Anda di halaman 1dari 20

DISUSUN OLEH :

NAMA : HAFIZOH PULUNGAN

KELAS : III PIA

GURU PEMBIMBING : UMMY SYAMSIAH


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................

a. Pengertian Ilmu Tajwid..................................................................


b. Objek Kajian Ilmu Tajwid..............................................................
c. Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid.................................................
d. Perkembangan Ilmu Tajwid...........................................................
e. Dalil-dalil dari Al-Qur’an...............................................................
f. Dalil-dalil dari As-Sunnah..............................................................
g. Suroh Al-Maidah Ayat 16-18 .........................................................
h. Macam-macam Makhrojul Huruf..................................................
i. Sifatul Huruf (Cara Pengucapan Huruf).......................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................


DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Ilmu Tajwid" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas pendidikan agama dengan judul "Ilmu Tajwid". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.

Tanggabosi, September 2016


Penulis

( HAFIZOH PULUNGAN )
BAB I
PENDAHULUAN

Ibn Khaldun sebagaimana dikutip oleh Ingrid Mattson menyatakan bahwa


pengajaran al-Qur`an kepada anak-anak merupakan simbol Islam. Orang Islam
masih melakukan pengajaran semacam itu di berbagai kota untuk menanamkan
keyakinan yang kuat kepada Islam dan rukun iman yang bersumber dari ayat al-
Qur`an dan hadis Nabi. Oleh karena itu, nampak bahwa pengajaran al-Qur`an
merupakan salah satu upaya menanamkan nilai-nilai keislaman. Inilah –mungkin-
yang disebut Quraish Shihab dengan istilah ‘membumikan al-Qur`an’.
Salah satu bentuk pengajaran al-Qur`an yang patut diajarkan kepada anak
sejak usia dini adalah cara membaca al-Qur`an yang baik dan benar, yang
kemudian dinamakan dengan tajwid. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, sebab,
pada dasarnya dalam membaca al-Qur`an dibutuhkan ilmu tersendiri yang
berbeda dengan bacaan-bacaan Arab lainnya, seperti panjang pendeknya huruf,
waqaf dan ibtida` (berhenti dan memulai bacaan), serta cara-cara pelafalan huruf
(makharij al huruf).
Berdasarkan paparan tersebut, nampaklah urgensi ilmu tajwid dalam
pengajaran al-Qur`an. tetapi, sebelum mengkaji ilmu tajwid dalam tataran
praktis-aplikatif, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dipahami ilmu tajwid dari
segi historisitasnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dikaji tinjauan umum
ilmu tajwid meliputi pengertian, objek kajian, sejarah serta perkembangan ilmu
tajwid.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Ilmu Tajwid


Secara bahasa, kata tajwid merupakan bentuk mashdar dari kata jawwada
yang berarti memperbaiki/memperindah (at tahsin). Sedangkan menurut istilah,
tajwid adalah:

‫إخراج كل حرف من مخؤجه وإعطاءه حقّه ومستحقّه من‬


‫الصفات‬
“Mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan
mustahaq dari sifat-sifatnya”.
Haq huruf adalah sifat-sifat yang lazim pada huruf seperti hams, jahr,
syiddah, rakhawah, dll. Sedangkan mustahaq huruf adalah sifat-sifat huruf yang
tidak tsabit padanya yang sekali-kali ada dan sekali-kali tidak ada. Di antaranya
sifat tarqiq yang muncul dari sifat istifal atau sifat tafkhim yang muncul dari sifat
isti’la, ikhfa, mad, qashr, dll.
Menurut as-Suyuthi, tajwid adalah hiasan bacaan, yaitu memberikan kepada
setiap huruf hak-haknya dan urutan-urutannya serta mengembalikan setiap huruf
kepada makhraj dan asalnya, melunakkan pengucapan dengan keadaan yang
sempurna, tanpa berlebih-lebihan dan memaksakan diri.
Oleh karena itu, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang
pemenuhan haq dan mustahaq huruf meliputi tempat keluar huruf (makhraj) dan
sifat-sifatnya. Sebenarnya, tata cara pembacaan al-Qur`an sesuai dengan haq dan
mustahaq huruf telah termaktub dalam al-Qur`an Surah al-Isra ayat 106:
“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.”

Ayat tersebut menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam
membaca al-Qur`an yang telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw
dan kemudian dirangkum oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya
dengan ilmu tajwid. Selain ilmu tajwid, ilmu tentang tata cara membaca al-
Qur`an dikenal juga dengan nama fannut tartil dan haqqut tilawah.
Urgensi pembacaan al-Qur`an dengan tajwid dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu, pertama, adanya riwayat yang memerintahkan untuk membaca al-
Qur`an dengan tajwid, sebagaimana yang dikutip oleh as-Suyuthi dalam kitab ad-
Dani bahwa Ibn Mas’ud berkata: Bacalah al-Qur`an dengan tajwid. Kedua,
menjaga lidah dari lahn (kesalahan) ketika membaca al-Qur`an. Sebab, ulama
menganggap bacaan tanpa tajwid sebagai lahn (kesalahan). Lahn ada dua macam
yaitu jali dan khafi. Lahn yang jali adalah kesalahan yang tampak jelas dan
diketahui oleh ahli qiraah dan orang lain. Sedangkan lahn khafi adalah kesalahan
yang samar yang hanya diketahui oleh ahli qiraah dan orang yang mahir bacaan
al-Qur`annya.

B.    Objek Kajian Ilmu Tajwid


Secara umum, pokok bahasan ilmu tajwid adalah lafadz-lafadz al-Qur`an.
Oleh karena itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang berhubungan dengan al-
Qur`an yang memiliki karakteristik tersendiri. Dengan mempelajari ilmu tajwid,
maka akan mengurangi celah kesalahan dalam membaca al-Qur`an. selain itu,
dengan menggunakan tajwid akan mengantarkan kepada pembacaan al-Qur`an
secara tartil sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Swt dalam Surah al-
Muzzammil ayat 4 yang sekira-kira artinya :

“Dan bacalah al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.”

Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, kata rattala dan tartil
terambil dari kata ratala yang berarti serasi dan indah, sehingga tartil al-Qur`an
adalah membaca al-Qur`an dengan pelahan-lahan sambil memperjelas huruf-
huruf berhenti dan memulai (ibtida`) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat
memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.
Lebih terperinci lagi ada tiga cara membaca al-Qur`an yaitu, pertama, tahqiq,
yaitu memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan
mad, menyempurnakan harakat dengan tidak memberikan sukun kepada huruf
yang berharakat, mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll. Ulama
qiraah yang membaca dengan cara ini adalah Hamzah dan Warasy. Kedua, hadr,
yaitu bacaan cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaedah-kaedah
tajwid dengan cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati dari memotong
huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian)
harakat. Ulama qiraah yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu
Ja’far. Ketiga, tadwir, yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq (perlahan)
dan cepat (hadr). Inilah yang diriwayatkan dari kebanyakan imam qiraah. Perlu
diketahui, dari tiga tingkatan tersebut, istilah tartil mencakup seluruhnya.
Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan
(mustahab) guna mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi ‘ajami (non
Arab) yang tidak mengetahui makna al-Qur`an. Bahkan, sebenarnya bukan hanya
untuk ‘ajami saja, tetapi untuk semua umat Islam, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat mentartilkan dan
membaguskan bacaan al-Qur`an adalah sunah.
Membahas ilmu tajwid, setidaknya mencakup empat hal mendasar, yaitu :
- Ma’rifah makharij al-huruf, mengenal tempat-tempat keluarnya huruf.
- Ma’rifah shifatiha, mengenal sifat-sifat huruf.
- Ma’rifah maa yatajaddadu laha bisababin at-tarkib min al-ahkam, mengenal
hukum-hukum yang muncul bagi huruf dengan sebab tarkib (susunan huruf
dengan huruf lainnya).
- Riyadhah al-lisan wa katsrah at-tikrar, latihan lidah dan banyak mengulang.
Sedangkan menurut as-Suyuthi, cakupan ilmu tajwid meliputi tata cara
waqaf, imalah, idgham, hukum-hukum hamzah, tarqiq, tafkhim, dan makhraj-
makhraj huruf.
Hal tersebut secara tersirat telah ditekankan oleh Ibn al-Jazari, beliau berkata:

ّ ‫وال ش‬
‫ك أن هذه األ ّمة كماهم متعبّدون بفهم معاني القرأن وإقامة حدوده‬
‫متعبّدون بتصحيح ألفاظه وإقامة حروفه على الصفة المتلقّاة من أئ ّمة‬
‫القراءة المتّصلة بالحضرة النبويّة األفصحيّة العربيّة الّتي ال تجوز‬
•‫مخالفتها‬
“Tidak ada keraguan bahwa umat ini sebagaimana mereka itu beribadah dengan
cara memahami makna al-Qur`an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga
beribadah dengan cara memperbaiki lafadz-lafadznya, dan menegakkan huruf-
hurufnya sesuai dengan sifat yang diambil para imam qiraah yang bersambung
sampai kepada Nabi Saw yang bahasa Arabnya paling fasih, yang kita tidak
boleh menyelisihinya.”

C.    Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid


Salah satu riwayat yang menjelaskan tentang tata cara membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar adalah riwayat yang disampaikan oleh Musa Ibn Yazid al-
Kindi, ia berkata;

•‫ انما الصدقت للفقراء‬:‫كان ابن مسعود يقرئ القرأن رجال فقرأ الرجل‬
:‫ قال‬,‫ ما هكذا أقرأنيها رسول هللا‬:‫ فقال ابن مسعود‬,‫ مرسلة‬,‫والمسكين‬
‫ انما الصدقت• للفقراء‬:‫ أقرأنيها‬:‫كيف أقرأكها يا أبا عبد الرحمن؟ قال‬
.‫ فم ّدها‬,‫والمسكين‬
“Ibn Mas’ud mengajarkan al-Qur`an kepada seseorang, lalu orang itu membaca
‫( انما الصدقت للفقراء والمسكين‬at-Taubah:60) dengan memendekkan lafadz al-fuqara,
maka Ibn Mas’ud berkata: ‘tidak seperti itu Rasulullah mengajarkan bacaan
kepadaku’. Orang itu bertanya: ‘Bagaimana beliau mengajarkan qiraah
kepadamu, wahai Abu Abdurrahman?’ Ibn Mas’ud menjawab: ‘Beliau
membacakannya kepadaku ‫ انما الصدقت للفقراء والمسكين‬yaitu dengan memanjangkan
lafadz al-fuqara.

Berdasarkan riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa cara membaca al-Qur`an


dengan benar telah sejak awal diajarkan oleh Rasulullah Saw, sehingga jika
dilihat dari sisi ‘amaliyah (praktik), peletak dasar ilmu ini adalah Rasululullah
Saw. Selain itu, ada beberapa hal yang menegaskan hal tersebut, seperti
pembacaan al-Qur`an secara perlahan-lahan (QS. Al-Isra: 106) dan perintah
untuk membaca al-Qur`an secara tartil (QS. Al-Muzzammil: 4). Kemudian,
tuntunan bacaan al-Qur`an tersebut dilanjutkan kepada sahabat, tabi’in, hingga
sekarang.
Sedangkan dari sisi nazhariah (teori), peletak dasar ilmu tajwid adalah para
imam qiraah. Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang pertama kali
meletakkan dasar-dasar ilmu tajwid. Ada yang mengatakan Abul Aswad ad-
Duali, ada yang berpendapat Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Ada juga yang
berpendapat al-Khalil bin Ahmad. Sedangkan pendapat yang kuat untuk peletak
dasar ilmu tajwid adalah Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-Khaqani dengan
karyanya yang dikenal dengan nama al-Qashidah al-Khaqaniyah. Pendapat ini
salah satunya dipegang oleh Ibn al-Jazari yang mengatakan:

‫هو أ ّول من صنّف في التجويد‬


“Dia (Abu Muzahim al-Khaqani) adalah orang yang pertama kali menulis
tentang tajwid.”

