Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGENT OF CHANGE SEBAGAI PERAN MAHASISWA


DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU MELALUI
PEMBERDAYAAN UMKM DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

Nama : Lintang Marcha Bonita

Nim : 050151592

Matakuliah : Bahasa Indonesia

Prodi : Ilmu Komunikasi

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “AGENT OF CHANGE SEBAGAI PERAN
MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU MELALUI
PEMBERDAYAAN UMKM DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN”. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
menulis dalam menyusun makalah ini. Tak ada gading yang tak retak, penulis
menanti kritik dan saran nya demi perbaikan makalah ini kearah yang lebih baik,
dan memberikan manfaat kepada pembaca nantinya. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................. 8
2.1 Agent Of Change Sebagai Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan
Indonesia Maju Melalui Pemberdayaan UMKM Dalam Rangka Meningkatkan
Perekonomian .................................................................................................. 8
BAB III ............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin
Indonesia sebanyak 26,58 juta jiwa dengan rasio gini sebesar 0,391 pada
September 2017 (BPS, 2018). Jumlah penduduk miskin berkurang 1,19 juta
orang dibandingkan Maret 2017. Dengan demikian, persentase penduduk
miskin di Indonesia mencapai 10,12 persen atau terendah sejak 16 tahun
terakhir. Beberapa temuan tampaknya disebut-sebut sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap kemiskinan seperti kurangnya pendidikan, disfungsi
keluarga, pengaruh lingkungan, kurangnya transportasi, kesehatan yang
buruk, dan sekadar nasib buruk (Rycroft, 2018).
Lebih spesifik lagi, penyebab kemiskinan karena miskin itu sendiri,
adalah karena mereka kurang pandai, kurang motivasi dan dorongan, tidak
punya moral, tidak punya ketelitian, atau ada yang enggan mengambil
resiko. Sudah bertahun-tahun pemerintah Indonesia berupaya memerangi
kemiskinan. Sejarah program kesejahteraan sosial pemerintah Indonesia
dalam mengentaskan kemiskinan antara lain melalui program seperti Inpres
Desa Tertinggal (IDT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Beras Miskin
(Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), P2KP dan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) (Alfitri, 2011). Poin
kedua dan keenam Nawacita, pemerintah Indonesia melakukan
pembangunan Indonesia dari pinggiran dan desa serta meningkatkan
produktivitas rakyat. Upaya yang saat ini gencar dilakukan hingga tingkat
desa untuk mengantarkan masyarakat lebih produktif adalah reforma agraria
dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. Kemajuan ekonomi dikatakan bergantung pada perusahaan-
perusahaan kecil yang tajam, efisien dan dinamis yang menyediakan aliran
ide dan produk baru secara konstan, sehingga menggantikan perusahaan-
perusahaan tua yang hampir mati.

4
Perguruan tinggi sebagai aktor intelektual berkontribusi sebagai
agen perubahan. Meskipun dari analisis Peer dan Stoeglehner dapat
disimpulkan bahwa bekal pengetahuan saja tidak cukup untuk menjadikan
universitas sebagai agen perubahan. Untuk mencapai tahap ini,
“kepemilikan” pengetahuan pada komunitas lokal dan regional harus
dicapai. Pada dasarnya mahasiswa sebagai representasi perguruan tinggi
berperan sebagai agen perubahan dalam pemberdayaan UMKM dengan
menggunakan model pendampingan yang tidak ditemukan di lembaga
pendidikan lain. Temuan tersebut mampu menunjukkan peran yang lebih
beragam dibandingkan dengan yang ditemukan oleh agen perubahan
pemberdayaan lainnya. Hal ini dikarenakan kelompok mahasiswa tersebut
mempunyai keahlian khusus di bidang kewirausahaan, serta karena model
pendampingan yang diterapkan menuntut interaksi dan pembelajaran
praktik yang intensif antara kelompok mahasiswa dengan mitra usaha.
Kekuatan penelitian ini adalah bagaimana model pendampingan
memberikan banyak peluang bagi kelompok mahasiswa dan mitra bisnis
untuk mengeksplorasi praktik pembangunan berdasarkan konteks bisnis
mereka.
Pemberdayaan UKM Indonesia merupakan upaya yang kompleks
dan memerlukan kolaborasi berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan
perguruan tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
bagaimana agen perubahan berperan dalam pemberdayaan usaha mikro
pedesaan. Pendampingan usaha mikro perdesaan ini termasuk dalam
rangkaian kegiatan Community Development Program (Comdev) atau bisa
juga dikatakan praktek kuliah lapangan atau KKN (Kuliah Kerja Nyata)
mahasiswa yang dilakukan oleh Universitas Prasetiya Mulya dengan cara
hidup bersama usaha mikro. mitra selama 43 hari pada periode Januari –
Februari 2017 di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Fokus
penelitian ini adalah perubahan tingkat mikro yang dilakukan oleh
kelompok mahasiswa yang disebut pembangun dimana intervensinya lebih
kontekstual dari masing-masing mitra usaha khususnya pengusaha mikro.

5
Program Comdev dihadirkan sebagai upaya Universitas Prasetiya Mulya
untuk berkontribusi terhadap pengembangan UKM Indonesia.
Dalam bekerja dengan individu, kelompok, keluarga, organisasi dan
komunitas, agen perubahan diharapkan memiliki kapasitas dan kapabilitas
dalam berbagai peran yang dijalankan dalam konteks yang tepat.
Memahami peran yang digunakan dalam praktik membantu menyiapkan
tahapan untuk perolehan keterampilan. Peran adalah perilaku yang
diharapkan dan fungsi profesional yang dianggap penting bagi pekerja
sosial. Mereka membantu menghubungkan pengetahuan dengan praktik
(Zastrow & Kirst-Ashman, 2007). Penulis mencoba merangkum berbagai
peran yang dikemukakan oleh Zastrow (2010), Kirst-Ashman & Hull (2009)
dan Ife & Tesoriero (2008) yang diasumsikan dilakukan oleh agen
perubahan dalam pemberdayaan usaha mikro. Temuan penelitian ini
menunjukkan beberapa peran dominan yang dilakukan kelompok
mahasiswa dalam pemberdayaan usaha mikro. Peran tersebut sendiri
bertujuan untuk mencapai salah satu outcome Program Comdev yaitu
meningkatkan pendapatan keluarga dan kompetensi dalam mengelola usaha
dan keuangan keluarga pelaku usaha mikro dan kecil. Proses pemberdayaan
dilakukan bersama antara kelompok mahasiswa dengan mitra usaha mulai
dari pelibatan, identifikasi masalah, kebutuhan dan potensi hingga
perencanaan, kemudian dilaksanakan secara bersama-sama antara
kelompok mahasiswa dan mitra usaha.
Dalam proses tersebut, kelompok mahasiswa dan mitra dilibatkan
dalam proses peningkatan motivasi mitra serta di seluruh bidang
manajemen bisnis seperti produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan
manajemen keuangan. Proses keterlibatan yang digambarkan dalam
beberapa peran agen perubahan didorong agar kelompok mahasiswa
mampu membawa mitra bisnis menjadi lebih mandiri dalam
mengembangkan ide-ide baru atau mengambil keputusan sendiri. Ini
mengadopsi metode yang pada prinsipnya terdiri dari pekerjaan sosial
dalam memberdayakan individu. Penghormatan terhadap kemampuan klien

6
dalam mengambil keputusan dikaitkan dengan prinsip bahwa
pemberdayaan merupakan upaya kerjasama antara klien dan pekerja (client
participation). Pekerjaan sosial dilakukan dengan klien, bukan dengan klien.
Rencana yang dipaksakan pada masyarakat tanpa keterlibatan aktif mereka
kemungkinan besar tidak akan berjalan dengan baik (Zastrow, 2010).
Beberapa kelompok mahasiswa mampu meningkatkan kinerja bisnis
mitranya dan menghasilkan dampak pada perluasan keterlibatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses bisnis baik sebagai mitra produksi
maupun pemasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Kerti Yasa,
Sukaatmadja, Jawas, Sri Budhi, dan Marhaeni (2013) menunjukkan bahwa
semakin tinggi kinerja UKM maka semakin meningkat pula pendapatan
pegawai dan bertambahnya jumlah pegawai yang dipekerjakan
(mengurangi pengangguran).

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Agent Of Change Sebagai Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan


Indonesia Maju Melalui Pemberdayaan UMKM Dalam Rangka
Meningkatkan Perekonomian
Hasil identifikasi digunakan kelompok mahasiswa dalam menyusun
rencana pengembangan usaha dengan berusaha menyeimbangkan antara
kapasitas mitra, kondisi usaha dan peluang pasar. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan mitra usaha dalam
mengembangkan usaha. Perencanaan dibuat sesuai dengan konteks
permasalahan, kebutuhan dan potensi masing-masing mitra usaha.
Asumsinya adalah, meskipun setiap situasi mungkin memiliki tingkat
keunikan tertentu (Sheppard, 2006). Beberapa mitra usaha memang
mempunyai kendala terkait rendahnya motivasi dan kemampuan
pengelolaan usaha yang cenderung masih tradisional. Beberapa siswa juga
mengalami masalah karena kesenjangan dalam hubungan dan interaksi
mereka. Konsekuensinya, beberapa program kerja tidak terlalu menyentuh
permasalahan atau kemampuan mitra usaha untuk terlibat dalam pross
tersebut. Melalui model kemitraan dan orang tua asuh, sekelompok
mahasiswa diharuskan tinggal bersama rekan bisnis selama live-in dengan
intensitas interaksi yang tinggi.
Mahasiswa bebas membangun hubungan baik dengan mitra dan
mengeksplorasi lebih jauh konteks pengembangn bisnis mitra. Sehingga
dalam proses pendampingan banyak kelompok mahasiswa yang banyak
memberikan informasi terkait dukungan yang dibutuhkan dalam
mengembangkan usaha termasuk dalam pemberian bantuan modal usaha.
Program Comdev memberikan bantuan permodalan yang dapat digunakan
oleh kelompok mahasiswa dan mitra usaha sebagai sumber daya pendukung
dalam mengembangkan usaha. Dengan menggunakan dana tersebut,
mereka berhak menentukan prioritas kebutuhan yang dapat disediakan.

8
Survei yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa tahap awal juga bertujuan
untuk mengetahui profil mitra usaha dan mendorong motivasi mitra usaha
untuk bergerak serta memahami situasi pengembangan usaha yang akan
dilakukan bersama. Ife dan Tesoriero (2008) menjelaskan tentang peran
sebagai animasi sosial untuk menginspirasi, memberi semangat,
mengaktifkan, menstimulasi, menggerakkan dan memotivasi orang lain
untuk mengambil tindakan. Beberapa strategi yang digunakan kelompok
mahasiswa untuk mendorong motivasi mitra bisnis seperti membuat
proyeksi keuntungan atau membuat gambaran ide sebagai target
pengembangan bisnis. Salah satu yang digarisbawahi Ife dan Tesoriero
terkait peran animasi sosial ini adalah komitmen dan integritas. Hasil
wawancara yang dilakukan terhadap informan mitra usaha menunjukkan
bahwa mereka sangat terbantu dengan kehadiran sekelompok mahasiswa
dalam mengembangkan usahanya.
Kelompok mahasiswa bersama mitra usaha telah saling menentukan
tujuan dan menetapkan waktu untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa
kelompok mahasiswa yang memiliki hubungan baik dengan mitra bisnis
akan lebih mudah memotivasi mereka. Hal ini terlihat dari konsistensi,
keseriusan dan kerja keras kelompok mahasiswa dalam memfasilitasi
pengembangan usaha mitra. Kehadiran kelompok mahasiswa yang hidup
bersama untuk memberdayakan mitra bisnis memerlukan komitmen
bersama dalam mencapai tujuan bersama. Peran yang perlu dibangun antara
mitra bisnis dan kelompok mahasiswa pada fase ini adalah membangun
konsensus. Menurut Ife dan Tesoriero (2008) membangun konsensus
mencakup perhatian pada tujuan bersama.
Gambaran cita-cita mitra yang diperoleh kelompok mahasiswa melalui
proses diskusi dengan mitra bisnis menjadikan satu komitmen atau
konsensus bersama untuk berkolaborasi dan mencapai cita-cita tersebut.
Ada beberapa rekanan usaha yang bercita-cita untuk melakukan renovasi
rumah, menunaikan ibadah haji atau untuk biaya pendidikan anak. Adanya
tujuan bersama yang disepakati bersama, akan memudahkan mahasiswa

