Anda di halaman 1dari 5

Keniscayaan Budaya Islam

Allah SWT menciptakan manusia dengan beberapa kemampuan, agar mereka dapat
berinteraksi dengan sesamanya sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial.
Diantara kemampuan itu adalah, dengan mulut atau lisan manusia bertutur, dengan
akhlak manusia bisa berperilaku dan dengan jiwa empati, simpati, dan segala bentuk
perasaan lainnya, manusia bisa berinteraksi satu sama lain.
Pada dasarnya, dengan kemampuan itu manusia ingin mewujudkan keinginan dan
tujuannya di persada bumi ini, nah. Apa tujuan manusia? Tujuan manusia ada dua,
yaitu kebaikan dan kebahagiaan
Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia
Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa pandangan seseorang terhadap kebahagiaan
dan kebaikan itu berbeda-beda satu sama lain, tidak menutup kemungkinan,
pandangan kami terhadap kebaikan dan kebahagiaan berbeda dengan jama’ah
sekalian, atau diantara jama’ah juga saling berbeda pandangan terhadap kebaikan dan
kebahagiaan itu, bahkan bisa jadi saling bertolak belakang.
Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, selanjutnya akan melahirkan cara
berperilaku yang berbeda, dan prilaku yang berbeda itu akhirnya menimbulkan
kebudayaan yang berbeda pula, karena pada dasarnya budaya itu lahir dari interaksi
prilaku manusia.
Dalam pandangan Islam, dari perbedaan itu, setidaknya ada dua budaya yang
berkembang besar, hingga menjadi dua landansan umat manusia dalam menjalani
fungsinya sebagai makhluk sosial:

Pertama: Siapa saja yang memandang bahwa kebaikan dan


kebahagiaan itu tolak ukurnya dunia semata
Tanpa ada tujuan terhadap akhirat, maka kebaikan dan kebahagiaan hanya berupa
harta wanita dan tahta, maka ia akan melakukan apa saja untuk mencapai kebaikan
dan kebahagiaan menurut ukurannya, berinteraksi dengan pola pikir dunia,
bersosialisasi dengan tujuan meraup harta, mendapat pasangan hidup yang cantik dan
menduduki kekuasaan yang tinggi, dan segala tindak tanduk lainnya yang didasarkan
pada kesenangan dunia, dari itu akan terbentuk interaksi dunia semata, yaitu interaksi
yang tak mengindahkan tujuan akhirat, interaksi yang kosong dari ajaran Islam. Dari
interaksi inilah muncul budaya yang sering kita sebut sebagai “budaya jahiliyah”.
Hal yang perlu disadari bersama bahwa, budaya jahiliyah ini sejatinya adalah budaya
yang merusak, menjadi virus disetiap segi, tidak hanya pada kehidupan manusia,
juga merusak pada tatanan alam semesta.
Bagaimana tidak, interaksi yang terbentuk didalam budaya jahiliyah ini, adalah
interaksi syahwat belaka, ajaran Islam yang telah ditiadakan digantikan oleh system
brutal untuk mewujudkan kesenangan dunia semata, akibatnya segala cara ditempuh
untuk tujuan itu, segala cara dipergunakan, meski harus mengorbankan banyak
orang, atau meski merusak banyak lini. Baik dari aspek jiwa, hingga aspek di luar
jiwa.
Lihat saja, korupsi merajalela, perampokan dimana-mana, permerkosaan dan
perzianahan semakin meningkat juga semakin keji dan masih banyak lagi penyakit-
penyakit sosial yang diakibatkan oleh budaya jahiliyah yang terbentuk dari interaksi-
interaksi hewaniyah.
Sehingga secara jelas, budaya jahiliyah ini akan menurukan derajat manusia menjadi
lebih hina dari pada hewan. Sehingga dampak yang paling parah yaitu orang muslim
yang menjadi musuh Islam, sebab keisalaman dicampakkan lalu diganti dangan pola
hidup jahiliyah, atau barat, dewasa ini yang hanya memuaskan nafsu belaka. Padahal
Rasululllah SAW telah mengultimatum kita semua sebagai umatnya dengan
sabdanya:
‫وممن تووشببَهو بمقومومم فوههوو مممنههمم )أبي داود‬
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia tergolong didalam golongan
tersebut” (HR. Abu Daud)

