KATA PENGANTAR..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Ilmu Tajwid" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.
( HAFIZOH PULUNGAN )
BAB I
PENDAHULUAN
Ayat tersebut menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam
membaca al-Qur`an yang telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw
dan kemudian dirangkum oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya
dengan ilmu tajwid. Selain ilmu tajwid, ilmu tentang tata cara membaca al-
Qur`an dikenal juga dengan nama fannut tartil dan haqqut tilawah.
Urgensi pembacaan al-Qur`an dengan tajwid dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu, pertama, adanya riwayat yang memerintahkan untuk membaca al-
Qur`an dengan tajwid, sebagaimana yang dikutip oleh as-Suyuthi dalam kitab ad-
Dani bahwa Ibn Mas’ud berkata: Bacalah al-Qur`an dengan tajwid. Kedua,
menjaga lidah dari lahn (kesalahan) ketika membaca al-Qur`an. Sebab, ulama
menganggap bacaan tanpa tajwid sebagai lahn (kesalahan). Lahn ada dua macam
yaitu jali dan khafi. Lahn yang jali adalah kesalahan yang tampak jelas dan
diketahui oleh ahli qiraah dan orang lain. Sedangkan lahn khafi adalah kesalahan
yang samar yang hanya diketahui oleh ahli qiraah dan orang yang mahir bacaan
al-Qur`annya.
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, kata rattala dan tartil
terambil dari kata ratala yang berarti serasi dan indah, sehingga tartil al-Qur`an
adalah membaca al-Qur`an dengan pelahan-lahan sambil memperjelas huruf-
huruf berhenti dan memulai (ibtida`) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat
memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.
Lebih terperinci lagi ada tiga cara membaca al-Qur`an yaitu, pertama, tahqiq,
yaitu memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan
mad, menyempurnakan harakat dengan tidak memberikan sukun kepada huruf
yang berharakat, mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll. Ulama
qiraah yang membaca dengan cara ini adalah Hamzah dan Warasy. Kedua, hadr,
yaitu bacaan cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaedah-kaedah
tajwid dengan cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati dari memotong
huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian)
harakat. Ulama qiraah yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu
Ja’far. Ketiga, tadwir, yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq (perlahan)
dan cepat (hadr). Inilah yang diriwayatkan dari kebanyakan imam qiraah. Perlu
diketahui, dari tiga tingkatan tersebut, istilah tartil mencakup seluruhnya.
Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan
(mustahab) guna mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi ‘ajami (non
Arab) yang tidak mengetahui makna al-Qur`an. Bahkan, sebenarnya bukan hanya
untuk ‘ajami saja, tetapi untuk semua umat Islam, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat mentartilkan dan
membaguskan bacaan al-Qur`an adalah sunah.
Membahas ilmu tajwid, setidaknya mencakup empat hal mendasar, yaitu :
- Ma’rifah makharij al-huruf, mengenal tempat-tempat keluarnya huruf.
- Ma’rifah shifatiha, mengenal sifat-sifat huruf.
- Ma’rifah maa yatajaddadu laha bisababin at-tarkib min al-ahkam, mengenal
hukum-hukum yang muncul bagi huruf dengan sebab tarkib (susunan huruf
dengan huruf lainnya).
- Riyadhah al-lisan wa katsrah at-tikrar, latihan lidah dan banyak mengulang.
Sedangkan menurut as-Suyuthi, cakupan ilmu tajwid meliputi tata cara
waqaf, imalah, idgham, hukum-hukum hamzah, tarqiq, tafkhim, dan makhraj-
makhraj huruf.
Hal tersebut secara tersirat telah ditekankan oleh Ibn al-Jazari, beliau berkata:
ّ وال ش
ك أن هذه األ ّمة كماهم متعبّدون بفهم معاني القرأن وإقامة حدوده
متعبّدون بتصحيح ألفاظه وإقامة حروفه على الصفة المتلقّاة من أئ ّمة
القراءة المتّصلة بالحضرة النبويّة األفصحيّة العربيّة الّتي ال تجوز
•مخالفتها
“Tidak ada keraguan bahwa umat ini sebagaimana mereka itu beribadah dengan
cara memahami makna al-Qur`an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga
beribadah dengan cara memperbaiki lafadz-lafadznya, dan menegakkan huruf-
hurufnya sesuai dengan sifat yang diambil para imam qiraah yang bersambung
sampai kepada Nabi Saw yang bahasa Arabnya paling fasih, yang kita tidak
boleh menyelisihinya.”
