Disusun oleh:
ASTRI RACMAWATI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C .Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi tajwid
B. Sejarah kemunculan
C. Pengembangan ilmu tajwid
D. Membaca Al quran dengan bertajwid dan tidak bertajwid
E. Objek kajian ilmu tajwid
F. Hukum bacaan ilmu tajwid
A. Latar Belakang
Ilmu Tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara – cara membaca Al-Qur’an dengan
sebaik – baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara
lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan tujuan dari Ilmu Tajwid. Belajar Ilmu Tajwid
hukumnya fardhu kifayah, sedang membaca Al-Qur’an dengan baik (sesuai dengan Ilmu Tajwid)
hukumnya fardhu ‘Ain. Banyak dalil wajib mewajibkan mempraktekan tajwid dalam setiap
pembacaan Al-Qu’an.
Salah satunya adalah “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan / tartil (bertajwid)” [Q.S Al-
Muzzammil (73):4]. Salah satu ayat ini sudah jelas bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi SAW
untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah
penucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Pengenalan Ilmu tajwid untuk anak-anak tingkat madrasah ataupun setara dengan SD sudah
diajarkan, namun permasalahannya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar
dikarenakan Ilmu Tajwid ini susah dan membosankan untuk dipelajari. Seperti yang diketahui
bersama permasalahan ini disebabkan karena kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para guru dalam menemukan metode-
metode yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa-siswi mereka.
B. Rumusan Masalah
1. membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwid
2. objek kajian ilmu tajwid
3. hukum nun mati
C. Manfaat
1. mengetahui cara membaca Al-qur’an yang benar dengan bertajwid
2. mengetahui tentang tajwid
Tajwid dalam pembelajaran al quran
a.defenisi tajwid
Tajwīd ( )ﺗﺠﻮﻳﺪsecara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus
dan membaguskan,[1] tajwid berasal dari kata Jawwada (ﺩ ﺟ-ﻳﺠﻮّﺩ- )ﺗﺠﻮﻳﺪﺍdalam bahasa Arab.
Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-
sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun
bukan.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat
keluar-masuk huruf) [2], shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar
huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’
(memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
Selama ini memang belum ditemukan musnad tentang perkataan beliau mengenai hal di atas,
dan kisah ini hanya terdapat dalam kitab tajwid
Sejarah ilmu Tajwid, Asal Usul dan Akar ilmu Tajwid, Asal Kata Tajwid yaitu dari kata Bahasa
Arab jawwada- yujawwidu- tajwiidan mengikuti wazan taf’iil yang berarti membuat sesuatu
menjadi bagus. Di dalam beberapa buku tajwid disebutkan bahwa Istilah ini muncul ketika
seseorang bertanya kepada khalifah ke-empat, ‘Ali bin Abi Thalib tentang firman Allah yang
berbunyi:
Beliau menjawab bahwa yang dimaksud dengan kata tartil adalah tajwiidul huruuf wa ma’rifatil
wuquuf yang berarti membaca huruf-hurufnya dengan bagus (sesuai dengan makhraj dan shifat)
dan tahu tempat-tempat waqaf.
. Akan tetapi para ulama’ bersepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah tajwiidul huruuf
wa ma’rifatil wuquuf.
Pengembangan ilmu tajwid
Dahulu kaum salaf mempraktikkan dasar-dasar (ushul) tajwid secara amaliah. Mereka
menukil qiraah dengan cara talqin dan musyafahah (langsung mengambil dari lisan guru-
gurunya).
Seperti generasi pertama umat ini dari kalangan Sahabat dan Tabi’in yang tidak belajar ilmu ini
dalam kitab-kitab, tetapi langsung bertalaqqi (berguru) kepada guru-guru mereka dengan
tajwidnya, di samping kefasihan bahasa dan bersihnya lisan mereka dari ‘ujmah (gagap dan
ketidakfasihan).
Berkenaan dengan hal ini, Syaikh Muhammad al Mar’ asyi pernah berkata: “Tajwid al-Qur’an
terkadang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu dengan cara musyafahah (secara lisan) dari
Syaikh mujawwid (ahli tajwid) dengan tanpa mengenal permasalahan – permasalahan ilmu ini,
bahkan musyafahah menjadi landasan dalam mendapatkannya. Akan tetapi, dengan perantara
ilmu tersebut akan memudahkannya dalam musyafahah, bertambah kemahirannya serta (ilmu)
yang diambil terjaga dari keraguan dan tahrif (perubahan).”
Para ulama menjelaskan bahwa Abu Muzahim al-Khaqani adalah ulama yang pertama kali
menulis kitab tajwid. Nama lengkapnya Musa bin Ubaidilah bin Yahya bin Khaqan, yang lahir
tahun 248 H dan wafat tahun 325 H.
Sebelum nya, kita harus mengetahui hukum tajwid terlebih dahulu yaitu
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, “apakah seorang Muslim boleh
membaca Al Qur’an tanpa berpegangan pada kaidah-kaidah tajwid?”. Beliau menjawab:
ﻧﻌﻢ ﻳﺠﻮﺯ ﺫﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻠﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﻟﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺗﻌﺪﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻦ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻮﺍﺟﺐ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﺗﺤﺴﻴﻦ ﻟﻠﻔﻆ
ﻓﻘﻂ ﻭﺗﺤﺴﻴﻦ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻻ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻭﺃﻧﻪ ﺃﺗﻢ ﻓﻲ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﺑﺤﻴﺚ ﻧﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﺑﺎﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﻬﻮ ﺁﺛﻢ ﻗﻮﻝ ﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻞ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﻪ ﺑﻞ ﺇﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻧﺰﻝ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﺣﺮﻑ ﺣﺘﻰ ﻛﺎﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﻳﻘﺮﺅﻩ ﺑﻠﻐﺘﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺧﻴﻒ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻭﺍﻟﺸﻘﺎﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺣﺪ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻋﻠﻰ ﻟﻐﺔ ﻗﺮﻳﺶ ﻓﻲ ﺯﻣﻦ ﺃﻣﻴﺮ
ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻋﻔﺎﻥ ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ﻭﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻓﻀﺎﺋﻠﻪ ﻭﻣﻨﺎﻗﺒﻪ ﻭﺣﺴﻦ ﺭﻋﺎﻳﺘﻪ ﻓﻲ ﺧﻼﻓﺘﻪ ﺃﻥ ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ
ﺣﺮﻑ ﻭﺍﺣﺪ ﻟﺌﻼ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻭﺍﻟﺨﻼﺻﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺑﺎﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻟﻴﺴﺖ ﺑﻮﺍﺟﺒﺔ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺮﻛﺎﺕ ﻭﺍﻟﻨﻄﻖ
ﺑﺎﻟﺤﺮﻭﻑ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻫﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻼ ﻳﺒﺪﻝ ﺍﻟﺮﺍﺀ ﻻﻣﺎ ﻣﺜﻼ ﻭﻻ ﺍﻟﺬﺍﻝ ﺯﺍﻳ ًﺎ ﻭﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﻤﻨﻮﻉ
“Ya, itu dibolehkan. Selama tidak terjadi lahn (kesalahan bacaan) di dalamnya. Jika terjadi lahn
maka wajib untuk memperbaik lahn-nya tersebut. Adapun tajwid, hukumnya tidak wajib. Tajwid
itu untuk memperbagus pelafalan saja, dan untuk memperbagus bacaan Al Qur’an. Tidak
diragukan bahwa tajwid itu baik, dan lebih sempurna dalam membaca Al Qur’an. Namun kalau
kita katakan ‘barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an dengan tajwid maka berdosa‘ ini
adalah perkataan yang tidak ada dalilnya. Bahkan dalil-dalil menunjukkan hal yang
berseberangan dengan itu.
Yaitu bahwasanya Al Qur’an diturunkan dalam 7 huruf, hingga setiap manusia membacanya
dengan gaya bahasa mereka sendiri. Sampai suatu ketika, dikhawatirkan terjadi perselisihan
dan persengketaan di antara kaum Muslimin, maka disatukanlah kaum Muslimin dalam satu
qira’ah dengan gaya bahasa Qura’isy di zaman Amirul Mukminin Utsman bin Affan
radhiallahu’ anhu. Dan ini merupakan salah satu keutamaan beliau (Utsman), dan jasa beliau,
serta bukti perhatian besar beliau dalam masa kekhalifahannya untuk mempersatukan umat
dalam satu qira’ah. Agar tidak terjadi perselisihan di tengah umat.
Kesimpulannya, membaca Al Qur’an dengan tajwid tidaklah wajib. Yang wajib adalah
membaca harakat dan mengucapkan huruf sesuai yang sebagaimana mestinya. Misalnya,
tidak mengganti huruf ra’ ( )ﺭdengan lam ()ﻝ, atau huruf dzal ( )ﺫdiganti zay ()ﺯ, atau semisal itu
yang merupakan perkara yang terlarang”. (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 5/2, Asy Syamilah).
Dengan demikian, apa yang disebutkan sebagian ulama qiraat, bahwa wajib membaca Al Qur’an
dengan tajwid, yaitu semisal wajib membaca dengan ikhfa, idgham, izhar dan lainnya, adalah hal
yang kurang tepat dan membutuhkan dalil syar’i untuk mewajibkannya. Yang tepat adalah, ilmu
tajwid wajib dalam kadar yang bisa menghindari seseorang dari kesalahan makna dalam
bacaannya. Terdapat
Objek Kajian Ilmu Tajwid
Objek kajian Ilmu tajwid Secara umum, pokok bahasannyaadalah lafadz-lafadz al-Qur`an.
Oleh karena itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang berhubungan dengan al-Qur`an yang memiliki
karakteristik tersendiri.
Dengan mempelajari ilmu tajwid, maka akan mengurangi celah kesalahan dalam membaca
al- Qur`an. selain itu, dengan menggunakan tajwid akan mengantarkan kepada pembacaan al-
Qur`an secara tartil sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Swt dalam Surah al-
Muzzammil ayat 4 “Dan bacalah al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.”
Pertama tahqiq, yaitu memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan
mad, menyempurnakan harakat serta mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll.
Ulama qiraah yang membaca dengan cara ini adalah Hamzah dan Warasy.
Kedua,hadr, yaitu bacaan cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaedah-kaedah
tajwid dengan cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati dari memotong huruf mad,
menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian) harakat. Ulama qiraah
yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu Ja’far.
Ketiga, tadwir, yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq(perlahan) dan cepat (hadr).
Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan (mustahab) guna
mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi ‘ajami(non Arab) yang tidak mengetahui
makna al-Qur`an.
Bahkan, sebenarnya bukan hanya untuk‘ajami saja, tetapi untuk semua umat Islam,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat
mentartilkan
dan membaguskan bacaan al-Qur`an adalah sunah.
- Ma’rifah maa yatajaddadu laha bisababin at-tarkib min al-ahkam, mengenal hukum-
hukum yang muncul bagi huruf dengan sebabtarkib (susunan huruf dengan huruf lainnya).
Sedangkan menurut as-Suyuthi, cakupan ilmu tajwid meliputi tata cara waqaf, imalah,
idgham, hukum-hukum hamzah, tarqiq, tafkhim, dan makhraj-makhraj huruf.
Telah ditekankan oleh Ibn al-Jazari mengenai hal tersebut, beliau berkata:
ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻷ ﺔ ﻛﻤﺎﻫﻢ ﻣﺘﻌ ّﺒﺪﻭﻥ ﺑﻔﻬﻢ ﻣﻌﺎﻧﻲ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻭﺇﻗﺎﻣﺔ ﺣﺪﻭﺩﻩ ﻣﺘﻌ ّﺒﺪﻭﻥ ﺑﺘﺼﺤﻴﺢ ﺃﻟﻔﺎﻇﻪ ﻭﺇﻗﺎﻣﺔ ﺣﺮﻭﻓﻪ ﻭﻻ ﺷ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻔﺔ ﺍﻟﻤﺘﻠ ّﻘﺎﺓ ﻣﻦ ﺃﺋ ّﻤﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻤ ّﺘﺼﻠﺔ ﺑﺎﻟﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻨﺒﻮ ّﻳﺔ ﺍﻷﻓﺼﺤ ّﻴﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑ ّﻴﺔ ﺍّﻟﺘﻲ ﻻ
ﺗﺠﻮﺯ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻬﺎ
“Tidak ada keraguan bahwa umat ini sebagaimana mereka itu beribadah dengan cara
memahami makna al-Qur`an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga beribadah dengan cara
memperbaiki lafadz-lafadznya, dan menegakkan huruf-hurufnya sesuai dengan sifat yang
diambil para imam qiraah yang bersambung sampai kepada Nabi Saw yang bahasa Arabnya
paling fasih, yang kita tidak boleh menyelisihinya.”
Izhar ()ﺇﻇﻬﺎﺭ
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ْ ٌـ ٍـ ًـ/ ) ﻥbertemu dengan
salah satu huruf halqi () ﻩ ﻍ ﻉ ﺥ ﺡ ﺍ, maka dibacanya jelas/terang.
Idgham ()ﺇﺩﻏﺎﻡ
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ْ ٌــ ٍــ ًــ/ ) ﻥkedalam huruf
sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang
empat, yaitu: ﻱ ﻭ ﻡ ﻥ
Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ْ ٌ ـ ٍ ـ ً ـ/ ) ﻥkedalam huruf
sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ﻝ ﺭ،)
Iqlab ()ﺇﻗﻼﺏ
Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin(ْ ٌـ ٍـ ًـ/ ) ﻥbertemu
dengan huruf ba ()ﺏ, maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi ْ ﻥ
menjadi suara mim (ْ ) ﻡ, dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
Ikhfa ()ﺇﺧﻔﺎﺀ
Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ْ ٌـ ٍـ ًـ/ ) ﻥ
bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 ( ) ﻙ ﻕ ﻑ ﻅ ﻁ ﺽ ﺹ ﺵ ﺱ ﺫ ﺩ ﺝ ﺙ ﺕ,
maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham)
dengan mendengung.
Apabila mim mati (ْ ) ﻡbertemu dengan ba ()ﺏ, maka cara membacanya harus dibunyikan
samar- samar di bibir dan didengungkan.
Apabila mim mati (ْ ) ﻡbertemu dengan mim (ْ ) ﻡ, maka cara membacanya adalah seperti
menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi
disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Apabila mim mati (ْ ) ﻡbertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (ْ ) ﻡdan ba
,()ﺏmaka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup
3. Pengertian Qalqalah
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi
huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan bunyi
rangkap. Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ﻕ, ﻁ, ﺏ, ﺝ, ﺩagar mudah
dihafal dirangkai menjadi
Macam-macam Qalqalah
a. Qalqalah kubra (besar) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena
waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan qalqalahnya.
Contoh : َ ﺎ ﻠ. ِْﻟ َﺒﺎﺏ ُﻟﻮﺍ َﺯٍ ِ ﻬ ﺝ.
ﻷ . ْﻴ
b. Qalqalah Sugra (kecil) yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak
waqaf padanya,caranya membacanya kurang dikeraskan Qalqalahnya.
4. Hukum membaca Ra
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif atau wau yang mati ُ ﺭ
َﺍ ْ ﻟﻐَ ُﻔ
َﺎّﺒ
-ْﻟ ُﺭ
Catatan:Hamzah Washal adalah Hamzah yang apabila terletak dia diawal dibaca, tetapi kalau
ada yang mendahuluinya dia tidak dibaca
b. Ra dibaca tarqiq (tipis) apabila keadaannya sebagai
2. Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’
ْﺮﻋ
َ –
َﻥ ٌﺔ َﻳ ْﺮ ِﻣ
3. Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata
yang ً ِ ﺒ ْﺮ
terpisah. ﺮﺍ
ْﺒ
ْﻴ
ِﺌ –ٌ ِﻤ ْﻴ ُﻣْﻨ َﺘ
ٌﺮ ِﺒ
ِﺬ ﺮ
5. Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh
huruf yang berbaris kasrah. ْﻛﺮ ﺍﻟ
Catata:huruf Isti’lak ialah melafalkan huruf dengan mengangkat pangkal lidah kelangit-langit
yang mengakibatkan hurfnya besar ﺥ ﻍ ﻁ ﻅ ﺽ ﺹ ﻕ
1. Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau
Kasratain. ْ – ِﻪ ْﺮ ﺮﺹ
2. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’ yang berbaris mati, yang diawali dengan
huruf yang berharkat kasrah. ِ – ِ ﺍ ْﻟ ِﻘ
ﺮ ﺮ
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ﻱ ﻭ ﺍ
contoh :
2. Mad far’i
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Panjangnya adalah 5
harokat atau 2,5 alif. (harokat = ketukan/panjang setiap suara)
Contoh :
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam kata yang berbeda.
Contoh :
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu kalimat dan dibaca waqof
(berhenti).
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif). Apabila tidak dibaca waqof,
maka hukumnya kembali seperti mad thobi’i.
Contoh :
4) Mad Badal
Yaitu mad pengganti huruf hamzah di awal kata. Lambang mad madal ini biasanya berupa
tanda baris atau kasroh tegak .
Contoh :
5) Mad ‘Iwad
Yaitu mad yang terjai apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang berbaris fathatain dan
dibaca waqof.
Contoh :
Contoh :
Contoh :
8) Mad Lazim Harfi Musyba’
Mad ini terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada delapan, yaitu :
Contoh :
Mad ini juga terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada lima, yaitu :
Contoh :
huruf berbaris fathah bertemu wawu mati atau ya mati, kemudian terdapat huruf lain yg juga
mempunyai baris.
Mad ini terjadi di akhir kalimat kalimat yang dibaca waqof (berhenti).
alif). Contoh :
Syarat yang harus ada dalam mad ini adalah bahwa huruf sebelum dan sesudah “ha”
dhomir harus berbaris hidup dan bukan mati/sukun.
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf selain hamzah. Dan biasanya mad ini
dilambangkan dengan baris fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah terbalik pada huruf “ha”
dhomir.
Contoh :
alif).
Contoh :
Terjadi bila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk membedakan
antara kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebuutan/berita.
Panjangnya 6 harokat.
Contoh :
Terjadi bila 2 buah huruf ya bertemu dalam satu kalimat, di mana ya pertama berbaris kasroh
dan bertasydid dan ya kedua berbaris sukun/mati.
Dalam ilmu tajwid dikenal hukum bacaan alif lam ( ) ﺍﻝ. Hukum bacaan alim lam ( )ﺍﻝ
menyatakan bahwa apabila huruf alim lam ( ) ﺍﻝbertemu dengan huruf-huruf hijaiyah, maka
cara membaca huruf alif lam ( ) ﺍﻝtersebut terbagi atas dua macam, yaitu alif lam ( ) ﺍﻝ
syamsiyah dan alif lam ( ) ﺍﻝqamariyah
“Al” Syamsiyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf
syamsiyah dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
a. Dibacanya dileburkan/idghom
b. Ada tanda tasydid/syiddah ( ) di atas huruf yang terletak setelah alif lam mati => ﺍﻝــ
ّ ـ
Contoh:
ﻀ ﻰ
ُّ ﺍﻟ
ﺍﻟ ْﻳ ْﻤ ﺍﻟ
“Al” Qamariyah adalah “Al” atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf
qamariyah dan dibacanya jelas/izhar.
a. Dibacanya jelas/izhar
b. Ada tanda sukun ( ْ ) di atas huruf alif lam mati => ﺍ
Contoh:
ْﻳ
ْﺎ ﺍ ْﻟ ْﻤ ْﻟ َﻬﺎ ِﺩﻯ
َﻤ ﺎ
ﻹ
Baca Juga: Hukum Alif Lam dan Cara Membacanya
7. TANDA-TANDA WAQAF
Waqaf artinya berhenti, yaitu berhenti ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an baik di akhir ayat
atau di pertengahan ayat.