Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TINGKATAN MEMBACA AL-QURAN”

Dosen Pengampu :
Khoirul Amin

Disusun oleh :

Mutikarazi Audhia Putri 2251030219


Melani Nayasabila 2251030074
Citra Maulidya Putri Ir 2251030030
Akbar nugroho 2251030275
Sekar Kinasih 2251030244
Bayuni putra 2251030164
Haura salsabila 2251040186

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberi
kita nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya yang senantiasa setia membantu perjuangan beliau dalam menegakan
Dinullah dimuka bumi ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian tugas
mata kuliah

Tentunya kami sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, saya


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran dan kritik yang konstruktif serta membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini nantinya. Akhirnya hanya kepada Allah
SWT kami kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah di sisi-Nya, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Tahqiq...................................................................................................... 3

B. Tartil ........................................................................................................ 3

C. Tadwir ..................................................................................................... 4

D. Hadar .......................................................................................................4

E. Prinsip serta hubungan antara tahqiq,tartil,tadwir dan hadar..................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 7

B. Saran. ...................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang memiliki kemukjizatan.Lafal membacanya bernilai ibadah,
diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis secara mushaf, dimulai dengan
surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas (Munawar and Halim,
2002, p. 5). Sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar
memperoleh kebahagian lahir dan bathin, di dunia dan di akhirat kelak.
Untuk dapat mempelajari dan memahami isi atau kandungan Alquran
tidaklah mudah, oleh karena itu guru atau ustadz harus mempunyai strategi,
cara atau metode dalam mengajarkannya. Metode yang biasa digunakan agar
mampu membaca Alquran dengan baik dan benar pada banyak TPQ atau
TPA diantaranya adalah metode Jibril, Bagdadi, Qiro’ati, metode Iqro’ dan
metode An-Nahdhiyah. Diantara tahapan pembelajaran Alquran ialah dengan
cara membaca, menerjemahkan dan menafsirkan. Sebagaimana kita ketahui
perintah pertama ketika Alquran diturunkan kepada nabi Muhammad adalah
membaca, yang tentunya mengandung pengertian yang sanagat luas.
Kemudian pada ayat yang lainnya Allah SWT memerintahkan kita untuk
membaca Alquran dengan Tartil. Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad an-
Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara
tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan memyempurnakan harokat
dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyamakan “tartil”
dengan tajwid, yaitu membaguskan bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal
tempat-tempat berhenti (waqaf). Berbeda dengan Ibnu Katsir yang
mengartikan “tartil” sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat membantu
menuju tingkat pemahaman dan perenungan Alquran. Sejalan dengan Ibnu
Katsir, Fakhrur Rozy dalam tafsirnya mengatakan “tartil” adalah
memperjelas dan menyempurnakan bacaan semua huruf dengan memberikan
semua hak-haknya dengan cara tidak tegesa-gesa dalam membaca Alquran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tahqiq?
2. Apa itu Tartil?
3. Apa itu Tadwir?
4. Apa itu Hadar?
5. Apa prinsip serta hubungan antara tahqiq,tartil,tadwir dan hadar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang Tahqiq
2. Untuk mengetahui tentang Tartil
3. Untuk mengetahui tentang Tadwir
4. Untuk mengetahui tentang Hadar
5. Untuk mengetahui prinsip serta hubungan antara tahqiq,tartil,tadwir dan
hadar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahqiq
Tahqiq adalah membaca Alquran dengan tingkatan yang lamban dan suara yang
jelas sambil benar-benar menyempurnakan serta menjaga hak dan mustahak huruf.
Membaca dengan tahqiq afdhal dan sangat baik dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Contoh bacaan dengan tingkatan ini adalah bacaan Syaikh Mahmud
Khalil Al-Hushari yang sudah tersebar rekamannya atau Syaikh Abdullah Ali
Bashfar versi Mujawwad. Temasuk dalam tingkatan tahqiq juga adalah bacaan
yang biasa disandungkan oleh Qari Mu’ammar ZA.

‫َهو القراءة بتؤدة واطمئنان واخراج كل حرف من مخرجه مع اعطائه حقَّه ومستحقَّه مع تدبُّر المعانى و‬

Artinya: “yaitu: Membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf
dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya ,baik asli
maupun baru datang(hukum-hukumnya) serta memprhatikan makna ayat.

Firman Allah:

‫ورتل القرآن ترتيال‬


Artinya:
“Dan bacalah al-Qur’an dengan cara tartil”
Membaca dengan pelen dan tenang maksudnya tidak tergesa-gesa namun tidak pula
terseret-seret. Huruf di ucapkan satu persatu dengan jelas dan tepat menurt
makhrajnya dan sipatnya. Ukuran panjang pendeknya trpelihara dengan baikserta
berusaha megerti kandungan maknanya.
Tingkatan bacaan Al-Qur’an yang pertama adalah tahqiq. Jika dilihat dari
pengertian etimologi (bahasa) tahqiq adalah tarqiq dan ta-kid yang berarti teliti dan
menguatkan. Namun jika dilihat dari sisi terminologi (istilah), tahqiq menurut para
ahli qira’ah adalah:
‫ وهو يصلح‬،‫وهو القراءة بتؤدة واطمئنان مع المبالغة في اإلتيان بالشيء على حقه من غير زيادة وال نقصان‬
‫في مقام التعليم‬
“Membaca dengan lambat dan tenang dengan memberikan haknya secara totalitas
tanpa ada tambahan ataupun pengurangan. Tingkatan ini cocok digunakan dalam
proses ta’lim (belajar-mengajar.”
Contoh penerapan bacaan tahqiq:
Jika kita simak dengan seksama bacaan diatas dibaca dengan perlahan-lahan dan
tartil, bacaan inilah yang disebut dengan martabah tahqiq. Oleh karena itu, bacaan
ini memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah sang qori’ atau pembaca Al-
Qur’an lebih mudah dalam menunaikan hak-hak huruf disertai dengan tadabbur
yang lebih mendalam. Akan tetapi, jika seseorang membaca Al-Qur’an dengan
tempo ini maka ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.

3
B. Tartil
Tartil merupakan salah satu metode membaca Alquran. Membaca Alquran dengan
tartil maksudnya membaca tanpa tergesa dan perlahan-lahan sehingga seseorang
dapat lebih mudah meresapi makna ayat yang dibacanya. Membaca Alquran
dengan tartil sangat dianjurkan, sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam
firman-Nya, “Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-
Muzammil: 4). Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Janganlah kau gerakkan lidahmu
untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat menguasainya. Atas
tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya.” (QS. Al-Qiyamah: 16-17).
Berikut ini Cara membaca al-quran dengan tartil:
a. Memahami Hukum Tajwid
Ust. Khalillurrahman El-Mahfani dalam buku Belajar Cepat Ilmu Tajwid
menjelaskan, tajwid adalah membaguskan bacaan huruf-huruf atau kalimat-
kalimat Alquran satu per satu dengan terang, teratur, perlahan, dan tidak
terburu-buru sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Pengucapan huruf hijaiyah
yang fasih dan benar dalam metode tartil hanya bisa dicapai jika seorang
Muslim mengerti teori dasar ilmu tajwid tersebut. Dengan begitu, ia paham
kapan harus mendengungkan, menebalkan, serta memanjangkan dan
memendekkan bacaan. Setelah memahaminya, umat Muslim harus berusaha
menerapkannya setiap membaca Alquran. Selain agar bacaannya lebih
tepat, kebiasaan ini juga bisa memudahkan seseorang terbiasa membaca
Alquran dengan tartil.
b. Membaca Setiap Huruf Sesuai Makhraj
Membaca Alquran dengan tartil juga bisa dilakukan dengan mempelajari
tahsin, yaitu memperbaiki kualitas bacaan Alquran sesuai makhraj huruf,
sifat huruf, maupun keindahan bacaan.
Makhraj sendiri merupakan tempat keluarnya huruf hijaiyah. Berdasarkan
wilayah, makhraj huruf terbagi menjadi lima tempat, yaitu bibir, lidah,
tenggorokan, rongga tenggorokan dan mulut, serta rongga hidung. Umat
Muslim hendaknya memahami makhraj apa yang mewakili setiap huruf
hijaiyah, sehingga bacaannya lebih jelas dan tepat.
c. Membaca dengan Penuh Penghayatan
Membaca Alquran bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban, tetapi juga
memahami apa yang disampaikan Allah kepada umat-Nya. Oleh sebab itu,
umat Muslim dianjurkan membaca Alquran dengan penuh penghayatan agar
memperoleh hikmah dari ayat yang dibacanya. Dengan menghayati ayat
demi ayat, isi kandungan Alquran pun semakin mudah dipahami dan
diresapi ke dalam hati. Dengan begitu, umat Muslim cenderung
membacanya dengan perlahan alias tartil.

d. Memperjelas dan Memperindah Suara


Memperjelas dan memperindah suara ketika membaca Alquran termasuk
dalam adab membaca Alquran. Rasulullah mendorong umatnya untuk
4
membaca Alquran sebagus dan semerdu mungkin.
C. Tadwir
Tadwir atau At-Tadwir adalah tingkatan pertengahan antara perlahan dan cepat.
Bacaan dengan Tadwir ini sering kita dengar di dalam salat berjamaah. Bacaan
Tadwir adalah membaca Mad Munfasil tidak lebih dari 6 harakat. At-tadwir

‫وهو مرتبةٌ متوسطةٌ بين التَّرتيل والحدر‬


Artinya:
yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hadr
Bacaan at-tadwir ini lebih dikenal dengan bacaan sedang tidak terlalu cepat juga
tidak terlalu pelan ,tetapi pertengahan antara keduanya. Tingkatan bacaan Al-
Qur’an yang kedua adalah tadwir. Menurut pengertian bahasa. tadwir adalah
menjadikan sesuatu dengan bentuk melingkar. Adapun menurut istilah para ulama
tajwid yang dimaksud dengan tadwir adalah:
‫توسط القراءة بين التحقيق والحدر‬

“Bacaan yang sedang yaitu antara tahqiq (perlahan) dan hadr (cepat)“

Contoh penerapan bacaan tadwir:

Bacaan dengan tempo tadwir ini adalah bacaan yang sedang, tidak cepat tidak pula
lambat. Bacaan dengan tempo inilah yang paling sering dibaca oleh para imam saat
mengimami shalat kaum muslimin juga yang paling sering digunakan oleh kaum
muslimin saat praktek tadarus. Kelebihan bacaan Al-Qur’an dengan tempo tadwir
adalah bacaan dapat dituntaskan dengan durasi yang lebih cepat daripada bacaan
dengan tempo tahqiq, namun tetap terasa mudah dalam menunaikan hak-hak huruf
dari makhraj, shifat ataupun hukum-hukum tajwidnya.

D. Hadar
Hadar atau Al-Hadar adalah bacaan cepat namun masih menjaga hukum-hukum
tajwid. Al-Hadar merupakan tingkat bacaan paling cepat. Tingkatan ini sering
dipakai oleh para penghafal Qur'an yang ketika mengulang hafalannya. Meskipun
cepat, cara membacanya tetap mengindahkan hukum-hukum yang ada seperti
apabila berdengung dia dengung, apabila wakaf dia berhenti. Bacaan Hadar adalah
membaca Mad Munfasil dengan 2 harakat.
‫وهواْلسراع فى القرأة مع مراعات اْلحكام‬

Artinya:
yaitu membaca degan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya
Perlu diingat yang dimaksud cepat di sini adalah dengan menggunkan ukuran
terpendek dalam batas peraturan tajwid, jadi bukannya keluar dari peraturan
sebagaimana yang banyak kita jumpai pada acara tahlilan,yasinan,atau sholat
5
tarawih.karna bacaan cepat yang keluar dari peraturan ini cenderung merusak
ketentuan membaca Al-qur`an sebagaimana yang telah di ajarkan oleh rasulullah
SAW. Tingkatan bacaan Al-Qur’an yang berikutnya adalah hadr. Menurut
pengertian bahasa. hadr adalah as-sur’ah (cepat), adapun menurut istilah para ulama
tajwid yang dimaksud dengan hadr adalah:
‫ وليحذر القارئ فيه من بتر حرف‬،‫ ومراعاتها بدقة‬،‫وهو اإلسراع في القراء مع المحافظة على قواعد التجويد‬
‫المد أو ذهاب صوت الغنة أو اختالس الحركات‬
“Membaca cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaidah-kaidah tajwid
dengan sangat hati-hati, dan hendaknya seorang qari’ berhati-hati dari memotong
huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian)
harakat.“
Contoh penerapan bacaan hadr:
Tingkatan membaca Al-Qur’an yang ketiga ini biasanya digunakan oleh para
penghafal Al-Qur’an saat mengulang (muraja’ah) hafalan, rata-rata satu juz
diselesaikan hanya dalam tempo 20 menit atau kurang dari itu.
Kelebihan membaca dengan tempo ini adalah seorang qari’ atau hafizh Al-Qur’an
dapat dengan cepat menyelesaikan bacaan atau hafalannya dengan sesegera
mungkin.
Akan tetapi, meskipun bacaan dapat dituntaskan dengan lebih cepat, tempo bacaan
yang ketiga ini sangat ‘rawan’ bagi para pemula apalagi yang kemapuan dalam
membaca Al-Qur’annya masih kurang lancar. Oleh karena itu, para ulama tidak
merekomendasikan kepada para pembelajar pemula yang bacaan Al-Qur’annya
masih terbata-bata untuk membaca Al-Qur’an dengan tempo hadr karena
dikhawatirkan terjatuh kedalam banyak kesalahan.

E. Prinsip Serta Hubungan Antara Tahqiq,Tartil,Tadwir dan Hadar


Prinsip-Prinsip Pembelajaran Al-Qur’an Pendidikan al--Qur’an bagi anak-anak
memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dengan orang dewasa. Hal ini ada kaitannya
dengan umur, kejiwaan anak dan daya nalar anak. Para pengajar al-Qur’an
hendaknya memperhatikan hal ini agar tidak gagal dalam mendidik anak-anak
dalam membaca al-Qur’an. Menurut Annuri, bahwa tingkatan dalam membaca al-
Qur’an adalah sebagai berikut:
1) At-Tahqiq, adalah bacaan seperti tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-lahan.
2) At-Tadwir, adalah bacaan yang sedang tidak perlu cepat atau tidak terlalu
lambat, pertengahan antara al-Hadr dan at-Tartil. 3)
3) Al-Hadr, adalah bacaan cepat dengan tetap menjaga hukum tajwidnya. 14Ibid,
hal. 100-101 31
4) At-Tartil, adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas, mengeluarkan setiap
huruf dan makhraj-nya dan menerapkan sifat-sifatnya serta mentadabburi
maknanya.
Sedangkan menurut Syaiful, bahwa tempo bacaan yang digunakan dalam
membaca al-Qur’an ada tiga, yaitu:
6
1) Tahqiq, yaitu membaca al-Qur’an dengan tenang disertai mentadabburi
maknanya, menjaga semua hukum-hukum tajwid dan memberikan hak
kepada setiap huruf baik makhraj maupun sifatnya.
2) Hadr, yaitu membaca dengan cepat disertai dengan menjaga hukumhukum
tajwid-nya.
3) Tadwir, yaitu cara membaca tengah-tengah antara tahqiq dan hadr. Dari
kedua teori di atas tidak ada perbedaan mengenai tingkatan atau tempo
dalam membaca al-Qur’an, hanya saja menurut Annuri tingkatan tersebut
ada empat yaitu at-tahqiq, at-tadwir, al-hadr, dan attartil. Sedangkan
menurut Syaiful ada tiga tingkatan, dimana dari keempat tingkatan yang
dikemukakan oleh Annuri yang tidak termasuk tingkatan atau tempo dalam
membaca al-Qur’an yaitu at-tartil. Dalam bukunya “Diktat TOT
Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode An-Nahdliyah” mengatakan
bahwa cara membaca al-Qur’an dengan at-Tahqiq merupakan cara
membaca dengan pelan tetapi pelannya tidak boleh berlebihan, karena jika
berlebihan ditakutkan akan merusak bacaan huruf. Sehingga ketika
membaca juga harus tetap memperhatikan makhorijul huruf serta hukum
tajwidnya. Membaca atTahqiq ini gunanya adalah untuk menegakkan
bacaan al-Qur’an sampai sebenarnya tartil. Sehingga cara membaca at-
Tahqiq ini cocok digunakan bagi santri pemula atau bagi santri yang masih
pada tahap awal. AtTadwir merupakan “cara membaca al-Qur’an dengan
sedang maksudnya antara cepatnya al-Hadr dan pelannya at-Tahqiq”.
Sedangkan al-Hadr adalah cara membaca al-Qur’an dengan cepat. Membaca
al-Qur’an dengan cepat ini diperbolehkan sepanjang tidak melanggar
ketentuan tajwid, dan tidak boleh sampai ada huruf yang keselip.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keempat metode tersebut, hal yang terpenting adalah bagaimana


seseorang yang membaca Al-Quran memahami ilmu tajwid dan tanda baca
seperti waqaf. Setiap Qari tentu memiliki kebiasaan yang berbeda ketika
membaca Al-Quran, ada yang terbiasa membaca Al-Quran dengan cara
cepat, ada pula yang membaca dengan cara pelan. Sebaiknya ketika
membacaan Al-Quran disesuaikan dengan kebutuhan dan target yang ingin
dicapai. Semisal pada even khataman, tentu para hafizh Al-Quran memiliki
cara membaca yang berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan demi untuk
mengkhatamkan lebih cepat. Dari empat tingkatan bentuk bacaan Al-Quran,
Tartil adalah bentuk bacaan Al-Quran yang terbaik di antara keempat bentuk
bacaan tersebut. Sebab Al-Quran diturunkan dengan bentuk Tartil

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini kami berharap pembaca dapat
mengambil inti dari makalah dan menerapkan dalam kehidupan sehari hari
dan lebih baik dalam membaca al-quran

8
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, W., & Riptanti, E. W. (2010). Analisis efisiensi ekonomi penggunaan


faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Caraka
Tani: Journal of Sustainable Agriculture, 25(1), 119-125.

Heriyanto, H., & Darus, D. (2019). Analisis efisiensi faktor produksi karet di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dinamika pertanian, 33(2), 121-128.

Anda mungkin juga menyukai