Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Mengenal Ilmu Tajwid dan Tahsin

Dosen Pengampu: Siar Ni’mah, S.Ud., M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 1

Ayu Agiswi (230206020)

Nurhafifah Abbas (230206004)

Hafiza Tul Kifaya (230206022)

Program Study Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Usuluddin dan komunikasi Islam
Universitas Islam Ahmad Dahlan Sinjai

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
menjadi uswatun hasanah bagi seluruh umat.

Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya. Baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pertama dari mata kuliah ILMU TAJWID
DAN TAHSIN dengan judil “Mengenal Ilmu Tajwid dan Tahsin”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yaitu khususnya kepada
dosen mata kuliah Ilmu Tajwid dan Tahsin yang telah membimbing menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi setiap pihak
terutama bagi mereka para pembaca.

Sinjai, 04 Oktober 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an berasal dari kata qirâ’ah yang bacaan1, menurut Mannâ al-
Qaththân, Al-Qur’an secara bahasa berasal dari qara’a yang bermakna pengumpulan
dan penggabungan. Membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap ummat
islam. Oleh karena itu membaca dan juga mempelajari Al-Qur’an hukumnya wajib
bagi setiap muslim. Tidak hanya cukup membacanya saja kitab suci Al-Qur’an tentu
harus dipelajari. Setiap muslim diwajibkan untuk mempelajari dan mengamalkan
ajaran-ajaran yang terkandung didalam kitab suci Al-Qur’an.
Didalam mempelajari Al-Qur’an pun tidak bisa sembarangan ada ilmu-ilmu
yang harus dipelajari dalam proses mempelajari Al-Qur’an diantaranya yaitu tahsin
didalam islam mempunyai makna bahwa didalm membaca kitab suci Al-Qur’an harus
lah benar dan tepat demi terjaganya keaslian praktik dakwah sesuai ajaran nabi
muhammad SAW. Tahsin sendiri adalah bahasa arab yang mempunyai arti
memperbaiki, memperkaya, atau menguatkan. Tahsin juga dapat diartikan sebagai
penyempurnaan hal-hal yang berkaitan dengan kesempurnaan lafadz pengucapan
huruf-huruf Al-Qur’an.
Al-Qur’an dipelajari untuk memahami makna atau pesan dibalik teks. Maka
untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Qur’an perlu memahami qira’at
dan cara membaca Al-Qur’an dengan benar harus mempelajari ilmu tajwid. Ilmu
tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Qur’an dengan
sebaik-baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta
memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan dari tujuan ilmu tajwid.
Belajar ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah sedangkan membaca Al-Qur’an dengan
baik hukumnya fardhu ain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ilmu tajwid dan tahsin?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tajwid?
3. Apakah hukum mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian ilmu tajwid dan tahsin.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ilmu tajwid.
3. Untuk mengetahui apa itu hukum mempelajari dan mengamalakn ilmu tajwid.

1
Al-Shubhish Shalih, Mabahits fi’Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘Iimi al-malayin, 1988, cet.hlm,17.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian ilmu Tajwid dan Tahsin


a. Pengertian ilmu tajwid
Menurut etimologi2, Tajwid artinya memperbagus. Jawadda yujawwidu
artinya Hassana yuhassinu (memperbagus). Sedangkan menurut terminolog,
tajwid adalah ilmu untuk mengetahui pengucapan sifat inti (asli) dan yang
bukan inti, (bukan asli) serta hukum-hukum yang muncul darinya.

Imam Ibnu Jazari Rahimahumullah menuturkan di dalam An-


Nasyr,”Setahu saya, tidak ada cara untuk mencapai puncak kesempurnan dan
tajwid, mencapai puncak ralat dan pembenaran seprti melatih lidah, dan
mengulang kata yang di pelajari dari mulut orang yang menguasai bacaan Al-
Qur’an dengan baik. Karena, tajwid bukanlah memain-mainkan lidah, mulut dan
rahang, memanjakan huruf tasydid, memendekkan huruf panjang, terlalu
mendengungkan bacaan ghunnah,ataupun terlalu memendekkan ra’ dengan
bacaan yang tidak disukai watak, hati, dan pendengaran. Tapi tajwid itu bacaan
yang mudah, nikmat, dan lembut yang tidak komat-kamit, tidak dipaksa-kan,
tidak dibuat-buat, tidak berlebihan, tidak menyimpang dari tabiat orang arab dan
ucapan orang-orang fasih dari segi apapun dalam cara membaca dan
menyampaikan bacaan.