Tulisan Abu Muzahim tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu


tajwid pada masa-masa selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya
ulama-ulama yang menulis karya tentang ilmu tajwid, seperti

- Kitab at-tanbih ‘ala al-lahnil Jali wal Lahnil Khafi, karya Abul Hasan Ali bin
Ja’far bin Muhammad as-Sa’idi ar-Razi (w. 410 H).
- Kitab ar-Ri’ayah li Tajwidil Qira`ah wa Tahqiqi Lafdzi at-Tilawah, karya
Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi (w. 437 H).
- Kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid, karya Abu Amr Utsman bin Sa’id ad-
Dani (w. 444 H).

D.     Perkembangan Ilmu Tajwid


Seiring dengan perkembangan zaman, pencetakan al-Qur`an semakin banyak
memiliki inovasi-inovasi baru. Salah satu inovasi dalam pencetakan al-Qur`an
juga menyentuh ranah ilmu tajwid. Menurut Ingrid Mattson, pada awal 1990-an,
inovasi penting dalam bidang pencetakan mushaf menyebar cepat di seluruh
dunia Islam. Inovasi itu adalah penemuan sistem penulisan huruf dalam warna
yang berbeda untuk menandakan bunyi yang dikehendaki ilmu tajwid. Sistem ini
dikembangkan oleh seorang insinyur Syiria yang belajar tajwid kepada seorang
ulama di Damaskus. Buku tajwid Qur`an telah disahkan secara resmi oleh para
ulama al-Azhar di Kairo dan diterbitkan oleh Dar al-Ma’rifah. Tajwid Qur`an ini
lebih mudah diakses dan digunakan dibandingkan dengan teks-teks abad
pertengahan seperti karya al-Dani, al-Syatibi, Ibn al-Jazari, dll.
Di Indonesia, perkembangan produksi mushaf muncul sejak awal dasawarsa
2000-an, ketika teknologi computer semakin maju dan dimanfaatkan oleh para
penerbit. Perubahan itu sangat mencolok dalam hal kaligrafi teks mushaf. Salah
satunya adalah pewarnaan pada teks al-Qur`an berkaitan dengan tajwid. Hal ini
bertujuan untuk menuntun para pembaca al-Qur`an yang masih awam dalam ilmu
tajwid, dengan memberi warna tertentu terkait hukum bacaan dalam ilmu tajwid.
Selain itu, dalam dunia modern, kajian ilmu tajwid juga sering dihubungkan
dengan fonetik dan fonologi al-Qur`an. Fonetik adalah ilmu yang membicarakan
masalah bunyi tanpa memperhatikan fungsi dan makna yang dikandung oleh
bunyi itu. Bunyi dipelajari sebagai suatu gejala alami, contoh kajiannya adalah
membahas organ bicara, makhraj dan sifat bunyi.
Sedangkan fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa
tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya.
Contoh kajiannya adalah modifikasi bunyi: idgham, ikhfa, imalah, isymam,
panjang-pendek, dan waqaf.

E. Dalil-dalil dari Al_Qur'an

 Firman Allah 'azza wajalla

"Dan bacalah Alquran dengan tartil” (QS. 73:4)


Ini adalah sifat Kalamullah, maka wajib bagi kita untuk membacanya dengan
apa yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla.
 Firman Allah Azza wa Jalla:
“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (Al Baqarah: 121)
Dan mereka tidak akan membaca dengan sebenarnya kecuali harus dengan
tajwid, kalau meninggalkan tajwid tersebut maka bacaan itu menjadi bacaan
yang sangat jelek bahkan kadang-kadang bisa berubah arti. Ayat ini
menunjukkan sanjungan Allah Azza wa Jalla bagi siapa yang membaca Al
Qur’an dengan bacaan sebenarnya.

F. Dalil-dalil dari As Sunnah


1. Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau menjawab bahwa bacaan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu dengan panjang-panjang kemudian
dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta
memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari)
2. Perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat agar mengambil
bacaan dari sahabat yang mampu dalam bidang ini sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, telah bersabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “Mintalah kalian bacaan Al Qur’an dari
Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab,
Mu’adz bin Jabal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah para sahabat yang mulia, padahal mereka itu orang-orang
yang paling fasih dalam pengucapan Al Qur’an masih disuruh belajar, lalu
bagaimana dengan kita orang asing yang lisan kita jauh dari lisan Al
Qur’an?
3. Dan dalil yang paling kuat sebagaimana apa yang diriwayatkan oleh Sa’id
bin Mansur ketika Ibnu Mas’ud menuntun seseorang membaca Al Qur’an.
Maka orang itu mengucapkan:
“Innamash shadaqatu lil fuqara-i wal masakin.”
Dengan meninggalkan bacaan panjangnya, maka Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu katakan, “Bukan begini Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membacakan ayat ini kepadaku.” Maka orang itu jawab, “Lalu
bagaimana Rasulullah membacakan ayat ini kepadamu wahai Abu
Abdirrahman?” Maka beliau ucapkan:
“Innamash shadaqaatu lil fuqaraa-i wal masaakiin.”
Dengan memanjangkannya. (HR. Sa’id bin Mansur)
Ibnu Mas’ud langsung menegur orang ini padahal ini tidak merubah
arti, akan tetapi bacaan Al Qur’an itu adalah suatu hal yang harus diambil
sesuai dengan apa yang Rasulullah ucapkan.

G. Surah Al-Maidah Ayat 16-18 (Seri Tadabbur Al-Qur’an)

Ayat dan Terjemah :

16. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan ke jalan yang lurus.
 
17. Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al
Masih putera Maryam."Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih
putera Maryam beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada di bumi?"
Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.

18. Orang Yahudi dan Nasrani berkata, "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-
kekasih-Nya" Katakanlah, "Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-
dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi
kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia
mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia
kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada
di antara keduanya. Kepada Allah-lah semua akan kembali."

H. Macam-Macam Makhorijul Huruf

Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah (29) itu memang banyak yang


berpendapat, namun dari sekian pendapat yang paling banyak diikuti oleh ulama
qurro’ dan ahlul ada’ adalah pendapat Syekh Kholil bin Ahmad an-Nahwiy
(Guru Imam Sibaweh). Adapun menurut beliau Makhorijul Huruf Hujaiyah itu
ada 17 tempat, dan bila diringkas ada 5 tempat, yatu; Al-Jauf (lubang /rongga
mulut), Al-Halqu (tenggorokan / kerongkongan), Al-Lisanu (lidah), Asy-Syafatain
(dua bibir) dan Al-Khoisyum (janur hidung).
Penjelasan dari masing-masing makhorijul huruf tersebut adalah sebagai berikut :
a. Al-Jauf (‫)الجوف‬, artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan.
Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada rongga mulut
dan rongga tenggorokan. Bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan
rongga tenggorokan ada tiga macam, yaitu ; alif ( ‫) ا‬, wawu mati ( ‫ ) ْو‬dan ya’
mati ( ‫ي‬
ْ ) dengan penjelasan sebagai berikut :
َ ‫َمااَل‬
1) Alif dan sebelumnya ada huruf yang difathah Contoh : ‫غ َوى‬

2) Wawu mati dan sebelumnya ada huruf yang didhommah Contoh :‫قُ ْولُ ْوا‬
3) Ya’ mati dan sebelumnya ada huruf yang dikasrah Contoh :
َ‫َحا ِم ِديْن‬
b. Al-Halqu (‫)الحلق‬, artinya tenggorokan / kerongkongan
Yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada
kerongkongan / tenggorokan. Dan berdasarkan perbedaan teknis
pelafalannya, huruf-huruf halqiyah (huruf-huruf yang keluar dari
tenggorokan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu ;
1) Aqshal halqiy (pangkal tenggorokan), yaitu huruf hamzah ( ‫) ء‬dan ha’ ( ‫ه‬
)
2) Wasthul halqiy (pertengahan tenggorokan), yaitu huruf ha’ ( ‫ ) ح‬dan ’ain (
‫)ع‬
3) Adnal halqiy (ujung tenggorokan), yaitu huruf ghoin ( ‫ ) غ‬dan kho’ ( ‫) خ‬

c. Al-Lisan (‫)اللسان‬, artinya lidah


Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya dari lidah ada 18 huruf,
yaitu : Berdasarkan delapan belas huruf itu dapat dikelompokkan menjadi 10
makhraj, yaitu sebagai berikut :
1) Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang, yaitu huruf Qof (
‫)ق‬. Maksudnya bunyi huruf qof ini keluar dari pangkal lidah dekat dengan
kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.
2) Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah, yaitu
huruf Kaf (‫)ك‬. Maksudnya bunyi huruf kaf ini keluar dari pangkal lidah di
depan makhraj huruf qof, yang dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut
bagian tengah.
“ lazimnya disebut huruf LAHAWIYAH, artinya huruf-huruf sebangsa
anak mulut atau sebangsa telak lidah.”
3) Tengah-tengah lidah, yaitu huruf Jim ( ‫) ج‬, Syin ( ‫ ) ش‬dan Ya’ ( ‫) ي‬.
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari tengah-tengah lidah
tepat, serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya.
“Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf SYAJARIYAH, artinya huruf-huruf
sebangsa tengah lidah.”
4) Pangkat tepi lidah, yaitu huruf Dlod ( ‫) ض‬.
Maksudnya bunyi huruf Dlod ( ‫ ) ض‬keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah
kanan atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta
menepati graham.
“Huruf Dlod ini lazimnya disebut huruf JAMBIYAH, artinya huruf
sebangsa tepi lidah.”
5) Ujung tepi lidah, yaitu huruf Lam (‫)ل‬.
Maksudnya bunyi huruf Lam (‫ )ل‬keluar dari tepi lidah (sebelah
kiri/kanan) hingga penghabisan ujung lidah, serta menepati dengan langit-
langit mulut atas.
6) Ujung lidah, yaitu huruf Nun (‫)ن‬.
Maksudnya bunyi huruf Nun (‫ )ن‬keluar dari ujung lidah (setelah
makhrojnya Lam (‫)ل‬, lebih masuk sedikit ke dasar lidah dari pada Lam (
‫))ل‬, serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
7) Ujung lidah tepat, yaitu huruf Ro’ (‫)ر‬.
Maksudnya bunyi huruf Ro’ (‫ )ر‬keluar dari ujung lidah tepat (setelah
makhrojnya Nun dan lebih masuk ke dasar lidah dari pda Nun), serta
menepati dengan langit-langit mulut atas.
“Tiga huruf tersebut di atas (Lam, Nun dan Ro’), lazimnya disebut huruf
DZALQIYAH, artinya huruf-huruf sebangsa ujung lidah.”
8). Kulit gusi atas, yaitu Dal (‫)د‬, Ta’ (‫ )ت‬dan Tho’ (‫)ط‬.
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta
menepat i dengan pangkal dua gigi seri yang atas.
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut NATH’IYAH, artinya huruf-huruf
sebangsa kulit gusi atas.”
9) Runcing lidah, yaitu huruf Shod (‫)ص‬, Sin (‫ )س‬dan Za’ (‫)ز‬.
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta
menepati ujung dua gigi seri yang bawah.
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut huruf ASALIYAH, artinya huruf-
huruf sebangsa runcing lidah.”
10) Gusi, yaitu huruf Dho’ (‫)ظ‬, Tsa’ (‫ )ث‬dan Dzal (‫)ذ‬.
Maksudnya huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta menepati
dengan ujung dua gigi seri yang atas.
“Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf LITSAWIYAH, artinya huruf
sebangsa gusi.”

d. Al-Syafatain, artinya dua bibir


Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada kedua
bibir.Yang termasuk huruf-huruf syafatain ialah wawu (‫)و‬, fa’ (‫)ف‬, mim (‫)م‬
dan ba’ (‫ )ب‬dengan perincian sebagai berikut :
1) Fa’ (‫ )ف‬keluar dari dalamnya bibir yang bawah, serta menepati dengan
ujung dua gigi seri yang atas.
2) Wawu, Ba, Mim (‫ م‬, ‫ ب‬, ‫ )و‬keluar dari antara dua bibir (antara bibir atas
dan bawah). Hanya saja untuk Wawu bibir membuka, sedangkan untuk
Ba dan Mim bibir membungkam.
“Empat huruf tersebut di atas lazimnya disebut huruf SYAFAWIYAH,
artinya huruf-huruf sebangsa bibir.”
e. Al-Khaisyum, artinya pangkal hidung
Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada janur hidung.
Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan huruf tersebut, maka
tidak dapat terdengar. Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah
mim dan nun dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Nun bertasydid ( ّ‫)ن‬
2) Mim bertasydid (‫) ّم‬
3) Nun sukun yang dibaca idghom bigunnah, iqlab dan ikhfa’ haqiqiy
4) Mim sukun yang bertemu dengan mim (‫ )م‬atau ba (‫)ب‬
I. Sifatul Huruf (Cara Pengucapan Huruf)

Sifatul Huruf (Cara Pengucapan Huruf)." Setelah mempelajari


Makharijul huruf, belumlah cukup jika tidak dilanjutkan dengan mempelajari
sifat-sifat huruf (shifatul huruf). Karena sangat mungkin, seseorang dapat
mengucapkan huruf ‫( ب‬ba’) pada lafad َّ‫ب َوتَب‬ٍ َ‫ لَه‬dengan tepat sebagaimana
makhrajnya, namun bacaan tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna,
sehingga harus di ucapkan sesuai dengan salah satu sifatnya, yaitu qalqalah.
Tujuan mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar huruf yang keluar dari
mulut kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf Al-Qur'an itu sendiri.
Sifat huruf adalah ciri yang menjelaskan perihal suatu huruf, perkara tajwid
dalam bacaan al-Quran. Melalui sifatnya, seseorang itu akan mampu
membedakan suatu huruf, dengan keadaan pengucapan seperti tertahan,
berdesing, melantun dan sebagainya. Kelebihan memahami sifat huruf ini adalah
sebagai pelengkap kepada makhroj. Dengan mengetahui sifatnya, kita dapat
membedakan lafadh pengucapan bagi huruf yang makhrojnya sama.
Tambahan pula, kita akan dapat mengenal huruf yang kuat dan lemah atau
huruf yang dilafadhkan secara tebal dan tipis karena sifat yang wujud pada
hurufnya.
Sifat huruf juga membantu ketepatan sebutan suatu huruf supaya dapat
dilafadhkan dengan betul, terutamanya bagi huruf yang hampir sama
pengucapannya seperti huruf tha (‫ )ث‬dengan sin (‫)س‬, ha' (‫ )ح‬dengan ha ((‫)ﻫ‬.
Ulama berselisih pendapat tentang jumlah bilangan sifat huruf, namun
biasanya pendapat yang digunakan ialah pendapat Ibnu Jazari, yaitu terdapat 17
sifat huruf semuanya.
Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian:

1. Shifat Lazimah (‫)ﻻﺯﻣﻪ‬, Sifat Yang Memiliki Lawan


ْ x Al Jahr (‫)ال َج ْه ُر‬
a. Segi nafas: Al Hams ( ُ‫)الهَ ْمس‬ ْ
b. Segi suara: Asy Siddyah (ُ‫ )ال ِّش َّدة‬x Ar Rakhwah (ٌ‫ = ) َرخَا َوة‬Tawassuth
c. Segi pangkal lidah: Al Isti’la’ (‫ )اِ ْستِ ْعالَ ٌء‬x Al Istifal (ٌ‫)اِ ْستِفَال‬
ْ ِ‫ )ا‬x Al Infitah (‫)اِ ْنفِتَا ٌح‬
ٌ ‫طبَا‬
d. Segi lidah dengan rongga mulut: Al Ithbaq (‫ق‬
ٌ َ‫ )اِ ْذال‬x Al
e. Segi mudah & tidaknya mengeluarkan huruf: Al Idzlaq ( ‫ق‬
ٌ ‫)اِصْ َم‬
Ishmat (‫ات‬

2. Shifat 'Aridhah (‫)ﻋﺎﺭﻀﻪ‬, Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan


Sifat ‘Aridhah : Ciri yang berubah-ubah bagi suatu huruf, seperti tarqiq
(tipis), tafkhim (tebal), ghunnah(dengung), idgham(meleburkan huruf), atau
ikhfa'(menyamarkan huruf)’, panjang atau pendek dan seumpamanya.
Diantaranya:
a. Safir (‫ )ﺻﻔﺮ‬- Suara dari hujung mulut seakan-akan bersimpul
b. Qalqalah (‫ )ﻗﻠﻘﻠﻪ‬- memantulkan
c. Lin (‫ )ﻟﻴﻦ‬- lembut
d. Inhiraf (‫ )ﺇﻧﺤﺮﺍﻑ‬- miring
e. Takrir (‫ ) ﺗﻜﺮﻳﺮ‬- berulang
f. Tafasysyi (‫ ) ﺗﻔﺸﻰ‬- menyebar
g. Istitolah (‫ ) ﺇﺳﺘﻂﺎﻟﻪ‬- memanjang

Demikian penjelasan dan uraian singkat seputar shifatul huruf.  Shifatul


huruf adalah cara pengucapan terhadap huruf-huruf hujaiyah secara benar dan
sesuai. Shifatul huruf secara garis besar dibagi kepada dua yaitu shifat lazimah
dan shifat 'aridhah.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap
huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-
sifatnya. Oleh karena itu, secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-
Qur`an dengan baik dan benar. Istilah yang dikenal dalam membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar dinamakan tartil.
Sebenarnya pembacaan al-Qur`an dengan menggunakan kaidah-kaidah tajwid
telah dilakukan secara langsung oleh Nabi Saw dan dilanjutkan secara terus-
menerus generasi berikutnya. Tetapi, pada masa itu belum menjadi satu keilmuan
yang utuh menjadi ilmu tajwid. Perkembangan selanjutnya oleh Abu Muzahim
dengan kitabnya al-Qashidah al-Khaqaniyah yang menurut para ulama menjadi
penggagas utama dalam ilmu tajwid. Berkembang lebih pesat setelah ad-Dani
menulis kitab tentang tajwid.
Di era modern, mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam
mushaf-mushaf yang dikreasikan dengan warna-warni. Di satu sisi, inovasi
tersebut dapat menjadi sarana memotivasi umat Islam dalam belajar tajwid.
Tetapi, alangkahbijak jika penggunaan al-Qur`an tajwid tersebut dibarengi
dengan pembelajaran secara langsung (musyafahah dan talaqqi) kepada guru
yang mumpuni dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Silsilah al-Ahadits as-Shahihah jilid 5 hadis


nomor 2237. Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, t.th.
Ad Dani. at Tahdid fil Itqan wa at Tajwid. Oman: Dar ‘Ammar, 2000.
Faizin, Hamam. Sejarah Pencetakan al-Qur`an. Yoyakarta: Era Baru Pressindo,
2012.
Fattah, Abdul. Hidayah al Qari ila Tajwid Kalam al-Bari. Madinah: Maktabah
Thayyibah, t.th.
al-Hamad, Ghanim Qadduri. al-Muyassar fi ‘Ilm Tajwid. Jeddah: Ma’had Imam asy-
Syathibi, 2009.
______________________. Abhats fi ‘Ilm at-Tajwid. Oman: Dar ‘Ammar, 2001.
Kurnaedi, Abu Ya’la. Tajwid Lengkap asy-Syafi’I. Jakarta: Pustaka Imam asy-
Syafi’I, 2013.
Mattson, Ingrid. Ulumul Qur`an Zaman Kita, terj. R. Cecep Lukman Yasin. Jakarta:
Zaman, 2013.
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Fonetik dan Fonologi al-Qur`an. Jakarta: Amzah,
2012.
Nawawi, Imam. at-Tibyan fi Adab Hamalah al-Qur`an. Jakarta: Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2012.
Salim, Ahmad. Hukum Fikih seputar al-Qur`an, (ed.). Fahrur Muis & Ferry Irawan.
Jakarta: Ummul Qura, 2011.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah Volume 14. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
as-Suyuthi, Jalaluddin. al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur`an, terj. Tim Editor Indiva.
Surakarta: Indiva Pustaka, 2008.

Anda mungkin juga menyukai