Anda di halaman 1dari 11

HARAPAN-HARAPAN DAN HAMBATAN TEORI PERKEMBANGAN

ADMINISTRASI PUBLIK

Perkembangan Administrasi

Penulis : Amirul Mustofa, Sri Roekminiati & Damajanti Sri Lestari


Penerbit : CV. Jakad Media Publishing
Halaman : 13-20
Kota Terbit : Surabaya
Pada awal perkembangan konsep administrasi, perdebatan dan diskursus antar
pakar di bidang administrasi dan ilmu lain, sangat syarat dengan nilai-nilai yang
dikembangkan pada masing-masing bidang ilmu yang dikembangkan. Namun
demikian, perdebatan ilmu ini membawa aspek positif untuk melahirkan rumusan
konsep administrasi terutama pada lokus dan fokusnya. Konsep administrasi yang
awalnya diragukan dan dianggap sebagai art saja berubah menjadi sebuah ilmu,
terutama setelah adanya kontribusi dari konsep birokrasi, manajemen, dan organisasi.
Dengan demikian, sejak saat itu konsep administrasi menjadi ilmu yang memiliki
karakter manajemen dan birokrasi yang ideal dan berfokus di lembaga pemerintahan.
Pada perjalanan berikutnya, perkembangan dan perubahan administrasi dari OPA
menuju NPM dan menuju NPS mampu menunjukkan sebuah ilmu yang sangat
bermanfaat secara teoritis. Sementara secara praktis, administrasi menjadi sebuah
ilmu telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja institusi pemerintah
dan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif.

Penekanan dalam mempelajari Teori Administrasi Publik sampai saat ini


masih kurang jelas arahnya. Paling tidak di dalam mempelajari administrasi publik
ada 3 topik penting yang harus dipelajari atau didiskusikan:

a. Mengkaji masalah teori-teori administrasi publik dengan per kembangannya


yang disertai sejarah perkembangan admini strasi publik seperti klasifikasinya
Nicholas Henry yang sering disebut paradigma administrasi.
b. Mempelajari base line administrasi publik (Weber, Frederick Winslow Taylor,
Hawthorne Experiment, Chester I. Barnard) dan perspektif administrasi publik
pada teori organisasi. Kalau mengacu pada perspektifnya Harmon dan Mayer,
maka perspektif administrasi publik dijabarkan mulai Neo-clasical theory,
Sytem Theory: Organization as Purposive Entities, Later Human Relations
Theory: Integrating Indiviudals and Organizations, Market Theories:
Organizing as Sosial Action, Theories of Emergence: Organizing as
Discovered Rationality.
c. Isu-isu penting yang dikembangkan dan dijadikan diskusi dalam administrasi
publik, yang saat ini relevan misalnya masalah: kebijakan publik, birokrasi
dan demokrasi, privatisasi atau deregulasi dan debirokratisasi, administrasi
pembangunan dan perbandingan administrasi, profesionalisme dan etika
administrasi publik, dan desentralisasi (pemerintah daerah) dan sentralisasi,
serta isu lain yang relevan.

Untuk menjelaskan perkembangan administrasi dan pelayanan publik, buku

ini membatasi pada empat paradigma yaitu Paradigma Administrasi Negara

Tradisional atau disebut juga sebagai para digma Administrasi Negara Lama (Old

Public Administration), Paradigma New Public Administration, Paradigma New

Public Management, dan Paradigma Governance /New Public Service (Amirul,

2019).

Penulis : Johanes Basuki


Penerbit : Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik
Halaman : 164-165
Kota Terbit : Jakarta
Berbagai permasalahan dan pertanyaan dapat muncul dan terus berkembang
seiring dengan kompleksitas dan dinamika perkembangan permasalahan negara dan
bangsa. Dalam hubungan itu, valid untuk mempertanyakan apakah peran dan manfaat
Ilmu Administrasi Publik dalam menghadapi masalah-masalah bangsa tersebut.
Pertanyaan yang kemudian berkembang adalah kembali pada validitas ke ilmuan dari
Ilmu Adrninistrasi Publik. Dengan kata lain, dalam paradigma baru Ilmu
Administrasi Publik dituntut untuk mengembangkan teorinya agar Ilmu Administrasi
Publik dapat mempertahankan scientific validity dan policy relevance- nya. Secara
lebih spesifik, perubahan konfigurasi tadi seharusnya memicu perkembangan teori-
teori dalam Ilmu Administrasi Publik. Tetapi karena fenomena globalisasi dan Abad
Ke21 merupakan fenornena multifacet, maka varian teori administrasi publik yang
berkembang untuk menjawab tantangan juga beraneka ragam. Sebagai contoh, dapat
dikemukakan: Pada dimensi ekonomi politik, globalisasi telah merubah hubungan
antara negara (the state) dengan pasar (market). Pembangunan di banyak negara-
negara dunia ketiga tidak lagi bersifat state led development, akan tetapi menjadi
bersifat market driven development. Hal ini mendorong teori teori tentang birokrasi
yang merefleksikan enterprenuerial bureauc -racy.

Dari berbagai pendapat dan kajian para pakar, dapat disimpulkan bahwa entre-
prenuerial bureaucracy dimaksud memiliki ciriciri, sebagai berikut:

1) bersifat sensisitf dan responsif terhadap peluang baru yang timbul di dalam
pasar, khususnya sebagai akibat dari proses globalisasi, liberalisasi dan
regionalisasi perdagangan;
2) mampu melepaskan diri dari rutinitas kerja yang terkait dengan fungsi
instrumental birokrasi dan mampu melakukan terobosan (breakthrough)
melalui pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam rangka mengatasi sifatsifat
inertia/ kelambanan birokrasi;
3) mempunyai wawasan jauh ke depan (futuristic) dan melihat sesuatu persoalan
dalam kaitannya dengan variabelvariabel yang lain (systemic);
4) jeli dan cermat terhadap adanya sumbersumber potensial baik yang berasal
dari dalam negeri maupun sumber eksternal (outsourcing);
5) Memiliki kemampuan mengkombinasikan berbagai sumber menjadi resource
mix yang mempunyai efek sinergis yang berproduktivitas tinggi, dan
6) memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber secara optimal dan
menggeser pemanfaatan sumber bagi kegiatan yang berproduktivitas tinggi
(Johanes, 2021).

Teori Administrasi Publik

Penulis : Erika Revida, A Nururrochman Hidayatulloh, Irwan Kurniawan Soetijono,


Ady Hermawansyah, Bonaraja Purba, M Iqbal Tawakkal, Syamsul Bahri,
Muhammad Faisal AR Pelu, Sukarman Purba & Asmarianti Asmarianti

Penerbit : Yayasan Kita Menulis


Halaman : 3-4
Kota Terbit : Medan
Beberapa pengertian administrasi publik menurut para ahli diajukan sebagai
berikut:

1. Administrasi publik adalah fungsi dari pembuatan keputusan, perencanaan,


perumusan tujuan dan sasaran, penggalangan kerja sama dengan DPR dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan untuk memperoleh dukungan rakyat
dan dana bagi program pemerintah, pemantapan dan perubahan organisasi,
pengerahan dan pengawasan pegawai, kepemimpinan, komunikasi,
pengendalian dan lain-lain yang dijalankan oleh lembaga eksekutif dan
lembaga-lembaga pemerintahan lainnya (Caiden, 1982).
2. Administrasi publik adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara efisien dan efektif
(Pasolong, 2007).
3. Administrasi publik adalah seluruh upaya penyelenggaraan pemerintah yang
meliputi kegiatan manajemen pemerintah (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pembangunan) dengan sebuah
mekanisme kerja serta dukungan sumber daya manusia (Ibrahim, 2007).
4. Administrasi publik merupakan aktivitas melayani publik dan atau aktivitas
pelayan publik dalam melaksanakan kebijakan yang diperoleh dari pihak lain
(Hughes, 1994).
5. Administrasi publik adalah suatu proses di mana sumber daya dan personel
publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan, dan
mengimplementasikan dan mengelola keputusan dan kebijakan publik
(Chandler dan Plano, 1988).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pengertian


administrasi publik adalah ilmu dan seni yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam organisasi publik secara rasional bekerja sama untuk mencapai tujuan publik.
Pengertian administrasi publik yang lebih luas adalah proses kerja sama yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi publik secara
rasional melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan terhadap orang dan sarana prasarana untuk mencapai tujuan publik yaitu
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat (Erika, dkk. 2020).

Penulis : Johanes Basuki


Penerbit : Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik
Halaman : 165-166
Kota Terbit : Jakarta
Dilihat dari dimensi temporal, globalisasi mengakibatkan konfigurasi
administrasi publik berkembang dengan cepat dan dinamis sehingga ketidakmampuan
seorang administrator mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi
mengakibatkan ketertinggalan dari dinamika perubahan konfigurasi tadi. Oleh karena
itu, wawasan futuristic merupakan salah satu kualitas yang dituntut oleh proses
globalisasi tadi. Karenanya proses administrasi tidak seharusnya dilihat sematamata
dari perspektif waktu masa sekarang, akan tetapi hams mengantisipasi proses
perubahan yang terjadi di masa depan. Teori teori administrasi yang memfokuskan
perhatiannya pada multi-cultural administration atau multi-cultural management ini
belum banyak berkembang (Johanes, 2021).

Hambatan

Penulis : Johanes Basuki


Penerbit : Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik
Halaman : 57
Kota Terbit : Jakarta

Adapun beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya


kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan
IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-
kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif
terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoya han pada masyarakat bila
terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan (Johanes
Basuki, 2018).

Penulis : Johanes Basuki


Penerbit : Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik
Halaman : 161-164
Kota Terbit : Jakarta

Tantangan Administrasi Publik

Apabila diidentifikasi secara cermat, berdasarkan perkembangan


keadaan, cukup banyak tantangan yang dihadapi administrasi publik, saya
mencatat paling tidak terdapat 21 tantangan yang dihadapi administrasi
publik, yakni:

1. globalisasi ekonomi,
2. Pendidikan
3. pengangguran,
4. tanggung jawab social
5. pelestarian lingkungan hidup
6. peningkatan kualitas hidup
7. penerapan norma norma moral clan etika
8. keanekaragaman tenaga kerja
9. pergeseran konfigurasi demografi
10. penguasaan dan pemanfaatan IPTEK
11. tantangan di bidang politik
12. bencana alam (tsunami, gempa, banjir (disaster management)
13. pemanasan global
14. kesenjangan social
15. manajemen multicultural
16. paperless bureaucracy
17. global competition
18. customer loyalty problem
19. knowledge base economy
20. time to market, dan
21. kualitas kepemim pinan.

Tantangan besar yang dihadapi administrasi publik dihampir semua


negara, adalah, prevalensi dart patologi birokrasi, yaitu kecenderungan
mengutamakan kepentingan sendiri (selfseruing), mempertahankan statusnya
dan resisten terhadap perubahan, cenderung terpusat (centralized), dan dengan
kewenangannya yang besar, sering kali memanfaatkan kewenangan itu untuk
kepentingan sendiri. Dari patologi birokrasi tersebut, dapat ditambahkan 9
(sembilan) patologi birokrasi, yakni;
1. kekurangmampuan pimpinan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat;
2. orientasi kekuasaan dan bukan pada pelayanan
3. rendahnya profesionalisme birokrasi pemerintah;
4. primordialisme, kronisme, dan nepotisme;
5. sikap mengabaikan normanorrna moral clan etika;
6. tidak taat azas
7. perilaku disfungsional para birokrasi;
8. budaya organisasi yang tidak kondusif dalam penciptaan, penumbuhan,
dan pemeliharaan etos kerja yang tercermin dalam loyalitas kepada
negara, disiplin kerja, kepatuhan, dan ketekunan; dan
9. inkonsistensi kebijakan yang berdampak pada makin menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat dan dunia usaha terhadap pemerintah

Sebagai ilmu yang· bersifat interdisiplin, tantangan administrasi publik


menunjukkan menyentuh hampir semua aspek kehidupan organisasional yakni
ekonomi, sosial, budaya, politik dan etika serta moral. Mengingat luas wilayah
perrnasalahan yang dihadapi, pada kesempatan ini hanya beberapa yang diungkap
utamanya yang yang relevan dengan fokus bahasan (Johanes, 2021).

Harapan

Penulis : Harbani Pasolong


Penerbit : Alvabeta CV.
Halaman : 62-63
Kota Terbit : Bandung

Fayol dalam Robbins (2001:380), mengemukakan Prinsip-prinsip administrasi


sebanyak 14 yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga kerja
menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang membuat tenaga
kerja lebih efisien;
2. Wewenang. Manajer harus memberi perintah, wewenang akan membuat
mereka melakukan dengan baik.
3. Disiplin. SDM aparatur harus membantu dan melaksanakan aturan yang
ditentukan organisasi;
4. Kesatuan komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya dari yang
berkuasa;
5. Kesatuan arah. Beberapa kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai
tujuan yang sama dapat diperintah oleh seorang manajer menggunakan satu
rencana;
6. Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum. Kepentingan
setiap orang, pekerja atau kelompok pekerja tidak dapat diutamakan dari
kepentingan organisasi secara keseluruhan;
7. Pemberian upah. Pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas untuk
pelayanan mereka;
8. Pemusatan. Berhubungan pada perbandingan yang mana mengurangi
keterlibatan dalam pengambilan keputusan;
9. Rentang kendali. Garis wewenang dari manajemen puncak pada tingkatan di
bawahnya merepresentasikan rantai skalar;
10. Tata tertib. Orang dan bahanbahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat
dan dalam waktu yang tepat;
11. Keadilan. Manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya;
12. Stabilitas pada jabatan personal. Perputaran yang tinggi merupakan
ketidakefisienan;
13. Inisiatif. Tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawahi
rencana akan menggunakan upaya pada tingkat tinggi;
14. Rasa persatuan. Kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan
kesatuan dalam organisasi (Harbani, 2020).

Penulis : Rudiyansyah & Dahlan


Penerbit : Sah Media
Halaman : 27
Kota Terbit : Makassar

Akuntabilitas administrasi publik dalam pengertian yang luas melibatkan


lembaga-lembaga publik (agencies) dan birokrat (their wokers) untuk mengendalikan
bermacam-macam harapan yang berasal dari dalam dan luar organisasinya. Strategi
untuk mengendalikan harapan-harapan dan akuntabilitas administrasi publik tadi akan
melibatkan dua faktor kritis, sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan mendefinisikan dan mengendali kan (control)


harapan-harapan yang dilakukan oleh keseluruhan lembaga (agency) khusus
di dalam atau di luar organisasi.
2. Derajat kontrol keseluruhan terhadap harapan-harapan yang telah
didefinisikan para agen.

Dengan demikian, maka akuntabilitas administrasi publik, sesungguhnya


berkaitan dengan bagaimana birokrasi publik (agencies) mewujudkan harapan-
harapan publik. Untuk dapat mewujudkannya, tampaknya bukan saja tergantung pada
kemampuan birokrasi publik di dalam mendefinisikan dan mengelola harapan
harapan publik, tapi juga tergantung pada kemampuan publik dalam melakukan
kontrol atas harapan-harapan yang telah didefinisikan, baik yang dilakukan oleh Etika
Administrasi Publik Jurnal Review Politik Volume 03, No 02, Desember 2013 245
lembaga kontrol resmi maupun oleh para politisi dan masyarakat. Sehingga birokrasi
publik dapat dikatakan akuntabel manakala mereka dapat mewujudkan apa yang
menjadi harapan publik (pelayanan publik yang profesional dan dapat memberikan
kepuasan publik) (Rudiyansyah & Dahlan, 2018).

Anda mungkin juga menyukai