Secara bahasa Tajwid artinya membaguskan.3 Sedangkan menurut istilah


adalah mengeluarkan setiap huruf melalui makhrojnya (tempat keluarnya huruf)
dengan memberikan hak dan mustahaqnya.4 Haq adalah sifat asli yang selalu
bersama dengan huruf tersebut, seperti al-jahr, isti’la’, ithbaq dan semisalnya.5

a. Pengertian ilmu Tahsin


Istilah ‘tahsin’ sering kali dikaitkan dengan aktifitas membaca Al-Qur’an.
Istilah ini telah mendapatkan tempat dihati masyarakat, terutama mereka yang
menyadari pentignya melaksanakan rutinitas membaca Al-Qur’an dengan segala
kesempurnaannya. Istilah ini muncul sebagai sinonim dari kata yang lebih
dahulu akrab di kaum muslimin yaitu ‘Tajwid’ yang seringkali dipahami sebagai
ilmu yang membahas tatacara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta
segala tuntutan kesempurnaanya. Secara istilah, istilah tajwid yang disamakan
dengan tahsin ini memiliki arti yang sama yaitu membaguskan.

2
Syaikh Dr.Aiman Rusydi suwaid, Al-Quranul Karim dan Ilmu tajwid,Terjemahan Umar Nujtahid,Lc,Terbitan
Zan-Zam,Cet.II, hal.9-10.
3
Aiman Rusydi Suwaid, At-Tajwid, Al-Mushowwar (Damaskus:Ghoutsani, 2021), h. 17.
4
Muhammad Mahmud Al-Masyhud bin Abi Rimah, Hidayatul Mustafid Fii Ahkam At-Tajwid (Dar at-
Tarbiyah, 1922), h. 4.
5
Ahmad An-Nuri,Panduan Tahsin Tilawah, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 9th ed. (Pustaka Al-Kautsar, 2016), h.
17.
2. Sejarah perkembangan ilmu Tajwid

ilmu yang membahas cara baca Al-Qur’an ini telah bermula sejak awal mula
datangnya islam, yaitu pada masa Rasulullah. Sebab, Allah sendirilah yang memerintahkan
untuk membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan tartil. Hanya saja, pada masa itu belum
ditemukan pengodifikasian secara khusus.

Bacaan-bacaan Rasulullah tentu menjadi referensi paling otoritatif bagi para sahabat.
Semua permasalah tentang cara membaca Al-qur’an langsung diputuskan oleh mereka
berdasarkan arahan secara langsung dari nabi. Oleh karnanya, belum ditemukan satu
kodifikasi ilmu yang membahas secara khusus tentang cara membaca Al-Qur’an saat itu.
Cara baca mereka masih kuat dan utuh dengan mengacuh pada bacaan Rasulullah secara
langsung saat bersamanya.

Masa sahabat pun selesai, dan diganti oleh masa tabiin (orang-orang yang menututi
sahabat). Pada masa itu perkembangan islam semakin luas, tentu juga banyak
pemeluknya yang semakin beragam; dari berbagai bangsa dengan tipikal sosial dan
geografis yang plural. Akibatnya, terjadilah asimilasi bangsa arab dengan bangsa-bangsa
lainya sehingga banyak ummat islam yang membaca Al-Qur’an dengan gaya dan
kehendak sendiri, tanpa metode dan tanpa ilmu.

Penyebaran islam yang terus meluas tidak lantas bersamaan dengan menjadikan
pemeluknya bisa membaca Al-Qur’an dengan benar dan tepat sesuai dengan bacaan yang
dicontohkan oleh Rasulullah. Dari sinilah, ilmu yang membahas secara khusus perihal
cara membaca Al-Qur’an dengan benar mulai dibutuhkan.

Tepat pada abad kedua setelah hijriah, lahirlah seorang anak muda yang kemudian
menjadi ulama tersohor yang berhasil mengodifikasikan ilmu tajwi, dia adalah Imam
Muzahim Al-Khaqani, yang kemudian dikenal dengan kitab karanganya yang berjudul
Qashidah Raiyyah Fii Qurra Wa Husnil Ada.Pendapat ini sebagaimana ditegaskan oleh
Syekh al-Jazari dalam kitabnya, ghayatun Nihayah Fii Thabqatil Qurra.

‫ُهَو َأَّوُل َمْن َصَّنَف ِفي الَّتْج ِوْي ِد‬

Artinya, “Dia (Abu Muzahim) adalah orang pertama yang menyususun perihal (ilmu)
tajwid.”
3. Hukum Mempelajari dan Mengamalkan ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardu kifayah. Sedangkan
hukum membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardu ‘ain.

Hukum mempelajari tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardu kifayah atau
merupakan kewajiban kolektif. Artinya mempelajari ilmu tajwid secara mendalam
tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oelh beberapa orang saja.
Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorang pun yang mempelajari ilmu tajwid,
maka berdosalah kaum itu. Kalau ada dalam suatu daerah ada seseorang yang
menguasai ilmu tajwid maka bagi yang lainnya tidak menanggung dosa, kalau sampai
tidak ada maka seluruh kaum muslimin di daerah tersebut menanggung dosa.

Adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan menggunakan aturan tajwid


adalah fardu ‘ain atau merupakan kewajiban pribadi, karenanya apabila seseorang
membaca Al-Qur’an tidak memggunakan ilmu tajwid, hukumnya berdosa. Artinya
bagi seseorang yang mukallaf baik laki-laki atau perempuan harus membaca Al-
Qur’an dengan tajwid, kalau tidak maka dia berdosa.

Syekh Ibnu jazariy dalam syairannya mengatakan:

“Membaca Alquran dengan tajwid hukumnya wajib. Siapa saja yang membaca
Alquran tanpa memakai ilmu tajwid, hukumnya dosa. Karena sesungguhnya Allah
menurunkan Alquran berikut tajwidnya. Demikianlah yang sampai kepada kita dari-
Nya”.

Senada dengan bapak Amir, dkk (2014: 20-21) yang tercantum dalam bukunya
Panduan Pembelajaran Al-Quran bahwa hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai
disiplin ilmu adalah fardhu kifayah (kewajiban kolektif). Sedangkan hukum membaca
Alquran dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardhu ‘ain (kewajiban
perseorangan). Penggunaan tajwid di dalam membaca Alquran ini dimaksudkan agar
pembaca tidak terjatuh pada kesalahan (lahn) yang dapat menimbulkan kekeliruan
pemahaman.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa hukum mempelajari ilmu tajwid adalah
Fardhu Kifayah, sedang hukum membaca Alquran dengan memakai ilmu tajwid
adalah Fadhu ‘Ain.
BAB III
A. Kesimpulan
1. Setiap muslim di wajibkan menbaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Oleh sebab
itu setiap muslim di wajibkan belajar memahami tatacara dalam membaca Al-
Qur’an/ ilmu tajwid.
2. Ilmu tajwid yaitu ilmu yang membahas tentang tatacara membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, yang berisi tentang cara membaca, kapan bacaan harus di
baca panjang, pendek, berdengung, jelas, samar-samar dan dimana harus berhenti,
serta mengetahui makharijul huruf yang benar dan tepat.
3. Tahsin adalah memperbaiki, meningkatkan, atau membaguskan bacaan Al-
Qur’an. Manfaat mempelajar tahsin Al-Qur’an adalah untuk merangsang hati
untuk melakukan tadabbur ayat yang sedang di baca.seseorang muslim wajib bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena ketika sholat kita pasti
membaca surat pendek dalam juz amma. Dalam membaca Al-Qur’an ada
beberapa kesalahan yang sering kita alami baik yang kita sadari ataupun tidak,
misalnya tidak konsisten dalam membaca huruf-huruf yang memiliki tanda
panjang. Dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini, sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membagun. Penulis
juga mengharapkan makalah ini sangat sangat bermanfaat untuk kita khususnya
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Dr. Aiman Rusydi Suwaid. Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, PT


Zamzam, cet.II
Fajar Hasan Mursyid, Lc., M. A, Bimbingan Tahsin Tilawah Al-Qur’an, PT.
UMSU press, cet. I
Ahmad An-Nuri, Panduan Tahsin Tilawah, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, 9th ed.
(Pustaka Al-Kautsar, 2016).
Al-Shubhish Shalih, Mabahits fi’ Ulum Al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘Ilmi al-
malayin, 1988, cet.
Aiman Rusydi Suwaid, At-Tajwid, Al-Mushowwar (Damaskus:Ghoutsani, 2021).
Muhammad Mahmud Al-Masyhud bin Abi Rimah, Hidayatul Mustafid Fii Ahkam
At-Tajwid (Dar at-Tarbiyah, 1922).

Anda mungkin juga menyukai