Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“Hubungan Ontologi, Epistemologi, dan


Aksiologi dengan Ilmu Gizi”

Dosen Pengampu :
Dr. Rachmat Kasmad, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH
Nama : Rafika Yudding
NIM : 220305500014
Kelas : C

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis diberi waktu untuk menyelesaikan makalah tentang
“Hubungan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dengan Ilmu Gizi”. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
sebanyak-banyaknya kepada pihak yang mendukung penulis selama proses penyelesaian
tugas makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
menambah wawasan kita mengenai Hubungan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
dengan Ilmu Gizi, khususnya bagi Penulis. Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, dan
membantu membuat makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Makassar, Mei
Mahasiswa Prodi Gizi
Universitas Negeri Makassar

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................
DAFTAR ISI.....................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................
A. Latar belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................
A. Apa itu filsafat ilmu?............................................................2
B. Apa itu ilmu gizi?..................................................................3
C. Bagaimana perkembangan sejarah ilmu gizi?.......................4
D. Bagaimana hubungan antara Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi dengan ilmu gizi?.................................................7
BAB 3 PENUTUP.............................................................
1. Kesimpulan...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada mulanya, filsafat dan ilmu- ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Oleh
karena itu dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ibu dari segala ilmu
(materscientiarum) . Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh
kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus dalam ilmu. Hal ini
menyebabkan pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat.

Pada perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dilihat sebagai induk dan sumber
ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam tingkat peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi
sudah menjadi bagian-bagian. Filsafat dan cabang ilmu filsafat sampai saat ini terus
berkembang lebih maju dalam berbagai bidang, antara lain: filsafat pendidikan,
filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama,
filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika, filsafat kesehatan,
dan lain sebagainya. Adapun cabang filsafat ilmu yaitu Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi

Pada makalah ini akan membahas hubungan filsafat (Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi) dengan ilmu gizi. Filsafat ilmu merupakan induk atau ibu pengetahuan.
Ilmu Gizi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makanan dan pengaruhnya
dalam tubuh. Maka filsafat ilmu berkaitan ilmu gizi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu filsafat ilmu?
2. Apa itu ilmu gizi?
3. Bagaimana perkembangan sejarah ilmu gizi?
4. Bagaimana hubungan antara Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi dengan ilmu
gizi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA ITU FILSAFAT ILMU

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin
terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang
tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya.
Filsafat memberi penjelasan atau Jawaban substansial dan radikal atas masalah
tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas
wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada
dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat
dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu,
sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang
ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

Ilmu Filsafat berarti filsafat sebagai disiplin ilmu, sedangkan filsafat ilmu berarti
filsafat yang mewarnai semua keilmuwan. Menurut Koento Wibisono, filsafat adalah
ilmu yang menunjukkan bagaimana usaha manusia yang pantang menyerah dalam
menentukan kebenaran atau realitas secara kritis, menyeluruh dan komprehensif. Oleh
karena itu, proses-proses yang dilalui dalam filsafat adalah refleksi, kontemplasi,
abstraksi, dialog dan evaluasi hingga sintesis. Filsafat (filsafat sebagai ilmu)
mempersoalkan hakikat (substansi) atau "apa" dari objek yang ditemuinya dengan
memposisikan objek secara keseluruhan. Hal ini berbeda dengan disiplin ilmu lain
yang hanya melihat satu aspek atau dimensi saja.

Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian
dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu cini substansinya,
pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut
tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang
dilakukan oleh para ahli.

2
Di zaman modern ini, batas-batas antar ilmu (bidang) semakin kabur, sehingga saling
ketergantungan dan hubungan timbal balik ilmu semakin dibutuhkan. Atau justru
sebaliknya, dikotomi antara ilmu satu dengan ilmu lainnya, tanpa ada kemauan untuk
saling "menyapa". Dalam perjalanannya selanjutnya timbul kebutuhan untuk
mengembangkan filsafat ilmu, yang memang sangat penting untuk menetapkan nilai
atau aksiologi bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang juga penting untuk menetapkan batasan- batasan keilmuan, agar hal tersebut
tidak terjadi. Baru-baru ini, teori sains (Science of Science) telah dipromosikan di
beberapa universitas atau program gelar untuk mengatasi efek baik positif maupun
negatif perkembangan sains terhadap kehidupan manusia.

Filsafat ilmu merupakan kelanjutan dari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah
pengetahuan yang didasarkan pada sumber atau cara tertentu, seperti panca indera,
akal (mind). akal (reason), dan intuisi. Dari sinilah berkembang berbagai "aliran
pemikiran", yaitu rasionalisme (Descartes), empirisme (John Locke), kritik
(Immanuel Kant), positivisme (August Comte), fenomenologi (Husserl),
eksistensialisme (Sartre), konstruktivisme (Fayerabend) dan seterusnya.

B. APA ITU ILMU GIZI


Gizi berasal dari kata bahasa Arab "Ghidza" yang berarti makanan. Ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan berkaitan pula dengan tubuh manusia. Kata gizi selain
berkaitan dengan kesehatan juga berkaitan dengan potensi ekonomi seseorang, yaitu
berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktifitas kerja.

Beberapa ahli mendefinisikan ilmu gizi seperti


 Turner: Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses dimana
organisme hidup yang mempergunakan material-material yang diperlukan
untuk pemeliharaan fungsi tubuh.
 Vrause: Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari makanan dalam
hubungannya dengan kesejahteraan tubuh meliputi kebutuhan makanan, nilai
makanan, pemeliharaan makanan untuk golongan usia dan aktifitas tertentu.
 Yean Bogert: Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang pemberian
makanan kepada tubuh setepat-tepatnya untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

3
perbaikan. Menurut Eva D. Wilson: Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari
tentang tubuh yang terdiri dari jenis, jumlah dan materi yang harus dicukupi
dalam makanan sehari-hari, guna pemeliharaan sel-sel tubuh. Graham Lusk
berpendapat yang dimaksud dengan ilmu gizi adalah totalitas dari pada
peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pertumbuhan, pemeliharaan dan
perbaikan hidup dari tubuh secara keseluruhan. Menurut Sunita Almatsier:
Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.

Jadi dapat dismpulkan bahwa ilmu gizi adalahh ilmu yang mempelajari
mengenai makanan dan kegunaannya pada tubuh.

C. BAGAIMANA PERKEMBANGAN SEJARAH ILMU GIZI


Perkembangan pertama ilmu gizi sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri terjadi
pada tahun 1926, ketika Mary Swartz Rose dikukuhkan sebagai Propesor Ilmu Gizi
pertama di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat. Namun perhatian
mengenai hal ini sebetulnya sudah terjadi sejak zaman purba.
Zaman purba
Manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup. Manusia mempunyai ide- ide yang masih kabur tentang makanan yang
berwujud tabu. kekuatan magis dan nilai-nilai menyembuhkan.
Zaman Yunani
Hippocrates (400 SM), mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan
manusia. Anak-anak yang sedang tumbuh membutuhkan banyak panas, oleh karena
itu mereka membutuhkan banyak makanan
Abad 18
Antoine Lavoisier (1743-1794) Merupakan orang yang pertama yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses
pernapasan, oksidasi dan calorimeter dengan menggunakan guinea pig (sejenis
kelinci) sebagai binatang percobaannya. Lavoisier mengukur pengguanaan oksigen
oleh manusia dalam keadaan puasa dan istirahat yang sekarang ini dikenal dengan

4
Basal Metabolisme. Dia juga menunjukkan bahwa konsumsi Oksigen meningkat
diatas basal dengan menurunnya suhu, pencernaan makanan dan latihan fisik.
Abad 16
Carnaro (1464-1566) dan Francis Bacon (1561-1629) berpendapat bahwa "makanan
yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur"
Abad 19
a. Magendie (awal abad 19) Seorang ahli kimia Prancis untuk pertama kali dapat
membedakan antara barbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein
b. Leibig (1803-1873) Seorang ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa
karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau
energi. Beliau juga menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung
protein, karbohidrat dan lemak
c. Tahun 1808 ditemukan kalsium, diperlukan untuk penggumpalan darah
d. Volt (1831-1908) Seorang murid Liebig menemukan bahwa metabolisme protein
tidak dipengaruhi oleh kerja otot dan bahwa banyaknya metabolisme dalam sel
menentukan banyaknya konsumsi oksigen
e. Boussigault menemukan zat besi sebagai zat esensial, yang pada tahun 1840
penggunaan zat besi untuk menyembuhkan anemia mendapat pengakuan
f. Ringer (1885), mengemukakan bahwa larutan yang mengandung natrium klorida,
kalium dan kalsium klorida di perlukan untuk mempertahankan integritas fungsional
g. Attwater dan Bryant (1899) Ilmuwan Amerika pertama, ia membangun alat
kalorimetri pertama yang dapat digunakan untuk menyekidiki pertukaran energi
manusia. Beliau juga merupakan orang yang pertama menerbitkan Daftar Komposisi
Bahan Makanan.
Abad 20
Ilmu gizi semakin menampakkan diridengan banyaknya penelitian yang dilakukan
tentang pertukaran energi dan sifat- sifat bahan makanan pokok
a. Awal abad 20 pengakuan terhadap ikatan organic dalam jumlah sangat kecil dalam
bahan makanan yang diperlukan oleh tubuh yang kemudian dikenal sebagai vitamin.
b. Lind dari Inggris telah menulis tentang penyakit Scurvy. yang kemudian dikenal
sebagai penyakit akibat kekurangan vitamin C
c. Eykman, menemukan bahwa selaput luar beras (aleuron) mengandung zat yang
dapat mencegah dan menyembuhkan beri-beri
5
d. Mc Collum (1913) menemukan vitamin A, hal ini menandakan era vitamin dalam
penelitian gizi Sebagaimana halnya sejumlah ilmu-ilmu lain, ilmu gizi juga
berkembang pesat setelah Perang Dunia (PD) II.

Perkembangan itu telah berhasil mengidentifikasi banyak penyakit gangguan gizi


seperti xerofthalmia serta gangguan gizi lain akibat defisiensi kalori dan protein, zat
besi, defisiensi yodium, beserta cara-cara menanggulangi berbagai gangguan itu.
Sedangkan perkembangan ilmu gizi di Indonesia berkembang pesat sejak tahun 1975-
an. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan mengikuti anjuran World Health
Organization (WHO) dan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), yaitu dikembangkannya
Pedoman pola menu seimbang yang dikenal dengan Pedoman Menu 4 Schat 5
Sempurna yang diperkenalkan olch Bapak Ilmu Gizi Prof. DR. Dr. Poorwo Soedarmo
melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes. Pedoman ini pada tahun 1995 telah
dikembangkan menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang memuat 13
pesan dasar gizi seimbang.
Sejak Pelita II terdapat kebijakan nasional tentang program perbaikan gizi sebagai
penerapan konsep WHO yaitu Applied Nutritional Programme (ANP) yang
ditegaskan melalui Intruksi Presiden (INPRES) No. 14 tahun 1974, yaitu yang dikenal
sebagai program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. Sejak saat itu program gizi
dijalankan secara nasional dengan mengadakan kerja sama lintas sector yaitu
Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Departemen Agama, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional. Evaluasi secara periodic dilaksanakan secara nasional setiap dua
tahun yang dikenal dengan pertemuan Widya Karya Pangan dan Gizi dibawah
prakarsa Depkes. Akhirnya dapat dicatat kemajuan lain berupa dibentuknya Jaringan
Informasi Pangan dan Gizi (JIPG) yang saat ini berfungsi sebagai pusat informasi
tentang perkembangan penyediaan dan konsumsi pangan yang berguna bagi
perencanaan pengelolaan dan evaluasi program pangan dan gizi.

6
D. BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
1. ONTOLOGI
Ontologi suatu bidang ilmu adalah hakekat penge- tahuan yang menjadikan
asumsi dasar suatu kebenaran bidang ilmu tertentu. Ontologi didefinisikan sebagai
studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu.

Ilmu gizi merupakan ilmu yang mempelajari pangan, nutrisi, dan substansi
lainnya. yang berkaitan dengan fungsi, interaksi, dan kesetimbangan serta
hubungannya dengan kesehatan dan penyakit beserta prosesnya di tubuh
organisme, meliputi makan, pencernaan, absorbsi, transpor, pergerakan, dan
eksresi sisa makanan. Ilmu gizi mempelajari pangan dan zat-zat pangan yang
bermanfaat bagi kesehatan, proses yang terjadi sejak dikonsumsi, dicerna, diserap
sampai digunakan tubuh & dampaknya terhadap tumbuh kembang, produktivitas
kerja & kelangsungan hidup manusia serta faktor yang berpengaruh.

2. EPISTEMOLOGI
Epistemologi atau sejarah perkembangan keilmuan dalam menelaah asal mula dan
ruang lingkup suatu ranah pengetahuan yang berupaya menjawab pertanyaan
'bagaimana ilmu pengetahuan didapatkan dan dibangun?'.

Perkembangan ilmu gizi merupakan perkembangan dari kehidupan purba.


Pencarian nutrisi pada zaman dahulu, perkembangan ilmu pengetahuan pada Abad
Pertengahan menjadi titik tolak argumentasi para ahli seperti ini: Definisi gizi
telah berubah seiring berjalannya waktu, dari zaman dahulu hingga sekarang.
Dahulu, manusia purba mencari makan hanya untuk bertahan hidup. Kemudian
berkembang hingga nutrisi dikaitkan dengan penyembuhan yaitu sebagai obat, dan
terus berkembang hingga nutrisi menjadi ilmu. Di Indonesia juga, perkembangan
ilmu gizi saat ini mengalami kemajuan pesat. Orang-orang yang terlibat dalam
pembangunan pangan Indonesia tampil ke depan. Perannya sangat penting untuk
menyadarkan masyarakat Indonesia akan pentingnya nutrisi dalam tubuh.

7
3. AKSIOLOGI
Aksiologi adalah nilai-nilai (values) yang merupakan tolok ukur kebenaran ilmiah
yang menjadikan etik dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian,
penggalian dan aplikasi ilmu. Aksiologi adalah nilai tujuan pemanfaatan dan
penggunaan pengetahuan untuk me- ningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan
hidup manusia. Sejalan dengan perkembangan zaman, ketika nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi negara pada suatu
ketika, maka perilaku manusia atau masyarakat akan mengadopsi keserbabolehan
yang ada.

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi gizi kurang
maupun gizi lebih.
1) Penanggulangan masalah gizi kurang
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga:
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit:
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG):
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat; f. Peningkatan teknologi…
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan
(PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul
minyak beriodium:
h. Peningkatan kesehatan lingkungan:
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi,
j. Upaya pengawasan makanan dan minuman
k. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.

8
2) Penanggulangan masalah gizi lebih
a. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan
balita di posyandu..
b. Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di
puskesmas / RS dan rumah tangga.
c. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada
balita kurang gizi dari keluarga miskin
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan
gizi kepada anak (ASIMP-ASI).
e. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu tidak dapat
dipisahkan dari ilmu gizi, karena filsafat adalah induk dari segala ilmu. dan ilmu gizi
merupakan salah satu ilmu yang mewakili kemajuan filsafat ilmu. Jadi ilmu gizi
adalahh ilmu yang mempelajari mengenai makanan dan kegunaannya pada tubuh.
Adapun cabang filsafat ilmu yaitu Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi

10
DAFTAR PUSTAKA

Agustiina, F. M. (2008). Tinjauan Filsafat Kesehatan Reproduksi. Jurnal kesehatan


masyarakaat, 126-132.
Drs. Syahfrizar, M. d. (2008). Ilmu gizi. malang: Wineka Media.
Iswari Pauzi, M. S. (2022). PERANAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN ILMU
KESEHATAN (KAJIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI.
Jurrnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 267-273.
Lilis Bonowati, S. M. (2014). Ilmu Gizi Dasar. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

11

Anda mungkin juga menyukai