9
untuk dapat mengajak mitra usaha terlibat aktif dalam proses
pemberdayaan. Beberapa kelompok mahasiswa sulit untuk terlibat dan
membangun konsensus dengan mitranya karena terdapat kesenjangan di
antara mereka seperti status sosial, kualitas informasi, motivasi dan banyak
lagi. Selama proses perencanaan dengan mitra bisnis, kelompok mahasiswa
juga mengajak mitra untuk berpartisipasi dalam mengembangkan kapasitas
mitra itu sendiri untuk memahami lingkungannya, membuat pilihan,
bertanggung jawab atas pilihannya (Zastrow, 2010). Proses ini melibatkan
peran pemrakarsa dimana agen perubahan juga ikut mengembangkan
kapasitas pengambilan keputusan mitra, berinisiatif juga membantu
menganalisis potensi risiko permasalahan dan membantu mitra
mengembangkan skenario alternatif untuk mengatasinya. . Penting untuk
disadari bahwa beberapa masalah dapat dikenali terlebih dahulu (Zastrow,
2010).
Berdasarkan risiko-risiko yang ditemukan, rombongan mahasiswa
dapat mengajak mitra usaha untuk mengambil risiko secara langsung atau
bereksperimen terlebih dahulu kemudian diserahkan kepada mitra proses
bisnis dengan risiko yang telah diminimalkan. Misalnya sekelompok siswa
mencoba memperluas saluran distribusi secara mandiri terlebih dahulu dan
jika sudah mendapat respon positif, mereka dapat mengajak rekannya untuk
mengikuti proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan mitra
usaha dari masalah kepercayaan akibat penolakan. Peran yang juga penting
bagi kelompok mahasiswa adalah mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki mitra usaha maupun sumber daya eksternal yang dapat mendukung
perkembangan usaha mitra.
Hal ini berkaitan dengan kegiatan mencari alternatif lain penggunaan
sumber daya atau fasilitas. Peran kelompok siswa adalah mampu
menemukan sumber daya tersebut dan memberikan ide-ide kreatif untuk
menemukan cara efektif dalam menggunakannya. Dalam proses identifikasi
kondisi mitra usaha, terdapat proses eksplorasi informasi mengenai
kemampuan dan peralatan apa saja yang sudah ada dan dapat digunakan

10
oleh mitra. Banyak kelompok mahasiswa yang lebih menekankan pada
inovasi produk yang sudah dijalankan oleh mitra bisnis dibandingkan
menciptakan produk baru. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan
keberlanjutan dan daya saing produk mitra usaha.
Peran pendidikan tidak hanya membantu dalam proses jangka panjang
tetapi juga memberikan masukan yang positif dan terfokus, sebagai hasil
dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mereka (Ife & Tesoriero,
2008). Pengalaman belajar di kelas yang telah dimiliki oleh sekelompok
siswa sudah cukup untuk berbagi pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman kepada mitra bisnis. Anggota kelompok mahasiswa terdiri dari
representasi masing-masing bidang keahlian seperti manajemen bisnis,
pemasaran, keuangan, akuntansi dan keuangan yang digabung menjadi satu
kelompok. Untuk menjadi pendidik yang efektif, pekerja harus terlebih
dahulu berpengetahuan (Zastrow, 2010).
Tugas utama kelompok mahasiswa Program Comdev adalah
mentransfer pengetahuan kepada mitra bisnis mengenai dasar manajemen
bisnis dan beberapa teknik terkait kewirausahaan. Proses itu juga
melibatkan optimalisasi pemanfaatan seluruh sumber daya yang dimiliki
mitra dan masyarakat sekitar hingga sumber daya alam yang ada. Pada akhir
pemberdayaan, kelompok siswa bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa mitranya mempunyai pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat
dipraktikkan secara mandiri dengan memanfaatkan seluruh sumber daya
yang ada. Agen perubahan juga berkewajiban untuk mendukung mitra
bisnis dengan informasi penting terkait pengembangan bisnis atau pelatihan
mitra (Ife & Tesoriero, 2008) bisnis dengan keterampilan baru bagi mitra
seperti kontrol kualitas, efisiensi, negosiasi, manajemen keuangan, hingga
mengelola komunikasi melalui teknologi informasi dan lain-lain. Proses ini
dibantu oleh sekelompok mahasiswa bersama-sama dengan praktik
pembelajaran kolaboratif dengan mitra bisnis.
Padahal proses ini bisa lebih efektif jika ada kesadaran dari kelompok
mahasiswa untuk memberikan bantuan guna meningkatkan pengetahuan

11
dan keterampilan berdasarkan karakteristik dan kapasitas mitra usaha.
Pemberdayaan individu menunjukkan bahwa agen perubahan yang kuat
dapat membagi atau mentransfer kekuasaan kepada pengguna jasa (mitra
bisnis). Beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pemberdayaan
adalah seperti kepercayaan diri, kompetensi dalam situasi sosial dan
keterampilan interpersonal (Parrott, 2001). Kelompok mahasiswa
mempunyai target untuk meningkatkan kapasitas mitra usaha dalam
berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan usaha seperti
mengikuti expo produk yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten
Purwakarta atau melakukan penjualan produk konsinyasi ke saluran
pemasaran.
Kelompok mahasiswa juga didorong untuk menjadikan mitra mampu
mengidentifikasi kondisi lingkungan dan mengantisipasi permasalahan
yang mungkin timbul seperti efisiensi akibat kenaikan harga bahan baku.
Peran pendidik salah satunya dimaksudkan untuk memberikan kesadaran
terhadap berbagai struktur dan strategi perubahan sosial sehingga mitra
bisnis dapat berpartisipasi dan mengambil tindakan yang efektif. Proses ini
diikutsertakan oleh sekelompok siswa sebagai proses pembelajaran dalam
menyusun rencana pembangunan. Sehingga dalam mengantisipasi
permasalahan yang mungkin timbul, mitra bisnis harus mampu mencari
alternatif solusi terbaik bagi bisnisnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Ikupolati, Medubi, Obafunmi, dan Onil (2017), menunjukkan bahwa
mayoritas responden berpendapat bahwa UKM dapat dijadikan media
peningkatan kapasitas pelaku usaha. Selama proses pendampingan,
kelompok mahasiswa dilibatkan dalam setiap aspek usaha seperti
operasional (membantu proses produksi dan mengembangkan manajemen
produksi), pemasaran (membantu merancang kemasan produk yang kreatif,
penjualan, negosiasi dan mengembangkan strategi pemasaran yang efektif),
sumber daya manusia (kapasitas). mitra binaan dan kaya serta mitra
keterampilan manajerial dalam mengelola sumber daya manusia) dan
keuangan (pengelolaan keuangan usaha dan rumah tangga).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kajian ini menunjukkan beberapa peran penting mahasiswa sebagai
agen perubahan dalam pemberdayaan usaha mikro seperti: Peran fasilitatif
seperti enabler yang berusaha mengidentifikasi permasalahan, kebutuhan
dan alternatif solusi yang dapat digunakan dan potensi mitra usaha,
memberikan dukungan, mendorong perubahan atau mendorong,
membangun konsensus, dan menjadi fasilitator dengan mendorong mitra
untuk lebih memahami lingkungan bisnisnya; peran pendidik sebagai
pelaku dalam meningkatkan kesadaran dan peningkatan kapasitas mitra
usaha melalui distribusi pengetahuan baru untuk mengembangkan usaha;
peran keterwakilan kelompok mahasiswa terlihat melalui bantuan
pembukaan akses pemasaran dan jaringan baru bagi mitra usaha; peran
teknis kelompok mahasiswa melalui pendampingan terkait kendala
terbatasnya kapasitas mitra dalam aspek tertentu. Peran teknisnya antara
lain mendesain logo dan label produk atau media pemasaran, membuat SOP
produksi untuk membakukan kualitas produk, serta membuat jurnal
keuangan sederhana; peran koordinator dan pengelola dijalankan oleh
kelompok mahasiswa untuk lebih mengefektifkan pembagian tugas dalam
upaya mencapai target pendampingan dan membantu mitra usaha dalam
memahami manajemen usaha yang dikembangkan; Peran monitoring dan
evaluasi dilakukan karena tugas pendampingan merupakan program kerja
sehingga kelompok mahasiswa perlu menganalisis proses dan kinerja
pendampingan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Laporan Bulanan: Data Sosial Ekonomi (January
2018 Ed.). Jakarta: Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik.

Murdani, Widayani, S., & Hadromi. (2019). Pengembangan Ekonomi Masyarakat


Melalui Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi di Kelurahan
Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang). ABDIMAS, 2.

Irianto, A. B. (2015). Pemanfaatan Social Media Untuk Meningkatkan Market Share


UKM. Jurnal Teknomatika, Vol 8(1), 1-12.

Hadiyati, E. (2012). Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan


Usaha Kecil. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 13(1), 8-16.

Adi, Isbandi R. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar pada
Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Depok: FISIP UI Press

Adi, Isbandi R. 2013. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat: Sebagai


Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Depok: RajaGrafindo Persada

Kerti Yasa, Ni Nyoman,. Sukaatmadja, Putu Gede,. Jawas, Abdullah. 2013. “SME
performance improvement and its effect on the poverty reduction in Bali”.
International Journal of Business and Management Invention. Vol. 2, No. 4

Alfitri. 2011. Community Development: Teori dan Aplikasi. Yogyakara: Pustaka


Pelajar.

Rycroft, Robert S. 2018. The Economics Of Inequality, Discrimination, Poverty, And


Mobility (2nd ed.). New York: Routledge.

14

Anda mungkin juga menyukai