Anda di halaman 1dari 89

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK


(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone
Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGaR
2006
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa kajian pengembangan


masyarakat dengan judul :
"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT
PASCA KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa
Tuada, Propinsi Maluku Utara)"
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum
pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2006

KALBI RASID
ABSTRAK

KALBI RASID. Penguatan Kelembagaan Koperasi Dalam Masyarakat


Pasca Konflik (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada
Propinsi Maluku Utara). Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan
NURAINI W PRASODJO.
Konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara kurang lebih tiga tahun
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap rusaknya sendi-sendi
perekonomian dan pranata sosial masyarakat. Implikasinya. banyak
penduduk yang mengungsi. rusak atau hancurnya prasarana dan sarana
umum dan pemerintahan. menurunnya ketahanan ekonomi rumah tangga.
meningkatnya jumlah pengangguran. menurunnya pelayanan kepada
masyarakat serta trauma psikologis yang dialami masyarakat. khususnya
perempuan dan anak-anak.
Berbagai upaya memberdayakan masyarakat kembali dilakukan
pemerintah maupun masyarakat secara mandiri untuk keluar dari krisis
pasca konflik diantaranya dengan membentuk lembaga-Iembaga ekonomi
di tingkat desa dalam wilayah konflik. Koperasi merupakan salah satu
bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat
dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta
kesejahteraan hidupnya. Organisasi ekonomi seperti koperasi akan
diterima dan berkesinambungan sebagai kelembagaan ekonomi apabila
dirasakan atau diyakini dapat mendatangkan manfaat lebih besar bagi
masyarakat dari pada bentuk organisasi ekonomi lain.
Kajian pengembangan masyarakat ini menemukan bahwa faktor
ketrampilan dan pengetahuan anggota serta modal usaha koperasi
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan
koperasi. Untuk itu upaya memberi pelatihan. penyediaan informasi.
pendampingan tentang koperasi dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat dalam berkoperasi dan dapat memotivasi mereka untuk
berperanserta dalam setiap kegiatan koperasl Disamping itu, kerja sama
multi pihak (pemerintah, swasta. lembaga-Iembaga swadaya. dan
perbankan) berbasis komunitas agar dapat bersama-sama mengakses
modal untuk pengembangan usaha koperasi.
ABSTRACT
KALBI RASID. Strengthen Cooperative institution in post-conflict people
(Case: Fishing Cooperative of Sihida Ngone, Tuada, North Maluku Province).
Guided by LALA M. KOLOPAKING and NURAINI W PRASODJO.
Social conflict happened in North Maluku less than three years has
given significant effect to crush of economic aspects and degradation of social
institutions. The implication, many people flees, public and government
facilities and infrastructures is shattered and damage, economic achievement
of household decreases, increasing of unemployment, decreasing of public
service, and psychological trauma is experienced by people, especially
women and children.
Any public empowerment efforts are done by government and public
autonomously to overcome from post-conflict crisis such as by establish
economic institutions in villages level in conflict area. Cooperative is as one of
economic institution chosen by people in order to increase economic
progress, like cooperative, will be received and continually as economic
institutions, if felt or convinced can bring higher benefit to people in the form of
other economic organizations.
Related to those problems, this community development study will
arrange cooperative institution strengthening model and its impact to welfare
progress of fishing cooperative members of Sihida Ngone, Tuada village.
The result of this study indicate that skill and know-how aspects as well
as cooperation capital is a factor influencing strengthen of cooperation
institution. So, the efforts to give training, guidance, and provide information
concerning to cooperation can give understanding to cooperation members in
cooperative life, and it can motivate co-operation members to have role in
every activity of cooperative. Besides, board of management and members
can cooperate with government agencies, private instititions and ban kings to
access capital in developing cooperative business.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Oi/arang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertu/is dari
/nstitut Pertanian Bogor, sebagaian atau se/urull da/am
Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofi/m dan sebagainya
PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI
DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK
(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone
Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGaR
2006
,.
Judul Tugas Akhir Penguatan Kelembagaan Koperasi Dalam
Masyarakat Pasca Konflik (Kasus Koperasi
Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi
Maluku Utara)

Nama KALBI RASID

NRP : A 154034235

Disetujui

Komisi Pembimbing

~
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS
Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi


Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat

Tanggal Ujian : 13 Juni 2005 Tanggal Lulus: 0 8 FEB 2007


PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Kajian Pengembangan Masyarakat ini dengan Judul :
"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT PASCA
KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi
Maluku Utara)".
Kajian Pengembangan Masyarakat ini merupakan tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pad a kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada IPB yang telah menyelenggarakan Program Pascasarjana
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan penulis dapat menjadi
salah seorang peserta yang mengikuti program dimaksud. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan kajian
pengembangan masyarakat ini.
Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS dan Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan arahan kepada
penulis dalam menyelesaikan kajian ini.
2. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana
IPB Bogor.
3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor.
4. Bapak dan Ibu para dosen yang telah memberikan materi kuliah selama
penulis mengikuti program Magister Pengembangan Masyarakat.
5. Bapak Gahral Adian Sjah selaku Bupati Halmahera Barat yang telah
memberikan kesempatan kepada penulls untuK r"e~,g,kutl pendidrkan pada
Program Magister Profeslonal Pengembangan Masyarakat di IPB Bogor.
6. Bapak Almarhum Drs. Ikbal Djoge, M.Si Mantan Kepala Bappeda
Kabupaten Halmahera Barat yang telah memberikan dorongan dan bantuan
selama penulis melaksanakan studi di IPB Bogor.
7. Teman-teman Karyawan dan karyawati Bappeda Kabupaten Halmahera
Barat yang telah memberikan dorongan moril dan materiil kepada penulis
selama melaksanakan studio
8. Teman-teman kuliah yang telah ikut membantu penulis dalam proses
perkuliahan maupun penyusunan kajian pengembangan masyarakat ini.
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta Mama Ba dan Almarhum Papa Ko yang
selama ini mendorong, memotivasi dan mendoakan penulis. Isteri dan
anakku tersayang Michaiel Rali Allah Adhany serta saudara-saudaraku
yang telah memberikan bantuan bahkan pengorbanan kepada penulis
selama melaksanakan studio
Selanjutnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat
kelemahan-kelemahan yang perlu disempurnakan. Untuk itu penulis berharap
dapat diberikan kritik dan masukan yang membangun sehingga tulisan ini
menjadi lebih sempurna dan bermanlaat.
Akhirnya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan semua pihak,
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan
petunjukNya kepada kita sekalian. Amin.
Bogor, Desember 2006

Kalbi Rasid
RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Ambon, Maluku pad a tanggal 31 Maret 1971


dari Ayah Rasid Hasan dan Nurfa Sangadji, merupakan putra pertama
dari tujuh bersaudara.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SO Inpres Suli sampai
kelas em pat, pindah ke SO Negeri Oufa-Oufa 2 Kota Ternate dan lulus
pada tahun 1984. Pada Tahun 1987 lulus dari SMP Negeri 2 Ternate dan
selanjutnya lulus SMA Negeri 1 Ternate pada tahun 1990. Pad a tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Universitas Patlimura
Ambon Pad a Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik dan lulus pad a tahun
1996. Mulai tahun 1998 penulis bekerja di lingkungan Pemerintah Oaerah
Kabupaten Maluku Utara pada Badan Perencanaan Pembangunan
Oaerah sampai dengan sekarang.
Penulis menikah pad a tanggal 20 Mei 2001 di Kota Manado
dengan Melani, dan dari pernikahan ini penulis dikaruniai seorang putra
bernama Michaeil Rafi Aflah Adhany (4,9 tahun) dan seorang putri
bernama Vi vi Aladya Ramadhany (1,4 tahun)
DAFTAR lSI
PRAKATA ............................................................................................... .
DAFTAR lSI ................................................................................................. .
DAFTAR TABEL ..................................................................................... .
DAFTAR GAM BAR ..................................................................................... .
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... .
I. PENDAHULUAN ......................................................................... . 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Masalah Kajian 4
1.3. Tujuan Kajian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 7


2.1. Koperasi Sebagai Suatu Lembaga ...................................... . 7
2.1.1. Konsep Koperasi ....... ............. .... .... .... ................. . 7
2.1.2. Konsep Kelembagaan .................................................. . 8
2.1.3. Koperasi Sebagai Lembaga ...................................... . 10
2.1.4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi .......................... . 13
2.2. Penguatan Kelambagaan Koperasi ...................................... . 20

III. METODE KAJIAN .......................................................................... . 25


3.1. Kerangka Pemikiran ......... ........... .... ...... ...... ............. . 25
3.1. Waktu dan Tempat .......................................................... ............ . 28
3.2. Pengumpulan Data dan Analisis Data 29
3.4. Perancangan dan Penyusunan Program Kerja 30

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA 32


4.1. Mata Pencaharian Masyarakat Pasca Konflik .......................... . 32
4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan
Ekonomi Masyarakat Tuada .................................................. . 33
4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi ............... . 34
4.4. Kependudukan .......................................................................... . 37
4.3. Organisasi, Kelembagaan dan Struktur Sosial ............. . 39

V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE 42


5.1. Perkembangan Koperasi Perikanan Sihida Ngone ............... . 42
5.1.1. Sejarah Pendirian Koperasi ................................................... . 42
5.1.2. Menguatkan Unit-Unit Usaha ....................................... . 43
5.1.3. Kinerja Anggota Koperasi .................................................... . 44
5.1.4. Pandangan Anggota Terhadap Usaha Koperasi ................ . 48

VI. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI .................... . 51


6.1. Identifikasi Potensi Pengembangan Masyarakat ................ . 51
6.2. Identifikasi Permasalahan ................................................... . 52
6.3. Penyusunan Program Penguatan Partisipasi Anggota Koperasi
dalam Masyarakat Pasca Konflik ....................................... . 56
a. Pengetahuan Anggota Koperasi yang Berbasis Komunitas 58
b. Manajemen Usaha yang Dimiliki Koperasi .......................... . 59
c. Pemanfaatan Sumber Daya Koperasi 60
d. Membangun Komunikasi Multipihak Berbasis Komunitas 61

VII.KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 63


7.1. Kesimpulan .... ............. ............................................... . 63
7.2. Implikasi Kebijakan ................................................................. . 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... . 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 69
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada . ....... 32


2. Permasalahan, sebab-sebab dan pemecahan permasalahan
dalam penguatan partisipasi an~gota koper;:1si .................... 53
3. Analisis Pihak Terkait dalam Penguatan Kelmbagaan Koperasi ....... 56
4. Rencana Program Penguatan Kelembagaan Koperasi ... ................. 58
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ......... ............. ...... ............... 28


2. Piramida Jumlah Penduduk Desa Tuada Tahun 2004 38
3. Analisis Permasalahan Kelembagaan Koperasi ... ...... ........... 53
4. Analisis Tujuan Penguatan Kelembagaan Koperasi 54
5. Analisis Alternatif Rancangan Program ......... ............. .......... 55
DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1. Peta Lokasi Penilitian ........................................................ 69


2. Foto-Foto Dokumentasi 70
5. Kuesioner Penguatan Kelembagaan Koperasi ..................... 73
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik sosial yang terjadi di penghujung tahun 1999 di berbagai


wilayah Propinsi Maluku Utara telah menghancurkan berbagai tatanan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan juga berakibat pada tingginya
gelombang pengungsian penduduk dari daerah asal ke sejumlah wilayah
yang aman di propinsi Maluku Utara. Jumlah pengungsi yang tercatat
sampai dengan tahun 2002 adalah 289.593 jiwa (Satkorlak PBP Maluku
Utara, 2002). Pola mobilitas pengungsian penduduk tidak hanya menuju
daerah aman di propinsinya sendiri, melainkan juga melintasi batas
propinsi. Di luar Propinsi Maluku Utara, pola mobillitas pengungsian
terbesar mengalir ke Propinsi Sulawesi Utara, terutama di Kota Manado
dan Bitung. Sebagian lainnya memiliki pol a mobilitas yang mencari
daerah-daerah aman di berbagai propinsi antara lain di Jawa Timur dan
Irian Jaya.
Dampak sosial konflik yang dirasakan masyarakat adalah mobilitas
pengungsian yang tinggi, perasaan traumatik dimana sebagian korban
konflik menyaksikan secara langsung berbagai pembantaian dan
pembunuhan terhadap keluarga mereka, terbatasnya kesempatan
bersekolah bagi anak-anak usia sekolah, rendahnya kesehatan dan gizi
masyarakat para pengungsi. Sedangkan dampak ekonomi adalah tidak
berfungsi fasilitas seperti pasar dan lembaga-Iembaga ekonomi di tingkat
desa, tidak adanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengelolah hasil
pertanian, perkebunan dan perikanan. Dengan demikian maka interaksi
ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal. Dan untuk bertahan hidup di
tempat pengungsian, masyarakat korban konflik hanya mengharapkan
perhatian pemerintah setempat.
Terkait dengan dampak ekonomi yang muncul akibat konflik di
Maluku Utara diantaranya adalah rusaknya berbagai fasilitas Koperasi dan
UKM. Sebagian Koperasi mengalami kerugian yang cukup besar nilainya,
dimana asset usaha dan organisasi mengalami kehancuran, kerusakan
dan barang-barang habis dijarah. Berdasarkan data yang didapat dari
2

Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Halmahera Sarat (2001), dimana


Koperasi yang mengalami kerusakan akibat konflik berjumlah 40 koperasi,
dengan jumlah kerugian fisik sebesar Rp. 1.731.116.000.- dan kerugian
kegiatan usaha sebesar Rp. 4.804.871.000.- sehingga jumlah seluruhnya
Rp. 6.535.987.000.-
Fakta dampak sosial dan ekonomi konflik tersebut menyadarkan
masyarakat bahwa akibat dari konflik telah menimbulkan banyak korban
fisik maupun hancurnya tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini
hidup berdampingan. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat
mendukung adanya upaya penyelesaian konflik secara tuntas dan
meyeluruh melalui program 3 R (reevakuasi, rekonsiliasi, rehabilitasi), dan
bentuk-bentuk penyelesain konfik lainnya.
Program reevakuasi pengungsi yang dilakukan pemerintah daerah
Halmahera Sarat terfokus pada pemindahan pengungsi dari tempat-
tempat penampungan ke daerah asal mereka sesuai dengan target yang
hendak dicapai, dengan memperhatikan penyediaan sarana serta
prasarana pendukung untuk dapat hidup secara layak dan mandiri.
Program reevakuasi ini juga dilakukan untuk menunjang rekonsiliasi dan
rehabilitasi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pasca konflik.
Salah satu arah kebijakan program 3R (reevakuasi, rekonsiliasi
dan rehabilitasi) adalah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan ekonomi kerakyatan. Program pemberdayaan
masyarakat ini dilakukan bagi warga masyarakat korban konflik yang
sudah kembali ke daerah asal. Program pemberdayaan masyarakat yang
dimotori oleh pemerintah daerah dan berbagai lembaga donor (LSM
dalam dan luar negeri) dilakukan dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat dalam bentuk sarana prasarana dan modal kepada kelompok-
kelompok ekonomi yang di bentuk masyarakat korban konflik di masing-
masing desa.
Pelaksanaan pengembangan masyarakat desa sangat tergantung
pada usaha-usaha mendinamiskan masyarakat desa. Sedangkan
kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana maupun tenaga ahli
untuk melancarkan usaha tersebut sangat terbatas. Dengan demikian
3

pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan


memberdayakan seluruh komponen dalam masyarakat. Dalam
pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu
tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah
diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan
yang berbeda di des a akan membawa pengaruh yang penting.
Pada aras desa, untuk memperbaiki kehidupan ekonomi
masyarakat, pemerintah daerah melakukan berbagai pemberdayaan
ekonomi masyarakat pasca konflik. Bantuan dari pemerintah daerah
diberikan dalam bentuk barang dan uang kepada masyarakat yang telah
mempunyai kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
kontrol terhadap jalannya program pemberdayaan ekonomi masyarakat
pasca konflik.
Masyarakat Desa Tuada yang merupakan salah satu desa di
Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik
sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka.
Masyarakat sendiri melakukan pengembangan ekonomi dengan
membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi.
Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang
dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Secara
logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organisasi ekonomi
tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar
baginya dari pad a bentuk organisasi ekonomi lain. Disamping itu koperasi
yakini sebagai lembaga ekonomi yang memiliki semangat kekeluargaan
dan gotong royong. Kondisi ini sesuai dengan jiwa dan semangat
Masyarakat Tuada dimana koperasi berada. Jiwa gotong royong dan
kekeluargaan yang dimiliki masyarakat desa tuada mampu membawa
semangat dalam membina hubungan kemasyarakatan termasuk kegiatan
berekonomi. Semangat gotong royong dan kekeluargaan yang hidup
dalam masyarakat desa Tuada masih begitu kuat. Semangat
4

kekeluargaan dan gotong royong yang oleh beberapa masyarakat


dimanfaatkan untuk menjadi pendorong dalam menggerakkan koperasi.
Koperasi yang dibentuk oleh masyarakat Desa Tuada pasca konflik
adalah koperasi perikanan. Dimana masyarakat yang tergabung dalam
anggota koperasi perikanan sebagian besar bermata pencaharian sebagai
nelayan dan ini juga didukung dengan kondisi geografis desa Tuada yang
berada di wilayah pesisir. Dengan demikian maka diharapkan adanya
koperasi perikanan terse but dapat :
1. Mendorong produktitivitas 54 orang anggota koperasi perikanan dan
juga akan berdampak pada masyarakat desa Tuada.
2. Malayani berbagai kebutuhan sehari-hari anggota koperasi perikanan
dan juga masyarakat Desa Tuada.
Diharapkan dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap
perekonomian desa merupakan hal yang penting, namun hal yang paling
mendasar adalah untuk mempelajari hal apa yang dapat meningkatkan
kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat
diperbesar. Dampak yang ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber
pad a ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu
sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kegiatan perekonomian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan
koperasi, dan manfaat yang dirasakan masyarakat secara keseluruhan.

1.2. Permasalahan

Dalam upaya menanggulangi dampak sosial dan ekonomi yang


timbul dengan adanya konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara, berbagai
upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pasca
konflik melalui kegiatan pengembangan masyarakat yang menekankan
pada prinsip-prinsip pengembangan komunitas secara berkelanjutan.
Aktivitas pengembangna masyarakat berbasis pad a potensi sumberdaya
lokal yang dimiliki oleh masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, salah satu cara penyelesaian
persoalan sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tuada
sebagai salah satu desa di Kabupaten Halmahera Barat yang menjadi
5

desa korban konflik melakukan berbagai upaya pemberdayaan dengan


mendirikan Koperasi Perikanan Sihida Ngone. Kehadiran koperasi ini
diharapkan dapat menjawab berbagai problem ekonomi yang dihadapi
oleh warga desa yang baru saja dilanda konflik sosial. Namun disadari
bahwa dalam perjalanan koperasi selama kurang lebih empat tahun, apa
yang diharapkan oleh anggota terhadap koperasi dan masyarakat belum
mampu secara optimal menjawab berbagai kebutuhan diantaranya masih
terbatasnya unit-unit usaha yang disediakan koperasi untuk melayani
berbagai kebutuhan anggota koperasi dan masyarakat desa.
Hal menarik dalam kajian ini adalah bahwa koperasi yang akan
dianalisis merupakan kelompok yang tumbuh dari bawah. Oleh karena itu
menarik juga untuk diketahui bagaimana koperasi yang tumbuh dari
bawah tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta
masyarakat dan bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan
koperasi terse but.
Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas, dapat
dirumuskan masalah kajian sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme kelembagaan koperasi perikanan
meningkatkan kesejahteraan anggota khusunya dan masyarakat
umumnya.
2. Bagaimana penguatan kelembagaan koperasi perikanan yang baru di
kembangkan?
3. Bagaimana strategi dan program yang tepat untuk menguatkan
kelembagaan koperasi?

1.3. Tujuan Kajian

Maksud kajian ini adalah untuk mempelajari dan merumuskan


pola pengembangan koperasi perikanan masyarakat pasca konflik dalam
mengembangkan ekonomi rakyat. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian
pegembangan masyarkat secara khusus adalah :
1. Menjelaskan mekanisme kelembagaan koperasi perikanan sihida
ngone untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
6

2. Menganalisis proses penguatan kelembagaan koperasi dalam


masyarakat pasca konflik.
3. Merumuskan strategi dan program penguatan kelembagaan koperasi
dalam masyarakat pasca konflik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi Sebagai Suatu Lembaga.

2. 1. 1. Konsep Koperasi

Koperasi secara etimologis terdiri dari dua kata "Co dan


Operation". Co artinya bersama dan Operation artinya bekerjasama atau
kebersamaan (Koerman, 2003). Sehingga secara harfiah dapat diartikan
sebagai bekerja bersama atau lebih populer dengan sebutan
kebersamaan.

International Cooperative Alliance (lCA), suatu lembaga koperasi


internasional memberikan defenisi koperasi sebagai berikut : Koperasi
adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk
perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara
yang satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan.

Dr. Mohammad Hatta memberikan pengertian koperasi sebagai


berikut : Bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong para anggotanya
dengan percaya kepada diri sendiri atas dasar solidaritas, individualitas
dan kolektivitas. Sejak awalnya Bung Hatta telah menekankan
bagaimana pentingnya faktor kejujuran perlu dihidupkan dan
dikembangkan dalam koperasi.

Djojohadikoesoemo da/am Hendrojogi (2003), mengatakan bahwa


"Koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan
sukanya sendiri hendak bekerja sam a untuk memajukan ekonominya.
Defenisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
• Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi;
• Bahwa dengan bekerjasama itu, manusia akan lebih mudah
mencapai apa yang diinginkan;
• Bahwa pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan-
pertimbangan ekonomis.
8

Soeriatmaatmadja da/am Hendrojogi (2003), dalam kuliahnya


pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan defenisi
koperasi sebagai berikut : Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-
orang yang atas persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak
memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk
sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas
tanggungan bersama. Apa yang didefenisikan ini mengandung unsur-
unsur:
• Unsur Demokrasi
• Unsur sosial
• Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.

Raka, (1981), memberi defenisi koperasi adalah : suatu badan


usaha bersama, khususnya dalam bidang perekonomian, dimana
anggota-anggotanya, yang umumnya ekonomi lemah, bergabung secara
sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 25 Tahun


1992 tentang Perkoperasian mendefenisikan Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

Dengan demikian maka Koperasi pada hakekatnya adalah suatu


organisasi yang menghimpun orang-orang yang mempunyai kesamaan
tujuan dengan sukarela berkumpul untuk melakukan kegiatan ekonomi
demi kesejahteraan mereka.

2. 1. 2. Konsep Kelembagaan

Untuk itu, dalam upaya memenuhi kebutuhannya, manusia


memerlukan akan kerjasama diantara mereka. Permasalahan yang
kemudian timbul pada suatu kelompok orang adalah kerjasama tidak
dapat terjalin dengan baik. Hal ini mengindikasikan perlunya suatu
9

tatanan aturan yang disepakati bersama guna pencapaian tujuan


bersama dalam kerjasama tersebut. Dalam hal ini menurut Tonny dan
Utomo (2003) kelembagaan memiliki tujuan untuk mengatur antar
hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling
penting.
Kelembagaan sendiri merupakan terjemahan langsung dan istilah
social institution. Dalam hal ini kelembagaan dapat diartikan sesuai
dengan asal kata institute yang merujuk kepada berbagai bentuk
organisasi. Namun Veblen (Daryanto, 2004) lebih mengartikan
kelembagaan kepada norma-norma, nilai-nilai, tradisi dan budaya.
Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan
sebagai aturan prosedur yang menentukan bagaimana manusia bertindak
dan atau peranan organisasi yang bertujuan untuk memperoleh status atau
legitimasi tertentu.
Melihat kedua perbedaan di atas, dalam Tonny dan Utomo (2003)
terdapat dua perspektif tentang kelembagaan sosial. Pertama, suatu
perspektif yang memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai
bentuk organisasi sosial, yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya saja
kelembagaan bersifat lebih universal dan penting sedangkan asosiasi
bersifat kurang penting dan bertujuan lebih spesifik. Kedua, perspektif yang
memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan peranan sosial
secara abstrak dan memandang asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk
organisasi yang konkrit. Sehubungan dengan hal ini Soekanto (2001)
menyatakan bahwa social institution merupakan himpunan norma-norma
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan wujud kongkrit lembaga
kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).
Namun dalam pe~alanannya, pad a kelembagaan sosial akan terjadi
perkembangan institusional. Proses perkembangan kelembagaan sosial
tersebut dinamakan pelembagaan atau institualization, yaitu suatu proses
yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bag ian dari
dan salah satu lembaga masyarakat. Maksudnya ialah sampai nOOlla itu oleh
10

masyarakat dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan


sehari-han (Soekanto, 2001).
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari lembaga dijadikan sebagai
sarana untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku dan tindakan masyarakat
dalam mencapai tujuan tertentu. Mubyarto (1972), mengatakan bahwa
masyarakat memiliki kelembagaan yang mengatur tata kehidupan mereka.
Kelembagaan sosial adalah suatu sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat
yang mempertahankan nilai-nilai penting. Masyhuri (1996), lembaga adat yang
penting dalam masyarakat nelayan misalnya kepemilikan alat tangkap, jual beli
hasil tangkap, sewa menyewa alat tangkap, bagi hasil, gotong royong,
himpunanlkelompok nelayan, koperasi dan lain-lain.
Doom dan Lammers da/am Kolopaking (2002) memberi pengertian
tentang fungsi kelembagaan sosial adalah (1) memberi pedoman berprilaku pada
individulmasyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di
dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan-kebutuhan; (2) menjaga keutuhan, dengan adanya
pedoman yang diterima bersama, maka kesatuan dalam masyarakat dapat
dipelihara; (3) memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol
sosial. Artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggotanya; dan (4) memenuhi kebutuhan pokok manusialmasyarakat. Dari
fungsi kelembagaan diatas maka dapat disebutkan bahwa kelembagaan
berfungsi sebagai pedoman individulmasyarakat perekat untuk mempersatukan
masyarakat dan sebagai kontol sosial.

2. 1. 3. Koperasi Sebagai Lembaga

Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi


yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemajuan ekonomi rumah tanggan serta kesejahteraan
hidupnya. Secara logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika
organisasi ekonomi tersebut dirasakan atau diyakini bisa
mendatangkan manfaat lebih besar baginya dari pada bentuk
organisasi ekonomi lain.
Koperasi sebagai sistem kelembagaan dibidang perekonomian
II

menawarkan kesamaan hak dan kewajiban anggota dalam sistem


perekonomian tanpa memandang kekayaan dan atau status
sosialnya.
Rochdale atau lebih dikenal dengan "The Rochdale Society of
Equitable Pioneers", yang dinyatakan sebagai peraturan dari
perkumpulan itu kemudian dikenal sebagai asas-asas Rochdale, telah
mengilhami cara kerja dari gerakan-gerakan koperasi sedunia (
Hendrojogi, 2004). Asas- asas Rochdale tersebut adalah :
1. Pengendalian secara demokratis (Democratic controf).
2. Keanggotaan yang terbuka (Open membership).
3. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on capitaf).
4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional dengan
pembeliannya (The distribution of surplus in devidend to the
members in proportion to their purchases).
5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan (Trading
strictly on a cash basis).
6. Tidak boleh menjual barang-barang palsu dan harus murni (Selling
only pure and unadelterated goods).
7. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asas-
asas koperasi dan perdagangan yang saling membantu (Providing
for the education of the members in Co-operative principles as well
as for mutual trading).
8. Netral dalam ali ran agama dan politik (Politik and religious
neutrality).
Dr. Mohammad Hatta membagi asas-asas Rochdale tersebut
dalam dua bagian ( Hendrojogi, 2004) :
Dasar-dasar pokok :
1. Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudi (pengelolaan)
dan tanggungjawab, adalah berada di tangan anggota sendiri.
2. Dasar persamaan hak suara.
3. Tiap orang boleh manjadi anggota.
4. Demokrasi ekonomi, keuntungan dibagi kepada anggota menurut
12

jasa-jasanya.
5. Sebagian dari keuntungan diperuntukkan pendidikan anggota.
Dasar-dasar moral:
1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu.
2. Harga barang harus sarna dengan harga pasar setempat.
3. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan dijamin.
4. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati
orang untuk membeli di luar kemampuannya.
Memang dalam kenyataannya, kita melihat bahwa tidak semua
kedelapan buah asas Rochdale itu dipatuhi oleh perkumpulan
koperasi di semua negara.
Dalam membicarakan koperasi di Indonesia, tidak dapat
dipisahkan dengan Mohammad Hatta. Dialah dalam perjalanan
sejarah Indonesia, dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bung Hatta-Iah yang meperkenalkan gerakan koperasi di Indonesia.
Tujuan Bung Hatta memperkenalkan gerakan koperasi adalah
memperbaiki nasib orang-orang yang lemah ekonominya dengan
jalan kerja sarna. Kerjasama adalah dasar rasa solidaritas.
Pemikiran diatas memiliki banyak persamaan dengan
paradigma pokok koperasi sebagai lembaga ekonomi. Koperasi
merupakan kelembagaan yang memiliki norma dan peraturan yang
dinyatakan dalam bentuk prinsip-prinsip koperasi, yang menjadi ciri
pembeda terhadap lembaga usaha non-koperasi. Koperasi
berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang
dilayaninya. Salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh
pendekatan ekonomi kelembagaan adalah kelembagaan memandang
perilaku sebagai bag ian dari rangkaian struktur - perilaku - kinerja.
Struktur dianggap akan menentukan pola perilaku, dan pola perilaku
akan mempengaruhi kinerja, serta pada akhirnya kinerja akan
mempengaruhi kondisi struktur kelembagaan ekonomi yang
bersangkutan (Cook, 1995).
Untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi secara efektif dan
13

berkelanjutan di pedesaan diperlukan adanya lembaga ekonomi yang


efektif. Oleh sebab itu proses transformasi struktural yang diperlukan
untuk mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi yang efektif
memerlukan pula model pembinaan dan pengorganisasian tertentu.
Lembaga yang diharapkan dapat banyak berperan dalam proses
transformasi struktural tersebut diatas adalah lembaga ekonomi yang
berwatak sosial. Lembaga yang sesuai untuk itu adalah koperasi,
karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Dufler dalam Nasution,
1990).
a. Anggota terikat oleh satu atau beberapa kepentingan atau tujuan
bersama (kelompok koperasi).
b. Anggota koperasi berjuang bersama dan saling mendukung untuk
meningkatkan status ekonomi dan sosial mereka (swadaya
koperasi secara tidak langsung terlihat dari loyalitas dan
solidaritas para anggotanya).
c. Anggota kopersai memanfaatkan organisasinya dengan prinsip
pemilikan bersama dan mempertahankan bersama bangun usaha
koperasi.
d. Usaha koperasi dituntut sesuai dengan keragaan dan tugasnya
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara individu.
Dengan demikian maka kelembagaan koperasi adalah
organisasi ekonomi mandiri, yang dimiliki anggota dan bertujuan
mengingkatkan kesejahteraan anggota.

2. 1. 4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi.

Perkembangan koperasi dari waktu ke waktu mengalami


berbagai perubahan. Berkaitan dengan pandangan kelembagaan atas
struktur hak kepemilikan dan perkembangan kegiatan koperasi, Cook
(1995) menyatakan bahwa koperasi akan berkembang secara
bertahap. dimana tantangan yang dihadapi pada setiap tahap adalah
hasil dari perubahan struktur hak yang dialami pad a tahap
sebelumnya.
Secara singkat sejarah perkembangan koperasi di indonesia
14

dipaparkan melalui beberapa masa pertumbuhan. Koperasi di Indonesia


mulai dengan didirikannya bank bantuan dan tabungan pegawai bangsa
Indonesia (Spaark bank vaar Inlandsche bestuurs ambtenaren) oleh R.
Bei Aria Wiria Atmadja (patih di Purwakerto) pada tahun 1895. pendirian
bank tersebut ditujukan untuk membantu pegawai negeri bumi putra,
petani dan tukang. Oleh karena itu bank tersebut mendapat julukan De
Vader van de Landbauw Crediet Bank. Pad a watu itu Patih Wiria Atmadja
tidak pernah menamaknnya dengan koperasi, tetapi prinsip dasar yang
dianut oleh bank terse but yang dikenal sebagai swadaya (self help)
adalah prinsip dasar koperasi. diawal abad ke 20 bank-bank serupa telah
berdiri pula di luar jawa seperti misalnya di Sumatera dan Manado
(Saedjita Sosrodiharjo, 1982). Usaha yang dirintis oleh Aria Wiria Atmadja
diteruskan oleh Westerrode sehingga kemudian terbentuk Bank Rakyat,
Rumah Gadai, Bank Oesa dan Lumbung Oesa. Oalam perkembangan
selanjutnya Bank Rakyat diubah menjadi Bank Koperasi Tani dan
Nelayan dan sekarang Menjadi Bank Rakyat Indonesia.
Dr. R. Soetomo pada tahun 1908 mendirikan Perkumpulan Budi
Utomo yang di bidang ekonomi menggerakkan masyarakat dengan
prinsip-prinsip koperasi melalui pendirian koperasi-koperasi konsumsi.
Oemikian juga H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan Syarekat Oagang Islam
(SOl) pad a tahun 1912. disamping bergerak dibidang politik, SOl juga
bergerak di bidang ekonomi yang mengembangkan koperasi-koperasi
simpan-pinjam.
Oalam perkembangan selanjutnya, antara tahun 1931-1937 Niti
Sumantri mendirikan Koperasi Usaha Oesa atau Koperasi Serba Usaha
yang pertama di Sukabumi, bahkan Koperasi Serba Usaha yang pertama
di Indonesia. Pada tahun 1937-1942, Niti Sumantri dipilih manjadi ketua
Central Cooperative Bandung (CCB), yang selanjutnya ia juga sebagai
pendiri dan terpilih menjadi ketua yang pertama pada Bank Koperasi
Propinsi Jawa Barat (BKP). Sumantri bersama dengan tokoh koperasi
lainnya seperti R.M. Margono Ojojohadikoesoemo dan Prof. Ir. Teko
Sumodiwirjo menyelenggarakan Kongres Koperasi ke-I pada bulan Juli
15

1947 di Tasikmalaya. Dalam kongres itu dibentuk Sentral Organsiasi


Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) dan Niti Sumantri juga terpilih
menjadi ketuanya yang pertama. Dan dalam catatan sejarah
perkoperasian dalam kong res tersebut diputuskan tanggal 12 Juli sebagai
Hari Koperasi Indonesia.
Dalam kongres I koperasi seluruh Indonesia yang berlangsung di
Tasikmalaya, melahirkan beberapa keputusan yang penting bagi
perkembangan koperasi di Indonesia. Keputusan tersebut antara lain:
a. Ditetapkan tanggal12 Juli sebagai Hari Koperasi Indonesia.
b. Ditetapkannya azas gotong royong sebagai azas Koperasi Indonesia.
c. Mengusahakan terbentuknya Koperasi Desa di seluruh Indonesia
untuk memperkuat perekonomian nasional.
Sejarah perkoperasian juga mencatat tokoh pejuang kemerdekaan
Muhammad Hatta yang sejak awal perjuangan memperebutkan
kemerdekaan, memperjuangkan berdirinya koperasi Indonesia. Bung
Hatta berperan sebagai arsitek Pasal 33 UUD 1945. kongres ke II pada
tahun 1953 menetapkan Dr. Muhammad Hatta sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Dalam perkembangan koperasi, tercatat berabagai pertauran
perundang-undangan yang mengatur tentang koperasi, antara lain:
a. Tahun 1949 Pemerintah Federal Belanda mengeluarkan Undang-
Undang tentang perkumpulan Koperasi yang termuat dalam
Staatsblad 1979 tahun 1949. Undang-Undang tersebut hanya
merupakan terjemahan Undang-Undang Perkoperasian tahun 1949
dan Undang-undang perkoperasian tahun 1933.
b. Pemerintah Indonesia pad a tahun 1958 mengeluarkan Undang-
undang nomor 79 tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi. dalam
Undang-undang ini ada bebrapa hal yang dapat dikemukakan.
• Mulai saat itu koperasi Indonesia hidup atas dasar Undang-undang
Perkumpulan Koperasi Nasional. bukan kolonial.
• Merupakan tonggak pemisah koperasi masa penjajahan dan masa
kemerdekaan.
16

• Orang asing tidak lagi dibenarkan mendirikan dan menjadi anggota


serta pengurus koperasi.
• Pemerintah berkewajiban untuk membimbing, memampukan dan
mengawasi koperasi.
Koperasi Indonesia juga tidak terlepas dari kepentingan politik,
dim ana pada tahun 1960 sampai dengan 1965, Undang-undang dan
beberapa peraturan dikeluarkan dalam rangka pembangun koperasi,
tetapi baik undang-undang maupun peraturan-peraturan tersebut lebih
diarahkan pada kepentingan politik dari golongan-golongan tertentu dan
menempatkan koperasi sebagai bagian tertentu dalam sistem ekonomi.
Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pemerintah
Indonesia mulai menata kehidupan baru Gerakan Koperasi Indonesia
dengan ditetapkannya Undang-undang No 12 tahun 1967 sebagai
pengganti Undang-undang Koperasi No 14 tahun 1965. Undang-undang
no 12 tahun 1967, berusaha mengembalikan koperasi kepada citra yang
sebenarnya yaitu sesuai dengan Undang-undang dasar 1945 pasal 33,
dan diharapkan koperasi menjadi tulang punggung perekonomian
nasional.
Berbagi aturan yang lahirkan Pemerintah Orde Baru untuk
mengembangkan koperasi dapat terlihat dari kebijakan Pemerintah
melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pembinaan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). BUUD inilah yang menjadi
bibit lahirnya Koperasi Unit Desa (KUD). Perubahan status BUUD
menjadi KUD dilakukan Pemerintah melalui Inpres NO 2 tahun 1978, yang
menjadikan KUD bukan lagi sebagai koperasi pertanian, tetapi menjadi
koperasi serba usaha. Keanggotaan menjadi terbuka bagi semua warga
desa yang bidang usahanya sangat beragam, yang berarti beragam pula
kebutuhannya. Kemudian pada tahun 1984 pemerintah kembali
mengeluarkan Inpres No.4 tahun 1984 tentang Pembinaan Koperasi Unit
Desa. Instruksi ini juga melahirkan Badan Pembimbing dan Pelindung
KUD (BPP KUD) serta menginsruksikan 12 menteri, Gubernur Bank
Indonesia, Kepala Bulog, dan semua Gubernur untuk menjadi pembina
17

KUD. Dengan kebijakn seperti ini maka koperasi dianggap sebagai agen
pemerintah untuk mempercepat pembangunan.
Dalam melihat keberhasilan koperasi di Indonesia berikut kita lihat
beberapa hasil kajian terdahulu tentang koperasi. Bisri (2000), dalam
penelitiannya pada Koperasi Perikanan KUD Makaryo Mino Pekalongan.
Dimana KUD Mino sang at maju dan bahkan menjadi KUD Mina sebagai
Koperasi Teladan Tingkat Nasiona!. Anggota KUD Makaryo Mino ini
terdiri dari para buruh nelayan, para pemilik kapal, dan para baku!. Tiga
kelompok anggota yang memiliki karakteristik berbeda secara sosial
ekonomi ini berkoperasi karena memiliki kesamaan, yaitu sama-sama
bergerak di bidang perikanan. Keberhasilan KUD Makaryo Mino dalam
menggalang sinergi (sinkronisasi energi) dari ketiga kelompok anggota
tersebut untuk kesejahteraan bersama merupakan suatu keberhasilan
yang patut dicontoh.
Kunci keberhasilan dari KUD Makaryo Mino adalah
ditumbuhkannya iklim demokratis, terbuka, dan partisipatif yang dipandu
dengan kepemimpinan usaha yang jujur dan profesional, serta
memperoleh bantuan pembinaan yang tepat dari pemda dan Departemen
Koperasi dan UKM.
Penelitian tentang Pengembangan Koperasi Desa Pantai Untuk
Menunjang Pembangunan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan (Studi
Kasus Koperasi Tambak di Kabupaten Indramayu) Urip Triyono, (2003).
Hasil kajian yang diperoleh adalah bahwa koperasi sebagai gerakan
ekonomi rakyat dan badan usaha, belum mampu berperan secara tepat
dalam mengembangkan usaha dan lingkungan. Disamping itu koperasi
belum mampu mensinergikan secara komprehensif terhadap nilai-nilai
dan prinsip-prinsip koperasi, sebagai kekuatan yang ampuh dalam
mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakal. Hal ini dipengaruhi
oleh rendahnya kualitas SDM penambak, mengakibatkan tingkat
individualitasnya menjadi terbatas dan tingkat produktivitas yang
diperoleh turun dari tahun ke tahun yang menjadikan posisinya terjerat
dalam kemiskinan dan sulit untuk mengakses sumber permodalan, pasar,
18

informasi dan teknologi untuk mengembangkan usaha dan lingkungan


yang mendukung pertambangan.
Untuk mengatasi masalah-masalah struktural yang dihadapi
koperasi tambak di Kabupaten Indramayu, perlu dilakukan dengan
pendekatan institusional dengan memprioritaskan pada peningkatan
faktor-faktor penentu intemal dengan upaya-upaya pemberdayaan
(empowerment), membangun kapasitas (capacity building) dan
pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development), terhadap
faktor-faktor dominan melalui strategi :
a. Meningkatkan kualitas 80M petambak untuk meningkatkan
produktivitas.
b. Meningkatkan pengatahuan dan pemahaman tentang perkoperasian
serta meningkatkan pelayanan koperasi secara tepat pad a anggota
dan masyarakat.
c. Meningkatkan usaha simpan plnJam koperasi yang mantap dan
terjangkau oleh anggota dan masyarakat.
d. Meningkatkan akses terhadap permodalan, pasar, informasi dan
teknologi dalam pengembangan usaha dan memperbaiki kondisi
lingkungan.
e. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen dalam
pengusahaan tambak secara berkelanjutan.
Untuk mendukung terlaksananya upaya-upaya tersebut, juga
diperlukan dukungan peningkatan faktor-faktor penentu ekstemal meliputi
perbaikan sarana dan prasarana, penyediaan tenaga penyuluh yang
handal, keberpihakan perbankan, penatagunaan lahan, penegakan
hukum, dan dukungan kebijakan-kebijakan dari berbagai instansi terkait.
Kajian tentang koperasi juga dilakukan oleh 8utomo
Brodjosaputro pada tahun 1989 tentang Beberapa Faktor Utama Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Unit Oesa. Kajian ini ini dilakukan
untuk menganalisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
KUO terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan manajemen
koperasi yaitu pengurus, badan pemeriksa dan manajer.
19

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keberhasilan KUD dalam


mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor internal yang
melekat pada para pelaksana manajemen dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal yang merupakan iklim pertumbuhan dan
perkembangannya.
Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah :
1. Tingkat Pendidikan Pengurus.
Tingkat pendidikan pengurus erat sekali kaitannya dengan
kemampuan manajemen yaitu manajemen organisasi, manajemen
usaha dan manajemen tenaga pelaksana, serta kemampuan
memanfaatkan potensi lingkungan.
2. Tingkat Pendidikan Badan Pemeriksa.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan badan pemeriksa di bidang
administrasi dan keuangan, juga status sosialnya yang tinggi akan
memudahkan badan pengawas untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalannya kegiatan perkoperasian. Sehingga meminimalisir
terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang merugikan KUD
terutama di bidang keuangan.
3. Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Manajer.
Dalam melaksanakan berbagai pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada anggota harus didukung dengan kemampuan manajer yang
profesional. Di mana pengetahuan manajerial yang di miliki manajer
harus dapat mengembangkan koperasi dan ini didukung oleh
pendapatan manajer yang memadai.
4. Jumlah Anggota.
Anggota adalah pemilik dan juga pelanggan koperasi. oleh karena itu
sampai batas tertentu semakin besar jumlah anggota semakin besar
volume usaha dan memberi kemungkinan lebih besar terbentuknya
sisa hasil usaha. (SHU). Semakin besar jumlah anggota, semakin
besar terkumpul simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan
sukarela yang merupakan modal usaha dalam memberikan pelayanan
kepada anggota.
20

5. Besar Modal Yang Dipergunakan Dalam Usaha.


Besar modal yang dipergunakan dalam usaha berkaitan langsung
dengan volume usaha. Sampai pada suatu batas tertentu semakin
besar volume usaha semakin kecil biaya persatuan barang sehingga
lebih besar kemungkinan diperoleh sisa hasil usaha.
Faktor-faktor Eksternal :
Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial yang
hidup ditengah-tengah masyarakat, beranggotakan orang-orang dari
masyarakat yang sama, maka KUD tidak terlepas dari pengaruh sifat-sifat
anggota masyarakat setempat. Sedangkan faktor eksternal yang tidak
secara lang sung berpengaruh terhadap KUD adalah kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.
Nasution (1990), menelaah keragaan KUD sebagai organisasi
ekonomi pedesaan secara komprehensif dengan pendekatan persamaan
simultan yang menyangkut fungsi keberhasilan usaha KUD, fungsi
pencapaian target, fungsi pelayanan kepada anggota, fungsi partisipasi
anggota dan fungsi keanggotaan.
Studi terse but telah memberikan banyak penjelasan mengenai
hubungan sebab akibat dari berbagai faktor dalam lingkup sosial,
ekonomi dan manajemen koperasi. Hampir seluruh faktor internal dan
eksternal telah ditelaah dalam kaitannya dengan keberhasilan dan
terhadap sebagian dari dampak koperasi masyarakat.

2. 2. Penguatan Kelembagaan Koperasi.

Kelembagaan merupakan wadah bagi masyarakat untuk


berpartisiipasi, masyarakat akan berpartisipasi menekala organisasi
tersebut sudah dikenal dan dapat memberikan manfaat langsung pada
masyarakat yang bersangkutan, serta pimpinan yang dikenali dan
diterima oleh kelompok sosial (Nurdin, 1998)
Pengembangan kelembagaan adalah proses menciptakan pola
baru kegiatan dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu karena
didukung oleh norma standard an nilai-nilai dari dalam (Brinkerhoff,
seperti dikutip Israel, 1992) Selain menciptakan pola baru kegiatan,
21

da1am konteks pengembangan kelembagaan dapat pula dilakukan


penguatan kelembagaan.
Penguatan kelembagaan dilakukan dengan cara Capacity Building
(penguatan kapasitas), di mana istilah ini makna dan caranya berbeda-
beda antara orang dan organisasi. Penguatan kelembagaan dikatakan
juga sebagai "... Strengthening people's capacity to determine their own
values and priorities, and to organize themselves to act on these, which is
the basic for development". (memeperkuat kapasitas orang-orang untuk
menentukan nilai-nilai dan prioritas mereka sendiri dan untuk mengatur
diri mereka sendiri dari bertindak dalam kegiatan yang merupakan dasar
dari pengembangan) (Deborah Eade dan Suzane, dalam Tim
O'Shaughnessy with Leane Black and Helen Carter, 1999). Ada juga
yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan capacity building
adalah untuk menggambarkan serangakaian tindakan mulai dari
mengembangkan kapasitas manusia secara langsung, restrukturisasi
organisasi, dan pemasaran tanaga kerja. Tiga elemen penguatan
kapasitas adalah :
1. Pembangunan manusia, terutama dalam biadang kesehatan,
pendidikan, makanan, ketrampilan teknis.
2. Restrukturisasi pemerintah dan swasta untuk menciptakan pekerjaan
yang terampil dapat berfungsi secara efektif.
3. Kepemimpinan politik yang memahami bahwa institusi merupakan
satu kesatuan yang rentan dan mudah hancur, oleh karena itu
memerlukan pendampingan yang berkelanjutan. (Bank Dunia dan
United Nation Development Program, 1999).
Di dalam penguatan kapasitas kelembagaan, kerjasama antar
pihak menjadi sangat penting, dalam hal ini kerja sam a pemerintah,
swasta dan Non Government Organization (Lembaga Pengembangan
Masyarakat) serta masyarakat itu sendiri. Melalui kerjasama yang
dilakukan berbagai pihak, dapat memperkuat kelembagaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tonny (2003) yang menunjukkan bahwa
pengembangan usaha-usaha produktif skala kecil dan menengah
22

seringkali mengabaikan kemampuan kelembagaan, karena hampir


semua kelembagaan yang mendukung sektor ini lemah dalam : (a)
meraneang reneana kegiatan yang luwes; (b) manajemen dan
administrasi seeara profesional; (e) mengoperasionalkan dan
melaksanakan tugas kelembagaan seeara efektif, dan (d) melanjutkan
pendanaan seeara efesien dan mandiri. Dengan dasar demokratisasi
ekonomi dan kebijakan otonomi, maka strategi itu perlu menghidupkan
kembali konsep peran serta masyarakat dan komunitas di dalam
pengembangan kelembagaan.

Faktor-faktor berikut menunjukkan bahwa di dalam pengembangan


koperasi diperlukan penguatan kapasitas kelembagaan koperasi :

Faktor Internal
a. Kualitas sumber daya anggota koperasi baik.
b. Kualitas pengurus koperasi yang handal.
e. Modal dan kegatan usaha koperasi yang mendukung
pengembangan koperasi.
Faktor Eksternal
a. Lingkungan sosial masyarakat dimana koperasi berada.
b. Kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi yang terkait dengan
pengembangan koperasi.
Kualitas sumberdaya anggota koperasi sangat berpengaruh
terhadap penguatan koperasi dimana seeara hukum anggota koperasi
adalah pemilik dari koperasi dan usahanya, dan anggotalah yang
mempunyai wewenang mengendalikan koperasi bukan pengurus dan
bukan manajer. Oleh karena itu tidaklah salah kalau dikatakan bahwa
kunei dari keberhasilan koperasi terletak pad a anggota. Rapat
anggota mempunyai kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi.
Keterlibatan anggota koperasi seeara aktif dalam kegiatan-kegiatan
koperasi seperti hadir dalam rapat-rapat, menerima tugas yang
diberikan oleh pengurus. ikut serta dalam kepanitiaan, memberi saran
dan kritik yang membangun/konstruktif kepada pengurus dan
mengikuti perkembangan organisasi koperasi menjadi bagian penting
23

dalam keterlibatan anggota koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan


kualitas anggota koperasi yang sadar akan tanggungjawab yang
begitu besar terhadap penguatan koperasi.
Faktor pengurus juga memempunyai peran yang sangat
penting. Dimana pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota
koperasi dalam Rapat Anggota, sebagaiman tercantum dalam pasal
29 (1) UU No 25/1992, untuk mewakili anggota dalam menjalankan
kegiatan koperasi, dapat menunjukkan orang lain untuk menjalankan
fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu
manajer dan karyawan sebagai pengelolah. Pengurus memperoleh
wewenang dan kekuasaan dari RAT dan melaksanakan seluruh
keputusan RAT tersebut guna memberikan manfaat kepada anggota
koperasi. Atas dasar itulah Pengurus merumuskan berbagai
kebijaksanaan yang harus dilakukan Pengelola (Team Manajemen)
dan menjalankan tugas-tugasnya. Leon Garayon dan PaulO. Mohn
dalam Hendrojogi (2004), menyebutkan bahwa pengurus koperasi
mempunyai fungsi idiil (ideal function), dan karenanya pengurus
mempunyai fungsi yang luas, yaitu :
a. Berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan tertinggi.
b. Berfungsi sebagai pemberi nasi hat.
c. Berfungsi sebagai pengawas atau sebagai orang yang dapat
dipercaya.
d. Berfungsi sebagai penjaga berkesinambungannya organisasi.
e. Berfungsi sebagai simbol.
Dalam koperasi modal mempunyai kedudukan vital. Hanya
dalam hal ini koperasi modal tidak boleh diberikan arti yang lebih
penting dari para orang-orang yang menjadi anggota koperasi.
Hedrojogi (2004), mengatakan modal sebagaimana kita ketahui
adalah merupakan salah satu faktor produksi, tetapi hingga sekarang
diantara para ahli ekonomi sendiri belum terdapat kesamaan
pendapat tentang apa yang disebut dengan modal itu dan tampaknya
dalam sejarahnya pengertian modal itu berkembang sesuai dengan
24

perkembangan ilmu. Dalam UU No.25 Tahun 1992 tentang


perkoperasian mengatakan bahwa modal dalam koperasi pad a
dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk
sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap
modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak
didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang
dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi
suku bunga yang berlaku di pasar. UU Perkoperasian juga
menjelaskan jenis-jenis modal dalam koperasi, berupa simpanan
pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela dan cadangan yang
dipupuk dari hasil usaha yang merupakan kekayaan dari koperasi.
8erapa jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi sudah
harus bisa ditentukan dalam proses pengorganisasian atau pada
waktu berdirinya dengan rincian berpa untuk modal tetap atau yang
disebut juga sebagai modal jangka panjang dan berapa untuk modal
kerja yang disebut sebagai modal jangka pendek.
Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan koperasi
dapat dilihat dari lingkungan sosial masyarakat dan kebijakan
pemerintah. Koperasi yang lahir ditengah masyarakat yang
lingkungan sosialnya mendukung keberadaan koperasi, dimana
masyarakat dapat menerima keberadaan koperasi dan memanfaatkan
berbagai unit usaha yang dimiliki koperasi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebijakan pemerintah juga menjadi faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap pengembangan koperasi, dimana kebijakan
ekonomi yang dibuat pemerintah harus dapat memberi peluang bagi
koperasi dalam mengembangkan usahanya, terutama pemberian
modal bagi pengembangan usaha koperasi. Kemudian pemerintah
juga berperan aktif dalam melakukan pembinaan terhadap koperasi
dengan jalan melakukan pelatihan-pelatihan kepada pengurus dan
anggota koperasi sehingga mampu melahirkan kehidupan berkoperasi
yang baik.
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Konflik yang terjadi selama tiga tahun terakhir ini telah memberikan
dampak yang signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian dan pranata
sosial masyarakat. Impilkasinya, banyak penduduk yang mengungsi,
rusak atau hancurnya prasarana dan sarana umum dan pemerintahan,
menurunnya kinerja perekonomian daerah, meningkatnya jumlah angka
pengangguran, menurunnya pelayanan kepada masyarakat,
membengkaknya pembelanjaan pemerintah (government expenditure)
serta trauma psikologis kepada masyarakat, khususnya perempuan dan
anak-anak, disamping penegakkan supremasi hukum belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Upaya pemerintah untuk penyelesaian konflik dan dampak yang
ditimbulkan pasca konflik dilakukan melalui berbagai program
pemberdayaan masyarakat. Program ini dilakukan dalam upaya
mengembalikan ekonomi keluarga korban konflik. Tindakan penyelamatan
terhadap para korban konflik telah dilakukan, baik dalam bentuk
penyediaan tempat tinggal, pemberian makanan maupun pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya, utamanya pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Untuk itulah pemerintah melakukan kegiatan yang dapat mengembalikan
pengungsi pada kehidupan normal.
Pad a hakekatnya, pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat
terkait erat dengan upaya menggerakan perekonomian perdesaan. Oleh
karena itu, upaya meningkatkan pembangunan perdesaan termasuk di
daerah konflik, daerah minus, daerah kritis dan daerah terbelakang
lainnya merupakan prioritas utama dalam pemberdayaan masyarakat
melalui peningkatan prasarana dan sarana perdesaan.
Selain itu, secara faktual berbagai kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat yang memiliki prospek baik ini mengalami stagnasi pad a sa at
konflik berlangsung. Akibatnya, aktivitas pasar-pasar tradisional rakyat
yang telah tumbuh subur di beberapa kecamatan menjadi sepi dan tidak
bergairah. Terjadinya pengungsian besar-besaran dari daratan Halmahera
ke Ternate, menjadikan Pulau Ternate yang daya tampungnya (carrying
26

capacity) terbatas dipenuhi oleh pengungsi dari berbagai wilayah Maluku


Utara. Sehingga banyak penduduk usia produktif yang kehilangan mata
pencaharian menganggur di Ternate.
Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru
perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata
perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi
seperti itu maka koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi masyarakat pasca konflik serta dalam
mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri
demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Dengan ciri
khas ini maka koperasi dapat menjadi media bagi masyarakat
memperbaiki kehidupan perekonomian keluarga mereka.
Sebagaian besar koperasi selama ini belum sepenuhnya
menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud pasal 33 ayat
1 UUD 1945. Pembangunan koperasi perlu diselaraskan dengan
perkembangan lingkungan secara dinamis sehingga semakin berperan
dalam perekonomian nasional, pengembangannya diarahkan agar
koperasi benar-benar kembali ke jati dirinya yaitu memahami pengertian
koperasi secara tepat dan benar dengan menegakkan nilai-nilai hidup
yang dianut gerakan koperasi yaitu menolong diri sendiri dengan
kebersamaan secara gotong royong dan kekeluargaan yang dalam
pelaksanaannya senantiasa berpedoman dan menerapkan prinsip-prinsip
koperasi maupun kaidah ekonomi dan bisnis.
Pengembangan koperasi harus diartikan sebagi usaha untuk
mewujudkan koperasi yang mandiri dan kuat. Tolok ukur koperasi yang
mandiri dan kuat, misalnya, mampu dan berwenang memutuskan semua
kegiatan yang berhubungan dengan usaha koperasi, mampu dan
berwenang mengelolah seluruh kegiatan usaha secara efektif dan efesien,
mampu mengarahkan segala sumber dana, mampu mempengaruhi
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan usaha koperasi serta
mampu mengatur dan mengelola karyawan secara mandiri (Ismawan,
2000). Selanjutnya menu rut Ismawan (2000) anggota koperasi umumnya
adalah masyarakat kecil dengan pengetahuan, permodalan, dan usaha
27

yang serba terbatas (untuk petani gurem bahkan berada pad a tingkat
subsisten). Agar bisa berpartisipasi dengan baik anggota koperasi
seharusnya, minimal mampu membaca. Dengan kemampuan itu mereka
bisa membaca laporan pengurus, dan lebih baik lagi bila mengerti laporan
keuangan, sehingga dapat mengikuti jalannya usaha, mengontrol dan
membantunya. Hanya dengan jalan demikianlah anggota akan merasa
ikut memiliki, menjaga dan berjuang mengembangkan koperasi.
Kajian ini akan melihat mekanisme kelembagaan koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan menganalisis proses
penguatan kelembagaan koperasi.
Untuk merumuskan strategi dan program-program yang akan
meningkatkan penguatan kelembagaan koperasi yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi. Dengan meningkatnya
penguatan kelembagaan koperasi diharapkan program/kegiatan koperasi
akan semakin mandiri dan kuat. Program pengembangan koperasi dapat
terlihat pad a Gambar 1.
28

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

PETASOSIAL

ANALISIS

Proses Penguatan Kelembagaan


Koperasi Pasca Konflik

Penyusunan Strategi Pola


Penguatan Kelembagaan Koperasi
Pasca Konflik

PROGRAM PENGUATAN
KELEMBAGAAN KOPERASI
PASCA KONFLIK

3.2. Waktu dan Tempat


Kajian pengembangan masyarakat ini: dilakukan pada pertengan
bulan november 2004 sampai dengan bulan Februari 2005 dengan fokus
merancang program pengembangan masyarakat berupa Penguatan
Kelembagaan Koperasi dalam Masyarakat Pasca Konflik. Lokasi kajian adalah di
desa Tuada Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat Penentuan lokasi
kajian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan desa
ini merupakan desa yang telah tersentuh program pengembangan
masyarakat dan terdapat koperasi yang potensial untuk mengembangkan
perekonomian rakyat. Selain itu aksesibilitas yang mudah juga menjadi
29

salah satu dasar pertimbangan.

3.3. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Cara pengumpulan data yang dipergunakan dalam kajian


pengembangan masyarakat ini menguraikan metode-metode :
a. Pengamatan langsung melalui penulusuran data primer yaitu
dengan melakukan wawancara dengan anggota koperasi (27 orang)
untuk memperoleh data yang terkait dengan kegiatan-kegiatan
koperasi dan sejauh mana peran anggota koperasi dalam setiap
kegiatan koperasi. Wawancara dengan pengurus (3 orang), ini
dilakukan untuk mengetahui unit-unit usaha yang dimiliki oleh
koperasi, rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk
pengembangan kegiatan usaha koperasi dan peran serta anggota
koperasi dalam setiap kegiatan koperasi. Wawancara dengan
kepada kepala desa, dilakukan untuk mengetahui dampak dengan
adanya koperasi dan respon masyarakat terhadap kegiatan usaha
koperasi. Dan kunjungan lapangan untuk mengamati perilaku
anggota koperasi dalam setiap program dan kegiatan usah yang
dilaksanakan koperasi.
b. Penelusuran data sekunder yang berasal dari beberapa lembaga
seperti :
";> Kantor Desa, untuk memperoleh data monografi desa.
>- Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Halmahera Barat, untuk
mengetahui data koperasi dan berbagai kegiatan yang sudah
dilakukan untuk pengembangan kegiatan koperasi.
>- LSM Semang, untuk mengetahui kegiatan pendampingan yang
telah kepada koperasi di Kabupaten Halmahera Barat.
c. Diskusi dengan responden maupun dengan informen melalui Focus
Group Oiscussion (FGD). Metode ini dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah ataupun kebutuhan yang dirasakan
pengurus dan anggota koperasi. Untuk mendapatkan data tentang
potensi, permasalahan dan alternatif pemecahan masalah serta
perencanaan program yang akan dilakukan untuk penguatan
30

koperasi perikanan Desa Tuada, maka dilakukan beberapa tahapan


sebagai berikut :
(1) Membentuk kelompok diskusi yang beranggotakan 12 orang (2
orang pengurus koperasi, 1 orang pengawas koperasi, 2 orang
pimpinan unit usaha koperasi, 4 orang anggota koperasi, 1
orang dari LSM Semang, 1 orang staf dinas koperasi, dan 1
orang staf dinas perikanan dan kelautan). Diskusi Kelompok
Terfokus ini tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi dilakukan
sebanyak 4 kali. Dengan peserta yang berbeda.
(2) Tahap pra diskusi, tahap ini dilakukan sebagai media antara
peserta diskusi khususnya anggota, pengurus dan pengawas
koperasi untuk saling mengenal dengan pihak LSM, staf dinas
koperasi, dan staf dinas perikanan dan kelautan. Tahap ini juga
dijadikan sebagai informasi kepada peserta diskusi tentang
topik~topik yang akan didiskusikan.
(3) Proses diskusi, tahap ini dimulai dengan setiap peserta diskusi
menyampaikan berbagai permasalahan dan kendala yang
dihadapi oleh koperasi perikanan sihida ngone, dari
permasalahan dan kendala yang disampaikan kemudian
diidentifikasi dan dilihat permasalahan dan kendala yang
menonjol dan dirasakan oleh anggota, pengurus dan pengawas
koperasi. Dan ini didiskusikan secara partisipatif oleh seluruh
peserta diskusi.
(4) Laporan hasil diskusi,

3.4. Perancangan dan Penyusunan Program Kerja.

Berdasarkan anal isis data, dilakukan penyusunan program


dengan cara diskusi untuk merumuskan permasalahan dan upaya
pemecahan bersama anggota koperasi. pengurus koperasi, LSM
semang dan Staf Dinas Koperasi dan UKM. Penyusunan program
menggunakan metode partisipatif yaitu Diskusi Kelompok Terarah.
Metode ini dilaksanakan dengan cara saling berbagi informasi antara
anggota koperasi dan pengurus koperasi yang terlibat, pengkaji terlibat
31

sebagai fasilitator. Informasi yang digunakan adalah informasi yang


dimiliki oleh anggota dan pengurus koperasi tentang partisipasi dalam
pengembangan koperasi perikanan sihida ngone di Desa Tuada. Hasil
diskusi ini kemudian dirumuskan secara bersama-sama menjadi program
pengembangan masyarakat untuk mendesain pola penguatan partisipasi
anggota koperasi.
Penyusunan program pengembangan masyarakat merupakan
proses yang selalu berjalan. Penyusunan program dimulai dan dasarkan
pada evaluasi terhadap program/kegiatan yang dilaksanakan. Evaluasi
program dilakukan dengan proses diskusi untuk menemukan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses
pelaksanaannya. Hasil diskusi ini yang telah berhasil mengidentifikasi
masalah yang dihadapi merupakan dasar untuk penyusunan program.
Program yang telah disusun di terjemahkan dalam beberapa
bentuk aktivitas atau kegiatan sesuai garis-garis besar program.
Pelaksanaan aktivitas dimulai dengan penyusunan rancangan program
yang akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan termasuk
penyusunan anggaran biaya yang diperlukan dan sum bar dana.
Setelah program, aktivitas dan kegiatan dilaksanakan, untuk
mengetahui keberhasilan/kegagalan program tersebut maka dilakukan
evaluasi program. Demikian seterusnya hasil evaluasi program ini akan
menjadi diskusi untuk pelaksanaan program selanjutnya.
IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA
4.1. Mata Pencarian Masyarakat Pasca Konflik.
Desa Tuada merupakan salah satu desa dari 27 desa yang berada
di wilayah kecamatan Jailolo dan secara geografis berada di wilayah
pesisir. Secara ekonomi dengan kondisi geografis di wilayah pesisir des a
Tuada menyimpan potensi perikanan yang melimpah. Ini juga dilihat dari
sebahagian besar penduduk desa yang bermata pencharian sebagai
nelayan. Selain sumber daya perikanan terdapat potensi sumber daya
lokal yang mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dimana yang menjadi komuditas unggulan di bidang
perkebunan adalah kelapa dalam dan kakao disamping itu
dikembangkannya tanaman cengkih, pala. Komuditas pertanian yang
dikembangkan masyarakat Tuada antara lain tanaman holtikultura sayur
dan buah-buahan.
Sumber mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan
sumber daya laut (perikanan) merupakan mata pencaharian terbesar
masyarakat desa Tuada. Ini dapat terlihat dari jumlah dan jenis alat
tangkap yang di miliki masyarakat Desa Tuada pada Tabel1.
Tabel 1 : Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada, Tahun 2004
No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)
1 Pajeko (Purciene) 1
2 Giop (Purciene Mini) 6
3 Katinting 20
4 Rumpun 5
5 Jaring Dampar 4
6 Jaring Lingkar 20
7 Tambak Ikan 32

Sumber Data: Kepala Desa Tuada. Mel 2004


Dalam menunjang kehidupan ekonomi masyarakat desa Tuada,
ada satu buah toko yang menjual berbagai kebutuhan baik pangan
maupun sandang yang dimiliki oleh warga keturunan cina dan Koperasi
Serba Usaha (KSU) Tunas Banau. Namun setelah terjadinya konflik sosial
33

warga keturunan cina tersebut meninggalkan des a tuada dan sampai saat
ini tidak kembali lagi sedangkan KSU Tunas Banau belum dapan
melanjutkan kegiatan koperasi.
Koperasi Perikanan Sihida Ngone di bentuk dengan
mempertimbangkan sebagian besar jumalah anggota koperasi yang
bermata pencharian sebagai nelayan, walaupun ada anggota koperasi
yang bermata pencharian ganda dimana pada waktu tertentu sebagai
nelayan dan waktu tertentu sebagai petani.

4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan


Ekonomi Masyarakat Desa Tuada.

Nilai-nilai budaya masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya tolong


menolong telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat. Budaya
tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut "babari". Pada
masyarakat terdapat kelompok-kelompok gotong royong yang didalamnya
berkumpul orang-orang yang baru berumah tangga (rumah tangga muda)
dan kegiatan-kegiatan mereka adalah membuat arisan untuk bahan baku
rumah.
Kerusuhan yang bernuansa SARA yang terjadi di Propinsi Maluku
Utara hampir kurang lebih dua tahun, telah merusak berbagai tatanan
ekonomi, sosial termasuk nilai-nilai masyarakat yang sudah sekian abad
tertanam dalam kehidupan masyarakat di zajirah Moloku Kie Raha.
Korban nyawa dan harta benda yang dialami oleh masyarakat sangat
besar, dan ini berpengaruh pad a tatanan dan kehidupan sosial budaya
dan ekonomi masyarakat pasca konflik sosial.
Masyarakat masih mengalami trauma dengan kejadian konflik
karena mereka secara langsung menyaksikan berbagai pembunuhan
terhadap keluarga yang dicintai, harta benda dirampas dan dibakar serta
hilangnya rasa toleransi yang selama ini terbangun. Mereka trauma
menyaksikan hilangnya kesempatan kerja, meningkatnya angka
kemiskinan, tingginya angka putus sekolah pada anak-anak usia sekolah,
dan rendahnya kesehatan dan gizi juga dirasakan masyarakat.
Kerusakan fasilitas pendukung lembaga ekonomi terlihat dari rusaknya
34

berbagai fasilitas perdagangan/pasar, koperasi dan usaha ekonomi rumah


tangga.

4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi.

Dengan adanya program pemerintah dengan yang dinamakan


program 3 R (Rekonsiliasi, Reevakuasi dan Rehabilitasi), berbagai
program yang diarahkan untuk melakukan perbaikan di bidang sosial dan
ekonomi. Untuk itu program yang pertama dilakukan adalah program
reevakuasi dimana dengan telah dipulangkanya para pengungsi kedaerah
asal mereka maka proses rekonsiliasi dan rehabilitasi kehidupan mereka
akan berjalan dengan baik. Program reevakuasi yang juga disebut
program pemulangan pengungsi menjadi perhatian serius pemerintah
daerah. Karena dengan program pemulangan pengungsi maka
pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat pasca
konflik untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Pelaksanaan pengembangan masyarakat desa sangat tergantung
pada usaha-usaha mendinamiskan masyarakat desa. Sedangkan
kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana maupun tenaga ahli
untuk melancarkan usaha terse but sangat terbatas. Dengan demikian
pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan
memberdayakan seluruh komponen dalam masyarakat. Dalam
pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu
tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah
diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan
yang berbeda di desa akan membawa pengaruh yang penting.
Pada aras desa, untuk memperbaiki kehidupan ekonomi
masyarakat, pemerintah daerah melakukan berbagai pemberdayaan
ekonomi masyarakat pasca konflik. Bantuan dari pemerintah daerah
diberikan dalam bentuk barang dan uang kepada masyarakat yang telah
mempunyai kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
kontrol terhadap jalannya program pemberdayaan ekonomi masyarakat
pasca konflik.
35

Masyarakat Oesa Tuada yang merupakan salah satu desa di


Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik
sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka.
Masyarakat sendiri melakukan pengembangan ekonomi dengan
membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi
perikanan Sihida Ngone.
Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang
dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Secara
logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organ!sasi ekonomi
tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar
baginya dari pada bentuk organisasi ekonomi lain. Oisamping itu koperasi
yakini sebagai lembaga ekonomi yang memiliki semangat kekeluargaan
dan gotong royong. Kondisi ini sesuai dengan jiwa dan semangat
Masyarakat Tuada dimana koperasi perikanan sihida ngone berada. Jiwa
gotong royong dan kekeluargaan yang dimiliki masyarakat desa tuada
mampu membawa semangat dalam membina hubungan kemasyarakatan
termasuk kegiatan berekonomi.
Semangat gotong royong dan kekeluargaan yang hidup dalam
masyarakat desa Tuada masih begitu kuat. Semangat kekeluargaan oleh
pengurus dimanfaatkan untuk menjadi pendorong dalam menggerakkan
koperasi. Oalam masyarakat desa Tuada gotong royong ini disebut
"baban". Babari merupakan suatu semangat yang hidup dalam
masyarakat untuk saling to long menolong antar sesama warga, dimana
kalau ada salah satu warga desa melakukan kegiatan membangun rumah
atau kegiatan membuka lahan pertanian baru warga masyarakat akan
bersama-sama untuk melakukan babari. Begitu juga dalam sisitem
ekonomi, masyarakat desa Tuada juga mengenal apa yang dinamakan
bagi hasil dalam istilah lokal di sebut "ngaseh". Sistem ngaseh ini berlaku
dalam hal pengelolaan hasil perkebunan, dan pertanian, dimana antara
orang yang memiliki hasil perkebunan dan pertanian yang akan dipanen
tidak dikerjakan sendiri, tetapi diberikan pada orang lain yang akan
mengerjakan kegiatan panen tersebut. Setelah hasil dari panen itu dijual
36

maka hasil tersebut dibagi dua antara pemilik dengan orang yang
melakukan panen. Pol a dan semangat hidup yang ada dalam masyarakat
Tuada inilah yang oleh pengurus dijadikan sebagai semangat dalam
menggerakkan anggota koperasi.
Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang dibentuk pasca konflik di
Kabupaten Halmahera Barat dalam perkembangan empat tahun terakhir
ternyata belum mampu memberi pelayanan yang baik. Kenyataan
tersebut dilihat dari berbagai unit-unit usaha yang dimiliki koperasi dapat
belum sepenuhnya melakukan aktivitas serta memberi pelayanan yang
dibutuhkan anggota koperasi serta masyarakat desa.
Pada awal pendirian koperasi perikanan Sihida Ngone oleh
beberapa orang tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. Mereka mengalami
berbagai kendala dalam menghadapi masyarakat desa yang memiliki
sikap negatif pada koperasi. Sikap negatif sebagian masyarakat terhadap
koperasi terbentuk karena oleh pengalaman buruk pada dua koperasi
yang didirikan sebelum konflik. Kedua koperasi tersebut tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Ketidakpercayaan
masyarakat terhadap koperasi tersebut justru menjadi pendorong bagi
para pendiri koperasi Perikanan Sihida Ngone untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa koperasi yang baru dibentuk pasca konflik merupakan
koperasi yang dapat menjalankan berbagai program/kegiatan koperasi
yang telah disepakati bersama oleh anggota koperasi.
Dalam melakukan aktivitas unit-unit usaha koperasi perikanan
sihida ngone menggunakan sumber daya yang dimiliki koperasi, ini
dimulai dengan modal yang didapat dari anggota koperasi walaupun
jumlah modal yang terkumpul dari anggota masih sang at kecil, kemudian
anggota juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan unit usaha yang ada.
Berbagai keputusan dan kebijakan dalam rapat evaluasi yang diambil
oleh pengurus koperasi selalu melibatkan anggota koperasi. Mekanisme
dilakukan untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan dalam koperasi. Hal
ini juga tidak terlepas dari peran dan kemampuan pengurus dalam
memotivasi anggota koperasi untuk berperan serta dalam melakukan
transaksi terutama dalam kegiatan usaha koperasi.
37

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pengurus ternyata belum


maksimal dimana masih ada anggota koperasi yang tidak dapat hadir
dalam pertemuan yang dilakukan oleh pengurus. Disamping itu unit-unit
usaha yang dimiliki koperasi belum seluruhnya menyediakan peluang bagi
anggota koperasi untuk terlibat dalam pengelolaan unit-unit usaha
terse but. Keterbatasan unit-unit usaha ini di sebabkan karena kekurangan
modal untuk membiayai berbagai kegiatan unit usaha. Modal koperasi
yang di dapat dari anggota koperasi melalui sumbangan wajib dan
sumbangan sukarela di manfaatkan untuk unit usaha waserda, unit usaha
BBM dan unit usaha jasa angkutan laut.
Berdasarkan hasil Rapat Anggota Tahun (RAT) Tahun Buku 2004
di sepakati beberapa hal sebagai berikut :
r Memberikan tanggungjawab kepada pengurus koperasi untuk
melakukan kerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah, swasta dan
perbanki:m untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan
usaha koperasi.
;;- Menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas
Perikanan Kabupaten Halmahera Barat untuk memperoleh bantuan
alat tangkap perikanan.

4.4. Kependudukan

Jumlah Penduduk desa Tuada yaitu 771 jiwa yang terdiri dari 377
jiwa laki-Iaki dan 394 jiwa perempuan dengan 192 KK, dengan prosentase
49,9 % laki-Iaki dan 51,9 % perempuan. Data penduduk yang disajikan ini
merupakan data tahun 2004 (data terbaru), untuk mendapatkan data
penduduk tahun sebelumnya penulis mengalami kesulitan dikarenakan
data-data tersebut tidak tersedia. Begitupun dengan data fertilitas,
mortalitas dan migrasi penduduk juga tidak tersedia. Hal ini disebabkan
karena sisitem administrasi desa yang kurang baik sehingga berbagai
data yang terkait dengan kependudukan sulit didapatkan. Untuk itu untuk
membuat perkembangan penduduk, tingkat fertilitas, mortalitas dan gerak
penduduk desa Tuada Kecamatan Jailolo, penulis mengalami kesulitan.
38

Berdasarkan komposisi penduduk (Gambar 2) tampak bahwa


kelompok umur produktif (15 - 59 tahun) merupakan kelompok terbesar
dengan jumlah 451 jiwa (59 %) dari total penduduk desa Tuada. Ini
menunjukkan bahwa secara ekonomi kelompok usia produktif ini menjadi
tulang punggung masyarakat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan
hidup sehari-hari.
Gambaran 2 : Piramida penduduk Desa Tuada Tahun 2004

Piramida Penduduk Desa Tuada


Tahun 2004

6:~6(n
60fa4 I
55-$9

to-54
Kelompok
Umur
45-49
I
40-44
I
I 35-39
I
30-34 I
25-29 I
I 20-24 I
15-19 I
I 10-14 l
I 5-9
I
I 0-4 I
o 10 20 30 40 50 60
Jiwa

o Laki-Laki 0 Perempuan

Sumber Data: Kantor desa Tuada, Mei 2004


39

4.5. Organisasi, Kelembagan dan Struktur Sosial.


Organisasi dan lembaga sosial kemasyarakatan yang berada di
Desa Tuada baik formal maupun non formal mencakup :
a. Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan
Organisasi pemerintah Desa dan perengkat desa yang masih
belum lengkap
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Tim Penggerak PKK
Kelembagaan Adat yang terdiri dari Kapita (panglima perang),
Fanyira Koma (Ketua Adat)
Organisasi Pemuda Tingkat Desa
Hubungan antar lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan yang
ada ternyata belum maksimal, ini terlihat dari komunikasi antara kepala
desa selaku pimpinan pemerintahan di tingkat desa dengan organisasi
atau lembaga lainnya belum berjalan secara baik. Konflik sosial yang
terjadi kurang lebih dua tahun berjalan ternyata telah melemahkan
lembaga adat yang selama ini dijadikan mitra oleh pemerintah desa
dalam memotivasi masyarakat desa dalam pelaksanaan program-
program pembangunan di desa.
Kehidupan sosial budaya masyarakat meliputi nilai-nilai budaya tolong
menolong yang telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat.
Budaya tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut
"babari". Selain itu dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok
gotong royong yang didalamnya berkumpul orang-orang yang baru
berumah tangga (rumah tangga muda) dan kegiatan-kegiatan mereka
adalah membuat arisan untuk bahan baku rumah.
b. Bidang Ekonomi :
Koperasi Perikanan Sihida Ngone (54 Anggota)
Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Banau (27 Anggota)
Kelompok Nelayan Giop (15 Anggota)
Sebagai penunjang kegiatan ekonomi di desa diharapkan hubungan
antar lembaga - lembaga ekonomi dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi masyarakat namun ternyata hubungan antara lembaga
40

ekonomi yang ada kurang harmonis, hal ini dipengaruhi kinerja antar
lembaga ekonomi yang tidak seimbang sehingga berdampak pada
persaingan usaha yang tidak sehat.
c. Bidang Pendidikan.
Sekolah Dasar Negeri 1 Tuada dengan jumlah 116 murid
SLTP kelas jauh (dalam persiapan dan tahun ajaran 2004/2005)
Dewan Pendidikan SON 1 Tuada
Sebagai desa dengan posisi yang strategis dimana berada pada posisi
tengah dari beberapa desa di wilayah kecamatan Jailolo dan ditunjang
dengan jumlah murid serta fasilitas gedung sekolah yang memadai
maka lewat kesepakatan antar masyarakat dengan sekolah-sekolah
yang berada di lima desa ( Tuada, Matui, Guaeria, Todowongi dan
Bukumatiti) maka dengan izin kepala kantor cabang dinas Pendidikan
Nasional Kecamatan Jailolo, untuk tahun ajaran 2004/2005 akan
dibuka SLTP kelas jauh dari SMP Negeri 2 Jailolo.
d. Bidang Keagamaan.
Satu Buah Masjid dilengkapi dengan pengurus masjid
Dua buah Mushollah
Empat buah tempat pengajian
Lembaga yang bertanggungjawab atas kehidupan beragama di tingkat
desa, peran dari lembaga yang ada sang at begitu penting, ini dapat
dilihat dari peran lembaga keagaman baik dalam hal perkawinan,
kematian dan kegiatan keagaman yang lain.
Dalam masyarakat Desa Tuada gambaran tentang struktur atau
pelapisan sosial masyarakat dapat dilihat dari kepemilikan terhadap lahan
pertanian, perkebunan dan jenis alat tangkap peri kanan, dimana ada
beberapa keluarga yang memiliki lahan pertanian, perkebunan dan jenis
alat tangkap perikanan skala menengah yang setiap saat dapat
mendatangkan hasil secara ekonomi dipandang oleh masyarakat Desa
Tuada sebagal lapisan teratas dalam struktur masyarakat desa. Pengaruh
struktur adat juga sangat besar dimana masyarakat desa menganggap
mereka yang masih punya ikatan-ikatan adat dan para pemimpin agama
dalam masyarakat menempati lapisan atas. Disamping itu jenis pekerjaan
41

dan tingkat pendidikan masyarakat juga memberikan gambaran tentang


struktur atau pelapisan sosial masyarakat.
Desa Tuada juga merupakan salah satu desa yang masih
memegang teguh adat istiadat Moloku Kie Raha. Sebelum terjadinya
konflik sosial struktur adat pada tingkat desa juga mempunyai peranan
yang sangat strategis dimana kepemimpinan adat lebih didengar oleh
masyarakat bila dibandingkan dengan kepemimpinan formal (Kepala Desa
dan perangkatnya). Namun dirasakan oleh masyarakat dalam dua tahun
terakhir peran informal yang begitu kuat semakin tidak terlihat. Hal ini
disebabkan karena masyarakat masih trauma dengan konflik sosial yang
sempat menjadikan adat sebagai salah satu sebab timbulnya konflik sosial
di Maluku Utara.
Dengan kondisi struktur adat yang mulai rapuh, maka peran
pemerintah desa semakin besar dalam mengatur berbagai kebijakan pada
tingkat desa. Upaya untuk memperkuat posisi pemerintah desa di tengah
masyarakat mengalami berbagai kendala, hal ini karenakan pemerintah
desa yang dipimpin oleh kepala desa yang baru terpilih kurang lebih
seta hun yang lalu. Untuk itu yang baru dilakukan adalah melakukan
konsolidasi dan membentuk pemerintahan desa yang kuat sehingga
dengan pemerintahan desa yang baik berbagai program desa dapat
dilaksankan dengan dukungan penuh masyarakat desa.

"
V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE

5.1. Mekanisme Penguatan Koperasi Perikanan Sihida Ngone

5.1.1. Sejarah Pendirian

Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada (selanjutnya di


sebut KOPERIK) mulai didirikan pada tanggal 03 Maret 2001 di desa
Tuada. Dan pada tanggal 08 Mei 2001 koperasi ini memperoleh status
badan hukum sesuai dengan Pengesahan Akta Pendirian yang disahkan
oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Maluku Utara dengan Nomor:
03/SH/DK-UKM/MUNI2001. proses pembentukan koperasi ini berawal
dari keinginan beberapa tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh ad at dan
tokoh pemuda yang setelah kembali dari tempat pengungsian di Kota
Ternate akibat konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Halmahera Sarat,
meresa perlu didirikan satu lembaga ekonomi desa yang dapat membantu
masyarakatdalam memulihkan perekonomian keluarga mereka.
Pertemuan pertama diadakan pada sa at awal pemulangan
pengungsi yaitu pada tanggal 5 Januari 2001, yang membicarakan bentuk
usaha yang dapat meningkatakn kesejahteraan masyarakat Tuada. Pada
tangal 03 Maret 2001 beberapa tokoh agama, tokoh ad at, dan tokoh
pemuda difasilitasi oleh pemerintah desa dan Dinas Koperasi dan UKM
melakukan pertemuan untuk membicarakan pembentukan bentuk usaha
bersama. Kesepakatan yang hadir pada waktu itu adalah membentuk
Koperasi Perikanan dengan nama Sihida Ngone. Pertemuan ini juga
ditetapkan mengenai iuran pokok dan iuran wajib anggota. Selain itu
pertemuan ini juga menetapkan Pengurus Koperasi dan Unit-unit Usaha
yang akan dijalankan serta penerimaan anggota. Kurang lebih satu
minggu sebanyak 55 kepala keluarga mendaftarkan diri sebagi anggota
Koperasi Perikanan Sihida Ngone. Dalam perkembangan selanjutnya
selain pengurus yang sudah terbentuk berdasarkan musyawarah anggota
koperasi. dibentuklah badan pengawas koperasi yang juga
bertanggungjawab kepada anggota koperasi melalui rapat anggota.
Sadan pengawas bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengelolaan dan kebijakan yang dikeluarkan pengurus
43

koperasi. Untuk itu pengawas dapat memberikan koreksi, saran, teguran


dan peringatan kepada pengurus.
Koperasi Perikanan Sihida Ngone ini dibentuk dalam kondisi
masyarakat yang masih trauma dengan konflik sosial yang terjadi di
Halmahera Barat. Disamping itu pada dasarnya memang sudah sejak
lama kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan koperasi sebagai
suatu lembaga ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggotanya masih rendah. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman mereka
terhadap keberadaan dua koperasi terdahulu yang menu rut mereka
muncul secara tiba-tiba namun hilang juga secara tiba-tiba tanpa
mempertanggungjawabkan dana koperasi tersebut. Namun
ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga koperasi justru memacu
para pendiri Koperasi Perikanan Sihida Ngone untuk membuktikan bahwa
apa yang mereka rintis ini berbeda dengan koperasi terdahulu.

5.1.2. Menguatkan Unit-Unit Usaha.

Pada awal berdirinya koperasi ini, unit-unit usaha yang yang


disepakati oleh pengurus dan anggota adalah :
1. Unit usaha Perikanan
2. Unit Usaha Waserda
3. Unit Usaha Simpan Pinjam
4. Unit Usaha BBM
5. Unit Usaha Jasa Transportasi
Dalam pelaksanaan kegiatan unit usaha yang pertama adalah Jasa
Transportasi Laut, Waserda, BBM dan Simpan Pinjam. Modal awal unit
usaha ini didapat dari Simpanan Wajib anggota dan simpanan sukarela
anggota koperasi. Simpanan Wajib yang didapat dari anggota sebesar Rp.
5.400.000.- dan ditambah dengan Simpanan Sukarela sebesar Rp.
6.750.000.- . Hasil dari simpanan anggota ini yang dijadikan modal usaha
koperasi. Dalam perkembangan selanjutnya unit usaha simpan pinjam
mengalami berbagai permasalahan yang pada awalnya berjalan baik
ternyata tidak mampu bertahan setelah di evaluasi, permasalahan
mendasar pada unit usaha simpan pinjam ini adalah sumber daya
44

manusia yang belum mampu dalam mengelola usaha simpan pinjam


terse but. Disamping itu kesadaran anggota koperasi dan masyarakat
untuk mengembalikan pinjaman dalam waktu yang telah ditentukan masih
kurang. Akhirnya disepakati untuk dihentikan untuk sementara waktu
sampai dengan kesiapan sumber daya manusia baru diaktifkan kembali.
Begitu pula dengan unit usaha BBM yang juga mengalami fiuktuasi usaha
karena kelangkaan BBM untuk wilayah Halmahera Barat sehingga unit
usaha ini juga di hentikan untuk sementara waktu.
Untuk unit usaha Waserda dengan Jasa Transportasi mengalami
perkembangan yang menggembirakan, dimana unit usaha Waserda
mampu memberikan pelayanan dalam menyiapkan berbagai kebutuhan
hidup sehari-hari (sembako) bagi anggota koperasi dan masyarakat desa
Tuada. Sedangkan unit usaha Jasa transportasi laut mampu
mengembangkan usahanya dengan memperbesar armada angkutan yang
dulunya bermuatan tiga ton menjadi berkapasitas angkut enam ton.
Dalam tahun 2003 Dinas Koperasi dan UKM melakukan evaluasi dan
penilaian terhadap berbagai koperasi di Kabupaten Halmahera Barat, dan
dari hasil evaluasi dan penilaian tersebut Dinas Koperasi dan UKM
menetapkan beberapa koperasi yang menunjukkan perkembangan usaha
sangat baik untuk mendapatkan bantuan modal usaha pada tahun 2004.

5.1.3. Kinerja Anggota Koperasi

Rapat Anggota koperasi merupakan kekuasaan tertinggi dalm


koperasi, sehingga rapat anggota koperasi berhak meminta keterangan
dari pertanggungjawaban pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan
koperasi.
Dalam perkembangan koperasi perikanan Sihida Ngone, peran
pengurus sang at menentukan dalam mengembangkan unit-unit usaha
yang dimiliki koperasi. Dalam setiap kegiatan usaha, pengurus selalu
terbuka dan transparan. Ini terlihat dari seringnya dilakukan evaluasi
terhadap berbagai kegiatan usaha dengan melibatkan seluruh anggota
koperasi dan badan pengawas. Setiap anggota mempunyai hak yang
sama dalam menentukan arah dan kebijakan yang akan diambil oleh
45

pengurus koperasi. Keterlibatan dan peran serta anggota dalam setiap


kegiatan koperasi menjadi pendorong bagi pengurus untuk lebih
bersemangat dalam mengelola unit-unit usaha yang ada. Kesadaran
anggota dalam berperan dalam setiap kegiatan koperasi tidak terlepas
dari motivasi yang diberikan pengurus dalam setiap pertemuan dengan
anggota koperasi.
Keterlibatan dan partisipasi anggota koperasi dalam kurun waktu
empat tahun sejak berdirinya koperasi perikanan sihida ngone dapat
dilihat dari partisipasi anggota baik dalam perencanaan, pemanfaatan
dan penilaian terhadap berbagai kegiatan koperasi.
Pad a tingkat perencanaan seluruh anggota koperasi di undang oleh
pengurus koperasi untuk terlibat dalam merencanakan dan merumuskan
berbagai kegiatan koperasi. Perencanaan ini dilakukan pada saat Rapat
Anggota Tahunan (RAT). Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan
kekuasaan tertinggi didalam koperasi. Lewat RAT inilah seluruh anggota
koperasi dapat menyampaikan keinginan mereka tentang program-
program koperasi yang akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan.
RAT juga merupakan sarana bagi anggota koperasi untuk melakukan
evaluasi terhadap berbagai program-program koperasi yang telah
dilaksanakan dan juga mengevaluasi kinerja pengurus selama satu tahun
kemarin. Namun dirasakan oleh pengurus dalam pelaksanaan RAT
terkadang anggota koperasi enggan untuk menyampaikan pendapatnya
hal seperti disampaikan oleh sekretaris koperasi sebagai berikut :
"Torang pe anggota, kalo di rapat-rapat dorang tar pernah
sampaikan dorang pe pendapat dan keinginan. Nanti kalo so abis
rapat baru dorang mulai bicara di huk-huk rumah deng di bawa
pohon baru, bahwa tadi dorang mau bilang bagini-bagitu. Ini torang
so paksa me dorang jaga tarbisa bicara pada saat rapat. Torang
hawater jang sampe dilur rapat nanti timbul fitnah". Namun torang
pengurus juga tar berkecil hati bahwa dorang tara punya
partisipasi. Tetapi setelah rapat torang mulai bicara dengan
kelompok-kelompok kecil dalam koperasi supaya torang tau
anggota pe keinginan seperti apa".

Dalam tingkat pelaksanaan kegiatan koperasi terlihat bahwa hanya


beberapa orang anggota koperasi yang terlibat, ini disebabkan karena
46

terbatas unit usaha dan sarana prasarana yang masih kurang. Keterlibatn
anggota yang dilihat adalah dalam hal partisipasi mereka dalam unit-unit
usaha yang ada dimana unit usaha yang dimiliki koperasi perikanan sihida
ngone adalah usaha waserda, unit usaha jasa transportasi laut, unit usaha
88M, dan unit usaha simpan pinjam. Sedangkan unit usaha perikanan
belum dapt dilaksanakan karena keterbatasan pada sarana dan prasarana
penangkapan. Keterlibatan anggota koperasi pada unit-unit usaha dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Unit Usaha Waserda tiga orang
b. Unit Usaha Jasa Transportasi Laut tujuh orang
c. Unit Usaha 88M dua orang
d. Unit Usaha Simpan Pinjam tujuh orang.
Dengan jumlah yang ada maka dapat terlihat bahwa keterlibatan
anggota koperasi dalam kegiatan koperasi baru 19 orang anggota. Yang
dinginkan oleh anggota koperasi adalah bukan hanya keterlibatan mereka
dalam memanfaatkan hasil dari kegiatan koperasi tetapi juga keterlibatan
mereka dalam kegaiatan unit-unit usaha yang dimiliki koperasi. Keempat
unit usaha yang dimiliki koperasi perikanan sihida ngone dalam kurun
waktu empat tahun yang masih dapat berjalan dengan baik adalah unit
usaha waserda dan unit usaha jasa transportasi laut. Unit usaha simpan
pinjam dan unit usaha 88M masih mengalami berbagai kendala antara
lain rendahnya pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan usaha
simpan pinjam dan 88M di pengaruhi oleh kelangkaan 88M di Maluku
Utara. Namun kedepan pengurus koperasi perikanan sihida ngone
berupaya untuk melakukan berbagai perbaikan terutama mempersiapkan
anggota-anggota koperasi dengan mengikutsertakankan dalam berbagai
pelatihan terutama pelatihan KSP/USP yang dilaksanakan oleh Dinas
Koperasi dan UKM, anggota-anggota koperasi inilah yang sebentar nanti
akan diberitanggungjawab untuk mengelola unit usaha simpan pinjam.
Dengan demikian terbuka kesempatan untuk anggota koperasi terlibat dan
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan koperasi.
Namun dari aspek pemanfaatan berbagai fasilitas dalam bentuk
unit-unit usaha, anggota koperasi perikanan sihida ngone dapat
47

memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada. Dan pada tingkat penilaian


evaluasi evaluasi, seluruh anggota koperasi dilibatkan untuk menilai
berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan
perencanaan atau belum.
Peranserta anggota koperasi juga dapat dilihat dalam kegiatan
evaluasi triwulan yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali terhadap unit-
unit usaha yang dimiliki oleh koperasi dan juga sebagai sarana untuk
memberi semangat bagi anggota koperasi. Dalam rapat evaluasi ini juga
pengurus selalu memberikan
rangsangan dan motivasi kepada anggota koperasi untuk selalu memiliki
perhatian untuk kemajuan koperasi perikanan sihida ngone.
Keinginan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan koperasi juga
terlihat dari upaya mereka untuk mengaktifkan unit usaha perikanan yang
menurut anggota koperasi dapat memberikan peluang bagi mereka dalam
berpartisipasi. Unit usaha perikanan bagi anggota koperasi merupakan
unit usaha yang sesuai dengan kehidupan sosial ekonomi anggota
koperasi yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan
ini didukung dengan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayah
desa Tuada. Unit usaha perikanan ini dapat memberikan peluang kerja
bagi anggota koperasi sebanyak 12-15 orang anggota koperasi, dan ini
lakukan secara bergiliran antara anggota koperasi sehingga seluruh
anggota koperasi dapat terlibat dalam kegiatan unit usaha perikanan.
Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh koperasi
sehingga unit usaha perikanan belum dapat dilaksanakan. Keterbatasan
ini juga dipengaruhi oleh modal koperasi yang keci!. Untuk konsentrasi
modal yang didapat koperasi masih di prioritaskan pada unit-unit usaha
yang membutuhkan modal dengan jumlah sedikit. Untuk satu unit armada
penangkapan ikan dibutuhkan modal sebesar kurang lebih 75 - 100 juta
rupiah. Oleh sebab itu pengurus harus dapat membuka jaringan dengan
berbagai pihak terutama pemerintah daerah, swasta dan perbankan
sehingga koperasi memperoleh berbagai kemudahan-kemudahan untuk
mendapatkan modal usaha.
48

Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh koperasi


perikanan sihida ngone, pengurus tidak pernah henti-hentinya memberi
motivasi dan semangat kepada anggota koperasi untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan koperasi dan memanfaatkan unit-unit usaha yang telah
ada. Semangat babari yang ada dan dimiliki anggota koperasi terus
dipacu dan dijadikan sebagai spirit dalam mengembangkan koperasi.

5.1.4. Pandangan Anggota Terhadap Usaha Koperasi.

Koperasi merupakan salah satu agen pelayanan public di tingkat


desa dalam menyediakan kebutuhan anggota koperasi maupun
masyarakat desa dimana koperasi itu berada. Koperasi Sihida Ngone
yang sejak didirikan tahun 2001 hingga saat ini ternyata dalam pandangan
anggota koperasi terhadap usaha-usaha koperasi yang selama ini
berjalan sangat beragam. Salah satu anggota koperasi berpendapat
bahWa kurang lebih empat tahun ini, ternyata usaha koperasi belum
sepenuhnya menjawab berbagai kebutuhan dan keinginan anggota
koperasi. Hal tersebut dikemukakan oleh Darmin Hamisi sebagai berikut :

"Koperasi yang so badiri kurang lebih empat tahun ini


temyata bolong menjawab torang pe keinginan. Sebab kalo
torang mau jujur, tujuan torang kase badiri ini koperasi
perikanan sihida ngone yang bergerak di bidang perikanan
adalah kama totang pe anggota koperasi sebagaian besar
bermata pencharian sebagai nelaya.dan karma dengan tong
pe pandangan yang terbatas maka tong berharap dengan
menjadi anggota koperasi, kebutuhan hari-hari dapat
terpenuhi. Tapi torang juga harus akui bahwa deng ada
koperasi ini, sudah kase kemudahan pe torang anggota
koperasi untuk dapat membeli berbagai kebutuhan yang unit
usaha warseda sudah kase sedia".
(Koperasi yang sudah berdiri kurang lebih em pat tahun,
ternyata belum dapat menjawab keinginan anggota koperas.
Sebab kalau mau jujur, tujuan berdirinya koperasi perikanan
sihida ngone yang bergerak di bidang perikanan karena
sebagian besar mata pencharian anggota koperasi adalah
nelayan. dan dengan pandangan yang sangat terbatas maka
dengan harapan menjadi anggota koperasi, berbagai
kebutuhan sehari-hari dapat di penuhi koperasi. Tetapi
anggota koperasi juga mengakui bahwa selama ini koperasi
sudah memberikan kemudahan-kemudahan bagi anggota
49

koperasi untuk dapat membeli berbagai kebutuhan yang


telah ada pada unit usaha waserda).

Tanggapan yang berbeda juga di sampaikan oleh anggota


koperasi yang lain, bahwa ternyata dengan adanya usaha-usaha yang
dimiliki koperasi terutama unit usaha transportasi laut dan waserda ,
keberadaan koperasi sudah banyak membantu anggota koperasi bahkan
masyarakat desa. Seperti yang dituturkan saudara Idrus Ibrahim pada
saat wawancara dilakukan :
"Unit usaha koperasi yang ada sekarang seperti usaha
waserda yang menjual kebutuhan sembilan bahan pokok
dan usaha transportasi laut yang melayani penumpang dari
kota jailolo ke kota temate, menurut saya banyak membantu
anggota koperasi dan masyarakat desa tuada, sebab
dengan adanya waserda, anggota koperasi dan masyarakat
desa tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi ke kota
jai/olo untuk mendapatkan kebutuhan sembilan bah an
pokok. Kemudian dengan adanya jasa transportasi laut,
sudah memudahkan anggota koperasi dan masyarakat yang
dapat menggunakan jasa transportasi dari desa tuada dan
ini berarti akan menghemat kurang lebih Rp. 10.000.-

Selanjutnya tanggapan juga lahir dari anggota koperasi yang lain


dan beranggpan bahwa usaha koperasi yang sementara ini berjalan
masih belum memenuhi keinginan anggota koperasi yang sebahagian
besar bermata pencharian sebagai nelayan (melaut), ini terlihat dari belum
dimiliki oleh koperasi unit usaha peri kanan, padahal sebagian anggota
sudah meminta kepada pengurus agar dapat mengusahakan unit usaha
pengakapan ikan. Hal seperti disampaikan saudara Mardani Bakar :
"Torang pe koperasi ini kalo boleh ada unit usaha perikanan,
sebab nama saja koperasi perikanan, kalo sudah seperti
begini maka unit usaha perikanan harus menjadi kegiatan
utama koperasi. Tetapi kita anggota koperasi juga sadar
bahwa untuk mendapatkan satu unit usaha perikanan,
dibuthkan modal yang tidak keei/., namun dengan melihat
perkembangan koperasi yang semakin hari semakin maju
maka sudah saatnya pengurus koperasi sudah harus berfikir
untuk membuat unit usaha perikanan".

Pandangan yang berbeda juga dating dari anggota koperasi,


dimana masih perlu adanya unit usaha yang lain di luar unit usaha yang
50

sementara ini berjalan oleh koperasi. Hal ini terlihat dari hasil wawancara
dengan saudara Hasan Oero sebagai berikut :
"Saya berharap kepada pengurus koperasi agar tidak saja
mengelolah unit-unit usaha koperasi yang sementara ini
dijalankan, akan tetapi pengurus juga dapat melakukan atau
menambah unit-unit usaha yang lain misalnya saja industri
rumah tangga yang me/ibatkan istri-istri dari anggota
koperasi, usaha-uasah rumah tangga ini berupa usaha
krepek pisang, krepek kasbi (singkong). Sebab kalau kita
/ihat dari penyediaan bah an mentah krepek di desa Tuada
sangat banyak. Kalau usaha ini dapat dijalankan maka akan
sangat membantu anggota koperasi untuk meningkatkan
ekonomi keluarga mereka. Disamping itu koperasi juga
dapat membe/i hasiJ-hasil bumi yang selama ini mereka jual
langsung ke jaiJolo. 8agi kami anggota koperasi berharap
agar pengurus koperasi dapat me/ihat keinginan ini sebagai
suatu kebutuhan.

Oengan berbagai pandangan yang beragam dari beberapa anggota


koperasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggota koperasi
menaruh harapan besar kepada pengurus koperasi agar dapat
mengembangkan koperasi, tidak hanya sebatas pada unit-unit usaha
yang sementara berjalan, tetapi pengurus koperasi dapat saja
mengembangkan unit-unit usaha lain agar dapat membantu anggota
koperasi dalam memperbaiki kondisi ekonomi keluarga mereka. Namun
disadari bahwa hal ini tidak mudah untuk dilakukan sebab untuk membuka
satu unit usaha, membutuhkan modal yang sangat besar. Oisamping itu
koperasi juga sangat kekurangan tenaga untuk dapat memenej unit-unit
usaha yang akan di kembangkan.
VI. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

6.1. Identifikasi Potensi Pengembangan Masyarakat (Penguatan


Kelembagaan Koperasi dalam Masyarakat Pasca Konflik).

Berdasarakan hasil pelaksanaan Praktek Lapangan satu dan Praktek


Lapangan dua diperoleh berbagai informasi tentang potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, sumber daya kapital dan sumber daya
kelembagaan di desa Tuada yang menjadi potensi untuk pengembangan
masyarakat khusunya pengembangan koperasi perikanan sihida ngone.
Potensi pengembangan tersebut meliputi :
a. Potensi sumber daya alam baik laut (perikanan) yang belum dimanfaatkan
secara optimal dan potensi pertanian dan perkebunan juga belum di kelola
secara optimal.
b. Tingkat Pendidikan anggota koperasi yang dapat dikatakan sedang
(SO/SLTP), namun ketrampilan dan pengalaman dalam berkoperasi yang
masih kurang.
c. Lembaga Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang telah memiliki unit-unit
usaha dan memiliki jumlah anggota 54 orang.
d. Tradisi dan budaya masyarakat dengan semangat gotong royong berupa
"babari" dalam kegiatan membangun rumah dan pengolahan pertanian
dan perkebunan. Ini juga nampak pada acara pesta perkawinan, kematian
atau acara ada!. Begitu pula dengan hubungan kekerabatan yang ada,
memberi kemudahan bagi anggota koperasi untuk melakukan aktivitas
berkoperasi. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat dikembangkan
dalam penguatan pertisipasi anggota koperasi.
e. Perhatian Pemerintah Oaerah terutama Dinas Koperasi dan UKM yang
setiap saat melakukan berbagai pembinaan terhadap lembaga-Iembaga
ekonomi desa. Dan berusaha menciptakan lingkungan usaha yang
kondusif sehingga usaha-usaha koperasi dapat berjalan dengan baik yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi.
52

6.2. Identifikasi Permasalahan


Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion)
yang dilakukan terdapat beberapa masalah dalam upaya penguatan
kelembagaan koperasi yaitu :
1. Masih rendahnya pengetahuan dan pengalaman dalam berkoperasi.
Sebagian besar anggota koperasi pernah menjalani pendidikan formal
(SD/SL TP). Namun dari pengetahuan dan pengalaman dalam berkoperasi
masih sangat minim.
2. Keterbatasan unit-unit usaha yang dimiliki koperasi dalam memberikan
kesempatan bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam unit-unit usaha
tersebut.
Unit-unit usaha yang dimiliki koperasi perikanan sihida ngone yang
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi anggota untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan usaha ternyata belum dapat menyediakan
kesempatan. Ini disebabkan unit-unit usaha yang berjalan saat ini hanya
dapat memberi peluang kerja pad a beberapa anggota koperasi. untuk itu
dengan adanya unit-unit usaha baru dan dapat memberikan kesempatan
kepada anggota koperasi akan berdampak pad keterlibatan anggota
koperasi untuk berpartisipasi.
3. Modal usaha yang dimiliki koperasi masih terbatas sehingga untuk
membiayai kegiatan koperasi masih terbatas.
Ketersediaan modal bagi koperasi untuk mengembangkan usaha-usaha
koperasi sangat terbatas. Pada awal koperasi di bangun modal yang
didapat dari anggota koperasi baik simpanan wajib anggota maupun
simpanan sukarela anggota koperasi sebesar Rp.12.150.000.-. Modal ini
digunakan untuk modal usaha Simpan Pinjam, Waserda, BBM dan Jasa
Transportasi laut.

52
53

Tabel 2 : Permasalahan, sebab-sebab dan pemecahan permasalahan dalam


penguatan partisipasi anggota koperasi.

No Permasalahan Sebab-sebab Pemecahan

1 Pelatihan dan penyuluhan Peningkatan pengetahuan dan


Pengetahuan dan Ketrampilan
kurang. ketrampilan 3n990t3 koperasi.
dan pengalaman anggota
Media informasi tentang Penyediaan informasi tentang
koperasi rendah
koperasi tidak tersedia koperasi.
Studt banding ke koperasi yang
$udah maju

2 Unit usaha yang ada Membuka unit usaha yang


Keterbatasan unit-unit usaha
sekarang belum dapat dapat melibatkan anggota
memberikan kesempatan koperasi.
yang besar bagi anggota
koperasi untuk terlibat.

3 Kesadaran anggota untuk Menumbuhkan kesadaran


Modal usaha terbatas
menyimpan uang di keswadayaan modal
koperasi untuk dijadikan Mencarai informasi dan
modal kurang. melakukan kerjasama dengan
Simpanan Sukarela yang pihak swasta dan perbankan
tidak berjalan maksimaL untuk mengakses modal usaha.

Dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan dianggap sebagai


penyebab masalah yang menimbulkan akibat dan pengaruh terhadap
keberlanjutan kelembagaan koperasi perikanan sihida ngone. Analisis
permasalahan dapat dilihat pad a Gambar 3.
Gambar 3 : Analisis Permasalahan

Partisipasi anggota Illformasi tentang Simpanan sukarela A


koperasi menjadi kurang koperasi tidak tersedia anggota tidak maksimal K
I
B
i i i A
T
L
i"-

Kurangnya pemahaman anggota


dalam ber1<operasi

/),.

5
t t T E
B
Pengetahuan, Ketrampilan Keterbatasan unit-unit Modal usaha
dan pengalaman anggota usaha terbatas A
Koperasi rendah B
54

Dari analisis permasalahan, maka dapat ditetapkan skala prioritas


permasalahan pokok penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat
pasca konflik. Tahapan anal isis permasalahan dilaksanakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh kelembagaan koperasi
sehingga masalah yang muncul mengakibatkan partisipasi anggota koperasi
menjadi kurang, informasi tentang koperasi tidak tersdia, simpanan anggota
koperasi tidak maksimal.
Berdasarkan analisi permasalahan, langkah selanjutnya dilaksanakan
analisi tujuan yang dapat dijadikan pedoman dalam membuat rancangan
program penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik,
sehingga rancangan program yang dibuat mempunyai tujuan dan sasaran
yang tepat. Analisis tujuan dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 : Analisis Tujuan dan Sasaran

Meningkatnya partisipasi Tersedianya informasi Meningkatnya simpanan H


anggota koperasi tentang koperasi sukarela anggota A
koperasi S
I
f f f L

<>
Kuatnya Kelembagaan Koperasi

<> T
I
N
D
t t t A
K
Pelatihan bagi anggota Pengembangan unit-unit Peningkatan modal
A
dan pengurus koperasi usaha koperasi usaha koperasi
N

Rumusan anal isis tujuan dibuat berdasarkan rumusan analisis


masalah. Tujuannya untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari
rancangan program yang akan dibuat secara partisipatif. Dari tindakan-
tindakan yang harus dilakukan melalui perancangan program yaitu pelatihan
bagi anggota dan pengurus koperasi, pengembangan unit-unit usaha
koperasi serta peningkatan modal usaha koperasi. Semua rancangan

54
55

program tersebut bertujuan untuk menguatkan kelembagaan koperasi dalam


masyarakat pasca konflik yang akan menghasilkan peningkatan partisipasi
anggota koperasi, tersedianya informasi tentang koperasi serta meningkatnya
simpanan sukarela anggota koperasi.
Tahapan berikut yang dilakukan adalah melaksanakan analisis
alternatif program berdasarkan rumusan analisis tujuan yang telah dibuat.
Analisis alternatif kegiatan terse but dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 : Analisis Alternatif Kegiatan

C __ H_A_S_I_L_ _ ~
Pelatihan bagi anggota Pengembangan unit-unit Peningkatan modal
dan pengurus koperasi usaha koperasi usaha koperasi

i i i
T T T T T T
Pelatihan Studi Pembukaan Mengangkat Kerjasama Memotivasi
dan banding unit usaha koordinator dengan anggota
penyuluhan pada perikanan unit-unit pihak dalam
bagi kopersi yang usaha yang swasta dan meningkat
anggota sudah maju baru perbankan kan
koperasi dikembang simpanan
kan sukarela

CTINDAKAN~

Sebelum dibuat rancangan program penguatan kelembagaan koperasi


dalam masyarakat pasca konflik, terlebih dahulu dilaksanakan analisis
alterntif, yang bertujuan untuk memilih bebrapa program dari beberapa
alternatif program yang ada. Hal ini dilakukan agar program pilihan anggota
dan pengurus yang dirancang betul-betul merupakan program pilihan anggota
dan pengurus. sehingga program penguatan kelembagaan koperasi dalam
masyarakat pasca konflik merupakan program yang partisipatif.
Langkah selajutnya adalah menyusun matrik analisis pihak terkait.
Dalam penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik

55
56

tentu tidak lepas dari keberadaan pihak-pihak terkait yang berkepentingan


terhadap koperasi. Pihak-pihak yang terkait langsung dengan koperasi yaitu,
pengurus koperasi, anggota koperasi, dinas koperasi, LSM Semang.

Tabel3 : Analisis Pihak Terkait dalam Penguatan Kelembagaan Koperasi

No Peran yang Kekuatan Keterbatasan U pay a Peningkatan


diharapkan peran lembaga

1 Pengurus Mendapat kepercayaan Memiliki kesibukan yang Pe[atihan bagi


dari an990ta koperasi. tinggi dan belum pengurus dan
berpengalaman dalam menunjuk manager
mengelolah koperasi. koperasi sebagai
pelaksana harian
koperasi.

2 Anggota Keinginan yang kuat Pengetahuan terbatas Pelatihan dan


untuk meningkatkan yang dimiliki a n990ta penyuluhan bagi
I kesejahteraan koperasi an990ta koperasi.

3 Oinas I Sebagai pembina Terbatasnya anggaran Memantau


Koperasi i koperasi yang di sediakan perkembangan
I
pemerintah daerah. kegiatan koperasi.

4 LSM Semang Memiliki keahlian Memiliki kesibukan yang Memperbaiki


dalam pengembangan tinggi. mekanisme kerja dan
masyarakat. pengkaderan
pendamping takal.

6.3. Penyusunan Program Penguatan Kelembagaan Koperasi Dalam


Masyarakat Pasca Konflik.

Penyusunan program ini dilaksanakan pada saat dalam bentuk FGD


yang dihadiri oleh pengurus koperasi, badan pengawas koperasi, anggota
koperasi, Dinas Koperasi dan UKM, serta LSM Semang salah satu LSM yang
menjadi pendamping program-program koperasi di kabupaten Halmahera
Bara\. Secara keseluruhan perserta diskusi berkepentingan dengan
keberadaan Koperasi Perikanan Sihida Ngone di Desa Tuada dan
mendukung rencana program penguatan partisipasi anggota koperasi. Para
anggota dan pengurus merasa bahwa keberadaan Koperasi Perikanan Sihida
Ngone mampu memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan
anggotanya pad a khusunya dan masyarakal pad a umumnya. Sejalc didirikan
koperasai ini pasca konflik horisontal di propinsi Maluku Utara, masyarakat

56
57

desa tuada terutama anggota koperasi tidak lagi mencari kebutuhan sehari-
hari di ibukota kecamatan bahkan ibukota kabupaten. Hal ini disebabkan
karen a unit usaha waserda yang dimiliki koperasi perikanan sudah dapat
menyediakan berbagai kebutuhan pokok sehari-hari walaupun belum
mencapai kapasitas yang besar.
Peserta diskusi sepakat bahwa pengembangan ekonomi masyarakat
melalui koperasi perikanan Sihida Ngone merupakan hal yang sangat
penting. Untuk itu peserta anggota koperasi dan pengurus berpendapat
bahwa dalam upaya pengembangan kedepan Koperasi Perikanan Sihida
Ngone harus terus mendapatkan dukungan dan pembinaan dari pemerintah
daerah dan instansi terkait lainnya. Hal ini disebabkan karena usia koperasi
ini yang begitu muda sehingga perlu mendapat bimbingan dan pengarahan
demi keberlanjutannya. Karena bercermin dari pengalaman pembentukan
dua koperasi yang sebelumnya di bentuk di desa Tuada yang sampai
sekarang keberadaannya tidak jelas.
Berdasarkan potensi, permasalahan dan kebutuhan anggota koperasi
Perikanan Sihida Ngone, peserta diskusi bersepakat untuk membuat program
pengembangan koperasi. Keseluruhan proses pengambangan Koperasi
Perikanan Sihida Ngone mulai dari identifikasi masalah dan potensi sampai
pada pilihan strategi dan kegiatan penguatan kelembagaan koperasi adalah
sebagai berikut :

57
58

Tabel 4: Rencana Program Penguatan Kelembagaan Koperasi.

PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG ALOKASI WAKTU


STRATEGI JAWAB DANA

Pengembangan Pengetahuan Anggola · Membuat Kurikulum Dinas Koperasi, LSM Koperasi Me; 2005.
Usaha Yang Koperasi yang berbasis Pelatihan Pengurus Koperasi
Mensejahtrakan komunitas · Mengadakan Pelatihan bagi
Anggota Koperasi an990ta Koperasi

Manajemen Usaha yang · Pengalokasian Dana untuk Pengurus Koperasi Koperasi dan Mei - Des
dimiliki Koperasi. Unit Usaha. Dana Bantuan 2005.
· Pengangkatan koordinator Pengurus Koperasi
unit usaha.

Pemanfaatan · Penyediaan Kebutuhan Pengurus Koperasi Koperasi Maret - Des


sumberdaya Koperasi. an99 0 ta koperasi melalui 2005.
unit- unit usaha.
· Pemberian imbalan dalam Pengurus Koperasi Koperasi Jul; 2005.
bentuk beasiswa bagi anak
anggola koperas;,

Membangun Komunikasi 1. Membuat Proposal Pengurus Koperasi Oana 8antuan Tahun


Multipihak kerjasama dengan Pemda. 2005/2006
Swasta dan Perbankan

Dalam upaya pengembangan koperasi dalam kaitannya dengan


penguatan kelembagaan koperasi, maka prioritas strategi adalah
pengembangan usaha yang mensejahterakan anggota koperasi. Namun
untuk dapat mencapai strategi ini maka dibutuhkan bebrapa program sebagai
berikut:

a. Pengetahuan Anggota Koperasi yang Berbasis Komunitas.

Untuk melakukan pengembangan usaha koperasi yang


mensejahterakan anggota, salah satu program yang dilakukan adalah
meningkatkan pengetahuan anggota koperasi yang berbasis komunitas, ini
dilakukan untuk memberikan kesadaran dan pemahaman kepada anggota
koperasi akan arti pentingnya berkoperasi bagi anggota koperasi. Oleh sebab
itu dibutuhkan sosialisasi dalam bentuk pelatihan yang diikuti seluruh anggota
koperasi. Pelatihan ini akan di laksanakan oleh pengurus koperasi dengan
melibatkan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten sebagai instruktur. Tetapi
sebelum pelatihan di laksanakan pengurus bersama-sama dengan pinak
Oinas Koperasi dan UKM melakukan penggajian terhadap kurikuJum yang
akan di berikan pada saat pelatihan berlangsung.

58
59

Ada tidaknya kemampuan anggota koperasi untuk berperan serta


terhadap koperasinya dipengaruhi adanya bimbingan dari pengelola koperasi.
Dalam hal ini bimbingan diimplementasikan dalam bentuk penyuluhan serta
pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi anggota dengan berpijak pad a aspek
pertama; Merubah pola pokir, sikap dan perilaku, kedua; meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan, ketiga; meningkatkan kemampuan
kewirausahaan dan kewirakoperasian (Nasution, 2002).
Diharapakan dengan pelatihan yang diikuti anggota koperasi akan
memberi pengetahuan dan nuansa baru bagi anggota koperasi dalam
memahami arti pentingnya keterlibatan mereka mulai dari menyusun rencana
program atau kegiatan koperasi sampai dengan evaluasi kegiatan koperasi.
Disamping itu anggota koperasi juga akan memiliki kemampuan
mengimplementasikan secara operasional pengertian bahwa anggota
koperasi adalah pemilik sekaligus juga pengguna jasa dan produk
koperasinya. Hal ini akan terwujud jika anggota menunjukkan sikap loyal atau
sense of bilonging kepada koperasinya.

b. Manajemen Usaha Yang dimiliki Koperasi.

Tujuan usaha koperasi ditentukan oleh anggota, sehingga usaha


koperasi tidak melenceng dari usaha sebagian besar anggota. Pada koperasi,
anggota merupakan pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Mengembangkan unit usaha koperasi dilakukan dalam upaya untuk
mengaktifkan unit-unit usaha yang dimiliki koperasi. Salah satu kendala yang
sangat dirasakan adalah manajemen usaha yang dimiliki koperasi masih
belum optimal hal ini terlihat dari kemampuan dan pengetahuan penangung
jawab unit-unit usaha koperasi, disamping itu keterbatasan modal bagi
koperasi untuk mengembangkan unit-unit usaha yang telah ada. Dan salah
satu unit usaha yang menjadi perhatian anggota adalah unit usaha perikanan
yang sampai dengan sa at ini belum di jalankan. Dari hasil diskusi yang
dilakukan sebagian besar anggota menginginkan agar unit usaha perikanan
yang harus menjadi prioritas dan menjadi ujung tombak koperasi perikanan
sihida ngone. Ada juga beberapa anggota koperasi yang dari perserta diskusi
yang menyarankan untuk agar satu unit transportasi laut angkutan barang
yang ada untuk dijadikan sebagai alat penangkap ikan.

59
60

Dengan keterbatasan modal yang dimiliki, pengurus koperasi harus


dapat mencari alternatif pendanaan untuk membiayai unit usaha yang dimiliki
Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang sampai dengan saat ini belum di
operasionalkan di antaranya unit usaha perikanan laut dan perikanan darat.
Untuk itu pengurus harus dapat membangun jaringan baik dengan
pemerintah daerah, swasta maupun pihak perbankan sehingga dengan
jaringan yang ada pihak koperasi dapat membangun kerjasama untuk
mendapatkan modal dalam membiayai unit-unit usaha yang akan di
kembangkan koperasi. Unit-unit usaha yang akan dikembangkan diharapkan
nantinya dapat memberi peluang bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam
unit-unit usaha tersebut. Dengan keterlibatan anggota koperasi dalam unit-
unit usaha yang ada maka akan menjadi motivasi dalam berpartisipasi di
setiap program atau kegiatan koperasi.

c. Pemanfaatan Sumber Daya Koperasi.

Pelayanan kepada anggota merupakan salah satu ciri utama koperasi.


Pelayanan kepada anggota bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota, yang pada gilirannya harus dapat memberikan manfaat keuangan,
manfaat kesejahteraan dan manfaat sosial kepada anggota dan masyarakat
sekitarnya.
Koperasi dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan anggotanya melalui pemberian added value yang diperoleh
melalui peran serta dan transaksi para anggota dengan koperasinya. Hal ini
sejalan dengan tujuan hakiki yang ingin dicapai koperasi, yaitu meningkatkan
kesejahteraan seluruh anggotanya. Disamping itu peningkatan kesejahteraan
anggota koperasi tidak terlepas dari peran dan kemampuan koperasi dalam
memotivasi anggota untuk berperan serta dan melakukan transaksi terutama
dalam kegiatan usaha koperasi. Dalam hal ini, makin kecil peran koperasi
maka makin kecil pula kemempuan koperasi mensejahterakan anggotany?l,
dan dampaknya tingkat kesejahteraan anggota akan menjadi kendala bagl
koperasi dalam upaya menumbuhkan peran serta anggota terhadap
koperasinya.
Dengan adanya kemampuan pengurus dalam memotivasi anggota
untuk berperan serta aktif, antara lain melalui transaksi anllgota dengan

60
61

koperasi dan pelayanan lainnya, berarti kebutuhan anggota baik barang


maupun jasa sudah terpenuhi dengan baik oleh koperasi. Dari kegiatan
transaksi dan peran serta, anggota akan memperoleh peningkatan
kesejahteraan, baik dalam bentuk pendapatan yang diperoleh dari SHU
maupun nilai tambah lainnya yang sangat bermanfaat bagi kegiatan ekonomi
anggota dan keluarganya.
Dari hasil diskusi yang dilakukan anggota koperasi berpendapat bahwa
peningkatan kesejahteraan ini juga akan dilakukan dengan memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki koperasi. Dimana kebutuhan anggota koperasi
akan di sediakan melalui unit-unit usaha yang dimiliki koperasi. Kemudian
imbalan yang diperoleh akan dimanfaatkan dalam bentuk pemberian
beasiswa kepada anak-anak dari anggota koperasi yang sedang studi baik
pada tingkat SD, SL TP dan SMU.

d. Membangun Komunikasi Multipihak

Berbagaf kendala yang dihadapi koperasi perikanan sihida ngone tidak


mungkin dapat diatasi sendiri oleh pengurus maupun anggota koperasi. Salah
satu jalan keluar yang dilakukan adalah dengan membangun komunikasi
dengan berbagai pihak yang punya keberpihakan terhadap pengembangan
koperasi. Komunikasi multipihak ini dibangun dalam kerangka mempermuda
akses koperasi untuk memperoleh modal dalam membiayai program/kegiatan
koperasi. Komunikasi multipihak di bangun dengan pihak pemerintah, swasta
(perbankan), dan lembaga-Iembaga swadaya.

Komunikasi antar koperasi dan pihak pemerintah sebagai institusi yang


bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengembangan sumber daya
yang dimiliki koperasi maupun peluang pemberian modal oleh pemerintah.
Pengembangan sumber daya manusia (struktur dan ART) yang dilakukan
pemerintah dalam bentuk pelatihan yang melibatkan koperasi dapat menjadi
media bagi koperasi dalam melakukan pengembangan usaha koperasi.

Membangun komunikasi dengan pihak perbankan (sawasta), dilakukan


untuk mempermudah koperasi dalam mengakses modal sehingga usaha-
usaha koperasi dapat berjalan sesuai dengan harapan anggota dan pengurus
koperasi. Dalam kurun waktu kurang lebih 5 (lima) tahun, modal adalah salah

61
62

satu faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha koperasi.


Untuk itu dengan komunikasi yang dibangun antara pihak koperasi dengan
perbankan diharapkan dapat membuka akses dalam memperoleh modal.

Komunikasi multipihak juga dibangun dengan lembaga-Iembaga


swadaya yang berpihak pad a pengembangan koperasi harus dilakukan. Ini
terkait dengan berbagai program-program pendampingan yang dilakukan
lembaga swadaya dalam upaya mendorong anggota dan pengurus untuk
meningkatkan kinerja mereka. Pendampingan yang dilakukan adalah
penataan manajemen administrasi koperasi, mendorong peranserta anggota
dalam kegiatan-kegiatan koperasi, membuka jaringan dengan lembaga-
lembaga donor baik pemerintah, swasta, dan perbankan.

62
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari telaah kajian
pengembangan masyarakat ini, yaitu :
1. Membangun koperasi yang didukung oleh peranserta anggota akan
memberi dampak yang sangat kuat. Hal ini di tunjukkan dari perjalanan
Koperasi Sihida Ngone yang menunjukkan bahwa partisipasi anggota
koperasi dalam kegiatan perencanaan sampai dengan penilaian
menjadi penting. Dalam menyusun rencana kegiatan koperasi di
perlukan masukan penting dari anggota, terutama menyangkut
kepentingan anggota. Jika dalam penyusunan rencana itu hanya
didasarkan atas pengetahuan dan kepentingan pengurus, maka
nantinya tidak akan ada peran serta dari anggota, sehingga koperasi
tidak akan mendapat dukungan yang kuat dari anggotanya. Untuk
mendapat dukungan yang kuat dari anggota koperasi maka anggota
koperasi harus di beri pengetahuan dan pemahaman melalui berbagai
pelatihan.
2. Proses penguatan kelembagaan koperasi dilakukan dengan
melibatkan pengurus, anggota, pemerintah daerah dan lembaga
swadaya yang memiliki keberpihakan pada pengembangan koperasi.
Dengan keterlibatan pemerintah dan lembaga swadaya, pengurus dan
anggota koperasi akan dengan mudah memperoleh akses baik lewat
proses pendampingan maupun akses permodalan.
3. Penguatan kelembagaan koperasi yang berbasis komunitas dikaukan
dengan beberapa strategi :
• Pelatihan bagi anggota koperasi, ini dilakukan untuk memberi
pengetahuan bagi anggota koperasi.
• Pengembangan unit usaha koperasi dengan mengaktifkan unit-unit
usaha koperasi, sehingga dengan unit usaha ini dapat memberi
peluang bagi anggota koperasi untuk berpartisipasi.
64

• Peningkatan kesejahteraan anggota koperasi. ini dilakukan dengan


memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki koperasi dengan
menyediakan berbagai kebutuhan dan pemberian imbalan kepada
anggota koperasi. sehingga ini akan memotivasi anggota untuk
berpartisipasi.

7.2. Implikasi Kebijakan.


Upaya pemberdayaan koperasi sebagai instrumen utama
pembangunan ekonomi di wilayah konflik akan mendorong percepatan
pemulihan ekonomi. Tujuan tersebut hanya dapat tercapai dengan
melibatkan berbagai komponen yang merasa memiliki koperasi. Dalam
melakukan pemberdayaan terhadap anggota koperasi dalam masyarakat
pasca konflik haruslah mempertimbangkan aspek sosial budaya yang
hidup dalam komunitas terse but. Aspek sosial budaya masyarakat akan
menjadi spirit dalam melakukan pengembangan ekonomi komunitas
koperasi.
Untuk mendukung rencana program pengembangan masyarakat
dalam kaitannya dengan penguatan kelembagaan koperasi dalam
masyarakat pasca konflik. maka semua stakeholders yang
berkepentingan dalam pengembengan koperasi dapat berperan sebagai
berikut:
>- Pemerintah Daerah dapat menjadi fasilitator sekaligus katalisator
dengan menyediakan sumber permodalan dalam bentuk
pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
>- Pemerintah Daerah dapat memberikan jasa teknis dalam pengelolaan
usaha koperasi melalui Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten
Halmahera Barat melalui pelatihan teknis dan bimbingan di bidang
perkoperasi.
,. Perbankan dapat memfasilitasi penyediaan modal bagi usaha-usaha
produktif koperasi dengan pemberian kredit lunak. sehingga
mempermuda koperasi untuk melakukan pengembalian modal.
65

;.. Lembaga-Iembaga swadaya dapat melakukan pendampingan baik


secara teknis maupun administrasi kepada pengurus dan anggota
koperasi.
;.. Pemerintah Oesa dapat menghidupkan kembali nilai-nilai lokal yang
dijadikan spirit dalam melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat
pasca konflik khusunya komunitas koperasi
;.. Pengurus Koperasi Perikanan Sihida Ngone dapat meningkatan
pengetahuan dan kemampuan anggota koperasi melalui pelatihan
yang diadakan dengan Oinas koperasi dan UKM Kabupaten
Halmahera Bara\.
,. Peningkatan kemampuan pengurus untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan yang efektif guna meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap anggota koperasi.
, Pengurus koperasi melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah,
swasta'dan perbankan dalam upaya menggali sumber-sumber dana
untuk dalam membiayai program/kegiatan koperasi.
66

Daftar Pustaka

, 1996. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Departemen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Keci!. Jakarta
Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada
Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Lembaga Penerbit FE UI.
Jakarta.
Anoraga Panji dan Ninik Widiyanti. 1993. Dinamika Koperasi. Cetakan
Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.
Daryanto, Ariel. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan dalam
Agrimedia. Volume 9. MMA IPB. Bogor.
Djaelangkara Rizali, Sikopa dan Djafar Suaib. 2000. Perspektif
Pembangunan Pemberdayaan Rakyat (Konsepsi, Strategi dan
Implementasi Pembangunan Pemberdayaan Rakyat dan Gerakan
Mandiri Membangun Desa di Propinsi Sulawesi Tengah). UGM
Press. Yogyakarta.
Edhar, B. Maret 2003. Implikasi Sistem Makna Kata, dalam Prespektif
Konflik Hubungan Antar Manusia, Jakarta, Jurnal Mustopo Edisi ke
Enam.
Etzioni. 1985. Organisasi Modern. Terjemahan oleh Suryatim.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fedderke. Johannes. Raphael de Kadt. Jon Luiz. Theory and Society.
28. Kluwer Academic Publisher. Netherlands.
Hendrojogi. 2004. Koperasi : Asas-asas, Teori, dan Praktek, Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Maili, H. Oliver Ramsbotham Tom Woodhouse. Diterjemahkan oleh Tri
Budi Sartono. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer, Raja
Grafindo. Jakarta.
Mubyarto. 1994. Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal. Cetakan
Pertama. Aditya Media. Yogyakarta.
Mubyarto. 2000. Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju Kemandirian
Masyarakat Desa (Prosiding Semiloka Gugus Nusa Tenggara).
Aditya Media/YAE. Yogyakarta.
Nasution. Muslim. 1987 Tingkat Kesejahteraan dan Partisipasi Anggota
dalam Membangun Koperasi Unit Desa Tim Naslonal PengkaJian
Perkoperaslan. Departemen Koperasl. Jakarta
NasullOn. Muslimm. 2002. Evaluasi KinerJa Koperasi ( Metode Sistem
Diagnosa), Bank Bukopin. Jakarta.
67

Nurwahid, Hidayat. 2004. Pengembangan Koperasi Indonesia Masa


Depan (Koperasi Dalam Perspektif Masa Depan), Infokop, Media
Pengkajian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.
Putnam, Robert D. 1993. Making Democracy Work. Princeton New
Jersey.
Prijono, Pranarka. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. CSIS. Jakarta.
Raka, Gde Gusti. 1981. Koperasi Indonesia, Direktorat Jenderal Koperasi.
Departeman Perdagangan dan Koperasi. Jakarta.
Ravi Shankar and Garry Conan : Second Critical Study on Cooperative
Legislation and policy Reform, ICA, RAPA, New Delhi, 2002.
Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Siamet, Margono. 2002. Kelompok, Organisasi dan Kepemimpinan. Bogor IPB.
Sahidu, A. 1998. Partisipasi Masyarakat Tani Pangguna Lahan Sawah dalam
Pembangunan Pertanian di Daerah Lombok. Nusa Tenggara Barat. IPB. Bogor
Soebiyanto, FX. 1998. Peranan Kelompok Dalam Mengembangkan
Kemandirian Petani dan Ketangguhan Berusaha Tani. Disertasi.
Bogor.IPB.
Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan 32.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soetrisno, L. 2003. Konflik Sosial, Studi Kasus Indonesia, Tajidu Press.
Jakarta.
Sparingga, D. (2001). Konflik dan Resolusi Konflik sebuah Perspektif
Sosiaologi, Makalah disampaikan pada Lokakarya Penyelesaian
Konflik Maluku. Jakarta, 12-13 Maret.
Sumodinigrat, Gunawan. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat.
Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar Bekerjasama dengan IDEA
(Institute of Development and Economic Analysis). Yogyakarta.
Sumardjo dan Saharudin. 2004. Metode-metode Partisipatif dalam
Pengembangan Masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian . IPB. Bogor.
Suharjo, A. J. 1986. Perencanaan Program Pembangunan Masyarakat.
Universitas Lampung (UN LAM), Lampung.
Thaba. A.A. 1996. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Gema
Insani Press. Jakarta.
Thyfault. Cindy. 1996. Developing New Generation Coops : Getting
Started on The Path to Success Rural Cooperatives. July/Agust
1996, Vol 63 NO.4. RBCD. USDA.
Tonny, Fredian dan Bambang S. Utomo. 2004. Pengembangan
Kelembagaan dan Modal Sosial. Modul Kuliah Magister
Profesional Pengembangan Masyarakat. Bogor.
68

Wardjoyo. 1992. Pendekatan Penyuluhan Pertanian untuk Maningkatkan


Partisipasi Masyarakat. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara. Jakarta.
Woolcock, Michael. 1998. Theory and Society. 27. Kluwer Academic
Publisher Netherlands.
69

Lampiran 1 : Peta Lokasi Panilrtian

KABUPATEN HALMAHERA BARAT


PROPINSI MALUKU UTARA
HAlMMlERA UTARA

Desa Tuada
Lokasi Kajian

lEU

I'ROI'IG II'I.lJKIJ UTIAA


.-! I I ~,~

~~
/'1J
-
-. - -
JAllDlO

JAllDlO S8..ATAN
I , \ U

..... J.-- ~
-,..~
--t,::;
.- -
i'"
" 1 ! ! ! !,

1\9
70

Lampiran 2 : Foto-Foto Dokumentasi Kajian

Diskusi dengan Pengurus Koperasi, LSM, dan Staf Dinas Koperasi dan UKM

.--~-

- Rapat Evaluasi Program dan FGD


71

:3

Suasan Rapat Evaluasi dan FGD


72
73

DAFTAR PERTANYAAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT PASCA
KONFLIK
(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada Propinsi Maluku Utara)

Nama Lengkap
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Waktu Wawancara

A. Wawancara dengan Pemerintah Desa :


1. Bagaimana proses terbentuknya koperasi perikanan sihida ngone di
Desa Tuada?
2. Bagaimana respon masyarakat Tuada terhadap keberadaan koperasi
perikanan sihida ngone?
3. Bagaimana pengaruh keberadaan koperasi terhadap proses
pemberdayaan masyarakat di desa tuada?
4. Bagaimana perkembangan koperasi perikanan sihida ngone?
5. Sejauhmana kinerja pengurus koperasi perikanan sihida ngone?
6. Sejauhmana kinerja badan pengawas koperasi perikanan sihida
ngone?
7. Apakah ada bantuan yang diberikan pemerintah kepada koperasi
perikanan sihida ngone?
8. Apakah dana bantuan koperasi yang diberikan dapat dimanfaatkan
dengan baik?
9. Apa harapan terhadap koperasi perikanan sihida ngone?
10. Apa saran terhadap pengembangan koperasi perikanan sihida ngone
pada masa yang akan datang?
B. Wawancara dengan Anggota Koperasi :
1. Apa latar belakang pendidikan Bapak/lbu?
2. Apa yang menjadi pertimbangan Bapakllbu menjadi anggota koperasi
perikanan sihida ngone?
74

3. Selama menjadi anggota koperasi apakah kebutuhan Bapak/lbu


sehari-hari dapat terpenuhi?
4. Adakah manfaat yang diperoleh Bapak/lbu setelah menjadi anggota
koperasi?
5. Berapakan jumlah modal yang di perlukan untuk terlibat dalam
kegiatan koperasi?
6. Apakah ada penggolongan dalam menjadi anggota koperasi?
7. Bagaimana hubungan antara pengurus (ketua) dengan anggota
koperasi?
8. Bagaimana pengaruh pengurus (ketua) terhadap anggota koperasi?
9. Bagaimana peran Bapak/ibu sebagai anggota koperasi dalam
merencanakan kegiatan-kegiatan koperasi?
10. Bagaimana peran Bapak/lbu sebagai anggota koperasi terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan koperasi?
11. Bagaimana peran Bapak/lbu sebagai anggota koperasi terlibat dalam
melakukan evaluasi kegiatan koperasi?
C. Wawancara dengan Pengurus Koperasi :
1. Apa latar belakang pendidikan Bapakllbu?
2. Apa yang menjadi pertimbangan Bapak/lbu menjadi pengurus koperasi
perikanan sihida ngone?
3. Bagaimana proses pembentukan koperasi perikanan sihida ngone?
4. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota
koperasi?
5. Selama menjadi anggota koperasi apakah kebutuhan Bapakllbu
sehari-hari dapat terpenuhi?
6. Berapa jumlah unit usaha yang dimiliki koperasi?
7. Apakah ada manfaat dari kegiatan unit-unit usaha koperasi yang sudah
dijalankan?
8. Dari mana modal koperasi diperoleh?
9. Apakah koperasi perikanan sihida ngone pernah mendapatkan
bantuan?
10. Bagaimana caranya sampai koperasi perikanan sihida ngone
mendapatkan bantuan?
11. Digunakan untuk apa saja bantuan tersebut?
75

12. Bagaimana caranya menentukan penggunaan bantuan terse but?


13. Bagaimana hubungan antara pengurus dan anggota koperasi?
14. Bagaimana hubungan antara pengurus?
15. Bagaimana hubungan antara pengurus dengan pemerintah desa?
16. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan koperasi, apakah norma-norma
yang hidup dalam masyarakat mempengaruhi pola kehidupan anggota
koperasi?
17.Apakah tradisi dan adat istiadat dalam masyarakat mempengaruhi pola
kehidupan anggota koperasi?
18.Apakah pemerintah desa mempengaruhi setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan pengurus koperasi?
19. Bagaimana peran anggota koperasi menentukan keputusan?
20. Apakah anggota koperasi terlibat dalam merencanakan berbagai
kegiatan koperasi?
21. Apakah anggota koperasi terlibat dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan koperasi?
22. Apakah anggota koperasi terlibat dalam mengevaluasi dan menilai
kegiatan koperasi?

..

Anda mungkin juga menyukai