Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN PERSEPSI ANGGOTA KARANG TARUNA TENTANG

PROGRAM INOVASI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA


(PIPPK) DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
DI KELURAHAN CIPADUNG KIDUL
KOTA BANDUNG

USULAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Ujian Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh:
Lucky Hadiansyah
142020037

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis dipanjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melihmpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini yang merupakan bagian dari tugas akhir

untuk menyelesaikan program pendidikan program sarjana di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Pasundan yang

berjudul Hubungan Persepsi Anggota Karang Taruna Tentang PIPPK dengan

Partisipasinya di Kelurahan Cipadung Kidul Kota Bandung . Usulan penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis baik dari segi akademik

maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis temukan saat berada di

bangku kuliah.

Dalam penyusunan tugas ini penulis ingin menghaturkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah terlibat dan membantu

dalam penyusunan tugas ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa

terima kasih sebesar-besarnya kepada yang bersangkutan yaitu:

1. Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

2. Bapak M. Budiana, S.Ip, M.Si. Selaku Dekan Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pasundan Bandung.

3. Bapak Drs. Abu Huraerah, M.Si. Selaku Ketua Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial

FISIP UNPAS Bandung.

i
4. Ibu Dra.Riany Laila Nurwulan, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan Usulan Penelitian ini.

5. Iyus Rusli. Selaku pembina di Karang Taruna Kelurahan Cipadung Kidul yang

telah banyak memberikan bantuan selama proses penyusunan Usulan

Penelitian.

6. Orang tua yang selalu memotivasi saya serta memberikan harapan dan doa.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin

dengan harapan dapat tersaji dengan baik. Namun jika ternyata masih banyak

kekurangannya, hal ini semata-mata karena keterbatasan dari penulis. Akhirnya

penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya.

Bandung, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karang Taruna merupakan organisasi pendidikan luar sekolah yang

berupaya untuk meningkatkan peranan dan fungsinya sebagai wadah pembinaan

aktifitas serta bebas dari pengaruh negatif yang saat ini banyak diderita oleh

pemuda.

Pada masa sekarang ini yang dikenal sebagai era milenial, Karang Taruna

di tingkat nasional sangat krisis kondisinya karena cukup banyaknya anggaran

yang harus dikeluarkan untuk membantu membuat program kegiatan dalam

organisasinya maupun memajukan Usaha Ekonomi Produktif di lingkungan

masyarkat. Karang Taruna di indonesia dalam kepemilikan fasilitas saja masih

terbilang sedikit dan nyaris tidak ada. Di Ibu Kota Jakarta banyak Karang Taruna

yang masih mengadakan diskusi di pinggir jalan yang hanya beratapkan tenda dan

spanduk saja. Kondisi ini memicu beragam berbagai macam permasalahan yang

harus ditangani serius oleh pihak terkait.

Pemerintah nampaknya harus kerja lebih keras dan mampu bekerja sama,

mengingat dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 77/HUK2010 dalam pasal 3

ayat 2 yang tertulis sebagai berikut: Setiap Karang Taruna mempunyai tugas

pokok secara bersama-sama dengan pemerintah dan komponen masyarakat

lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama

yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun

1
pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya. Sangat jelas dalam hal

ini Karang Taruna adalah organisasi sosial yang berperan penting dalam

membantu pemerintah menghadapi masalah kesejaheraan sosial dan sebagai

sarana untuk mengembangkan potensi generasi muda di lingkungannya

Upaya dilakukan karang taruna untuk menunjukan bahwa wadah bagi

generasi muda ini memiliki kepribadian yang partisipatif dalam pembangunan

marsyarakat tentunya sudah menjadi suatu keseharusan khususnya organisasi

yang diakui sebagai organisasi sosial pemuda ini. Harapan terhadap Karang

Taruna dalam pembangunan yang berbasis lingkungan masyarakat memang cukup

besar karena karang taruna merupakan sebagai tonggak pembangunan dalam

kemajuan bangsa karena mereka cenderung mampu secara fisik dan mental untuk

memajukan pembangunan berbasis masyarakat.

Menurut Mentri Sosial, Khofifah Indar Prawansa yang dikutip di

http://www.gatranews.com pada acara Bulan Bakti Karang Taruna Kota Bandung

menyatakan bahwa: Organisasi Karang Taruna menjadikan pemuda desa sebagai

garda terdepan dalam membangun desa menuju pembangunan nasional.

Pasalnya, keberadaan organisasi Karang Taruna tidak lagi menjadi early warning

system tapi saat ini sudah menjadi alarm warning system terhadap traficking,

memerangi bahaya penggunaan narkoba dan miras. Dalam era ini negara

Indonesia berada pada posisi yang sangat strategis dalam keikutsertaannya pada

Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA). Masyarakat membutuhkan kompetensi

tertentu khususnya di kalangan pemuda. Kekuatan ini bertumpu di desa sebagai

2
pemasok bahan bahan mentah ke kota sebelum produksinya diperdagangkan.

Karang Taruna menjadi ujung tombak sehingga menjadikan desa desa yang

mandiri dan produktif .

Sedangkan menurut Walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil di acara

yang sama mengutarakan bahwa: Peran Karang Taruna tidak hanya sekedar

merehabilitasi dan pemberdayaan sosial akan tetapi pemuda bisa membangun

penguatan dan sinergitas di kalangan muda di tingkat desa sesuai butir ketiga

nawacita. Kang Emil menguraikan salah satu kekuatan luar biasa dari Karang

Taruna adalah keberadaanya yang terstruktur dari tingkat desa/kelurahan bahkan

nasional. Kekuatan ini yang beperan penting untuk mewujudkan nawacita ketiga

yakni membangun Indonesia dari pinggiran, daerah dan perdesaan, menjadikan

segala potensi Karang Taruna bisa sangat signifikan .

Karang Taruna secara langsung membawa misi untuk mengembangkan

hal-hal tersebut. Di Kota Bandung, Karang Taruna sedang mengalami

transformasi besar dalam aktivasi organisasnya, yang kini hendak menyatakan

fungsinya sebagai sebuah simpul, tempat terhubungnya berbagai sektor pemuda di

Bandung. Karang Taruna juga berniat untuk menjadi lebih berdaya, melalui

pengembangan kemampuan dan keterampilan para anggotanya, dan

memanfaatkan daya kreativitasnya untuk terus berusaha menjadi solusi bagi diri

dan lingkungannya. Dengan terbangunnya kapasitas dan kreativitas, Karang

Taruna dapat menjadi sebuah organisasi yang produktif, yang juga mengasah

kemandirian organisasi, dalam melaksanakan berbagai program dan aktivitasnya.

3
Penguatan dalam berbagai hal ini memungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan,

yang merupakan salah satu solusi utama bagi berbagai permasalahan sosial,

terutama yang terjadi di kota padat penduduk yang terus berkembang seperti

Bandung.

Permasalahan kurang pahamya tupoksi sebagai anggota Karang Taruna

telah membuat anggota organisasi ini banyak meninggalkan tugas pokok dan

fungsi karang taruna pada semestinya, bahkan hal ini bisa memicu kepada

pembubaran. Anggapan mereka saat ini bahwa Karang Taruna hanyalah

organisasi yang begerak pada acara Agustusan saja (perlombaan pada hari

kemerdekaan Indonesia) dan hanya bekerja dalam 1 bulan. Dalam menjalani

tugasnya pun anggota Karang Taruna masih kebingungan akan mencari sumber

dana untuk mereka mengadakan sebuah kegiatan, akibatnya mereka mencari dana

dengan meminta sumbangan di pinggir jalan dan melakukan door to door ke

rumah warga sekitar, untuk memenuhi kebutuhan anggaran bagi mereka

melaksanakan kegiatan. Dalam hal ini mereka Pemberdayaan masyarakat adalah

tujuan dari Karang Taruna tetapi saat ini Karang Taruna pun masih belum berdaya

dalam ruang lingkup anggotanya sendiri.

Ketua Karang Taruna Kota Bandung, Fiki Satari menyatakan tercatat

bahwa Karang Taruna Kota Bandung mempunyai anggota aktif 10.000 orang

yang disebar pada perwakilan anak cabang di 21 kecamatan dan 126 kelurahan.

Dalam hal ini harusnya Karang Taruna mempunyai anggota yang merata seperti

jumlah yang seharusnya. Di Kota Bandung saat ini dalam pemetaan wilayahnya

4
yaitu terdapat 30 Kecamatan dan 153 Kelurahan. jumlah ini seharusnya sama

dengan data Karang Taruna yang terdata aktif kegiatannya dan kepengurusannya

pada tingkat kota berdasarkan data PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi) tersebut. (http://instagram.com/fikisatari/)

Menurut data diatas bahwa masih banyak Karang Taruna yang masih

belum bisa aktif dalam kegiatan dan kepengurususan di Karang Taruna Kota

Bandung yaitu Kelurahan Cipadung Kidul yang saat ini anggotanya belum bisa

berkontribusi pada kepengurusannya di Kota Bandung karena masih banyaknya

tugas yang terbengkalai terutama masalah sosial masih belum dapat tertangani di

daerah Kelurahan Cipadung Kidul.

Pembangunan dan Pemberdaayan Keluarga (PIPPK) adalah program

yang dicanangkan oleh Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) Kota Bandung

yang bekerjasama dengan Dinsos (Dinas Sosial) Kota Bandung. Program ini

adalah program pertama yang ada di Indonesia yang dimana program ini

melibatkan semua partisipasi semua elemen masyarakat dan disusun sendiri oleh

masyarakat untuk tercapainya pembangunan yang merata di pelosok daerah Kota

Bandung.

Tujuan dari PIPPK adalah mewujudkan sinergritas kinerja aparatur

kewilayahan dengan lembaga kemasyarakatan kelurahan dalam melaksanakan

PIPPK yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat dan pengembangan

terhadap masyarakat.

5
Sasaran penerima PIPPK ini adalah :

1. Rukun Warga (RW)

2. Karang Taruna

3. Tim Pengerak PKK

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Karang Taruna, sebuah organisasi sosial pemuda berbasis kewilayahan,

sebenarnya memiliki peran dan tanggung jawab yang signifikan sebagai pembuat

perubahan di tingkat kewilayahan. Dalam pelaksanaan program ini Karang Taruna

dipercaya sebagai agen terpenting dalam menjalankan PIPPK. Pemerintah tidak

ragu menggelontarkan dana yang sangat besar kepada Karang Taruna yang

mencangkup semua kebutuhan kegiatan di anggotanya maupun pada kegiatan

pemberdayaan pada masyarakat. Berbagai peran nyata ini harus dibangun dengan

tekun dan konsisten, mulai dari lingkungan kewilayahan yang paling kecil.

Melalui keterikatan dalam hirarki organisasi secara kewilayahan, Karang Taruna

dapat menjadi semakin aktif, bergerak, dan eksis dalam kiprahnya, terutama

dengan adanya dukungan dan penerapan program PIPPK yang dapat

mengakselerasi perkembangan Karang Taruna. Fungsi Karang Taruna sebagai

simpul diperkuat dengan berbagai fasilitas dan program nyata yang sudah dan

sedang berlangsung, seperti keberadaan sekretariat dan ambulans, Taman Karang

Taruna dan Graha Karang Taruna, rapat kerja berkala serta Bulan Bhakti Karang

Taruna. (http//.www.kartabdg.id)

6
Bantuan PIPPK kepada Karang Taruna yaitu dengan memberi bantuan

dana sebesar Rp. 100.000.000/tahun yang meliputi kepada pembiayaan program

kegiatan yaitu

1. Penguatan kelembagaan

2. Rekreasi

3. Pengabdian Masyarakat

4. Edukasi

5. Usaha Ekonomi Produktif

PIPPK diwajibkan adanya pengendalian dan pemantauan atas kegiatan

dan dana yang dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pembangunan yang

direncanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran agar memastikan bahwa kegiatan

anggota Karang Taruna sesuai dengan tujuan program PIPPK. Pengawasan ini

dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari anggota Kecamatan, Kelurahan,

Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyrakat, LSM, Universitas dan Wartawan.

Sementara itu, berbagai program yang telah dirancang dalam membangun

pemberdayaan, kemandirian, serta penciptaan lapangan kerja meliputi

Distribution Center, di mana Karang Taruna dapat berfungsi sebagai saluran

distribusi berbagai produk dan jasa, hingga ke pelosok wilayah Kota Bandung;

HR Agency, di mana anggota Karang Taruna dapat menjadi penyedia tenaga kerja

7
yang siap dilatih dan dididik hingga menjadi tenaga kerja siap pakai.

(http//www.bandungjuara.com).

Pemerintah Kota Bandung membuat program ini bagi anggota Karang

Taruna dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi Karang Taruna dan

memberi bantuan pada anggota Karang Taruna. Dengan adanya PIPPK

diharapkan para anggota Karang Taruna bisa membantu pemerintah dalam

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat serta mereka sendiri dapat menjadi

pribadi yang bisa berkompenten dan mampu membuat relasi agar mempunyai

pekerjaan dan bahkan menciptakan lapangan pekerjaan, akan tetapi kendala yang

menghambat berjalannya kegiatan PIPPK antara lain kurang pahamnya anggota

Karang Taruna Kelurahan Cipadung Kidul akan kegiatan dan tugas serta fungsi

dari keberadaan bantuan PIPPK ini. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya

bimbingan penyuluhan dari pemerintah dan partisipasi dari anggota karang taruna

sendiri dalam kegiatan rendah dan kurang mampu memanfaatkan dana

semaksimal mungkin sehingga dalam pelaksanannya PIPPK untuk Karang Taruna

di Kelurahan Cipadung Kidul belum mampu membantu pembangunan di

daerahnya dan belum bisa termasuk anggota Karang Taruna yang aktif dan diakui

di Karang Taruna tingkat kota.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan di bidang Ilmu

Kesejahteraan Sosial dan masyarakat khususnya Karang Taruna mengenai

pemahaman kegiatan PIPPK di Kelurahan Cipadung Kidul sehingga

partisipasinya dapat meningkat. Oleh karena itu peneliti mengambil judul dalam

8
penelitian ini, yaitu: Hubungan Persepsi Anggota Karang Taruna Tentang

Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdaayan Keluarga di Kelurahan

Cipadung Kidul Kota Bandung.

Penelitian ini sesuai dengan salah satu topik penelitian pekerjaan sosial

yang dikemukakan oleh Friedlander (1997) dalam buku Metode Penelitian Sosial

oleh Soeharto (2008:16) sebagai berikut: Studi tentang ekspetasi, tujuan dan

persepsi klien dan evaluasi situasi

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada uraian latar belakang penelitian maka peneliti

mengidentifikasi masalah kedalam pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi anggota karang taruna tentang kegiatan PIPPK di

kelurahan cipadung kidul kota bandung ?

2. Bagaimana partisipasi anggota karang taruna dalam kegiatan PIPPK di

kelurahan cipadung kidul kota bandung ?

3. Bagaimana hubungan persepsi karang taruna tentang kegiatan PIPPK dengan

partisipasinya di kelurahan cipadung kidul kota bandung ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

9
a. Untuk mengetahui bagaimana persepsi anggota Karang Taruna tentang kegiatan

pippk di kelurahan cipadung kidul kota bandung

b. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi anggota Karang Taruna tentang

kegiatan pippk di kelurahan cipadung kidul kota bandung

c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan persepsi anggota Karang Taruna

tentang kegiatan pippk di kelurahan cipadung kidul kota bandung

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian adalah:

a). Secara teoritis: Penelitian ini didapat bermanfaat dan memberikan sumbangan

pemikiran di masa yang akan datang dalam menerapkan ilmu mengenai

kesejahteraan sosial

b). Secara praktis: Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan bermanfaat

bagi pihak lain terutama karang taruna dalam menyikapi program kegiatan

yang diberikan kepada anggota karang taruna dalam pembinaan dan

pengembangan

D. Kerangka Pemikiran

Persepsi merupakan tahap proses penilaian, pandangan, atau tanggapan

yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu objek atau peristiwa tertentu

yang terdapat pada sekitarnya. Persepsi akan menunjang seorang individu kepada

10
suatu partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Menurut W.A Friedlander yang

dikutip oleh Fahrudin

Ilmu Kesejahteraan Sosial:

Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang


melibatkan aktivitas yang terorganisir yang diselenggarakan baik oleh
lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk
mencegah, mengatasi, atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan
masalah sosial dalam peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan
masyarakat.

Pengertian diatas mengandung makna bahwa kesejahteraan sosial

merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dan terarah baik itu yang diupayakan

pihak pemerintah ataupun swasta dengan maksud mencegah, mengatasi dan

berkontribusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

masyarakat. Sehingga terciptanya kualitas hidup dari individu, kelompok serta

masyarakat itu sendiri kepada arah yang lebih baik. Dalam kesejahteraan sosial

juga tidak bisa dipisahkan dengan adanya permasalahan sosial yang terjadi dan

dibutuhkan adanya suatu kebijakan sosial ataupun pelayanan sosial yang terjadi.

Menurut Kartono yang dikutip oleh Huraerah (2008; 4,5), mendefinisikan

masalah sosial adalah

a. semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat


istiadat masyarakat dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk
menjamin kesejahteraan hidup bersama

b. situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga


masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan
merugikan orang banyak.

Berdasarkan pengertian diatas tersebut bahwa masalah sosial yang terjadi

akan berdampak pada terganggunya aktivitas ataupun yang lainnya dikarenakan

11
satu dan lain hal yang menyebabkan tidak berjalannya mobilitas atau sosialisai

dengan normal sehingga merugikan bagi banyak orang dan menggangu

keberfungsian sosialnya. Lingkungan pertama yang dilalui manusia dalam upaya

memperoleh pengalaman adalah lingkungan keluarganya sendiri, dalam

lingkungan keluarga tersebut manusia diberi pemahaman tentang norma atau

aturan yang ada di masyarakat.

Masalah sosial merupakan suatau permasalahan yang sering bahkan

banyak terjadi di Indonesia, masyarakat menuntut pemerintah untuk dapat

menyelesaikan permasalaham-permasalahan sosial yang terjadi, pemerintah pun

mengeluarkan berbagai macam kebijakan-kebijakan sosial yang diyakini dapat

menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Menurut Bessant, Wats, Dalton, dan

Smith (2006; 4) dalam Suharto (2013; 10) kebijakan sosial adalah apa yang

dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia

melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan

dan program-program tunjangan sosial lainnya

Berdasarkan definisi diatas kebijakan sosial merupakan salah satu

langkah dari pemerintah guna dapat memberikan pelayanan-pelayanan dan

mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga

diharapkan dengan adanya kebijakan-kebijakan sosial yang dibuat oleh

pemerintah ini masalah-masalah sosial dapat teratasi. Kebijakan sosial dibuat oleh

pemerintah dengan bermacam-macam bentuknya, salah satu bentuknya terdapat

dalam bidang pelayanan sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam

12
melaksanakan setiap keperluannya di dalam kehidupan bermasyarkat yang

membutuhkan program-program sosial pemerintah.

Pelayanan sosial yang dibutuhkan di indonesia pada umumnya haruslah

memiliki tingkat keseriusan yang tinggi dari aparatur pemerintah itu sendiri dalam

setiap pelayanan yang diberikannya guna dapat membantu dalam menyelesaikan

setiap permasalahan sosial yang ada, sehingga penyelesaian masalah dapat

berlangsung secara cepat dan tepat. Menurut Fahrudin (2015: 107) menyatakan:

Pelayanan sosial adalah suatu progaram ataupun kegiatan yang didesain


secara kongkret untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat
ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dapat ditunjukan
kepada individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam komunitas,
ataupun komunitas sebagai suatu kesatuan

Berdasarkan definisi tersebut, maka pelayanan sosial merupakan suatu

kegiatan yang bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan yang terjadi di

dalam masyarakat sehingga diharapkan keberfungsian sosial masyarakat dapat

berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan taraf kehidupan akan semakin

meningkat dengan baik. Setiap pelaksanaan pelayanan sosial dibutuhkan juga

peran dari seorang pekerja sosial, peran pekerja sosial dalam hal ini guna turut

membantu masyarakat melalui penangan-penanganan untuk dapat menyelesaikan

permasalahan yang terjadi.

Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan yang menekankan pada

keberfungsisan sosial manusia dalam berinteraksi dari berinterelasi dengan

lingkungan sosialnya. Penekanan pada aspek keberfungsian sosial manusia inilah

yang menjadi pembeda antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi pertolongan

13
pertolongan lainnya. Menurut Zastrow (1999) dalam Suharto (2009: 1) Pekerjaan

sosial adalah:

Aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok masyarakat


dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi
sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk
mencapai tujuan tersebut.

Profesi pekerjaan sosial sesuai dengan pengertian diatas dalam

melakukan pertolongan yaitu dalam bentuk pelayan sosial yang didasari oleh

kerangka pengetahuan ( body of knowledge), kerangka keahlian ( body of skill)

dan kerangka nilai ( body value) yang secara integarattf mebentuk profil dan

pendekatan pekerjaan sosial dengan menurut sertakan persepsi dan partisipasi

klien. Menurut Rakhmat (2015; 50) persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan.

Bedasarkan definisi persepsi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi merupakan suatu pengalaman di dalam kehidupan sehari-hari mengenai

objek, peristiwa atau hubungan-hubungan dengan cara menyimpulkan informasi

dalam pemikiran sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang dapat

menggerakan pemikiran tersebut untuk melaksakan ataupun berpartisipasi

terhadap stimulus yang didapat. Didalam suatu organisasi yaitu karang taruna

seringkali adanya persepsi yang berbeda-beda antara anggota yang satu dengan

yang lainnya, karena energi setiap orang itu berbeda sehingga perhatian seseorang

pada suatu objek pun berbeda-beda. Dalam AD/ART Karang Taruna menyatakan

bahwa karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi yang diatur

14
keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 45 tahun dan batasan

sebagai pengurus adalah berusia mulai 17 35 tahun.

Peryataan diatas mengungkapkan bahwa anggota karang taruna terdiri

dari anggota pasif yang dimana keanggotaan yang bersifat stelsel pasif

(keanggotaan otomatis), yakni seluruh remaja dan pemuda yang berusia 13

sampai dengan 45 tahun dan anggota anggota aktif yakni keanggotaan yang

bersifat kader dan berusia 13 sampai dengan 45 tahun, karena potensi, bakat, dan

produktivitasnya untuk mendukung pengembangan karang taruna dalam program

kegiatannya. Program kegiatan atau program kerja karang taruna saat ini telah

mendapatkan pelayanan dari pemerintah yang dimana program ini bertujuan

untuk memberi bantuan kebutuhan karang taruna serta memfasilitasinya. Menurut

Ridwan Kamil (2014):

PIPPK (Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Keluarga)

mempunyai tujuan untuk mewujudkan sinegritas kinerja aparatur kewilayahan

dengan lembaga kemasyarakatan kelurahan dalam melaksanakan pembangunan

yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Program ini dirancang guna

memenuhi kubutuhan serta memfasilitasi kegiatan dalam jangka waktu satu tahun

dengan jumlah sebesar Rp. 100.000.000/kelurahan yang dimana salah satu sasaran

penerimanya adalah karang taruna. Pemberian dana PIPPK meliputi kegiatan

pelaksanaan:

1. Penguatan Lembaga

15
2. Kesenian dan Olah Raga

3. Pengabdian Masyarakat

4. Penyelenggaraan Kesejaheraan Sosial

5. Usaha Ekonomi Produktif

Peran serta dalam kegiatan PIPPK ini dikatakan sebagai hasil dari

penilaian atau persepsi positif terhadap anggota karang taruna tersebut. Peran serta

anggota karang taruna dalam kegiatan PIPPK tersebut dapat dikatakan juga

sebagai partisipasi. Partisipasi secara umum digambarkan sebagai suatu sumbagan

dari individu ataupun masyarakat terhadap suatu kegiatan baik itu dilakukan

sebelum kegiatan dalam bentuk pemikiran dan perencanaan, lalu dalam

pelaksanaan dalam bentuk pemikiran dan perencanaan, lalu pelaksanaan dalam

bentuk tenaga, biaya dan lain-lain juga setelah kegiatan dalam bentuk kegiatan

pengawasan, pemeliharaan dan perwatan. Menurut Moeliono dalam Fachrudin

(2012: 36) mendefinisikan partisipasi adalah "Bentuk keterlibatan dan

keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela baik karena alasan-alasan dari

dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang

bersangkutan.

Pengertian partisipasi menurut definisi daiatas adalah keterlibatan

seseorang atau kelompok secara sadar ke dalam interaksi sosial secara aktif pada

suatu situasi tertentu karena alasan yang membangun dirinya maupun yang

membangun luar dirinya. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila

16
dirinya menemukan hal yang dipahami atau dalam kelompok yang memahami

suatu hal dalam pemikirannya melalui berbagai proses berbagi dengan oranglain

dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Adapun bentuk partisipasi menurut Huraerah (2008: 102) yang dikutip dari

Pasaribu dan Simajutak (1986:349) memperinci jenis-jenis partisipasi yaitu

partisipasi buah pikiran, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan dan

partisipasi sosial

Dalam kegiatan PIPPK partisipasi anggota karang taruna dapat dilihat

dari intensitas kehadirannya dalam memanfaatkan fasilitas yang ada pada kegiatan

PIPPK serta partisipasi mereka dalam bentuk sumbangan pemikiran bagi

kemajuan karang taruna, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan dan

partisipasi dalam kegiatan sosial.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian yang berjudul Hubungan


Persepsi Anggota Karang Taruna tentang PIPPK dengan Partisipasinya Di
Kelurahan Cipadung Kidul Kota Bandung adalah sebagai berikut

1. Hipotesis Utama

H0: Tdak terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk

dengan partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan di kelurahan cipadung

kidul kota bandung

17
H1: Terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk dengan

partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan di kelurahan cipadung kidul kota

bandung

2. Sub Hipotesis

1) H0: Tidak terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk
dengan partisipasinya dalam keterlibatan

H1: Terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk


dengan partisipasinya dalam keterlibatan

2) H0: Tidak terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk
dengan partisipasinya dalam proses kegiatan

H1: Terdapat hubungan persepsi anggota karang taruna tentang pippk


dengan Partisipasinya proses kegiatan

F. Definisi Operasional

1. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan


yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

2. Anggota karang taruna yaitu beranggotakan pemuda dan pemudi yang diatur
keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 45 tahun dan
batasan sebagai pengurus adalah berusia mulai 17 35 tahun.

3. PIPPK merupakan suatu program Dinsos dan Dispora Kota Bandung yang
dimana salah satu penerima programnya adalah karang taruna dengan
memberikan bantuan dana Rp.100.000.000/Kelurahan yang meliputi
pelaksanaan kegiatan:

a. Penguatan Lembaga

18
b. Kesenian dan Olah Raga

c. Pengabdian Masyarakat

d. Penyelenggaraan Kesejaheraan Sosial

e. Usaha Ekonomi Produktif

4. Partsipasi adalah bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif

dan sukarela baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya maupun dari luar

dalam dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan.

Tabel 1.1
Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Item peryataan

Variabel X: 1. Pengalaman 1. Pelayanan 1. Pelatihan


tentang objek penguatan manajemen karang
Persepsi Anggota kelembagaan taruna
Karang Taruna
tentang 2. Fasilitas seragam
Pelaksanaan karang taruna
Kegiatan PIPPK
3. Pengadaan alat
tulis kantor

4. Pengadaan alat
dokumentasi

5. Sepak bola
2. Pengadaan
Olaharga dan 6. Futsal
kesenian
7. Bola voli

8. Bulu tangkis

9. Menyanyi/olah

19
vokal

10. Menari

3. Pengabdian 11. Kerja bakti sosial


Masyarakat
12. Cek pengobatan
gratis

13. Sosialisasi BPNT

4. Penyelenggaraan 14. Pendataan PMKS


kesejahteraan dan PSKS
sosial
15. Pemberdayaan
PMKS dan PSKS

14. Penyelenggaraan
bimtek

15. Pameran
5. Usaha ekonomi unggulan
produktif masyarakat

16. Koperasi karang


taruna

17. Pelatihan
pemasaran usaha

18. Informasi oleh


1. Sosialisasi PIPPK pemerintah
2. Informasi oleh pemerintah
19. Sosialisasi oleh
kelurahan

20. Sosialisasi oleh


pemerintah melalui
media sosial yang
sering diakses oleh
masyarakat
terutama pemuda/i

20
Variabel Y: 1. Keterlibatan 1. Keterlibatan dan 21. Seberapa sering
Partisipasi Anggota dan keikutsertan hadir di didalam
Karang Taruna keikutsertaan langsung dalam kegiatan PIPPK
dalam pelaksanaan pelaksanaan untuk Karang
kegiatan PIPPK kegiatan PIPPK Taruna

22. Menjaga fasilitas


PIPPK

23. Memajukan
Karang Taruna
setempat dalam
PIPPK

2. Proses 1. Sumbangan buah 24. Memberikan


Kegiatan pemikiran informasi pada
sesama anggota

25. Mensosialisasikan
program kepada
pemuda ataupun
masyarakat lain

26. Memberikan
saran atau
masukan kepada
panitia PIPPK dan
Karang Taruna

2. Tenaga 27. Membantu


persiapan
pelaksanaan
kegiatan

28. Bekerjasama
dengan sesama
anggota

29. Bekerjasama
dengan pihak
stakeholder
masyarakat

30. Bekerja dengan


tanpa paksaan
apapun

21
G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif yang bersifat deskriftif yaitu suatu metode yang berujuan untuk

menggambarkan suatu kondisi yang sebenarnya pada saat penelitian berupa

gambaran sifat-sifat serta hubungan-hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Data yang diperoleh mula-mula dikumulkan kemudian dianalisis dan

diinterpretasikan guna menguji kebenaran hipotesis yang diajukan.

2. Populasi dan Teknik Penarikan Sampling

Populasi menurut Suhartono (2011: 57), yaitu Jumlah keseluruhan urut

analisis yaitu objek yang akan diteliti. Populasi yang dijadikan sasaran penelitian

ini adalah Anggota Karang Taruna di Kelurahan Cipadung Kidul Kota Bandung

yang menjadi Anggota Karang Taruna aktif dalam PIPPK yang terdiri dari

pengurus dan anggota sebanyak 173 orang diambil dari 6 RW. Mengingat jumlah

remaja lebih dari 100, maka sampel yang diambil 30% seperti yang diungkap oleh

Ari Kunto (2002:92) yaitu:

Untuk sekedar acer-acer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah besarnya sampel dapat diambil antara

10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena subjek penelitian kurang

dari 100. Maka sampel penelitian nya adalah seluruh populasi.

22
Sample menurut Soehartono (2011: 57), yaitu Suatu bagian dari

populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan

populasinya. Pada penelitian ini yang dijadikan sample adalah Anggota Karang

Taruna Kelurahan Cipadung Kidul, dengan teknik penarikan sample yang

digunakan adalah Area (cluster) Random sampling atau pengambilan sampel

berdasarkan lokasi, dimana setiap individu dalam populasi diberikan kesempatan

yang sama untuk dijadikan anggota sampel.

Tabel 1.2

NO RW ANGGOTA SAMPEL JUMLAH


SAMPEL
1 02 21 21x30% 6,3

2 03 23 23x30% 6,9

3 05 37 37x30% 11,1

4 08 46 46x30% 13,8

5 11 18 18x30% 5,4

6 13 25 25x30% 7,5

Pengambilan sample akan diambil dari para Anggota Karang

Taruna yang berpartisipasi dalam Pelaksanaan PIPPK (Program Inovasi

Pembangunan dan Pemberdayaan Keluarga) adalah 170 dari 6 RW, maka jumlah

pupulasi 170 orang diambil 30% sehingga sampel menjadi 51 orang dan ini

dijadikan responden.

23
1. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam pengujian hipotesis berupa

pertanyaan yang disusun berdasarkan pedoman pada angket dengan menggunakan

Skala Ordinal, yaitu skala berjenjang atau skala bentuk tingkat. Pengertian Skala

Ordinal menurut Suhartono (2008:76), menyatakan bahwa :

Skala ordinal adalah skala pengukuran yang objek penelitiannya di

kelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama ataupun berdasarkan ciri

yang berbeda. Golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal

dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan

diketahui lebih tinggi atau lebih rendah tingkatannya dari pada golongan

yang lain.

Sedangkan teknik pengukuran yang digunakan adalah model Linkert,

yaitu skala yang mempunyai nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan yang

dijumlahkan sehingga mendapat nilai total. Skala ini terdiri atas sejumlah

pernyataan yang semuanya menunjukkan sikap terhadap suatu objek tertentu yang

akan diukur. Skala Likert bisa dengan cara membuat kategori pada setiap item

pertanyaan yang diberi nilai sebagai berikut :

a. Kategori jawaban sangat tinggi diberi nilai 5

b. Kategori jawaban tinggi diberi nilai 4

c. Kategori jawaban sedang diberi nilai 3

d. Kategori jawaban rendah diberi nilai 2

24
e. Kategori jawaban sangat rendah diberi nilai 1

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan adalah Analisis Kuantitatif, yaitu

data yang diperoleh disajikan dalam bentuk angka-angka. Pengujian hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametik dengan

menggunakan uji Rank Spearman (rs).

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah

sebagai berikut :

a. Menyusun skor yang diperoleh tiap responden dengan cara menggunakan

masing-masing variabel.

b. Memberikan ranking pada variabel x dan variabel y, mulai dari satu sampai

(1n).

c. Menentukan harga untuk setiap responden dengan cara mengurangi ranking

antara variabel x dan variabel y (hasil diketahui di)

d. Masing-masing dikuadratkan dan seluruhnya dijumlah (diketahui di 2


).

e. Melihat signifikan dilakukan dengan mendistribusikan r ke dalam rumus :

n2
tr
1 r2

Keterangan :

T : Nilai signifikansi hasil perhitungan

N : Jumlah responden

R : Nilai kuadrat dari korelasi Spearman

f. Jika terdapat angka kembar

25
rs
x y di
2 2 2

2 x y 2 2

Tx dan Ty berturut-turut adalah banyaknya nilai pengamatan X dan

banyaknya nilai pengamatan y yang berangka sama untuk suatu peringkat

sedangkan rumus untuk Tx dan Ty sebagai berikut :

3 3
= =
12 12

g. Membandingkan nilai t hitung tabel dengan melihat harga-harga kritis t dengan

signifikan 5% pada derajat kebebasan (df) yaitu n-2.

h. Jika tabel <t hitung maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis (H1) diterima.

H. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul Hubungan Persepsi Masyarakat Tentang

Pelaksanaan Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Dengan

Partisipasi Masyarakat Dalam Memelihara Kesehatan Lingkungan Di Desa La-

lang Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur dilaksanakan di Desa

Lalang Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur. Adapun alasan peneliti

memilih lokasi tersebut sebagi berikut :

1. Masalah yang diteliti berkaitan dengan kajian Kesejahteraan Sosial.

2. Lokasi penelitian sudah dikenal penulis, sehingga memudahkan penulis dalam

penelitian.

3. Tersedianya data yang diperlukan guna menunjang kelancaran dari penelitian.

26
2. Waktu Penelitian

Tabel 1.3
Waktu Penelitian

Waktu Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan 2016-2017
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
Tahap Pra Lapangan
1 Penjajakan
2 Studi Literatur
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
Penyusunan Pedoman
5
Wawancara
Tahap Pekerjaan Lapangan
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan & Analisis Data
Tahap Penyusunan Laporan Akhir
8 Bimbingan Penulisan
Pengesahan Hasil Penelitian
9
Akhir
10 Sidang Laporan Akhir
Sumber Tabel: Hasil Penelitian 2017 2018

Lucky Hadiansyah. S.sos

27

Anda mungkin juga menyukai