Allah SWT menciptakan manusia dengan beberapa kemampuan, agar mereka dapat
berinteraksi dengan sesamanya sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial.
Diantara kemampuan itu adalah, dengan mulut atau lisan manusia bertutur, dengan
akhlak manusia bisa berperilaku dan dengan jiwa empati, simpati, dan segala bentuk
perasaan lainnya, manusia bisa berinteraksi satu sama lain.
Pada dasarnya, dengan kemampuan itu manusia ingin mewujudkan keinginan dan
tujuannya di persada bumi ini, nah. Apa tujuan manusia? Tujuan manusia ada dua,
yaitu kebaikan dan kebahagiaan
Kaum muslimin jamaah Jumat yang berbahagia
Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa pandangan seseorang terhadap kebahagiaan
dan kebaikan itu berbeda-beda satu sama lain, tidak menutup kemungkinan,
pandangan kami terhadap kebaikan dan kebahagiaan berbeda dengan jama’ah
sekalian, atau diantara jama’ah juga saling berbeda pandangan terhadap kebaikan dan
kebahagiaan itu, bahkan bisa jadi saling bertolak belakang.
Dengan adanya perbedaan pandangan tersebut, selanjutnya akan melahirkan cara
berperilaku yang berbeda, dan prilaku yang berbeda itu akhirnya menimbulkan
kebudayaan yang berbeda pula, karena pada dasarnya budaya itu lahir dari interaksi
prilaku manusia.
Dalam pandangan Islam, dari perbedaan itu, setidaknya ada dua budaya yang
berkembang besar, hingga menjadi dua landansan umat manusia dalam menjalani
fungsinya sebagai makhluk sosial: