Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Studi Pemuda

Volume 7 Nomor 2 tahun 2018


http://doi.org/10.22146/studipemudaugm.39551

Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk


Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan Kesejahteraan
Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan
Menggunakan Model Tetrapreneur

P.L. Rika Fatimah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
rika_paper@yahoo.com ; rikafatimahpl@ugm.ac.id

ABSTRAK
Salah satu bentuk pemberdayaan dari pemerintah berupa otonomi desa yaitu desa dapat mengelola sumber daya
secara mandiri dan adaptif salah satunya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Penelitian ini dilaku-
kan di Desa Bleberan, Kabupaten Gunung Kidul dengan menggunakan pendekatan model Tetrapreneur yang
terbagi menjadi pemetaan kondisi kewirausahaan desa (Chainpreneur); identifikasi kebutuhan wirausahawan
desa dalam menjalankan dan mengembangkan usaha mereka (Marketpreneur); pelaksanaan Model Tetrapreneur
untuk merancang Q-BUMDES (Qualitypreneur); penentuan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab
dalam pembangunan Q-BUMDES (Brandpreneur). Selain menggunakan model Tetrapreneur, penelitian ini
juga menggunakan teori resource based view dan modal sosial sebagai dasar memprofilkan unit usaha desa yang
haruslah memiliki ciri khas dan keunggulan kompetitif supaya dapat memberikan kontribusi yang signifikan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa rekomen-
dasi Tetrapreneur yang harus dilakukan oleh pemangku kepentingan setempat dan pemerintah desa baik pada
tingkat Rantai Wirausaha (Chainpreneur), Kualitas Wirausaha (Qualitypreneur), Pasar Wirausaha (Market-
preneur) maupun Merek Wirausaha (Brandpreneur). Rekomendasi Tetrapreneur tersebut merupakan dasar
pendekatan pembangunan sistem Q-BUMDES pengembangan wirausaha Desa Bleberan. Sistem Q-BUMDES
tersebut membentuk suatu sistem basis data terpadu untuk melakukan pengendalian kualitas sehingga wirausaha
desa dapat lebih adaptif kesejahteraannya. Penerapan Model Tetrapreneur di Desa Bleberan ini diharapkan
dapat menjadi panutan bagi desa lainnya khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu model
keberlanjutan dalam pengentasan kemiskinan tanpa meninggalkan kearifan lokal menuju ketahanan ekonomi
dan kesejahteraan adaptif.
KATA KUNCI Kearifan Lokal | Kewirausahaan | Tetrapreneur | Q-BUMDES.

1. PENDAHULUAN
Pemenuhan kesejahteraan umum dan desa sebagai kesejahteraan yang sesuai dengan kear-
ekonomi desa harus menjadi tulang punggung yang ifan lokal desa tersebut. Kesejahteraan yang bukan
dibangun dengan kokoh. Pembangunan ketahanan ‘meniru atau mengikuti’ parameter desa atau tempat
ekonomi desa membutuhkan kesadaran dan upaya lain. Kesejahteraan yang ‘menyesuaikan’ dengan apa
bersama semua komponen termasuk di setiap tingkat yang diberikan oleh Tuhan berupa alam dan hasil
makro, meso, mikro, bahkan pada setiap tingkat yang bumi serta keunikkan masyarakatnya.
dapat secara unik didefinisikan. Bukan saja ketahan- Oleh karena itu, dukungan negara, pelaku
an ekonomi namun juga bagaimana pembangunan industri hingga akademisi dan masyarakat pada umum-
juga mampu mendefinisikan kesejahteraan adaptif nya harus berubah bentuknya menjadi lebih nyata
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 122
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
PL. Rika Fatimah

dan dapat ditindaklanjuti untuk desa. Salah satu- di Desa Bleberan, nampak jika masyarakat setem-
nya melalui pemberdayaan potensi desa sebagai pat memiliki dorongan untuk mencari jawaban dan
solusi dan keberlanjutan kesejahteraan desa di menyelesaikan kompleksitas berbagai permasalahan
masa depan. Salah satu bentuk pemberdayaan dari bersama. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi
pemerintah berupa otonomi desa yaitu desa dapat warga Desa Bleberan yaitu (1) perlunya sosialisasi
mengelola sumber daya secara mandiri salah satu- lebih mengenai BUMDES dan produknya bagi mas-
nya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). yarakat; (2) belum ditemukannya karakter khusus
Pengelolaan BUMDES dilakukan oleh Pemerintah atau keunikan desa; (3) kurangnya motivasi mas-
Desa bersama dengan masyarakat. yarakat, dikarenakan kecenderungan pengembangan
BUMDES menjadi bagian lembaga yang desa lebih kearah infrasruktur; dan (4) pemuda
dapat menopang kesejahteran warga desa, dan tentu- kurang aktif dikarenakan terpisah pisahnya paduku-
nya harapan tersebut dapat diiringi dengan mening- han dan belum dilibatkan dalam pemasaran produk
katnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah BUMDES.
satu kabupaten yang memiliki nilai IPM terendah Merujuk pada pemetaan masalah yang ada,
adalah Gunung Kidul. Rendahnya IPM Kabupaten masyarakat desa dan identifikasi kualitasnya meru-
Gunung Kidul merupakan salah satu dasar pemilih- pakan faktor utama penyelesaian masalah tersebut.
an dilaksanakannya penelitian ini. Berbagai potensi Secara internal, karakter dari masyarakat umum
desa ada di Gunung Kidul mulai dari keindahan alam termasuk masyarakat desa memiliki dorongan peru-
hingga keunikan budaya dan masyarakatnya. Potensi bahan yang cepat dalam kehidupan bermasyarakat,
sumber daya manusia yang tersimpan di salah satu menumbuhkan kesadaran kolektif untuk memper-
desa di Gunung Kidul adalah Desa Bleberan. Desa baiki kualitas hidup, dan mencari peluang yang
Bleberan memiliki potensi sumber daya manusia dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Hal ini
dan organisasi kemasyarakatan yang menggerakkan terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, ko-
dinamika sosio-kultural di Desa Bleberan. PKK hesivitas, tindakan proaktif, dan hubungan internal-
(Pendidikan Kesejahteraan Keluarga), Gapoktan eksternal dalam membangun jaringan sosial didukung
(Gabungan Kelompok Tani), Karang Taruna meru- oleh semangat kebajikan untuk saling menguntung-
pakan tiga organisasi kemasyarakatan yang terlibat kan sebagai refleksi kekuatan masyarakat (Inayah
secara aktif dan partisipatif dalam perencanaan 2012).
pembangunan desa. Masyarakat mulai sadar jika Merujuk pada kualitas produk BUMDES
kelompok perempuan yang mayoritas tergabung da- yang belum sepenuhnya terkontrol dan masyarakat
lam PKK Desa memiliki semangat untuk dapat aktif masyarakat desa juga belum sepenuhnya meng-
terlibat secara langsung dalam perencanaan dan erti manfaat BUMDES maka diperlukan pene-
pengambilan kebijakan di desa. Semangat ini yang litian yang bertujuan untuk mengembangkan kua-
harus ditangkap oleh desa dan perlunya dorongan litas usaha milik desa dan melestarikan ketahanan
pihak luar sehingga bisa terbuka jalan bagi perem- ekonomi masyarakat dengan sistem kewirausahaan
puan untuk terlibat dalam bergeraknya roda kemas- yang lebih baik. Penelitian ini akan menjelaskan
yarakatan. Tidak hanya kelompok perempuan yang secara sistematis tentang penumbuhan kolaborasi
menunjukkan geliatnya, tetapi sebagian generasi antara desa dan wirausahawan melalui BUMDES
muda Desa Bleberan telah menyadari kebutuhan dalam Q-BUMDES dengan menggunakan Model
regenerasi petani (Yayasan Penabulu 2016). Tetrapreneur (Fatimah 2016). Model Tetrapreneur
Namun demikian, potensi sumber daya ini digunakan untuk merespon pemetaan masalah
manusia di Desa Bleberan tersebut belum sepenuh- yang telah dipaparkan sebelumnya kedalam empat
nya optimal untuk kemanfaatan bersama dengan pendekatan holistik yaitu pemetaan kondisi kewirau-
BUMDES. Mengkaji potensi fisik dan non-fisik sahaan desa (Chainpreneur); identifikasi kebutuhan

Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018a


123
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan
Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur

wirausahawan desa dalam menjalankan dan mengem- yang berkualitas, beroperasi secara efisien, dan
bangkan usaha mereka (Marketpreneur); pelaksanaan bertanggung jawab sosial dan etis dalam berurusan
Model Tetrapreneur untuk merancang Q-BUMDES dengan konsumen, karyawan, investor, regulator pe-
(Qualitypreneur); penentuan pemangku kepentin- merintah, dan masyarakat (Ferrel et al. 2014 ; Fati-
gan yang bertanggung jawab dalam pembangunan mah 2009). Kelompok-kelompok ini memiliki andil
Q-BUMDES (Brandpreneur). dalam keberhasilan dan hasil bisnis yang disebut pe-
mangku kepentingan (key person).
2. KAJIAN LITERATUR Qualitypreneur atau Kualitas Wirausaha
2.1. Model Keberlanjutan Usaha Tetrapreneur adalah pendekatan kualitas (Sower 2011) dalam
memberikan rekomendasi praktis dalam karak-
Tetrapreneur terdiri dari empat pendekatan
teristik untuk memuaskan kebutuhan tersurat mau-
holistik yaitu Chainpreneur, Marketpreneur, Quali-
pun tersirat dari kebutuhan, keinginan, dan harapan
typreneur, dan Brandpreneur.
pengusaha. Berikutnya adalah Brandpreneur atau
Merek Wirausaha; strategi asosiasi untuk mendorong
pertumbuhan pengusaha dengan menggunakan
Pendekatan Nilai Merek, kemudian menetapkan
pemangku kepentingan yang bertanggung jawab
secara khas. Tujuannya adalah untuk memperkuat
posisi strategis di pasar, mempertahankan siklus
hidup dan kemampuan yang kompatibel untuk ber-
saing dan berkolaborasi (Keller et al. 1992) melalui
praktik terbaik global. Memiliki praktik terbaik,
Benchmarking adalah salah satu teknik yang terkenal
untuk mengidentifikasi praktik terbaik pada model
kewirausahaan global yang sukses.
2.2. Teori Resource Based View (RBV)
Chainpreneur atau Rantai Wirausaha adalah
pendekatan baru untuk menggambarkan kondisi ke- Untuk mewujudkan desa mandiri, maka di-
wirausahaan dengan menggunakan filosofi rantai pa- perlukan sumber daya yang berasal dari desa. Unit-
sokan atau Supply Chain. Rantai pasokan terdiri dari unit usaha yang bergerak di desa haruslah memiliki
semua pihak yang terlibat, secara langsung atau tidak ciri khas dan keunggulan kompetitif supaya dapat
langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan memberikan kontribusi yang signifikan pada pening-
(Fatimah 2012). Tujuan setiap rantai pasokan harus katan kesejahteraan masyarakat desa. Berdasarkan
memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan. teori resource based view, maka desa harus memiliki
Nilai tersebut dikenal sebagai surplus rantai pasokan sumber daya yang bernilai, langka, tidak disubstitusi,
(Cavinato 2002). dan tidak diimitasi (Barney 1991). Keunggulan
Marketpreneur atau Pasar Wirausaha ada- kompetitif tersebut ditentukan oleh modal sosial,
lah sudut pandang inovatif untuk mengidentifikasi modal manusia, dan modal finansial (DeMassis et al.
kebutuhan pengusaha di setiap tahap dengan mem- 2011). Modal sosial terkait dengan relasi antar orang
proyeksikan aktivitas pasar yang memenuhi kebutu- dalam organisasi (modal sosial internal) dan antara
han, keinginan, dan harapan konsumen. Konsumen organisasi dengan pihak luar (modal sosial eksternal).
tidak terbatas hanya bagi mereka yang berinteraksi Menurut World Bank (1998) modal sosial
langsung atau membeli produk/jasa. Untuk mencapai adalah suatu masyarakat termasuk institusi, relasi,
dan mempertahankan profitabilitas, bisnis telah me- sikap, dan nilai yang memandu interaksi antara orang
nemukan bahwa mereka harus menghasilkan produk dan kontribusi pada ekonomi serta pembangunan
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 124
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
PL. Rika Fatimah

sosial. Modal sosial diperlukan nilai saling berbagi seperangkat nilai-nilai atau norma-norma informal
serta pengorganisasian peran yang diekspresikan da- tertentu yang saling digunakan di antara anggota-an-
lam hubungan personal, kepercayaan, dan tanggung ggota kelompok yang memungkinkan kerjasama di
jawab bersama. Modal manusia diartikan sebagai antara mereka.
pengetahuan dan keterampilan yang melekat pada
orang (DeMassis et al. 2011). Selain itu, modal 3. METODE PENELITIAN
manusia dapat diasosiasikan dengan dedikasi dan Model Tetrapreneur masing-masing memi-
komitmen yang tinggi (Cabrera-Suarez et al. 2001), liki metode pengumpulan data yang berbeda untuk
motivasi (1988), dan relasi personal yang tinggi. dapat mensintesis temuan penelitian. Pendekatan
Chainpreneur atau Rantai Wirausaha menggunakan
2.3. Modal Sosial
data sekunder dalam bentuk tinjauan pustaka. Dalam
Menurut Bourdieu (dalam Field 2008) definisi pendekatan diperlukan data yang berkaitan dengan
modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, rantai umum, rantai dinamis, dan karakteristik rantai-
aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada nya. Selanjutnya untuk Marketpreneur atau Pasar
seorang individu atau sekelompok individu karena Wirausaha dan Qualitypreneur atau Kualitas Wira-
kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang usaha, keduanya akan menggunakan data primer yang
dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD)
yang lebih kurang telah diinstitusikan berdasarkan atau In Depth Interview (IDI), dan survei offline/
pengetahuan dan pengenalan timbal balik. online. Pasar Wirausaha menggunakan data niat dan
Kehidupan masyarakat yang di dalamnya motivasi pengusaha serta kompetensi manajerial,
dikenal tiga jenis modal yakni modal ekonomi, modal kewirausahaan dan jejaring.
budaya, dan modal sosial (Hauberer 2011). Struk- Selanjutnya untuk Kualitas Wirausaha, anali-
tur distribusi berbagai jenis modal sesuai dengan sis data dilakukan dengan memetakan jenis praktik
struktur yang melekat pada dunia sosial atau bidang terbaik global yang memenuhi kebutuhan, keinginan,
sosial. Modal yang mengembangkan efektivitas ter- dan harapan wirausaha. Pendekatan Brandpreneur
tinggi dalam bidang tertentu tergantung pada daerah atau Merek Wirausaha menggunakan data sekunder
aplikasi masing-masing dan pada transformasi biaya berupa tinjauan pustaka. Semua tahap akan mengum-
yang muncul dalam proses konversi dari satu modal pulkan data dari praktik terbaik di masyarakat,
ke modal lainnya (Bourdieu dalam Hauberer 2011). lingkungan, online, kreatif, dan permulaan. Ber-
dasarkan pendekatan Merek Wirausaha, analisis data
Selain Bourdieu, pengertian modal sosial
dilakukan dengan menggunakan pendekatan brand
juga dikemukakan Fukuyama yaitu berhubungan
value dan benchmarking. Pendekatan nilai merek
dengan norma-norma informal. Norma-norma ter-
didefinisikan sebagai pengembangan nilai khas
sebut harus diwujudkan dalam hubungan manusia pemangku kepentingan yang bertanggung jawab,
yang nyata (Fukuyama dalam Dwiningrum 2014). sedangkan benchmarking didefinisikan sebagai
Modal sosial merupakan salah satu unsur penting mengacu pada praktik global pada model kewira-
bagi berfungsinya efisiensi ekonomi dan tidak den- usahaan.
gan mudah dapat diciptakan atau dibentuk melalui
Data analisa berjumlah 71 responden war-
kebijakan publik. Modal sosial itu harus mengarah
ga Desa Bleberan yang terdiri dari Karang Taruna,
kepada kerjasama di dalam kelompok-kelompok
PKK, BUMDES, KWT dan Gapoktan, yang ter-
dan oleh karena itu berhubungan dengan kebijakan- bagi menjadi 18 responden yang merupakan pengu-
kebijakan tradisional seperti kejujuran menja- rus PKK dan BUMDES; 12 responden yang telah
ga komitmen mengerjakan tugas secara konsis- memiliki usaha/bisnis dan 41 responden yang pernah
ten, hubungan timbal balik, dan lain sebagainya. atau sedang bekerja. dan 16 responden yang terdi-
Modal sosial dapat didefinisikan sebagian keadaan ri dari pegawai kantor Desa Bleberan, perwakilan
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 125
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan
Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur

dari Saemaul Global Foundation Universitas Gadjah air bersih dan pariwisata. Kerjasama antara Dinas
Mada dan organisasi pendaming yaitu Pena Bulu. Pemerintah maupun kelompok lain telah banyak
Selain itu juga diambil data sebanyak 28 responden dilakukan di desa Desa Bleberan. Kemudian dari
yang berasal dari luar Desa Bleberan sebagai data segi pendidikan Desa Bleberan memiliki 4 Sekolah
pengimbang. Sehingga total responden keseluru- Dasar, 2 Madrasah Ibtidaiyah dan 1 Sekolah Me-
hannya berjumlah 115 responden. nengah Pertama. Tidak terdapat forum guru pada
Desa Bleberan, forum komunikasi hanya ada di
4. BUMDES DESA BLEBERAN, GUNUNG sekolah dan acara-acara tertentu.
KIDUL
BUMDES Desa Bleberan menjadi bagian
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ada- lembaga yang dapat menopang kesejahteran warga
lah sebuah perusahaan yang dikelola oleh masyarakat desa, dan tentunya harapan tersebut dapat diiringi
desa dan kepengurusanya terpisah dari pemerintah dengan adanya pertemuan ini membahas usaha desa di
desa. Berdirinya BUMDES bertujuan untuk meng- Desa Bleberan yang memiliki banyak produk mas-
gali dan mengoptimalkan potensi wirausaha desa. yarakat tetapi existensinya tidak ada. Masyarakat
Berdirinya Badan Usaha Milik Desa dilandasi oleh Desa Bleberan berharap setiap desa mempunyai
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan pariwisata maupun ciri khas sendiri, pariwisata
Daerah Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa desa dikumpulkan di sektor barat kemudian dibuat-
dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai kan value sharing berupa industri pariwisata yang
dengan kebutuhan dan potensi desa” turut menjadi saling mendukung, dan pengelola wisata berker-
pondasi penting dalam pendirian BUMDES. Dalam jasama dengan pihak biro wisata. Secara teknologi
UU Desa, BUMDES didefinisikan sebagai badan produksi bagus, dari segi rasa bagus, namun tidak
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya bertahan karena tidak dapat memasarkan. Contoh
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara bakpia dan wingko babat sudah bagus dari segi rasa
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang di- namun belum dapat memasarkan. Selain masalah
pisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan dalam pemasaran, kurangnya desain kemasan juga
usaha lain untuk sebesar-besarnya kesejahteraan mengurangi mutu produk.
masyarakat Desa.
5. Hasil dan Diskusi untuk Mengembangkan Kuali-
Desa Bleberan merupakan desa dengan
tas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES)
objek wisata terkenalnya berupa geoset (wisata gua)
Rancang Kencana dan air terjun Sri Gethuk. Ada- Untuk memperoleh data dan informasi yang
pun pariwisata yang dikembangkan berbasis ke- tepat, pengumpulan data dilakukan dengan bebe-
masyarakatan. Desa Bleberan juga menyediakan rapa metode seperti (1) Observasi keadaan desa
homestay sebanyak 30 unit yang dapat menampung secara langsung; (2) In-depth Interview (IDI)
sekitar 150 pengunjung. Namun demikian, ke- dengan perangkat desa; (3) Kuesioner kepada war-
beradaan homestay ini belumlah efektif. Desa ga desa Desa Bleberan; (4) Diskusi Grup bersama
Bleberan dipimpin oleh seorang kepala desa, dan kelompok-kelompok masyarakat yang berpenga-
memiliki beberapa kelompok masyarakat yang ber- ruh seperti pengelola BUMDES, PKK, KWT,
pengaruh, antara lain: Pengurus BUMDES, Karang Karang Taruna, kelompok usaha bersama (KUB),
Taruna, PKK, KWT, PAMSIMAS dan KKM. PAMSIMAS dan kepala dusun; (5) Focus Group
Kelompok PKK sangat aktif pada masyarakat Desa Discussion (FGD) bersama perwakilan masing-
Bleberan yaitu dari 55 anggota, kehadiran anggota masing anggota kelompok masyarakat dan lembaga
dapat mencapai 20 orang dan terdapat juga simpan desa sebagai upaya cross check atas informasi yang
pinjam arisan per bulan. Sedangkan BUMDES diperoleh dari langkah-langkah pengumpulan data
Desa Bleberan telah mengelola: simpan pinjam, sebelumnya.

Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 126


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
PL. Rika Fatimah

Selain itu, pemaparan hasil Model Tetrapre- yang produksi hanya ketika diminta oleh pelanggan.
neur terdiri dari empat bagian utama yaitu Strategi produksi tersebut sesuai dengan strategi
1) Rantai Wirausaha (Chainpreneur); 2) Pasar Wira- pengadaan bahan bakunya yang juga menyesuaikan
usaha (Marketpreneur); 3) Kualitas Wirausaha dengan permintaan pelanggan. Oleh karena itu, harga
(Qualitypreneur); dan 4) Merek Wirausaha (Brand- produk/layanan mereka sama atau lebih rendah dari
preneur). Secara terperinci hasil menunjukkan tiga harga pasar untuk menyesuaikan dengan kemampuan
prioritas utama yaitu 1) Fakta Gap Perbaikan; 2) usaha masyarakat desanya. Kesesuaian antara strategi
Fakta Potensi Keberlanjutan; 3) Fakta Pendukung. produksi, pengadaan barang serta penentuan harga
Fakta Gap Perbaikan menunjukkan kekurangan, tersebut akan menjaga keberlangsungan usaha. Pro-
tantangan atau hambatan sehingga merupakan prior- duksi berlebihan atau penumpukan bahan baku yang
itas untuk segera dilakukannya perbaikan. Prioritas berlebihan tidak terjadi sehingga harga dikawal sesuai
selanjutnya adalah Fakta Potensi Keberlanjutan yai-
dengan permintaan pembelinya yaitu sama atau lebih
tu menunjukkan kelebihan atau kekuatan sehingga
rendah daripada pasar.
merupakan prioritas untuk dipertahankan dan dijaga.
Prioritas yang terakhir yaitu Fakta Pendukung mer- 5.2. Pengukuran Pasar Wirausaha (Marketpreneur)
upakan keadaan atau situasi yang mendukung potensi
yang ada sehingga merupakan prioritas yang harus Pada identifikasi kebutuhan wirausahawan
dikembangkan. desa dalam menjalankan dan mengembangkan usaha
mereka (Marketpreneur) terdapat dua Fakta Gap
5.1. Pengukuran Rantai Wirausaha (Chainpreneur) Perbaikan yaitu 1) Fakta Pasar 1: Pelaku bisnis belum
Pada pemetaan kondisi kewirausahaan dapat menilai segmen konsumen mereka. Ditunjuk-
desa (Chainpreneur) ditemukan dua (2) Fakta Gap kan pada saat responden mengosongi kuesioner
Perbaikan yaitu 1) Fakta Rantai 1, ingin cepat tapi bagian segmentasi pasar padahal prioritas pasar me-
produksi hanya jika diminta pelanggan dan 2) Fakta rupakan informasi nomor 2 yang paling berharga
Rantai 2, Ketidaksesuaian informasi tidak cukup dan menurut responden. Hal tersebut menunjukkan
outsourcing. Dua fakta tersebut menunjukkan bahwa responden belum mengetahui cara menggali dan
produk desa diproduksi hanya ketika diminta oleh menggunakan informasi mengenai pelanggan atau
pelanggan atau layanan yang disediakan. Selain itu, segmentasi pasar. Hal ini cukup penting dikarena-
sebagian besar masyarakat menyatakan keterbatasan kan pengenalan pasar sejalan dengan fakta rantai
produksi turut disebabkan akses informasi yang di- dan Pasar 4 yang ingin cepat (responsif). Kualitas
dapat tidak mencukupi untuk mengembangkan bisnis. adaptasi pasar menentukan kecepatan respon usaha
Adapun akses informasi utama yang dibutuhkan
bisnis terhadap permintaan pelanggannya. Fakta
antara lain (1) Bahan baku; (2) Pelanggan/Pasar; (3)
seterusnya adalah 2) Fakta Pasar 2: Pelaku bisnis
Akses Pembiayaan. Bukan hanya akses informasi
ingin cepat (responsif), tapi melihat responden
yang diperlukan dalam peningkatan kapasitas pro-
rantai (PKK, KWT, dan BUMDES) merujuk pada
duksi, namun juga masyarakat masih memerlukan
outsourcing. Namun demikian, kedua fakta Rantai Fakta Rantai 3 yang menginginkan harga produk
Gap Perbaikan ini menjadi tidak konsisten jika di- lebih rendah dari pasar akan menimbulkan ketidak-
lihat dari temuan hasil penelitian yang menunjukkan efisienan. Akibatnya, dana reinvestasi pada fasilitas,
pengukuran prioritas masyarakat pada keperluan transportasi, dan produksi dengan metode responsif
keterampilan (peringkat ke-5) dan akses fasilitas kurang maksimal karena tidak didukung oleh kom-
(peringkat ke-7) yang bukan berada pada prioritas pensasi harga yang seharusnya lebih bersaing.
utama di Pasar Wirausaha. Selain itu juga terdapat satu fakta pendukung
Selain fakta perbaikan juga terdapat satu (1) yaitu Fakta Pasar 3: pelaku bisnis keseluruhan men-
Fakta Potensi Keberlanjutan yaitu Fakta Rantai 3, yatakan bahwa momen khusus peningkatan penjual-
kesesuaian masyarakat dalam pengadaan bahan baku, an terjadi menjelang hari raya, akhir tahun, atau hari
keinginan harga sama atau lebih rendah dari pasar. besar. Terdapat juga responden Desa Bleberan yang
Fakta gap perbaikan sebelumnya telah dinyatakan menyatakan momen libur sekolah menjadi momen
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 127
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan
Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur

peningkatan penjualan. Pemerhatian pasar pada berikutnya adalah 2) Fakta Kualitas 2: Salah satu
momen khusus ini secara konsisten sesuai dengan kemungkinan tidak dimulainya ekspansi bisnis
demografi konsumennya yaitu konsumen laki-laki karena ketidaktahuan para pelaku usaha terhadap
dan perempuan memiliki proporsi yang cukup sama segmen pasarnya. Fakta ini merupakan temuan kon-
sedangkan berdasarkan umur konsumen remaja (19 sisten yang sejalan dengan Fakta Pasar 3. Secara
s.d. 25 tahun) mendominasi tipe konsumen serta rata-rata tingkat kepuasan kebahagiaan, kenikmatan,
konsumen yang bukan berasal dari Gunung Kidul kebanggaan, dan kesenangan dalam berbisnis men-
lebih mendominasi. capai poin 4.5 dari nilai 7.0 atau sebesar 64.28 poin
Seterusnya, terdapat satu Fakta Potensi dari nilai 100.00. Hal ini membuktikan budaya
Keberlanjutan yaitu Fakta Pasar 4: Rantai ingin ‘nerimo’ sangat kental pada warga Desa Bleberan.
cepat dan pasar ingin cepat (responsif). Fakta Pasar Deskripsi kinerja keseluruhan untuk responden Desa
4 menunjukkan kesesuaian kondisi ideal atau kondisi Bleberan meliputi: usaha masih fluktuatif, belum
yang diharapkan oleh pelaku usaha yaitu kesesuaian berkembang, dan tidak menentu. Deskripsi kinerja
antara strategi produksi yang cenderung responsif terhadap pesaing untuk warga Desa Bleberan meli-
dengan pasar atau permintaan konsumen yang juga puti peningkatan kreatifitas, usaha lebih inovatif, seh-
responsif. Meskipun kondisi yang sedang berjalan ingga produk dapat cukup bersaing.
adalah strategi produksinya bukan responsif tetapi Selain itu terdapat juga satu Fakta Potensi
cenderung efisiensi yaitu produksi hanya dilakukan Keberlanjutan yaitu Fakta Kualitas 3: SDM Desa
pada saat diminta oleh konsumen. Namun harapan Bleberan memadai dari sisi kualitas produksi. Meru-
pelaku usaha sudah menunjukkan pemahamannya juk potensi SDM terdidik dan berpengalaman yaitu
bahwa pelanggan lebih nyaman jika produk selalu 80% pernah/sedang bekerja, 30% pernah belajar
tersedia tanpa menunggu untuk diminta. wirausaha dengan komposisi 20% Sarjana dan 80%
5.3. Pengukuran Kualitas Wirausaha (Qualitypre- berpendidikan SMA. Mayoritas SDM di Desa
neur) Bleberan adalah mereka yang pernah bekerja serta
berpendidikan merupakan potensi dalam pengem-
Selanjutnya dalam melaksanakan Model
bangan serta menjaga agar keberlanjutan produksi
Tetrapreneur untuk merancang Q-BUMDES (Qual-
produk desa terus berjalan. Kualitas proses produksi
itypreneur) terbagi menjadi tiga (3) kualitas, yaitu:
dari hulu ke hilirnya tentunya lebih dapat ditingkatkan
Kualitas Wirausaha Keseluruhan, Kualitas Profes-
dengan memberikan pelatihan serta akses keilmuan
sional Social Skill (PSS) dan PSS Muda.
yang tepat guna sesuai dengan apa yang diperlukan.
5.3.1 Pengukuran Kualitas Wirausaha Keseluruhan Seterusnya, terdapat satu Fakta Pendukung
Pada Kualitas Wirausaha terdapat dua Fakta yaitu Fakta Kualitas 4: 100% responden menyatakan
Gap Perbaikan yaitu 1) Fakta Kualitas 1: Pengusaha perlu mendaftarkan hak cipta produk. Dari jumlah
Bleberan berada dalam kondisi nyaman; adanya pe- tersebut 10% menyatakan sudah mendaftarkan hak
ningkatan laba tidak dimanfaatkan untuk mening- cipta produk, 60% menyatakan belum mendaftarkan,
katkan pertumbuhan penjualan atau tenaga kerja dan 30% menyatakan hak cipta tidak relevan dengan
sehingga kurangnya ekspansi bisnis untuk produk produk mereka. Mayoritas usaha warga desa adalah
desa yang ada. Dapat dikatakan ada ketidakefekti- perusahaan perseorangan. Rata-rata usaha warga be-
fan strategi pertumbuhan usaha atau dengan kata lain lum bersertifikasi halal dan menurut warga, PIRT
kebanyakan usaha yang telah dilakukan kurang mem- dan sertifikat halal diperlukan dan mendesak untuk
berikan hasil yang optimal atau sia-sia. Hal tersebut didapatkan, begitu juga dengan hak cipta produk.
dapat dilihat dari informasi yang diperoleh dari re- Warga menyadari pentingnya hak cipta produk na-
sponden yaitu sejumlah 40% pertumbuhan penjua- mun hanya sebagian yang telah mendaftarkan hak
lan relatif sama dan 30% peningkatan laba namun cipta produknya. Kesadaran bahwa legalitas dan
40% pertumbuhan tenaga kerja relatif sama. Fakta standardisasi produk untuk dapat lebih diterima oleh
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 128
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
PL. Rika Fatimah

pasar menjadi salah satu faktor pendukung dalam adalah Dipertahankan.


pengembangan kualitas produk desa tersebut. Seterusnya merupakan pengukuran pelaku
5.3.2 Pengukuran Kualitas Professional Social Skill usaha muda Desa Bleberan yang kemudian disebut
(PSS) & PSS Muda sebagai Kualitas PSS Muda. Pengukuran PSS Muda
terdapat satu Fakta Gap Perbaikan yaitu 1) Fakta
Pengukuran Professional Social Skill (PSS) Kualitas 9, belum adanya Pemahaman Dasar Wira-
dilakukan dengan membandingkan kapasitas pelaku usaha Muda yang lebih tinggi dibandingkan Umum
usaha Desa Bleberan dengan pelaku diluar desa atau dan Non-Desa Bleberan. Selain itu terdapat satu
disebut selanjutnya sebagai Non-Desa Bleberan. Fakta Potensi Keberlanjutan yaitu 2) Fakta Kuali-
Temuan Kualitas PSS terdiri dari dua Fakta Gap tas 10, yang semua Dimensi PSS Muda yang lebih
Perbaikan yaitu 1) Fakta Kualitas 5: Tiga dari empat tinggi dibandingkan Umum & Non-Desa Bleberan.
dimensi kualitas yang lebih rendah jika dibanding- Temuan ini menarik yang menunjukkan bahwa peran
kan dengan umum dan Bleberan yaitu Inovasi, pemuda di desa belum dioptimalkan. Jika dilihat dari
Performa dan Kualitas Pelayanan, dan Fakta aspek kapasitas pengetahuan maka pemuda di Desa
Kualitas 6: Hanya satu Pemahaman Dasar Wira- Bleberan masih jauh tertinggal. Namun demikian,
usaha yang lebih tinggi dibandingkan Umum & motivasi serta bakat dari pemuda yang ada di Desa
Non-Bleberan. Kedua Fakta Kualitas 5 dan 6 men- Bleberan menunjukkan kemampuan yang lebih jika
jadi belum selaras. Ketidakselarasan dapat dilihat dibandingkan dengan pemuda Non-Desa Bleberan.
yang meskipun pengetahuan untuk berubah dalam Oleh karena itu, pelatihan serta akses kesempatan
berwirausaha cenderung lebih baik jika dibanding- seharusnya diberikan kepada pemuda sehingga nanti-
kan dengan responden dari Non-Bleberan namun nya mampu membawa perubahan kewirausahaan
bukan berarti juga menjadikan Desa Bleberan ber- yang lebih baik di Desa Bleberan.
gerak lebih dinamis. Temuan ini konsisten dengan
temuan sebelumnya, yaitu kecenderungan mas- 5.4 Pengukuran Merek Wirausaha (Brandpreneur)
yarakat Desa Bleberan yang enggan berubah dan Temuan menarik pada pengukuran Merek
bersikap pasif sehingga elemen perubahan seperti Wirausaha adalah dengan merujuk temuan dari tet-
inovasi serta peningkatan performa serta kualitas ra lainnya yaitu Rantai Wirausaha, Pasar Wirausaha
pelayanan belum menjadi keutamaan. dan Kualitas Wirausaha yang menunjukkan beberapa
Selain itu, terdapat dua Fakta Potensi keterbatasannya namun responden secara mayo-
Keberlanjutan yaitu 1) Fakta Kualitas 7: Ditemukan ritas terekspos dan mengikuti secara aktif program-
hasil pengukuran Indeks Kebutuhan Wirausaha program kewirausahaan yang diselenggarakan oleh
(Entrepreneur Need Index-ENI) untuk Dimen- pemerintah desa juga pemerintah lokal. Hal tersebut
si Komitmen dan Kepuasan Pelanggan menunjuk- dapat direfleksikan dalam menentukan pemangku
kan lima item yang ideal, artinya ‘Kepentingan = kepentingan yang bertanggung jawab dalam pem-
Kepu-asan’ sehingga tindakan kualitas yang diperlu- bangunan Q-BUMDES (Brandpreneur) sebagai
kan adalah dipertahankan. Pelaku usaha di Desa dua fakta yang berbeda yaitu 1) Fakta Potensi Ke-
Bleberan sudah menganggap apa yang telah di- berlanjutan. Menjadi suatu potensi ketika secara be-
usahakan dalam memuakan pelanggan sudah sesuai nar hasil dari program-program yang pernah diikuti
dengan kepentingannya. Fakta Kualitas 7 ini semakin betul-betul dapat diimplementasikan dalam pengem-
dikuatkan dengan pelayanan pelanggan yang sudah bangan kewirausahaan di Desa Bleberan. Namun
diusahakan Desa Bleberan juga dapat dilanjutkan. demikian menjadi 2) Fakta Gap Perbaikan jika Desa
Hal tersebut dapat dirujuk pada 2) Fakta Kualitas 8: Bleberan mengetahui dan mengikuti secara aktif ser-
Pengukuran ENI untuk Dimensi Strategi Layanan ta program pemerintah serta merasa Ideal dengan
Desa Bleberan lebih tinggi dari Non-Desa Bleberan keadaan bisnisnya hanya karena belum update atau
dan terukur Ideal yang artinya Kepentingan = Kepu- kurangnya akses informasi tentang keadaan yang di
asan sehingga tindakan kualitas yang diperlukan luar Desa Bleberan.
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 129
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan
Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur

6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ketersediaan produknya. Oleh karena itu, diper-


lukan akses pembiayaan untuk produksi in ad-
Salah satu solusi dalam perbaikan kewira-
usahaan desa di Indonesia, perlu adanya program vanced yang berjalan secara berkesinambungan.
Jika rekomendasi kesinambungan rantai dilakukan,
yang mendukung aktifitas kewirausahaan dari semua
maka diperlukan data dan informasi harga yang
pemangku kepentingan (pemangku kebijakan). Meru-
akurat yang menopang keberlangsungan produk
juk paparan hasil perancangan sistem kewirausahaan
permintaan pelanggan. Selain daripada itu, peng-
desa dengan menggunakan Model Tetrapreneur di
adaan outsourcing juga belum diperlukan melainkan
Desa Bleberan maka pada bagian ini akan dipapar-
dapat memberdayakan pemuda desa dalam proses
kan terkait rekomendasi program untuk mengem-
produksinya.
bangkan Q-BUMDES serta melestarikan ketahanan
ekonomi masyarakat dan kesejahteraan adaptif. 6.2. Rekomendasi Pasar Wirausaha (Marketpreneur)
6.1. Rekomendasi Rantai Wirausaha (Chain-preneur) Rekomendasi untuk Pasar Wirausaha (Mar-
Hasil menunjukkan untuk mewujudkan ketpreneur) fokus pada dua komponen yaitu strategi
rantai bisnis pelaku usaha/bisnis dalam menghadapi
pembangunan rantai usaha Q-BUMDES dan Desa
pasar dan perspektif pelaku usaha/bisnis pada pasar/
Bleberan yang berkesinambungan diperlukan penye-
pelanggan. Pemilihan strategi responsif atau peng-
diaan fasilitas serta jenis transportasi yang lebih
hematan biaya oleh pelaku usaha Q-BUMDES dan
cepat untuk memenuhi permintaan pelanggan. Na-
Desa Bleberan adalah berimbang baik secara ideal-
mun demikian responden hanya berproduksi ketika
isme maupun praktik nyatanya. Namun demikian,
diminta oleh pelanggan dan layanan yang diberikan
berdasarkan hasil dan rekomendasi rantai sebenar-
mengikuti kemampuan yang ada. Seharusnya pro-
nya penduduk Desa Bleberan lebih mengarah pada
duk selalu tersedia ketika diperlukan oleh pelanggan
strategi responsif. Hal ini senada dengan penduduk
dan layanan yang diberikan mengikuti permintaan
non-Desa Bleberan. Dengan demikian rekomendasi
pelanggan.
serupa dianjurkan yaitu lebih mengarah pada strategi
Selain itu, peningkatan efisiensi dan efek- responsif.
tifitas Q-BUMDES dan Desa Bleberan dapat dilaku-
Selain itu, rekomendasi proyeksi pasar
kan dengan penyediaan informasi dalam pengemban-
Q-BUMDES dan Desa Bleberan dapat dilakukan
gan usahanya. Tiga aspek informasi yang menurut
antara lain dengan pemanfaatan momentum pasar
responden paling penting adalah (1) Bahan Baku; (2)
dan wisata seperti hari raya, akhir tahun, dan hari
Pelanggan/Pasar dan (3) Akses Pembiayaan. Infor-
besar, bahkan libur sekolah merupakan momen yang
masi dapat di-update secara berkesinambungan
harus dimanfaatkan secara maksimal. Rekomen-
melalui sistem online (WA Desa /SMS Desa) dan
dasi lain yang juga penting dan mendesak yaitu
offline (papan pengumuman desa). Penyesuaian
memperkirakan segmentasi pasar. Segmentasi yang
bahan yang disesuaikan bukan saja dengan permin-
bukan saja mengejar momentum pasar, namun juga
taan pembeli namun juga prediksi permintaan pasar
memprofilkan momentum tersebut. Bagaimana
yang harus disediakan sebelumnya (ready stock) se-
hingga mampu merespon pasar dengan lebih baik produk dapat dikemas secara tematik mengikuti
yang akhirnya turut menaikkan lagi profit untuk Desa momentum; seperti produk bertemakan hari raya,
Bleberan. liburan sekolah, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, pelatihan diperlukan khususnya dalam melaku-
Tambahan pula, harga produk juga diharap-
kan segmentasi pasar yang berujung pada diferensiasi
kan bukan hanya lebih rendah dari pasar namun
produk dengan konsep responsif.
mulai dialihkan menjadi harga yang cenderung sama
atau lebih tinggi dari pasar. Kecenderungan ini su- 6.3. Rekomendasi Kualitas Wirausaha (Qualitypre-
dah sewajarnya karena ketersediaan produk yang neur)
lebih cepat sehingga pembeli tidak perlu menunggu Kualitas yang digunakan terdiri dari tiga
Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 130
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
PL. Rika Fatimah