• انما الصدقت للفقراء:كان ابن مسعود يقرئ القرأن رجال فقرأ الرجل
: قال, ما هكذا أقرأنيها رسول هللا: فقال ابن مسعود, مرسلة,والمسكين
انما الصدقت• للفقراء: أقرأنيها:كيف أقرأكها يا أبا عبد الرحمن؟ قال
. فم ّدها,والمسكين
“Ibn Mas’ud mengajarkan al-Qur`an kepada seseorang, lalu orang itu membaca
( انما الصدقت للفقراء والمسكينat-Taubah:60) dengan memendekkan lafadz al-fuqara,
maka Ibn Mas’ud berkata: ‘tidak seperti itu Rasulullah mengajarkan bacaan
kepadaku’. Orang itu bertanya: ‘Bagaimana beliau mengajarkan qiraah
kepadamu, wahai Abu Abdurrahman?’ Ibn Mas’ud menjawab: ‘Beliau
membacakannya kepadaku انما الصدقت للفقراء والمسكينyaitu dengan memanjangkan
lafadz al-fuqara.
- Kitab at-tanbih ‘ala al-lahnil Jali wal Lahnil Khafi, karya Abul Hasan Ali bin
Ja’far bin Muhammad as-Sa’idi ar-Razi (w. 410 H).
- Kitab ar-Ri’ayah li Tajwidil Qira`ah wa Tahqiqi Lafdzi at-Tilawah, karya
Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi (w. 437 H).
- Kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid, karya Abu Amr Utsman bin Sa’id ad-
Dani (w. 444 H).
16. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan ke jalan yang lurus.
17. Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Al
Masih putera Maryam."Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih
putera Maryam beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada di bumi?"
Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
18. Orang Yahudi dan Nasrani berkata, "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-
kekasih-Nya" Katakanlah, "Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-
dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi
kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia
mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia
kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada
di antara keduanya. Kepada Allah-lah semua akan kembali."
2) Wawu mati dan sebelumnya ada huruf yang didhommah Contoh :قُ ْولُ ْوا
3) Ya’ mati dan sebelumnya ada huruf yang dikasrah Contoh :
ََحا ِم ِديْن
b. Al-Halqu ()الحلق, artinya tenggorokan / kerongkongan
Yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada
kerongkongan / tenggorokan. Dan berdasarkan perbedaan teknis
pelafalannya, huruf-huruf halqiyah (huruf-huruf yang keluar dari
tenggorokan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu ;
1) Aqshal halqiy (pangkal tenggorokan), yaitu huruf hamzah ( ) ءdan ha’ ( ه
)
2) Wasthul halqiy (pertengahan tenggorokan), yaitu huruf ha’ ( ) حdan ’ain (
)ع
3) Adnal halqiy (ujung tenggorokan), yaitu huruf ghoin ( ) غdan kho’ ( ) خ
KESIMPULAN
Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap
huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-
sifatnya. Oleh karena itu, secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-
Qur`an dengan baik dan benar. Istilah yang dikenal dalam membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar dinamakan tartil.
Sebenarnya pembacaan al-Qur`an dengan menggunakan kaidah-kaidah tajwid
telah dilakukan secara langsung oleh Nabi Saw dan dilanjutkan secara terus-
menerus generasi berikutnya. Tetapi, pada masa itu belum menjadi satu keilmuan
yang utuh menjadi ilmu tajwid. Perkembangan selanjutnya oleh Abu Muzahim
dengan kitabnya al-Qashidah al-Khaqaniyah yang menurut para ulama menjadi
penggagas utama dalam ilmu tajwid. Berkembang lebih pesat setelah ad-Dani
menulis kitab tentang tajwid.
Di era modern, mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam
mushaf-mushaf yang dikreasikan dengan warna-warni. Di satu sisi, inovasi
tersebut dapat menjadi sarana memotivasi umat Islam dalam belajar tajwid.
Tetapi, alangkahbijak jika penggunaan al-Qur`an tajwid tersebut dibarengi
dengan pembelajaran secara langsung (musyafahah dan talaqqi) kepada guru
yang mumpuni dalam bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA