Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI – TEORI ILMU TAJWID DAN TINGKATAN BACAAN


ALQURAN DAN LAHN ( KESALAHAN)

Dosen Pengampu : SAFARUDDIN MUNTHE S.PD, M.E.I

Mata Kuliah : Tahsin Al - Qur'an

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Disusun Oleh :
1. POPPY AWLIDA
2. ROBI AGUS RIANDI
3. MIFTAHUL JANNAH

Prodi : Ekonomi Syariah

Semester : III – B Eksklusif

FAKULTAS EKONOMI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

SYEKH H.A. HALIM HASAN AL - ISHLAHIYAH BINJAI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah yang berjudul “Teori - Teori Ilmu Tajwid Dan Tingkatan
Bacaan Alquran Dan Latn ( Kesalahan )” ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Binjai, 22 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Definisi Ilmu Tajwid ........................................................................................... 3

B. Dasar Hukum Ilmu Tajwid ................................................................................ 4

C. Keutamaan Membaca Dan Menghafal Al-Qur’an .......................................... 5

D. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid ..................................................................... 6

E. Tingkatan dalam Membaca Al-Quran .............................................................. 7

F. Beberapa bentuk cara membaca Al – Quran yang dilarang .......................... 8

G. Macam Macam Lahn dalam Membaca Al Quran dan Contohnya ............. 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 13

B. Saran ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tajwid adalah sebuah disiplin ilmu yang menguraikan dan
mempelajari cara bacaan Alquran dengan baik dan benar. Diantara hal-hal
yang diuraikan dalam Ilmu tajwid adalah tempat keluar huruf, hubungan antar
huruf, tentang panjang pendeknya, dan cara bagaimana memulai dan
menghentikan bacaan. 1
Mempelajari Ilmu Tajwid secara mendalam tidak diharuskan untuk
setiap orang karena dihukumkan fardu kifayah atau merupakan kewajiban
kolektif yaitu cukup diwakili oleh beberapa orang saja. Namun jika dalam
suatu kaum itu tidak ada seseorang pun yang mempelajari Ilmu Tajwid maka
berdosa lah kaum itu. Sedangkan untuk penerapan Ilmu Tajwid dalam
membaca Alquran merupakan kewajiban perorangan, tidak bisa diwakilkan
oleh orang lain. Sebab membaca Alquran dengan ber tajwid hukumnya fardu
„ain.2

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam membaca Alquran dengan
aturan tajwid yang diwajibkan bagi setiap orang dan tidak bisa diwakilkan
oleh orang lain, maka diharuskan untuk mempelajari bagaimana cara
membaca Alquran dengan baik dan benar. Adapun jalan yang ditempuh untuk
menunaikan kewajiban tersebut yaitu dengan mempelajari Ilmu Tajwid secara
keseluruhan, agar ketika membaca terhindar dari kesalahan-kesalahan.
Alquran senantiasa terpelihara dan terjaga dari kesalahan yang
mengakibatkan perubahan makna. Di sinilah gunanya mempelajari Ilmu tajwid
untuk menyempurnakan bacaan dari kesalahan lisan, menjaga dari
perubahan makna, di samping itu juga kita mendapatkan kebahagiaan hidup

1
United Islamic Cultural Centre Of Indonesia, Tajwid Qarabasy (Jakarta Timur,
2005) hlm. 5.
2
Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2016), hlm. 6.

1
di dunia dan akhirat..3
Seperti orang yang mengemudi tapi tidak mengetahui rambu-rambu lalu
lintas, dia hanya mengetahui jalan tetapi tidak tahu jalan mana yang boleh
dilewati dan jalan mana yang tidak boleh dilewati. Akibatnya dapat
mengganggu keamanan lalu lintas serta orang itu sendiri yang akan
menanggung risiko atas kesalahan yang dia lakukan. Begitulah perumpamaan
seseorang yang membaca Alquran tanpa mengetahui dan menggunakan Ilmu
Tajwid.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi ilmu tajwid ?
2. Sebutkan dan jelaskan dasar hukum mempelajari ilmu tajwid ?
3. Apa fadhilah mempelajari, mengajar dan tilawah Al-Quran ?
4. Sebutkan tujuan mempelajari ilmu tajwid?
5. Jelaskan tingkatan dalam membaca Al – Quran ?
6. Apa saja cara membaca Al-Quran yang dilarang ?
7. Apa saja macam-macam lahn dalam membaca Al-Quran dan contohnya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ilmu tajwid ?
2. Untuk mengetahui dasar hukum mempelajari ilmu tajwid ?
3. Untuk mengetahui fadhilah mempelajari, mengajar dan tilawah Al-Quran ?
4. Untuk mengetahui tujuan mempelajari ilmu tajwid?
5. Untuk mengetahui tingkatan dalam membaca Al – Quran ?
6. Untuk mengetahui cara membaca Al-Quran yang dilarang ?
7. Untuk mengetahui macam-macam lahn dalam membaca Al-Quran dan
contohnya ?

3
Moh. Wahyudi, lmu Tajwid Plus (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Tajwid

Lafadz ‘Tajwid’ menurut bahasa di ambil darikata jawwada, yujawwidu,


tajwiddan yang artinya membaguskan atau membuat bagus. Bisa juga diambil dari
kata ajada wa ajwada wa jawwada asyyai, yang berarti membikin bagus, membuat
lebih bagus.4

Adapun Tajwid menurut ma’nanya ialah : membetulkan dan


membaguskan bunyi bacaan alqur’an menurut aturan- aturan hukumnya yang
tertentu.

Aturan-aturan itu diantara lain ialah mengenal :

1. Hukum bacaan (cara-cara membaca)


2. Makhrojul huruf (tempat-tempat keluar huruf)
3. Shifatul huruf (sifat-sifat huruf)
4. Ahkamul huruf (hukum yang tertentu bagi tiap-tiap huruf)
5. Mad (aturan bagi panjang atau pendeknya suatu bacaan)
6. Ahkamul auqouf (hukum-hikum bagi penentuan berhenti atau serusnya suatu
bacaan)

Aturan-aturan ini diutamakan berlakunya pada ayat-ayat Alqur’an , karena


ilmu tajwid ialah suatu cabang pengetahuan untuk mempelajari cara-cara
pembacaan Alqur’an.5

Ilmu tajwid adalah suatu ilmu pengetahuan tentang tata cara membaca Al-
Qurr’an dengan baik dan tertib sesuai makhraj-nya, panjang pendeknya, tebal
tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, serta titik komanya yang

4
Endad Musaddad, Qira’atul Qur’an Wa Tahfidz (Banten : FTK Banten Press
dan LP2M IAIN SMH Banten, 2014, cetakan keenam), hlm. 11.
5
Ismail Tekan, Tajwid Alqur’anul Karim Pembahasan secara praktis populer
dan sistematis (Jakarta: Pustaka Alhusna Baru, 2004, cetakan ketujuh belas), hlm. 13.

3
telah dianjurkan Rasulullah SAW kepada para sahabat-Nya sehingga menyebar
luas dari masa ke masa.6

B. Dasar Hukum Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, sedangkan


membaca Al-Qur’an dengan ilmu tajwid adalah fardhu ‘ain. Sebagian ulama
berpendapat, wajib hukumnya mempelajari ilmu tajwid. Adapun dalilnya
berdasarkan pada firman allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4 :

FGHIH ‫ءان‬IMN‫ ا‬FH‫ور‬

Artinya : “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil (perlahan-lahan)”

Maksud ayat tersebut adalah membaca Al-Qur’an menurut ilmu tajwid.7


Jadi, mungkin saja terjadi seorang qori ’bacaannya bagus dan benar, namun sama
sekali ia tidak mengetahui istilah-istilah ilmu tajwid semisal izhar, mad dan lain
sebagainya. Baginya hal itu sudah cukup bila kaum muslimin yang lain telah
banyak yang mempelajari teori ilmu tajwid dan mempelajari Al-Qur’an sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Tapi jika ada orang yang sama sekali tidak bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik (bisa dikatakan bacaannya jelek) maka menjadi
wajib baginya untuk belajar dan berusaha membaguskan bacaannya sehingga
mencapai standar yang telah di tetapkan oleh Rasulullah SAW.

Sabda Rasulullah SAW : “Bacalah Alquran sesuai dengan cara dan suara
orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa
besar. Maka sesungguhmya akan datang beberapa kaum setelah ku melakukan
Alquran seperti nyanyian dan rohbaniah (membaca tanpa tadabur) dan nyanyian.
Suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke
hati). Hati mereka dan orang-orang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar
dari jalan yang lurus).8

6
Tombak Alam, Ilmu Tajwid (Jakarta: Amzah, 2015, cetakan ke - 5), hlm. 1.
7
Ibid., hlm 1.
8
Endad Musaddad, Op.Cit., hlm. 13.

4
C. Keutamaan Membaca Dan Menghafal Al-Qur’an

a) Keutamaan Membaca Al-Qur’an

1. Surah Al-A’raf ayat 204 :

‫ن‬QRSIH TUVWN ‫ا‬QXYZ‫وا‬،\N‫ا‬QWRX]^_ ‫ان‬IMN‫ئ ا‬Ia ‫واذا‬

Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah baik-baik


dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

2. Sabda Rasulullah saw :

cd eGV_ ‫ا‬IMN^f cgXh TN ‫ ن‬TUHQi^f ‫ان‬IMN ‫ا‬Qjh‫ز‬

Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu yang baik. Bukan golongan


kami orang yang tidak memperinadah Al-Qur’an dengan suara yang baik.9

3. Dilihat dari segi budaya, membaca Al-Qur’an adalah merupakan suatu


seni yang mampu menggugah dan memperhalus perasaan, mengetuk pintu
hati orang-orang yang mendengarkannya. Lebih dari simfoni musik,
membaca Al- Qur’an itu dapat menggetarkan hati, membentuk jiwa
menjadi tenang, menumbuhkan kesadaran tentang kekecilan dan
kelemahan insani berhadapan dengan kebesaran dan kekuasaan illahi.
Semua itu, kemudian akan menempa watak manusia menjadi baik,
membetuk akhlak dan budi pekerti yang tinggi. Getaran ayat Al-Qur’an
dapat menundukkan hati yang kasar, merubah manusia yang ganas
menjadi lembut.10

b) Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

1. Hafizh Al Qur’an adalah orang yang berhak mendapatkan Tasyrif


(pengistimewaan)

“Adalah Nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud


kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak
hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau
mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)

9
Tombak Alam, Op.Cit., hlm. 52.
10
Endad Musaddad, Op.Cit., hlm. 3.

5
2. Hafizh Al Qur’an lebih berhak menjadi imam shalat berjama’ah.

Rasulullah SAW bersabda,”Yang menjadi imam suatu kaum


adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim)

3. Hafizh Al Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para


sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para
ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR.
Ahmad)

4. Menghormati Hafizh Al Qur’an berarti mengagungkan Allah

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati


orang tua yang muslim, penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas
(di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan
membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)

5. Hafizh Al Qur’an akan mendapat syafaat dari Al Qur’an

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah


SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan
menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya
(penghafalnya).” (HR. Muslim)

D. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid

Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar
dari kesalahan dalam membaca Al Quran.Para ulama tajwid secara umum telah
mengistilahkan kesalahan dengan istilah al-lahn yang terdiri dari dua macam,
yang tujuannya agar kita dapat menjadikannya sebagai ukuran untuk
menggolongkan bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi pada bacaan al-Quran
masing-masing kita. Sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh Mahmud Khalil
al-Hushari al-Qari dalam kitabnya Ahkamu Qiraatil Quranil Karim, hal. 34-35.

1. Allahnul jaliyyu, adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazh-


lafazh dalam Al Quran, baik yg dapat merubah arti ataupun tidak, sehingga

6
menyalahi 'urf qurro (seperti 'ain dibaca hamzah, atau merubah harokat
fathah menjadi dhommah, dll). Melakukan kesalahan ini dengan sengaja
hukumnya haram.
2. Allahnul khofiyyu, adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazh-
lafazh dalam Al Quranyg menyalahi 'urf qurro, namun tidak sampai
merubah arti. Seperti tidak membaca ghunnah,kurang panjang dalam
membaca mad wajib muttashil, dll. Melakukan kesalahan ini dengan
sengaja hukumnya makruh.

E. Tingkatan dalam Membaca Al-Quran

Menurut Annuri, bahwa tingkatan dalam membaca al-Qur’an adalah


sebagai berikut:

1) At-Tahqiq, adalah bacaan seperti tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-
lahan.
2) At-Tadwir, adalah bacaan yang sedang tidak perlu cepat atau tidak terlalu
lambat, pertengahan antara al-Hadr dan at-Tartil.
3) Al-Hadr, adalah bacaan cepat dengan tetap menjaga hukum tajwid- nya.
4) 4) At-Tartil, adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas, mengeluarkan
setiap huruf dan makhraj-nya dan menerapkan sifat-sifatnya serta
mentadabburi maknanya.11

Sedangkan menurut Syaiful, bahwa tempo bacaan yang digunakan dalam


membaca al-Qur’an ada tiga, yaitu:

1) Tahqiq, yaitu membaca al-Qur’an dengan tenang disertai mentadabburi


maknanya, menjaga semua hukum-hukum tajwid dan memberikan hak
kepada setiap huruf baik makhraj maupun sifatnya.
2) Hadr, yaitu membaca dengan cepat disertai dengan menjaga hukum-
hukum tajwid-nya.
3) Tadwir, yaitu cara membaca tengah-tengah antara tahqiq dan hadr.12

11
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu
Tajwid (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hlm. 29-30.

7
Dari kedua teori di atas tidak ada perbedaan mengenai tingkatan atau
tempo dalam membaca al-Qur’an, hanya saja menurut Annuri tingkatan tersebut
ada empat yaitu at-tahqiq, at-tadwir, al-hadr, dan at- tartil. Sedangkan menurut
Syaiful ada tiga tingkatan, dimana dari keempat tingkatan yang dikemukakan oleh
Annuri yang tidak termasuk tingkatan atau tempo dalam membaca al-Qur’an yaitu
at-tartil.

F. Beberapa Bentuk Cara Membaca Al – Quran Yang Dilarang

Syekh Muhammad Makkiy Nashr telah merinci beberapa bacaan atau


tingkah laku saat membaca Al Qur'an yang dianggap menyimpang dan tidak
sesuai dengan tujuan membaca Al-Qur'an, antara lain:

1. At Tarqish ( ُpْGِa ْIَXNَ‫) ا‬

Yaitu: Qori' sengaja berhenti pada huruf mati namun kemudian


dihentikannya secara tiba-tiba, seakan-akan ia sedang melompat atau berjalan
cepat (meliuk-liuk seperti penari)

2. At Tahzin ( ُcْhtِ ْu‫ﱠ‬XNَ‫) ا‬

Yaitu: Qori' membaca dengan mimik atau gaya yang dibuat sedih atau
hampir menangis yang bertujuan semata-mata sebagai daya tarik bagi pendengar.

3. At Tar’id ( wُ Gْ xِ ْI‫ﱠ‬XNَ‫) ا‬

Yaitu: Qori' mengalunkan suara yang terlalu bergetar sehingga suara orang
yang kedinginan atau kesakitan.
ْ ‫ﱠ‬XNَ‫) ا‬
4. At Tathrib ( ُyْhIِ z

Yaitu: Qori' mendendangkan dan melagukan Al-Qur'an sehingga membaca


panjang (mad) bukan pada tempatnya atau menambahnya bila kebetulan pada
tempatnya (menyanyi).

12
Ahmad Syaiful Anam dan Amalia M.N, Pengantar Ilmu Tahsin Kunci Mudah
& Praktis Memaca Al-Qur’an (Surakarta: Yuma Pustaka, 2013). hlm. 6.

8
5. At Tarji ’( {ُ Gْ |ِ ْI‫ﱠ‬XNَ‫) ا‬

Yaitu: Qari' membaca dengan nada rendah kemudian tinggi dengan nada
rendah lagi dan tinggi lagi dalam satu mad.

6. At Tahrif ( ُ}ْhIِ ْu‫ﱠ‬XNَ‫) ا‬

Yaitu: Qori' membaca bersamaan beberapa orang (koor) suatu ayat yang
panjang dengan bergantian berhenti untuk bernafas, sehingga jadilah ayat yang
panjang itu bacaan yang tak terputus-putus.

Selain dari keenam cara (model) membaca Al-Qur'an diatas, masih ada
beberapa cara (model) yang lain yang dilarang, antara lain:

a) Qori' membaca dengan tempo yang amat lambat hingga huruf keluar menjadi
tidak jelas dan terseret seperti orang yang malas berjalan.
b) Qori, membaca dengan sentakan-sentakan atau kejutan pada tempat- tempat
tertentu dan biasanya hanya untuk menarik perhatian pendengar.
c) Qori' membaca dengan memutus-mutuskan suara pada tempat tertentu seperti
saktah dengan tujuan untuk memberi penekanan pada tempat tersebut.
d) Qori' membaca dengan tempo yang amat cepat terutama pengucapan huruf
pertama bacaan (Ibtida') hingga tidak terdengar dengan jelas.
e) Qori' membaca dengan terlalu ringan atau lemah pengucapan sifat qalqalah
hingga membentuk bunyi harakat baru.
f) Qori' membaca dengan menebalkan huruf yang seharusnya tipis atau
sebaliknya.
g) Qori' membaca dengan melebihkan ukuran Mad Ashliy hingga melewati tiga
harokat atau terlalu pendek hingga kurang dari dua harokat.

G. Macam - Macam Lahn dalam Membaca Al Quran dan Contohnya

a) Lahn Jali (Nyata)

Lahn jali adalah kesalahan yang dapat merubah makna dan juga
membatalkan shalat. Dinamakan “kesalahan besar” karena kesalahan ini
diketahui oleh ulama qiro’ah maupun orang awam, seperti:

9
1. Merubah huruf

Huruf-huruf hijaiyah memang yang mirip sehingga perlu ketelitian


dalam membunyikannya. Apabila kita melafalkan satu huruf dengan huruf
yang lain itu termasuk lahn seperti membaca (‫ )ط‬dengan (‫ )ش‬,(‫ )ت‬dengan
(‫)س‬, dll. Contoh:

‫ ﱢ‬uَ N^ْ ِf) dibaca ( ‫„ﱢ‬uَ N^ْ ِf).


Kata (ƒ

ِ Rْ …‫ ﱠ‬N‫)وا‬
Kata (e ِ Rْ †‫ ﱠ‬N‫)وا‬.
َ dibaca (e َ
2. Merubah harakat

Harakat pada setiap kata bahasa Arab bukan hanya hiasan saja,
melainkan berfungsi untuk menunjukkan makna. Karena itu kita tidak
boleh mengganti harakat ketika membaca Al-Qur’an seperti mengganti
fathah dengan dhammah, dll. Contoh:

ِ Rْ …‫ ﱠ‬N‫)وا‬
Kata (e َ dibaca ( ُeRْ …‫ ﱠ‬N‫)وا‬.
َ
Kata ( ُ‫َˆَ ^ف‬h) dibaca ( ُ‫ُˆَ ^ف‬h).

3. Menambah atau mengurangi huruf

Kita harus teliti ketika membaca Al-Qur’an jangan sampai ada


huruf yang terlewat. Walaupun cuma huruf yang tidak terbaca itu termasuk
lahn. Begitu juga kita tidak boleh menambahkan huruf yang tidak ada
dalam tulisan Al-Qur’an. Contoh:

Kata (Tْ ‰ِ ِŠZْ ‹َ ِf) dibaca (Tْ ‰ِ ‰ِ ِŠZْ ‹َ ِf).

Kata (^َjGْ َVxَ ) dibaca (^َj‫َـ‬Vxَ ).

4. Menambah atau menghilangkan tasydid

َ w‫ ﱠ‬i
Kata (‫ق‬ َ ‫)و‬
َ dibaca (‫ق‬
َ wَ i
َ ‫)و‬.
َ
Kata (Fَ ˆِ َf) dibaca (F‫َ ِˆ ﱠ‬f).

5. Memendekkan mad atau memanjangkan bacaan pendek

َ َ•) dibaca (yَ•).