bagian. Bagian pertama mengukur kualitas sumber tentang keefektifan program-program pemerintah
daya manusia, kinerja bisnis, dan sertifikasi bisnis. lokal dan desa dapat dilakukan melalui 1) Peningka-
Bagian kedua dan ketiga adalah PSS (Professional tan Sosialisasi Program; 2) Pendokumentasi-gunaan
Social Skill) untuk responden yang telah menikah program pemerintah dan 3) Pembuatan perpustakaan
(PSS) dan belum menikah (PSS Muda). desa yang berisi intisari dokumentasi program peme-
Rekomendasi untuk peningkatan nilai sum- rintah. Rekomendasi kedua berdasarkan pengukuran
ber daya manusia Q-BUMDES dan Desa Bleberan langsung yaitu pelaku usaha/bisnis Desa Bleberan
yaitu diperlukan pembelajaran wirausaha desa. Kom- merasa ideal dengan keadaan bisnisnya saat ini.
ponen menghargai dan bersyukur atas kinerja bisnis Keadaan ideal ini bisa jadi karena belum
Q-BUMDES dan Desa Bleberan menunjukkan update dengan keadaan luar Desa Bleberan. Oleh
bahwa tren kinerja desa saat ini relatif lebih baik dari karena itu, direkomendasikan untuk melakukan pem-
non-Desa Bleberan, dari sisi pertumbuhan penjualan bangunan sistem Q-BUMDES dan pengembangan
dan laba. Kinerja bisnis ini harus disyukuri dan di- wirausaha Desa Bleberan. Sistem Q-BUMDES
hargai sehingga dapat meningkatkan kekuatan bisnis/ tersebut membentuk suatu sistem basis data terpadu
usaha dari sisi karakter wirausaha. Selain itu, peng- untuk melakukan pengendalian wirausaha desa yang
hargaan wirausaha desa terbaik dapat pula dilaku- meliputi penjaringan dan pengembangan potensi
kan oleh perangkat desa yang bekerjasama dengan wirausaha desa dan pementaan fasilitator mentor,
organisasi desa guna meningkatkan minat dan niat coach, dan dana bantuan berdasarkan data sistem
wirausaha. yang di-update secara periodik.
Rekomendasi untuk peningkatan PSS dan DAFTAR PUSTAKA
PSS Muda Q-BUMDES dan Desa Bleberan yaitu
perlunya peningkatan kemampuan manajerial profe- Ancok, D. 2003. “Modal Sosial.” Jurnal Psikologika
sional khususnya dalam pilar Inovasi, Performa dan 8 (15).
Kualitas Pelayanan. Selain itu, mempertahankan Anggraeni, M.R.R.S. 2016. “Peranan Badan Usaha
hubungan pernikahan (cerminan dari komitmen) dan Milik Desa (BUMDES) Pada Kesejahteraan
penyesuaian pernikahan (cerminan kepuasan pelang- Masyarakat Pedesaan Studi Pada BUMDES
gan) juga diperlukan dan perlu mendapat perhatian. Di Gunung Kidul, Yogyakarta.” Modus: Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Univer-
Peningkatan pengetahuan dasar berbisnis
sitas Atma Jaya Yogyakarta 28 (2): 155-167.
Q-BUMDES dan Desa Bleberan juga perlu untuk
mendapat perhatian. Hasil penelitian menunjukkan Barney, J. 1991. “Firm Resources and Sustained
pemahaman responden, baik yang telah berkeluarga Competitive Advantage.” Journal of Manage-
maupun belum, terhadap pengetahuan dasar wira- ment 17(1).
usaha masih kurang. Pelatihan rutin diperlukan un- Barney, J. 1991. “Firm Resources and Sustained
tuk meningkatkan pengetahuan dasar wirausahawan. Competitive Advantage.” Journal of Manage-
Selain itu, materi pelatihan penting yang utama, ment 17(1).
seperti pengetahuan balik modal (Break Even Point- Bourdieu, P. 1983. “The Forms of Capital.” Pp. 241-
BEP), pemasaran, dan rencana bisnis. 258 in Handbook of Theory and Research for
6.4. Rekomendasi Merek Wirausaha (Brandpreneur) the Sociology of Education, edited by J. Rich-
ardson. New York: Greenwood Press.
Merek Wirausaha mengukur usaha
Bourdieu, P. and Passeron, J.C. 1977. Reproduction
pemangku kebijakan mengangkat produk desa.
in Education, Society, and Culture. London:
Pengukuran Merek Wirausaha terdiri dari dua
Sage Publications.
bagian utama yaitu keefektifan program-program pe-
merintah dan pertanyaan langsung untuk pelaku us- BPS DIY. 2013. Daerah Istimewa Yogyakarta
aha/bisnis di Desa Bleberan. Rekomendasi pertama Dalam Angka 2013.

Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 131


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDES) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan
Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur

Cabrera-Suárez et al. 2001. “The succession Rika Fatimah, P.L. 2012. “Improvement on marital
process from a resource and knowledge-based satisfaction by using quality approach.” e-BAN-
view of the firm.” Family Business Review 14 GI: Jurnal Sains Sosial dan Kemanusiaan 7 (1):
(1). 133-148.
Cavinato, J.L. 2002. “What’s your Supply Chain Rika Fatimah, P.L 2016. PT. Bank Mandiri (Persero)
type?” Supply Chain Management Review Tbk. “Supporting Needs at Different Stages of
May-June: 60-66. Entrepreneur” [Laporan].
De Massis, et al. 2013. “Research on technological Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta:
innovation in family firms: present debates and Pustaka Pelajar.
future directions.” Family Business Review Soejahmoen M.P. et al. 2016. Fostering Entre-
26(1). preneurship Ecosystem in Indonesia [Laporan].
Dwiningrum, S.I.A. 2014. Modal Sosial dalam Mandiri Institute.
Pengembangan Pendidikan (Perspektif Teori Sower, Victor. 2011. Essentials of Quality with
dan Praktik). Yogyakarta: UNY Press. Cases and Experiential Exercises. United
Ferrel, O.C. et al. 2014. Business. USA: Mc-Graw States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Hill. Suharjo. 2014. “Peranan Modal Sosial Dalam
Field, John. 2008. Social Capital. Canada: Perbaikan Mutu Sekolah Dasar di Kota
Roudledge. Malang.” Disertasi. Progam Pascasarjana Uni-
Field, John. 2010. Modal Sosial. Yogyakarta: Kreasi versitas Negeri Yogyakarta.
Wacan Offset. World Bank. 1998. “World development indicators
Fukuyuma, Francis. 2002. TRUST: Kebajikan 1998”. Diakses dari http://documents.world-
Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogya- bank.org/curated/en/745241468135933997/
karta: Penerbit Qalam. World-development-indicators-1998.
Harker, Richard et al. 1990. Habitus x Modal + Yayasan Penabulu. 2016. “BUMDES: Kewira-
Ranah = Praktik. Yogyakarta: Jalasutera. usahaan Sosial yang Berkelanjutan”. [Laporan]
Hauberer, Julia. 2011. Social Capital Theory.
German: VS Reseach.
Inayah. 2012. “Peranan Modal Sosial dalam
Pembangunan.” Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora 12(1): 43-49.
Keller et al. 1992. “The effect of Sequential Intro-
duction of Brand Extension.” Journal of Mar-
keting Research 29(February): 35-50.
Rika Fatimah, P.L. et al. 2009. “Quality Family
Deployment: A new perspective in determin-
ing priority importance for improving work
performance in organization.” Social Indicators
Research: An International and Interdisciplin-
ary Journal for Quality-of-Life Measurement
92(1): 131-149 with DOI:10.1007/s11205-
008-9293-9.

Jurnal Studi Pemuda 7(2), 2018 132


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda

Anda mungkin juga menyukai