Anda di halaman 1dari 110

Analisis Pengaruh Jasa Transaksi Anggota Koperasi Terhadap

Jumlah SHU yang Di terima Anggota Pada Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian
Persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Diajukan Oleh:

Nama : WIDIARNI

NIM : 2003 – 12 – 158

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
JAKARTA
2008
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin

Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Adapun skripsi ini

membahas mengenai “Analisis Pengaruh Jasa Transaksi Anggota Koperasi

Terhadap Jumlah SHU yang Di terima Anggota Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Rumah Sakit DR. Cipto Mangunkusumo”.

Penulis membuat laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program Strata-1 (S-1) Pada Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di

Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bantuan, perhatian serta dorongan yang tulus dari berbagai pihak baik

dukungan moral maupun spiritual, oleh karenanya dengan segala kerendahan hati

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kapada:

1. Ibu Prof. Dr. Kemala Motik Abdul Gafur, SE, selaku Rektor Universitas Indonusa

Esa Unggul.

2. Bapak Dr. Erman Munzir, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonusa

Esa Unggul.

iii
3. Bapak Abubakar Azhary, SE, Ak, Macc, selaku Kepala Jurusan Akuntansi dan

selaku dosen pembimbing dua yang bersedia memberikan waktu dan perhatiannya

kepada penulis.

4. Bapak, Drs. Daulat Freddy, Ak, MM, selaku dosen pembimbing satu yang

bersedia memberikan waktu dan perhatiannya kepada penulis serta bimbingan dan

pengarahan yang sangat berharga bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen pengajar di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan ilmunya sehingga penulis mendapatkan wawasan yang lebih luas

dan membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini

6. Bapak Imam Priyanto selaku bagian akuntansi KPRI RS DR. Cipto

Mangunkusumo yang telah memberikan pengarahan dan kesempatan untuk

melaksanakan penelitian (riset)

7. Bapak Asep Mochamad S.A selaku bagian piutang dan tagihan KPRI RS DR.

Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan pengarahan dan kesempatan untuk

melaksanakan penelitian (riset).

8. Bapak Eed Jaedi selaku bagian kesekretariatan KPRI RS DR. Cipto

Mangunkusumo yang telah memberikan pengarahan dan kesempatan untuk

melaksanakan penelitian (riset).

9. Seluruh staf dan karyawan KPRI RS DR.Cipto Mangunkusumo, yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, yang telah bekerja sama dan memberikan bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis.

iv
10. Kepada yang tercinta Bapak, Ibu, dan Adik-adikku Yati, Leli, Teh Amel, dan

keluarga besarku terima kasih atas semua dukungan, nasehat, semangat dan

doanya yang tidak terhingga kepada penulis dalam membuat laporan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku, Eni, Era, Hani, Ipul, Adit, Firman, Izul, Ida, Ita, Rani, Dewi,

Melaning, Yayuk, Erna, Lia, Indah, Dina, Desi, lili, dan Wiwik, Novilasari dan

kawan-kawan, semoga kita berhasil dalam menempuh cita-cita dan semakin

kompak.

12. Dan Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ekonomi Akuntansi Angkatan 2003 yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan

dorongan kepada penulis.

Sebagai bagian dari proses belajar, penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan

dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

masukan berupa saran dan kritik dari bapak ibu serta teman-teman sebagai pembaca.

Terlepas dari hal tersebut penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2008

Widiarni

v
ABSTRAKSI

WIDIARNI, Analisis Pengaruh Jasa Transaksi Anggota Koperasi Terhadap Jumlah


SHU yang diterima Anggota Koperasi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia
RS. Dr. Cipto Mangunkusumo (dibimbing oleh Bapak Daulat Freddy dan Bapak
Abubakar Azhary)
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah metode yang digunakan
KPRI RSCM dalam mengalokasikan SHU peranggota dan juga untuk mengetahui
pengaruh jasa transaksi anggota koperasi tersebut pada sisa hasil usaha yang diterima
oleh anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
komparatif , yakni deskriptif berarti analisa yang dilakukan dengan cara
mengunpulkan informasi secara rinci mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pokok bahasan, sedangkan komparatif berarti membandingkannya dengan perumusan
masalah. Metode ini merupakan obyek dari penelitian (perusahaan) berdasarkan
faktor-faktor yang nyata disituasi yang akan diteliti dan membandingkannya dengan
teori yang ada. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dari hasil SHU yang
diperoleh koperasi RSCM sebesar Rp 2.792.091.924 maka SHU yang diperoleh
positif itu berarti kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi melebihi
kebutuhan akan biaya riil koperasi. kelebihan tersebut dikembalikan oleh koperasi
kepada para anggotanya ( pasal 45 ayatr 2 UU No. 25/ 1992). Rapat anggota
berdasarkan anggaran dasar/ anggaran rumah tangga dapat menetapkan untuk
menyisihkan sebagian dari SHU untuk cadangan, dana pendidikan, dan dana-dana
untuk keperluan lain serta sisanya dibagikan kepada anggota menurut jasa masing-
masing anggota.

Kata Kunci : Jasa Transaksi, Sisa Hasil Usaha

vi
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ………………………………………………………… i

Halaman Pengesahan …………………………………………………………. ii

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iii

Abstraksi ……………………………………………………………………… vi

Daftar Isi ……………………………………………………………………… vii

Daftar Tabel ………………………………………………………………….. x

Daftar Gambar ……………………………………………………………….. xi

Daftar Lampiran …………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………… 1

B. Pembatasan Masalah ………………………………….. 3

C. Perumusan Masalah …………………………………… 3

D. Tujuan Penelitian ……………………………………… 4

E. Manfaat Penelitian …………………………………….. 4

F. Sistematika Penulisan …………………………………. 5

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Koperasi ……………………………………. 7

B. Undang-Undang Koperasi …………………………….. 12

vii
C. Prinsip-Prinsip Koperasi ………………………………. 14

D. Jenis-Jenis Koperasi……………………………………. 16

E. Ekuitas Koperasi…….……………………………......... 18

F. Sisa Hasil Usaha………….…………………………… 21

G. Kegiatan Usaha Koperasi……………………………… 25

H. Laporan Keuangan Koperasi…………………………... 28

I. Kerangka Pikir penelitian……………………………… 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………… 44

B. Jenis dan Sumber Data ……………………………….. 44

C. Metode Pengumpulan Data …………………………… 45

D. Metode Analisis Data ………………………………… 46

E. Definisi Operasional Variabel ………………………... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan ………………………….. 48

B. Visi dan Misi Perusahaan …………………………….. 48

C. Struktur Organisasi …………………………………… 49

D. Pembagian Tugas…………..………………………….. 51

E. Kegiatan Usaha Koperasi RSCM……………………… 67

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Kebijakan Akuntansi KPRI RSCM……………………. 71

viii
B. Perhitungan Pembagian SHU yang digunakan KPRI

RSCM . ……………………………………………….. 72

C. Perhitungan SHU berdasarkan peneliti……………….. 78

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………… 93

B. Saran …………………………………………………… 96

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Perhitungan Sisa Hasil Usaha KPRI RSCM………………………. 73

Tabel 5.2 SHU Peranggota yang diterima Anggota Koperasi………….…….. 77

Tabel 5.3 Kompilasi Data Simpanan, Transaksi Usaha, dan

SHU peranggota …………………………………………………. 86

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Mekanisme Permodalan Koperasi Di Indonesia…………………. 20

Gambar 2.2 Status Ganda Anggota Koperasi…………………………………. 26

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian………………………………………... 43

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi…………………………………….. 51

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi

Lampiran 2 Rincian Transaksi Anggota Koperasi

Lampiran 3 Kompilasi Data Simpanan, Transaksi Usaha, Dan SHU peranggota

Lampiran 4 Surat Keterangan Riset

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju,

selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan

investasi. Dana tersebut diperoleh dari pemasukan pemilik usaha dan sumber-

sumber lain seperti pinjaman dari pihak ketiga atau bank-bank. Bagi koperasi

sangat berbeda keadaannya. Koperasi mendasarkan kepemilikan usaha tidak dari

segi kepemilikan saham, tetapi dari keikutsertaan sebagai anggota yang tercatat.

Jika dalam perusahaan non koperasi, pembagian keuntungan perusahaan dihitung

dari jumlah saham yang dimiliki, sedangkan dalam usaha koperasi pembagian

“keuntungan” yang disebut Sisa Hasil Usaha atas dasar besarnya jasa anggota

yang diberikan kepada koperasi tersebut.

Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi memberikan

kontribusi modal kepada koperasi, yang sistemnya diatur dalam Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga koperasi. Sedangkan kedudukannya sebagai

pengguna jasa koperasi, maka anggota koperasi memanfaatkan pelayanan-

pelayanan koperasi yang diselenggarakan untuk anggota koperasi.

Kewajiban anggota sebagai pemilik koperasi bukan saja harus memodali

koperasi, tetapi juga harus memberikan kontribusi dalam keseluruhan biaya

operasional, dan biaya-biaya lainnya serta biaya variabel, sehingga pendapatan


2

koperasi dapat diartikan sebagai penerimaan koperasi atas kontribusi anggota

koperasi bagi pemenuhan biaya-biaya koperasi. Oleh karena itu, pada akhir tahun

buku, seluruh penerimaan pendapatan koperasi itu harus dilaporkan dan di

pertanggung jawabkan oleh pengurus koperasi kepada rapat anggota. Karena

variasi aktivitas kerja koperasi, maka dapat saja pendapatan tersebut dari sumber-

sumber lain diluar kontribusi anggota dan dimasukan pula sebagai pendapatan

koperasi yang harus dipertanggung jawabkan kepada rapat anggota. Disinilah

letak perbedaan pengertian antara pendapatan koperasi dengan marjin harga

nonkoperasi, di mana marjin nonkoperasi tidak akan dilaporkan apabila

dipertanggung jawabkan kepada pelanggannya.

Atas dasar latar belakang pemikiran tersebut di atas maka penulis tertarik

untuk membahas tentang pengaruh kontribusi anggota terhadap jumlah SHU yang

akan diterima oleh masing-masing anggota koperasi. Didalam koperasi tidak

semua anggota koperasi aktif terhadap jasa transaksi yang dilakukan dengan

koperasi, dari hal tersebut penulis ingin sekali mengetahui bagaimana koperasi

menbagi SHU kepada masing-masing anggota koperasi dan pembagian SHU

yang diterima masing-masing anggota koperasi tersebut telah sesuai dengan salah

satu prinsip-prinsip keanggotaan koperasi yaitu pembagian SHU dilakukan secara

adil dan sebanding dengan besarnya jasa masing-masing anggota.

Sehingga penulis memutuskan memilih judul “Analisis Pengaruh Jasa

Transaksi Anggota Koperasi Terhadap Jumlah SHU yang diterima Anggota


3

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Rumah Sakit DR. Cipto

Mangunkusumo”

B. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini penulis akan membahas tentang analisis pengaruh

jasa transaksi anggota koperasi terhadap jumlah SHU yang diterima anggota

KPRI RS DR.Cipto Mangunkusumo, penulis menggunakan pembatasan masalah,

tujuannya adalah agar pembahasan dalam skripsi ini tidak terlalu luas. Masalah

yang dibahas dalam penulisan skripsi ini terbatas hanya pada jasa transaksi atau

kontribusi yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi sehingga

mempengaruhi pada jumlah SHU yang akan diterima oleh masing-masing

anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia Rumah Sakit DR.Cipto

Mangunkusumo.

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara KPRI RSCM dalam mengalokasikan Sisa Hasil Usaha?

2. Bagaimana cara KPRI RSCM dalam membagi SHU anggota?

3. Bagaimana pengaruh jasa transaksi anggota koperasi terhadap jumlah SHU

yang diterima?
4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui cara KPRI RSCM dalam mengalokasikan Sisa Hasil

Usaha.

b. Untuk mengetahui cara KPRI RSCM dalam membagi SHU anggota.

c. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh jasa transaksi anggota koperasi

terhadap jumlah SHU yang diterima.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang

bermanfaat, yaitu dengan mempelajari sistem dan aktivitas perusahaan

sehingga dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan

kemudian menentukan metode penyelesaian dalam memecahkan

permasalahan yang ada.

b. Bagi Perusahaan

Penulis mengharapkan agar data dan informasi yang diperoleh dan

dikumpulkan dalam skripsi ini, dapat menjadi bahan pertimbangan yang

nantinya dapat dipakai untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Dapat

menjadi bahan masukan untuk menganalisis jasa transaksi anggota

koperasi sehingga jumlah SHU yang diperoleh anggota koperasi

sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota

dengan koperasi.
5

c. Bagi Pihak Lain

Memberikan Manfaat sebagai bahan bacaan atau referensi guna

memberikan gambaran yang jelas dan informasi yang cukup mengenai

metode dalam membagi SHU anggota pada KPRI RS DR. Cipto

Mangunkusumo.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal ini, penulis menyusun suatu sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang memahas mengenai

koperasi, dan teori-teori yang digunakan dalam mendukung proses

riset, serta kerangka pemikiran yang menjadi rangkuman dari

tinjauan pustaka dan keseluruhan penelitian

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang

digunakan, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data,


6

metode pengumpulan data, metode pengolahan data atau analisis

data, serta definisi operasional variabel

BAB IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai perusahaan tempat penulis

melakukan penelitian, dan dilaporkan dalam bab ini mengenai

sejarah, struktur organisasi dan pembagian masing-masing bidang,

aktivitas ekonomi perusahaan.