Kata (‫^ب‬ َ

َ َV َ•) dibaca (‫ق‬


Kata (ƒ َ
َ •َ•).

10
b) Lahn Khafi (Samar)

Lahn Khafi adalah kesalahan yang tidak merubah makna. Kesalahan


ini sifatnya tersembunyi dan biasanya berupa tidak sempurnanya dalam
menerapkan hukum-hukum tajwid. diantara yang termasuk lahn khafi adalah:

1. Miring ketika melafalkan harakat.

Melafalkan harakat fathah harus dengan vokal “a ”atau “o ”(pada


huruf isti’la dan huruf ra) dengan bibir terbuka. Harakat kasrah dilafalkan
dengan vokal “i ”dan bibir seperti tersenyum. Harakat dhammah dilafalkan
dengan vokal “u ”dan bibir mencucu. Kesalahan yang sering saya temukan
adalah melafalkan kasrah mendekati vokal “e”; melafalkan dhammah
mendekati bunyi “o ”atau “eu ”(vokal dalam bahasa Sunda); dan
melafalkan fathah yang dengan vokal “o ”terkadang bibirnya mencucu.

2. Tidak menerapkan ghunnah

Ghunnah adalah bacaan dengung dan diterapkan pada mim dan nun
yang bertasydid serta pada hukum idgham bighunnah, iqlab, ikhfa haqiqi,
idgham mitslain, dan ikhfa syafawi. Nah, apabila hukum-hukum tersebut
tidak disertai dengan ghunnah maka termasuk lahn khafi.

3. Menambahkan atau mengurangi ukuran mad

Kita ketahui bahwa ada mad yang dibaca 2harakat, 4harakat dan 6
harakat. Apabila kita membaca mad ashli yang harusnya dibaca 2harakat
saja namun dibaca 4harakat atau lebih, maka itu termasuk kesalahan.
Sebaliknya bila kita membaca mad lazim yang memang para imam qiraat
sepakat untuk membaca 6 harakat tapi dibaca hanya 4 harakat atau 2
harakat itu juga termasuk lahn.

4. Berlebihan dalam takrir/menggetarkan huruf “ra”


5. Membaca tafkhim bacaan tarqiq dan sebaliknya.
6. Tidak menerapkan hukum idgham, iqlab, dan ikhfa.
7. Mendengungkan tanwin atau nun mati ketika menghadapi huruf halq.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap muslim di wajibkan membaca Al-Quran secara baik dan benar.
Oleh sebab itu setiap muslim diwajibkan belajar memahami tata cara dalam
membaca Al- Quran/ ilmu tajwid.
Ilmu tajwid yaitu ilmu yang membahas tentang tata cara membaca
Al- Quran dengan baik dan benar, yang berisi tentang cara membaca,
kapan bacaan harus di baca panjang, pendek, berdengung , jelas, samar-samar
dan dimana harus berhenti, Serta mengetahui makharijul huruf yang benar dan
tepat.

B. Saran
Bacalah Al-Quran dengan menggunakan ilmu tajwid dan dalam
membacanya haruslah tartil tidak usah terlalu terburu-buru. Karena dapat merusak
makna dari bacaan Al- Quran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep Lim. 2016. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV


Penerbit Diponegoro.

Alam, Tombak. 2015. Ilmu Tajwid. Jakarta: Amzah.

Annuri, Ahmad. 2010. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu
Tajwid. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Musaddad, Endad. 2014. Qira’atul Qur’an Wa Tahfidz. Banten : FTK Banten


Press dan LP2M IAIN SMH Banten.

Syaiful, Ahmad Anam dan Amalia M.N. 2013. Pengantar Ilmu Tahsin Kunci
Mudah & Praktis Memaca Al-Qur’an. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tekan, Ismail. 2004. Tajwid Alqur’anul Karim Pembahasan secara praktis


populer dan sistematis. Jakarta: Pustaka Alhusna Baru.

United Islamic Cultural Centre Of Indonesia. 2005. Tajwid Qarabasy. Jakarta


Timur.

Wahyudi, Moh. 2007. lmu Tajwid Plus. Surabaya: Halim Jaya.

13

Anda mungkin juga menyukai