Kedua: siapa-siapa saja yang memandang bahwa kebaikan dan


kebahagiaan itu tolak ukurnya adalah penilaian Allah SWT.
Kebaikan dan kebahagiaan itu adalah wujud dari Ridho-Nya, sehingga untuk
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan tersebut harus sesuai dengan ajaran-Nya,
yaitu syariat Islam, maka mereka-mereka inilah yang akan membentuk suatu budaya
yang kita sebut sebagai “budaya Islami” sebab, tentunya dengan interaksi-interaksi
mereka yang sesuai dengan tuntunan Islam, itu akan melahirkan kondisi sosial yang
seluruhnya didasari oleh aturan-aturan Islam.
Dan jika telah terwujud yang demikian, maka segala aspek kehidupan, baik manusia
maupun diluar manusia, di dunia ini, akan tercegah dari perusakan dan pergeseran
sunnatullah atau hukum alam yang menjadi hukum asal dari setiap benda yang ada di
dunia ini, sebab sudah sangat jelas, bahwa Allah SWT yang menciptakan seluruh
alam semesta, sehingga Allah SWT lah yang paling tau pemeliharaan dan
penjagaannya, dan disinilah peran kita sebagai khalifatullah fil Ardhi untuk
mewujudkan tugas pemeliharaan tersebut.
Penjagaan dan pemeliharaan dapat berjalan dengan baik harus berpedoman dengan
syari’at Islam sebagai Rahmatan lil Alamin, sesuai dengan konsep di atas. Untuk itu,
langkah yang harus kita tempuh untuk membudayakan ajaran Islam disekitar kita
adalah dengan cara merubah terlebih dahulu prilaku kita menjadi perilaku Islami, dan
untuk mewujudkan perilaku yang Islami, maka ada empat hal yang harus di benahi:
Aqidah yang selamat: Aqidah yang meng-Esakan Allah SWT, Aqidah yang
mempercayai dan mengakui seluruh kekuasaan Allah SWT dan Aqidah yang
melahirkan cinta, takut dan patuh kepada Allah SWT
Ibadah yang benar: ibadah yang didasari oleh aqidah yang selamat, ibadah yang
dituntukan oleh Rasulullah SAW
Akhlak yang utama: akhlak yang telah dicontohkan oleh seluruh nabi dan Rasulullah
SAW , yaitu akhlak yang betul-betul mewujudkan sabda Nabi sebagai ciri Islam
“muslim ialah muslim lain aman dari gangguan lisan dan tangannya”
Al-Hukmul Al-‘adil: hukum yang didalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang dapat
menurunkan harkat dan martabat manusia, hukum yang sesuai dengan kebutuhan
seluruh Alam, hukum yang membawa keamanan, kedamaian dan kesejahteraan yang
sebenar-benarnya
Maka apabila keempat unsur tersebut terpenuhi dalam jiwa seorang muslim, niscaya
secara otomatis perilakunya akan sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh aturan
Islam, dan dari perilaku ini, terbentuklah budaya Islam yang kita idam-idamkan.
Kaum Muslimin jamaah jumat yang berbahagia.
‫‪Poin penting yang harus kita pahami bersama bahwa, jika ada yang beranggapan,‬‬
‫‪budaya jahiliyah dapat disatu padukan dengan budaya Islami, sungguh hal itu adalah‬‬
‫‪sebuah anggapan yang sangat keliru dan tak berdasar.‬‬
‫‪Karena telah kita paparkan sebelumnya, budaya jahiliyah hanyalah sebuah system‬‬
‫‪yang merusak tatanan masyarakat, sementara budaya Islam datang untuk memelihara‬‬
‫‪dan memberikan kedamaian bagi seluruh umat manusia.‬‬
‫‪Maka bagaimana mungkin dua kebudayaan yang saling bertolak belakang, saling‬‬
‫‪tolak menolak satu sama lain bisa disatukan, hal ini sama saja ingin menyatukan air‬‬
‫‪dengan minyak takkan pernah menyatu, hingga langit runtuh sekalipun.‬‬
‫‪Disinilah peran kita sebagai umat Islam, yaitu menegakkan budaya Islami yang‬‬
‫‪langkah awalnya adalah membersihkan pondasi sosial kita dari segala bentuk‬‬
‫‪kejahiliyahan, barulah setelah itu, kita mulai membangun tonggak budaya Islam kita,‬‬
‫‪mengembangkan payung syari’at Islam, lalu dengan di bawah payung tersebut,‬‬
‫‪bernaung beragam budaya yang terdapat di negara kita, sehingga dengan demikian‬‬
‫‪setiap interaksi yang terjadi dari beragam budaya tersebut takkan keluar dari batas‬‬
‫‪penaungnya, yaitu payung syari’at Islam,‬‬
‫‪Pada akhirnya kepada Allah SWT kita serahkan segalanya, dan semoga kita termasuk‬‬
‫‪dalam golongan umat yang terbaik, umat yang mendapat keberuntungan.‬‬
‫وباَوروكاَله لممي وولوهكمم فممي القهمرآْمن الوعمظميمم‪ ,‬وونوفووعنممي ووإموياَهكمم بموماَ فمميمه ممون الوياَ م‬
‫ت وو المذمكمر الوحمكميمم ووتوقوببَول ممننمي وومممنهكمم تمول ووتوهه‬
‫‪.‬إنبَهه ههوو الوغفهموهر الورمحميهم‬
‫‪Khutbah Jumat Kedua Keniscayaan Budaya Islam‬‬
‫ك لوهه‬‫ل‪ .‬ووأومشهوهد أومن لو إملوهو إملبَ ا وومحودهه لو وشمرمي و‬ ‫صلوةه ووالبَسلوهم وعولىَ ورهسمومل ام‪ِ،‬هلل وولو وحموول وولو قهبَوةو إملبَ مباَ م‬ ‫اوملوحممهد مبَلم ووال بَ‬
‫ك هموحبَممد وووعولىَ آْلممه وووممن توبموع ههوداهه إمولىَ يومومم املقموياَوممة‪.‬‬ ‫صنل وووسلنمم وووباَمرمك وعولىَ نوبمين و‬‫ووأومشهوهد أوبَن هموحبَمددا وعمبهدهه ووورهسمولههه‪ .‬واللبَههبَم و‬
‫ي بمتومقووىَ ام‪ِ،‬هلل فوقومد وفاَوز املهممؤممنهموون املهمتبَقهموون‬ ‫‪.‬وموعاَمشور املهممسلمممميون أومروشودهكهم اه … أهمو م‬
‫صميهكمم ووإمبَياَ و‬
‫ك وحممميدد وممجميدد‬ ‫ت وعولىَ إممبورامهميوم وووعولىَ آْمل إممبورامهميوم‪ِ،‬هلل إمنبَ و‬ ‫صلبَمي و‬‫صنل وعولىَ هموحبَممد وووعولىَ آْمل هموحبَممد وكوماَ و‬ ‫‪.‬واللبَههبَم و‬
‫ك وحممميدد وممجميدد‬ ‫ت وعولىَإ ممبورامهميوم وووعولىَ آْمل إممبورامهميوم‪ِ،‬هلل إمنبَ و‬ ‫‪.‬وووباَمرمك وعولىَ هموحبَممد وووعولىَ آْمل هموحبَممد وكوماَ وباَورمك و‬
‫ليوماَمن أومن وءاممهنوا بموربنهكمم فووئاَومبَناَ ورببَوناَ وفاَمغفممر لووناَ هذهنوبووناَ وووكفنمروعبَناَ وسينوئاَتموناَ ووتوووفبَوناَ وموع‬ ‫بَرببَونآَإمنبَوناَ وسمممعوناَ هموناَمددياَ يهوناَمدي لم م‬
‫ف املمميوعاَود‬‫ك لوتهمخلم ه‬ ‫ك وولوتهمخمزوناَ يومووم املقموياَوممة إمنبَ و‬ ‫‪.‬مالومبورامر‪ .‬ورببَوناَ وووءاتموناَ وماَوووعدتووناَ وعولىَهرهسلم و‬
‫‪.‬ورببَونآَ وءاتموناَ مفي الددمنوياَ وحوسنوةد وومفي مالومخورمة وحوسنوةد ووقموناَ وعوذا و‬
‫ب البَناَمر‬
‫ب وجهونبَوم إمبَن وعوذابووهاَ وكاَون وغورادماَ‬
‫ف وعبَناَ وعوذا و‬
‫صمر م‬‫‪.‬ورببَوناَ ا م‬
‫ب لووناَ مممن أومزووامجوناَ ووهذنربَياَتموناَ قهبَرةو أومعيهمن ووامجوعملوناَ لمملهمتبَمقيون إموماَدماَ‬ ‫‪.‬ورببَوناَ هو م‬
‫صلممح لووناَ آْمخورتووناَ البَتممي إملوميوهاَ‬ ‫صلممح لووناَ هدمنوياَوناَ البَتممي فمميوهاَ وموعاَهشنواَ‪ِ،‬هلل ووأو م‬‫صومةه أومممرنواَ‪ِ،‬هلل ووأو م‬
‫ي ههوو مع م‬ ‫صلممح لووناَ مدمينووناَ البَمذ م‬‫واللبَههبَم أو م‬
‫ت وراوحةد لووناَ مممن هكنل وشرر‬ ‫‪.‬وموعاَهدنواَ‪ِ،‬هلل ووامجوعمل املوحوياَةو مزوياَودةد لووناَ فممي هكنل وخميمر‪ِ،‬هلل ووامجوعمل املوممو و‬
‫ف بَرمحميدم‬ ‫ك ورهءمو د‬ ‫‪.‬ورببَوناَ امغفممر لووناَ ووملمخووانموناَ البَمذميون وسبوقهمووناَ بماَمملميوماَمن وولوتومجوعمل فممي قهلهموبموناَ مغلدل لنلبَمذميون وءاومنهموا ورببَوناَ إمنبَ و‬
‫ب املوعاَلوممميون‬
‫صوحاَبممه أومجوممعميون‪ .‬وواملوحممهد مبَلم ور ن‬ ‫صبَلىَ اه وعولىَ هموحبَممد وووعولىَ آْلممه ووأو م‬ ‫‪.‬وو و‬

Anda mungkin juga menyukai