 Pada abad petengahan memiliki ciri-ciri pemikiran filsafat ba antara lain:

- Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.

- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.

- Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik
dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan
dengan tokoh dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman
Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.

2.2.1  Masa Patristik

a. Gambaran Umum

Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang
dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai
peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak
lepas dari wilayah kefilsafatan.

b. Tokoh-tokoh terpenting

Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari
Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung
(330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus,
Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).

Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa
awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius
Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan
Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan
patristik Latin.

Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus
Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah
6

seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang
hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat
Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah
Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).

Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus
skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu
sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang
yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu
maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia
ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam
menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep
yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau  materi segala sesuatu.

Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur
tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa
patristik.

2.2.2     Masa Skolastik

a. Gambaran Umum

            Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah perkataan skolastik merupakan corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapaat bebrapa penegrtian dari corak khas
skolastik, sebagai berikut:

1)      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai  corak semata-mata agama. Skolastik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.

2)      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahlkan persoaln-persoalan mengenai berpikir, sifat adat, kejasmanian, kehormatan, baik
buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul skolastik Yahudi, skolastik Arab, dan lain-
lainnya.

3)      Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan diamsukan ke dalam bentuk sintesis yng ebih tinggi antar kepercayaan dan akal.

4)      Filsafat skolastik adlaah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

Faktor Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor yaitu faktor religious
dan faktor ilmu pengetahuan.

b. Tokoh-tokoh terpenting
7

Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus
Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142),
Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus Agung (1205-1280),
Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham
(1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).

Boethius adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun, ia
dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia menulis buku yang
berjudul De Consolatione Philosophiae.

Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus
adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar
saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam
tentang Allah.

Petrus Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan pendapat
yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang Universalia (konsep-konsep
umum), antara kelompok penganut Realisme dan Nominalisme.

Ibn Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia
menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia secara tidak
langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek pertama.

Ibn Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu
pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.

Bonaventura adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah
dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di fakultas sastra
diparis.

Albertus Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di
sejumlah universitas di Jerman dan Paris.

Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan,
mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus
mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae.  Manusia
dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-
ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal
dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu

1.      Gejala adanya perubahan atau gerak


2.      Gejala sebab dan akibat
3.       Gejala kontingensi
8

4.       Adanya hierarki kesempurnaan


5.       Finalitas dunia
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya.
Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.

Johanes Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran Aristoteles
dan Bonaventura.

William Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah di
gereja, di bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.

Nicholaus Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas
kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.

2.3   Filsafat Modern
9

Filsafat klasik bersifat kosmosentris, filsafat abad pertengahan bersifat teosentris, sedangkan
filsafat modern bersifat antroposentris. Di zaman Yunani klasik, pusat perhatian filsafat adalah
pertanyaan: apa yang merupakan unsur pertama dari kosmos. Pada abad pertengahan Allah
diakui sebagai pencipta alam semesta. Sedangkan pada zaman modern, yang menjadi pusat
pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri.

2.3.1 Renaissance

Kata ini berasal dari bahasa Prancis dan berarti kelahiran kembali. Maksudnya, usaha untuk
menghidupkan kembali kebudayaan Yunani dan  Romawi klasik. Dalam sastra lahirlah
humanisme, yang juga mencari inspirasinya pada sastra Yunani dan Romawi. Renaissance
ditandai oleh kelahiran kembali di berbagai ilmu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan alam berkembang pesat berdasarkan metode eksperimental.

Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, dan Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang
membawakan wawasan baru dengan penemuan-penemuan yang penting. Copernikus,
berdasarkan penyelidikannya, mengemukakan bahwa pandangan geosentris yang dianggap benar
selama berabad-abad sebelumnya ternyata salah. Menurut Copernicus, bukan bumi yang menjadi
pusat, melainkan matahari adalah pusat jagad raya. Galileo Galilei kemudian memperkuat teori
Copernikus tentang heliosentrisme.

Di bidang filsafat, peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon (1561-1623),
seorang filsuf dari Inggris.

2.3.1.1  Filsafat Abad XVII

Tiga aliran besar filsafat yang muncul dan berkembang pada abad XVII adalah rasionalisme,
empirisme, dan idealisme. Berikut dibicarakan tentang ketiga aliran tersebut.

1)       Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu-satunya yang
benar adalah rasio (akal budi). Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah Blaise Pascal,
Baruch Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).

Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern. Ucapannya yang terkenal adalah Coglto Ergo
Sum (Aku berpikir maka aku ada). Ungkapan ini mempunyai makna lebih dalam dari sekedar
pengertian harafiah. Dengan ungkapan itu hendak dinyatakan metode yang dianut Descartes
yakni metode kesangsian. Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara
radikal, dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap kesangsian
(artinya tidak disangsikan lagi), itulah kebenaran yang sesungguhnya dan harus menjadi
fondamen bagi ilmu pengetahuan.
10

Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum harus diartikan sebagai: saya yang sedang sangsi, ada. Bagi
Descartes, berpikir berarti menyadari. Jika saya menyangsikan, maka saya menyadari sungguh-
sungguh bahwa saya menyangsikan. Kebenaran itu pasti sebab saya mengerti dengan jelas dan
terpilah-pilah.

Menurut Descartes, dalam diri manusia terdapat tiga ide bawaan sejak lahir, dan itulah yang
merupakan kebenaran. Ketiga ide bawaan itu adalah pikiran, Allah, dan keluasan.

Mengapa pikiran? Karena kalau saya memahami diri sebagai makluk yang berpikir, maka
hakekat saya adalah pemikiran. Mengapa Allah? Kalau saya mempunyai idea "sempurna", harus
ada penyebab sempurna idea itu, karena akibat tidak pernah melebihi penyebabnya.

2)      Empirisme

Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya pengalaman (lewat indra) merupakan
sumber pengetahuan yang benar. Jadi, empirisme bertolak belakang dengan pandangan
rasionalisme. Immanuel Kant kemudian mendamaikan kedua pandangan yang sangat ekstrim
tersebut.

Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Thomas Hobbes dan John Locke, keduanya dari Inggris.

3)      Idealisme

Filsuf-filsuf besar Romantik lebih-lebih berasal dari Jerman, yaitu J. Fichte (q762-1814), F.
Schelling (1775-1854), dan Hegel (1770-1831). Aliran ini yang diwakili oleh ketiga filsuf ini
disebuut idealism. Dengan “idealism” disini diamksudkan bahwa mereka memprioritaskan ide-
ide berlawanan dengan materialsime yang memprioritaskan dunia material, yang terpenting dari
para idealis itu Hegel. Banyak aliran filsafat dari abad kesembilan belas dan kedua pulu harus
dianggap sebagai lanjutan dari filsafat Hegel, atau justru reaksi terhadap filsafat Hegel.

2.3.1.2  Filsafat Abad XVIII (Aufklaerung)

Aufklaerung berarti pencerahan (istilah bahasa Inggris untuk ini adalah enlightment). Dinamakan
demikian karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Keadaan
periode sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum akil balig, di mana manusia
kurang menggunakan kemampuan akal budinya.

Salah satu ciri terpenting zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Dalam fisika kita kenal ilmuwan besar seperti Isaac Newton.Karena rasio mendapat tempat
terhormat dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas agama.
Mudah dimengerti, mengapa di Prancis muncul sikap antikristianisme dan antiklerikalisme. 
gama kristen, sebelum periode ini, memainkan peranan sangat menentukan.
11

Akal budi tidak diingkari, tetapi diletakkan pada fungsinya sebagai pendukungiman dan wahyu.
Penjelasan apapun yang tidak sesuai dengan iman dianggap  tidak benar.

Tempat para klerus dalam lingkungan yang memberi tempat penting  kepada agama memang
sangat istimewa. Oleh sebab itu, pada masa pencerahan, orang tak mau tunduk lagi kepada
otoritas agama. Mulai berkembang pemikiran. pemikiran bebas. Aufklaerung merintis jalan
menuju revolusi Prancis tahun 1789.

Tokoh-tokoh terpenting filsafat masa pencerahan antara lain George Berkeley dan David Hume
(Inggris), Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau (Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman). Filsuf
paling penting untuk periode ini adalah Immanuel Kant.

Seperti dikatakan di atas, Kant berusaha mendamaikan pandangan rasionalisme dan empirisme.
Menurut Kant, peran rasio dan pengalaman sama pentingnya dalam proses mengetahui.
Pengalaman indra dinamakannya unsur aposteriori, sedangkan akal budi dinamakannya unsur
apriori. Kant berpendapat bahwa pengetahuan selalu merupakan hasil sintese unsur akal budi dan
pengalaman. Akal budi sendiri tidak dapat dipercaya begitu saja, demikian pula pengalaman
indera. Kita mengalami bahwa indra banyak kali menipu. Kita melihat mentari sebagai sebuah
benda langit bercahaya yang kecil, padahal dalam kenyataannya matahari adalah badan angkasa
yang sangat besar. Oleh sebab itu hasil pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal budi.

2.3.1.3  Filsafat Abad XIX

Aliran-aliran besar yang muncul sepanjang abad XIX adalah idealisme Jerman, positivisme, dan
materialisme. Berikut diuraikan secara singkat aliran- aliran tersebut serta sejumlah tokohnya.

1)      Idealisme Jerman

Idealisme adalah aliran yang berpandangan bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya sendiri.
Realitas seluruhnya, menurut aliran ini, bersifat subyektif.Seluruh realitas merupakan hasil
aktivitas Subyek Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah).

Jadi, menurut idealisme rasio atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Segala sesuatu
merupakan tampakan-tampakan atau momen-momen yang berkembang sendiri. Idealisme pada
dasarnya bertentangan dengan Platonisme.

Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah tiga filsuf Jerman yakni J.G.Fichte ( 1762- 1814), F.W
J.Schelling ( 1775- 1854), dan G.W.F. Hegel (1770-1831). Filsuf paling penting di antara
ketiganya adalah Hegel.

2)      Positivisme
12

Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa
yang nampak. Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.

Oleh sebab itu, menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki
fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian, positivisme
menolak metafisika.

Positivisme mempunyai persamaan dan perbedaan dengan empirisme.Persamaan pada keduanya


adalah bahwa keduanya mengutamakan pengalaman indra. Akan tetapi positivisme hanya
menerima pengalaman obyektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman
batiniah/subyektif.

Tokoh-tokoh terpenting positivisme antara lain Auguste Comte (1798-1857), John Stuart Mill
(1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).

3)      Materialisme

Aliran ini berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya, tiap benda atau
peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil. Materialisme
merupakan aliran terpenting dan sangat berpengaruh sepanjang abad XIX, bahkan sampai
dewasa ini. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap idealisme Jerman.

Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872), Kari Marx (1818-
1883), dan Friedrich Engels (1820-1895).

Pikiran-pikiran Kari Marx sering muncul dalam nama materialisme dialektis dan materialisme
historis. Nama-nama itu bukan berasal dari Mara sendiri.Materialisme historis digunakan oleh
Engels sesudah kematian Marx. Sedangkan materialisme dialektis digunakan tahun 1891 oleh
filsuf Russia, G.Plekhanov.

Materialisme dialektis beranggapan bahwa perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan


kualitas. Perapatan materi dapat menghasilkan suatu yang sama sekali baru. Dengan cara
demikian, kehidupan berasal dari materi mati, dan kesadaran manusia berasal dari kehidupan
organis. Materialisme historis berpandangan bahwa arah yang ditempuh sejarah ditentukan oleh
perkembangan sarana-sarana produksi materiil. Menurut Mara, titik akhir sejarah adalah keadaan
ekonomi tertentu, yakni komunisme, di mana milik pribadi diganti milik bersama. Baru pada
kondisi seperti itulah manusia mencapai kebahagiaannya. Arah ini adalah suatu keharusan, suatu
yang mutlak, tak dapat diubah dengan cara apapun. Dan manusia dapat mempercepat proses itu
dengan melakukan revolusi.

2.4  Filsafat  Kontemporer
13

Filsafat Barat kontemporer  (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan  antara lain karena
profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf adalah spesialis bidang khusus seperti
matematika, fisika, psikologi, sosiologi, atau ekonomi.

Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX pemikiran- pemikiran lama
dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme, Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya.
Di masa ini Prancis, Inggris, dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan
dalam filsafat. Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat
kontinental (Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris).

Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme,
vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa), strukturalisme, dan
postmodernisme.

2.4.1        Pragmatisme

Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat- akibatnya bermanfat
secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran
mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman
yang bermanfaat praktis. Aliran ini sangat populer di Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya yang
terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).

2.4.2        Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari kata fenomenon yang berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi,
fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka
tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund HusserI (1859-1938). Seorang fenomenolog
lainnya adalah Max Scheler (1874 - 1928).

2.4.3        Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada
eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan
cara berada makluk-makluk lain. Benda mati dan hewan tidak menyadari keberadaannya, tapi
manusia sadar bahwa dia berada di dunia. Manusia sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah
sebabnya, segalanya mempunyai arti sejauh berkaitan dengan manusia. Dengan kata lain,
manusia memberi arti kepada segalanya. Manusia menentukan perbuatannya sendiri. Ia
memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
14

Jadi, eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi


(hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi mendahului eksistensi. Manusia berada lalu
menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri. Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu.
Sebaliknya, benda- benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat
dielakkan.

Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883- 1976), Jean-Paul


Sartre (1905-1980), Kari Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren
Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844- 1900), Nicolas Alexandrovitch Berdyaev
(1874-1948) juga sering dimasukkan ke dalam kelompok filsuf-filsuf eksistensialis.

2.4.4        Filsafat Analitis

Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis
disebut juga filsafat bahasa. Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya
Neohegelianisme di lnggris.Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan
konsep-konsep.Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.

2.4.5        Strukturalisme

Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan
sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan
memiliki struktur yang sama dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan
menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokoh terpenting strukturalisme adalah Levi
Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.

2.4.6        Postmodernisme

Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti
diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman pencerahan
(Aufklaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh
yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat
bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984).

Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak
buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena
yang mengakibatkan krisis ekologi. Dampak ini disebabkan oleh pandangan dualistiknya yang
membagi kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia, dsb. Kedua,
manusia cenderung menjadi obyek karena pandangan modern yang obyektivistis dan positivistis.
Ketiga, ilmu-ilmu positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi. Keempat, materialisme.
15

Kelima, militerisme. Keenam, kebangkitan kembali tribalisme (mentalitas yang mengunggulkan


kelompok sendiri.

Istilah postmodern di luar bidang filsafat muncul lebih dulu. Rudolf Pannwitz, dalam bukunya
tentang krisis kebudayaan Eropa tahun 1947 menggunakan istilah manusia postmodern yang ciri-
cirinya sehat, kuat, nasionalistis, religius, yang muncul dari nihilisme dan dekadensi nihilisme
Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan atas kekacauan yang menjadi ciri khas modernitas.

Dalam perspektif filosofis istilah postmodern baru digunakan tahun 1979, dan bukan didorong
oleh postmodern di Eropa yang berlatarbelakang arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi
tentang problem sosiologis masyarakat postindustri di Amerika Utara. Dalam konteks ini Jean-
Francois Lyotard membuat laporan untuk Dewan Universitas Quebec tentang perubahan-
perubahan di bidang pengetahuan pada masyarakat industri maju karena kemajuan teknologi
informasi baru. Laporan itu terbit dalam bukunya yang disebut di atas tahun 1979. Laporan inilah
yang menjadi titik tolak diskusi-diskusi filosofis tentang postmodernisme (Jurnal Filsafat, 1990:
9-10).

Ciri-ciri terpenting postmodernisme adalah (1) relativisme, dan (2) mengakui pluralitas. Pada
modernisme, pengetahuan merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada cerita-cerita besar
(grand narratives) yang menjadi ide penuntun sampai ke penelitian-penelitian paling mendetil.
Tapi postmodernisme merelatifkan semuanya. Menurut para postmodernis, tidak ada suatu
norma yang berlaku umum. Tiap bagian mempunyai keunikan sehingga tak dapat menerima
pemaksaan ke arah penyeragaman. Dengan demikian, postmodernisme mengakui pluralitas dan
hak hidup individu atau unsur lokal (Sugiharto: 1996, 30-33)

Tokoh-tokoh postmodernisme terpenting, selain Lyotard, adalah Jacques Derrida, Richard Rorty,
dan Michel Foucoult.
16

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

Perkembangan filsafat dari masa ke masa dimulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada
penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. Perkembangan filsafat menununjukan bahwa
perkembangannya dari masa mengalami perubahan pada saat filsafat klasik memiliki sifat
kosmosentris yang sifatnya pemikiran yunani karena pada zaman klasik dipengaruhi oleh yunani,
pada abad pertengahan filsafat bersifat teosentris artinya pemikiran bahwa semua hal di muka
bumi ini akan kembali kepada Tuhan. Sedangkan pada zaman modern filsafat bersifat
antroposentris yang memusatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta. Artinya filsafat
mengalami perubahan tidak hanya paham yang yakini berdasarkan ilmu pengetahuan yang
berkembang filsafatpun ikut mengalami perkembangan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Maksum, Ali. 2011.Pengantar Filsafat:Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media

Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

https://www.academia.edu/17093283/Makalah_Filsafat_Sejarah_Objek_Ciri_Asal_Kegunaan_

Anda mungkin juga menyukai