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu

mencakup tentang metode pembagian SHU anggota yang telah

diterapkan perusahaan.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini dimuat kesimpulan dan saran-saran yang akan

diharapkan berguna bagi perusahaan sehubungan dengan jasa

transaksi anggota koperasi terhadap jumlah SHU yang diterima

anggota koperasi.
7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Koperasi

Berbeda dengan perusahaan komersial, khususnya perseroan terbatas dan

firma, yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki modal yang cukup untuk

memulai usaha, koperasi biasanya didirikan oleh sekumpulan orang dengan

modal lemah. Karena itu, di dalam koperasi selalu terdapat unsur sosial sekaligus

unsur ekonomi. Koperasi memiliki unsur ekonomi, karena sebagai sebuah badan

usaha koperasi harus beroperasi sebagaimana layaknya perusahaan komersial.

Dimana setiap koperasi harus memiliki produk untuk dijual kepada masyarakat

sebagai sumber penghasilan koperasi dan biaya untuk memperoleh dan menjual

produk tersebut harus dikelola secara efisien. Kemudian koperasi juga memiliki

unsur sosial karena sebagai perkumpulan orang, koperasi bertujuan meningkatkan

kesejahteraan anggotanya. 1

Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara

sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan

ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara

demokratis.

1
Rudianto, Akuntansi Koperasi, Grasindo,2006,Hal.1
8

Menurut Pasal 1 UU No.25/1992 yang dimaksud dengan koperasi di

Indonesia adalah suatu badan usaha yang lebih memiliki dasar asas kekeluargaan.

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau


badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan”. 2

Berdasarkan batasan koperasi ini, koperasi Indonesia mengandung 5 unsur

sebagai berikut:

1. Koperasi adalah badan usaha

Sebagai badan usaha maka koperasi harus memperoleh laba. Laba

merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, di mana sistem itu

akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.

2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan hukum

koperasi.

Ini berarti bahwa, koperasi Indonesia bukan kumpulan modal. Dalam hal ini,

UU No. 25 Tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota)

yang ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk

koperasi primer dan tiga Badan Hukum Koperasi untuk koperasi sekunder.

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah bahwa anggota-anggota tersebut

mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.

3. Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan “prinsip-prinsip

koperasi”
2
Ibid, Hal. 2
9

Menurut UU No. 25 Tahun 1992, ada tujuh prinsip koperasi Indonesia. Secara

singkat prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati diri koperasi.

4. Koperasi Indonesia adalah “gerakan ekonomi rakyat”

Ini berarti bahwa, koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem

perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak

semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi juga pada masyarakat

umum.

5. Koperasi Indonesia “berazaskan kekeluargaan”

Dengan azas ini, putusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi

dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil

seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat. Inti dari azas

kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih

dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan berkoperasi.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27

koperasi adalah: 3

“koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan


pendayagunaan sumberdaya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-
prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf
hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada
umumnya. Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat
dan sokoguru perekonomian nasional.”

3
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Paragraf 1, 2004
10

Bila dirinci lebih jauh, beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari

uraian mengenai pengertian koperasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.

2. Bentuk kerjasama dalam koperasi bersifat sukarela.

3. Tiap-tiap anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban yang sama.

4. Tiap-tiap anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta

mengawasi jalannya usaha koperasi.

5. Risiko dan keuntungan usaha koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.

Dengan demikian koperasi berbeda dengan badan usaha komersial pada

umumnya, koperasi memiliki karakteristik tersendiri, seperti berikut ini:

1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu

kepentingan ekonomi yang sama.

2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri

untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan,

keadilan , persamaan dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi

percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial

dan kepedulian kepada orang lain.

3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan

sendiri oleh anggota.


11

4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi

anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.

5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi pada anggotanya

maka kelebihan kemampuan pelayanan dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

Sementara koperasi dipandang sebagai badan usaha yang memiliki bentuk

dan karakteristik sendiri, koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk

membangun sistem perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan koperasi

sebagaimana dicantumkan di dalam Pasal 3 UU No. 25/1992 sebagai berikut:

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya


dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945”. 4

Dengan tujuan tersebut mudah dimengerti bila koperasi mendapat

kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Koperasi tidak

hanya merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional

dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun dinegeri

ini, tetapi juga dinyatakan sebagai sokoguru perekonomian nasional.

4
Rudianto, op.cit. Hal.3
12

B. Undang-Undang Koperasi

1. UU No. 12 Tahun 1967

Jika dilihat dari sejarah perundang-undangan koperasi Indonesia,

maka sejak Indonesia merdeka sudah ada 4 UU yang menyangkut

perkoperasiaan, yaitu UU No. 79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi,

UU No. 14 tahun 1965, UU No. 12 tahun 1967 Tentang pokok perkoperasian,

UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi juga disebut sendi-sendi dasar

koperasi. Dalam UU No. 12 tahun 1967, istilah yang digunakan adalah

“sendi-sendi dasar” koperasi , sedangkan dalam UU No. 25 tahun 1992

disebut prinsip koperasi. Sama halnya seperti dinegara lain, koperasi di

Indonesia juga mengadopsi sebagian prinsip Rochdale dan atau prinsip ICA.

Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi ini mengalami perubahan sesuai dengan

perkembangan kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia, perubahan

prinsip-prinsip ini seiring dengan perubahan undang-undang yang mengatur

perkoperasian.

Walaupun demikian, nilai-nilai dasar dan cita-cita koperasi tidak

banyak mengalami perubahan, kecuali UU No. 14 tahun1965 yang misi dan

jiwanya didominasi pola pikir komunis.


13

Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar koperasi menurut UU No. 12

tahun 1967, adalah sebagai berikut:

a. Sifat keanggotaannya suka rela dan terbuka untuk setiap warga negara

Indonesia.

b. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan

demokrasi dalam koperasi.

c. Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota.

d. Adanya pembatasan bunga atas modal.

e. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

f. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.

g. Swadaya, swakarta, Swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar

percaya pada diri sendiri.

2. UU No. 25 tahun 1992

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU N0. 25 tahun 1992 dan yang

berlaku saat ini di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha

masing-masing anggota.

d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal

e. Kemandirian
14

f. Pendidikan perkoperasian

g. Kerja sama antar koperasi

Dari kedua prinsip koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa

essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara

nyata. Hanya saja dalam UU No. 25 tahun 1992 ada penambahan mengenai

prinsip kerja sama antara koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk

mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, koperasi perlu meningkatkan

kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama

antar koperasi.

C. Prinsip-Prinsip Koperasi

Penyusunan prinsip-prinsip di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan

perkembangan prinsip koperasi internasional. Sebagaimana dinyatakan dalam

Pasal 5 ayat 1 UU No.25/1992, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip

keanggotaan.

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Karena itu tidak seorang pun yang boleh dipaksa oleh orang lain untuk

menjadi anggota koperasi.

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Penerapan prinsip ini didalam koperasi dilakukan dengan mengupayakan

sebanyak mungkin anggota koperasi didalam pengambilan keputusan

koperasi.
15

3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan

besarnya jasa masing-masing anggota.

Koperasi tidak menggunakan istilah laba atau keuntungan untuk menunjukan

selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dengan

pengorbanan yang dikeluarkan memperoleh penghasilan itu. Selisih ini dalam

koperasi ini disebut dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). SHU imi setelah

dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan kepada para anggota

sesuai dengan pertimbangan jasanya masing-masing. Jasa anggota diukur

berdasarkan jumlah kontribusi masing-masing terhadap pembentukan SHU

ini. Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah transaksi anggota

dengan koperasi selama periode tertentu.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal

Pembatasan bunga atas modal merupakan cerminan bahwa koperasi selain

menaruh perhatian terhadap pemberian imbalan yang wajar terhadap

partisipasi anggotanya, juga mendorong dan menumbuhkan rasa

kesetiakawanan antar sesama anggota koperasi.

5. Kemandirian

Agar koperasi dapat mandiri maka koperasi harus mengakar kuat dalam

kehidupan masyarakat dan agar dapat mengakar kuat koperasi harus dapat

diterima oleh masyarakat, koperasi harus memperjuangkan kepentingan dan

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.


16

D. Jenis-jenis Koperasi

Dilihat dari bidang usaha dan jenis anggotanya, koperasi dapat

dikelompokkan dalam empat jenis koperasi. Bidang usaha koperasi

mencerminkan jenis produk yang dijual koperasi kepada para anggotanya,

sedangkan jenis anggota koperasi adalah pembagian anggota koperasi

berdasarkan alasan keikutsertaannya didalam koperasi tersebut. Berdasarkan

bidang usaha ini dan jenis anggotanya.

Menurut PSAK No. 27 tahun 2004, koperasi dapat digolongkan

kedalam beberapa jenis koperasi: 5

1. koperasi Simpan Pinjam

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak

dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk

kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan

bantuan dana. Kegiatan utama simpan pinjam adalah menyediakan jasa

penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.

2. Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir

atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi konsumen adalah

melakukan pembelian bersama. Jenis barang atau jasa yang dilayani suatu

koperasi konsumen sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota

5
Ikatan Akuntan Indonesia, op.cit.,No.27
17

yang dipenuhi kebutuhannya. Misalnya koperasi yang mengelola toko serba

ada, mini market dan sebagainya.

3. Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau

pemilik barang atau penyedia jasa. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang

dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya memasarkan barang-

barang yang mereka hasilkan. Jadi, tiap-tiap anggota koperasi menghasilkan

barang secara individual. Kemudian, pemasaran barang-barang yang mereka

hasilkan dilakukan oleh koperasi. Itu berarti, keikutsertaan anggota koperasi

sebatas memasarkan produk yang dibuatnya. Tujuan utama koperasi

pemasaran adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga dan mengurangi

sekecil mungkin keterlibatan para pedagang perantara dalam memasarkan

produk-produk yang mereka hasilkan.

4. Koperasi Produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki badan

usaha sendiri, tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan

dan memasarkan barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi produsen adalah

menyediakan, mengoperasikan, dan mengelola sarana produksi bersama.

Tujuan utama koperasi produksi adalah menyatukan kemampuan dan modal

para anggotanya guna menghasilkan barang-barang atau jasa tertentu melalui

suatu badan usaha yang mereka kelola dan miliki sendiri.


18

E. Ekuitas Koperasi

Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok,

simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan

simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan,

cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi.

1. Modal Anggota

Istilah modal dalam pengertian ini lebih memiliki arti sebagai sumber

pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran anggota. Biasanya setoran

anggota koperasi dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) jenis setoran, yaitu

simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Tetapi koperasi

tertentu memiliki, jenis setoran lain yang berbeda. Berkaitan dengan modal

anggota, jenis simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan sebagai modal

koperasi karena sifatnya yang tidak permanen, di mana simpanan jenis ini

dapat ditarik sewaktu-waktu oleh anggota.

Simpanan koperasi dapat dibedakan menjadi simpanan pokok, simpanan

wajib, dan simpanan sukarela.

a. Simpanan Pokok

adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya setiap anggota

yang harus disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan

pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut masih

menjadi anggota koperasi.


19

b. Simpanan Wajib

adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota

dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya sebulan sekali. Jenis

simpanan wajib ini dapat diambil kembali dengan cara-cara yang diatur

lebih lanjut dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan keputusan-

keputusan rapat anggota.

c. Simpanan Sukarela

adalah suatu jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan

anggota terhadap koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan.

Simpanan jenis ini dapat diambil kembali oleh pemilik simpanannya

setiap saat. Karena itu simpanan sukarela tidak dapat dikelompokkan

sebagai modal anggota didalam koperasi dan dikelompokkan sebagai

hutang jangka pendek.

d. Modal Sumbangan

adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang

yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat.

Modal sumbangan tidak dapat dibagikan kepada koperasi selama koperasi

belum dibubarkan.

e. Modal Penyertaan

adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang

yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat

struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.


20

f. Cadangan

adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota.Sisa Hasil Usaha

g. (SHU) Belum Dibagi

adalah selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu

dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh

penghasilan itu dan belum dibagikan kepada anggota.

Modal Sendiri: Modal


1.Simpanan Pokok. Kerja
2.Simpanan Wajib.
3.Dana Cadangan.
4.Donasi

Modal SHU
Koperasi Modal Luar:
1.Anggota.
2.Koperasi.
3.Bank
4.LembagaKeuangan
non Bank.
Investasi
5.Penerbitan
Obligasi.

Gambar 2.1
mekanisme permodalan koperasi di Indonesia
21

F. Sisa Hasil Usaha

Tentang SHU koperasi baik UU No. 12/1967 maupun UU No.12 /1992

memberikan rumusan yang sama, perbedaanya bahwa dalam UU No.12/1967

diatur pula dalam cara-cara pendistribusian SHU sedangkan dalam UU No.

25/1992 tidak lagi diatur secara rinci dalam pasal 45 UU No. 25/1992 dirumuskan

yaitu sebagai berikut:

a. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh

dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban

lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

b. Sisa Hasil Usaha setelah dikursngi dana cadangan, dibagi kepada anggota

sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota

dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai

dengan keputusan rapat anggota.

c. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Menurut ayat 1 (satu) tersebut, ada tiga komponen utama yaitu SHU,

pendapatan, dan biaya koperasi. Dari tiga komponen ini SHU hanyalah

konsekuensi daripada pendapatan dan biaya koperasi (sub komponen penyusutan,

kewajiban lain, dan pajak dapat dimasukan kedalam komponen biaya).

Komponen utama dalam ayat 2 (dua) adalah mengenai cadangan dan jasa usaha

anggota koperasi dan dalam ayat 3 (tiga) menyangkut tentang pemupukan dana

cadangan. SHU ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan

kepada para anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-masing. Jasa


22

anggota diukur berdasarkan jumlah kontribusi masing-masing terhadap

pembentukan SHU ini. Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah

transaksi anggota dengan koperasi selama periode tertentu. Sedangkan pengertian

SHU itu sendiri adalah:

“adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam


menghasilkan profit dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun. Untuk
mengetahui profit yang diperoleh koperasi dalam suatu periode, dapat
dihitung dengan cara mengurangkan beban yang dikeluarkan koperasi
dalam satu periode dari pendapatan yang diperolehnya dalam periode yang
sama.” 6

Dari uraian-uraian tentang koperasi dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan perusahaan koperasi adalah perusahaan yang didirikan,

dimodali, dikelola , dan dimanfaatkan sendiri oleh para anggotanya, di mana

kedudukan anggota koperasi adalah pemilik yang sekaligus pengguna jasa

koperasi (prinsip identitas ganda) kedudukan anggota sebagai pemilik

ditunjukkan kedudukannya sebagai pendiri, pemodal, pengelola, dan pengawas /

pengendali perusahaan, sedangkan kedudukan anggota sebagai pelanggan

diartikan sebagai pengguna jasa koperasi. Dengan demikian, bahwa anggota

koperasi sebagai pelanggan adalah satu kesatuan dengan perusahaan koperasi

sehingga mereka berhak mengatur / memutuskan tentang bagaimana seharusnya

perusahaan koperasi melayani mereka. Hal semacam ini tidak mungkin terjadi

pada bentuk perusahaan nonkoperasi, maka perusahaan koperasi tidak mungkin

6
Rudianto, 2006, loc. Cit., hal. 61
23

berorientasi kepada optimalisasi laba, sebab pelanggannya adalah pemilik

perusahaannya sendiri.

Pendapatan koperasi yang tiada lain adalah penerimaan koperasi atas

kontribusi anggota koperasi bagi pengeluaran biaya-biaya operasional koperasi,

dipergunakan oleh koperasi (dibawah pimpinan koperasi) untuk membayar segala

pengeluaran koperasi dalam rangka memutar roda organisasi agar mampu

mencapai tujuannya.

Perhitungan akhir tahun yang menggambarkan penerimaan pendapatan

koperasi dan dialokasi penggunaannya untuk biaya-biaya koperasi berdasarkan

pasal 45 ayat 1 (satu) UU No. 25/1992 dapat dirumuskan sebagai: 7

Sisa Hasil Usaha = Pendapatan – (Biaya + Penyusutan + Kewajiban lain + Pajak)

Karena komponen-komponen yang ada didalam tanda kurung seluruhnya

dapat dikatagorikan sebagai biaya, maka rumusan diatas dapat disederhanakan

menjadi:

SHU = TR – TC

Didalam SHU adalah sisa hasil usaha TR (Total Revenue) adalah

pendapatan total koperasi dalam satu tahun TC (Total Cost) adalah biaya total

koperasi dalam satu tahun yang sama. Berdasarkan persamaan tersebut akan ada

tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu sebagai berikut:

7
Tiktik Sartika partomo, Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi,
Ghalia Indonesia 2002, hal. 84
24

a. Jumlah pendapatan koperasi lebih besar daripada jumlah biaya-biaya koperasi

sehingga terdapat selisih yang disebut SHU positif.

b. Jumlah pandapatan koperasi lebih kecil daripada jumlah biaya-biaya koperasi

sehingga terdapat selisih yang Disebut SHU negatif atau SHU minus.

c. Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya koperasi

sehingga terjadi SHU nihil atau berimbang.

Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota

koperasi bagi pengeluaran biaya-biaya koperasi, maka apabila SHU positif berarti

kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi melebihi kebutuhan akan

biaya riil koperasi. Kelebihan tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para

anggotanya (Pasal 45 ayat 2 UU No.25/1992). Rapat anggota berdassarkan

Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dapat menetapkan untuk

menyisihkan sebagian dari SHU untuk dana cadangan, dana pendidikan, dan

dana-dana untuk keperluan lain serta sisanya dibagikan kepada anggota menurut

jasa masing-masing anggota (patronage refund).

Apabila SHU negatif berarti kontribusi anggota koperasi terhadap

pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan koperasi.

Kekurangan kontribusi anggota tersebut ditutup dengan dana cadangan. Dana

cadangan diperoleh dari penyisihan SHU yang digunakan untuk memupuk modal

sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan (Pasal 41 ayat 2c

UU No.25/1992). Kerugian tersebut adalah kerugian yang disebabkan aktivitas

pelayanan sehari-hari atau pada saat pembubaran. Kasus distribusi SHU negatif
25

kepada anggota koperasi dapat diterima sejauh telah diyakini bahwa kerugian

yang timbul bukan karena adanya kesengajaan atau kelalaian pengurus sehingga

kerugian tersebut layak untuk ditanggung seluruh para anggota.

Apabila SHU nilai atau berimbang, di mana pengeluaran biaya dan

pendapatan koperasi seimbang. Dalam kasus ini koperasi harus memperbaiki

kinerjanya agar dapat meningkatkan pendapatannya untuk memperoleh SHU

positif. Koperasi harus bekerja keras dan melaksanakan kegiatannya secara

efisien baik internal maupun alokasi sumber dayanya. 8

G. Kegiatan Usaha Koperasi

Pada awalnya, koperasi dibentuk oleh beberapa orang untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, setiap usaha dari koperasi baik yang

bersifat bisnis tunggal (single-purpose cooperatives) ataupun yang bersifat serba

usaha (multi-purpose cooperatives) harus dikaitkan dengan kepentingan ataupun

kebutuhan ekonomi anggota. Hal itu dapat dipahami, karena perusahaan koperasi

yang mereka miliki merupakan alat untuk memperbaiki ataupun mengurusi

kepentingan ekonomi mereka.

8
Ibid. Hal.85
26

Kelompok Koperasi
(RAPAT ANGGOTA)
K
E
B Sebagai
U Pemilik
T
U
S H Seba
Anggota A A gai Perusahaan
koperasi M N Pem koperasi
A
akai
E
K
O Pasar
N
M
I

Gambar 2.2
Status ganda anggota koperasi

Dari diagram status ganda anggota tersebut, dapat dilihat bahwa anggota-

anggota koperasi secara individual ataupun rumah tangga mempunyai kebutuhan

ekonomi yang sama hal itulah faktor utama yang mendasari mereka untuk

mendirikan perusahaan koperasi. Perumusan pengembangan perusahaan, rencana

kebutuhan anggaran, penetapan pengelola perusahaan, dan yang lain-lain yang

sifatnya strategis ditetapkan dalam rapat anggota, yang dalam diagram disebut

kelompok koperasi. Kelompok koperasi ini terdiri dari anggota-anggota koperasi

itu sendiri.

Apabila faktor pembentukan tersebut menjadi acuan utama dalam

mengembangkan usaha koperasi, maka seluruh kegiatan usaha koperasi

didasaarkan pada maksimisasi pelayanan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi


27

anggota. Kegiatan pelayanan ini tentu sekaligus diharapkan dapat menjadi sumber

keuntungan bagi perusahaan koperasi.

Sebenarnya, konsep diagram status ganda anggota tersebut juga

memungkinkan perusahaan koperasi untuk mengembangkan usaha diluar

kebutuhan anggota, sepanjang kebutuhan ekonomi para pemiliknya telah

terpenuhi. Dengan kata lain, apabila terdapat kelebihan kapasitas (excess

capacity) sumber daya yang dimiliki, maka perusahaan koperasi dapat

mengembangkan usaha lain dengan pihak ketiga yang nonanggota, dimana usaha

tersebut tidak terkait langsung dengan kebutuhan ekonomi anggota.

Untuk koperasi di Indonesia, lapangan usaha koperasi telah ditetapkan

pada UU No.25/ 1992, pasal 43, yaitu: 9

1. Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan

anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraannya. Pada poin ini,

konsep ideal koperasi seperti digambarkan sebelumnya masih seirama dengan

ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan.

2. Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi. Perlu digarisbawahi

bahwa, yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan disini adalah kelebihan

kapasitas dana dan daya yang dimiliki oleh koperasi untuk melayani

anggotanya. Kelebihan kapasitas tersebut dimanfaatkan untuk berbisnis

dengan nonanggota, untuk mengoptimalkan skala ekonomi (economic of


9
Arifin Setio, Haloan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, Erlangga, 2001, Hal. 83
28

scale) dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan biaya perunit yang

memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota.

3. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang

kehidupan ekonomi rakyat.

H. Laporan Keuangan Koperasi

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara dua data

keuangan atau aktifitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktifitas perusahaan. 10

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laoran keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan

berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),

catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan. 11

Melalui laporan keuangan itu, secara periodic dilaporkan informasi

penting mengenai suatu perusahaan yang berupa : 12

10
Drs. Munawir, Akt, Analisis Laporan keuangan, 2004, Hal.2
11
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, 2004
12
Harnanto, Analisis Laporan Keuangan, 2000, Hal.9
29

a. Informasi mengenai sumber ekonomi, kewajiban serta modal perusahaan

b. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber-sumber ekonomi

netto atau kekayaan bersih yang timbul dari aktifitas usaha perusahaan

dalam rangka memperoleh laba.

c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan dapat dipakai sebagai dasar

untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan untuk

menhasilkan laba.

d. Informasi penting lainnya berhubungan dengan laporan keuangan seperti

kebijakan akuntansi yang dianut oleh perusahaan.

Laporan keuangan adalah suatu alat dengan mana informasi

dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya

dimasukan dalam laporan keuangan yang dikomunikasikan secara periodik

kepada para pemakainya. 13

Laporan ini didesain untuk membantu memenuhi kebutuhan berbagai pemakai

khususnya pemilik dan kreditur. Melalui proses akuntansi pengaruh dari

semua kegiatan ekonomi perusahaan yang demikian kompleks dan banyak

dikumpulkan, dianalisis, dinilai, dikelompokan, dicatat, diikhtisarkan,dan

dilaporankan sebagai informasi yang terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Laporan keuangan pada suatu titik waktu atau tanggal tertentu.

b. Laporan perubahan posisi keuangan yang menyangkut selama masa

tertentu atau periodik.


13
Drs. Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi Laporan Keuangan, 2000, Hal. 117
30

Penjelasan laporan (notes to financial statement) yang menjelaskan lebih rinci

pos-pos laporan keuangan, baik judul dan kelompok yang ada dalam laporan

atau menyajikan informasi yang tidak dapat dituangkan dalam nilai uang,

yang merupakan bagian yang tidak dipisahkan dalam laporan keuangan.

2. Pengguna Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem

pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan

pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Dengan

demikian, dilihat dari fungsi manajemen, laporan keuangan sekaligus dapat

dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi.

Pengguna utama (main users) dari laporan keuangan keuangan

koperasi adalah :

a. Para anggota koperasi

b. Pejabat Koperasi

c. Calon anggota koperasi

d. Bank

e. Kreditur, dan

f. Kantor pajak
31

Adapun tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan

koperasi, adalah:

a. Menilai pertanggungjawaban pengurus

b. Menilaiprestasi pengurus

c. Menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya

d. Menilai kondisi keuangan koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan

solvabilitas)

e. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya dan

jasa yang akan diberikan kepada koperasi.

Butir pertama hingga keempat pada hakekatnya ditujukan pada

pemilik koperasi itu sendiri daripada untuk pihak eksternal (non anggota).

Sedangkan butir kelima selain untuk anggota, juga perlu bagi pihak eksternal

seperti perbankan.

3. Tujuan Laporan Keuangan Koperasi

Tujuan laporan keuangan koperasi adalah untuk menyediakan

informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Beberapa

hal yang dapat diinformasikan oleh laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi

b. Prestasi keuangan koperasi selama suatu periode

c. Transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis,

kewajiban, dan kekayaan bersih dalam suatu periode. Transaksi yang

berkaitan dengan anggota dipisahkan dengan yang bukan anggota


32

d. Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan

solvanilitas koperasi.

Adapun informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan seperti

dimaksud diatas, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi

b. Kewajiban yang harus dipenuhi koperasi

c. Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota dan koperasi itu sendiri

d. Transaksi, kejadian, dan keadaan yang terjadi dalam suatu periode yang

mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih

koperasi.

e. Sumber dan penggunaan dana serta informasi-informasi lain yang

mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi

4. Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan koperasi mempunyai karakter tersendiri sebagai

berikut:

a. Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggung jawaban pengurus

kepada para anggotanya didalam rapat anggota tahunan (RAT).

b. Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/lpaoran posisi laporan

keuangan, laporan sisa hasil usaha, dan laporan ars kas yang penyajiannya

dilakukan secara komparatif.

c. Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani oleh

semua anggota pengurus koperasi (UU N0.25/ 1992, pasal 36, ayat1)
33

d. Laporan laba rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha

(SHU). SHU koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan

untuk anggota dan bukan anggota. SHU yang dibagikan kepada anggota

harus berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota. Pada saat

RAT, SHU ini diputuskan untuk dibagi sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam undang-undang dan anggaran dasar koperasi. Komponen

pembagian SHU sesuai dengan anggaran dasar atau anggaran rumah

tangga (AD/ART) kopearasi yang bersangkutan (pasal 45 UU

No.25/1992)

e. SHU yang berasal dari transaksi anggota maupun non anggota

didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang

telah diatur dalam AD atau ART koperasi. SHU yang ber sumber dari

transaksi anggota dibagi sebagai berikut (sebagai contoh)

1) Dana cadangan

2) Dana anggota

3) Dana pengurus

4) Dana pegawai / karyawan

5) Dana sosial

6) Dana pembangunan daerah kerja


34

SHU yang berasal dari transaksi bukan anggota terdiri dari komponen-

komponen sebagai berikut (sebagai contoh)

1) Dana cadangan koperasi

2) Dana pengurus

3) Dana pegawai/ karyawan

4) Dana pendidikan koperasi

Komponen-komponen tersebut selama belum dicairkan, disajikan dalam

kelompok kewajiban lancar pada neraca, sedangkan cadangan koperasi

merupakan bagian sisa hasil usaha yang tidak dibagi dan dapat digunakan

untuk memupuk modal sendiri dan menutup kerugian koperasi.

f. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan

konsolidasi dari koperasi-koperasi.

g. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil

usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha. Istilah perhitungan hasil

usaha sebagai pengganti istilah laporan laba rugi adalah mengingat

manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari laba, tetapi

lebih ditekankan pada manfaat bagi anggota. Oleh karena itu koperasi

tidak menggunakan istilah laba atau rugi, melainkan hasil usaha.

h. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak

dan kewajiban anggota beserta hasil usaha dari dan untuk anggota,

disamping yang berasal dari bukan anggota. Hal ini dilakukan oleh karena
35

kegiatan koperasi sendiri cenderung lebih banyak ditujukan kepada

kepentingan anggota, baik sebagai pemilik maupun pelanggan.

i. Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha kepada

anggota dan bukan anggota, berpedoman pada perbandingan manfaat yang

diterima oleh anggota dan bukan anggota. Jika hal demikian sulit

dilaksanakan, alokasi dapat dilakukan dengan cara lain yang sistematik

dan rasional. Cara-cara yang diterapkan perlu diungkapkan dalam catatan

atas laporan keuangan.

j. Modal koperasi yang dibukukan terdiri dari:

1) Simpanan-simpanan

2) Pinjaman-pinjaman

3) Penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-

sumber lain.

k. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi

dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang

bersangkutan disebut sisa hasil usaha. Sesuai dengan karakteristik

koperasi, sisa hasil usaha berasal dari hasil usaha yang diselenggarakan

untuk anggota dan juga bukan anggota. Sisa hasil usaha pada koperasi

bukan merupakan satu-satunya alat pengukur bagi manfaat keanggotaan

koperasi dan prestasi pengurus. Sisa hasil usaha, dengan demikian,

merupakan hasil dari aturan dan prosedur akuntansi yang diterapkan

dalam koperasi dan mencerminkan perubahan kekayaan bersih yang


36

dimiliki oleh anggota dan koperasi itu sendiri, yang berasal dari transaksi,

kejadian atau keadaan ekonomis yang timbul dari kegiatan usaha.

Pembagian laba dan transaksi modal tidak dimasukan dalam perhitungan

sisa hasil usaha.

l. Keanggotaan atau kepemilikan pada koperasi ridak dapat dipindah

tangankan dengan dalih apapun. Kewajiban anggota untuk menanggung

kerugian yang diderita koperasi baik yang timbul pada penutupan tahun

buku maupun pada saat pembubaran dapat ditetapkan terbatas atau tidak

terbatas. Dalam hal tanggungan anggota ditetapkan terbatas, maka

kerugian hanya dapat dibebankan pada kekayaan koperasi (dalam bentuk

cadangan yang telah dipupuk) dan kepada anggota sebesar jumlah

tanggungan yang ditetapkandalam anggaran dasar. Dalam kaitan ini, sisa

hasil usaha bukan merupakan perubahan kekayaan dari anggota.

5. Jenis-jenis Laporan Keuangan Koperasi

Pada akhir siklus akuntansi, akuntan koperasi harus membuat

laporan keuangan koperasi untuk berbagai pihak yang membutuhkan. Sesuai

dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia mulai tahun

2004 (PSAK No.27 tahun 2004), laporan keuangan koperasi terdiri dari

perhitungan hasil usaha, neraca, laporan arus kas, dan laporan promosi

ekonomi anggota.
37

a. Perhitungan Hasil Usaha

adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam

menghasilkan profit dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun.

Laporan hasil usaha harus merinci mengenai hasil ussaha yang berasal

dari anggota dan profit yang diperoleh dari aktivitas koperasi yang berasal

dari bukan anggota.

b. Neraca

adalah suatu daftar yang menunjukan posisi sumber daya yang dimiliki

koperasi, serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh.

c. laporan Arus Kas

adalah suatu laporan mengenai arus keluar masuknya kas didalam suatu

periode tertentu, yang mencakup saldo awal kas, sumber penerimaan kas,

serta pengeluaran kas ddan saldo akhir kas pada suatu periode.

d. Laporan Promosi Ekonomi Anggota

adalah laporan yang menunjukkan manfaat ekonomi yang diterima

anggota koperasi selama suatu periode tertentu. Laporan tersebut

mencakup empat unsur, yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.

b. Manfat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.

c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.

d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.


38

6. Standar Akuntansi Keuangan Koperasi

Laporan keuangan koperasi sebagai badan usaha, pada dasarnya

tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha lain

seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik Negara.

Di bawah ini disajikan kekhasan pencatatan dari transaksi yang

terjadi di koperasi yaitu yang menyangkut: 14

a. Sisa Hasil Usaha

1. Pendapatan/penerimaan

Pendapatan pada perhitungan sisa hasil usaha sebuah koperasi terdapat

beberapa karakteristik sebagai berikut:

a). Pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan produk atau

penyerahan jasa kepada anggota dan bukan anggota.

b). Pendapatan tertentu yang realisasi penerimaannya masih

tergantung pada persyaratan/ ketentuan yang ditetapkan.

2. Beban

Beberapa karakteristik beban pokok penjualan dan beban pada

koperasi adalah sebagai berikut:

a). Beban pokok penjualan produk kepada anggota dan bukan anggota

b). Beban yang terjadi karena aktivitas koperasi dalam kaitannya

dengan program-program pemerintah.

14
Arifin Sitio, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, Erlangga, 2001, Hal.112
39

c). Beban yang pada hakekatnya dapat dipisahkan menjadi beban

untuk kegiatan pelayanan kepada bukan anggota.

b. Aktiva

1. Kas dan Bank

Pengertian kas dan bank menurut Standar Akuntansi keuangan adalah

sebagai berikut:

a) Kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk

membiayai kegiatan umum perusahaan.

b) Bank ialah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan

untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.

Sesuai dengan kondisi dilapanga bahwa pos kas dan bank

dalam neraca koperasi dapat digolongkan menjadi:

a). Kas dan bank milik koperasi yang penggunaannnya tidak dibatasi.

b). Kas dan bank milik koperasi yang ewenang penggunaannya di

batasi

c). Kas dan bank atas nama koperasi (titipan) dan oleh karena itu

wewenang penggunaannya dibatasi disajikan secara terpisah dan

diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau aktiva jangka panjang

tergantung pada jangka waktu pembatasannya. Kemudian kas dan

bank bukan milik koperasi disajikan secara terpisah sebagai aktiva

titipan.
40

2. piutang

Piutang pada koperasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a). Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada

anggota. Piutang ini harus disajikan secara terpisah di neraca

sebagai piutang dari anggota.

b). Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada

bukan anggota.

c) Piutang kepada koperasi lain.

d). Piutang yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil

usaha dari koperasi lain yang pencariannya tergantung pada

persyaratan yang telah disepakati. Piutang ini mengandung

keridakpastian sehinggga dicatat dan diakui pada saat telah

disepakati realisasinya.

3. Persediaan

Persediaan pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi persediaan

komoditi umum (nonprogram). Komoditi program adalah komoditi

yang memperoleh fasilitas dari pemerintah seperti penyaluran gula,

pengadaan pangan. Berdasarkan standar akuntansi keuangan koperasi,

persediaan komoditi program dinilai sebesar jumlah kewajiban kepada

pihak ketiga ditambah dengan dana-dana yang harus dibayar menurut

ketentuan yang telah ditetapkan.


41

4. Aktiva penyertaan

Aktiva penyertaan pada dasarnyaadalah sama dengan investasi. Di

koperasi, penyertaan atau investasi dapat dikelompokkan dalam dua

yaitu penyertaan pada koperasi lainnya, dan penyertaan pada badan

usaha non koperasi. Penyertaan yang sifatnya permanen, dimana

jangka waktunya tidak terbatas tidak dapat diperjualbelikan, seperti

simpanan pokok atau simpanan wajib pada koperasi lain. Penyertaan

yang sifatnya permanen ini disajikan secara terpisah sebagai aktiva

pernyertaan.

5. Aktiva tetap

Aktiva tetap pada koperasi dapat dikelompokkan menjadi:

a. Aktiva tetap yang diperoleh untuk keperluan.

b. Aktiva tetap dari pemerintah yang dikelola koperasi atas dasar

dana bergulir (revolving fund) seperti mesin pengolahan padi.

c. Aktiva tetap yang diperoleh dari rangka program pemerintah

seperti Gudang Lantai Jemur dan Kios (GLK)

c. Kewajiban

Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban

kepada anggota dan bukan anggota. Kewajiban yang timbul dari transaksi

dengan anggota disajikan secara terpisah sebagai hutang kepada anggota.

Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi dengan bukan anggota

disajikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam standar akuntansi


42

keuangan yang berlaku. Kemudian, simpanan suka rela disajikan sebagai

kewajiban lancar atau jangka panjang sesuai dengan jatuh temponya.

Kewajiban yang timbul karena pembagian SHU disajikan sebagai sebagai

kewajiban lancar, kecuali ditetapkan oleh rapat anggota tidak dibagi.

d. Kekayaan Bersih

Kekayaan bersih atau modal sendiri (eguity) koperasi terdiri dari:

1. Simpanan pokok

2. Simpanan wajib

3. Cadangan koperasi

4. SHU yang belum dibagi

5. Donasi

Kekayaan koperasi disajikan secara tersendiri. Setiap bentuk balas jasa

atas simpanan yang diberikan oeh koperasi kepada anggota diperlakukan

sebagai pembagian sisa hasil usaha kepada anggota.


43

I. Kerangka Pikir Penelitian

Koperasi RSCM

SHU Total

Cadangan Dana Dana Dana kesejahtera Dana Dana


pengurus Anggota an pegawai pendidikan Sosial

Perhitungan koperasi Perhitungan peneliti


untuk SHU anggota berdasarkan teori

Dibandingkan

Analisis

Hasil

Kesimpulan & Saran Feed Back

Gambar 2.3

Kerangka pikir Penelitian


44

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Rumah Sakit DR. Cipto

Mangunkusumo

Jl. Diponegoro 71 Jakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan antara waktu Juli 2007 sampai dengan selesai.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yang digunakan dalam penulisan laporan ini berupa

keterangan dan penjelasan dari pihak perusahaan mengenai berbagai

hal yang berkaitan dengan koperasi .

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang digunakan dalam penulisan laporan ini berupa

data-data perusahaan dalam satuan volume dan satuan uang, antara

lain daftar anggota koperasi dan laporan Sisa Hasil Usaha dan lain-

lain.
45

2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai penulis dalam laporan skripsi ini adalah data

sekunder, yaitu data-data primer yang sudah diolah oleh perusahaan

sehingga dapat diproses lebih lanjut oleh penulis sesuai dengan kebutuhan

laporan penelitian ini. Data-data sekunder tersebut berupa daftar anggota

koperasi, laporan sisa hasil usaha dan lain-lain.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini, data-

data tersebut diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Riset)

Pengambilan data untuk dipelajari dari literatur, diktat ataupun buku-buku

yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam proposal

skripsi ini, yang bertujuan untuk menunjang penyelesaian masalah melalui

teori-teori serta cara pengujian guna mencapai tujuan penelitian. Selain

itu, juga untuk memperoleh definisi-definisi yang berhubungan dengan

penulisan proposal skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Selain penelitian kepustakaan juga dipakai penelitian lapangan, yaitu

untuk mencari dasar-dasar teoritis dengan kenyataan yang ada

diperusahaan. Penelitian lapangan juga dapat diartikan sebagai penelitian


46

yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara langsung

dari obyek yang diteliti.

D. Metode Analisis Data

Untuk menjawab semua permasalahan yang ada dalam skripsi ini

dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh jasa transaksi anggota

terhadap jumlah SHU yang anggota terima, maka penulis mencoba

menuangkan dalam metode deskriptif komparatif.

Metode deskriptif berarti analisa yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan informasi secara rinci mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan pokok bahasan, Sedangkan komparatif berarti membandingkannya

dengan perumusan masalah. Metode ini merupakan obyek dari penelitian

(perusahaan) berdasarkan faktor-faktor yang nyata disituasi yang akan diteliti

dan membandingkannya dengan teori yang ada.

E. Definisi Operasional Variabel

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak variabel operasional yang

berhubungan dengan masalah yang diangkat oleh penulis, yang penulis

definisikan sebagai berikut :

1. Koperasi adalah assosiasi yang bersifat otonom dengan keanggotaan

bersifat terbuka dan sukarela untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi,


47

sosial dan kultur melalui usaha bersama saling membantu dan mengontrol

usahanya secara demokratik.

2. Jasa transaksi yaitu kontribusi yang dilakukan oleh anggota koperasi

terhadap pelayanan koperasi.

3. Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu

tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya

termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan

4. Anggota koperasi adalah sebagai pemilik yang sekaligus pengguna jasa

koperasi (prinsip identitas ganda) kedudukan anggota sebagai pemilik

ditunjukkan kedudukannya sebagai pendiri, pemodal, pengelola, dan

pengawas / pengendali perusahaan, sedangkan kedudukan anggota sebagai

pelanggan diartikan sebagai pengguna jasa koperasi.


48

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia RSCM adalah koperasi

fungsional yang didirikan sejak tahun 1967 dengan badan hukum No.

702/Th/1/12/1967 tanggal 10 Desember 1968. Sesuai dengan Keppres No.33

Tahun1983 serta AD/ART KPN RSCM, sifat keanggotaan koperasi adalah wajib

dan aktif yaitu pegawai negeri yang bekerja dan mendapat gaji dari RSCM. Saat

ini anggota KPN RSCM berjumlah 3.035 orang, Koperasi dikelola atau

dilaksanakan oleh pengurus yang dipilih anggota melalui Rapat Anggota Tahunan

(RAT) dengan masa bakti tiga tahun.

B. Visi dan Misi

Setiap koperasi mempunyai cita-cita dimasa depan, cita-cita inilah yang

biasanya disebut dengan visi perusahaan. Adapun visi dari Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan masyarakat.

2. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai kekuatan ketaatan perekonomian

nasional dan koperasi sebagai sokogurunya.


49

3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan

demokrasi.

Selain visi, koperasi tidak terlepas dari suatu misi. Adapun misi dari

Koperasi Republik Indonesia Rs.Dr. Cipto Mangunkusumo adalah mewujudkan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

C. Stuktur Organisasi

Ciri-ciri organisasi koperasi sebagai berikut:

1. Terdapat sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok, atas dasar

sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut

sebagai kelompok koperasi.

2. Terdapat anggota-anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha

untuk memperbaiki kondisi social ekonomi mereka sendiri, yang disebut

sebagai swadaya dari kelompok koperasi.

3. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara

bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.

4. Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang kepentingan

para anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan barqang dan jasa

yang dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan ekonominya.


50

Jika memperhatikan Kriteria dan ciri-ciri organisasi koperasi di atas,

maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, organisasi koperasi terdiri dari

beberapa pihak sebagai berikut.

1. Anggota koperasi, baik sebagai konsumen akhir maupun sebagai pengusaha

yang memanfaatkan koperasi dalam kegiatan sosial ekonominya.

2. Badan usaha koperasi, sebagai satu kessatuan dari anggota, pengelola, dan

pengawas koperasi yang berusaha meningkatkan kondisi sosial ekonomi

anggotanya melalui perusahaan koperasi.

3. Organisasi koperasi, sebagai badan usaha yang bertindak sebagai perusahaan

yang melayani anggopta maupun non anggota.

Untuk mencapai tujuan koperasi diperlukan kerjasama yang baik antar

anggota koperasi, oleh karena itu dalam setiap koperasi diperlukan suatu struktur

organisasi agar setiap pekerja dalam koperasi mengetahui apa saja fungsi,

tanggung jawab dan wewenangnya. Struktur organisasi menggambarkan prosedur

pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakan, sehingga dapat diketahui sampai

seberapa jauh hubungan antar fungsi dengan fungsi yang lainnya dalam

melaksanakan pekerjaan sehari-hari, selain itu struktur organisasi juga merupakan

suatu kerangka bagi pelaksanaan manajemen setiap koperasi untuk mengetahui

yang cukup pesat. Oleh karena itu sejalan dengan perkembangan tersebut

menuntut adanya suatu struktur organisasi koperasi yang tepat dan baik. Adapun

stuktur organisasi dari Koperasi Republik Indonesia Rs. Dr. Cipto

Mangunkusumo sebagai berikut :


51

Rapat Anggota Tahunan


(RAT)

Penasehat

Pengurus Pengawas

Manager

Unit Usaha Unit Usaha

Anggota

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Koperasi

D. Pembagian Tugas

Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada koperasi adalah

sebagai berikut :
52

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang

diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk membicarakan kepentingan

organisasi maupun usaha koperasi, dalam rangka mengambil suatu keputusan

dengan suara terbanyak dari para anggota yang hadir. Rapat anggota dalam

koperasi merupakan suatu lembaga/institusi, bukan sekedar sebagai forum

rapat. Rapat Anggota adalah salah satu perangkat organisasi koperasi dan

karenanya merupakan suatu lembaga struktural organisasi koperasi.

Segala keputusan yang dikeluarkan Rapat Anggota sebagai lembaga

struktural organisasi mempunyai kekuatan hokum, karena merupakan hasil

dari suara terbanyak pemilik koperasi. Disamping itu, setiap anggota koperasi

mempunyai hak suara yang sama sesuai dengan prinsip koperasi yang

menyatakan bahwa, koperasi adalah merupakan kumpulan orang dan bukan

kumpulan modal. Karena itu, keanggotaan suatu koperasi ditandai dengan

dibayarnya simpanan pokok dan simpanan tersebut sama jumlahnya bagi

setiap anggota. Hal dimaksud juga ditegaskan pasal 22 UU. 25 Tahun 1992

tentang perkoperasian sebagai berikut.

a. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

koperasi.

b. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam

Anggaran Dasar.
53

Rapat Anggota juga diartikan sebagai institusi, karena telah melembaga

dalam organisasi koperasi dan pelaksanaannya diatur dalam anggran dasar

koperasi. Sebagai salah satu lembaga Rapat Anggota memiliki fungsi,

wewenang, aturan main, dan tata tertib, yang ketentuannya bersifat mengikat

semua pihak yan terkait.

Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi

mempunyai kedudukan yang ssangat menentukan, berwibawa, dan menjadi

sumber dari segala keputusan atau tindakan yang dilaksanakan oleh perangkat

organisasi koperasi dan para pengelola ussaha koperasi. Segala sesuatu yang

telah diputuskan oleh rapat anggota harus ditaati dan sifatnya mengikat bagi

semua anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola koperasi. oleh karena itu,

kedudukan dan kekuatan hokum Rapat Anggota menjamin segala perbuatan

dan akibat hukum, yang dilakukan oleh para pengelola sebagai pemegang

mandat dari anggota dalam hubungannya dengan anggota dan pihak lain

maupun badan usaha lain. Fungsi dan wewenang yang dimiliki Rapat

Anggota sangat menentukan, sehingga menempatkannya pada kedudukan

semacam lembaga legislatif pada koperasi. Hal itu ditegaskan pada pasal 23

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa, Rapat

Anggota menetapkan:

a. Anggaran Dasar

b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha

koperasi.
54

c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas

d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta

pengesahan laporan keuangan

e. Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam perlaksanaan

tugasnya.

f. Pembagian Sisa Hasil Usaha.

g. Penggabungan, peleburan, pendirian, dan pembubaran koperasi.

Rapat Anggota harus difungsikan secara efektif untuk membahas segala

pertanggung jawaban pengurus dan rencana kerja yang diajukan. Dengan

demikian, anggapan bahwa Rapat Anggota lebih bersifat seremonial dapat

dihilangkan.

Penyusunan rencana kerja dituangkan dalam rencana anggaran

pendapatan dan belanja koperasi, yang akan dipakai sebagai dasar bagi

pengurus dan pengawas dalam melaksanakan tugas pada tahun buku

berikutnya. Sedangkan pengesahan pertanggung jawaban pengurus dan

pengawas atas pelaksanaan tugas dalam tahun buku yang lalu, silakukan

selambat-lambatnya enam bulan setelah tutup tahun buku dalam forum Rapat

Anggota Tahunan (RAT).

Untuk mengefektifkan fungsi Rapat Anggota, maka segala keputusan

Rapat Anggota harus dilaksanakan oleh pengurus koperasi. Oleh karena itu,

pengurus perlu diberi wewenang yang jelas dalam operasionalisasi keputusan-

keputusan yang dihasilkan oleh Rapat Anggota. Keputusan yang telah jelas
55

dan operasional dalam arti telah dijabarkan secara rinci dapat langsung

dilaksanakan, namun keputusan yang belum rinci perlu terlebih dahulu

dijabarkan, kemudian pelaksanaannya harus melalui persetujuan Rapat

Anggota. Dengan kata lain, pemberian mandate oleh Rapat Anggota kepada

pengurus harus tegas dijelaskan, apakah bersifat penuh atau terbatas. Hal ini

dimaksudkan agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan organisasi

dan usaha, kedudukan pengurus menjadi jelas.

Rapat Anggota terdiri dari :

a. Rapat Anggota Tahunan, dilaksanakan paling sedikit dalam 1 (satu) tahun

untuk membahas dan mengesahkan pertanggung jawaban pengurus dan

pelaksanaannya paling lambat 3 (tiga) bulan, setelah tahun buku lampau.

b. Rapat anggota pemilihan pengurus dan pengawas koperasi dilaksanakan

pada masa akhir jabatan.

c. Rapat anggota perubahan anggaran dasar koperasi, dilaksanakan sesuai

kebutuhan.

d. Rapat anggota penyusunan rencana kerja, dan rencana angggaran dan

belanja koperasi dilaksanakan paling lambat pada akhir bulan Desember

tahun berjalan.

e. Rapat Anggota Luar Biasa, dilaksanakan apabila keadaan mengharuskan

adanya keputusan segera yang wewenaangnya ada pada rapat anggota.


56

2. Penasehat

Tugasnya adalah:

Untuk kepentingan kegiatan KPRI RSCM, promatur yang dikirim dalam rapat

anggota dapat mengangkat badan penasehat yang mempunyai KPRI serta

keahlian khusus yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan koperasi.

3. Pengurus

Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui

Rapat Anggota, yang bertugas mengelola koperasi dan usaha. Idealnya,

pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota diharapkan mempunyai

kemampuan manajerial, teknis, dan berjiwa wira koperasi, sehingga

pengelolaan koperasi mencerminkan suatu ciri yang dilandasi dengan prinsip-

prinsip koperasi. kedudukan pengurus sebagai penerima mandat dari pemilik

koperasi dan mempunyai fungsi dan wewenang sebagai pelaksana keputusan

Rapat Anggota sangat strategis dan menentukan maju mundurnya koperasi.

Pasal 29 ayat (2) UU. Koperasi No. 25 Tahun 1992 menyebutkan, bahwa

“Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota”.

Pasal 30 merinci tugas dan wewenang pengurus koperasi.

a. Mengelola koperasi dan usahanya.

b. Mengajukan rancangan kerja dan rancangan anggaran pendapatan dan

belanja koperasi.

c. Mengajukan laporan keuangan dengan pertanggung jawaban pelaksanaan

tugas.
57

d. Menyelengarakan pembukuan keuangan dan investasi secara tertib.

e. Memelihara daftar buku anggota dan penulis.

f. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

Pengurus berwewenang:

a. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan.

b. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian

anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

c. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan pemanfaatan

koperasi sesuai dengan tanggung jawab keputusan rapat anggota.

d. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan

tanggung jawab pada pengurus.

Bedasarkan ketentuan tersebut pengurus mengemban amanat dan

keputusan Rapat Anggota untuk mengelola organisasi dan usaha koperasi.

Tugas dan wewenang yang dilakukan pengurus merupakan pelaksanaan

kegiatan sebagai lembaga eksekutif dan memiliki identitas tersendiri.

Teorinya, susunan perangkat organisasi pengurus pada umumnya terdiri

dari ketua, sekretaris dan bendahara. Namun dalam pelaksanaannya, susunan

perangkat organisasi pengurus tersebut dapat bervariasi antara satu koperasi

dengan koperasi yang lain, tergantung besar kecilnya koperasi dan keinginan

anggota. Kecendrungan yang biasa terjadi pada banyak koperasi di Indonesia

adalah, pengembangan struktur perangkat secara horizontal. Missalnya pada

jabatan ketua, bisa berkembang menjadi ketua umum, ketua I, dan ketua II,
58

sekretaris dipecah menjadi sekretaris I dan sekretaris II, demikian juga halnya

bendahara. Pemekaran tersebut lebih banyak ditujukan untuk menampung

yang lebih banyak orang dan bukan didasarkan atas efektivitas pelaksanaan

tugas. Ada juga koperasi yang menyusun perangkat pengurus berdasarkan

kepentingan usaha, yaitu besar kecil usaha tersebut.

Sebagai mandataris Rapat Anggota, pengurus dapat juga

mendelegasikan wewenangnya dalam melaksanakan usaha kepada pengelola

sesuai dengan pasal 32 ayat (1) UU. Koperasi No. 25 Tahun 1992 yang

berbunyi,” pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi

wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha”. Pengelola tersebut biasa

disebut “manajer”. Rencana pengangkatan manajer harus diajukan pada dan

mendapat persetujuan dari Rapat Anggota, serta pengangkatannya harus

disertai dengan dasar hukum, yaitu berupa perjanjian kontraktual yang

ditandatangani oleh pengurus atas nama koperasi. Dalam perjanjian tersebut

juga disebutkan wewenang manajer dalam pengambilan keputusan, dan

penandatanganan dokumen atau surat-surat yang terkait dengan kerjasama

usaha dengan pihak lain. Manajer sebagai pengelola usaha akan

mempertanggung jawabkan tugasnya kepada pengurus, dan kemudian

pengurus yang mempertanggung jawabkannya kepada Rapat Anggota.

Sesuai dengan hasil Rapat Anggota Tahunan ke-40 tanggal 19 April

2005 dan SK Direktur RSCM No. 3867/TU.K/34/VI/2005 tanggal 03 Juni


59

2005, dan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga KPRI RSCM, susunan

pengurus KPRI RSCM periode 2005-2007 adalah sebagai berikut:

a. Penasehat : Direktur Utama RS. Dr. Cipto Mangunkusumo

Anggota : 1) Ketua KORPRI RSCM

2) Drs. Zulkifli Usman, Msi

b. Pengawas

Ketua : Drg. Andi J. Mappaile, Sp.BM, MBA, SH

Sekretaris : Ir. Akor Tarigan, MM

Anggota : 1) Dr. Nina ISH Supit, Sp.Rad

2) Drg. Helmy Rustam, MM

3) Drs. H. Achmad A.R

c. Pengurus

Ketua : Drs. H. Yoyok Sudaryoko, MARS

Wakil Ketua : Hj. Sujiasih, SKp

Sekretaris : Anang Suryana, SE

Bendahara I : Dra. Tiur Tobing

Bendahara II : Emwarnis, SE

4. Pengawas

Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan

diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda

organisasi dan usaha koperasi. Pengawas organisasi koperasi merupakan suatu

lembaga atau badan structural organisasi koperasi. pengawas mengemban


60

amanat anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, sebagaimana ditetapkan dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga koperasi, keputusan pengurus,

serta peraturan lainnya yang berlaku diddalam koperasi.

Menurut UU No.25 Tahun 1992 pasal 39 ayat (1), pengwas bertugas

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

koperasi. Sedangkan ayat (2) menyatakan pengawas berwenang untuk

meneliti segala catatan yang ada pada koperasi, dan mendapatkan segala

keterangan yang diperlukan.

Pengawas bertugas:

Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan koperasi dan membuat

laporan tertulis tentang hasil pengawasan

Pengawas berwenang:

a. Meneliti catatan yang ada terhadap koperasi.

b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.


61

Dan berkaitan dengan aktivitas usaha sehari-hari dan secara operasional

serta pelaporan KPRI RSCM memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

Manajer
Bendahara

Kasir Akuntansi Piutang Persetujuan Pembelian Keanggotaan


Pinjaman Penjualan

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Koperasi secara Operasional

Pembagian tugas secara operasional adalah sebagai berikut :

1. Kasir

adalah karyawan koperasi yang bertugas menerima uang yang menjadi

hak koperasi dan mengeluarkan uang yang menjadi kewajiban koperasi serta

mencatat dan melaporkan seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran uang

secara harian.

Tugas :

a. Menerima pembayaran tunai berbagai pihak yang bertransaksi dengan

koperasi.
62

b. Menerima pembayaran tunai dari anggota yang ingin melunasi

kewajibannya sebelum jatuh temponya, berdasarkan persetujuan dari

bagian piutang.

c. Mengeluarkan uang tunai untuk membayar berbagai pihak yang

bertransaksi dengan koperasi, baik secara langsung ataupun melalui

karyawan koperasi, sesuai dengan batas pengeluaran yang telah disetujui

pengurus koperasi.

d. Membuat laporan arus kas harian.

e. Menyetorkan sisa kas yang dimiliki kasir, setiap juma’at sore jam 16.00.

f. Mengambil kas yang dijadikan modal awal mingguan setiap hari senin

jam 08.30.

Wewenang :

Menerima dan mengeluarkan kas dalam lingkup dan batas yang dimilikinya.

2. Akuntansi

adalah karyawan koperasi yang bertugas mencatat transaksi harian

koperasi di dalam buku harian, memposting ke dalam buku besar dan

menyusun laporan keuangan bulanan dan tahunan dalam bentuk : laporan laba

rugi dan neraca.

Tugas :

a. Meringkas, mengklasifikasikan dan mencatat setiap transaksi yang

dilakukan koperasi ataupun keterangan lain yang perlu di dalam buku

harian.
63

b. Memposting transaksi yang telah dicatat di dalam buku harian ke dalam

buku besar.

c. Membuat neraca saldo bulanan.

d. Membuat laporan laba rugi bulanan dan tahunan.

e. Membuat neraca bulanan dan tahunan.

Wewenang :

Memperoleh berbagai data yang dibutuhkan dari berbagai bagian di dalam

koperasi dan melaporkan hasil pencatatannya.

3. Piutang

adalah karyawan koperasi yang bertugas mencatat secara terinci

penambahan dan pengurangan serta saldo piutang dari setiap anggota satu per

satu maupun totalnya. Staf piutang juga bertugas membuat tagihan piutang

setiap bulannya kepada pihak bank, berupa perintah pemotongan gaji setiap

karyawan yang memiliki kewajiban kepada koperasi. Staf piutang juga

bertugas membuat laporan kepada bagian akuntansi mengenai penambahan

dan pengurangan piutang pada suatu bulan tertentu.

Tugas :

a. Mencatat setiap transaksi pinjaman uang dan penjualan barang angsuran

yang terjadi, di dalam buku pembantu piutang, sesuai nomor anggota,

nama anggota, nomor rekening, nomor induk pegawai.

b. Menghitung jumlah potongan bulanan setiap anggota.

c. Menghitung saldo piutang setiap anggota.


64

d. Membuat perintah potongan gaji bulanan kepada pihak bank.

e. Membuat laporan saldo piutang total anggota.

f. Membuat perintah kepada pihak bank untuk mentransfer sejumlah dana ke

rekening anggota yang mengajukan pinjaman baru.

g. Mencatat piutang yang timbul dari setiap transaksi penjualan barang

kepada berbagai unit di dalam koperasi beserta saldo bulanannya.

Wewenang :

Menetapkan jumlah potongan bunga dan pinalti yang diberikan kepada

anggota yang melunasi pinjaman sebelum jatuh temponya.

4. Persetujuan Pinjaman

adalah karyawan koperasi yang bertugas memeriksa, menyetujui atau

menolak permohonan pinjaman dari anggota koperasi kepada koperasi

berdasarkan saldo gaji yang dimiliki anggota koperasi yang bersangkutan.

Persetujuan atau penolakan pinjaman anggota dilakukan pada hari yang sama

anggota koperasi mengajukan dan mengisi formulir pinjaman.

Tugas :

a. Melihat data gaji dan sisa gaji yang dimiliki anggota koperasi untuk

dijadikan dasar menolak atau menyetujui pinjaman uang atau pembelian

barang angsuran yang diajukan oleh anggota koperasi.

b. Memberikan penolakan atau persetujuan atas pinjaman yang diberikan

anggota koperasi pada saat itu juga (pada waktu dan hari yang sama).
65

c. Mengevaluasi setiap kegagalan angsuran yang dilakukan anggota koperasi

yang telah disetujui pinjamannya, agar tidak terulang lagi dimasa

mendatang.

d. Membuat catatan dan laporan tentang pengajuan pinjaman dan penjualan

barang yang telah disetujui, mencakup : nomor anggota, nama anggota,

NIP, nomor rekening, jumlah pinjaman, jenis transaksi (pinjaman uang

atau penjualan barang angsuran).

Wewenang :

Menyetujui dan menolak pinjaman yang dilakukan anggota koperasi.

5. Penjualan

adalah karyawan koperasi yang bertugas melakukan penjualan kepada

anggota maupun kepada non anggota koperasi. Bagian penjualan ini

mencakup :

a. Penjualan barang elektronik

b. Penjualan barang konsumsi lainnya (sekunder)

c. Pemberian kredit (SP)

Bagian penjualan bertugas memberikan informasi tentang produk-produk

yang dijual koperasi kepada anggotanya dan membantu proses pengisian

formulir pinjaman koperasi. Formulir pinjaman yang diisi oleh anggota

koperasi, langsung diajukan kepada bagian persetujuan pinjaman anggota.


66

Tugas :

a. Melayani anggota yang ingin membeli berbagai barang yang dijual

koperasi, mencakup spesifikasi barang, harga barang, jumlah angsuran

bulanan dan sebagainya.

b. Membantu anggota mengisi formulir penjualan barang angsuran atau

formulir pinjaman uang.

c. Mencatat dan membuat laporan penjualan mingguan.

d. Memberikan informasi kepada bagian pembelian tentang jenis barang

yang harus dibeli.

Wewenang :

Menetapkan harga jual dan jumlah angsuran bulanan.

6. Pembelian

adalah karyawan koperasi yang bertugas melakukan pembelian berbagai

jenis barang yang dibutuhkan koperasi, baik barang-barang untuk dijual

maupun barang-barang untuk dipakai sendiri.

Tugas :

a. Melakukan pembelian barang yang telah diminta oleh bagian penjualan.

b. Melakukan pembelian barang pada pemasok (supplier) yang paling murah

dan memberikan banyak kemudahan pembayarannya.

c. Mencatat dan membuat laporan pembelian yang telah dilakukannya,

mencakup tanggal pembelian, nama pemasok, nilai pembelian dan bentuk

pembayarannya.
67

Wewenang :

Menentukan pemasok yang paling murah.

E. Kegiatan Usaha Koperasi

Pada awalnya, koperasi dibentuk oleh beberapa orang untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, setiap usaha dari koperasi baik yang

bersifat bisnis tunggal (single-purpose cooperatives) atau pun yang bersifat serba

usaha (multi-purpose cooperatives) harus dikaitkan dengan kepentingan atau pun

kebutuhan ekonomi anggota. Hal itu dapat dipahami, karena perusahaan koperasi

yang mereka miliki merupakan alat untuk memperbaiki atau pun mengurusi

kepentingan ekonomi mereka. Anggota-anggota koperasi secara individu ataupun

rumah tangga mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama dan hal itulah faktor

utama yang mendasari mereka untuk mendirikan perusahan koperasi. Perumusan

program pengembangan perusahaan, rencana kebutuhan anggaran, penetapan

pengelolaan perusahaan, dan lain-lain yang sifatnya strategis ditetapkan dalam

rapat anggota.

Apabila faktor pembentukan tersebut menjadi acuan utama dalam

mengembangkan usaha koperasi, maka seluruh kegiatan usaha koperasi

didasarkan pada maksimalisasi pelayanan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi

anggota. Kegiatan pelayanan ini tentu sekaligus diharapkan dapat menjadi sumber

keuntungan bagi perusahaan koperasi.


68

Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang menggerakkan

perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan. Koperasi menyelenggarakan

usaha sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam kepada anggota dengan suku bunga

yang layak.

2. Menyelenggarakan usaha pengadaan barang-barang primer, sekunder dan

sebagai rekanan pemerintah.

3. Menyelenggarakan usaha jasa seperti : jasa kesehatan, kefarmasian, cleaning

service, travel, wartel, dll.

4. Menyelenggarakan usaha perumahan.

5. Mengadakan kerjasama antar koperasi dengan pihak lain, perusahaan swasta,

BUMN/BUMD dalam bidang usaha / permodalan yang saling

menguntungkan.

Untuk koperasi di Indonesia, lapangan usaha koperasi telah ditetapkan

pada UU No. 25/1992, pasal 43, yaitu:

1. Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan

anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraannya. Pada poin ini,

konsep ideal koperasi seperti digambarkan sebelumnya masih seirama dengan

ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan.

2. Kelebihan kemampuan pelayanan koperai dapat digunakan koperasi. perlu

digarisbawahi bahwa, yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan di sini

adalah kelebihan kapasitas dana dan daya yang dimiliki oleh koperasi untuk
69

melayani anggotanya. Kelebihan kapasitas tersebut dimanfaatkan untuk

berbisnis dengan nonanggota, untuk mengoptimalkan skala ekonomi

(economic of scale) dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan

biaya per unit yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota.

3. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang

kehidupan ekonomi rakyat.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia RS DR. Cipto Mangun kusumo

mempunyai bidang usaha, antara lain terdiri dari:

1. Usaha dalam bidang simpan pinjam, yaitu usaha memberikan bimbingan

untuk menyimpan dan memberikan pinjaman kepada para anggota dengan

uang jasa yang ringan.

2. Usaha dalam bidang perdagangan, yaitu usaha pemasaran barang-barang

kebutuhan primer maupunsekunder untuk memenuhi kebutuhan anggota

maupun umum.

3. Usaha dalam bidang jasa dan pelayanan kesehatan, yaitu usaha yang bergerak

dibidang jasa pelayanan kesehatan untuk keperluan anggota dan umum.

4. Usaha dalam bidang social an pendidikan

5. Usaha dalam bidang kefarmasian, yaitu usaha dibidang perbekalan farmasi

(apotik, Partai Besar farmasi).

6. Usaha-usaha lain, yaitu bidang yang belum masuk dikoperasi, missal

(perparkiran, pedagang kaki lima dan lain-lain) yang dapat menunjang

kemajuan KPRI RSCM.


70

Usaha KPRI RS. Dr. Cipto Mangunkusumo terbagi menjadi usaha di

bidang jasa dan penjualan

a. Usaha dibidang jasa meliputi :

1. Jasa simpan pinjam

2. Jasa wartel

3. Jasa apotek

4. Sewa tempat

5. Jasa penjualan barang

6. Bunga bank

7. Jasa kolektor

b. Usaha penjualan meliputi :

1. Melayani penjualan barang elektronik kepada anggota dengan cicilan

maksimal 24 (dua puluh empat) bulan.

2. Menjual barang-barang kelontong, ATK, busana, furnitur, dll.

3. Melakukan penjualan barang-brang yang diperlukan oleh unit kerja di

lingkungan RSCM.

4. kredit motor Honda, Yamaha, Suzuki maksimal 36 kali angsuran dengan

menggunakan uang muka atau tanpa uang muka.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Akuntansi KPRI RS DR.Cipto Mangunkusumo

Kebijakan akuntansi utama yang dianut koperasi RS.Dr. Cipto

Mangunkusumo adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum dan pengungkapan yang disyaratkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

2. Disusun berdasarkan konsep nilai histories (historical cost concept). Dengan

demikian, dalam laporan ini tidak diperhatikan perubahan dalam nilai uang

maupun nilai sekarang dari aktiva-aktiva tidak lancar dan kebijakan akuntansi

ini telah diterapkan secara konsisten.

3. Pendapatan dan biaya diakui dengan menggunakan metode akrual (accrual

basic). Dengan demikian pendapatan dan biaya diakui pada saat terjadinya

transaksi. Didalam hal ini, termasuk pengakuan pendapatan bunga simpan

pinjam. Laba kotor yang diperoleh atas penjualan barang kepada anggota

koperasi, juga diakui pada saat terjadinya transaksi penjualan.

4. Sedangkan pencatatan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan

menggunakan metode perpetual. Itu berarti, setiap kali terjadinya transaksi

pembelian, KPRI menggunakan akun persediaan dan setiap kali terjadi

transaksi penjualan langsung dicatat Harga pokok penjualan dari barang yang

dijual tersebut.

71
B. Perhitungan Pembagian SHU yang di gunakan Koperasi KPRI RSCM

Koperasi KPRI RSCM dalam melakukan pembagian SHU per anggota

di dasarkan pada rumus berikut ini:

Anggota Pasif :

Simpanan Anggota
x SHU ( 35 % )
Simpanan Seluruh Anggota

Anggota Aktif :

Simpanan Anggota
x SHU ( 35 % )
Simpanan Seluruh Anggota

Transaksi Anggota
x SHU ( 25 % )
Total Transaksi Seluruh Anggota

Menurut AD/ ART koperasi RSCM, SHU dibagi sebagai berikut :

Dana Cadangan : 25 %

Dana Anggota : 60 %

Dana Pengurus : 5%

Dana Pegawai : 5%

Dana Pendidikan : 2,5 %

Dana Sosial : 2,5 %


Berikut ini adalah Perhitungan SHU (laba/rugi) koperasi RSCM pada

tahun buku 2006.

KPRI Rs. Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO


PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA
Per 31 Desember 2006
Pendapatan jasa
Pendapatan bunga pinjaman Rp 3,165,896,343
Pendapatan jasa wartel Rp 121,200,000
Pendapatan jasa ambulan Rp 33,213,600
Pendapatan jasa apotek Rp 446,712,974
Pendapatan perumahan &
kolektor Rp 67,801,168
Pendapatan bunga bank Rp 57,419,768
Pendapatan lain-lain / sewa Rp 74,155,500
Total Pendapatan Jasa Rp 3,966,399,353
Penjualan Rp 921,177,277
Harga Pokok Penjualan Rp (708,321,636)
Laba kotor Rp 212,855,641
Total Pendapatan Rp 4,179,254,994
Biaya operasional :
Biaya aktivitas eksternal Rp 30,722,353
Biaya operasi Kantor Rp 144,578,815
Biaya transportasi Rp 8,446,950
Gaji dan honor Rp 313,203,000
Biaya Rapat Rp 70,705,350
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp 38,844,962
Biaya lain-lain Rp 10,450,500
Total Biaya Operasional Rp 616,951,930

Sisa Hasil Usaha Rp 3,562,303,064


Pajak Penghasilan Rp 57,474,000
SHU setelah Pajak Rp 3,504,829,064
Sumber : Koperasi RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Berkaitan dengan metode pembagian SHU, seharusnya setiap koperasi

sejak awal tahun telah mencatat dan memisahkan aktivitas ekonominya, antara

transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Karena metode yang

digunakan didalam pembagian SHU, idealnya harus dipisahkan antara kedua jenis

transaksi tersebut. Tetapi, jika koperasi tidak melakukan pemisahan antara

transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota maka dalam proses

pembagian SHU harus diabaikan antara kedua jenis transaksi tersebut.

Pembagian SHU anggota berdasarkan realisasi penerimaan yang terjadi

dalam tahun 2006. Besaran pembagian SHU tersebut adalah Rp 1.675.255.154,-

Jumlah anggota koperasi : 3.035

Total simpanan anggota : Rp 4.795.599.462

Total Transaksi Usaha : Rp 21.689.392.370

SHU Tahun 2006 : Rp 2.792.091.924

Dari SHU tahun buku 2006 SHU setelah pajak yang diterima koperasi

RSCM adalah sebesar Rp 3,504,829,064 yang didapat dari anggota dan bukan

anggota. SHU yang berasal dari anggota adalah sebesar Rp 2.792.091.924

sedangkan yang berasal dari bukan anggota sebesar Rp 712.737.140. Tetapi

dalam pembukuan koperasi tidak melakukan pembukuan transaksi anggota dan

bukan anggota. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka kemungkinan koperasi

tidak dapat melakukan pembagian SHU secara Transparan, demokratis dan adil.
Rapat anggota telah menetapkan bahwa SHU bagian anggota dibagi

sebagai berikut:

25 %
Jasa usaha = x Rp 1.675.255.154,- = Rp 698.022.981
60 %

35 %
Jasa modal = x Rp 1.675.255.154,- = Rp 977.232.173
60 %

Sampai akhir Desember 2006, jumlah total simpanan pokok dan

simpanan wajib anggota sebesar Rp 394.255.000.

A. Muchlis Rasjid, salah satu anggota koperasi tersebut memiliki saldo simpanan

pokok dan simpanan wajib sebagai berikut.

Simpanan pokok : Rp 5.000

Simpanan wajib : Rp 120.000 / tahun

Maka jumlah SHU yang akan diterima oleh A. Muchlis Rasjid dihitung dengan

membagi jumlah saldo simpanannya dengan saldo simpanan total anggota

dikalikan dengan bagian SHU total anggota untuk anggota, yaitu sebagai berikut;

1,771,951
Jasa modal anggota = x 977.232.173
4,795,599,462

= 361.083
Selama tahun 2006 A. Muchlis Rasjid telah melakukan pembelian kepada

koperasi sebesar Rp 263,898 selama tahun 2006, berasal dari transaksi yang

dilakukan oleh Muchlis selama satu tahun yaitu Rp 8.200.000 jadi menurut

perhitungan Muchlis mendapatkan hasil usaha anggota sebesar Rp 263.898.

Karena itu, bagian SHU A. Muchlis Rasjid dihitung dengan membagi total

penjualan koperasi kepada A. Muchlis Rasjid dengan nilai total penjualan

koperasi kepada anggota dikalikan dengan nilai total jasa penjualan.

Penjualan anggota
Jasa penjualan anggota = x Total jasa penjualan
penjualan anggota total

8.200.000
= x 698.022.981
21.689.392.370

= 263.898

Sehingga bagian SHU yang akan diterima oleh A. Muchlis Rasjid sebesar

624,981 yang terdiri dari jasa modal sebesar Rp 361.083 dan jasa penjualan

sebesar Rp 263.898 dan jika SHU untuk anggota ini langsung dibagikan maka staf

akuntansi koperasi harus membuat jurnal sebagai berikut:

Utang SHU- anggota 624.981

Kas 624.981
Jika A. Muchlis Rasjid tidak mau menerima tunai SHU yang menjadi bagiannya,

tetapi menyimpan SHU bagiannya dalam simpanan suka rela maka jurnal yang

harus dibuat adalah sebagai berikut:

Utang SHU- anggota 624.981

Simpanan suka rela 624.981

Tabel 5.2
Kompilasi data simpanan, transaksi usaha, dan SHU per anggota

PEMBAGIAN SHU TH 2006


SIMPANAN Total
( Rp. 1.675.255.154 )
TRANSAKSI SIMP.
WAJIB Simpanan ( 25% )
Simpanan ( 35% )
NO NAMA
pokok
Jan-Des 06 s/d Des 06 JUMLAH
698,022,981 977,232,173
SP + ELK +
TOKO
SWPK

1 A. Muchlis Rasjid 5,000 120,000 1,771,951 263,898 361,083 624,981


2 A. Husnawati 5,000 120,000 639,272 231,088 130,269 361,357
3 A. Suhasri 5,000 120,000 1,646,324 148,298 335,483 483,781
4 A. Suhatna 5,000 120,000 1,755,426 148,684 357,715 506,399
5 Abdul Hamid 5,000 120,000 1,683,878 321,183 343,135 664,318
6 A.H Hidayat 5,000 120,000 1,702,364 441,210 346,902 788,112
7 Aan 5,000 120,000 1,685,510 351,167 343,468 694,635
8 Aan Kurniasih 5,000 120,000 1,759,637 991,623 358,573 1,350,196
9 Abdul Jafar 5,000 120,000 1,686,325 375,282 343,634 718,916
10 Abdil Kafi 5,000 120,000 1,743,260 215,946 355,236 571,182
s/d dst Dst dst dst dst dst

3.035

Jumlah 16,075,000 378,180,000 4,795,599,462 698.022.981 977,232,173 1,675,255,154

Sumber : Koperasi RS Dr. Cipto Mangunkusumo


C. Perhitungan SHU Berdasarkan Teori

Perlu diketahui bahwa penetapan besarnya pembagian kepada para

anggota dan jenis serta jumlahnya untuk keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat

Anggota sesuai dengan AD/ART koperasi. Dalam hal ini, jasa usaha mencakup

transaksi usaha dan partisipasi modal.

Dengan mengacu pada pengertian diatas, maka besarnya SHU yang akan

diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal

dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dalam

pengertian ini, juga dijelaskan bahwa ada hubungan linier antara transaksi usaha

anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi

( usaha dan modal ) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang

akan diterima. Hal ini berbeda dengan perusahaan swasta, di mana dividen yang

diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai dengan besarnya modal yang

dimiliki. Hal ini merupakan adalah satu pembeda koperasi dengan badan usaha

lainnya.

Perhitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan bila beberapa

informasi dasar diketahui sebagai berikut:

1. SHU Total Koperasi pada satu tahun buku.

2. Bagian (persentase) SHU anggota

3. Total simpanan seluruh anggota.

4. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari

anggota.
5. Jumlah simpanan per anggota.

6. Omzet atau volume usaha per anggota.

7. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota.

8. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.

Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi

yang menyebutkan bahwa, pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Untuk koperasi Indonesia,

dasar hukumnya adalah pasal 5, ayat 1; UU No. 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian yang dalam penjelasannya meengatakan bahwa:

“ pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata


berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.
Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”. 15

Dengan demikian, SHU koperasi yang diterima oleh anggota bersumber

dari 2 (dua) kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu:

a. SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun

investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari

koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku

yang bersangkutan.

15
Arifin Setio, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik,Erlangga, 2001, Hal.8
b. SHU atas jasa usaha

Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai

pemakai ataupun pelanggan.

Secara umum SHU koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan pada Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Koperasi sebagai

berikut.

Contoh :

1. Cadangan : 25 %

2. Jasa anggota : 60 %

3. Dana pengurus : 5%

4. Dana karyawan : 5%

5. Dana sosial : 2,5 %

6. Dana pendidikan : 2,5 %

SHU per anggota dapat dihitung sebagai berikut:

SHUA= JUA + JMA

Di mana :

SHUA : Sisa Hasil Usaha Anggota

JUA : Jasa Usaha Anggota

JMA : Jasa Modal Anggota


Dengan menggunakan model matematika, SHU per anggota dapat

dihitung sebagai berikut.

Va Sa
SHUpa = x JUA + x JMA
VUK TMS
Di mana :

SHUpa : Sisa Hasil Usaha per anggota

JUA : Jasa Usaha Anggota

JMA : Jasa Modal Anggota

VA : Volume Usaha Anggota (total transaksi anggota)

VUK : Volume usaha total koperasi (total transaksi

koperasi)

Sa : Jumlah Simpanan Anggota

TMS : Modal Sendiri Total (simpanan anggota total)

Bila SHU bagian anggota menurut AD/ART koperasi RSCM adalah

60% dari total SHU, dan rapat anggota menetapkan bahwa SHU bagian anggota

tersebut dibagi secara proporsional menurut jasa modal dan usaha, dengan

pembagian jasa usaha anggota sebesar 25 % dan pembagian jasa jasa modal 35 %,

maka ada 2 cara menghitung JUA dan JMA yaitu:


Pertama, langsung dihitung dari total SHU koperasi, sehingga:

JUA = 60 % x 60 % total SHU koperasi setelah pajak

= 36 % dari dari total SHU koperasi

JMA = 40 % x 60 % total SHU setelah pajak

= 24 % dari total SHU koperasi

Kedua, SHU bagian anggota (60%) dijadikan menjadi 100 %, sehingga dalam

hal ini diperoleh terlebih dahulu angka absolut, kemudian dibagi sesuai

dengan persentase yang ditetapkan.

Telah diuraikan pada teori koperasi bahwa anggota berfungsi ganda,

yaitu sebagai pemilik (owner) dan sekaligus pelanggan (customer). Sebagai

pemilik, seorang anggota berkewajiban melakukan investasi. Dengan demikian,

sebagai investor anggota berhak menerima hasil investasinya. Di sisi lain, sebagai

pelanggan, seorang anggota berkewajiban berpartisipasi dalam setiap transaksi

bisnis di koperasinya. Seiring dengan prinsip-prinsip koperasi, maka anggota

berhak menerima sebagian keuntungan yang diperoleh koperasinya.

Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, transparansi, dan sesuai

dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip

pembagian SHU sebagai berikut:

a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota

Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber

dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi

dengan anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota, melainkan


dijadikan sebagai cadangan koperasi. Dalam kasus koperasi tertentu, bila SHU

yang bersumber dari nonanggota cukup besar, maka rapat anggota dapat

menetapkannya untuk dibagikan secara merata sepanjang tidak membebani

likuiditas koperasi. Pada koperasi yang pengelolaan pembukuannnya sudah

baik, biasanya terdapat pemisahan sumber SHU yang berasal dari anggota

dengan yang berasal dari nonanggota. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam

pembagian SHU adalah memilahkan yang bersumber dari hasil transaksi

usaha dengan anggota dan yang bersumber dari nonanggota.

b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan

anggota sendiri.

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari

modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya

dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa

modal dan jasa transaksi usaha yang dibagikan kepada anggota. Dari SHU

bagian anggota, Harus ditetapkan persentase untuk jasa modal, misalkan 30%

dan sisanya sebesar 70 % berarti untuk jasa transaksi usaha. Sebenarnya

belum ada formula yang baku mengenai penentuan proporsi jasa modal dan

jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari struktur permodalan

koperasi itu sendiri. Apabila total modal sendiri koperasi sebagian besar

bersumber dari simpanan-simpanan anggota (bukan dari donasi ataupun dana

cadangan), maka disarankan agar proporsinya terhadap pembagian SHU

bagian anggota diperbesar, tetapi tidak akan melebihi dari 50 %. Hal ini perlu
diperhatikan untuk tetap menjaga karakter koperasi itu sendiri, di mana

partisipasi usaha masih lebih diutamakan.

c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada

anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat

dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada

koperasi. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses

pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan,

kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan pendidikan dalam proses

demokrasi.

d. SHU anggota dibayar secara tunai.

SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian

koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada

anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Sumber SHU

SHU koperasi RSCM setelah pajak Rp 3.504.829.064

Sumber SHU:

Transaksi anggota Rp 2.792.091.924

Transaksi nonanggota Rp 712.737.140


Pembagian SHU menurut pasal 14, AD/ART koperasi RSCM

1) Cadangan : 25 % x 2.792.091.924 = 698.022.981

2) Jasa anggota : 60 % x 2.792.091.924 = 1.675.255.154

3) Dana pengurus : 5 % x 2.792.091.924 = 139.604.596

4) Dana karyawan : 5 % x 2.792.091.924 = 139.604.596

5) Dana pendidikan : 2,5 % x 2.792.091.924 = 69.802.298

6) Dana Sosial : 2,5 % x 2.792.091.924 = 69.802.298

SHU bagian anggota dibagi sebagai berikut.

Jasa modal : 40 % x 1.675.255.154 = 670.102.062

Jasa usaha : 60 % x 1.675.255.154 = 1.005.153.092

Jumlah anggota, simpanan, dan volume usaha koperasi

Jumlah Anggota : 3.035 orang

Total simpanan anggota : Rp 4.795.599.462

Total transaksi usaha : Rp 21.689.392.370


Tabel 5.3
Kompilasi data simpanan, transaksi usaha, dan SHU per anggota
PEMBAGIAN SHU TH 2006
SIMPANAN Total
( Rp. 1.675.255.154 )
TRANSAKSI SIMP.
WAJIB Simpanan ( 60% )
Simpanan ( 40% )
NO NAMA
pokok Jan-Des 06 s/d Des 06
1.005.153.092 670.102.062 JUMLAH
SP + ELK +
TOKO
SWPK

1 A.Muchlis Rasjid 5,000 120,000 1,771,951 380,014 247,599 627,613


2 A. Husnawati 5,000 120,000 639,272 332,767 89,327 422,094
3 A. Suhasri 5,000 120,000 1,646,324 213,549 230,045 443,594
4 A. Suhatna 5,000 120,000 1,755,426 214,105 245,290 459,395
5 Abdul Hamid 5,000 120,000 1,683,878 462,504 235,293 697,797
6 A.H Hidayat 5,000 120,000 1,702,364 635,342 237,876 873,218
7 Aan 5,000 120,000 1,685,510 505,679 235,521 741,200
8 Aan Kurniasih 5,000 120,000 1,759,637 1,427,936 245,878 1,673,814
9 Abdul Jafar 5,000 120,000 1,686,325 540,406 235,635 776,041
10 Abdil Kafi 5,000 120,000 1,743,260 310,962 243,590 554,552
s/d dst dst dst dst dst dst

3.035

Jumlah 16,075,000 378,180,000 4,795,599,462 1.005.153.092 670.102.062 1,675,255,154

Sumber : Data yang diolah berdasarkan data Koperasi RS Dr. Cipto Mangunkusumo

Dengan menggunakan rumus perhitungan SHU diatas diperoleh SHU

per anggota berdasarkan kontribusinya terhadap modal dan transaksi usaha.

Seperti di ketahui rumus SHU per anggota adalah:

SHU per anggota = SHU Jasa Usaha Anggota + Jasa Modal

Va Sa
SHUpa = x JUA x JMA
VUK TMS
SHU Usaha Anggota = Va / VUK (JUA)

Di mana :

SHUpa : Sisa Hasil Usaha per anggota

JUA : Jasa Usaha Anggota

JMA : Jasa Modal Anggota

Va : Volume Usaha Anggota (total transaksi anggota)

VUK : Volume usaha total koperasi (total transaksi

koperasi)

Sa : Jumlah Simpanan Anggota

TMS : Modal Sendiri Total (simpanan anggota total)

Jadi SHU yang anggota terima adalah sebagai berikut:

1. SHU Usaha A. Muchlis Rasjid = 8.200.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 380.014

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal A. Muchlis Rasjid = 1.771.951 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 247.599

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima A. Muchlis Rasjid adalah:

Rp 380.014 + Rp 247.599 = Rp 627.613

2. SHU Usaha A. Husnawati = 7.180.501 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 332.767

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)


SHU Modal A. Husnawati = 639.272 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 89.327

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima A. Husnawati adalah:

Rp 332.767+ Rp 89.327 = Rp 422.094

3. SHU Usaha A. Suhasri = 4.608.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 213.549

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal A. Suhasri = 1.646.324 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 230.045

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima A. Suhasri adalah:

Rp 213.549 + Rp 230.045 = Rp 443.594

4. SHU Usaha A. Suhatna = 4.620.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 214.105

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal A. Suhatna = 1.755.426 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 245.290

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima A. Suhatna adalah:

Rp 214.105 + Rp 245.290 = Rp 459.395

5. SHU Usaha Abdul Hamid = 9.980.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 462.504

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)


SHU Modal Abdul Hamid = 1.683.878 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 235.293

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima Abdul Hamid adalah:

Rp 462.504 + Rp 235.293 = Rp 697.797

6. SHU Usaha A. H. Hidayat = 13.709.534 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 635.342

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal A. H. Hidayat = 1.702.364 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 237.876

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima A. H. Hidayat adalah:

Rp 635.342 + Rp 237.876 = Rp 873.218

7. SHU Usaha Aan = 10.911.663 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 505.679

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal Aan = 1.685.510 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 235.521

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima Aan adalah:

Rp 505.679 + Rp 235.521 = Rp 741.200

8. SHU Usaha Aan Kurniasih = 30.812.300 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 1.427.936
SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal Aan Kurniasih = 1.759.637 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 245.878

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima Aan Kurniasih adalah:

Rp 1.427.936 + Rp 245.878 = Rp 1.673.814

9. SHU Usaha Abdul Jafar = 11.661.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 540.406

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal Abdul Jafar = 1.686.325 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 235.635

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima Abdul Jafar adalah:

Rp 540.406 + Rp 235.635 = Rp 776.041

10. SHU Usaha Abdil Kafi = 6.710.000 / 21.689.392.370 (1.005.153.092)

= Rp 310.962

SHU Modal Anggota = Sa / TMS (JMA)

SHU Modal Abdil Kafi = 1.743.260 / 4.795.599.462 (670.102.062)

= Rp 243.590

Dengan demikian, jumlah SHU yang diterima Abdil Kafi adalah:

Rp 310.962 + Rp 243.590 = Rp 554.552


Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

memperoleh hasil yang cukup berbeda. Dimana setiap anggota mendapatkan SHU

peranggota dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat dengan

menggunakan cara perhitungan yang dilakukan oleh koperasi RSCM. Peneliti

menghitung dengan menggunakan cara SHU bagian anggota (60 %) dijadikan

menjadi 100 %, sehingga dalam hal ini diperoleh terlebih dahulu angka absolut,

kemudian dibagi sesuai dengan persentase yang ditetapkan. Dalam pembagian

persentase peneliti mencoba dengan membagi persentase untuk jasa modal

sebesar 40 % dan untuk jasa transaksi usaha anggota 60 %. Pembagian ini

didasarkan atas modal koperasi itu sendiri, karena modal koperasi sebagian besar

bersumber dari simpanan-simpanan anggota (bukan dari donasi ataupun dana

cadangan), jadi proporsi terhadap pembagian SHU diperbesar. Pembagian

persentase jasa transaksi anggota dan persentase jasa modal anggota lebih besar

jumlah persentase jasa transaksi anggota, ini bertujuan agar anggota koperasi aktif

dalam melakukan transaksi kepada koperasi sehingga persentase jasa transaksi

anggota koperasi diperbesar. Jika jasa transaksi anggota meningkat maka SHU

anggota juga meningkat.

Dari hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, anggota

koperasi memperoleh SHU peranggota jumlahnya lebih besar, sehingga jumlah

SHU yang diperoleh anggota sebanding dengan jasa transaksi yang telah anggota

koperasi lakukan kepada koperasi RSCM. Dari hasil analisis dan perhitungan

yang dilakukan kemungkinan dapat terciptanya azas keadilan, demokrasi,


transparansi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, dalam membuat

kebijakan-kebijakan dalam pembagian SHU peranggota didasarkan atas suara

seluruh anggota koperasi melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT). Dalam RAT

biasanya dibuat kebijakan- kebijakan yang dapat memberikan perubahan yang

lebih baik lagi untuk anggota koperasi yang pada dasarnya anggota koperasi

adalah sebagai pemilik modal,dan pembeli di koperasi itu sendiri.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa pada bab-bab sebelumnya mengenai

pengaruh jasa transaksi anggota terhadap jumlah SHU yang diterima anggota

pada KPRI Rs. Dr. Cipto Mangunkusumo, maka penulis mencoba untuk

menarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

1. Koperasi Pegawai Republik Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo,

merupakan koperasi simpan pinjam, dimana koperasi tersebut

mengalokasikan Sisa Hasil Usaha dengan cara mengalokasikan selisih

antara pendapatan dan beban .

Laporan keuangan koperasi terdiri dari laporan sisa hasil usaha dan neraca

2. Sesuai dengan kebijakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

(AD/ART ) sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi akan dialokasikan

kedalam dana-dana sesuai dengan persentase yang ditetapkan.

Antara lain:

a. Cadangan : 25 %

b. jasa anggota : 60 %

c. dana pengurus : 5%

93
d. dana karyawan : 5%

e. dana sosial : 2,5 %

f. Dana pendidikan : 2,5 %

3. Hasil analisis pengaruh jasa transaksi anggota terhadap jumlah SHU yang

diterima anggota koperasi adalah SHU yang diterima setiap anggota

koperasi merupakan intensif dari modal yang diinvestasikannya dan dari

hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi.SHU yang dibagikan

kepada anggota adalah bersumber dari anggota sendiri. Sedangkan SHU

yang bukan berasal dari anggota pada dasarnya tidak dibagi kepada anggota

melainkan dijadikan cadangan koperasi. Bila SHU yang bersumber dari

anggota cukup besar, maka rapat anggota dapat menetapkannya untuk

dibagi secara merata sepanjang tidak membebani likuiditas koperasi.

4. Besarnya SHU peranggota yang diterima anggota koperasi akan berbeda,

tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap

pembentukan pendapatan koperasi. dalam pengertian ini, berarti ada

hubungan linier antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam

perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal)

anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

5. Pada koperasi yang pengelolaan pembukuannya sudah baik, biasanya

terdapat pemisahan sumber SHU yang berasal dari anggota dengan yang

94
berasal dari nonanggota. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian

SHU adalah memilah yang bersumber dari hasil transaksi usaha dengan

anggota dan yang bersumber dari nonanggota.

6. Dari hasil perbandingan perhitungan SHU peranggota yang dilakukan

koperasi dengan peneliti cukup berbeda, hasil yang diperoleh peneliti lebih

besar dari hasil yang diperoleh koprasi RSCM. Dalam melakukan

pembukuan transaksi anggota dan nonanggota koperasi tidak melakukan

pemisahan pembukuan tersebut, maka kemungkinan koperasi tidak dapat

melakukan pembagian SHU yang transparan, demokratis, dan adil. Dan itu

semua adalah biaya, yang kelihatannya kurang efisien tetapi harus

dilakukan oleh koperasi sebagai badan usaha yang dibatasi dengan prinsip-

prinsip koperasi.

7. Dari hasil SHU yang diperoleh koperasi RSCM sebesar Rp 2.792.091.924

maka SHU yang diperoleh positif itu berarti kontribusi anggota koperasi

pada pendapatan koperasi melebihi kebutuhan akan biaya riil koperasi.

kelebihan tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya

( pasal 45 ayatr 2 UU No. 25/ 1992). Rapat anggota berdasarkan anggaran

dasar/ anggaran rumah tangga dapat menetapkan untuk menyisihkan

sebagian dari SHU untuk cadangan, dana pendidikan, dan dana-dana untuk

keperluan lain serta sisanya dibagikan kepada anggota menurut jasa masing-

masing anggota.

95
B. Saran

Saran yang akan penulis berikan tidak bersifat memperbaiki namun

hanya menambah dari kerja yang sudah ada. Adapun saran yang dapat penulis

berikan adalah sebagai berikut :

1. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut penulis sarankan untuk melakukan

pembukuan transaksi anggota dan bukan anggota, koperasi sejak awal tahun

harus telah mencatat dan memisahkan aktivitas ekonominya, antara transaksi

dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Karena dalam pembagian

SHU, idealnya harus dipisahkan antara kedua jenis transaksi tersebut.

2. Dalam pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan maksudnya

dalam perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada

anggota harus diumumkan secara jelas didalam RAT, sehingga setiap anggota

dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya

kepada koperasi. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses

pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan,

kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan pendidikan dalam proses

demokrasi.

96
DAFTAR PUSTAKA

Zaki, Baridwan., Intermediate Accounting, Edisi 7, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2004

S.S, Harahap, Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta,
2002

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi keuangan, Salemba Empat, Jakarta,


2004

Partomo Titik Sartika, Abdul Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/ Menengah
Dan Koperasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002

Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M Reeve, Philip E. Fess, Prinsip-prinsip


Akuntansi, Edisi 19, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000

Rudianto, Akuntansi Koperasi, Penerbit PT Grasindo, Jakarta, 2006

Sitio Arifin, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2001

Skousen, F.K., Stice, E.K., Akuntansi Keuangan Menengah, Salemba Empat, Jakarta,
2001

S.R, Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Kedua, Edisi Kelima, Salemba
Empat, Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai