Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hana Fadillah

Kelas : A
Nim :1965142030
No Abesen : 30

Soal final test birokrasi

1. Jelaskan tipe ideal birokrasi menurut max weber


2. Secara umum, perkembangan organisasi di kalsifikasikan kedalam 4 tahapan, jelaskan
ke 4 tahapan tersebut beserta cirinya.
3. Patologi birokrasi merupakan penyakit dalam birokrasi. Gejala patologi dalam
birokrasi bersumber pada lima masalah pokok, jelaskan
4. Reformasi birokrasi dikenal sebagai bentuk perbaikan dari yang system sebelumya,
dari hasil pengamatan anda, jelaskan minimal 3 bentuk reformasi birokrasi di
indonesia.
5. Jelaskan 3 tipologi birokrasi berdasarkan perspekti fotoriter
6. Bagaimana perkembangan birokrasi di Negara maju dengan di Negara berkembang.
Jelaskan pebedaanya jika memang berbeda.
7. Birokrasi adalah system dalam pemerintahan yang dijalankan untuk mecapai tujuan
negara. Jelaskan 3 Kategori birokrasi yang kamu ketahui
8. Jelaskan 3 Tipologi birokrasi berdasarkan perspektif keterbukaan.
JAWABAN

1. Tipe ideal Max Weber merupakan fungsi dari semua kerangka konseptual
abstrak untuk menentukan faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam suatu
penyelidikan dan menguraikannya secara jelas. Birokrasi adalah organisasi skala
luas di mana pejabat melaksanakan otoritas rasional-legal dengan menggunakan staf
administratif. Otoritas adalah kekuasaan yang diyakini legitimasinya. Basis
legitimasi atas otoritas di dalam birokrasi adalah legal-rasional. Otoritas legal-
rasional bersandar pada kepercayaan terhadap legalitas peraturan yang dapat
dianalisis secara ilmiah

2. Tahapan Perkembangan Organisasi


- Kreativitas. Kreativitas para pendiri organisasi merupakan tahap
awal dari evolusi suatu organisasi. Bentuk kreativitas ini biasanya
dalam mengembangkan produknya dan pasar. Disain organisasi pada
tahap ini masih merupakan struktur sederhana dan pengambilan
keputusan dikontrol oleh manajer-pemilik atau top manajemen.
Komunikasi antar tingkatan di dalam organisasi berlangsung intensif
dan informal.
Krisis yang muncul pada tahap awal pertumbuhan organisasi adalah krisis
kepemimpinan, karena manajer sukar mengelola organisasi dengan hanya
mengandalkan pada komunikasi informal. Oleh karena itu diperlukan
manajemen profesional yang dapat memperkenalkan dan
mengimplementasikan manajemen dan tehnik organisasi yang makin
kompleks.
- Pengarahan. Pada tahap pengarahan desain organisasi makin birokratis,
komunikasi antar tingkatan menjadi formal dan spesialisasi pekerjaan
mulai diterapkan, seperti aktivitas produksi dan pemasaran. Pengambilan
keputusan pada tahap ini bermuara pada manajemen baru dan manajer
tingkat bawah tidak diikut sertakan. Keadaan ini akan menimbulkan krisis
otonomi, dimana manajer tingkat bawah akan mencari pengaruh yang
lebih besar di dalam pengambilan keputusan. Pada prinsipnya solusi dari
krisis otonomi tersebut adalah pendesentralisasian pengambilan keputusan.
- Pendelegasian. Pada tahap pendelegasian manajer tingkat bawah
mempunyai otonomi yang lebih besar dalam menjalankan aktivitas unit
kerjanya, sedangkan top manajemen lebih berkonsentrasi pada
perencanaan strategis jangka panjang. Krisis yang muncul dari tahap
pendelegasian adalah krisis kontrol, karena manajer tingkat bawah merasa
nyaman dengan otonomi yang diberikan, sedangkan top manajemen
merasa takut organisasi akan dibawa ke berbagai arah. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara dalam mengelola jalannya roda organisasi.
- Koordinasi. Tahap ini muncul sebagai akibat dari krisis kontrol pada
tahap pendelegasian. Koordinasi sangat diperlukan oleh manajer lini dari
unit-unit staf dan kelompok-kelompok produk dalam menjalankan
fungsinya. Namun adanya koordinasi juga menimbulkan konflik garis-staf
yang menyita banyak waktu dan energi, sehingga muncul krisis birokrasi.
- Kerjasama. Jalan keluar dari krisis birokrasi pada tahap koordinasi adalah
kerjasama yang kuat antar individu di dalam organisasi. Budaya
organisasi menjadi substitusi bagi kontrol formal manajemen organisasi.
Struktur organisasi bergerak ke arah bentuk organik.

3. Gejala patologi dalam birokrasi bersumber pada lima masalah pokok


1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat
dilingkungan birokrasi, seperti: penyalahgunaan wewenang dan jabatan; persepsi atas
dasar prasangka; mengaburkan masalah; menerima sogok; pertentangan kepentingan;
cenderung mempertahankan status quo; empire building; bermewah-mewah; pilih
kasih; takut pada perubahan, inovasi, dan resiko; penipuan; sikap sombong;
ketidakpedulian pada kritik dan saran; tidak mau bertindak; takut mengambil
keputusan; sifat menyalahkan orang lain; tidak adil; intimidasi; kurang komitmen;
kurang koordinasi; kurang kreativitas; kredibilitas trendah; kurangnya visi yang
imajinatif; kedengkian; nepotisme; tindakan tidak rasional; bertindak diluar
wewenang; paranoid; patronase; keengganan mendelegasikan; ritualisme; keengganan
pikul tanggung jawab; dan xenophobia.
2. Patologi yang disebabkan karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan
dan keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional, seperti:
ketidakmampuan menjabarkan kebijaksanaan pimpinan; ketidaktelitian; rasa puas
diri; bertindak tanpa berpikir; kebingungan; tindakan yang tidak produktif; tidak
adanya kemampuan berkembang; mutu hasil pekerjaan yang rendah; kedangkalan;
ketidakmampuan belajar; ketidaktepatan tindakan; inkompetensi; ketidakcekatan;
ketidakteraturan; melakukan tindakan yang tidak relevan; sikap ragu-ragu; kurangnya
imajinasi; kurangnya prakarsa; kemampuan rendah; bekerja tidak produktif;
ketidakrapian; dan stagnasi.
3. Patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang
melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundangundangan yang berlaku,
seperti: penggemukan biaya; menerima sogok; ketidakjujuran; korupsi; tindakan
kriminal; penipuan; kleptokrasi; kontrak fiktif; sabotase; tata buku tidak benar; dan
pencurian.
4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat
disfungsional atau negatif, seperti: bertindak sewenangwenang; pura-pura sibuk;
paksaan; konspirasi; sikap takut; penurunan mutu; tidak sopan; diskriminasi;
dramatisasi; sulit dijangkau; sikap tidak acuh; tidak disiplin; kaku; tidak
berperikemanusiaan; tidak peka; tidak sopan; tidak peduli tindak; salah tindak;
semangat yang salah tempat; negativisme; melalaikan tugas; tanggungjawab rendah;
lesu darah; paparazi; melaksanakan kegiatan yang tidak relevan; utamakan
kepentingan sendiri; suboptimal; imperatif wilayah kekuasaan; tidak profesional;
sikap tidak wajar; melampaui wewenang; vested interest; dan pemborosan.
5. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi
dalam lingkungan pemerintahan, seperti: penempatan tujuan dan sasaran yang tidak
tepat; kewajiban sosial sebagai beban; eksploitasi; tidak tanggap; pengangguran
terselubung; motivasi yang tidak tepat; imbalan yang tidak memadai; kondisi kerja
yang kurang memadai; pekerjaan tidak kompatibel; tidak adanya indikator kinerja;
miskomunikasi; misinformasi; beban kerja yang terlalu berat; terlalu banyak pegawai;
sistem pilih kasih; sasaran yang tidak jelas; kondisi kerja yang tidak nyaman; sarana
dan prasarana yang tidak tepat; dan perubahan sikap yang mendadak.
4. Jelaskan minimal 3 bentuk reformasi birokrasi di indonesia
1 . Manajemen perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk secara sistematis dan konsistensi
dari sistem dan mekanisme kerja organisasi, pola pikir serta budaya kerja
individu atau unit kerja didalamnya menjadi lebih baik. Target dari program ini
adalah terciptanya komitmen dari seluruh elemen pemerintahan untuk
melaksanakan reformasi birokrasi, terjadinya perubahan pola pikir dan budaya
kerja, serta menurunkan resiko resistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.
2. Penataan peraturan perundang-undangan
Salah satu program reformasi birokrasi ini diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan
oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Efektifitas tersebut diantaranya
dapat menurunkan tumpang tindih peraturan dari seluruh tingkatan pemerintahan
serta efektifitas dalam pengelolaan peraturan perundang-undangan.
3. Penataan dan penguatan organisasi
Program penataan dan penguatan organisasi ditujukan untuk mengatasi
masalah yang paling sering muncul dari pemerintah terutama dari pemerintah
daerah. Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan efesiensi
organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah secara proporsional dan
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga
organisasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran.
4. Penataan ketatalaksanaan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas sistem, proses
dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efesien dan terukur pada masing-masing
instansi. Target program penataan ketatalaksanaan adalah meningkatnya
penggunakan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
manajemen pemerintah, adannya efesiensi proses manajemen pemerintah dan
meningkatnya kinerja pemerintahan.
5. Penataan sistem manajemen SDM aparatur
Ini salah menjadi salah satu program prioritas dalam reformasi birokrasi. Program
ini diharapkan dapat menciptakan SDM yang profesional dan berkompetensi
dengan dukungan rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi dan
transparan. Program ini dapat dilaksanakan kegiatan perbaikan sistem rekrutmen,
analisis jabatan, evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi, assesmen
individu dan sistem penilaian kinerja

5. 3 tipologi birokrasi berdasarkan perspektif otoriter


Berdasarkan perspektif otoriter :
 Birokrasi tradisional
Sumber legitimasinya adalah waktu, artinya orang yang berkuasa adalah orang-
orang yang lebih lama di dalam birokrasi tersebut.
- Birokrasi Kharismatik
Sumber legitimasinya adalah kepribadian yang luar biasa bagi seorang
pemimpin yang dilihat secara personal.
- Birokrasi Legal-Rasional
Sumber legitimasinya adalah aturan-aturan yang dibuat untuk mencapai
tujuan tertentu

6. Perkembangan Birorasi di Negara maju dan berkembang


Pada negara maju birokrasi akan menjadi sangat terspesialisasi pada
setiap tingkatan/level. Ini merupakan cerminan dari beragamnya aktifitas
pemerintah serta kemampuan teknis yang diperlukan untuk
mengimplementasikan berbagai program pembangunan pada masyarakat yang
lebih mode. Birokrasi negara maju akan menunjukan pada titik tertentu sebuah
tingkat keprofesionalan yang tinggi, baik untuk mengidentifikasi maupun
melayani berbagai kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Karena sistem politik di
negara maju secara keseluruhan sudah stabil dan matang, serta birokrasi sudah
sangat berkembang, maka peran birokrasi pada proses-proses politik sudah jelas
dan teratur dan berada dibawah kontrol yang efektif dari lembaga-lembaga
politik yang secara fungsional menangani hal tersebut.

Sedangkan Birokrasi di kebanyakan negara berkembang cenderung bersifat


patrimonialistik : tidak efesien, tidak efektif (over consuming and under producing),
tidak obyektif, anti terhadap kontrol  karena orientasi dan kritik, tidak mengabdi
kepada kepentingan umum  lebih pada melayani pemerintah, tidak lagi menjadi alat
rakyat tetapi telah menjadi instrumen politis dengan sifat sangat otoritatif dan represif.

Ciri dari birokrasi negara berkembang yaitu: Pertama, administrasi publiknya bersifat
elitis, otoriter, menjauh atau jauh dari masyarakat dan lingkungannya serta
paternalistik. Kedua, birokrasinya kekurangan sumber daya manusia (dalam hal
kualitas) untuk menyelenggarakan pembangunan dan over dalam segi kuantitas.
Ketiga, birokrasi di negara berkembang lebih berorientasi kepada kemanfaatan pribadi
ketimbang kepentingan masyarakat. Keempat, ditandai adanya formalisme. Yakni,
gejala yang lebih berpegang kepada wujud-wujud dan ekspresi-ekspresi formal
dibanding yang sesungguhnya terjadi. Kelima, birokrasi di negara berkembang
acapkali bersifat otonom. Artinya lepas dari proses politik dan pengawasan publik.
Administrasi publik di negara berkembang umumnya belum terbiasa bekerja dalam
lingkungan publik yang demokratis. Dari sifat inilah, lahir nepotisme,
penyalahgunaan wewenang, korupsi dan berbagai penyakit birokrasi yang
menyebabkan aparat birokrasi di negara berkembang pada umumnya memiliki
kredibilitas yang rendah.

7 . Jelaskan 3 Kategori birokrasi yang kamu ketahui


- Pertama, birokrasi pemerintahumum, yakni institusi pemerintahan
yangmenjalankan tugas-tugas pemerintahanumum, termasuk tugas untuk
memulihkankeamanan dan ketertiban dari tingkat pusatsampai ke daerah. Di sini
birokrasimelaksanakan fungsi yang bersifatmengatur (regulative function).
- Kedua,birokrasi pembangunan, ialah institusipemerintahan yang
menyelenggarakansalah satu bidang khusus dalam rangkamencapai tujuan
pembangunan, misalnyapendidikan, kesehatan, pertanian, industri,dan lain-lain.
Dalam hal ini birokrasimenjalankan fungsi pembangunan (develop-ment function),
atau fungsi adaptasi(adaptation,function).
- Ketiga, birokrasipelayanan, yaitu unit-unit institusi yangberhubungan
secara langsung denganmasyarakat, dengan memberikan jasa ataupelayanan.
Termasuk dalam kategoribirokrasi pelayanan, ialah sekolah-sekolah(dari tingkat SD
hingga SMU), rumah sakit,kantor koperasi, bank rakyat, jawatansosial, transmigrasi,
dan lain sebagainya.Fungsi utama birokrasi kategori ketiga iniadalah fungsi
pelayanan.

8. Jelaskan 3 Tipologi birokrasi berdasarkan perspektif keterbukaan

- Dari perspektif derajat keterbukaan, Lee (1971) dalam Zauhar (1996)


mengklasifikasikan ke dalam birokrasi terbuka, campuran, dan tertutup.
Yang dimaksud birokrasi terbuka, derajat keterbukaan birokrasi dapat dilihat pada
aksesibilitas masyarakat untuk berhubungan dengan birokrasi, luasnya
pelaksanaan recruitment, kebebasan kelompok lain untuk memasuki jajaran
birokrasi tingkat menengah dan tinggi, serta derajat kesediaan birokrasi untuk
mendistribusikan kekuasaannya kepada kelompok lain.

- Dalam birokasi tertutup, ditandai dengan adanya ciri yang sangat elitis
dikalangan birokrasi dan mereka menjadi kelas yang memiliki hak
privelese tertentu. Untuk bisa masuk ke birokrasi harus melalui ujian
pamong praja dikaitkan dengan lamanya kuliah di perguruan tinggi.
Rotasi antar bagian bisa terjadi, namun tak diikuti denganpemberian
fasilitas. Kesetiaan para pamong kepada pekerjaannya. Moral mereka
sangat tinggi namun orientasinya menjadi sempit.

- Birokrasi campuran, menurut Zauhar (1996) merupakan tipe birokrasi


hasil kontak yang terbatas antara birokrasi dengan masyarakat
. Kontak yang agak terbatas tersebut dapat diawali dengan masuknya individu ke
dalam jajaran birokrasi pemerintahan guna mengurangi kelemahan birokrasi,
seperti kekurangmampuan birokrasi lama untuk merencanakan, statistik,
industrialisasi dan lain.
-
lain. Ke
terbatasan itu pula maka terbuka dari masuknya para ekspert
(ahli) baik dari kalangan perguruan tinggi maupun dari luar negeri

Anda mungkin juga menyukai