Anda di halaman 1dari 9

Dikotomi Politik dan Administrasi Negara Dikotomi politik dan administrasi dimulai dari tulisan

Frank J. Goodnowyang dalam bukunnya Politic and Administration (1900). Di dalam buku

tersebutGoodnow membagi kekuasaan pemerintahan menjadi dua fungsi yang berbeda.Dua

fungsi tersebut ialah politik dan administrasi

Politik menurut Goodnow berkenaan dengan perumusan kebijakan-kebijakannegara (publik) atau

perumusan pernyataan kehendak atau keinginan negara (expression of the state will ). Sementara

administrasi diartikan sebagai pelaksanayang harus berhubungan dengan kebijksanaan-

kebijaksanaan publik tersebut.Dalam hubungan ini, pemisahan kekuasaan pemerintah dalam

kekuasaanlegislatif, eksekutif dan yudikatif merupakan dasar pembedaan dalam politik

danadminitrasi. Badan legislatif dengan ditambah kemampuan penafsiran dari badanyudikatif

mengemukakan keinginan-keinginan negara dan kebijaksanaan formal.Sedangkan badan

eksekutif mengadministrasikan (menjalankan) kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara adil,

tidak memihak dan tidak bersifat politis( apolitically).

Lokus pada dikotomi ini (yang juga merupakan paradigma pertama padaadministrasi negara)

yakni mempermasalahkan dimana seharusnya administrasinegara ini berada. Secara jelas

menurut Goodnow dan pengikutnya menghendakiadanya pemisahan yang tegas, administrasi

negara seharusnya berpusat pada birokrasi pemerintahan selanjutnya dalam kaitannya dengan

lokus paradigma pertama ini ialah timbulnya suatu persoalan diantara kalangan akademis dan

praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Mereka berpendapat bahwaapabila politik

memasuki administrasi, pelaksanaan kebijakan publik yangmerupakan ranah administrasi akan

mengalami kekacauan/kerusakan. Inisiallegitimasi yang konseptual tentang locus ini

memberikan pusat pengertian ataudefinisi dari bidang administrasi. Selanjutnya dalam kaitannya
dengan locus paradigma pertama ini ialah timbul suatu persoalan di antarakalangan akademisi

dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi.Administrasi negara mulai mendapatkan

legitimasi akademis pada tahun1920-an. Pada tahun 1996, Leonald White menerbitkan buku “

Introduction to the study of public administration ” (buku pertama yang secara

keseluruhannyadipersembahkan untuk mengenalkan ilmu administrasi negara). Dwight waldo

pernah mengatakan mengenai buku White ini bahwa buku tersebut merupakansari karakter

kemajuan Amerika, dan didalam saripatinya itu tercermin doronganyang umum dalam bidang

ini. Dorongan itu antara lain mengemukakan sebagai berikut :

1. Politik seharusnya tidak usah mengganggu lagi administrasi negara.

2. Manajemen memberikan sumbang analisis ilmiahnya terhadap administrasinegara

3. Administrasi negara adalah mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu pengatahuan

4. Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efesiensi.Hasil dari paradigma pertama ini

memperkuat paham (nation) perbedaan daridikotomi politik-administrasi.

Paham perbedaan ini akan tampak jelas dengancara menghubungkannya dengan suatu

koresponden antara dikotomi nilai (value) dan practice . Dengan demikian segala hal yang diteliti

oleh administrasi negaradi dalam lembaga eksekutif bagaimanapun diwarnai dan diabsahkan

(legitimized) dengan praktik dan ilmiah (practice and scientific). Dalam pertumbuhan lebih

lanjut berkembang pandangan yang menyatakan bahwa antara tingkatan politik dan administrasi

terjalin hubungan timbal balikantara politik dan administrasi yang oleh Leonard White disebut

interpenetration .
Dengan demikian jelaslah bahwa pembagian kekuasaan pemerintahan dalam dua kekuasaan

bukanlah pemisahan yang mutlak, tetapimerupakan pembagian kekuasaan yang menuntut kerja

sama yang erat agar proses administrasi publik dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Pengaruh

lain yang sangat

Konsep Administrasi Secara terminologi Faried Ali (2011) apa yang disebut

“Administrasi” adalah mengurus, mengatur, mengelola. Jika dibutuhkan oleh awalan ‘pe’ dan

akhiran ‘an’ pada setiap arti, maka semuanya mengandung maksud adanya keteraturan dan

pengaturan sebab yang menjadi sasaran dari penguasaan, pengelolaan dan apalagi pengaturan

adalah terciptanya keteraturan dalam susunan dan pengaturan dinamikanya. Mengurus dan

pengurusan diarahkan pada penciptaan keteraturan, sebab pengurusan yang teratur menghasilkan

pencapaian tujuan yang tepat atau pada tujuan yang diinginkan. Mengatur dan pengaturan

tentunya diarahkan pada penciptaan keteraturan. Jika mengatur diarahkan pada kegiatan yang

diinginkan, maka pengaturan diarahkan pada penciptaan ketertiban. Demikian pula dengan

mengelola dan pengelolaan. Secara etimologis Silalahi (2007) istilah administrasi berasal dari

bahasa Inggris dari kata administration yang bentuk infinitifnya adalah to administer. Oxford

Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1974) dalam Silalahi (2007), bahwa kata to

administer diartikan sebagai to manage (mengelola) atau to direct (menggerakkan). Kata

administrasi juga dapat berasal dari bahasa Belanda dari kata administratie yang mempunyai

pengertian yang mencakup stelselmatige verkrijging en verwerking van gegeven (tatausaha),

bestuur (manajemen dari kegiatankegiatan organisasi), dan beheer (manajemen dari sumber

daya, seperti finansial, personel, gudang). Istilah, pengertian dan hakikat administrasi di

Administrasi dan Pelayanan Publik 5 Indonesia pada mulanya berasal dari Eropa Barat atau

Eropa Konstinental melalui penjajahan Belanda (Belanda merupakan salah satu negara Eropa
Kontinental). Secara etimologis menurut Syafiie (2003), administrasi berasal dari kata ad dan

ministrate yang berarti; dalam Mahtika (2006), istilah administrasi dalam bahasa Inggris

digunakan pada berbagai nuansa yang berumber dari bahasa latin. Administrasi berasal dari

bahasa Latin ad- dan ministrare (to serve, melayani). Ada dua istilah yang mempunyai

pengertian yang berbeda, yaitu pertama ‘to help, assist or serve’ – ‘taking the dative’. Istilah ini

diartikan sebagai “membantu’, memberi bantuan atau melayani” – “yang menerima bantuan atau

kebutuhan. “Kedua ‘to manage, direct, or govern’ – ‘taking the accusative’. Istilah kedua ini

diartikan sebagai ‘mengatur, memimpin atau memerintah” – “yang menerima pengaduan”. Kata

‘ministrare’ berkaitan dengan kata ‘minister’ yang berasal dari serabut kata ‘mini’ yang artinya

kurang. Kata ‘minis’ berkaitan dengan ‘minor’ yang berarti kecil. Hal ini menunjukkan manusia

yang melayani (yang melakukan service), yaitu ‘servant’, memiliki posisi lebih rendah dari pada

orang atau pihak yang dilayani olehnya. Jadi, pada mulanya konsep administrasi menunjukkan

adanya relasi yang tidak setara antara pihak yang memberi pelayanan dan pihak yang menerima

pelayanan (Mahtika, 2006). Administrasi dalam arti sempit merupakan penyusunan dan

pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan

serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu

sama lain.
Istilah Nilai Publik lahir dari sebuah disiplin ilmu baru yaitu Publik Manajemen yang

berkembang menjadi New Public Management, Caplan (1986) dalam bukunya Balance

scorecard menjelasakan Istilah Customer Value (Nilai Pelanggan) dan empat pilar Balance

scorecardnya, dimana salah satu pilarnya mengatakan “How to create and to develope the

customer value”.

Selanjutnya dalam Public Management, istilah “customer” identik dengan “Citizen” atau

Warga Negara, atau “Masyarakat”, dan istilah Customer Value (nilai pelanggan)

bagi Coorporate menjadi “ Public Value (Nilai Public)” bagi organisasi pemerintah(Institusi

Publik). Seperti yang dikatakan oleh De-Joung (2011)  Nilai publik adalah Nilai Tambah

kepada “Klien”serta kepada Public secara umum, melalui imajinasi manejerial dan aktifitas

entrepreneur. Selanjutnya Moore (1995) mengatakan bahwa Pengertian Nilai public adalah:

- Nilai publik mengacu pada nilai yang diciptakan oleh pemerintah melalui peraturan layanan,

hukum dan tindakan lainnya.

- Dalam demokrasi nilai ini pada akhirnya ditentukan oleh masyarakat sendiri. Nilai ditentukan

oleh preferensi warga, diungkapkan melalui berbagai sarana dan dibiaskan melalui keputusan

politisi yang terpilih.

Beberapa Indikator dari terpenuhinya nilai Publik disampaikan   oleh De-Joung (2011) antara

lain sebagai berikut:

1.    Keluhan lebih sedikit

2.    Klien lebih Puas

3.    Muncul klien-klien baru.


4.    Staf lebih senang dan lebih Produktif.

5.    Misi yg diperbaharui

6.    Operasi lebih efektif

7.    Konsentrasi pada Pemecahan Masalah

Sesungguhnya Nilai Publik harus menjadi Indikator dari setiap kebijakan, seperti Hak untuk

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak dapat dijadikan indikator-indikator atas

kebijakan dalam program Pengentasan Kemiskinan dan pengurangan angka

pengangguran. Konsep nilai publik memberikan cara yang berguna untuk berpikir tentang

tujuan dan kinerja kebijakan publik. Ini memberikan tolok ukur untuk menilai kegiatan yang

dihasilkan atau didukung oleh pemerintah (termasuk jasa yang didanai oleh pemerintah,

tetapi disediakan oleh badan-badan lain seperti perusahaan-perusahaan swasta dan non-profit,

serta peraturan pemerintah), Moore (1995).

Nilai publik bertujuan untuk memberikan tolok ukur yang sama untuk menilai kinerja dalam

sektor publik. Di beberapa daerah ada tumpang tindih substansial dengan nilai pribadi.

Namun kebijakan yang paling umum dan lembaga memiliki tujuan ganda dengan 'bottom

line-' ada satu. Faktor-faktor yang membuat nilai publik lebih rumit daripada rekan sektor

swasta harus diakui dan dikelola, bukan dihindari. Tidak diragukan lagi kesamaan antara

nilai di sektor publik dan swasta, tetapi, seperti yang dibahas dalam bagian 2 di bawah ini,

teori manajemen publik baru-baru ini sering terfokus pada mereka dengan mengorbankan

perbedaan yang signifikan(Moore dan Khagram (2011)


Sesungguhnya Nilai Publik harus menjadi Indikator dari setiap kebijakan, seperti Hak untuk

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak dapat dijadikan indikator-indikator atas

kebijakan dalam program Pengentasan Kemiskinan dan pengurangan angka

pengangguran. Konsep nilai publik memberikan cara yang berguna untuk berpikir tentang

tujuan dan kinerja kebijakan publik. Ini memberikan tolok ukur untuk menilai kegiatan yang

dihasilkan atau didukung oleh pemerintah (termasuk jasa yang didanai oleh pemerintah,

tetapi disediakan oleh badan-badan lain seperti perusahaan-perusahaan swasta dan non-profit,

serta peraturan pemerintah), Moore (1995).

Teori Birokrasi Weberian Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang

kehadirannya tidak bisa dihindari dalam konsep negara modern. Hadirnya birokrasi sebagai

konsekuensi logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk menyelenggarakan

kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut untuk terlibat secara langsung

dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public goods and

services), baik dalam keadaan tertentu negara memutuskan apa yang yang terbaik bagi

rakyatnya. Untuk itu negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani

kepentingan rakyat yang disebut sebagai birokrasi.38 Perkembangan dan pertumbuhan

masyarakat yang secara dinamis disertai dengan peningkatan taraf hidup dan pendidikan

masyarakat ditambah dengan berkembangnya kemajuan di bidang teknologi dan informasi

menjadikan peningkatan proses pemberdayaan lingkungan masyarakat menjadi penting. Oleh

karena itu pelayanan bagian dari sektor publik juga diharpakan mengikuti perubahan yang

terjadi secara cepat dan dinamis sebagaimana di masyarakat.


Keberhasilan pembangunan ekonomi, sosial dan politik di negara manapun tergantung pada

kualitas dan efektifitas aparatur birokrasi. Oleh sebab itu, karena merekalah yang mejadi

pelaksana kebijakan dari suatu negara atau

Posisi birokrasi dan aparatur sipil negara sebagai pelayan sektor publik haruslah menciptakan

suatu sistem pelayanan yang lebih efektif dan efisien dan melahirkan kebijakan publik yang

rasional dan demokratis secara profesional. Profesionalisme birokrasi dan netralnya aparatur

sipil negara tersebut menggambarkan bahwa tugas utama dari birokrasi adalah mengabdi atau

memberikan pelayan kepada masyarakat dalam menjalankan tugas dan fungsi demi

terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan dari negara. Secara konsep,

menurut Weber birokrasi adalah organisasi yang ditunjukan untuk memaksimumkan efisien

dalam organisasi yang memiliki spesialisasi tugas-tugas, hierarki otoritas badan perudang-

undangan, sistem pelaporan yang baik untuk memudahkan dalam tanggung jawab serta

anggota memiliki keahlian khusus dalam menjalankan tugasnya.

Dalam terminologi ilmu politik model birokrasi Weber tersebut menganggap sebuah

birokrasi sebagai sebuah organisasi kolektif terdiri dari pejabat-pejabat yang secara jelas dan

pasti dalam menjalankan tugas dan fungsi berdasarkan kewenangan serta penggaruh dari

pejabat tersebut dapat dirasakan oleh seluruh anggota organisasi. Karena pada pada

hakekatnya birokrasi mengadung implikasi pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur

dalam hubungan kerja yang secara berjenjang serta aturan prosedur dalam garis tatanan

organisasi.43 Weber mengutarakan bahwa ada tiga otoritas kewenangan yang dimiliki oleh

seseorang dalam organisasi birokrasi. Pertama, otoritas rasional. Kedua, otoritas tradisonal,

dan ketiga otoritas kharismatik. Netralitas dari fungsi birokrasi pemerintanhan dalam

konsepnya weber dikenal dengan konservatif, menurut weber birokrasi dibentuk atas dasar
netral dan tanpa adanya gangguan dari yang dapat merusak birokrasi dari kekuatan politik,

artinya birokrasi pemerintah diposisikan sebagai kekuatan yang netral dalam sebuah negara

yang berkerja sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bidangnya. Netralitas birokrasi

secara esensial menjadi menjadi penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak tanpa

memihak terhadap kelompok terentu. Artinya siapapun yang memerintah dalam sebuah

negara birokrasi tetap memberikan pelayan pada sektor publik secara efektif dan efisien

Anda mungkin juga menyukai