Anda di halaman 1dari 11

GOVERNANSI PUBLIK DALAM PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

DI KABUPATEN BANYUMAS
PUBLIC GOVERNANCE IN THE MANAGEMENT OF VILLAGE OWNED ENTERPRISES
IN BANYUMAS

Shadu Satwika Wijaya*, Chamid Sutikno*


*Program Studi Administrasi Publik, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto
Jln.Sultan Agung No 42 Karangklesem, Purwokerto, Indonesia 53144
Email: ss.wijaya@unupurwokerto.ac.id
Diterima: 12 Oktober 2020, Direvisi: 27 Oktober 2020, Disetujui: 30 Nopember 2020

ABSTRAK
Pengembangan potensi lokal menjadi aspek penting untuk meningkatkan daya saing lokal.
Oleh karena itu, pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu model
pemanfaatan kapasitas finansial desa untuk pemanfaatan potensi dan kebutuhan desa. Namun,
dalam perjalananya penerapan BUMDes masih menemukan permasalahan dalam mencapai tujuan
pemanfaatan potensi dan kebutuhan desa. Tujuan penelitian ini adalah menemukan pendekatan
yang tepat dalam mendukung upaya peningkatkan kinerja BUMDes dalam mengelola potensi desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan BUMDes belum didasarkan pada analisis
kebutuhan dan pemetaan potensi desa setempat. Pengelolaan BUMDes perlu diarahkan menuju
optimalisasi peran stakeholders melalui pendekatan governance.

Kata Kunci: Pengelolaan BUMDes, Governansi Publik, Peningkatan Kinerja

ABSTRACT
Increasing local potential is an important aspect to improve local competitiveness.
Therefore, the establishment of Village-Owned Enterprises (BUMDes) is one model of village
financial capacity utilization to utilize the potential and needs of the village. However, in the course
of its implementation the BUMDes still found problems in achieving the objectives of using the
village's potential and needs. The purpose of this study is to find the right approach in supporting
efforts to improve the performance of BUMDes in managing village potential. The results of the
study show that the management of the BUMDes has not been based on the needs analysis and
mapping of the potential of the local village. Management of BUMDes needs to be directed towards
optimizing the role of stakeholders through a governance approach.

Keywords: Performance Improvement, Public Governance, Village Enterprise Management

PENDAHULUAN jumlah belum mencapai angka 50 persen,


Pengelolaan kekayaan dan potensi namun dengan dukungan kebijakan baik
desa melalui Badan Usaha Milik Desa dari pemerintah daerah dan pemerintah
(BUMDes) juga telah dilakukan oleh desa maka potensi pembentukan BUMDes
sejumlah desa di Kabupaten Banyumas. akan sangat besar. Namun, kinerja Badan
Pada saat ini telah berdiri 88 BUMDes Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
dari 301 desa di Kabupaten Banyumas pengelolaan kekayaan dan potensi desa
(Laporan Pemerintah Kabupaten sebagai upaya membangun ekonomi
Banyumas 2016). Meskipun dari segi masyarakat desa pada kenyataan masih

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 147
Wijaya, Chamid Sutikno
sulit dilakukan. Masalah utama yang mengembangkan kemampuan yang
dihadapi adalah belum kuatnya berbeda dimana model bisnis publik
mekanisme pemetaan potensi dan dikembangkan dan digunakan. Dalam
kebutuhan desa, sehingga kinerja pemenuhan pelayanan publik bagi
BUMDes dalam pengelolaan kekayaan masyarakat juga diperlukan inovasi
dan potensi desa masih belum terarah dan business models (Morçöl & Wolf, 2010).
terukur. Hasil penelitian terdahulu yang Pengelolaan model bisnis menjadi penting
dilakukan oleh Kurniasih et al. (2017; untuk memanfaatkan peluang publik
2019) dan Maab et al. (2018) (Najmaei and Sadeghinejad, 2016). Oleh
menunjukkan bahwa dalan karena itu perlu dibentuk suatu badan
pengelolaannya, BUMDes belum memiliki usaha masyarakat desa. Tidak ada definisi
mekanisme yang jelas dan komprehensif yang jelas tentang apa yang dimaksud
terkait pemetaan potensi dan kebutuhan dengan bisnis pedesaan atau badan usaha
desa. Di samping itu, hasil penelitian milik desa (Henry dan McElwee, 2014).
terhadulu tersebut juga menunjukkan Menurut Henry dan McElwee (2014)
belum adanya mekanisme keterlibatan Gagasan tentang bisnis pedesaan atau
masyarakat secara lebih luas dalam badan usaha milik desa dapat ditinjau
pengembilan keputusan. Artinya, peran dengan karakteristik sebagai berikut: (1)
stakeholders dalam pengelolaan BUMDes Lokasi utamanya berada di pedesaan; (2)
belum diberi ruang yang optimal. Mempekerjakan mereka yang berada
Business Improvement merupakan dalam area specified travel to work; (3)
suatu hal yang penting untuk diperhatikan Berkontribusi terhadap gross value-added
di level pemerintah daerah (Morçöl and (GVA) bagi desa setempat.
Wolf, 2010). Integrasi organisasi sektor Liang (2006) mencatat beberapa hal
swasta dan mekanisme pasar ke dalam tentang proses perkembangan terbaru
proses pemerintahan dan pelayanan publik dalam restrukturisasi dan tantangan utama
merupakan tren yang memiliki implikasi dari badan usaha desa. Ia berpandangan
mendasar bagi administrasi publik bahwa pengembangan lebih lanjut
(Newman and Gaffney, 2002). Kerjasama perusahaan pedesaan harus berfokus pada
pemerintah dan sektor bisnis dapat sejumlah isu kebijakan, antara lain: (1)
membantu mengidentifikasi solusi Mengutamakan nilai-nilai sektor privat
terhadap masalah kebijakan yang (perusahaan swasta), (2) Meningkatkan
kompleks dan memperbaiki keberhasilan struktur industri, mengembangkan industri
implementasi kebijakan publik (Kim and pengolahan makanan agribisnis, (3)
Darnall, 2016). Meningkatkan kualitas dan merek, (4)
Najmaei dan Sadeghinejad (2016) mendorong konsentrasi bisnis di kota-kota
mengenalkan konsep model bisnis publik dan (5) Mendorong kolaborasi ekonomi
dan mengembangkan teori untuk proses dan teknis regional. Dalam pandangan
pengembangan dan pengelolaan model Liang (2006), badan usaha desa adalah
bisnis publik. Dalam pandangannya driving force di belakang ekonomi
mengembangkan dan mengelola model pedesaan, yang dapat menjadi kekuatan
bisnis merupakan hal yang penting untuk ekonomi baru, menyediakan kesempatan
dilakukan dalam organisasi publik kerja untuk tenaga kerja pedesaan,
sekalipun. Pengusaha publik menjalankan membantu meningkatkan pendapatan
tugas ini dengan menggunakan sumber petani, promotor industri infrastruktur dan
daya publik dan swasta, memanfaatkan agribisnis dan sebagai kontributor
sistem kelembagaan publik, dan urbanisasi dan integrasi ekonomi regional.

148 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 18 Nomor 2 – Desember 2020
Wang (2005) juga mencatat pemecahan masalah publik. Keterlibatan
beberapa hal tentang proses perkembangan publik dan pemilik bisnis lokal dapat
badan usaha desa. Dalam pandangannya, memberikan kerangka kerja dengan
badan usaha desa memiliki karakteristik, mengalihkan beban pemecahan masalah
antara lain: (1) Sebagai pelopor pem- dari pemerintah ke pelaku swasta,
bangunan pedesaan; (2) Sebagai pilihan masyarakat dan stakeholder lain untuk
hak milik atau kepemilikian perusahaan; memecahkan masalah masyarakat (Clark
(3) Sebagai bantuan bagi beban and Record (2017).
ketimpangan petani; (4) Sebagai tipe Kemunculan paradigma reinventing
industrialisasi pedesaan. Lebih lanjut government yang menghendaki sebuah
Wang (2005) mengemukakan bahwa pemerintahan yang berjalan seperti atau
badan usaha desa beroperasi di bawah menerapkan nilai-nilai organisasi swasta
konteks geografis, ekonomi dan politik (Osborn dan Plastrik, 1997). Tentu saja
yang sangat unik karena berada di wilayah tinjauan terhadap persoalan tersebut
pedesaan. Oleh karena itu, untuk diharapkan tetap didasari pada pemikiran
menjamin keberlangsungannya diperlukan tentang bagaimana mengelola kepentingan
perhatian pada upaya diversifikasi publik secara efisien, efektif, akuntabel
kepemilikan, prioritas pada pengembangan dan berkeadilan sosial. Dalam mengkaji
organisasi dan teknologi harus menjadi persoalan BUMDes penelitian ini
prioritas utama, mengutamakan industri menggunakan perspektif manajemen
pengolahan makanan (agri-industri), publik, karena dalam konsep manajemen
penguatan pada kualitas dan merek, publik menyangkut perencanaan, peng-
mobilisasi atau ekspansi usaha yang organisasian, pengawasan dan juga
menjangkau wilayah perkotaan dan mekanisme pertanggungjawaban. Artinya,
mendorong kerjasama ekonomi dan teknis peran stakeholders dalam mekanisme
tingkat regional (Liang, 2006). Najmaei pengelolaan BUMDes menjadi bagian
dan Sadeghinejad (2016) juga meng- yang penting. Dalam mengatasi ke-
ungkapkan bahwa perusahaan publik kosongan peran stakeholders inilah, perlu
adalah seperti perusahaan swasta yang adanya mekanisme yang mendorong
memerlukan model bisnis untuk bertindak. pengelolaan BUMDes yang berbasis pada
Namun, karena perbedaan sifat peluang konsep governance. Public governance
dan sumber daya antara bisnis sektor adalah cara dimana stakeholders saling
publik dan swasta, maka berbeda pula berinteraksi dengan tujuan mempengaruhi
penyelenggaraan perusahaan publik hasil kebijakan publik (Bovaird et al.,
dengan perusahaan swasta. 2003). Stakeholders tersebut antara lain
Perusahaan publik itu sendiri adalah warganegara, organisasi masyara-
tergolong ke dalam profit maximizing kat, media massa, lembaga publik, politisi,
businesses dan non-profit maximizing organisasi nirlaba dan sebagainya. Mereka
businesses known as social businesses. saling berinteraksi dalam pengelolaan
Terdapat perpedaan antara perusahaan organisasi publik untuk memenuhi
dengan profit maximizing businesses berbagai kepentingan masyarakat.
model dan social businesses model Pada paradigma government,
(Sabatier et al., 2017; Yunus et al., 2010). pemerintah memainkan peranan penting
Bahwa perusahaan milik lokal lebih dalam mengendalikan masyarakat. Sedang
cenderung menghasilkan tingkat dalam paradigma governance dimungkin-
keterlibatan publik yang tinggi dan kan keterlibatan banyak kelompok kepen-
penting untuk menopang kapasitas tingan yang secara langsung terlibat dalam

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 149
Wijaya, Chamid Sutikno
perumusan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah desa, penyelenggara BUMDes
publik (Klijn & Koppenjan, 2015). dan masyarakat desa di beberapa desa di
Konsep governance memperhitung-kan Kabupaten Banyumas. Teknik analisis
seluruh aktor dan area kebijakan yang data dalam penelitian ini menggunakan
berada di luar “eksekutif inti” yang terlibat interactive data analysis model (Milles,
dalam proses pembuatan kebijakan Huberman and Saldana, 2014).
(Cairney & Cairney, 2016; Klijn & Adapun sasaran dari penelitian ini
Koppenjan, 2015). Governnace dalam hal adalah keseluruhan BUMDes yang yang
ini merupakan konsep yang luas yang tersebar di 301 desa yang ada di
mewakili keseluruhan kualitas hubungan Kabupaten Banyumas yang berjumlah 88
antara warga negara (swasta dan BUMDes. Dari jumlah tersebut kemudian
masyarakat umum) dan pemerintah yang diambil 30 BUMDes untuk jadikan
memuat nilai-nilai responsivitas, efisiensi, informan dalam penelitian ini (34 %) yang
kejujuran dan keadilan (Matheus & dipilih dengan teknik purposive. Metode
Ribeiro, 2009). Oleh sebab itu, dengan pengumpulan data menggunakan indepth
pendekatan governance, maka kondisi interview, observasi dan analisis dokumen.
kebutuhan desa dapat lebih tergambarkan
dengan jelas. Dengan tergambarkannya HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi kebutuhan dan potensi desa, maka Besarnya potensi pendirian
arah pengembangan BUMDes menjadi BUMDes tidak diimbangi dengan
jelas dan terukur yang pada giliranya dapat keterlibatan stakeholders yang memadai,
meningkatkan kinerja BUMDes dalam sehingga pengelolaan BUMDes cenderung
mengelola kebutuhan dan potensi desa. tersentral pada pemerintah desa,
Dengan demikian, rumusan khususnya Kepala Desa. Kinerja BUMDes
masalah dalam penelitian ini antara lain: tidak disusun berdasarkan rencana
(1) Bagaimanakah model eksisting strategis yang berbasis pada kebutuhan
pengelolaan BUMDes di Kabupaten dan potensi pengembangan desa.
Banyumas?; (2) Bagaimanakah model Sehingga, ukuran kinerja BUMDes
governansi publik dalam pengelolaan menjadi tidak terstandar dan bersumber
BUMDes di Kabupaten Banyumas? sepenuhnya pada preferensi Pemerintah
Melihat fenomena di atas dan potensi dari Desa, khususnya Kepala desa. Hasil
pendirian BUMDes itu sendiri, maka penelitian juga menunjukkan bahwa secara
tujuan penelitian ini antara lain: (1) umum pengelola telah membuka informasi
Mengidentifikasi model existing pengelolaan BUMDes kepada masyarakat,
pengelolaan BUMDes di Kabupaten meskipun belum terlembaga secara baik,
Banyumas; (2) Mengembangkan model karena belum tersedianya sistem informasi
governansi publik dalam pengelolaan khusus dan pemanfaatan media yang
BUMDes di Kabupaten Banyumas. optimal. Transparansi pelaporan pengelo-
laan BUMDes kepada masyarakat desa
METODE lebih diselenggarakan dengan pendekatan-
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang informal seperti forum
pendekatan studi kasus. Metode ini “kumpulan warga”. Fakta penelitian
digunakan untuk mengetahui dan tersebut sejalan dengan pendapat
mengeksplorasi meaning dari individu (O’Doherty, 2017) yang memandang
atau kelompok sosial dan permasalahan bahwa transparansi semakin penting dalam
sosial (Creswell, 2013: 4). Informan kunci penyelenggaraan pemerintahan kontem-
dalam penelitian ini, antara lain: porer. Dalam pandangannya transparansi

150 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 18 Nomor 2 – Desember 2020
perlu didorong sebagai pendekatan dalam tratif dan sosial (Chygryn et al., 2018;
penyelenggaraan organisasi publik. Grimmelikhuijsen & Feeney, 2017).
Transparansi dipandang penting karena Berikut merupakan gambaran model
memiliki manfaat dalam mengimbangi eksisting pengelolaan BUMDes.
kompleksitas perilaku politik, adminis-

Pemerintah Desa

Aksi Korporasi
Musyawarah Rencana Kerja/ APBDes Kinerja
Desa Rencana Anggaran BUMDes
Mitra

Musyawarah
Dusun

Gambar 1.
Model Eksisting Pengelolaan BUMDes

Gambar 1 di atas adalah model untuk mewakili publik, untuk berdebat


yang menggambarkan kondisi eksisting sebagai legitimasi proses musyawarah,
terkait dengan pola pengelolaan BUMDes, setiap anggota harus memposisikan forum
khususnya di Kabupaten Banyumas. di luar kepentingan partisan (O’Doherty,
Model eksisting tersebut dikembangkan 2017). Masyarakat desa dengan ciri
berdasarkan hasil pengamatan dan gemeinschaft pada dasarnya telah
wawancara mendalam dengan informan memiliki potensi kebersamaan dalam
kunci. Melalui gambar model eksisting kehidupannya. Untuk itu, dalam meme-
pengelolaan BUMDes tersebut dapat nuhi potensi demokratis di masyarakat
ditunjukkan bahwa terdapat peranan desa, pemerintah lokal perlu mendorong
sentral dan dominasi pemerintah desa konektivitas demokratis dan konektivitas
khususnya kepala desa dalam proses politik yang lebih besar antara forum
pengelolaan BUMDes. Fakta ini dijumpai partisipatif dan ruang publik yang lebih
di seluruh BUMDes (100%) yang menjadi luas (Leroux, 2015; Moore, 2010; Ngo &
sasaran penelitian. Hal ini menunjukkan O’Cass, 2013). Melalui pendekatan ini
terjadinya defisit peranan stakeholders. diharapkan keterlibatan segenap
Untuk itu, mekanisme pengelolaan stakeholders dapat meningkatkan kinerja
BUMDes perlu diarahkan menuju BUMDes dalam pengelolaan kekayaan
optimalisasi peran banyak pihak atau dan potensi publik masyarakat desa.
stakeholders melalui pendekatan BUMDes dibentuk tidak hanya
governance yang memungkinkan banyak dengan semangat reinventing government
kelompok dan kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan potensi desa. Namun,
secara langsung dalam perumusan dan internalisasi semangat reinventing
pelaksanaan kebijakan publik (Klijn & government tersebut tidak serta-merta
Koppenjan, 2015). Melalui pendekatan ini membawa BUMDes pada model bisnis
menekankan pula pentingnya keterlibatan Profit Maximizing Businesses. BUMDes
banyak stakeholders yang dimaksudkan memang merupakan badan usaha yang

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 151
Wijaya, Chamid Sutikno
profit oriented, namun sekaligus social 100% BUMDes yang menjadi sasaran
oriented. Hal ini terjadi karena BUMDes penelitian telah mempertimbangkan
tidak bisa dilepaskan dari akar budaya dan keterlibatan seluruh pemangku
ciri sosial kemasyarakatan Indonesia pada kepentingan khususnya masyarakat desa
umumnya. Proposisi nilai dalam BUMDes melalui forum-forum diskursus dan
meliputi masyarakat desa dan stakeholers, musyawarah.
di samping itu dalam model ini yang Hasil pengamatan juga sejalan
dituju bukan hanya keuntungan secara temuan Hosseini, et.al (2012) dalam
ekonomis, melainkan keuntungan secara perkembangan badan usaha desa di Iran.
sosial dan lingkungan. Pengelolaan aset Menunjukkan bahwa usaha kecil pedesaan
dan potensi ekonomi desa yang semula memegang berperanan penting dalam
dikelola oleh pemerintah desa bergeser menciptakan peluang lapangan kerja dan
dari model birokratis pemerintah desa ke menghasilkan produk bernilai tambah di
model badan usaha publik yang profit sektor-sektor tertentu seperti pertanian.
oriented, namun tidak murni profit Namun, tantangan utama bagi perusahaan
oriented karena tetap memperhatikan sisi desa ini adalah kurangnya keberlanjutan.
social profit bagi masyarakat desa. Pola Dalam pandangan Hosseini, et.al (2012)
pengelolaan BUMDes ini merupakan inovasi dan kerjasama antar stakeholders
perwujudan integrasi organisasi sektor merupakan faktor kunci keberlanjutan
swasta dan mekanisme pasar ke dalam usaha kecil pedesaan. Jika keberadaan
proses pemerintahan dan penyediaan inovasi dan kerjasama tidak diperhatikan,
pelayanan publik, yang telah menjadi tren maka tidak ada keber-lanjutan bagi badan
dalam penyelenggaraan administrasi usaha pedesaan. Smith dan McColl (2016)
publik (Newman and Gaffney, 2002). mengemukakan bahwa perbedaan antara
Kerjasama pemerintah-bisnis itu sendiri aktivitas bisnis di pedesaan dan perkotaan
dapat membantu mengidentifikasi solusi bukanlah hal baru, komparator yang jelas
bagi masalah kebijakan yang kompleks adalah ukuran seperti arsitektur sosial,
dan memperbaiki keberhasilan implemen- ketersediaan sumber daya dan
tasi kebijakan (Kim and Darnall, 2016). aksesibilitas. Ia beranggapan bahwa
Berdasarkan hasil pengamatan dan perbedaan utama antara pengelolaan sosial
wawancara mendalam dengan informan perusahaan pedesaan dan perkotaan jarak
kunci pada seluruh BUMDes sasaran jauh sangat bernuansa oleh tingkat migrasi
penelitian, dijumpai fakta 90% di lokasi pedesaan dan perkotaan,
menunjukkan bahwa perusahaan milik kepemimpinan dan kebutuhan masyarakat
lokal lebih cenderung menghasilkan dan oleh karena itu memerlukan konteks
tingkat keterlibatan publik yang lebih kebijakan yang relevan. Meskipun
tinggi dan hal itu penting penting untuk perkembangan badan usaha desa terlihat
menopang kapasitas pemecahan masalah baik, namun Chen, et.al (2013)
dalam masyarakat perdesaan (Clark and mengungkapkan bahwa BUMDes sejauh
Record, 2017). ini dikelola dengan pola kombinasi
Sabatier (2017) mengemukakan peranan antara pemerintah dan kekuatan
bahwa selain tantangan inovasi model pasar. Oleh karena itu, sifat hibrida dari
bisnis yang biasa, model bisnis sosial struktur organisasi dan kepemilikan
harus mempertimbangkan semua tersebut membuat perubahan dalam badan
pemangku kepentingan dan menentukan usaha desa masih banyak dilakukan secara
keuntungan sosial yang diharapkan. Hasil top-down.
penelitian telah menunjukkan bahwa

152 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 18 Nomor 2 – Desember 2020
Stakeholders
Analsis Rencana
Kebutuhan Strategis

Potensi Desa Target


Capaian

Aksi Korporasi
Musyawarah Rencana Kerja/ APBDes Kinerja
Desa
Rencana Anggaran BUMDes
Mitra
Musyawarah
Dusun

Gambar 2.
Model Governance dalam Pengelolaan BUMDes dalam Optimalisasi Kinerja

Gambar 2 di atas adalah model organisasi masyarakat, lembaga desa dan


yang menggambarkan kondisi ideal organisasi lainnya yang terkait dengan
pengelolaan BUMDes dengan meng- penyelenggaraan BUMDes. Mereka saling
gunakan pendekatan governance terkait berinteraksi dalam pengelolaan organisasi
dengan pola pengelolaan BUMDes, publik untuk memenuhi berbagai
khususnya di Kabupaten Banyumas. kepentingan dan kebutuhan masyarakat
Model Governance dalam Pengelolaan desa. Melalui manajemen publik yang
BUMDes dalam Optimalisasi Kinerja berorientasi pada pendekatan governance,
merupakan suatu model rekomendasi yang maka rancangan model diarahkan untuk
dikembangkan berdasarkan hasil analisis dapat menerapkan pentingnya mencapai
dan pengembangan dari model existing nilai-nilai yang tidak hanya berkaitan
pengelolaan BUMDes yang dimuat pada dengan efisiensi, efetivitas, akan tetapi
Gambar 1. juga responsif dalam penyelenggaraan
Berdasarkan Gambar 2 tentang BUMDes.
model governance dalam pengelolaan
BUMDes dalam optimalisasi kinerja dapat KESIMPULAN
ditunjukkan bahwa dalam mengatasi Berdasarkan hasil penelitian dan
kekosongan analisis kebutuhan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
potensi desa, maka diperlukan peranan pengelolaan BUMDes di Kabupaten
stakeholders untuk mendorong dimuatnya Banyumas sebagaimana digambarkan
kebutuhan dan potensi desa sebagai dasar dalam model eksisting menjukkan masih
penyususnan target capaian kinerja dari kuatnya dominasi unsur pemerintahan
BUMDes. Melalui pendekatan public desa, khususnya dalam proses
governance, para stakeholders saling pengambilan keputusan strategis pada
berinteraksi dengan tujuan menemukan pengelolaan BUMDes. Sementara itu,
arah kerja dan pengembangan BUMDes dapat disimpulkan pula bahwa dibutuhkan
yang berbasis pada analisis kebutuhan dan optimalisasi peran stakeholders melalui
potensi desa (Bovaird & Loffer, 2009). pendekatan governance sebagaimana
Stakeholders tersebut, antara lain: adalah digambarkan pada model governansi
unsur golongan dalam masyarakat, publik dalam pengelolaan BUMDes di

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 153
Wijaya, Chamid Sutikno
Kabupaten Banyumas. Berdasarkan pandang dan spektrum tentang potensi dan
penelitian ini dapat disimpulkan perbedaan permasalahan kebutuhan desa. Dengan
mendasar antara kondisi exisiting demikian, kondisi kebutuhan dan potensi
pengelolaan BUMDes dan kondisi yang desa dapat lebih tergambarkan dengan
direkomendasikan, berdasarkan nasis teori jelas. Dengan tergambarkannya kondisi
governance. Dimana, keterlibatan segenap kebutuhan dan potensi desa, maka arah
stakeholders dalam pengelolaan kekayaan pengembangan BUMDes menjadi jelas
publik masyarakat desa perlu dioptimalkan dan terukur yang pada giliranya dapat
dan semakin meningkat. Dengan meningkatkan kinerja BUMDes dalam
meningkatnya keterlibatan segenap mengelola kebutuhan dan potensi desa.
stakeholders, maka dapat membuka cara

154 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 18 Nomor 2 – Desember 2020
DAFTAR PUSTAKA management is dead: Long live
Bovaird, T., Loeffler, E., & Martin, J. digital-era governance”. Journal of
2003. From corporate governance Public Administration Research
to local govrenance: Stakeholder- and Theory, 1:467–494.
driven community score-cards for Girotra, Karan & Serguei Netessine. 2014.
uk local agencies? International “Four Paths to Business Model
Journal of Public Administration, Innovation”. Harvard Business
26(8–9), 1035–1058. https://doi.org Review, July-August: 98-103.
/10.1081/PAD-120019359 Grimmelikhuijsen, S. G., & Feeney, M. K.
Cairney, P., & Cairney, P. 2016. The 2017. Developing and Testing an
Advocacy Coalition Framework. In Integrative Framework for Open
Understanding Public Policy (pp. Government Adoption in Local
200–219). https://doi.org/10.1007/ Governments. Public Adminis-
978-0-230-35699-3_10 tration Review, 77(4), 579–590.
Chen, W., Woods, A., & Singh, S. 2013. https://doi.org/10.1111/puar.12689
Organisational change and Hahm, Sung Deuk & Kwangho Jung.
development of reformed Chinese 2013. “Shaping Public Corporation
township and village enterprises. Leadership in a Turbulent
Journal of Organizational Change Environment”. Public Administra-
Management, 26(2), 353–369. tion Review, 73(1): 178–187.
https://doi.org/10.1108/0953481131 Henry, Colette & Gerard McElwee. 2014.
1328399 “Defining and Conceptualising
Chygryn, O., Petrushenko, Y., Vysochyna, Rural Enterprise”. Contemporary
A., & Vorontsova, A. 2018. Issues in Entrepreneurship
Assessment of fiscal decentrali- Research, 4: 1-8
zation influence on social and Hosseini, Seyed Jamal F., Gerard
economic development. Montene- McElwee, Shohreh Soltani, David J
grin Journal of Economics, 14(4), Smith. 2012. “The innovation
69–84. https://doi.org/10.14254 performance of small rural
/1800-5845/2018.14-4.5 enterprises and cooperatives in
Clark, Jill K. & Matthew Record. 2017. Tehran province, Iran”. Local
“Local Capitalism and Civic Economy, 27(2): 183–192.
Engagement: The Potential of Kavadias, Stelios, Kostas Ladas &
Locally Facing Firms”. Public Christoph Loch. 2016. “The
Administration Review, 00(00): 1- Transformative Business Model:
13. how to tell if you have one”.
Creswell, John, 2013. Desain Penelitian, Harvard Business Review, October:
Pendekatan Kualitatif dan 91-98.
Kuantitatif terjemahan Angkatan III Kim, Younsung & Nicole Darnall. 2016.
& IV KIK-UI. KIK Press. Jakarta. “Business as a Collaborative
Daly, Peter. 2017. "Business Partner: Understanding Firms’
apprenticeship: a viable business Sociopolitical Support for Policy
model in management education", Formation”. Public Administration
Journal of Management Review, 76(2):326–337.
Development. 36(6): 1-7. Klijn, E. H., & Koppenjan, J. 2015.
Dunleavy, P., H. Margetts, S. Bastow & J. Governance networks in the public
Tinkler. 2006. “New public sector. In Governance Networks in

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 155
Wijaya, Chamid Sutikno
the Public Sector. https://doi.org/ Models for citizen engagement in
10.4324/9781315887098 Latin American - Case studies of
Kurniasih, D., & Israwan Setyoko, P. public digital budgeting. ACM
2019. Public Governance Capacity International Conference
In The Accountability Of Village- Proceeding Series, 109–116.
Owned Enterprise Manage-ment In https://doi.org/10.1145/1693042.16
Indonesia. Journal Sampurasun : 93065
Interdisciplinary Studies for Moore, A. 2010. Public bioethics and
Cultural Heritage, 5(2), 67–79. deliberative democracy. Political
https://doi.org/10.23969/sampurasu Studies, 58(4), 715–730.
n.v5i2.1745 https://doi.org/10.1111/j.1467-
Kurniasih, D., Setyoko, P. I., & Imron, M. 9248.2010.00836.x
2017. Problems of Public Milles, B Mathew & Huberman A
Accountability in Village Michael & Saldana Johnny, 2014,
Government Business Management Qualitative Data Analysis, A
(Study on Village Business Methode Sourcebook, USA: Sage
Enterprises in Banyumas, Publication. Inc.
Indonesia). Journal of Public Moore, A. 2010. Public bioethics and
Administration and Governance, deliberative democracy. Political
7(4), 147. https://doi.org/10.5296 Studies, 58(4), 715–730.
/jpag.v7i4.11850 https://doi.org/10.1111/j.1467-
Kurniasih, D., & Wijaya, S. S. 2017. 9248.2010.00836.x
Kegagalan Bisnis Pemerintah Desa: Morçöl, G., & Wolf, J. F. 2010.
Studi Tentang Relasi Bisnis- Understanding Business
Pemerintah pada Pengelolaan Improvement Districts: A New
Badan Usaha Milik Desa di Governance Framework. Public
Kabupaten Banyumas. JPSI Administration Review, 70(6), 906–
(Journal of Public Sector 913. https://doi.org/10.1111/j.1540-
Innovations), 1(2), 66. 6210.2010.02222.x
https://doi.org/10.26740/jpsi.v1n2.p Najmaei, Arash & Zahra Sadeghinejad.
66-72 2016. "Toward a Theory of
Leroux, K. 2015. Paternalistic or Business Models and Business
Participatory Governance ? Modeling in Public
Examining Opportunities Social for Entrepreneurship" In New
Client Participation in Nonprofit. Perspectives on Research, Policy &
Public Administration Review, Practice in Public Entrepreneurship.
69(3), 504–517. Emerald Group Publishing Ltd, 6:
Maab, M. H., Wijaya, S. S., Atika, Z. R., 77-102.
& Kurniasih, D. 2018. Rethinking Newman, Meredith A. & Michael J.
Model Bisnis Pemerintah Desa: Gaffney. 2002. “A Clash of Values:
Kasus Pada Badan Usaha Milik Public Ethics and the Business of
Desa Di Kabupaten Banyumas, Government”. International Review
Indonesia. Jurnal Litbang Provinsi of Public Administration, 7(1): 17-
Jawa Tengah, 16 (1). 27.
https://doi.org/10.36762/litbangjate Ngo, L. V., & O’Cass, A. 2013.
ng.v16i1.754 Innovation and business success:
Matheus, R., & Ribeiro, M. M. (2009). The mediating role of customer

156 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 18 Nomor 2 – Desember 2020
participation. Journal of Business Smith, Anne MJ. & Julie McColl. 2016.
Research, 66(8), 1134–1142. “Contextual influences on social
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.20 enterprise management in rural and
12.03.009 urban communities”. Local
O’Doherty, K. C. 2017. Deliberative Economy, 31(5): 572–588.
public opinion. History of the Steinerowski, Artur A. & Izabella
Human Sciences, 30(4), 124–145. Steinerowska-Streb. 2012. “Can
https://doi.org/10.1177/0952695117 social enterprise contribute to
722718 creating sustainable rural
Osborne, D & Gaebler, T. 1997. communities? Using the lens of
Reinventing Government: How The structuration theory to analyse the
Entepreneurial Spirit is emergence of rural social
Transforming the public sector. enterprise”. Local Economy, 27(2):
Harvard University Press. 167–182
Ranerup, Agneta, Helle Zinner Henriksen Velu, Chander, Mahima Khanna. 2013.
& Jonas Hedman. 2016. “An "Business model innovation in
analysis of business models in India", Journal of Indian Business
Public Service Platforms”. Research, 5(3): 156-170.
Government Information Quarterly, Wang, Juan. 2005. “Going Beyond
33(1): 6-14. Township and Village Enterprises
Sabatier, V., Medah, I., Augsdorfer, P., & in Rural China”. Journal of
Maduekwe, A. 2017. Social Contemporary China, 14(42): 177-
business model design and 187.
implementation in developing Yunus, M., Moingeon, B., & Lehmann-
countries: Learning from an Ortega, L. 2010. Building social
affordable medicine developed in business models: Lessons from the
Burkina Faso. Journal of grameen experience. Long Range
Management Development, 36(1), Planning, 43(2–3), 308–325.
48–57. https://doi.org/10.1108/ https://doi.org/10.1016/j.lrp.2009.1
JMD-03-2015-0041 2.005

Governansi Publik Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Banyumas– Shadu Satwika 157
Wijaya, Chamid Sutikno

Anda mungkin juga menyukai