Anda di halaman 1dari 101

STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA

KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI


PEDESAAN

(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran


Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)

Oleh:
ASTRID RAHAYU KRISTI
I34052496

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

RINGKASAN

ASTRID RAHAYU KRISTI. STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN


LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI
PEDESAAN. Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama, Desa Pabuaran, Kecamatan
Kemang, Kabupaten Bogor (Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING).
Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai strategi dalam meningkatan
peranan lembaga keuangan mikro dalam menopang ekonomi pedesaan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi perekonomian di Desa Pabuaran dan
bentuk kelembagaan ekonomi yang berwujud Koperasi Kerja Usaha Bersama
(KKUB) Kramat Jaya yang mampu memutar roda perekonomian warga Desa
Pabuaran dalam skala mikro. Penelitian ini juga mempelajari peranan dari Koperasi
Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya dalam

bidang sosial dan ekonomi, juga

mempelajari bagaimana faktor internal dan eksternal dari Koperasi Kerja Usaha
Bersama Kramat Jaya untuk menciptakan strategi guna menopang eksistensi lembaga
keuangan mikro di Desa Pabuaran agar dapat memberdayakan masyarakat lokal dan
bisa menghidupi masyarakat setempat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didukung telaah data-data
kuantitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan dengan wawancara mendalam terhadap tokoh kunci dan peneliti
melakukan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai studi literatur
meliputi dokumen kependudukan dari Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan BKM
Sabanda Sariksa, Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya tahun 2008. Informan terdiri
dari pengurus KKUB Kramat Jaya, Sekretaris Bidang Ekonomi Desa Pabuaran,
Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang. Teknik analisis data primer dan data

sekunder diolah melalui tiga tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi.
Selanjutnya data kualitatif diolah menjadi data kuantitatif, peneliti menggunakan
metode analisis SWOT yang mengenali faktor internal dan faktor eksternal dari
penelitian kualitatif yang nantinya akan menghasilkan strategi pengembangan bagi
KKUB Kramat Jaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan KKUB Kramat Jaya dalam
bidang ekonomi sebagai wujud lembaga keuangan mikro di Desa Pabuaran, mampu
memutar roda perekonomian dalam skala mikro dan membuka lapangan kerja baru
dengan berdirinya unit usaha khususnya di bidang pengrajin sepatu dan roti. KKUB
Kramat Jaya juga hadir untuk memberi kemudahan akses pemberian modal berupa
dana, alat, pelatihan bagi para pengrajin yang tergabung menjadi anggota KKUB
Kramat Jaya.
Peranan KKUB Kramat Jaya dalam bidang sosial mampu menumbuhkan sense
of belonging setiap anggota terhadap KKUB sebagai lembaga keuangan mikro,
pembukaan kesempatan kerja yang berdampak pada dibidang ekonomi juga
meningkatan harkat dan martabat serta status sosial anggota KKUB khususnya dan
pengrajin. Dalam mengembangkan pinjamannya KKUB Kramat Jaya menanamkan
dengan azaz kekeluargaan sebagai inti kelembagaan mereka dalam mengelola
kegiatan perekonomian.
Strategi pengembangan yang diperlukan Kelompok KKUB Kramat Jaya adalah
melakukan channeling

guna memperluas pasar, juga meningkatkan produktivitas

UKM. Channeling dapat dilakukan dengan cara mengikuti beberapa pameran yang

diselenggarakan, membuat materi komunikasi yang menarik dan memanfaatkan


sarana website, selain itu perlu juga pengembangan dan penguatan kerjasama dengan
dunia usaha lainnya dalam bentuk bisnis, sharing. optimalisasi dari dari para
pengelola dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing karena terjadi
kekosongan dalam beberapa peran yang,
stakeholder.

dan penguatan kerjasama dengan

STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA


KEUANGAN MIKRO DALAM MENOPANG EKONOMI
PEDESAAN

(Kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran


Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor)

Oleh:
ASTRID RAHAYU KRISTI
I34052496

SKRIPSI
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:


Nama

: Astrid Rahayu Kristi

Nomor Pokok : I35042496


Judul

: Strategi Meningkatkan Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam


Menopang Ekonomi Pedesaan (Kasus Koperasi Usaha Bersama
Kramat Jaya, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten
Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS


NIP. 19580827 198303 1001

Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS


NIP. 19580827 198303 1001

Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
STRATEGI MENINGKATKAN PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA
JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

Astrid Rahayu Kristi


I35042496

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Juni 1988 sebagai anak terakhir
dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar hingga menengah diselesaikan penulis
sepanjang tahun 1993 2005. Penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB di Tahun
2005 pada Fakultas Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarkat (SKPM) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Disamping belajar, selama di kampus penulis juga mengikuti organisasi
HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Komunikasi dan Pengembangan
Masyarkat) dalam divisi Multimedia And Advertising (MUSELSI). Selain itu, penulis
juga aktif mengikuti program-program yang ada di desa tempat tinggal dan menjadi
pimpinan kolektif

Badan Keswadayaan Masyarkat dalam Program Nasional

Pengembangan Masyarakat di Desa Rancabungur (yang merupakan desa tempat


tinggal penulis).

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji Tuhan, atas segala berkat Tuhan Yesus atas segala-galanya, tak terselami
dan tak terukur semua berkatNya dalam menuntun penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaiannya, baik skripsi ini dan pendidikan
penulis di Departemen Sains KPM-FEMA, IPB tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang selalu senantiasa mendukung penulis dalam suka
maupun duka:
1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen
Pembimbing Studi Pustaka.
2. Ir. Said Rusli, MA selaku Dosen Penguji Utama
3. Ir. Anna Fatchiya, MS selaku Dosen Penguji Wakil Departemen
4. Mami, Alm Papi tercinta
5. Lia Christie, Paolo Rossi, Alexander Iwan, Dede Marlina atas semua
dukungan dan motivasinya.
6. Staf Pengajat dan pendidikan departemen Sains KPM-FEMA, IPB
7. Semua sahabat yang setia menemani Anet, Kiki, Vina, Luri, Risty, Vidy,
GENCI dan GENCONG dengan semua kehebohannya, Tim Perbatasan
Indonesia terimakasih untuk rasa yang tercipta.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya yang berlimpah-limpah dalam mengerjakan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul Strategi Meningkatkan Eksistensi Lembaga Keuangan
Mikro dalam Menopang Ekonomi Pedesaan merupakan prasyarat untuk memperoleh
gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, selain kepada keluarga, penulis juga ingin menyampaikan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini,
khususnya masyarakat Kecamatan Kemang, Desa Pabuaran dan KKUB Kramat Jaya
yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis, khususnya dalam pengembangan
usaha mikro.
Akhirnya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi upaya
pengembangan kelembagaan lembaga keuangan mikro pada kawasan pedesan dan
umumnya bagi pembangunan pedesaan di Indonesia.

Bogor, September 2009

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
i
iii
iv
v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6
1.4. Kegunaan Penelitian................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8
2.1.1. Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial.. ........ 8
2.1.2. Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro ................................................. 12
2.1.3. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia ........................................ 15
2.1.4. Kredit Mikro .................................................................................. 17
2.1.5. Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan .......... 19
2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 20
2.3 Hipotesa ................................................................................................... 23
2.4 Definisi Konseptual ................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian..................................................................................... 25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 26
3.3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 27
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 31
4.2. Letak dan Keadaan Alam ......................................................................... 32
4.3. Kependudukan......................................................................................... 34
4.4 Transportasi ............................................................................................. 36
4.5 Kondisi Sosial ......................................................................................... 37
4.5.1 Pendidikan ...................................................................................... 37
4.5.2 Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran ........................................... 39
BAB V KINERJA KELOMPOK USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA
5.1. Sejarah KKUB Kramat Jaya .................................................................... 42
5.2. Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ........................................... 44

5.3 Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya ....................................................... 45


5.4 UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya ......................... 46
5.4.1 Profil UKM ..................................................................................... 46
5.4.2 Tenaga Kerja ................................................................................... 48
5.4.3 Kapasitas Produksi.......................................................................... 49
5.4.4 Modal .............................................................................................. 50
5.5. Peranan KKUB dalam Perekonomian Desa............................................. 51
5.5.1. Bidang Perekonomian .................................................................... 51
5.2.2. Bidang Sosial ................................................................................. 52
BAB VI STRATEGI MENINGKATKAN EKSISTENSI KELOMPOK
KERJA USAHA BERSAMA
6.1 Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ......................................................... 54
6.1.1 Kepengurusan KKUB Kramat Jaya ................................................ 54
6.1.2 Usaha Kecil dan Menengah ............................................................ 55
6.2 Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ........................................................ 56
6.2.1 Aparat Pemerintahan ...................................................................... 56
6.2.2 Dinas Terkait .................................................................................. 56
6.2.3 Undang-Undang.............................................................................. 57
6.3 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
KKUB Kramat Jaya .................................................................................. 57
6.4 Analisis SWOT .......................................................................................... 63
BAB VI PENUTUP
7.1. Kesimpulan ................................................................................................ 68
6.2. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN ...................................................................................................... 72

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan ................................... 8

2.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ..................................... 12

3.

Teknik Pengumpulan dan Jenis Data ................................................ 27

4.

Faktor Internal KKUB Kramat Jaya ................................................. 61

5.

Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya ............................................... 62

6.

Rekapitulasi Hasil Perhitungan ......................................................... 63

7.

Matriks SWOT .................................................................................. 64

8.

Peratingan Strategi Pengembangan KKUB Kramat Jaya .................. 66

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar. ................................... 3


2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada
Tahun 2005 dan 2007 ................................................................ 13
3. Kerangka Pemikiran Eksistensi LKM dalam Pembangunan
Ekonomi Pedesaan .................................................................... 22
4. Alur Analisis SWOT ............................................................................. 29
5. Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama ....................................... 31
6. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 32
7. Peruntukkan Lahan................................................................................ 33
8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran ...................................................... 35
9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................... 38
10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................... 40
11. Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja ...................................... 41
12. Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009 ..................................... 46
13. Kegiatan di Bengkel UKM KKUB Kramat Jaya .................................. 47
14. Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jaya........................... 48
15. Produk UKM Sepatu KKUB Kramat Jaya ........................................... 49
16. Kapasitas Produksi UKM KKUB Kramat Jaya .................................... 50
17. Struktur Organisasi KKUB Kramat Jaya .............................................. 54

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Daftar Nama Pendiri KKUB Kramat Jaya ............................................ 72


2. Penyaluran Modal Berupa Peralatan ..................................................... 73
3. Penyaluran Modal ................................................................................. 74
4. Matriks Faktor Internal dan Eksternal.................................................. 75
5. Penjelasan AD-ART............................................................................. 76
6. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 79

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengkajian pembangunan di negara berkembang pada umumnya tidak dapat
terlepas dari pertimbangan wilayah pedesaan. Hal ini karena sebagian besar penduduk
negara berkembang masih terkonsentrasi di wilayah pedesaan dengan kondisi
kesejahteraan yang mayoritas berada dalam kemiskinan (Yustika, 2003). Dalam
konteks Indonesia, agenda pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006 difokuskan kepada
penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan tingkat kesejahteraan,
peningkatan kesempatan kerja, dan revitalisasi pertanian serta pedesaan (Anugrah,
2007).
Masyarakat pedesaan identik dengan komunitas dan kehidupan petani yang
tidak terlepas dari pola kelembagaan usaha ekonomi pedesaan yang berciri pertanian
dengan orientasi subsisten (Scott, 1981). Dari segi besarannya, usaha perekonomian
pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha berskala mikro dan kecil dengan pelaku
utamanya yaitu petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian,
pengolah hasil pertanian, pengrajin, buruh serta pengecer. Para pelaku usaha ini pada
umumnya masih dihadapkan pada permasalahan yang mendasar yaitu terbatasnya
ketersediaan modal sebagai unsur penting yang mendukung peningkatan produksi
dan pada gilirannya dapat mengangkat taraf hidup masyarakat pedesaan.
Keterbatasan modal ini berpotensi membatasi ruang gerak ekonomi masyarakat

pedesaan. Selain itu, keterbatasan modal juga dapat menjadi awal terjadinya siklus
kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang akan sulit untuk diputus.
Menjawab permasalahan keterbatasan modal masyarakat pedesaan, serta
mengingat kemampuan fiskal pemerintah yang semakin berkurang, salah satu jalan
keluar yang dapat menjadi alternatif sumber dana bagi masyarakat pedesaan
adalah melalui upaya optimalisasi potensi kelembagaan keuangan. Diantara beragam
pola kelembagaan keuangan yang berkembang di masyarakat pedesaan, salah satu
yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di
pedesaan dengan mayoritas usaha penduduknya masuk dalam segmen mikro adalah
Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
LKM diartikan sebagai lembaga penyedia jasa-jasa keuangan kepada nasabah
berpenghasilan rendah yang meliputi pedagang kecil, pedagang kaki lima, petani,
penjual jasa dan produsen kecil (Ladgwewood, 1999). LKM juga didefinisikan
sebagai penyedia jasa keuangan dalam ragam yang luas seperti tabungan, pinjaman,
pengiriman uang, asurasni untuk rumah tinggal miskin dan berpenghasilan rendah
(Bank Pembangunan Asia - ADB, 2000). Robinson (1993), menekankan bahwa
istilah LKM merujuk pada jasa-jasa keuangan berskala kecil terutama kredit dan
simpanan yang disediakan untuk petani, nelayan, peternak; atau mereka yang
memiliki usaha kecil/mikro yang memproduksi, mendaur ulang, memperbaiki atau
menjual barang; menjual jasa; bekerja untuk mendapat upah dan komisi; memperoleh
penghasilan dari menyewakan tanah, kendaraan, hewan atau mesin dan peralatam
dalam jumlah kecil. Sintesis dari sejumlah definisi tersebut mengantarkan kepada
pengartian LKM sebagai suatu lembaga jasa layanan keuangan tabungan dan kredit

(simpan-pinjam) dalam skala mikro dan kecil yang berlangsung terus menerus
(berkelanjutan) bagi masyarakat yang mempunyai usaha skala mikro dan kecil.
Keberadaan dan perkembangan LKM tidak terlepas dari perkembangan Usaha
Kecil dan Mikro (UKM). Peranan UKM, terutama sejak krisis moneter tahun 1998
dapat dipandang sebagai pola katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional1, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan
tenaga kerja. Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 (diolah)

Gambar 1. Komparasi UKM dengan Usaha Berskala Besar


Membaca Gambar 1. di atas, terlihat bahwa populasi UKM pada tahun 2007
mencapai 49,8 juta unit usaha atau sebesar 99 persen dari total jumlah unit usaha di
Indonesia yang berjumlah 49,845 juta unit. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh
(52,5 persen) populasi UKM yang ada bergerak di sektor pertanian, diikuti sektor

Susilo Bambang Yudhoyono, Revitalisasi Ekonomi Indonesia (Jakarta: Brigthen press. 2004), hal
26

perdagangan (28,1 persen) dan sektor industri (19,4 persen). Sedangkan pada usaha
besar (UB), mayoritas jenis usaha yang ditekuni adalah sektor industri (42,5 persen),
perdagangan (26,9 persen), dan keuangan (10,6 persen)2.
Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UKM
terutama terhadap lembaga-lembaga keuangan formal seperti bank, menyebabkan
mereka bergantung pada sumber-sumber pembiayaan keuangan mikro. Bentuk dari
sumber-sumber pembiayaan keuangan ini beraneka ragam, mulai dari pelepas uang
(renteni) hingga berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan
bentuk-bentuk yang lain.
Lembaga-lembaga keuangan mikro ini pada prakteknya dipandang lebih
bermanfaat di kalangan pelaku UKM. Hal ini tidak terlepas dari sifatnya yang lebih
fleksibel dari segi peraturan peminjamannya. Dalam hal persyaratan dan jumlah
pinjaman misalnya, LKM memiliki persyaratan yang tidak seketat persyaratan yang
diterapkan dunia perbankan. Demikian juga dari segi keluwesan proses pencairan
kredit. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa keberadaan lembaga-lembaga keuangan
mikro mampu membaca kebutuhan dan kondisi pelaku UKM yang umumnya
membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil serta jarang memiliki
syarat-syarat layak pembiayaan (bankable).
Menempatkan uraian tentang peran, fungsi dan sifat LKM di atas dalam
konteks ekonomi masyarakat pedesaan, maka menjadi penting untuk dilakukannya
sebuah upaya revitalisasi kelembagaan LKM. Upaya ini diharapkan dapat mendorong

http://www.endonesia.com/mod.php?=publisher&op=viewarticle&cid=5&artid=1424 diakses pada


tanggal 19 Maret 2009

perkembangan dan pembangunan ekonomi pedesaan melalui penciptaan pola


pembiayaan yang kondusif terhadap pertumbuhan usaha mikro. Pada gilirannya,
diharapkan usaha-usaha berskala mikro yang tumbuh ini dapat menyerap tenaga kerja
pedesaan yang kemudian diikuti juga oleh peningkatan taraf kesejahteraan
masyarakat pedesaan.

1.2. Perumusan Masalah


Sektor perekonomian pedesaan Indonesia sudah seharusnya menjadi basis bagi
pengembangan perekonomian nasional. Konsekuensinya, beragam alternatif upaya
pengembangan menjadi penting untuk dikembangkan demi menopang berjalannya
perekonomian pedesaan. Saat ini banyak sekali usaha-usaha mikro yang bergerak di
kawasan pedesaan, namun keterbatasan akses permodalan ditambah budaya
kewirausahaan yang tidak kondusif menjadi aspek yang senantiasa menghambat
pertumbuhan sektor perekonomian kawasan pedesaan yang bergerak di sektor
informal, begitu pun yang terjadi di Desa Pabuaran yang bergerak di sektor informal
yaitu pengrajin sepatu yang tergabung sebagai unit usaha di Koperasi Kerja Usaha
Bersama (KKUB) Kramat Jaya. Keterbatasan akses modal ini dalam jangka panjang
bisa menjadi awal siklus kemiskinan di pedesaan. Pengembangan dan pemberdayaan
KKUB Kramat Jaya sebagai LKM merupakan langkah tepat dalam menopang
perekonomian pedesaan, karena LKM telah mengakar dan tumbuh bersama
perkembangan masyakarat dan mampu memberikan pelayanan yang fleksibel,
utamanya dalam pembiayaan usaha-usaha yang tidak layak dibiayai menurut lembaga

keuangan konvensional (non-bankable) begitu pun dengan penerimaan masyarakat


pengrajin di Desa Pabuaran terhadap KKUB Kramat Jaya yang dapat mengakses dana
untuk menignkatkan produktivitas para pengrajin sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat pedesaan dalam menjalankan usahanya. Pada gilirannya hal ini
juga mendorong perekonomian desa karena tumbuhnya usaha-usaha mikro di
pedesaan dapat mendorong terbukanya lapangan kerja baru.

Berdasarkan uraian

diatas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.

Bagaimana peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa?

2.

Bagaimana strategi pengembangannya LKM dalam menopang pembangunan


pedesaan?

1.3. Tujuan Penulisan


1.

Menganalisis peranan LKM dalam mengembangkan sektor perekonomian desa.

2.

Menentukan strategi yang diperlukan dalam rangka mengembangkan kapasitas


LKM untuk menopang perekonomian desa.

1.4. Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1.

Bagi Lembaga Keuangan Mikro


Sebagai bahan evaluasi bagi Lembaga Keuangan Mikro (koperasi simpan
pinjam) dalam menjangkau UKM sehingga dapat membangun ekonomi lokal.

2.

Bagi Kalangan Akademisi

Dapat dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi, sekaligus dapat


dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait.
3.

Bagi Masyarakat
Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya kerjasama
antara masyarakat dan perusahaan serta partisipasi aktif masyarakat dalam
peningkatan kualitas hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1.1

Tinjauan Pustaka

1.1.1 Pembangunan Pedesaan dan Kelembagaan Sektor Finansial


Perspektif pembangunan (Booke, 1983) menyimpulkan bahwa perekonomian di
Indonesia terbagi dalam dua sektor, yaitu tradisional dan modern yang tidak saling
berhubungan untuk mengatasinya, Booke menyatakan bahwa sektor tradisional perlu
dirangsang dengan adanya insentif ekonomi dan peningkatan teknologi produksi.
Sebaliknya, Greetz dalam Marshus menyatakan upaya perbaikan macam apapun
tidak akan berhasil dilakukan. Menurut Scott, persoalan yang berlaku pada
masyarakat pedesaan adalah rasionalitas sosial

yang lebih

mementingkan

kebersamaan ketimbang persaingan. Penetrasi dari luar, baik menyangkut aspek


kelembagaan maupun teknologi justru akan menimbulkan resistensi.
Ketidakmampuan untuk menangkap kultur dan nilai-nilai masyarakat desa ini
lah yang membuat banyak kebijakan yang terkait dengan pembangunan pedesaan
gagal diterapkan di lapangan. Pada sub-bab ini penulis menyadari bahwa pesoalan
yang terjadi selama proses pembangunan pedesaan adalah tidak terbangunnya
kelembagaan sektor ekonomi sebagai instrumen untuk mengatasi kelangkaan modal
(lack of capital) di wilayah pedesaan. Arah pembangunan pedesaan yang terjadi
selama beberapa dekade yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Aktualisasi Gagasan Pembangunan Pedesaan


Dekade

Isu strategis

1950-an

Modernisasi, model dualisme ekonomi, keterbelakangan pertanian,


pembangunan komunitas, dan petani malas (lazy peasant)

1960-an

Pendekatan tranformasi, transfer teknologi, mekanisasi, penyuluhan


pertanian, peranan pertumbuhan pertanian, revolusi hijau (awal) dan
petani rasional

1970-an

Redistribusi dengan pertumbuhan, kebutuhan dasar, pembangunan


pertanian yang terintegrasi, kebijakan pertanian oleh negara, kredit
yang dipacu oleh negara (state-led credit), bias perkotaan, introduksi
inovasi, revolusi hijau (lanjutan), dan pertumbuhan pedesaan yang
terkait (rural growth linkages)

1980-an

Penyesuaian struktural, pasar bebas, kebijakan harga yang tepat,


meminimalisasi peran negara, meningkatkan peran NGOs, rapid rural
appraisal, penelitian sistem pertanian, analisis ketahanan pangan dan
kelaparan, pembangunan pedesaan sebagai proses, perempuan dan
pembangunan, dan pengentasan kemiskinan

1990-an

Kredit mikro, participatory rural approach, pembangunan pedesaan,


analisis stakeholders, jaring pengaman pedesaan, gender dan
pembangunan, lingkungan dan kesinambungan, dan pengurangan
kemiskinan

2000-an

Penghidupan yang berlanjut (sustainable livelihoods), tata kelola yang


baik, desentralisasi, kritik terhadap partisipasi, pendekatan sektoral
yang diperluas, perlindungan sosial dan pemusnahan kemiskinan

Sumber: Ellis dan Biggs, 2001: 439 dalam Yustika 2008

Berdasarkan perkembangan pembangunan pedesaan yang terjadi selama


beberapa dekade ini, terlihat bahwa fase-fase tersebut mengidentifikasikan proses
komersialisasi pedesaan. Proses pertumbuhan ini kian menjepit posisi orang-orang

pedesaan, kondisi ini memberi gambaran bahwa penduduk yang tinggal di wilayah
pedesaan justru mengalami kemerosotan daya hidup secara terus menerus karena
tekanan dari dua ujung, yaitu kebijakan pemerintah yang semakin bias perkotaan dan
tekanan pasar. Maka itu diperlukan upaya agar penduduk pedesaan bisa lepas dari
komersialisasi ini, yaitu dengan cara menguatkan sistem produksi dan pengolahan
yang berbasis tradisional sehingga masyarakat pedesaan tidak melulu ada dalam
posisi subordinat (Yustika, 2008). Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan
adanya modal yang berputar di dalam sistem produksi dan pengolahan. Namun
sayangnya keterbatasan modal merupakan persoalan paling rumit di wilayah
pedesaan. Keterbatasan modal menyebabkan aktivitas ekonomi tidak berjalan, tidak
berjalannya aktivitas ekonomi menyebabkan masyarakat berada dalam posisi
subordinat tadi. Berbekal dari situasi ini, sudah seyogyanya para perumus kebijakan
pembangunan pedesaan mengawinkan kelembagaan sektor finansial dengan
kebijakan pemerintah agar mampu menggerakkan kegiatan ekonomi di wilayah
pedesaan, khususnya usaha mikro.
Secara umum persoalan lembaga keuangan di pedesaan dapat didentifikasikan
menjadi tiga aspek berikut (Yustika, 2008):
1. Masalah akses kredit. Karakteristik masyarakat pedesaan dengan skala usaha
kecil (subsisten) menyebabkan mereka tidak memiliki asset yang mencukupi
untuk digunakan sebagai agunan. Akibatnya, akses kredit mereka ke lembaga
keuangan formal menjadi sangat terbatas.

2. Posisi tawar dan informasi masyarakat pedesaan yang sangat rendah


menyebabkan rawan terhadap praktik manipulasi dari lembaga keuangan
formal maupun semi-formal. Bentuk manipulasi itu bermacam-macam,
misalnya pengenaan suku bunga lebih tinggi dari kebijakan pemerintah
maupun pemberian kredit yang sangat terlambat sehingga mengganggu usaha
yang telah direncanakan.
3. Informasi

yang

asimetris

(asymmetric

information)

dari

pemberi

pinjaman/kredit terhadap peminjam (borrower).


Pada umumnya, lembaga keuangan di pedesaan dibedakan dalam tiga jenis: (i)
lembaga keuangan formal; (ii) lembaga keuangan semi-formal; (iii) lembaga
keuangan mikro; dan (iv) lembaga keuangan swadaya, prinsip lembaga ini adalah
adanya rotasi tabungan dan asosiasi kredit, dimana anggota kelompok berkontribusi
secara regular untuk memberikan dana kepada salah satu atau anggota berdasarkan
kesepakatan perputaran atau tabungan dana kelompok kredit. Dalam masyarakat
lembaga ini sering disebut dengan arisan. Lembaga keuangan dikatakan formal jika
lembaga tersebut secara operasional diatur dalam Undang-Undang perbankan dan
disupervisi oleh bank sentral. Sedangkan lembaga keuangan semi-formal adalah
lembaga keuangan yang tidak diatur dalam UU, tetapi disupervisi dan diregulasi oleh
agen pemerintah maupun bank sentral. Lembaga keuangan mikro beroperasi di luar
regulasi dan supervisi lembaga pemerintah.
Lembaga keuangan mikro bukan sekedar menyediakan uang (cash) untuk
keperluan transaksi, tetapi kadang-kadang menyediakan pinjaman dalam bentuk

barang (in-kind). Karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan mikro ini
memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah pedesaan. Karena lembaga
keuangan mikro ini bersifat sangat fleksibel dalam artian memiliki hubungan personal
antara kreditor dan debitor dan nyaris tidak ada persyaratan administrasi yang
dibutuhkan. Tidak ada kontrak maupun persyaratan sejumlah agunan seperti pada
lembaga keuangan formal. Segala kemudahan inilah lembaga keuangan mikro sangat
diterima di kalangan pedesaan.
1.1.2 Eksistensi Usaha Kecil dan Mikro
Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil
Menengah (UKM), yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya3. Menurut
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan
UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro
(UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Badan Pusat Statistik (BPS)
memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga
kerja 20 sampai dengan 99 orang . Usaha mikro (UM) merupakan jenis usaha skala
kecil yang umumnya bergerak di sektor informal, seperti pedagang kaki lima, penjual

Diakses tanggal 13 April 2009, http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukmdi-indonesia/

sayur, petani kecil dan usaha rumah tangga. Menurut Robinson (2000) UM
didefinisikan sebagai economically active poor (masyarkat miskin yang masih aktif
secara ekonomi). Menurut UU Nomor 20 tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan
menengah secara lengkap pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Kriteria

Mikro

Kecil

Kekayaan Bersih

Rp 50 juta

> Rp 50 juta

Penjualan
Bersih

Rp 300 juta

> Rp 300

Tahunan

Menengah

Rp 500 juta

Rp 2,5 miliar

> Rp 500 juta

Rp 10 miliar

> Rp 2,5 miliar

Rp 50 miliar

Sumber: UU Nomor 20 Tahun 2008

Data Kementrian KUKM menunjukkan bahwa perkembangan UKM terus


meningkat. Jumlah unit UKM sempat turun dari 39,7 juta pada tahun 1997 menjadi
36,7 juta pada tahun 1998, namun kemudian meningkat 44,7 juta unit pada tahun
2005 dan meningkat lagi menjadi 49,8 juta pada tahun 2007. Tabel mengenai peranan
UKM dalam perekonomian nasional tahun 2005 dan 2007 dapat dilihat pada Gambar
2.

"#
!

!$ !

"#

&
!

$ !
Sumber: Kementrian KUKM dan BPS dalam BPS (2008)

Gambar 2. Peranan UKM dalam Perekonomian Nasional pada Tahun 2005 dan 2007

Peranan

UKM

dalam

perekonomian

Indonesia

pada

tahun

2007,

mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha mikro sekitar 47,7 juta unit usaha atau
95,7 persen total UKM, menyerap hampir 77 juta orang atau 81,7 persen dari total
tenaga kerja, namun sumbangan ekspornya hanya sekitra 5 persen dari total ekspor
non migas pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro cukup berperan
dalam perekonomian nasional.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional4. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan
utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa
mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008).
Posisi seperti ini menenempatkan usaha mikro sebagai jalur utama dalam
pengembangan sistem ekonomi kerakyatan (Wiyono, 2003). Proses pengembangan
usaha mikro sebagai manifestasi perkembangan ekonomi lokal dan penganggulangan
kemiskinan menjadi sangat penting sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah.
Proses ini tidak akan berjalan dengan baik kalau penguatan peran usaha mikro di
tingkat lokal tidak diikutsertakana sebagai pihak berkepentingan utama. Penguatan
"

'

% '

peran pengusaha mikro tersebut mempunyai arti strategis bagi kesejahteraan


masyarakat setempat, sekaligus sebagai penggerak perekonomian daerah dan
transformasi sosial ekonomi dalam komunitas lokal. UKM bisa dikatakan merupakan
salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni
dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik
informal. Maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan
implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.
Maka itu pemberdayaan UKM dinilai menjadi sangat strategis karena
potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraannya.
1.1.3 Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia menurut Bank Pembangunan
Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007) memiliki ciri utama, yaitu:
1.

Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesuai


dengan kebutuhan riil masyarakat

2.

Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah

3.

Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel

agar

lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan


Kusmoljono (2009) mengatakan bahwa LKM sebagai lembaga penyedia jasa
keuangan alternatif perlu memperhatikan sustainabilitas usahanya agar mampu
memberikan manfaat yang optimal bagi masyarkat miskin dan usaha mikro dalam

jangka panjang. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila layanan jasa keuangan LKM
sesuai dengan waktu, tempat, jenis kegiatan ekonomi, dan tingkat perkembangan
ekonomi masyarakat. LKM secara internal juga harus mulai menerapkan standar tata
kelola perusahaan yang sesuai dengan perkembangan usahanya.
Menurut Sumodiningrat (2003), untuk mengatasi hambatan permodalan UM,
pendekatan yang perlu dilakukan adalah jasa keuangan mikro (microfinance). LKM
memiliki kelebihan yang paling nyata, yaitu prosedurnya yang sederhana, tanpa
agunan, hubungannya yang cair (personal relationship), dan waktu pengembalian
kredit yang fleksibel (negotiable repayment). Karakteristik itu sangat sesuai dengan
ciri pelaku ekonomi di pedesaan (khususnya di sektor pertanian) yang memiliki asset
terbatas, tingkat pendidikan rendah dan siklus pendapatan yang tidak teratur
(bergantung panen).
Karakter perdesaaan seperti itulah yang ditangkap dengan baik oleh pelaku
lembaga keuangan mikro, sehingga eksistensinya mudah diterima oleh masyarakat
kecil. TAP MPR No XVI tahun 1998 menetapkan bahwa pengusaha ekonomi lemah
harus dibantu dan diberikan proritas dalam pengembangan usahanya, selain itu
perbankan dan lembaga keuangan wajib memberikan peluang sebesar-besarnya bagi
usaha kecil dan Mikro. Dengan mempertimbangkan sebagian besar penduduk
Indonesia adalah kelompok berpenghasilan rendah, pengusaha kecil dan mikro dan
tinggal di pedesaan yang tidak terlayani oleh pelayanan jasa bank umum, maka
lembaga keuangan mikro memiliki peluang besar untuk mengembangkan usahanya
dengan melayani pangsa pasar tersebut (Ahlam, 2005).

Pemahaman pada bentuk dan struktur institusional LKM akan membantu


memahami peran LKM dalam pembanguna ekonomi dan kinerja mereka.
Berdasarkan tingkat formalitasnya, LKM dapat di kelompokan menjadi tiga bentuk5,
(i) Institusi Formal: lembaga keuangan yang di sahkan oleh pemerintah dan terikat
oleh peraturan dan pengawasan oleh pemerintah, didalamnya termasuk BRI Unit
Desa, Bank-Bank Perdesaan, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (ii) Institusi
Informal : terdiri dari perantara yang beroprasi di luar kerangka peraturan dan
pengawasan pemerintah seperti arisan, rentenir bahkan tokon kelontong pun masuk
didalamnya. (iii) Institusi Semiformal: terdiri dari lembaga yang tidak di atur oleh
otoritas perbankan tetapi terdaftar atau memper
oleh izin langsung dari pemerintah daerah seperti Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Koperasi Unit Desa (KUD), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Program
IDT dan lainnya.
1.1.4 Kredit Mikro
Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya akan ragam modal pembiayaan
mikro. Pengalaman dan kekayaan ini meliputi jenis produk pembiayaan mikro
maupun lembaga pelaksananya, bahkan juga sejarah pengenalannya kepada
masyarakat. Oleh karena itu kekayaan ini tidak bakal dibiarkan begitu saja dan disiasiakan untuk tidak diberikan tempat terhormat untuk dikembangkan. Desakan akan
pentingnya pengembangan ini akan semakin terasa setelah krisis perbankan melanda
Indonesia, sehingga perbankan lumpuh dan tidak dapat menjadi lembaga yang efektif

* +

, -. ' /

&

01

23 '

&

(4

lagi. Memang disadari bahwa pengertian kredit mikro dapat diartikan bermacammacam, karena memang produk kredit mikro sendiri tidak homogen dan lembaga
pelaksanaannya juga bermacam-macam ditinjau dari segi sifat dan status legalnya.
Perkreditan mikro selain dilihat dari segi produk dan kelembagaannya juga dapat
dilihat dari segi permintaan dan penawaran atau dari sudut sumber dan
penggunaan. Gambaran ini akan menjelaskan pembagian kerja fungsional antar
lembaga perkreditan mikro dengan berbagai kelompok sasaran berdasarkan tingkat
pendapatan dan bahkan dapat sangat terkait dengan penggunaan kredit. Pendekatan
ini sekaligus untuk memahami dinamika perkembangan lembaga perkreditan mikro
bagi pengembangan ekonomi rakyat. Ahlam (2005) menjelaskan pada dasarnya kredit
dapat dibedakan dalam dua sifat penggunaan yaitu kredit produktif dan kredit
konsumtif, yaitu:
1. Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
2. Kredit produktif adalah kredit yang ditujukan untuk keperluan usaha nasabah
agar produktifitas akan bertambah meningkat. Bentuk kredit produktif dapat
berupa kredit investasi maupun

kredit modal kerja, karena kedua kredit

tersebut diberikan ke nasabah untuk meningkatkan produktifitas usahanya.


Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1996) dalam Ahlam (2005) adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau melabakan suatu pinjaman
dengan janji bahwa waktu pembayaraanya ditangguhkan pada suatu jangka waktu
yang telah disepakati. Dalam Undang-Undang No 7 tahun 1992 pasal 1 butir 12

pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjan untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Keberadaan LKM belum mendapat tempat yang jelas dalam perekonomian
nasional sebagaimana lembaga keuangan lainnya seperti perbankan, asuransi, dan
perusahaan pembiayaan. LKM sendiri belum memiliki payung hukum yang benarbenar menjamin perkembangannya. Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan
oleh pemerintah selama ini lebih menitikberatkan bentuk-bentuk transfer atau subsidi,
padahal dalam rantai kemiskinan tidak selalu harus diatasi dengan cara tersebut.
Aspek yang lebih penting adalah memutus mata rantai kemiskinan yang dapat
dilakukan antara lain dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat
miskin menjadi produktif, sehingga sangat relevan jika mengupayakan LKM sebagai
salah satu pilar sistem keuangan nasional. Lembaga keuangan mikro ini mempunyai
peran

besar

dalam

menumbuhkan

calon-calon

pengusaha

ditingkat

desa,

meningkatkan produktivitas usaha kecil masyarakat pedesaan, serta menunjang


program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.

2.1.5 Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dan Ekonomi Pedesaan


Sesuai dengan pencitraan pedesaan pada umumnya, masyarakat pedesaan
identik dengan para petani dan kehidupan para petani. Oleh karena itu kehidupan

pedesaan tidak lepas dari perilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yaitu pola
ekonomi yang berorientasi subsisten (Scott, 1981), dengan pelaku utama para petani,
buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian,
serta industri rumah tangga. Para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan
pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan

modal. Sebagai unsur

esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat


pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian
dan pedesaan. Kehadiran LKM dibutuhkan paling tidak karena dua hal (Pantoro,
2008). Pertama, sebagai salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kemiskinan.
Masyarakat miskin pada umumnya mempunyai usaha skala mikro. Terminologi
World Bank, mereka disebut sebagai economically active poor atau pengusaha mikro.
Dalam konfigurasi perekonomian Indonesia, lebih dari 90persen unit usaha
merupakan usaha skala mikro. Mengembangkan usaha skala mikro merupakan
langkah strategis karena akan mewujudkan broad bases development atau
development

through

equity.

Mereka

membutuhkan

permodalan

guna

mengembangkan kapasitas usahanya. melalui peningkatan usaha secara efektif akan


mengatasi kemiskinan yang diderita oleh mereka sendiri dan diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam kategori fakir miskin. Pada sisi lain, skim keuangan
mikro sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. Kedua,
LKM dibutuhkan karena menjadi salah satu instrumen pengembangan pasar
keuangan mikro.
Secara pragmatis, pasar keuangan mikro merupakan aspek keuangan dari semua
proses ekonomi di segmen mikro yang meliputi segala sesuatu yang menyangkut

tabungan dan kredit usaha. Pada pemahaman ini dicantumkan kata tabungan dan
kredit, guna menghindarkan pemahaman sempit seolah-olah di segmen mikro pelakupelaku usahanya hanya membutuhkan kredit, melupakan bahwa mereka mempunyai
potensi menabung, dan dapat diberdayakan mempunyai kemampuan menabung.
Pendek kata, pada pasar keuangan mikro terdapat potensi besar dalam hal penawaran
(tabungan) dan permintaan (kredit). Berdirinya LKM merupakan jawaban dari kurang
pekanya lembaga keuangan formal dalam merangkul UKM, sehingga peranannya
bisa dibilang sebagai katup penyelamat dalam proses pembangunan ekonomi
pedesaan.

1.2

Kerangka Pemikiran
Agenda pembangunan Indonesia seperti yang tertuang dalam RPJM tahun 2006

saat ini difokuskan pada pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan dan


peningkatan kesempatan kerja. Memang menjadi hal yang sangat sulit, karena
berkaca pada krisis global yang sedang dialami oleh dunia. Maka pemerintah
menggenjot kembali vitalitas pertanian dan pedesaan yang sempat ditinggal pada
masa lepas landas menuju industri. Revitalisasi pertanian dan pedesaan ini
diwujudkan dengan merevitalisasi juga kelembagaan ekonomi di tingkat lokal.
Kegiatan perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala
mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana
produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.
Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan pada

permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Maka peranan LKM


sangat diperlukan dalam menumbuhkembangkan UKM dan memenuhi kebutuhan
dasarnya.

Pembangunan
Ekonomi
Pedesaan
Ekonomi

Lembaga
Informal

Lembaga
formal

Eksternal:
Aparat
Pemerintah
Dinas
Koperasi
UndangUndang

Internal:
Struktur
Organisasi
SDM
pengelola
UKM
dan
LKM

Strategi
pengembangan

: Fokus Kajian
: Batasan Kajian
: Hubungan langsung
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peranan LKM dalam Pembangunan Ekonomi
Pedesaan

1.3

Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah didapatkan hipotesis pengarah sebagai berikut:
1. LKM berperan dalam mengembangkan desa di sektor perekonomian melalui
terbentuknya UKM-UKM sehingga tercipta lapangan kerja dan mampu
menyerap tenaga kerja lokal.
2. Perbaikan manajemen adalah salah satu langkah dari strategi pengembangan
bagi eksistensi LKM.
3. Faktor internal LKM berperan dalam menopang ekonomi pedesaan
4. Faktor eksternal berperan terhadap terjadinya dinamika dalam LKM

1.4

Definisi Konseptual
1. Pembangunan nasional, meliputi pengentasan kemiskinan, pengurangan
kesenjangan dan meningkatkan kesempatan kerja yang merupakan fokus
utama dari agenda pembangunan di Indonesia.
2. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, memvitalkan kembali pertanian dan
pedesaan dalam rangka menjalankan agenda pembangunan Indonesia.
3. Kelembagaan ekonomi, merupakan kelembagaan yang terbentuk berdasarkan
kebutuhan masyarkat dalam lingkup perekonomian
4. Lembaga keuangan, sebuah lembaga yang kegiatannya dibidang keuangan,
menaruh uang dari dan menyalurkannya ke masyarakat. Artinya kegiatan
yang dilakukan lembaga keuangan selalu berhubungan dengan bidang
keuangan

5. Lembaga keuangan formal, lembaga keuangan yang secara operasional diatur


dalam Undang-Undang perbankan dan disupervisi oleh bank sentral yang
disertai dengan aturan dan birokrasi sehingga sulit dijangkau oleh UKM
6. Lembaga keuangan mikro (LKM), lembaga informal yang belum memiliki
payung hukum dan bersifat fleksibel dan mudah dijangkau oleh UKM
7. Usaha Kecil dan Mikro (UKM), usaha yang dilakukan di kalangan masyarakat
golongan miskin dan bergerak di sektor informal
8. Koperasi Kerja Usaha Bersama (KKUB) Kramat Jaya adalah salah satu LKM
semi formal dalam bentuk koperasi simpan pinjam

1.5

Definisi Operasional
1. Bobot: nilai yang diberikan oleh informan berdasarkan tingkat kepentingan
relatif dari masing-masing informan
2. Rating: peringkat yang diberikan informan berdasarkan pandangan objektif
terhadap faktor internal dan faktor eksternal
3. Score adalah perkalian antara bobot dan rating
4. Faktor internal adalah merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada
untuk mencapai tujuan organisasi
5. Faktor eksternal adalah kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul
dari luar berupa peluang dan ancaman, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja
organisasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Subjek tineliti dalam penelitian ini didekati melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Penggunaan kedua pendekatan ini terkait dengan aspek spesifik dalam
fokus subjek yang hendak dikaji. Pendekatan kualitatif digunakan karena dianggap
mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu
peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini berupa perkembangan dan dinamika
LKM yang ditempatkan dalam konteks pembangunan ekonomi pedesaan khususnya
pada proses pengembangan UKM dan penyerapan tenaga kerja pedesaan. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengetahui kondisi permasalahan penelitian yang
didasarkan pada pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan
penafsiran peneliti atas fakta kajian6. Data yang dihasilkan melalui pendekatan ini
merupakan hasil pengamatan dari kegiatan penelitian terhadap LKM terkait. Data
tambahan yang berkaitan dengan topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen
yang relevan dengan fokus penelitian.
Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan semua data dan informasi
yang terkait dengan gambaran umum Desa Pabuaran, potensi ekonomi Desa
Pabuaran, dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya untuk bisa melihat
perkembangannya. Pemanfaatannya diarahkan untuk memperkaya substansi temuan
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data
deskriptif yang bersumber dari kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku
manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, 1984 dalam Sitorus, 1998).

pendekatan kualitatif maupun untuk memperkuat basis teoritis kajian. Data yang
diperoleh secara kualitatif di lapangan akan dikuantifikasi dengan alat analisis yang
digunakan yaitu SWOT menjadi faktor eksternal (faktor di luar sistem) dan faktor
internal (faktor di dalam sistem) yang dijabarkan dalam bentuk kuesioner dan
kuesioner akan diuji pada responden ahli sehingga hasil perhitungan yang diperoleh
merupakan hasil yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di lokasi Koperasi Kelompok Usaha Bersama (KKUB)

Kramat Jaya, yang berada di Jalan Raya Pabuaran kampung Kramat Rt 03 Rw 04,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Lokasi ini diambil karena peneliti telah
mengetahui kondisi dan mengenal KKUB Kramat Jaya dengan baik dan letaknya
dapat dijangkau oleh peneliti. Selain itu KKUB Kramat Jaya dinilai ideal untuk
dijadikan objek penelitian karena mengepalai 13 UKM yang bergerak di Desa
Pabuaran yang berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian lokal Desa
Pabuaran, khususnya RW 04. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Tahap pertama yaitu
pengumpulan literatur. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian. Tahap
ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian penelitian. Sedangkan penelitian
tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft penelitian.

3.2

Teknik Pengumpulan Data


Data kualitatif yang dihasilkan selama penelitian ini dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kategori, yaitu:


a. Data hasil pengamatan: tulisan dalam bentuk deskripsi mengenai situasi,
kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara
langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang, saat
penulis melakukan pengamatan, data hasil pembicaraan berupa kutipan
langsung dari pernyataan responden yang menjadi tineliti dalam penelitian ini,
mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka
dalam kesempatan wawancara dengan peneliti maupun saat melakukan
kelompok diskusi terarah.
b. Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang berkaitan
dengan keberadaan UKM dan LKM yang dikeluarkan oleh badan-badan
resmi.
Data primer dikumpulkan dari kepala UKM meliputi karakteristik individu,
jenis usaha dan persepsinya terhadap LKM sedangkan dari pengurus LKM terkait
dengan profil pengorganisasian yaitu pengkategorian LKM, historis pembentukan,
dimensi organisasi LKM, pengembangan skema perkreditan, dan unsur-unsur
keberlanjutannya. Pengumpulan data dilakukan melalui kombinasi pendekatan
wawancara individual (indepth interview) telaah mendalam dilakukan kepada
pengelola KKUB dan aparat pemerintahan Kecamatan Kemang dan Desa Pabuaran
serta dilakukan juga diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data yang
diberikan kepada pengelola KKUB dan UKM. Data sekunder dikumpulkan dari
berbagai sumber kepustakaan dan pelaporan yang terkait dengan KKUB Kramat Jaya.
Data sekunder yang digunakan meliputi data monografi Kecamatan Kemang, data

monografi Desa Pabuaran, Program Jangka Menengah Badan Keswadayaan


Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa dan Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya.
Tabel 3. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
no

Tujuan Penelitian

Gambaran umum
desa Pabuaran, peta
ekonomi, dan
sejarah
terbentuknya
KKUB Kramat
Jaya

Gambaran Umum Desa


Pabuaran
Sejarah terbentuknya KKUB
Kramat Jaya

Sekunder:

Mengetahui
Peranan LKM di
desa Pabuaran

Kinerja LKM bagi desa


Pabuaran dalam bidang
ekonomi
Kinerja LKM bagi desa
Pabuaran dalam bidang sosial

Primer:
Indepth
Interview
Sekunder

Faktor internal dan faktor


eksternal

Primer: FGD,
indepth
interview

3.3

Strategi
pengembangan

Aspek Kajian

Data
Jenis
Primer:
Wawancara,
Observasi

Sumber
Aparat pemerintah
Kecamatan Kemang, Desa
Pabuaran
Data monografi,
kependudukan, laporan
Tahunan KKUB Kramat
Jaya
Pengelola KKUB Kramat
Jaya, UKM, Aparat desa
Laporan Tahunan KKUB
Kramat Jaya
Pengelola KKUB Kramat
Jaya, UKM, dan Aparat
Pemerintah Kecamatan
Kemang dan Desa Pabuaran

Teknik Analisis Data

Analisis SWOT
Metode SWOT adalah salah satu alat identifikasi berbagai variabel secara
sistematis yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength)

dan

peluang

(Opportunities)

namun

secara

bersamaan

dapat

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Penelitian ini


menggunakan data primer yang didapat dengan menggunakan data kualitatif yang
diolah menjadi beberapa anak faktor. Olahan analisis SWOT melibatkan beberapa
stakeholders yang terlibat dalam KKUB Kramat Jaya. Analisis berdasarkan posisi
koordinat SWOT dari matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) dan
matriks EFAS (External Factors Analysis Summary). Matriks SWOT memiliki empat

kuadran berdasarkan pembagian S-W-O-T yang merupakan empat set kemungkinan


strategi, setelah koordinat SWOT diketahui kemudian akan dikelompokkan
berdasarkan tipologi strategi untuk memperoleh arahan kebijakan yang tepat dalam
pengembangan LKM, khususnya LKM di lokasi penelitian.
Secara umum dikatakan kekuatan, apabila kondisi internal tersebut menjadi
pendorong keberhasilan sistem dan kelemahan apabila kondisi internal tersebut
menjadi hambatan bagi sistem. Sedangkan peluang, apabila kondisi eksternal menjadi
pendorong keberhasilan sistem dan ancaman, apabila kondisi eksternal menjadi
hambatan keberhasilan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti meminta pendapat dari
pandangan objektif Sekretaris Bidang Ekonomi Kecamatan Kemang, Sekretaris
Camat, Sekretaris Bidang Perekonomian Desa Pabuaran, dan pengurus inti dari
KKUB Kramat Jaya guna menelusuri S-W-O-T dari KKUB
Tujuan:

Keberhasilan dan Kelanjutan


Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro

Level 1:

Level 2:

Variabel Internal

Kekuatan

Kelemahan

Variabel eksternal

Peluang

Sumber: Rangkuti, 2005

Gambar 4. Alur Analis SWOT

Ancaman

Jika bobot dan rating telah ditentukan, maka data-data tersebut dapat diolah
menjadi arahan strategi pengembangan LKM dengan menggunakan analisis SWOT.
Matriks SWOT merupakan matching tools yang penting untuk membantu LKM
dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:
1. SO Strategies : dimana kekuatan internal sistem digunakan untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar sistem
2. WO Strategies : bertujuan untuk memperkecil kelemahan internal sistem
dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal
3. ST Strategies : dimana sistem berusaha agar mampu menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal
4. WT Strategies : merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan-kelembahan internal dan menghindari dari ancamanancaman lingkungan

BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Pabuaran merupakan satu dari sembilan desa yang tergabung dalam

Kecamatan Kemang. Berdasarkan data Sensus daerah, 2007 jumlah penduduk bekerja
tergambar dalam gambar dibawah ini.
(

"% 5
%)
"

6 &

, 6

"
"

&

"
1
Sumber : Laporan Sensus Daerah Kecamatan Kemang, 2007 (diolah)

Gambar 5. Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan Utama


Berdasarkan Gambar 5. Jumlah penduduk Desa Pabuaran mayoritas bekerja di
sektro informal sebagai peternak dan buruh, padahal berdasarkan kajian yang
ditemukan di lapangan7, Desa Pabuaran memiliki potensi dalam pengembangan usaha
mikro dengan basis pengrajin sepatu yang merupakan warga asli Desa Pabuaran
namun hal tersebut tidak tercantum pada sensus data jumlah penduduk menurut
pekerjaan oleh pihak Kecamatan Kemang. Perbedaan data ini didapat dari dua

"

'/

'

institusi, gambar diatas diperoleh dari laporan tahunan Kecamatan Kemang dan data
monografi Desa Pabuaran.

Desa Pabuaran, RW 04
(Lokasi Penelitian)

Sumber : BKM Mitra Sejahtera, PNPM-MP 2008

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian


4.2

Letak dan Keadaan Alam


Desa Pabuaran merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Kemang

Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 378 hektar, dengan ketinggian 300 meter
diatas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut ;
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pondok Udik
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kemang
Sebelah selatan berbatasan dengan PTP Perkebunan Sawit Cimulang

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Candali, dan barat laut Desa Tegal.
Jarak dari kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Ibu Kota
Negara adalah sebagai berikut ;
Dari Kantor Desa ke Kecamatan

: 3,5 kilometer

Dari Kantor Desa ke Kabupaten

: 18 kilometer

Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Propinsi

: 140 kilometer

Dari Kantor Desa ke Ibu Kota Negara

: 60 kilometer

Peruntukan penggunaan lahan di Desa Pabuaran sebagian besar digunakan


sebagai perumahan pemukiman perumahan dan selanjutnya diperuntukkan untuk
menopang perekonomian masyarakat Desa Pabuaran yaitu areal persawahan dan
lading, peruntukkan lahan di Desa Pabuaran seperti daerah perdesaan pada umumnya
yang terdiri dari tempat tinggal dan tempat usaha mereka, untuk bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya dari ladannya.
5 &
"
"

&&

" &/
" '

'

1
5 6
.

7 '
" '

&'

Sumber: Data Monografi Desa Pabuaran 2008 (diolah)

Gambar 7. Peruntukkan Lahan Desa Pabuaran

Selain pemukiman dan sawah, lahan di Desa Pabuaran juga diperuntukkan


untuk sarana dan prasarana penunjang kehidupan Desa Pabuaran antara lain berupa
jalan sebagai sarana penunjang transportasi yang membuka mobilitas sosial warga
Desa Pabuaran, sarana peribadatan yang terdiri dari 8 masjid, enam belas mushola
karena mayoritas penduduknya beragama Islam dan 2 bangunan gereja. Selain itu
Desa Pabuaran memililiki areal pemakaman seluas 8 hektar yang diperuntukkan
untuk tanah pemakaman keluarga, serta fasilitas perkantoran pemerintahn desa dan
fasilitas

pendidikan

sekolah

dasar/sederajat

sampai

sekolah

menengah

pertama/sederajat.

4.3

Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pabuaran sampai dengan akhir bulan November 2008

yang tercatat dalam Sensus Daerah Kecamatan Kemang tercatat sebanyak 9.963 jiwa,
yang terdiri dari jumlah 2.556 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk dewasa lakilaki dan perempuan sebanyak 8.445 jiwa dengan rincian, laki-laki sebanyak 3.822
jiwa dan perempuan sebanyak 4.623 jiwa, yang terbagi atas usia produktif dan usia
non-produktif. Dari segi besarannya, jumlah penduduk usia produktif lebih banyak
daripada penduduk usia non-produktif, namun hal ini disayangkan oleh Kepala Desa
Pabuaran (Bpk. Endih Supandih, S. Sos) yang mengatakan:
Disini, anak-anak muda nya banyak yang menjadi pengangguran. Hidup
mereka masih bergantung dengan orang tua masing-masing. Padahal bidang

pertanian Desa Pabuaran masih banyak membutuhkan tenaga kerja, maklum


lah anak muda zaman sekarang.
Berdasarkan data monografi Kecamatan Kemang diperoleh gambaran mengenai
struktur kependudukan yang terdapat di Desa Pabuaran sebagai berikut
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8

"

'!

. &8. &

8
8
8

Sumber: Profil Desa Tahun 2008

Gambar 8. Piramida Penduduk Desa Pabuaran, Tahun 2008


Berdasarkan Statistik Indonesia 8, gambaran mengenai struktur penduduk di
Desa Pabuaran yang dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Umur 0-14 tahun dinamakan usia muda/belum produktif
2. Umur 15-64 tahun dinamakan usia dewasa/kerja/usia produktif
3. Umur 65 keatas dinamakan usia tua/tidak produktif
Hal ini berkaitan dengan analisis beban ketergantungan (dependency ratio) yang
diperoleh dengan cara membagi jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah usia

Diakses melalui http://www.datastatistik-indonesia.com pada tanggal 13 Agustus 2009

non-produktif. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tingkat


ketergantungan penduduk Desa Pabuaran tergolong rendah (<1) yaitu sebesar 0,41.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja lebih banyak daripada
jumlah penduduk yang bukan usia kerja. Berdasarkan komposisi penduduk menurut
jenis kelamin didasarkan atas pria dan wanita, terlihat bahwa komposisi jenis kelamin
wanita pada usia subur (15-44) tahun lebih dominan, maka tingkat kelahiran akan
tinggi, selain itu terjadi penurunan jumlah angka kelahiran pada usia (0-4) tahun bila
dibandingkan dengan usia diatasnya, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
warga Desa Paburan sudah sadar akan program KB.

4.4. Transportasi
Jalan merupakan prasarana perhubungan yang penting untuk memperlancar dan
mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan
menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas
penduduk dan memperlancar lalu lintas produk dari Desa Pabuaran menuju daerah
perkotaan yang membuka akses pertukaran hasil olahan sumber daya alam perdesaan
dengan kebutuhan pokok yang disediakan oleh daerah perkotaan. Jaringan jalan di
Desa Pabuaran merupakan jalan lingkar yang menghubungkan tiga Kecamatan, yaitu
Kecamatan Kemang, Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Ciampea dengan
panjang jalan sepanjang 15 kilometer. Selain jaringan jalan lingkar, terdapat pula
jalan-jalan setapak pada daerah pemukiman dan juga disertai dengan saluran irigasi
yang digunakan juga sebagai sumber mata air untuk kegiatan sehari-hari di Desa
Pabuaran. Sarana transportasi darat di Desa Pabuaran dalam hal ini angkutan umum

yang menghubungkan tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kemang, Kecamatan


Rancabungur dan Kecamatan Ciampea dengan nomor trayek 12. Adanya jalan
transportasi yang menghubungkan tiga kecamatan ini, berdamapak pada ekonomi
warga dan gaya hidup warga Desa Pabuaran. Pada sektor ekonomi, membuat warga
desa sekarang lebih memiliki akses untuk dapat berdagang ataupun wiraswasta dan
mempermudah arus pendistribusian barang. Terbukanya akses transportasi turut pula
mempengaruhi gaya hidup warga Desa Pabuaran yang sekarang agak kekotaan.
Selain itu, hal ini juga merupakan full factor terjadinya urbanisasi di Desa Pabuaran
karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan 2 kota yaitu Depok dan Bogor.
Terbukanya jalan ini juga membuka mobilitas sosial masyarakat Desa Pabuaran
dalam hal pendidikan, tidak sedikit warga yang lebih memilih bersekolah di luar Desa
Pabuaran karena fasilitas dan kualitas gurunya juga jauh lebih baik disbanding
dengan yang ada di Desa Pabuaran, umumnya warga yang mengenyam pendidikan di
luar desa setelah mereka lulus Sekolah Dasar/sederajat.
4.5

Kondisi Sosial

4.5.1. Pendidikan
Kondisi penduduk di Desa Pabuaran dilihat dari bidang pendidikan rata-rata
sudah mengenyam pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Jumlah penduduk yang tidak sekolah usia 7-12 tahun tercatat berjumlah 100 orang
(65 laki-laki dan 35 perempuan), dan yang tidak sekolah usia 13-15 tahun tercatat
berjumlah 118 orang (9 laki-laki dan 109 perempuan) sedangkan penduduk yang
tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar/sederajat berjumlah 348 orang. Hal ini

mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di Desa Pabuaran.

Untuk lebih

jelasnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pabuaran dapat dilihat
di bawah ini :

1'

Sumber : Profil Desa tahun 2008

Gambar 9. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2008

1.

Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pabuaran di antaranya Poliklinik,

Posyandu, praktek bidan, dan praktek dukun beranak (paraji). Sedangkan tenaga
kesehatan di Desa Pabuaran terdiri dari seorang dokter Puskesmas, seorang bidan
desa, tujuh orang dukun beranak dan 125 orang kader posyandu. Namun fasilitas
kesehatan di Desa Pabuaran kurang memadai untuk bisa melayani masyarakat dengan
baik. Banyaknya jumlah dukun beranak, terlihat bahwa masih banyak warga yang
belum sadar akan tingkat kesehatan, hal ini pun diakui oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Sabanda Sariksa Desa Pabuaran yang merupakan bentukan dari
Program Nasional Pengembangan Masyarakat (PNPM), yang dalam surveynya

menemukan banyak sekali masyakarat yang masih menggunakan jasa dukun beranak
dalam proses persalinan. Selain itu, masih banyak juga warga yang tidak memiliki
MCK (Mandi, Cuci, Kakus), mereka masih menggunakan aliran air sungai dalam
kesehariannya yang sudah tercemari oleh limbah yang dihasilkan manusia maupun
rumah tangga.
2.

Sarana dan Prasarana Rumah Tangga


Ketersediaan sarana dan prasarana septic tank (Jamban) di Desa Pabuaran

belum memadai, masyarakat di Desa ini masih banyak memakai sarana koya sebagai
tempat untuk buang air besar, penduduk masih banyak menggunakan pembuangan air
kotoran rumah tangga ke sembarang tempat dan seperi Koya yang dibiarkan terbuka
tanpa penutup. Masyarakat belum terlayani Air dari PAM dalam memenuhi
kebutuhan sanitasi, hanya sebagian masyarakat yang sudah mempunyai fasilitas
seperti MCK yang memadai. Ini menandakan bahwa kurangnya kepekaan didalam
masyarakat Desa Pabuaran mengenai kondisi kesehatan mereka, karena sarana dan
prasarana nya pun tidak mencukupi.
4.5.2. Kondisi Perekonomian Desa Pabuaran
1.

Penduduk Bekerja
Kondisi perekonomian di Desa Pabuaran jika dilihat dari kondisi ekologisnya,

maka jenis kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas sektor pertanian yang meliputi
areal persawahan dan perikanan (tambak) karena dari segi besarannya areal
persawahan dan tambak masih mendominasi Desa Pabuaran, selain itu diurutan kedua
adalah sektor perdagangan, kemudian bidang industri rumah tangga yang bergerak

dalam usaha pengrajin sepatu, tas dan maupun berupa makanan (roti), buruh dan
karyawan. Untuk lebih jelasnya jumlah sektor perekonomian dan jenis mata
pencaharian penduduk Desa Pabuaran dapat dili
dilihat di bawah ini

5 &

(
(

Sumber : Profil Desa tahun 2008 (diolah)

Gambar 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa Pabuaran berpotensi cukup besar dalam bidang pertanian karena masih
banyak terdapat sawah dan tambak perikanan, selai
selain
n itu saluran irigasi masih berjalan
dengan baik, namun buruh menempati posisi teratas di Desa Pabuaran, hal ini
mengindikasikan bahwa lahan pertanian yang masih banyak di Desa Pabuaran
bukanlah milik warga Desa Pabuaran, melainkan milik orang luar yang
mempekerjakan
mpekerjakan warga lokal sebagai buruh. Setelah itu disusul dengan wiraswasta
kemudian disusul dengan pegawai yang banyak bekerja di pabrik yang terdapat di
Desa Pabuaran. Sisanya bergerak di sektor jasa, pedagang dan pengrajin. Banyak

penduduk yang berwiraswasta dan berdagang, karena sudah terbukanya akses jalan
transportasi di Kecamatan Kemang yang bisa langsung menghubungkan jalan
kecamatan dengan jalan kota Bogor sehingga mempermudah akses bagi para warga
untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Pengrajin di Desa Pabuaran
memiliki potensi sendiri dalam mengembangkan sektor usaha mikro khususnya di
RW 04, hal ini disampaikan oleh Sekbid perekonomian Kecamatan Kemang. Beliau
mengatakan:
mereka adalah kelompok usaha yang mandiri dan masih perlu dibina
sehingga dapat lebih berkembang dari sekarang dan mampu menyerap
tenaga kerja lebih banyak lagi.
2.

Penduduk yang Tidak Bekerja


Jumlah Penduduk yang belum memiliki pekerjaan atau tidak bekerja di Desa

Pabuaran juga memprihatinkan hal ini terlihat pada gambar dibawah ini
5
5
5
9 9# $ )
# )".: 9 ) ))
5. 9
5. "
5#

Sumber: Bappeda, 2007 (diolah)

Gambar 11. Jumlah Penduduk yang Belum/Tidak Bekerja


Gambaran diatas memperlihatkan bahwa mayoritas utama yang belum bekerja adalah
lulusan SD/Sederajat sebanyak 2.209 orang dan disusul lulusan SLTP/Sederajat 1.340
orang dan sisanya terlihat pada gambar diatas. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi

pendidikan di Desa Pabuaran yang mayoritas tidak lulus SD/Sederajat, sehingga


akses peluang kerjanya pun kecil.

BAB V
PERANAN KELOMPOK KERJA USAHA BERSAMA KRAMAT JAYA
DALAM MENOPANG EKONOMI PEDESAAN
5.1

Dinamika KKUB Kramat Jaya


Koperasi melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi yaitu

keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis,


pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota, pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal
dan kemandirian. Berdasarkan prinsip ini, dapat dilihat bahwa koperasi menjunjung
tinggi kekeluargaan dalam keanggotaannya.
Koperasi mempunyai fungsi dan peran yaitu sebagai berikut: (1) membangun
dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya; (2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan anggota dan masyarakat; (3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai
dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian masional dengan koperasi sebagai
sokogurunya; (4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi untk menyelenggarakan maksudnya tersebut (mensejahterakan
anggotanya) maka koperasi menyelenggarakan gerakan usaha.
Gerakan usaha pada koperasi Kramat Jaya mempunyai banyak macamnya dari
adanya unit kecil dan menengah (UKM) pembuat roti dan pengrajin sepatu yang

merupakan UKM terbanyak dijalankan oleh anggota koperasi Kramat Jaya. Sehingga
anggota koperasi Kramat Jaya terdiri dari pemilik UKM-UKM tersebut. Jenis
koperasi Kramat Jaya adalah koperasi kelompok usaha bersama (KKUB). Koperasi
yang merupakan Koperasi Simpan Pinjam yang diperuntukkan untuk pengembangan
usaha kecil yang bergerak di kerajinan tangan. Koperasi Kelompok Usaha Bersama
(KKUB) Kramat Jaya terbentuk pada tanggal 10 Juli 1999. KKUB Kramat Jaya
disahkan oleh Kepala Kantor Departemen Koperasi Penguasaha Kecil dan Menengah
Kabupaten Bogor, dengan nomor 417/BH/KDK.105/VII/1999. Sejumlah 20 (dua
puluh) orang pendiri awal KKUB Kramat Jaya (data terlampir). KKUB Kramat jaya
berdiri sejak tahun 1990 dalam bentuk badan hukum yang berlokasi di Kampung
Kramat, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Koperasi ini berdiri atas azas
kekeluargaan dan bertujuan untuk bisa mensejahterakan para anggota keluarganya.
Koperasi ini terdiri dari sekelompok pengrajin sepatu dan produsen roti. Fokus usaha
mereka bergerak dalam sektor industri rumah tangga dan pegawai yang mereka
pekerjakan berasal dari lingkungan sekitar yaitu Desa Pabuaran agar bisa
memberdayakan masyarakat sekitar.
KKUB Kramat Jaya mengalami mati suri selama beberapa tahun, sampai
akhirnya kembali mulai aktif pada awal tahun 2007. Keadaan mati suri ini ditandai
dengan tidak adanya aktifitas di KKUB Kramat Jaya, sehingga selama beberapa
tahun, tidak ada kejelasan mengenai kepengurusan dan anggotanya.
Pada Tahun 2007, KKUB Kramat Jaya dihidupkan kembali oleh Bapak Endam
Rusadi, Bapak Ajiz, dan Bapak Yusuf melalui perantara Sekretaris Bidang Ekonomi
di Kecamatan Kemang yang melihat adanya potensi pengrajin sepatu dan pabrik roti

di Desa Pabuaran yang kemudian melalui Dinas Koperasi yang sekarang bergabung
dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi membentuk pengurusan baru
dalam KKUB Kramat Jaya. Setelah terbentuknya kepengurusan baru, KKUB Kramat
Jaya menerima bantuan dana dari Kementrian Negara dan UKM, yang datang
langsung ke Desa Pabuaran, karena mengetahui di daerah tersebut memiliki koperasi
yang beranggotakan pengusaha sepatu dan roti.
KKUB Kramat Jaya mendapatkan bantuan dari Kementerian Negara dan UKM
sebesar Rp. 200.000.000,00. Bantuan modal dari Kementerian Negara tersebut
disalurkan kepada anggota koperasi dengan kriteria dan syarat yang telah ditetapkan
oleh anggota, yang selanjutnya di monitoring dan evaluasi oleh Badan Pengawas
Daerah (BAWASDA), dan dinas terkait.
Modal yang diberikan kepada anggota diberikan dalam bentuk alat dan mesin
guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang mereka hasilkan. Setelah
adanya peningkatan modal, terjadi peningkatan kualitas dari produk sepatu dari para
pengrajin, sehingga terjadi kerjasama dengan beberapa produsen sepatu besar, antara
lain Yongki Komaladi, IFA, dan Sophie Martin.
5.2

Struktur Kepengurusan KKUB Kramat Jaya


Berdasarkan rapat pembentukan koperasi yang diselenggarakan pada tanggal 25

April 1999, dengan penunjukan oleh pendiri selaku kuasa pendiri dan sekaligus untuk
pertama kalinya sebagai pengurus maka berikut adalah anggota KKUB Kramat Jaya
yang terpilih dan menyatakan dirinya bersedia untuk mendirikan koperasi serta

menandatangani Anggaran Dasar Koperasi, setelah mengalami pergantian formasi


dari pengurus inti maka didapat pengurus dengan rincian sebagai berikut:
Ketua

: Endam Damhuri

(Pengrajin)

Wakil Ketua

: Sarief

(Pengrajin)

Sekretaris

: Abdul Aziz Safaruddin

(Wiraswasta)

Bendahara

: Junaedi

(Pengrajin)

Kepengurusan KKUB Kramat Jaya, dalam perjalannya berorganisasi mengalami


revitalisasi kelembagaan dengan tujuan untuk kembali mengoptimalkan pos-pos
peran yang kosong agar berjalan ke arah tujuan awal yang tercantum dalam AD-ART,
yaitu sebagai sebagai lembaga ekonomi dan sosial yang dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi anggota, masyarakat sekitar, ekonomi lokal (pedesaan)
sampai ke ekonomi nasional.
5.3

Anggaran Dasar KKUB Kramat Jaya


Anggaran dasar KKUB Kramat Jaya terdiri dari 20 Bab dan 51 Pasal. Bab-bab

yang terdapat pada anggaran dasar adalah terdiri dari mengenai aturan-aturan formal
yang mengatur berjalannya kegiatan di KKUB Kramat Jaya. Bab II menjelaskan
mengenai landasan, azaz dan prinsip yang mengatur tentang koperasi di Indonesia
yang tertuang dalam UUD 1945. Dalam AD-ART juga dijelaskan mengenai fungsi
dan peran dari KKUB Kramat Jaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota secara khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) secara
umum serta perekonomian nasional dengan cara membentuk unit kerja/usaha yang
otonom. Bab-Bab selanjutnya menjelaskan mengenai tata aturan yang ada dalam

KKUB Kramat Jaya, seperti penggunaan tanda pengenal, Rapat Anggota Tahunan,
penambahan anggota baru, pembagian Sisa hasil Usaha yang merupakan pendapatan
KKUB Kramat Jaya yang diperoleh selam satu tahun dikurangi dengan berbagai
macam biaya penyusutan, administrasi dan kewajiban, selanjutnya AD-ART
terlampir.
5.4

UKM sebagai Roda Perekonomian KKUB Kramat Jaya

5.4.1 Profil UKM


KKUB Kramat Jaya dalam kegiatan usahanya memiliki unit kerja/usaha seperti
yang tertuang dalam AD-ART. Unit kerja/usaha ini berupa Usaha Kecil dan
Menengah (UKM), dimana semua ketua UKM merupakan anggota dari KKUB
Kramat jaya. UKM dinilai sangat potensial dan sesuai dengan karakter daerah
pedesaan, dimana

modal usaha yang berputar tidak terlalu besar dan mampu

menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat meningkatkan perekonomian


tenaga kerja yang bergabung dalam UKM. Sebagian besar UKM bergerak di bidang
pengrajin sepatu dan sisanya memproduksi roti. Profil UKM yang disajikan peneliti
berupa banyaknya tenaga yang terserap dan nama/merk dagang dari UKM yang
tergabung dalam KKUB Kramat Jaya, Profil selengkapnya dapat dilihat dalam Grafik
8.

Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)

Gambar 12. Profil UKM KKUB Kramat Jaya, Tahun 2009


UKM yang menjadi unit usaha dalam KKUB Kramat Jaya berhasil
memperkerjakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja. Dari 14 UKM yang tergabung
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 157 orang dimana semua tenaga kerja
tersebut adalah warga Desa Pabuaran yang sebagian besar berada dalam usia
produktif (15-64 tahun). Hal ini sejalan dengan tujuan awal KKUB Kramat Jaya yang
mendirikan unit usaha ini agar bisa meningkatkan kesejahteraan anggota secara
khusus dan perekonomian rakyat (lokal/daerah setempat) dan membuka lapangan
kerja bagi masyarakat Desa Pabuaran, walaupun banyak pihak yang mengeluhkan
kekurangan lapangan pekerjaan namun hal ini tidak bagi warga Desa Pabuaran yang
tergabung dalam UKM-UKM tersebut. Umumnya setiap UKM menggunakan lahan
rumah mereka menjadi bengkel atau tempat produksi produk sepatu dan roti yang
dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang cukup memadai.

Suasana bengkel UKM KKUB Kramat Jaya


Gambar 13. Kegiatan di Bengkel UKM KKUB Kramat Jaya
Berdasarkan Pedoman Penilaian Koperasi yang sesuai dengan Peraturan
Kementrian Negara Koperasi dan UKM rasio peningkatan jumlah anggota mendapat
nilai 100 dan mendapat predikat berprestasi. Hal ini menandakan adanya peningkatan
jumlah anggota KKUB Kramat Jaya >10 persen dalam 1 tahun.
5.4.2 Tenaga Kerja
Berdasarkan definisi BPS yang berbicara mengenai kuantitas tenaga kerja,
UKM yang tergabung di KKUB Kramat Jaya terbagi dalam dua kelompok yaitu
usaha kecil (lima sampai dengan 19 orang) dan usaha menengah (20 sampai dengan
99 orang).

(
;& 0 8
4
0 8
(

Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008 (diolah)

Gambar 14. Klasifikasi Entitas Usaha UKM KKUB Kramat Jaya


Terdapat 85,72 persen UKM di KKUB Kramat Jaya yang termasuk usaha kecil yang
memiliki kuantitas tenaga kerja sebanyak lima sampai dengan 19 orang (12 UKM
dari 14 UKM yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya) dan 14,28 persen usaha
menengah yang memiliki kuantitas tenaga kerja sebanyak 20 sampai dengan 99 orang
(dua dari 14 UKM yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya). Terbentuknya UKM
dalam KKUB Kramat Jaya menjadikan ponit penting dimana KKUB Kramat Jaya
berperan dalam menciptakan tenaga kerja dengan memberdayakan potensi
masyarakat Desa Pabuaran.

5.4.3 Kapasitas Produksi


UKM yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya per bulan mampu
memproduksi 1.000 kodi sepatu dan 100.000 buah roti dengan kapisitas produksi
yang dimiliki oleh UKM, maka UKM dirasa mampu menghidupi dan mencukupi
kebutuhan hidup tenaga kerja yang tergabung di dalamnya. Hal ini merupakan
dampak positif yang dirasakan oleh warga Desa Pabuaran yang mayoritas
menggantungkan hidupnya pada usaha mikro ini.

Gambar 15. Produk UKM Sepatu KKUB Kramat Jaya


Produk yang dihasilkan UKM-UKM ini dilepas ke pasaran secara grosir, untuk
sepatu banyak merek terkenal yang menggunakan jasa UKM-UKM di KKUB Kramat
Jaya diantaranya Sophie Martin, Yongkie Komaladi, IFA, Fladeo dan merek-merek
lain yang banyak dijumpai di pasaran sedangkan untuk roti banyaknya produk ini
dilepas ke warung-warung maupun rumah makan.

1'

Sumber: Laporan Tahunan KKUB Kramat Jaya, 2008

&0!

Gambar 16. Kapasitas Produksi UKM KKUB Kramat Jaya


5.4.4 Modal
Modal yang bergulir dalam KKUB Kramat Jaya berasal dari Kementrian
Negara, Koperasi dan UKM berupa suntikan modal sebesar Rp. 200.000.000,00 dan
modal yang berasal dari iuran anggota. Suntikan modal yang berasal dari Kementrian
Negara, Koperasi dan UKM ini dimanfaatkan untuk mengembangkan produktivitas
dari UKM yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya, yang nantinya bisa
mendongkrak perekonomian Desa Pabuaran. Bantuan modal dari Kementerian
Negara tersebut disalurkan kepada anggota koperasi dengan kriteria dan syarat yang
telah ditetapkan oleh anggota. Modal yang diberikan kepada anggota diberikan dalam
bentuk alat, mesin dan pinjaman modal guna meningkatkan kualitas dan kuantitas
dari produk yang mereka hasilkan. Setelah adanya peningkatan modal, terjadi
peningkatan kualitas dari produk sepatu dari para pengrajin, sehingga terjadi
kerjasama dengan beberapa produsen sepatu besar, antara lain Yongki Komaladi,
IFA, dan Sophie Martin. Keterangan mengenai penyaluran modal dapat dilihat pada
lampiran. Rata-rata besarnya kredit yang diperoleh oleh responden berkisar antara Rp
5.000.000 sampai Rp. 15.000.000 (data terlampir). Pinjaman ini dikenai bunga
sebesar enam persen pertahun nya. Pembayaran pinjaman dilakukan dengan cara
mencicil kredit dan bunganya setiap bulan ke KKUB Kramat Jaya, pengembalian
pinjaman setiap bulannya juga disertai pembayaran simpanan wajib bulanan.

5.5

Peranan KKUB dalam Perekonomian Pedesaan

5.5.1 Bidang Perekonomian


Berdirinya KKUB dipelopori oleh warga Desa Pabuaran dengan melihat adanya
potensi dari warga Desa Pabuaran terutama dalam hal kerajinan sepatu. Sejak
berdirinya, KKUB mengalami jatuh bangun dalam merintis organisasi sebagai
koperasi simpan pinjam. Tujuan berdirinya KKUB ini adalah untuk memajukan
anggota khususnya dan masyarakat umumnya dengan menyelenggarakan gerakan
usaha. Pelayanan terhadap anggota juga ikut tingkatkan dengan membentuk unit
usaha otonom seperti yang tertuang di AD-ART. Hampir dua tahun terakhir ini,
KKUB memaksimalkan perannya sebagai Koperasi Simpan Pinjam bagi UKM yang
terdapat di wilayah RW 04. KKUB cukup berperan dalam menopang sektor
perekonomian di Desa Pabuaran. Peranan KKUB antara lain sebagai berikut:
1. Membuka lapangan kerja baru dengan berdirinya unit usaha yaitu 14 UKM
yang bergabung dalam KKUB. Berdirinya 14 UKM ini mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 157 orang di 1 RW sebagai pengrajin dan mampu
menghidupi keluarga dari masing-masing pengrajin, per hari para pengrajin
akan diberi upah Rp. 5,000 per sepatu, normalnya per pengrajin mampu
memproduksi satu kodi sepatu (20 sepatu), berarti penghasilan pengrajin per
hari sebesar Rp. 100,000.
2. KKUB Kramat Jaya ini hadir untuk memberi kemudahan akses pemberian
modal berupa dana, alat, pelatihan bagi para pengrajin yang tergabung
menjadi anggota KKUB Kramat Jaya. Dalam jangka pendek, KKUB Kramat

Jaya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan permodalan pengrajin, dapat


menjadi pemasok bahan bagi pengrajin. Sementara dalam jangka panjang,
KKUB Kramat Jaya ini dapat memberikan orderan tetap bagi para
pengrajin, memperluas pasar, dan mampu menciptakan brand yang membumi
untuk para pencinta sepatu seperti Yongki Komaladi, Fladeo, Sophie Martin
yang selama ini menggunakan jasa pengrajin KKUB Kramat Jaya.

5.5.2 Bidang Sosial


Peranan KKUB dalam bidang sosial pun dirasakan oleh anggota maupun warga
sekitar, hal ini dirasakan sejak kembali dihidupkan nya KKUB Kramat Jaya dengan
berlandaskan azaz kekeluargaan dan kebersamaan sehingga adanya sense of
belonging yang dimiliki oleh setiap anggota didalamnya. Sehingga tidak ada rasa
persaingan maupun kecemburuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota
khususnya UKM yang tergabung, hal ini seperti yang diungkapkan Scott dalam
Marshus (1995) bahwa masyarakat pedesaan lebih mementingkan rasa kebersamaan
ketimbang persaingan. Hal ini juga dapat dirasakan oleh peneliti ketika berdiskusi
dengan dewan pengawas KKUB yang menyatakan, Sejak bergabung dalam KKUB
tidak ada rasa ketakutan ketika berkunjung ke bengkel masing-masing, karena kita
sudah seperti keluarga. Padahal sebelumnya jarang sekali ada kunjungan antar
pengrajin di Desa Pabuaran ini karena takut di contek model sepatunya, sekarang
sejak bergabung dalam KKUB kami sudah merasa seperti keluarga sendiri. Kalau
mau maju, yah bisa sama-sama. Selain mampu membangun rasa kebersamaan yang

dimiliki oleh setiap anggota, KKUB bersama dinas terkait melakukan pelatihanpelatihan untuk bisa lebih memberdayakan para pengrajin yang tergabung dengan
tujuan mampu bersaing dengan pengrajin sepatu dari pasar lokal. Pemberdayaan
pengrajin melalui KKUB Kramat Jaya dimaksudkan untuk membuka kesempatan
kerja yang mengarah pada peningkatan harkat dan martabat serta status ekonomi dan
sosial dari masyarakat pengrajin di Desa Pabuaran. Prioritas pemberdayaan bagi
pengrajin didasarkan karena pada umumnya jika mempunyai modal yang lebih besar
baik berupa pelatihan, teknologi maupun market yang lebih besar maka diharapkan
mampu juga meningkatkan kualitas ekonomi keluarga maka dalam jangka waktu
yang relatif dapat juga meningkatkan pendapatan asli daerah.

BAB VI
STRATEGI MENINGKATKAN EKSISTENSI KELOMPOK KERJA USAHA
BERSAMA KRAMAT JAYA
6.1

Faktor Internal KKUB Kramat Jaya

6.1.1 Kepengurusan KKUB Kramat Jaya


Struktur kepengurusan KKUB Kramat Jaya terdiri dari pengurus, pengelola,
bagian keuangan, unit usaha dan adminitrasi umum. Kepengurusan dalam KKUB
Kramat Jaya dapat dioptimalkan ketika ke enam peran diatas dimainkan secara baik
dan sesuai dengan aturan main yang ada di dalam KKUB Kramat Jaya sendiri,
sehingga dapat menciptakan sebuah lembaga yang terinternalisasi juga memiliki
legitimasi yang kuat dari dalam setiap anggotanya.
RAPAT
ANGGOTA
PENGURUS
PENGELOLA

BAGIAN
KEUANGAN

UNIT USAHA

ADMINISTRASI
UMUM

ANGGOTA
KOPERASI

Sumber: Laporan KKUB Kramat Jaya, 2008

Gambar 17. Struktur Organisasi KKUB Kramat Jaya

Pengelolaan KKUB Kramat Jaya masih bersifat konvensional karena rekuitmen


tidak didasarkan pada kualifikasi kapabilitas yang standar dan lebih mengandalkan
aspek ketokohan. Peneliti melihat adanya kekosongan dalam beberapa peran di
struktur organisasi, hanya ketua, sekretaris dan bendahara saja yang menjalankan
fungsi dan perannya. Hal ini mungkin saja terjadi dalam setiap bentuk organisasi ini
dikarenakan berbagai hal dan alasan. Namun untuk sebuah organisasi seperti KKUB,
sangat disayangkan ketika adanya kekosongan peran dalam sebuah struktur organisasi
karena pada prinsipnya dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas
dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas
dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban yang akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
6.1.2 Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berada di bawah KKUB Kramat Jaya,
merupakan kelompok usaha yang bekerja di bidang yang sama yaitu produksi sepatu
dan produksi roti. Dalam struktur kepengurusan, UKM termasuk dalam unit usaha
yang berguna untuk memutar modal dalam KKUB agar menjadi penghasilan dan
mampu memperlebar usaha yang dilakukan oleh KKUB dalam memutar roda
perekonomian sektor pedesaan. Namun, yang disayangkan dalam UKM di KKUB
Kramat Jaya ini, kurang adanya inovasi dan transfer ilmu sehingga banyak sekali
bengkel/workshop yang kekurangan pengrajin sepatu dan hal ini memperngaruhi
produksi sepatu.

6.2

Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya

6.2.1 Aparat Pemerintahan


Aparat pemerintahan Desa Pabuaran berada dalam faktor eksternal dikarenakan
sedikitnya peranan yang dimainkan dalam KKUB Kramat Jaya, selama ini
pemerintahan Desa Pabuaran hanya mengetahui sedikit mengenai aktivitas yang
dilakukan oleh KKUB Kramat Jaya, namun hal ini tetap tidak menumpulkan
dukungan penuh dari pemerintahan Desa Pabuaran demi berjalannya roda
perekonomian secara mikro di lokasi KKUB Kramat Jaya berada, karena hal ini
berdampak positif bagi warga setempat terutama dalam menciptakan lapangan kerja,
sejauh ini sudah ada 157 orang yang terserap dalam kegiatan ekonomi mikro di
KKUB Kramat Jaya. Hal ini tentunya akan berdampak lebih besar lagi jika
pemerintahan Desa Pabuaran dan KKUB Kramat Jaya dapat berkoordinasi dengan
baik sehingga dapat membentuk jaringan kerja terhadap stakeholders lainnnya
maupun kerjasama antar desa sehingga mampu menciptakan lapangan kerja baru dan
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yang pada akhirnya dapat menopang
perekonomian pedesaan.
6.2.2 Dinas Terkait
KKUB Kramat Jaya selama ini berhubungan dengan berbagai dinas terkait,
seperti Dinas Koperasi, Badan Pengawas, dan berbagai stakeholders lainnya yang
membuka peluang bagi KKUB dalam menyebarluaskan produk dari KKUB dan juga
banyak mendapat pelatihan-pelatihan demi memperkuat potensi yang ada, baik
berupa soft skill maupun hard skill dari dinas-dinas terkait.

6.2.3 Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 menentukan kriteria usaha menjadi
usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan jumlah uang dan
penjualan bersih yang dilakukan oleh usaha tersebut, namun sampai sekarang belum
ada payung hukum yang jelas mengatur jalannya sebuah LKM, sampai saat ini proses
tersebut masih bergulir dalam RUU mengenai Lembaga Keuangan Mikro. Jika LKM
sudah memiliki payung hukum, maka akan membuat akses masyarakat kecil terhadap
lembaga keuangan semakin membaik, karena potensi pembiayaan lembaga keuangan
mikro sangatlah besar. Pembiayaan sektor perbankan secara formal 40 persen sisanya
masuk ke pembiayan sektor informal.
6.3

Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman KKUB Kramat


Jaya

(1). Kekuatan (Strengths)


Prosedur dan Mekanisme yang Fleksibel
Keuangan mikro hidup dan berkembang karena melayani rakyat yang
terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada, karena keuangan mikro
memiliki karakteristik yang khas sesuai dengan masyarakat miskin. Sehubungan
dengan pemanfaatan jasa pengrajin di Desa Pabuaran yang mayoritas roda
perekonomiannya berputar di zona ekonomi mikro, maka sebagai prosedur dan
mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu fleksibel dan
kontekstual.

Trust
KKUB terbangun diatas azaz kekeluargaan dan kebersamaan yang telah
mengakar di dalam kepengurusan, UKM maupun ke pihak luar baik ke konsumen
maupun dan pihak terkait lainnya. Hal ini merupakan nilai tambah bagi KKUB dan
unsur didalamnya, sehingga dapat bukan hanya sekedar nilai ekonomis nya saja yang
terpenuhi tetapi ada juga jalinan sosial di dalamnya.
Keahlian Pengrajin
KKUB Kramat Jaya ada sebagai penjelmaan dari perkumpulan pengrajin di
Desa Pabuaran yang memiliki potensi yang tidak kalah bersaing dengan para
pengrajin lainnya, sehingga dengan keahlian yang mereka miliki sebagai pengrajin
sepatu mampu menciptakan produk dan dapat bersaing dengan pasaran luas.
Produksi Komoditas
Produk yang dihasilkan oleh KKUB merupakan produk yang berkualitas dan
banyak dikonsumsi oleh banyak orang, baik berupa makanan (roti) maupun
sepatunya. Melalui produk yang dimilikinya, KKUB dapat bersaing di pasaran
dengan harga dan kualitas yang meyakinkan.
(2) Kelemahan (Weakness)
Keterbatasan Sumber Dana
Bagi LKM dalam hal ini KKUB Kramat Jaya dana merupakan instrumen yang
sangat penting, bukan saja untuk membiayai seluruh aktivitasnya, tetapi jua menjadi
komoditas utama sebagai lembaga simpan pinjam sehingga mampu memberikan
pinjaman kepada UKM. Selama ini KKUB Kramat Jaya mempunyai dua sumber

dana utama, yaitu berupa modal dan dana masyarakat yang jumlahnya terbatas.
KKUB Kramat Jaya mendapat bantuan dari Kementrian Negara dan UKM. Besarnya
modal yang diterima masih belum mampu memenuhi kebutuhan UKM-UKM sepatu
yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya, sehingga modal yang didapat harus
dibagi kepada semua UKM yang tergabung sebagai anggota KKUB Kramat Jaya.
Manajemen yang Belum Efektif
Pengaturan dan berbagi peran dalam menjalankan fungsinya sangat penting
dalam sebuah organisasi seperti KKUB Kramat Jaya. Lemahnya manajemen KKUB
Kramat Jaya membuat pengelolaan modal dan sistem pemasarannya belum tertata
dengan baik. Hal ini juga dikarenakan kurangnya berperannya fungsi-fungsi
struktural yang tercantum dalam struktur organisasi KKUB Kramat Jaya.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan jalur utama dalam perputaran ekonomi mikro
dalam unit usaha KKUB Kramat Jaya, dalam proses produksi ini banyak unsur yang
terlibat. Mulai dari alat, bahan dan tenaga kerja yang memproduksi, proses produksi
bisa menjadi kelemahan dalam KKUB Kramat Jaya, jika tidak memadainya alat,
bahan, dan tenaga kerja.
(3) Peluang (Opportunities)
Banyaknya Sumber Dana dari Luar
Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, KKUB Kramat Jaya memerlukan peranan
aktif dari pemerintahan, dinas terkait maupun lembaga keuangan lainnya termasuk
formal maupun informal guna memberikan dana alternatif selain dana dari koperasi.

hal ini bisa menjadi peluang bagi KKUB untuk dapat mengakses dana dari Bank
pemerintah, Bank umum, maupun Lembaga Simpan Pinjam lainnya.

Banyaknya UKM yang berpotensi dalam melakukan kerja sama


Permintaan suntikan modal bagi Desa Pabuaran, khususnya pengrajin sepatu belum
sepenuhnya dapat dijangkau oleh Lembaga Keuangan Formal. Hal ini dikarenakan
sulitnya birokrasi keuangan yang ada di lembaga formal ini, maka ini KKUB Kramat
Jaya hadir untuk dapat memenuhi kebutuhan pengrajin sepatu dan menyalurkan
kreditnya dengan sifatnya yang fleksibel.

Pemasaran Produk yang Luas


Sepatu merupakan komoditas utama yang dihasilkan oleh KKUB Kramat Jaya
dan banyak juga memiliki konsumen dari berbagai kalangan, disamping perannya
sebagai lembaga penyedia kredit dan pemasok bahan bagi pengrajin di Desa
Pabuaran, produk yang dihasilkan juga memberikan peluang untuk dapat
membesarkan segmen pasar bagi pengrajin sepatu di Desa Pabuaran sehingga ketika
sudah tercipta pasar yang paten untuk pengrajin sepatu di Desa Pabuaran akan
meningkatkan perekonomian pengrajin.
(4) Ancaman (Threats)
Payung Hukum
Tidak adanya payung hukum yang jelas, membuat LKM sebagai lembaga yang
masih rentan, sehingga dalam menjalankan perannya terkadang KKUB sebagai LKM

sering terbentur dengan tidak adanya kekuatan hukum, namun payung hukum ini juga
akan menimbulkan sisi dilematis karena ditakuti dengan adanya payung hukum yang
mengatur akan menyebabkan LKM kehilangan jati dirinya sebagai lembaga keuangan
yang fleksibel.

Urbanisasi
Urbanisasi bisa dikatakan ancaman bagi berlangsungnya pergerakkan
perekonomian mikro di Desa Pabuaran, karena dalam usaha mikro ini membutuhkan
tenaga kerja ahli dalam bidangnya yaitu pengrajin, sementara itu banyak pengrajin di
Desa Pabuaran yang sebelumnya bergabung dengan UKM dalam KKUB Kramat Jaya
berurban dan lebih memilih bekerja di kota-kota besar. Hal ini berdampak pada
produksi UKM, karena kesulitan mencari tenaga kerja ahli.
Tabel 4. Faktor Internal KKUB Kramat Jaya di Desa Pabuaran, Tahun 2009
Faktor Internal

Bobot

Rating

Skor

S1. Prosedur dan Mekanisme yang fleksibel

0,1

0,3

S2. Trust

0,171

0,684

S3. Keahlian Pengrajin

0,157

0,628

S4. Produksi Komoditas

0,129

0,516

W1. Keterbatasan Sumber Dana

0,143

0,143

W2. Manajemen Belum Efektif

0,143

0,286

W3. Proses Produksi

0,157

0,314

Total Faktor Internal

1,000

Kekuatan dan Kelemahan

2,817

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan analisis


SWOT didapat bahwa faktor internal yang paling besar adalah S2, yaitu suasana

kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin dalam KKUB. Nilai 0,684 diperoleh dari
hasil pengalian antara bobot dan rating yang diberikan oleh para responden, yaitu
Sekretaris Camat Kecamatan Kemang, Sekretaris Bidang Pembangunan Kecamatan
Kemang, Sekretaris Bidang Perekonomian Kecamatan Kemang, Ketua KKUB
Kramat Jaya, Sekretaris, Bendahara dan Dewan Pengawas KKUB Kramat Jaya dan
Sekretaris Bidang Perekonomian Desa Pabuaran.
Tabel 5. Faktor Eksternal KKUB Kramat Jaya di Desa Pabuaran, Tahun 2009
Faktor Eksternal

Bobot

Rating

Skor

0,26

1,04

0,14

0,42

0,30

1,2

0,10

0,10

0,20

0,40

Peluang dan Ancaman


O1. Banyaknya Sumber Dana dari Luar
O2. Banyaknya UKM yang berpotensi dalam melakukan kerja sama

03. Pemasaran Produk yang Luas


T1. Tidak Jelasnya Payung Hukum mengenai LKM
T2. Adanya Urbanisasi
Total Faktor Eksternal
1,00

3,16

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan menggunakan analisis


SWOT didapat bahwa faktor internal yang paling besar adalah O3, yaitu memperluas
pemasaran produk yang dihasilkan KKUB Kramat Jaya. Nilai 1,2 diperoleh dari hasil
pengalian antara bobot dan rating yang diberikan oleh para responden, yaitu
Sekretaris Camat Kecamatan Kemang, Sekretaris Bidang Pembangunan Kecamatan
Kemang, Sekretaris Bidang Perekonomian Kecamatan Kemang, Ketua KKUB

Kramat Jaya, Sekretaris, Bendahara dan Dewan Pengawas KKUB Kramat Jaya dan
Sekretaris Bidang Perekonomian Desa Pabuaran.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman KKUB Kramat Jaya Tahun 2009
No

Uraian

Faktor Internal:
a. Kekuatan
b. Kelemahan

Faktor Eksternal:
a. Peluang
b. Ancaman

Nilai
1.455
1.325

1,675
0,985

Uraian analisis SWOT dalam kerangka strategi diatas akan menghasilkan


strategi dasar dengan menggunakan kekuatan sebagai modal dasar dalam
mengembangkan potensi KKUB Kramat Jaya dan memanfaatkan kesempatan sebaikbaiknya serta mencoba mengantisipasi dan mencegah ancaman yang datang dari luar
sistem selain itu strategi yang dihasilkan diharapkan dapat mengusahakan untuk
mengurangi kelemahan yang ada dalam sistem KKUB Kramat Jaya.
6.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT akan menghasilkan berbagai strategi pengembangan KKUB
Kramat Jaya dengan dilakukannya analisis terhadap faktor-faktor internal dan faktorfaktor eksternal. Matriks SWOT merupakan kombinasi SO (Strengths-Opportunities),
WO (Weaknesses-Opportunities), ST (Strengths-Threats) dan WT (Weaknesses-

Threats). Kombinasi S-W-O-T bias dilihat dalam Tabel 1. Matriks SWOT dibawah
ini.

Tabel 7. Matriks SWOT

IFAS

Kekuatan

Kelemahan
W1. Keterbatasan
S1.
Prosedur
dan Dana
mekanisme yang fleksibel
S2. Trust
W2.
Manajemen
Efektif
S3. Keahlian Pengrajin

EFAS

Sumber
Belum

W3. Proses Produksi

S4. Produksi Komoditas

SO1. Menciptakan suasana


Peluang
yang
kondusif
dalam
O1. Banyaknya dana
KKUB sehingga dapat
yang tersedia dari luar
meningkat cashflow juga
memberikan citra yang
positif terhadap pihakpihak terkait maupun yang
dalam
penjajagan
(S2,S3,S4,O1,02)
O2. Banyaknya UKM SO2. Mengembangkan dan
yang berpotensi dalam menguatkan
kerjasama
melakukan kerja sama
dengan dunia usaha (UKM)
dalam bentuk kerjasama
bisnis, sharing, kompetisi
maupun hal positif lainnya.
(S1, S2, S3, S4, O2,O3)

WO1. Melakukan kerjasama


dengan Bank umum maupun
pemerintah
untuk
memperoleh alternatif sumber
dana
(W1, W2, O1,O3)

03. Pemasaran produk SO3.


Melakukan
yang masih luas
chanelling
guna
memperluas pasar, juga
meningkatkan produktivitas
UKM
(S2, S4, O1,O2,O3)
ST1. Bekerjasama dengan
Ancaman

WO3. Mencari jaringan kerja


dengan
aktif
dalam
memperluas dunia usaha
KKUB
(W2, 02,O3)

WO2. Melakukan koordinasi


dengan pengurus agar dapat
memperluas jaringan kerja
KKUB dalam skala desa
maupun antar desa
(W2,O1, O2, O3)

WT1. Memperkuat struktur

T1.
Tidak Jelasnya dinas
terkait
untuk
Payung
Hukum dijadikan sebagai pembina
mengenai LKM
dalam menuntun KKUB
dalam hal menerapkan
kebijakan
(S2,S3,T1)
T2. Adanya Urbanisasi
ST2. Melakukan ekspansi
dalam usaha yang sudah
berjalan
agar
dapat
menyerap tenaga kerja
yang lebih besar lagi.
(S2,S3,S4,T2)

dan indentitas KKUB dalam


mengelola usaha mikro di
Desa Pabuaran
(W2,T1)
WT2. Melakukan ekspansi
dalam usaha yang sudah
berjalan agar dapat menyerap
tenaga kerja yang lebih besar
lagi.
(W2,W3,T2)

Alternatif strategi pengembangan KKUB Kramat Jaa dapat doperoleh setelah


dilakukan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Hasil analisis matriks
SWOT yang merupakan kombinasi S0 (Kekuatan-Peluang), WO (KelemahanPeluang), ST (Kekuatan-Ancaman), dan WT (Kelemahan-Ancaman). Hasil analisis
matriks SWOT pada Tabel 7 menghasilkan beberapa altrenatif, diantaranya:
1. (SO1) Menciptakan suasana yang kondusif dalam KKUB sehingga dapat
meningkat cashflow juga memberikan citra yang positif terhadap pihak-pihak
terkait maupun yang dalam penjajagan.
2. (SO2) Mengembangkan dan menguatkan kerjasama dengan dunia usaha
(UKM) dalam bentuk kerjasama bisnis, sharing, kompetisi maupun hal
positif lainnya
3. (SO3) Melakukan chanelling guna memperluas pasar, juga meningkatkan
produktivitas UKM
4. (WO1) Melakukan kerjasama dengan Bank umum maupun pemerintah untuk
memperoleh alternatif sumber dana

5. (WO2) Melakukan koordinasi dengan pengurus agar dapat memperluas


jaringan kerja KKUB dalam skala desa maupun antar desa
6. (WO3) Mencari jaringan kerja dengan aktif dalam memperluas dunia usaha
KKUB
7. (ST1) Bekerjasama dengan dinas terkait untuk dijadikan sebagai pembina
dalam menuntun KKUB dalam hal menerapkan kebijakan
8. (ST2) Melakukan ekspansi dalam usaha yang sudah berjalan agar dapat
menyerap tenaga kerja yang lebih besar lagi.
9. (WT1) Memperkuat struktur dan indentitas KKUB dalam mengelola usaha
mikro di Desa Pabuaran
10. (WT2) Melakukan ekspansi dalam usaha yang sudah berjalan agar dapat
menyerap tenaga kerja yang lebih besar lagi.
Tabel 8. Peratingan Alternatif Strategi Pengembangan KKUB
Kramat Jaya Desa Pabuaran, 2009
Alternatif Strategi

Keterkaitan Unsur SWOT

Nilai

Rating

SO1

(S2,S3,S4,O1,02)

3,288

SO2

(S1, S2, S3, S4, O2,O3)

3,748

SO3

(S2, S4, O1,O2,O2)

3,86

WO1

(W1, W2, O1,O3)

2,669

WO2

(W2,O1, O2, O3)

1,946

WO3

(W2, 02,O3)

1,906

ST1

(S2,S3,T1)

1,412

ST2

(S2,S3,S4,T2)

2,228

WT1

(W2,T1)

0,386

10

WT2

(W2,W3,T2)

Berdasarkan Tabel Peratingan Strategi Pengembangan KKUB Kramat Jaya


Desa Pabuaran, 2009 maka didapat 3 alternatif strategi yang menjadi prioritas utama
dalam upaya pengembangan KKUB Kramat Jaya di Desa Pabuaran yaitu:
1) Melakukan

chanelling

guna

memperluas

pasar,

juga

meningkatkan

produktivitas UKM. Chanelling dapat dilakukan dengan cara mengikuti


berbagai pameran yang diselenggarakan, membuat materi komunikasi yang
menarik, memanfaatkan web site dan forum-forum diskusi internet sebagai
sarana pemasaran.
2) Pengembangan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui kerjsama
dengan lembaga pendamping, dunia usaha, kerjasama antar LKM dan UKM
terutama dalam peningkatan kemampuan SDM, teknologi, jaringan usaha dan
aksesibilitas dalam meningkatkan jangkauan pelayanan kepada masyarakat
Desa Pabuaran.
3) Menciptakan suasana yang kondusif, sehingga dapat menjalin hubungan
sinergis (linkage program) antara KKUB Kramat Jaya sebagai lembaga
keuangan mikro dengan bank umum atau lembaga keuangan formal lainnya.
Suasana kondusif yang diharapkan pertama kali adalah dengan terciptanya
organisasi yang sehat dalam KKUB sehingga masing-masing bidang dapat
menjalankan fungsi dan perannya, meningkatkan cashflow dengan cara
meningkatkan volume penjualan dengan menfaatkan materi komunikasi, serta

memfasilitasi pengembangan bersama berbagai jasa pelayanan seperti


teknologi informasi dan pengembangan produk.

BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap KKUB Kramat Jaya Desa Pabuaran juga
mengikut sertakan tineliti yang terlibat, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.

KKUB Kramat Jaya berperan cukup besar dalam mendorong ekonomi lokal,
khususnya dalam bidang pengrajin dan mampu merekrut 157 tenaga kerja
dalam 1 RW, ini menunjukkan dunia usaha ekonomi dalam aras mikro dapat
menjadi salah satu jawaban untuk bisa menopang perekonomin Desa Pabuaran.

2.

Model pengembangan KKUB Kramat Jaya berdasarkan pemilihan strategi


alternatif utama, yaitu:
a)

Melakukan chanelling guna memperluas pasar, juga meningkatkan


produktivitas UKM. Chanelling dapat dilakukan dengan cara mengikuti
berbagai pameran yang diselenggarakan, membuat materi komunikasi
yang menarik, memanfaatkan web site dan forum-forum diskusi internet
sebagai sarana pemasaran.

b)

Mengembangkan dan menguatkan kerjasama dengan dunia usaha (UKM)


dalam bentuk kerjasama bisnis, sharing, kompetisi maupun hal positif
lainnya dengan studi banding ke lokasi pengrajin lainnya, seperti daerah
Ciomas,

Cibaduyut

agar

KKUB

Kramat

Jaya

dapat

belajar

mengembangkan potensi yang sudah dimiliki dan dapat bersaing dengan


pengrajin lokal lainnya.

c)

Menciptakan suasana yang kondusif, sehingga dapat menjalin hubungan


sinergis (linkage program) antara KKUB Kramat Jaya sebagai lembaga
keuangan mikro dengan bank umum atau lembaga keuangan formal
lainnya. Suasana kondusif yang diharapkan pertama kali adalah dengan
terciptanya organisasi yang sehat dalam KKUB sehingga masing-masing
bidang dapat menjalankan fungsi dan perannya, meningkatkan cashflow
dengan cara meningkatkan volume penjualan dengan menfaatkan materi
komunikasi, serta memfasilitasi pengembangan bersama berbagai jasa
pelayanan seperti teknologi informasi dan pengembangan produk.

7.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu ada peningkatan kualitas kinerja dari pengurus, pengelola maupun UKM
yang tergabung dalam KKUB Kramat Jaya agar tujuan pemberdayaan melalui
pengembangan KKUB dapat terwujud
2. Diperlukan materi komunikasi seperti catalog dan web-site dalam
memperkenalkan produk UKM KKUB Kramat Jaya
3. Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak antara lain lembaga keuangan
formal dan dinas-dinas terkait untuk memperoleh dana-dana pemerintah untuk
mendukung keberlangsungan usahasektor informal di Desa Pabuaran.

Daftar Pustaka
ADB. 2000. Finance for the Poor: Microfinance Development Strategy. Manila.
Asian Development Bank.
Ahlam, 2005. Studi Komparatif Sistem Pengelolaan Kredit antar Lembaga Keuangan
Mikro: Upaya Mencari Sistem Lembaga Keuangan Mikro yang Efisien. Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Anugrah, Iwan Setiajie dan Erma Suryani. 2007. Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan Dalam Perspektif Kemiskinan Berkelanjutan. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Bintoro, 2003. Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam Penanggulangan
Kemiskinan. Bappenas. Jakarta.
Eko, Sutoro (ed). 2005. Manifesto Pembaharuan Desa. APMD Press: Yogyakarta.
Hamid, E.S. 1986. Rekaman dari Seminar. Dalam Kredit Pedesaan di Indonesia.
Mubyarto dan Edy Suandi Hamid (Eds.). BPFE Yogyakarta.
Hendayana, Rachmat dan Syahrul Bustaman. 2005. Fenomena Lembaga Keuangan
Mikro dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Hubies, M. 2004. Modul Pengantar Industri Kecil dan Menengah. Magister
Profesional Industri Kecil dan Menengah. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Kusmoljono, B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. IPB Press:
Bogor.
Ledgerwood, Joanna. 1999. Microfinance Handbook. An Institutional and Financial
Perspective. Washington DC.: The World Bank.
Nasution, Irfan (ed). 2007. Bank Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen Bank
Memerangi Kemiskinan. Marjin Kiri. Jakarta.
Robinson,

Marquerite

S.

1993.

Beberapa

Strategi

yang

Berhasil

Untuk

Mengembangkan Bank Pedesaan: Pengalaman dengan Bank Rakyat


Indonesia 1970-1990, dalam Bunga Rampai Pembiayaan Pertanian Pedesaan,
Sugianto (Ed.). Penerbit Institut Bankir Indonesia. Jakarta

Martowijoyo, Sumantoro. 2005. Masa Depan Lembaga Keuangan Mikro di


Indonesia:

Tinjauan

dari

Aspek

Pengaturan

dan

Pengawasan.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/8669-masa-depan-lembaga-keuanganmikro-indonesia.
Pangabean, Riana. 2005. Kerjasama Bank, Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) Mendukung Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK.
Pantoro, Setyo. 2008. Pendekatan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
dan Implikasinya. Koran-rakyat-online.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Utama. Jakarta. 1999
Scott, James C. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia
Tenggara. LP3ES. Jakarta.
Sumodiningarat, Gunawan. 2003. Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam
Menanggulangi Kemiskinan Terkait dengan Kebijakan Otonomi Daerah.
Artikel

Tahun

II

no.

Jurnal

Ekonomi

Pertanian.

www.ekonomirakyat.go.id/co.id.
Syahyuti, 2004. Strategi dan Tantangan dalam Pengembangan Gabungan Petani
(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi.
Bayumedia Publishing: Jakarta.

Lampiran 1. Daftar Nama Pendiri KKUB Kramat Jaya

1.

Endam Damhuri

(Pengrajin)

2.

Sarief

(Pengrajin)

3.

Masnah E.

(Pedagang)

4.

Enung Samsudin

(Pedagang)

5.

M. Aming

(Pedagang)

6.

Ismat

(Pedagang)

7.

Nasim

(Pedagang)

8.

Hardi

(Pedagang)

9.

Inang

(Pedagang)

10. M. Yoesuf CHk.

(Pedagang)

11. Edy S.

(Pedagang)

12. Achmad Safei

(Pedagang)

13. Baus

(Pedagang)

14. Ir. Yuningsih

(Pedagang)

15. Miing

(Pedagang)

16. Pardi S.

(Pedagang)

17. Endih

(Petani)

18. AM. Satriana

(Petani)

19. Amat

(Pedagang)

20. Lilis S.

(Pedagang)

Lampiran 2. Penyaluran Modal Berupa Peralatan


No.

Nama

Jumlah Barang
Gerinda Mesin Jahit

Sulas Kayu

Sulas Fiber

Handbos

Endam D. 1

Darta

Aping

1,5

Hadi

2,5

Nasim

Junaedi

Sarif

3,5

Ruki

Dahlan

0,5

10

Idris

8 buah

10 buah 18 buah

17,5 kodi

7,5 kodi

4 kodi

Jumlah

Genset

Penyaluran Modal Berupa Peralatan

No.

Nama

1
2

Jumlah Barang

Nunung

Mesin Press
1

Slicer
-

Molen
-

Genset
1

Blower
1

Abdul aziz

Jumlah

Lampiran 3. Penyaluran Modal


No. Nama UKM

Pinjaman Barang

Pinjaman Modal

Garten Gold Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 10.000.000

Wianda Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

Selvi Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

Gress Lee Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

Laurent Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

Nanda Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

Current Shoes

Rp. 5.000.000

Rp. 5.000.000

Revania Shoes

Rp. 5.000.000

Rp. 5.000.000

Mutia Shoes

Rp. 10.000.000

Rp. 5.000.000

10

Mega Shoes

Rp. 5.000.000

Rp. 5.000.000

11

Putri Shoes

Rp. 5.000.000

12

Tania Shoes

Rp. 5.000.000

13

Cekas Bakery

Rp. 15.000.000

Rp. 10.000.000

14

Linda Bakery

Rp. 12.000.000

Rp. 10.000.000

Rp. 112.000.000

Rp. 85.000.000

Jumlah

Lampiran 4. Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Nama responden
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Faktor Internal
Bobo
t
Kekuatan dan Kelemahan
S1. Prosedur dan Mekanisme yang fleksibel
0,1
S2. Suasana Kebersamaan dan Kekeluargaan yang Terjalin 0,171
dalam KKUB
S3. Sumber Daya Manusia
0,157
S4. Produksi Komoditas
0,129
W1. Keterbatasan Sumber Dana
0,143
W2. Manajemen Belum Efektif
0,143
W3. Proses Produksi
0,157
Total Faktor Internal
1,000
Faktor Eksternal

Ratin
g

Skor

3
4

0,3
0,684
0,628
0,516
0,143
0,286
0,314
2,817

4
4
1
2
2

Bobot Rating Skor

Peluang dan Ancaman


O1. Banyaknya Sumber Dana dari Luar

0,26

1,04

0,14

0,42

0,30

1,2

0,10

0,10

0,20

0,40

O2. Usaha Kecil dan Menengah belum Seluruhnya Terjangkau


oleh KKUB Kramat Jaya sebagai Lembaga Keuangan Mikro
03. Pemasaran Produk yang Luas
T1. Tidak Jelasnya Payung Hukum mengenai LKM
T2. Adanya Urbanisasi
Total Faktor Eksternal

Lampiran 5. Penjelasan AD-ART

1,00

3,16

1. Bab I berisi tentang nama dan tempat kedudukan KKUB Kramat Jaya di Jalan
Kp.

Kramat,

Desa/Kelurahan

Pabuaran,

Kecamatan

Kemang,

Kabupatem/Kodya Bogor, Propinsi Jawa Barat.


2. Bab II berisi tentang landasan, azas dan prinsip koperasi. KKUB Kramat Jaya
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan azas
kekeluargaan. Ada 5 prinsip koperasi dengan tambahan prinsip pendidikan
perkoperasian dan kerjasama antarkoperasi dalam rangka mengembangkan
koperasi.
3. Bab III berisi tentang fungsi dan peran koperasi dengan memperhatikan
kemampuan ekonomi anggota, kualitas kehidupan anggota dan perekonomian
rakyat serta perekonomian nasional.
4. Bab IV berisi tentang maksud tujuan serta usaha koperasi yaitu untuk
memajukan

anggota

khususnya

dan

masyarakat

umumnya

dengan

menyelenggarakan gerakan usaha. Pelayanan terhadap anggota juga ikut


tingkatkan dengan membentuk unit usaha otonom. Selain itu, koperasi dapat
membuka cabang di tempat lain sesuai ketentuan.
5. Bab V berisi tentang keanggotaan koperasi yang terdiri dari pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi. Anggota koperasi harus dicatat dalam buku daftar dan
memiliki kartu tanda anggota serta memenuhi ketentuan-ketentuan lainnya
untuk dapat diterima menjadi anggota. Setiap anggota akan mempunyai
kewajiban dan hak. Dijelaskan pula ketentuan tentang keanggotaan yang telah
berakhir dan anggota luar biasa.

6. Bab VI berisi tentang ketentuan rapat anggota yang merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dilaksanakan paling sedikit sekali dalam
setahun.
7. Bab VII berisi tentang ketentuan pengurus koperasi yang dipilih dari dan oleh
anggota dalam Rapat Anggota. Pemilihan dilakukan secara demokratis dan
tata cara pemilihannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
8. Bab VIII berisi tentang ketentuan pengawas yang juga dipilih dari dan oleh
anggota dalam Rapat Anggota. Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat
Anggota.
9. Bab IX berisi tentang ketentuan manajer dan karyawan sebagai pengelola
koperasi. Manajer dan karyawan diangkat dan diberhentikan oleh pengurus
yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola koperasi.
10. Bab X berisi tentang ketentuan dewan penasehat untuk kepentingan koperasi
Rapat Anggota.
11. Bab XI berisi tentang ketentuan pembukuan koperasi yang selalu dimulai dari
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
12. Bab XII berisi tentang ketentuan modal koperasi yang terdiri dari modal
sendiri dan modal luar atau pinjaman. Selain itu, koperasi juga dapat pula
melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan. Dijelaskan
pula ketentuan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya.
13. Bab XIII berisi tentang ketentuan sisa hasil usaha koperasi yang merupakan
pendapatn

koperasi

diperoleh

dalam

satu

tahun

setelah

dilakukan

mengurangan terhadap berbagai macam biaya, penyusutan dan kewajiban.

14. Bab XIV berisi tentang ketentuan tanggungan anggota. Hal ini terjadi apabila
koperasi mengalami pembuburan.
15. Bab XV berisi tentang ketentuan pembubaran dan penyelesaian. Pembubaran
dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Anggota dan keputusan Pemerintah.
Penyelesaian dilakukan oleh Tim Penyelesai Pembubaran Koperasi yang
memiliki hak, wewenang dan kewajiban dalam hal penyelesaian.
16. Bab XVI berisi tentang ketentuan pembinaan.
17. Bab XVII berisi tentang jangka waktu berdiri koperasi yang telah disahkan
oleh Pemerintah untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
18. Bab XVIII berisi tentang sanksi-sanksi yang harus ditaati baik oleh seluruh
anggota, pengurus maupun pengawas.
19. Bab XIX berisi tentang anggaran rumah tangga dan peraturan khusus yang
ditetapkan dalam Rapat Anggota, memuat tentang peraturan pelaksanaan dari
ketentuan-ketentuan, serta hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar
tersebut.
20. Bab XX berisi tentang penutup yang memberikan bukti pengesahan dengan
tandatangan dari para pengurus kperasi disertai dengan materai senilai Rp.
2000,00,-

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian


Identitas KKUB Kramat Jaya

Koperasi Kerja Usaha Bersama


Kramat Jaya

Plang KKUB Kramat jaya

Struktur organisasi Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya

Proses Pembuatan Sepatu UKM KKUB Kramat Jaya

Proses Pencetakan sepatu dengan


menggunakan cetakan kayu

Hak (Heels) yang dipasang pada


sepatu yang sudah dicetak

Pola sepatu yang sudah dicetak

Bahan sepatu yang masih bisa


dijadikan asesoris

Produk KKUB Kramat Jaya

Contoh sepatu produk KKUB


Kramat Jaya

Tahapan pres, menggabungkan


seluruh bagian sepatu

Produk UKM KKUB Kramat Jaya

Tahapan akhir sepatu dibersihkan


dengan cairan premium agar
mengkilap

UKM KKUB Kramat Jaya membuat


sepatu untuk merk diatas
Sepatu yang dipajang dalam etalase
Kantor KKUB Kramat Jaya

UKM KKUB Kramat Jaya membuat


sepatu untuk merk diatas
Sepatu dan sandal yang dipajang dalam
etalase Kantor KKUB Kramat Jaya

Anda mungkin juga menyukai