Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“GOVERNANCE THEORY”

OLEH

KELOMPOK II

HANA FADILLAH (1965142030)

NOOR AURA ERLY EARLANGGA (1065142032)

VITAS SARI (1965142063)

MUH REZA HIDAYAT (1965142020)

EKA PUTRI RUSLI (1965142021)

ANNISA MAHARANI (1965142026)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata governance kini menjadi satu idiom yang dipakai secara luas,
sehingga dapat dikatakan juga menjadi konsep payung dari sejumlah terminologi
dalam kebijakan dan politik, kata ini acapkali digunakan secara serampangan
untuk menjelaskan :  jaringan kebijakan  (policy networks, Rhodes: 1997),
manajemen publik (public management, Hood: 1990), koordinasi antar sektor
ekonomi (Cambell el al, 1991), kemitraan publik-privat (Pierre, 1998), corporate
governance (Williamson, 1996) dan good govenance yang acapkali menjadi syarat
utama yang dikemukakan oleh lembaga-lembaga donor asing (Lefwich, 1994).

Sementara itu dalam konteks reposisi administrasi publik Frederickson


memberikan interpretasi governance dalam empat terminology :

Pertama, Governance, menggambarkan bersatunya sejumlah organisasi


atau institusi baik itu dari pemerintah atau swasta yang dipertautkan (linked
together) secara bersama untuk mengurusi kegiatan-kegiatan publik. Mereka dapat
bekerja secara bersama-sama dalam sebuah jejaring antar negara. Karenanya
terminologi pertama ini, governance menunjuk networking dari sejumlah
himpunan-himpunan entitas yang secara mandiri mempunyai kekuasaan otonom.
Atau dalam ungkapan Frederickson adalah perubahan citra sentralisasi organisasi
menuju citra organisasi yang delegatif dan terdesentralisir. Mereka bertemu untuk
malakukan perembugan, merekonsiliasi kepentingan sehingga dapat dicapai
tujuan secara kolektif atau bersama-sama. Kata kunci terminologi pertama ini
adalah networking, desentralisasi. 
Kedua, Governance sebagai tempat berhimpunnya berbagai pluralitas
pelaku - bahkan disebut sebagai hiper pluralitas - untuk membangun sebuah
konser antar pihak-pihak yang berkaitan secara langsung atau tidak (stake holders)
dapat berupa :

Partai politik, badan-badan legislatif dan divisinya, kelompok kepentingan,


untuk menyusun pilihan-pilihan kebijakan seraya mengimplementasikan. Hal
penting dalam konteks ini adalah mulai hilangnya fungsi kontrol antar organisasi
menjadi, menyebarnya berbagai pusat kekuasaan pada berbagai pluralitas pelaku,
dan makin berdayanya pusat-pusat pengambilan keputusan yang makin madiri.

Dengan demikian terminologi kedua ini menekankan, governance dalamm


konteks pluralisme aktor dalam proses perumusan kebijakan dan implementasi
kebijakan. Beberapa pertanyaan kunci yang penting : seberapa jauh kebijakan
yang dilakukan pemerintah merespon tuntutan masyarakat, seberapa jauh
masyarakat dilibatkan dalam proses tersebut, seberapa jauh masyarakat dilibatkan
dalam proses implementasi, seberapa besar inisiatif dan kreativitas masyarakat
tersalurkan, seberapa jauh masyarakat dapat mengakses informasi menyangkut
pelaksanaan kebijakan tersebut, seberapa jauh hasil kebijakan tersebut
memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kata kunci dalam terminologi
kedua ini adalah pluralitas aktor, kekuasaan yang makin menyebar, perumusan
dan implementasi kebijakan bersama.

Ketiga, Governance berpautan dengan kecenderungan kekinian dalam


literatur-literatur manajemen publik utamanya spesialisasi dalam rumpun
kebijakan publik, dimana relasi multi organisasional antar aktor-aktor kunci
terlibat dalam implementasi kebijakan. Kerjasama para aktor yang lebih berwatak
politik, kebersamaan untuk memungut resiko, lebih kreatif dan berdaya, tidak
mencerminkan watak yang kaku utamanya menyangkut : organisasi, hirarki, tata
aturan. Dalam makna lebih luas governance merupakan jaringan (network) kinerja
diantara organisasi-organisasi lintas vertikal dan horisontal untuk mencapai
tujuan-tujuan publik. Kata kuncinya jaringan aktor lintas organisasi secara vertikal
dan horisontal.

Keempat, terminologi Governance dalam konteks administrasi publik


kental dengan sistem nilai-nilai kepublikan. Governance menyiratkan sesuatu hal
yang sangat penting. Governance menyiratkan sesuatu
keabsahan. Governance menyiratkan sesuatu yang lebih bermartabat, sesuatu yang
positif untuk mencapai tujuan publik. Sementara terminologi pemerintah
(government) dan birokrasi direndahkan, disepelekan mencerminkan sesuatu yang
lamban kurang kreatif. Governance dipandang sebagai sesuatu yang akseptabel,
lebih absah, lebih kreatif, lebih responsif dan bahkan lebih baik segalanya.

Dari keempat terminologi tersebut dapat ditarik pokok pikiran


bahwa governance dalam konteks administrasi publik adalah merupakan proses
perumusan dan implementasi untuk mencapai tujuan-tujuan publik yang
dilakukan oleh aktor : pluralitas organisasi, dengan sifat hubungan yang lebih
luwes dalam tataran vertikal dan horisontal, disemangati oleh nilai-nilai
kepublikan antara lain keabsahan, responsif, kreatif. Dilakukan
dalam semangat kesetaraan dan netwoking yang kuat untuk mencapai tujuan
publik yang akuntabel.

Berdasarkan pemikiran ini governance adalah merupakan sebuah


ekspansi notion dari makna administrasi publik yang semula hanya diartikan
sebagai hubungan struktural antara aktor-aktor yang ada
dalam mainstream negara. Secara tegas Milward dan O'Toole memberikan
interpretasi governance dalam dua aras penting : Pertama, governance sebagai
studi tentang konteks struktural dari organisasi atau institusi pada berbagai level
(multi layered structural contex). Kedua, governance adalah studi
tentang network yang menekankan pada peran beragam aktor sosial dalam sebuah
jejaring negosiasi, implementasi, dan pembagian hasil. Merupakan konser
sosial  melibatkan pelaku-pelaku untuk mengakselerasikan kepentingan publik
secara lebih adil dan menebarnya peran lebih merata sesuai dengan realitas
pluralitas kepentingan dan aktor yang ada.

Sementara itu dari perspektif strukturalis sebagaimana argumentasi Lynn,


Heinrich dan Hill yang dikutip oleh Frederickson elemen penting notion
governance meliputi aras teori kelembagaan (institutionalism) dan teori jaringan
(network theory)

Pertama, governance berkaitan dengan suatu level kelembagaan


(institutional level). Matra ini meliputi sistem nilai,  peraturan-peraturan formal
atau informal dengan tingkat pelembagaan yang mantap : bagaimana hirarki
ditata, sejauhmana batas-batasnya disepakati, bagaimana prosedurnya, apa nilai-
nilai kolektif yang dianut rejim. Yang termasuk dalam konsepsi ini antara lain : 
hukum administrasi, dan bentuk peraturan legal lainnya, teori-teori yang berkaitan
dengan bekerjanya birokrasi dalam skala luas, teori politik ekonomi, teori kontrol
politik terhadap birokrasi. Pada gatra ini terdapat sejumlah teori yang sangat
penting : teori kelembagaan (institutional theory), teori perburuan rente (rent
seeking), teori  kontrol dari birokrasi, dan dan teori tujuan dan filosofi pemerintah.
Pada bagian ini teori governance difokuskan pada tataran-tataran sistem nilai
(value).

Kedua, pada level organisasi dan managerial governance akan berpautan


dengan biro-biro hirarki, departemen, komisi dan agen-agen pemerintah  atau juga
organisasi-organisasi yang menjalin hubungan kerja dengan pemerintah . Pada
tataran ini agenda-agenda : kebebasan dan mandirian administratif, takaran-
takaran unjuk kerja dalam proses pelayanan publik, menjadi isu yang penting.
Tori-teori yang signifikan untuk menjelaskan fenomena ini antara lain : principal-
agent theory, transaction cos analysis theory, collective action theory, network
theory. Intinya, pada terminologi kedua ini governance diproyeksikan pada peran
mengakselerasikan kepentingan-kepentingan publik (public interest) dalam suatu
network antar institusi.
Ketiga, pada level teknis, bagaimana nilai-nilai dan kepentingan publik
sebagaimana telah dikemukakan pada pendekatan pertama dan kedua harus
dioperasionalisasikan dalam tindakan-tindakan riil. Isu-isu tentang
profesionalisme, standar kompetensi teknis, akuntabilitas, dan kinerja
(performance) sangat penting dalam konteks ini. Teori-teori yang relevan untuk
tema ini antara lain : ukuran-ukuran efesiensi, teknis manajemen budaya
organisasi, kepemimpinan, mekanisme akuntabilitas,  dan ukuran. Dengan
demikian pada level ini governance lebih banyak berurusan dengan implementasi
kebijakan publik pada level operasional (public policy at the street level).

Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa


hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan
perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba
yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan
perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara
substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh
masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
(Martono dan Agus Harjito, 2005: 2 dalam Rika Susanti, 2010: 16).

Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka


panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar
sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui
pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk
perusahaan yang sudah go public. Investor akan berani untuk membeli saham
dengan harga yang tinggi terhadap perusahaan yang dinilai tinggi. Menurut
Jansen, 2001 dalam Rawi dan Munawir, 2010: 2) menyatakan bahwa untuk
memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang (tidak hanya nilai
ekuitas, tetapi juga semua klaim keuangan seperti utang, warrant, maupun saham
preferen) manajer dituntut untuk membuat keputusan yang
memperhitungkankepentingan semua stakeholder, sehingga manajer akan dinilai
kinerjanya berdasarkan kemampuan mencapai tujuan atau mampu
mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan.

Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para


pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan
modalnya kepada perusahaan tersebut (Tendi Haruman, 2008 dalam Wien Ika
Permanasari, 2010: 1). Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan
muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik
perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen
yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan
kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency
conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer
karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi
perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan
berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen
dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010: 1)

Corporate governance FCGI dalam publikasi yang pertamanya


mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: "seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."
Disamping itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance
adalah "untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders)." Secara lebih rinci, terminologi Corporate Governance dapat
dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan Direksi,
Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham
(FCGI Booklet, Jilid II: 1)
Corporate governance FCGI dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: "seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."
Disamping itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance
adalah "untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders)." Secara lebih rinci, terminologi Corporate Governance dapat
dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan Direksi,
Dewan Komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham
(FCGI Booklet, Jilid II: 1)

Menurut BPKP, latar belakang kebutuhan atas good corporate governance


(GCG) dapat dilihat dari latar belakang praktis dan latar belakang akademis. Dari
latar belakang praktis, dapat dilihat dari pengalaman Amerika Serikat yang harus
melakukan restrukturisasi corporate governance sebagai akibat market crash pada
tahun 1929. Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab
terjadinya krisis ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya
masih terasa hingga saat ini. 5 Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat
pada saat ini juga ditengarai karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip GCG,
beberapa kasus skandal keuangan seperti Enron Corp, Worldcom, Xerox dan
lainnya melibatkan top eksekutif perusahaan tersebut menggambarkan tidak
diterapkannya prinsip-prinsip GCG. Dari latar belakang akademis, kebutuhan
good corporate governance timbul berkaitan dengan principal-agency theory,
yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agennya. Konflik muncul
karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak
menimbulkan kerugian pada para pihak. Korporasi yang dibentuk dan merupakan
suatu entitas tersendiri yang terpisah merupakan subyek hukum, sehingga
keberadaan korporasi dan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) tersebut
haruslah dilindungi melalui penerapan GCG.
Semakin hari kompleksitas kegiatan di dunia bisnis semakin tinggi, yang
berarti potensi resiko dan tantangan juga berpotensi meningkat. Oleh karena itu
penerapan prinsip-prinsip GCG sangat diperlukan agar tidak ada pihak-pihak yang
dirugikan. Implementasi dari GCG diharapkan bermanfaat untuk menambah dan
memaksimalkan nilai perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan
keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan secara menyeluruh.

Penerapan GCG juga bermanfaat untuk mengurangi agency cost, yaitu


biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian
wewenangnya kepada manajemen; menurunkan cost of capital sebagai dampak
dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, dan meningkatkan 6
nilai saham perusahaan, serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap
perusahaan (license to operate). Seperti yang telah dirasakan oleh PT Krakatau
Stell (Persero) jika aktualisasi GCG sebagai sebuah sistem yang dilakukan di
lingkungan Krakatau Stell telah memberikan beberapa manfaat diantaranya : (1)
produktivitas dan efisiensi usaha akan meningkat dan iklim usaha lebih kondusif;
(2) hubungan baik dengan stakeholders terjaga secara seimbang dan saling
menguntungkan serta terdororng untuk bersama-sama mengaktualisasikan GCG;
(3) keterbukaan dalam mengungkapkan dan mengkomunikasikan kebijakan dan
keputusan bisnis secara relevan; (4) kesempatan yang sama bagi setiap karyawan
untuk karir dan penilaian kinerja karyawan yang adil; (5) serta terjaganya
hubungan harmonis antara atasan dan bawahan (CGPI, 2008: 4-5).

Good corporate governance tampaknya sudah tak asing lagi bagi para
pemain industri pasar modal dan keuangan, termasuk para analis dan investor.
Sebagai stakeholder perusahaan publik, mereka berkepentingan dengan penerapan
GCG. Bagi mereka, kemudahan akses untuk mendapatkan informasi yang benar
dan transparan akan memudahkan dalam menganalisis layak-tidaknya sebuah
saham dibeli. Idealnya, dengan tata kelola perusahaan yang baik, manajemen
perusahaan yang bersangkutan juga baik. Pasalnya, dengan keterbukaan
informasi, analis akan lebih mudah membuat analisis berdasarkan sumber
informasi yang jelas (tidak disembunyikan), sehingga bisa merekomendasikan
buy pada saham tertentu. Secara tidak langsung, rekomendasi beli dari analis itu
akan mengangkat harga sahamnya (Swa Sembada Edisi No.27/XXV/21 Desember
2009-6 Januari 2010).

Selain good corporate governance, isu lain yang juga diduga berpengaruh
terhadap nilai perusahaan adalah corporate social responsibility. Corporate Social
Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia
perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka
mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan
pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan
terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari
berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam
rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Trade of cost and benefit merupakan core pertimbangan kebijakan


perusahaan dalam banyak hal, tak terkecuali kebijakan tanggung jawab sosial.
Ukuran eksistensi dan keberhasilan lebih ditunjukkan dengan ketercapaian
materialis mekanistik yang measurable. Dengan demikian, dimensi transidental,
kebajikan, dan kegiatan sosial justru dianggap sebagai pengorbanan yang akan
mengurangi tingkat kesejahteraan pemilik. Bersinggungan dengan karakter dasar
orientasi perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan yang terkadang kurang
memiliki koherensi dan mendukung pencapaian kinerja operasional perusahaan
secara ekonomi, dianggap sebagai pemborosan, sehingga perusahaan
melaksanakan tanggung jawab sosial hanya sebatas lips service dan memenuhi
standar minimal (sekedar memenuhi aturan yang menganjurkan) (Nor Hadi, 2011:
viii).

Pada tanggal 20 Juli 2007 pemerintah mengesahkan Undang-Undang


Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur kewajiban 8
perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih
dikenal Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate social responsibility
merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan
yang lebih baik bersama stakeholder terkait, terutama adalah masyarakat di
sekeliling dimana perusahaan tersebut berada. Undang-Undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas diterbitkan dan mewajibkan perseroan yang bidang
usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang tersebut
(Pasal 66 ayat 2c) mewajibkan semua perseroan untuk melaporkan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Pelaporan tersebut
merupakan pencerminan dari perlunya akuntabilitas perseroan atas pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga para stakeholders dapat menilai
pelaksanaan kegiatan tersebut. Corporate social responsibility dalam
undangundang tersebut (Pasal 1 ayat 3) dikenal dengan istilah tanggung jawab
sosial dan lingkungan yang diartikan sebagai komitmen perseroan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Corporate social responsibility merupakan suatu bentuk tanggung jawab


yang dilakukan perusahaan di dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan
kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas
operasional yang dilakukan perusahaan. Semakin banyaknya bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, maka 9
image perusahaan menurut pandangan masyarakat menjadi meningkat atau citra
perusahaan menjadi baik. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki
citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, maka
loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen
dalam waktu lama maka penjualan perusahaan akan membaik dan pada akhirnya
diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Jika perusahaan
berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat.

Sudah banyak penelitian yang menguji tentang pengaruh good corporate


governance ataupun corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian ini mencoba untuk meneliti tentang pengaruh good corporate
governance dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai
perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut,maka yang menjadi


permasalahan dalam penelitian adalah “Pengaruh Good Corporate Governance
dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2007-2010).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Adanya konflik agensi antara prinsipal dan agen

2. Perusahaan melaksanakan corporate social responsibility bukan


karena kesadaran namun lebih karena keterpaksaan karena adanya
peraturan perundang-undangan

3. Perusahaan belum menyadari manfaat penerapan good corporate


governance

4. Perusahaan belum menyadari manfaat dari implementasi corporate


social responsibility

5. Masih banyak perusahaan yang belum mengetahui arti pentingnya


good corporate governace dan corporate social responsibility untuk
peningkatan nilai perusahaan.

C. Pembatasan Masalah

1. Periode penelitian yang dilakukan adalah tahun 2007-2010

2. Penelitian ini hanya mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia yang masuk dalam CGPI

3. Variabel independen yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah


Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka
yang akan menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai


Perusahaan dengan variabel kontrol Ukuran Perusahaan dan Leverage pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007- 2010?

2. Bagaimana pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility


terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Ukuran Perusahaan, Jenis
Industri, Profitabilitas dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2007-2010?

3. Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan


Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris apakah Good Corporate Governance


mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Ukuran Perusahaan dan
Leverage pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2010

2. Untuk mendapatkan bukti empiris apakah Pengungkapan Corporate


Social Responsibility mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol
Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Profitabilitas dan Leverage pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007- 2010

3. Untuk mendapatkan bukti empiris apakah Good Corporate Governance


dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility mempengaruhi Nilai
Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-
2010

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat


memberikan kontribusi terhadap pengembangan studi mengenai akuntansi
keuangan dan pasar modal khususnya mengenai pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Perusahaan

2. Manfaat Praktis

a. Perusahaan dapat mengetahui pentingnya penerapan Good Corporate


Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility di perusahaan
yang go public

b. Bagi perusahaan yang diteliti adalah sebagai bahan pertimbangan


dalam meningkatkan implementasi Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
c. Untuk peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi peneliti lain agar dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah
dengan keadaan yang senyatanya dalam suatu perusahaan serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai