Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK


MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) TBK, KCP SLAMET RIYADI MAKASSAR

NUR FITRIANI
105730169310

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014
ABSTRAK

NUR FITRIANI. 2014. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan


Metode CAMEL Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet
Riyadi Makassar. Dibimbing oleh Hj. Lily Ibrahim, SE., M.Si dan Ismail
Badollahi, SE., M.Si., Ak.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah metode CAMEL (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, Liquidity) dapat dijadikan alat dalam menilai
tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi
Makassar. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL yang meliputi
aspek permodalan, aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.
CAMEL adalah faktor yang menentukan predikat sehat suatu bank. Aspek ini
dengan aspek yang lainnya saling bersangkutan dan tidak dapat dipisahkan.

Sampel dalam penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,
KCP Slamet Riyadi Makassar selama tahun 2011- 2013. Data laporan keuangan
yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis CAMEL, kemudian dari hasil
perhitungan tersebut menentukan tingkat kesehatan bank.

Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar selama 3 tahun yaitu selama periode
2011 sampai 2013 termasuk dalam kategori sehat. Penilaian pada tahun 2011
termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai kredit sebesar 98,14, ditahun
2012 termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai kredit sebesar 98,16 dan
ditahun 2013 termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai kredit sebesar
98,29.

Kata kunci : Kesehatan bank dan rasio CAMEL.


ABSTRAK

NUR FITRIANI. 2014. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan


Metode CAMEL Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet
Riyadi Makassar. Guidanced by Hj. Lily Ibrahim, SE., M.Si and Ismail Badollahi,
SE., M.Si., Ak.

The problem on this research is whether or not the CAMEL method ( Capital,
Assets Quality, Earning , Liquidity ) can be a device to value the health level of
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar.
Therefore, the purpose which want to be achieved is to know the health level of
the bank by using CAMEL method that invalue capital, assets quality,
management, earning and liquidity. CAMEL is the factor that decides the bank
health predicate. On this aspect with the other aspect is have connection each
other and can not be separated.

The sample on this research is PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP
Slamet Riyadi Makassar during 2011 – 2013. The finance data report is obtained.
Then, the calculation result determines the health level of the bank.

From the result of research shows the health level of PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar for three years during in 2011 until
2013 includes the health category. The research in 2011 includes in the health
category with 98,14 total credit, in 2012 includes in the health category with
98,16 total credit, and in 2013 includes in the health category with 98,29 total
credit.

Key words : The Bank Health and CAMEL ratio.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji kehadirat ilahi Rabbi duhai Engkau yang Maha Agung.

Dengan namaMu yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang dan dengan izinMu-

lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini. Limpahan shalawat

tercurah kepadamu Muhammad dan keluargamu. Untuk itu, penulis senantiasa

menghanturkan shalawat dan taslim kepada Kekasih-Nya, Sang Pencinta Sejati

Rasulullah SAW, karena perjuangan dan komitmen Beliau yang dilandasi dengan

cinta, sehingga kita berada dalam sebuah zaman Islamiyah, dan semoga orang-

orang tetap konsisten dalam menjalankan ajarannya.

Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk membandingkan antara

penerapan pada perusahaan dengan teori- teori yang diperoleh dibangku kuliah

khusunya yang berkaitan dengan Kinerja keuangan. Selama penyusunan skripsi

ini tidaklah terlepas dari berbagai kendala, namun dengan semangat dan tekad

yang kuat akhirnya penulis mampu melaluinya.

Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tiada tara untuk ibunda dan

ayahanda tercinta (SUMARNI dan ACHMAD SYAFIR) yang disetiap nafasnya

selalu menghembuskan Do’a penuh cinta untuk Ananda dan dengan segenap hati

telah mencurahkan kasih sayangnya, serta meberikan motivasi sehingga penulis

mampu menyelesaikan studi. Terima kasih kepada ibu dan bapak pembimbing Hj.

Lily Ibrahim, SE., M.Si dan Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak yang dengan

baik telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas pula dari peran serta dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, meskipun

ucapan ini tiada artinya bila dibandingkan dengan bantuan dan pengorbannanya.

Ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. H. Mahmud Nuhung, SE., MM selaku Dekan FEB- Unismuh

2. Bapak pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak selaku ketua jurusan akuntansi FEB-

Unismuh.

4. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf FEB- Unismuh yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi.

5. Pak Asdar, Pak Cahyo & seluruh staf di kantor BRI KCP Slamet Riyadi

Makassar, yang telah memberikan izin, akses dan kebaikannya kepada

penulis untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data dalam rangka

penyelesaian skripsi ini.

6. Mereka… yang terindah dalam hidupku, yang selalu berkorban untuk

kebaikan penulis dan yang selalu memotivasi penulis, keluarga dan

saudaraku K’Zul & K’Nani, K’Ita & K’Dana, K’Pian & K’Nurul, K’Ika

dan adikku Putri, anak2ku… keponakanku tersayang Fauzan, Afiq &

Sani. Terima kasih atas setiap semangat dan dukungan yang telah diberikan

di hari- hari penulis. Thank you so much.

7. Saudara(i)ku di kelas AK3 2010 Unismuh yang selalu memberikan semangat,

melewati suka dan duka bersama…. I will miss you guys.


8. Sahabatku Asti dan orang- orang terdekat yang selalu memberikan inspirasi

dan motivasi dalam hidupku.

9. Seluruh keluarga Mahasiswa FEB- Unismuh atas laboratorium kehidupan

selama beberapa tahun ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan limpahan

karunia dan memberkati kita semua disetiap langkah yang kita tempuh. Penulis

menyadari, dalam skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan itu disebabkan

kemampuan dan daya nalar penulis yang amat terbatas, oleh karena itu saran dan

kritikan sangat diharapkan bagi penulis agar dapat memperbaiki dan

menghasilkan mutu yang lebih baik.

Makassar, Juli 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..……………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………… iii

ABSTRAKSI……………………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... xiii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 7

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 7

D. Manfaat Penulisan………………………………………………………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 9

A. Pengertian Bank………………………………………………………….. 9

B. Perkembangan Perbankan di Indonesia………………………………….. 11

C. Laporan Keuangan……………………………………………………….. 13

D. Pengertian dan Jenis- Jenis Rasio Keuangan……………………………... 16

E. Ruang Lingkup CAMEL…………………………………………………. 21

F. Pengertian Tingkat Kesehatan……………………………………………. 28


G. Kerangka Pikir……………………………………………………………. 30

H. Hipotesis………………………………………………………………….. 31

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………. 32

A. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………... 32

B. Metode Pengumpulan Data………………………………………………. 32

C. Jenis dan Sumber Data…………………………………………………… 33

D. Metode Analisis…………………………………………………………... 33

E. Defenisi Operasional……………………………………………………… 38

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………………………………. 40

A. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia……………………………... 40

B. Visi, Misi dan Sasaran Jangka Panjang BRI…………………………….. 42

C. Struktur Organisasi……………………………………………………….. 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………… 50

A. Rekapitulasi Perhitungan Data CAMEL.………………………………… 50

B. Perhitungan Rasio CAMEL dan Nilai Kredit…………………………….. 51

C. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank……………………………… 60

BAB V PENUTUP……………………………………………………………….. 64

A. Kesimpulan………………………………………………………………… 64

B. Saran………………………………………………………………………. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Kriteria Penilaian Capital Adequancy Ratio (CAR)………………….. 34

2. Tabel Kriteria Penilaian Rasio Aktiva Produktif……………………………. 35

3. Tabel Kriteria Penilaian Rasio Penghapusan Aktiva Produktif……………... 35

4. Tabel Kriteria Penilaian Return on Asset (ROA)…………………………… 37

5. Tabel Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO)………………………………………………………… 38

6. Tabel Kriteria Penilaian Rasio Alat Likuiditas Terhadap Hutang Lancar…… 39

7. Tabel Kriteria Penilaian Loan to Deposito Ratio (LDR)……………………. 39

8. Tabel Rekapitulasi Perhitungan Data CAMEL…………………………….... 50

9. Tabel Penilaian Aspek Permodalan (Capital) & Besarnya Nilai Kredit CAR 51

10. Tabel Penilaian Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets) & Besarnya Nilai

Kredit………………………………………………………………………… 53

11. Tabel Penilaian Aspek Manajemen & Besarnya Nilai Kredit……………….. 55

12. Tabel Penilaian Aspek Rentabilitas (Earning) & Besarnya Nilai Kredit……. 57

13. Tabel Penilaian Aspek Likuiditas (Liquidity) & Besarnya Nilai Kredit…….. 59

14. Tabel Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL…………………………... 60

15. Tabel Hasil Evaluasi Kinerja Perbankan…………………………………….. 61

16. Tabel Tingkat Kesehatan Bank……………………………………………… 62


DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir.………………………………………………………........ 31

2. Struktur Organisasi PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi.…..…… 44


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan suatu lembaga intermediasi yang menghubungkan antara

pihak yang kelebihan dana ( surplus ) dengan pihak yang kekurangan dana (

deficit), membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah

pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan

kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Pada dasarnya bank merupakan

bagian dari suatu sistem yang lebih besar yang disebut dengan sistem perbankan.

Sistem perbankan dapat diartikan sebagai kumpulan dari lembaga, kegiatan

usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha yang memungkinkan

bank melaksanakn fungsinya dengan baik. Secara kelembagaan bank merupakan

bagian dari lembaga keuangan. Berdasarkan pengertian ini, maka sistem

perbankan juga dapat dikatakan sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih luas,

yaitu sistem keuangan. Selain sebagai bagian dari sistem, sistem perbankan juga

merupakan bagian dari sistem moneter karena bank selain menjadi sarana dalam

transmisi kebijakan moneter juga dapat menciptakan uang.

Deregulasi perbankan secara tidak langsung berperan besar terhadap

terjadinya krisis ekonomi. Permasalahan yang timbul sebagai akibat deregulasi

tersebut adalah bukan terletak pada peningkatan jumlah bank, namun lebih kepada

kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk mengelola bank dan

penerapan prinsip kehati-hatian. Mengingat perannya yang sangat penting bagi

roda perekonomian, pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam rangka


menyehatkan perbankan nasional. Pasca terjadi deregulasi di Indonesia,

perbankan Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat, disebabkan oleh

adanya serangkaian langkah deregulasi dibidang perbankan. Selama periode 2004-

2009 Indonesia mengalami peningkatan dibidang perbankan.

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisis perbankan,

perhatian pemerintah terhadap kebijakan pengaturan dan pengawasan bank

semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting

dan peran strategis sector perbankan dalam suatu perekonomian. Kegagalan suatu

bank khususnya yang bersifat sistematik akan dapat mengakibatkan terjadinya

krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Banyak negara yang

perekonomiannya rusak sebagai akibat tidak sehatnya sector perbankan. Sector

keuangan, terutama dinegara- negara masih didominasi oleh lembaga perbankan.

Dalam kondisi demikian, apabila lembaga perbankan tidak sehat dan tidak dapat

berfungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada

terganggunya kegiatan perekonomian. (Bank Indonesia Bank Sentral Republik

Indonesia 2004:141)

Dalam menjalankan perannya bank menerapkan dua asas yang wajib untuk

dilaksanakan baik asas demokrasi maupun kehati-hatian. Dengan melaksanakan

kedua prinsip tersebut diharapkan bisa menjamin bank untuk bertahan dalam

upaya menjaga eksistensinya dalam dunia persaingan perbankan. Karena fungsi-

fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat , baik secara individu

maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu

perekonomian yang sehat. Bank juga merupakan unit usaha yang khusus karena
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tergantung pada sumber dana dari

masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah

bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dan kesehatan bank

yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja. Bank merupakan sarana bagi

otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap

bank, melihat peran perbankan yang sangat strategis tersebut. Selain itu,

kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik,

pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank.

Bank Indonesia selaku bank sentral memiliki peran yang penting, untuk

mengatur dan mengawasi jalannya kegiatan operasional perbankan yang ada di

Indonesia. Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk dioptimalkan fungsi

perbankan Indonesia sebagai bagian dari lembaga kepercayaan masyarakat dalam

kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, pelaksana kebijakan

moneter, dan lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi

serta pemerataan. Agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistem

perbankan secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara

kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat

bagi perekonomian nasional.

Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank senantiasa bersifat

dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus diatur kembali

agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang.

Pengaturan kembali tersebut antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan

penilaian (kualitatif dan kuantitatif) dan penambahan faktor penilaian. Hasil akhir
penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam

menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Sedangkan bagi Bank

Indonesia, antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi

strategi pengawasan bank. Agar pada waktu yang ditetapkan bank dapat

menerapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia ini, maka perbankan perlu melakukan langkah-langkah

persiapan dalam menerapkan sistem tersebut.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.

Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi

yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar

tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera

mengobati penyakitnya. Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank

tersebut harus dijalankan atau bahkan kalau perlu dihentikan kegiatan operasinya.

Standar untuk melakukan penilain tingkat kesehatan bank telah ditentukan oleh

pemerintah melalui Bank Indonesia. Kepada bank- bank diharuskan membuat

laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh

aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Dari laporan ini dipelajari dan

dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi suatu bank. Dengan diketahui kondisi

kesehatannya akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki

kesehatannya.

Dalam rangka fungsi pengawasannya, minimal Bank Indonesia memiliki 3

instrumen untuk mengawasi tingkat kesehatan sebuah bank sesuai dengan

peraturan yakni: Analisis CAMEL ( Capital, Assets, Management, Earning, dan


Liquidity), BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dengan tujuan untuk

menghindari kegagalan usaha sebagai akibat dari konsentrasi pemberian kredit

baik untuk melindungi kepentingan, kepercayaan publik maupun untuk

memelihara kesehatan bank. Dan Penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and

proper test).

Bank Indonesia selaku Bank Sentral mempunyai peranan yang penting

dalam menyehatkan perbankan, karena Bank Indonesia bertugas mengatur dan

mengawasi jalannya kegiatan operasional bank. Untuk itu Bank Indonesia

menetapkan suatu ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh lembaga

perbankan, yaitu berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004

tanggal 12 April 2004 perihal sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan

sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal

Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Umum kepada semua Bank Umum Di

Indonesia tentang penilaian kesehatan bank yang bisa dilihat atau diketahui dari

metode CAMEL maka suatu bank layak tidaknya menjalankan operasinya

tergantung pada tingkat kesehatan bank itu sendiri. Pelaksanaan penilaian

dilakukan dengan cara mengkualifikasikan beberapa komponen dari masing-

masing faktor yaitu komponen Capital (Permodalan), Asset (Aktiva),

Management ( Manajemen), Earning ( Rentabilitas), Liquidity (likuiditas).

Terdapat berbagai bank yang ada di kota Makassar, PT Bank Rakyat

Indonesia merupakan salah satu bank yang telah berperan penting karena

konsisten dalam memfokuskan pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya

dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. PT Bank


Rakyat Indonesia juga merupakan bank dengan jaringan terbesar dan tersebar di

seluruh wilayah Indonesia khususnya pada Kota Makassar dan satu- satunya bank

di Indonesia yang wilayah jangkauan operasionalnya hingga mencapai unit,

menjangkau para nasabah diwilayah kecamatan bahkan pedesaan. PT Bank

Rakyat Indoneisa juga turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program

pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,

khususnya dengan melakukan usaha dibidang perbankan. Seiring dengan semakin

meningkatnya kinerja bank ini, kepercayaan masyarakat akan kinerja PT Bank

Rakyat Indonesia juga semakin meningkat dan jumlah nasabah yang

mempercayakan uang mereka juga semakin meningkat. Dengan semakin

meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap PT Bank Rakyat Indonesia.

Maka perlu untuk mengetahui tingkat kesehatan bank tersebut, agar masyarakat

merasa aman untuk menyimpan uang mereka.

Pada tahun 2011 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet

Riyadi Makassar memiliki tingkat kesehatan dengan predikat sehat sebesar

98,14% , kemudian ditahun 2012 tingkat kesehatannya mengalami sedikit

peningkatan 98,16%. Dan ditahun 2013 tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar juga mengalami sedikit

peningkatan tingkat kesehatan menjadi 98,29%, hal ini masih dapat dikatakan

bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar

berada dalam predikat bank yang sehat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dan membahas mengenai tingkat kesehatan Bank Rakyat Indonesia. Oleh karena
itu penulis mengangkat judul penelitian “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi

masalah pokok dalam penelitian ini adalah : Apakah metode CAMEL (Capital,

Asset Quality, Management, Earning,Liquidity) dapat dijadikan alat dalam

menilai tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet

Riyadi Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah pokok dalam penelitian ini, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode

CAMEL yang meliputi aspek permodalan, aktiva produktif, manajemen,

rentabilitas dan likuiditas pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP

Slamet Riyadi Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:


a. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan tentang analisis kesehatan bank dan

menjadi sumber atau rujukan yang relevan pada masa yang akan

datang maupun kepada yang membutuhkan.

b. Bagi pihak lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi tambahan atau referensi bagi pembaca dan menjadi

bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. PT. Bank Rakyat Indonesia, penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi tentang hal- hal yang berhubungan dengan kesehatan bank

dalam upaya mengembangkan kualitas bank.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi

pengguna jasa perbankan khususnya Bank Rakyat Indonesia.

3. Manfaat Kebijakan

a. Pemerintah, penilaian tingkat kesehatan bank dapat merupakan alat

control dan terukur, sehingga meningkatkan kinerja kebijakan

kesehatan yang dilaksanakan.

b. Bagi Pemegang saham, penelitian ini dapat jadi menjadi penilaian

untuk meningkatkan komitmen kerjasama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Menurut Kasmir (2012:12), bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan

utama adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Suyatno (2007:1), bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang

melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan

mata uang, pengawasan terhadap mata uang bertindak sebagai tempat

penyimpanan benda- benda berharga, membiayai usaha perusahaan- perusahaan

dan lain- lain.

Lukman Dendawijaya (2000:17) mendefinisikan bahwa bank adalah suatu

badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial

intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

(idie/fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan

dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.

Pengertian bank yang dikutip ini pada dasarnya berbeda satu sama dengan

yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank.

Ada yang mengartikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya

menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan pengertian lain mengatakan, bank

adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan

penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan dan ada pula yang

menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya
menciptakan kredit. Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki

wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk

disalurkan kepada yang memerlukan dana tersebut.

Sedangkan menurut Undang- undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992

tantang Perbankan yang telah diubah dengan Undang- undang No.10 Tahun 1998:

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

2. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

3. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak membelikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sector yang

berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank.

Oleh karena saat ini dan di masa yang akan datang, kita tidak akan lepas dari

dunia perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan

maupun lembaga.

Dari defenisi para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Bank

adalah sebuah badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga intermediasi
keuangan, yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan melaksanakan berbagai macam jasa,

umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

B. Perkembangan Perbankan di Indonesia

Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah

melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara

bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari

kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu

sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated

terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal

tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi

perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan

ekonomi pada periode tersebut.

Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan

fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang

Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.

Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional


dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap

Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

Perkembangan berbagai indikator ekonomi menjelang akhir tahun 2009

ditandai oleh terus berlanjutnya perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia.

Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan

ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makro ekonomi

domestik. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 diprakirakan tumbuh 4,3%, inflasi

tercatat sebesar 2,78%, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus,

dan nilai tukar secara point-to-point menguat sebesar 15,65% dibandingkan

dengan tahun lalu.

Di tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif

tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor

perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang

semakin optimis, serta respon kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif

dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Di sisi domestik, konsumsi

rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli

masyarakat serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor

dan tetap tingginya konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk

meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Pada triwulan

IV-2009, investasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi yang tercermin antara lain

pada peningkatan konsumsi semen dan perbaikan pertumbuhan impor barang

modal. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut,

pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan


mencapai sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian

diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3%.

Kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mencapai sasaran inflasi sebesar

5±1% di tahun 2010 akan didukung oleh implementasi serangkai langkah

kebijakan. Di sisi operasional, fokus kebijakan diarahkan untuk meningkatkan

efektifitas transmisi kebijakan moneter, mengelola akses likuiditas perbankan, dan

menjaga volatilitas nilai tukar dalam rangka terjaganya ekspektasi inflasi

masyarakat. Kondisi terakhir perbankan di indonesia semakin membaik

meski tekanan krisis keuangan global semakin terasa. Hal tersebut terlihat dari

berkurangnya keketatan likuiditas perbankan dan tumbuhnya total kredit

perbankan.

C. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

aktifitas perusahaan, jika informasi ini disajikan secara benar maka informasi

tersebut sangat berguna bagi pihak–pihak yang berkepentingan untuk mengambil

keputusan tentang perusahaan yang dilaporkannya. Dalam pengertian yang

sederhana laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan dibuat

dengan maksud untuk menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan

kondisi terkini.
Menurut Kasmir (2012:7) Laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu.

Menurut Irham Fahmi (2013:2) Laporan keuangan merupakan suatu

informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dan lebih jauh

informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan

tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:7) Laporan keuangan

merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang

lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau

laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan

catatan atas laporan keuangan dan laporan kas. Neraca dan laporan laba rugi

sangat penting bagi perusahaan, Sedangkan laporan perubahan posisi keuangan

umumnya diperlukan bagi para pemegang saham atau pemilik.

Secara umum tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah

untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat itu, memberikan informasi tentang jenis dan jumlah

kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini, memberikan

informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode

tertentu, memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu, memberikan informasi

tentang perubahan- perubahan yang terjadi terhadap aktiva, passiva dan modal

perusahaan, memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode, dan memberikan informasi tentang catatan- catatan atas laporan

keuangan.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang

sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga

menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan

membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada

serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki.

Berdasarkan defenisi- defenisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:

a. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi

menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan

nama Neraca (balance sheet).

b. Mengetahui posisis keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi


menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang

diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income

Statement).

c. Mengetahui posisis keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi

menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi selama

periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas.

d. Setiap laporan keuangan tersebut menyediakan informasi yang berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena

mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi- transaksi atau peristiwa-

peristiwa lain yang sama.

D. Pengertian dan Jenis- Jenis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

digunakan dan juga merupakan indikator tingkat kesehatan bank yang dapat

mempengaruhi tingkat pertumbuhan retun saham. Rasio keuangan

menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan

sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat di

interprestasikan. Berikut pengertian rasio menurut para ahli:

Menurut Wild, Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan

terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan

titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengindikasikan area yang

memerlukan investigasi lebih lanjut.


Pada dasarnya macam atau jumlah rasio itu banyak sekali yaitu sesuai

dengan kebutuhan penganalisis, namun angka-angka rasio yang ada pada dasarnya

dapat digolongkan menjadi dua golongan atau kelompok, yakni : Pertama,

berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka

rasio tersebut. Kedua, berdasarkan tujuan dari penganalisa.

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan

menjadi 3 golongan (Kasmir,2012:105), yaitu :

1. Rasio-rasio neraca (Balance sheet rations), ialah membandingkan angka-

angka yang hanya bersumber dari neraca, misalnya current ratio, acid test

ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total asset

ratio dan lain sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan rugi laba (Income statement ratios), ialah

membandingkan angka- angka yang hanya bersumber dari laporan laba

rugi, misalnya income statement, gross profit margin, net operating

margin, operating ratio dan lain sebagainya.

3. Rasio-rasio antar laporan (Inter-Statement ratios),ialah membandingkan

angka- angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca

maupun dilaporan laba rugi. Misalnya assets turnover,receivables

turnover dan sebagainya.

Menurut J. Fred Weston dalam buku Analisis Laporan keuangan (Kasmir,

2012:106), pengelompokan rasio-rasio keuangan yaitu sebagai berikut :


1. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur

likuiditas perusahaan (Current ratio, Acid test ratio).

2. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt ratio,

Times Interest Earned, fixed Charge Coverage dan Cash Flow Coverage).

3. Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-

sumber dananya (Inventory turnover, average collection period, Fixed

Assets Turn Over dan lain Total Assets Turnover).

4. Rasio-rasio Profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir

dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on

Sales, Return on total assets, Return on Total Equity dan Basic Earning

Power).

Secara umum rasio keuangan yang digunakan oleh bank dapat diklasifikasikan

menjadi 4 jenis kelompok rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku

antara lain:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Adapun

perhitungan rasio tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta

likuid yang dimiliki bank tersebut (Kasmir,2012:224). Rasio ini

menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan para

nasabahnya dengan alat-alat yang paling likuid yang dimiliki bank

tersebut. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

b. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah

kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan

modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR menurut peraturan

pemerintah maksimum 110%. LDR dapat dirumuskan sebagai

berikut:(Kasmir,2012 :226)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑡𝑜 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

2. Rasio Leverge

Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu

kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage menunjukkan berapa besar

perusahaan didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Menurut Kasmir


(2012:217) Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio untuk

mengukur efektivitas bank dalam mencapai tujuannya.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
3. Rasio Aktivitas x 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Rasio aktivitas sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio

pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio

perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account

receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover),

perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap

(fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover).

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan keputusan

yang telah diambil. Adapun perhitungan rasio tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA

suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan

asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (Lukman, 2009 : 118)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑂𝐴 = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
b. Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.

Rasio ini merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon

investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang

dikaitkan dengan pembayaran deviden. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut : (Lukman,2009 : 117)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 x 100%

E. Ruang Lingkup CAMEL

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis

besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset Quality, Management,

Earning, and Liquidity). Kelima faktor tersebut berkaitan dan memang merupakan

faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Pada dasarnya tingkat kesehatan

bank dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas kelima faktor yang berpengaruh

terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Kelima faktor tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Capital (Permodalan)

Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-

bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat

bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang

jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk.


Dengan demikian,pengawas bank harus yakin bahwa bank harus

mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain

itu para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar- benar

bertanggung jawab atas modal yang telah ditanamkan.

Bank wajib memenuhi modal inti paling kurang sebesar Rp 80

miliar pada tanggal 31 Desember 2007,dan selanjutnya wajib memenuhi

paling kurang Rp 100 miliar pada tanggal 31 Desember 2010. Pemenuhan

kewajiban modal inti minimum dapat dilakukan melalui penambahan

modal disetor, pertumbuhan laba, merger, konsolidasi atau akusisi.

Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah

nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal,atau yang sering

disebut sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan

perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva terimbang menurut

risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR

suatu bank sekurang- kurangnya harus sebesar 8%.

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
CAR = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 (𝐴𝑇𝑀𝑅) x 100%

Modal suatu bank pada dasarnya dinilai berdasarkan pemenuhan

bank yang bersangkutan terhadap Ketentuan Pemenuhan Modal Minimum

(KPMM). Pemenuhan ketentuan tersebut dihitung dari rasio modal

terhadap ATMR. KPMM sebesar 8% diberi predikat “Sehat” dengan nilai

kredit sebesar 81, dan untuk setiap kenaikan sebesar 0,1% dari pemenuhan
sebesar 8% ditambah satu sampai sebesar maksimum 100. Sementara itu,

untuk pemenuhan KPMM sebesar 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat

“Kurang Sehat” dengan nilai kredit 65, dan untuk kenaikan sebesar 0,1%

dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi satu dengan

minimum 0. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan modal (CAR) adalah

25%.

2. Faktor Asset Quality (Kualitas Asset)

Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari

kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber

pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut

sebagai aktiva produktif. Didalam menganalisis suatu bank pada umumnya

perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank. Namun demikian,

menganalisis kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah

pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek secara

implisit akan menghapus modal bank. Hal ini antara lain terkait dengan

berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset,

pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian

terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di

Indonesia didasarkan pada rasio yaitu:

a) Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛


KAP = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva

produktif sebesar 15,5% atau lebih nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan 0,15% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot

CAMEL untuk KAP sebesar 30% .

3. Faktor Management (Manajemen)

Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat

tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu

manajemen sebuah bank mendapatkan perhatian yang besar dalam

penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan

memelihara kesehatannya. Penilaian faktor manajemen dalam penilaian

tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi

terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut

dilakukan dengan mempergunakan kuisioner yang dikelompokkan dalam

dua kelompok manajemen umum dan manajemen risiko. Pertanyaan yang

berkaitan dengan manajemen umum antara lain : strategi, struktur,

sistem,sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja. Sedangkan

untuk manajemen risiko berakaitan dengan: risisko likuiditas, risiko pasar,

risko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan

pengurus.

Setiap pertanyaan berskala 0-4 dimana nilai 0 mencerminkan

lemah, nilai 1,2,3 mencermninkan kondisi antara, serta nilai 4

mencerminkan kondisi baik. Untuk menentukan kredit dari rasio

manajemen ini (100 x 0,25) x rata- rata skala penilaian.

Akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena akan terkait

dengan unsur kerahasian bank, maka dalam penelitian ini aspek


manajemen diproksikan dengan profit margin dengan pertimbangan rasio

ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber- sumber

maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisisen. Penggunaan Net

Profit Margin (NPM) juga erat kaitannya dengan aspek- aspek manajemen

yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko,

dimana net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan

pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam

tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan

pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh

operating income yang optimum. Sedangkan net income dalam

manajemen risiko mencerminkan pengukuran terhadap upaya

mengeliminir risiko.

Dapat dikatakan net profit margin mencerminkan tingkat

efektifitas yang dapat dicapai oleh usaha operasional bank, yang terkait

dengan hasil akhir dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan yang telah

dilaksanakan oleh bank dalam periode berjalan. Aspek manajemen yang

diproksikan dengan net profit margin dirumuskan, sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
NPM = x 100%
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

Karena aspek manajemen diproksikan dengan profit margin

dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen

mengelolah sumber- sumber maupun penggunaan atau alokasi dena secara


efisien, sehingga nilai rasio yang diperoleh langsung dikalikan dengan

nilai bobot CAMEL, untuk kualitas manajemen adalah 25%.

4. Faktor Earning ( Rentabilitas)

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank

adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui

bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya

maka tentu saja lama- kelamaan kerugian tersebut akan memakan

modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat

dikatakan sehat. Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning

suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba.

Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :

a) Rasio Laba terhadap Total Aset (ROA)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


ROA = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

b) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BOPO = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 x 100%

Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terdapat rata-

rata volume usaha dalam periode yang sama apabila besarnya 0 atau

negatif diberi nilai kredit sebesar 0 dan untuk setiap kenaikan sebesar

0,015% nilai kredit ditambah satu dengan nilai maksimal 100. Sementara

itu, untuk rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-
rata volume usaha dalam periode yang sama apabila nilainya 100 atau

lebih diberi nilai kredit sebesar 0, dan untuk setiap penurunan sebesar

0,08% nilai kredit ditambah satu dengan nilai kredit maksimal sebesar 100.

Bobot CAMEL untuk ROA dan BOPO adalah 10%.

5. Faktor Liquidity ( Likuiditas)

Sebuah bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan

dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan tabungan,

giro, deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua

permohonan kredit yang layak dibiayai. Dengan demikian pengelolaan

likuiditas yang baik sangat menentukan bagi suatu bank, dan masalah

likuiditas ini harus dipantau secara terus- menerus oleh pengawas bank.

Demikian juga laporan- laporan bank kepada publik untuk keperluan

transparasi, selalu menyertakan laporan- laporan yang memuat rasio- rasio

yang berkaitan dengan kondisi likuiditas suatu bank, yang memungkinkan

masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang risiko likuiditas suatu

bank.

a) Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti giro,

tabungan, deposito dan lain-lain.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


LDR = x 100%
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Yang termasuk Dana Yang Diterima adalah kredit likuiditas Bank

Indonesia, giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari

bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, deposito dan pinjaman
dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan, dan surat

berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga

bulan.

Untuk rasio kredit terhadap Dana Yang Diterima Bank sebesar

115% atau lebih akan diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan 1%

mulai dari 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100. Bobot

CAMEL untuk faktor likuiditas untuk kedua rasio adalah 10%.

F. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Triandaru dan Budi Santoso (2006:51) kesehatan bank diartikan

sebagai kemampuan suatu bank melakukan kegiatan operasional perbankan secara

normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-

cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Peraturan Bank Indonesia mengartikan tingkat kesehatan bank adalah hasil

penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau

kinerja suatu bank melalui penilaian terhadap faktor- faktor permodalan, kualitas

aset, manajemen , rentabilitas dan likuiditas.

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanakan oleh Bank

Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara

kesehatan bank, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank

yang dapat menjalankan fungsi- fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank

yang sehat adalah bank yanga dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran

lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukung kebijakan moneter. Dengan

menjalankan fungsi- fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan

yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara

keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai

modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik

dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati- hatian, menghasilkan

keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya serta

memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat.

Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan

yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang

mengacu pada prinsip- prinsip kehatian- hatian dibidang perbankan.

Berdasarkan pasal 29 UU no. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, serta UU No.3 Tahun

2004, bank wajib memelihara tigkat kesehatannya sesuaia dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan

solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib

melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati- hatian.

G. Kerangka Pikir

Bank Rakyat Indonesia sebagai suatu lembaga kepercayaan yang berfungsi

sebagai lembaga intermidasi yang menjembatani pihak kelebihan dana dan dan
pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk usaha lainnya dan sebagai lembaga

yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah harus selalu

menjaga dan mengoptimalkan perannya. Agar perannya berjalan optimal, maka

laporan keuangan pada bank harus selalu berada dalam pengawasan. Pengawasan

laporan keuangan harus dilakukan secara rutin. Untuk mengetahui keadaan bank

tersebut dan menjaga agar bank selalu dalam keadaan sehat. Kesehatan bank dapat

diketahui dengan menggunakan metode CAMEL ( Capital, Assets, Management,

Earning, Liquidity ). Metode ini dapat membantu pengawasan bank dengan

melihat faktor permodalan bank, faktor kualitas asset bank, faktor manajemen

dalam suatu bank, faktor rentabilitas bank yaitu kemampuan memperoleh laba dan

dilihat dari faktor likuiditas, yaitu kemampuan membayar utangnya setiap saat.

Penjelasan diatas dapat digambarkan pada skema dibawah ini:

BANK RAKYAT INDONESIA

Laporan Keuangan Bank

CAMEL

Capital Asset Management Earning Liquidity

Tingkat Kesehatan Bank


H. Hipotesis

Dari uraian diatas maka yang menjadi hipotesis dari penulisan ini adalah:

Diduga bahwa dengan melakukan analisis penilaian dengan menggunakan metode

CAMEL ( Capital, Asset, Managemen, Earning, dan Liquidity ) dapat diketahui

tingkat kesehatan bank pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP

Slamet Riyadi Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis mengadakan penelitian pada Bank Rakyat

Indonesia KCP Slamet Riayadi Makassar. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam

penelitian ini ialah, dari tanggal 1 April 2014 sampai 7 Mei 2014.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

melalui:

1. Penelitian Kepustakaan (liberary research)

Yaitu pengumpulan data yang bersumber dari perpustakaan yang

bahannya meliputi buku- buku literatur serta yang erat kaitannya dengan

pokok permasalahan yang akan dibahas.

2. Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu dengan cara penulis secara langsung pada objek penelitian,

pengumpulan data lapangan ini dengan cara:

a. Observasi yaitu penulis secara langsung melakukan pengamatan

terhadap objek penelitian.

b. Wawancara (interview) yaitu penulis mengadakan wawancara langsung

dengan pimpinan, staf dan karyawan yang berwenang.

c. Documenter yaitu penulis memperoleh secara langsung data yang

menyangkut dokumen- dokumen Bank Rakyat Indonesia.


32
C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan ada 2, yaitu:

1. Data primer, adalah data yang bersumber dari hasil penelitian berdasarkan

observasi dan hasil wawancara dengan pimpinan dan karyawan PT. Bank

Rakyat Indonesia KCP Slamet Riyadi Makassar.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari dokumentasi, laporan-

laporan keuangan bank, maupun sumber informasi lainnya yang berkaitan

erat dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan ialah metode Deskriptif Kuantitatif yang

dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode

CAMEL pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi

selama tahun 2011- 2013.

1. Capital ( Permodalan)

Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital

Adequeency Ratio (CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah modal

dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR) kemudian

mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai berikut :

a. Nilai Kredit Rasio CAR = +1

b. NK Faktor CAR = NKRasio CAR x Bobot RasioCAR

Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Capital Adequency Ratio (CAR)
Nilai Kredit Predikat
>8% Sehat
7,9 – 8 % Cukup Sehat
6,5 - < 7,9 % Kurang Sehat
< 6,5 % Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31 Mei 2004
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
2. Asset Quality (Kualitas Aset)

Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) menggunakan rasio,

yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva

produktif.

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva

produktif, yaitu:

1. Rasio KAP = x 100 %

2. Nilai Kredit Rasio KAP =

3. Perhitungan NK Faktor KAP = NK KAP x Bobot KAP

Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Rasio Aktiva Produktif
Nilai Kredit Predikat
< 10,35 % Sehat
10,35–12,60 % Cukup Sehat
12,61 – 14,85 % Kurang Sehat
>14,86 % Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31 Mei 2004
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.

3. Management (Manajemen)

Rasio Manajemen diukur berdasarkan pertanyaan dan pernyataan

yang diajukan mengenai Manajemen Umum dan Manajemen Risiko.

Manajemen Umum berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai strategi

atau sasaran, struktur, sistem sumber daya manusia, kepemimpinan dan


budaya kerja sedangakan Manajemen Risiko berisi pertanyaan dan

pernyataan mengenai risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko

operasional dan risiko hukum. Pertanyaan dan pernyataan yang diajukan

mempunyai perbandingan 40 % pertanyaan untuk Manajemen Umum dan

60 % pertanyaan untuk Manajemen Risiko.

Namun dalam penelitian ini, analisis rasio manajemen tidak

dilakukan karena adanya keterbatasan yang ada. Pembatasan ini dilakukan

mengingat bahwa untuk dapat melakukan penilaian tingkat kesehatan

suatu bank, tidak cukup hanya mendasarkan pada analisis terhadap laporan

keuangan yang dipublikasikan saja, tetapi juga data-data pendukung

lainnya yang bersifat internal. Data yang berhubungan dengan aspek

manajemen tidak dapat diperoleh hanya dengan menggandalkan dari dat

publikasi bank, tetapi harus melalui survey kuisioner dan wawancara. Di

Indonesia hanya Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan saja yang

dapat mengetahuinya.

Oleh karena itu aspek manajemen pada penilaian kinerja bank

dalam penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan BI

tetapi sesuai dengan data yang tersedia diproyeksikan dengan Net Profit

Margin.

4. Earning (Rentabilitas)

Perhitungan rentabilitas menggunakan 2 rasio, yaitu :

a. Rasio Laba Kotor terhadap Volume Usaha (Return on Asset / ROA).

Kemudian mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai berikut :


1. NK Rasio ROA =

2. NK Faktor ROA = NK Rasio ROA x Bobot Rasio ROA

Tabel 3.3
Kreteria Penilaian Return on Asset (ROA)

Nilai Kredit Predikat


> 1,22 % Sehat
0,99–1,21 % Cukup Sehat
0,77 – 0,98 % Kurang Sehat
< 0,76 % Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31 Mei 2004
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.

b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Kemudian mencari nilai kreditnya, dengan formulasi sebagai berikut :

1. NK Rasio BOPO =

2. NK Faktor BOPO = NK BOPO x Bobot Rasio BOPO

Tabel 3.4
Kreteria Penilaian Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Nilai Kredit Predikat
< 93,52 % Sehat
93,52 % – 94,73 % Cukup Sehat
94,73 % – 95,92 % Kurang Sehat
> 95,92 % Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31 Mei 2004
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
5. Liquidity (Likuiditas)

Perhitungan likuiditas menggunakan rasio, yaitu :

a. Rasio Kredit yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima (Loan to

Deposito Ratio / LDR). Kemudian mencari nilai kreditnya, dengan

formulasi sebagai berikut :

1. NK LDR = x4

2. NK Faktor LDR = NK Rasio LDR x Bobot Rasio LDR

Tabel 3.5
Kreteria Penilaian Loan to Deposito Ratio (LDR)

Nilai Kredit Predikat


< 94,755 % Sehat
94,755–98,75 % Cukup Sehat
98,75 – 102,25 % Kurang Sehat
> 102,5 % Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31 Mei 2004
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.

E. Definisi Operasional Variabel

Faktor Capital adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau

kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi.

Dalam penelitian ini menggunakan Rasio CAR (Capital Adequancy Ratio) dan

rasio ini merupakan perbandingan antaramodal dan Aktiva Tertimbang Menurut

Resiko (ATMR). Rasio ini digunakan untuk menilai keamanan dan kesehatan

bank dari sisi modal pemiliknya. Semakin tinggi resiko CAR, maka semakin baik

kinerja banktersebut.
Faktor Asset Quality menggambarkan kualitas aktiva dalam perusahaan

yang menunjukkan kemampuan dalam menjaga dan mengembalikan dana yang

ditanamkan ratio asset, yaitu Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang

diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan. Semakin kecil

rasio KAP, maka semakin besar tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana

yang ditanamkan.

Faktor Management menggunakan rasio Net Profit Margin yaitu rasio

yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank

dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Faktor Earning atau Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada, seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, dan sebagainya.

Rasio rentabilitas, meliputi :

1. ROA (Return on Asset), merupakan perbandingan antara laba bersih dengan

total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas bank didalam

memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank,

maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan

semakin baik pula posisi bank tersebutdari penggunaan aset.

2. BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap

pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Semakin kecil rasio BOPO, maka semakin efisien suatu bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya, karena biaya yang dikeluarkan lebih

kecil dibandingkan pendapatan yang diterima.

Faktor Liquidity (Likuiditas) menggambarkan kemampuan bank dalam

menyeimbangkan antara likuiditasnya dengan rentabilitasnya. Rasio likuiditas,

yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio), merupakan perbandingan antara jumlah kredit

yang diberikan terhadap dana yang diterima. Rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh

nasabah. Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan tingkat kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah.


BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa

Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der

Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum

Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Bank ini berdiri pada tanggal 16

Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1, menyebutkan bahwa BRI

adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Pada tahun 1948

kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu karena situasi perang dan

baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan

berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Berdasarkan PERPU No.

41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang

merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche

Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No.

9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank

Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965

tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam

ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks

BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural,
sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor

(Exim).

Berdasarkan Undang- Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-

Undang Pokok Perbankan dan Undang- Undang No. 13 tahun 1968 tentang

Undang- Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular

dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank, yaitu Bank

Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya, Undang-

Undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas- tugas pokok BRI sebagai

Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang- Undang Perbankan No. 7

tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah

menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100%

ditangan Pemerintah.

PT BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan

pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus

pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain

tercermin pada perkembangan penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) pada tahun

1994 sebesar Rp. 6.419.800.000 yang meningkat menjadi Rp. 8.231.100.000 pada

tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp.

20.466.000.000.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka

sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah
4.447 buah, yang terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor

Inspeksi / SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 kantor cabang pembantu, 1

kantor cabang khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor

Perwakilan Hongkong, 40 kantor kas bayar, 6 kantor mobil bank, 193 P.Point,

3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan desa.

B. Visi, Misi dan Sasaran Jangka Panjang BRI

1. Visi BRI

Visi BRI adalah menjadikan bank ini sebagai bank komersial

terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

2. Misi BRI

BRI memiliki tiga misi, yaitu :

a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan

pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang

peningkatan ekonomi masyarakat.

b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja

yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang

profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak -

pihak yang berkepentingan.

Adapun sasaran jangka panjang dari BRI, yaitu :

a. Menjadi bank sehat dan salah satu dari lima bank terbesar dalam asset

dan keuntungan.
b. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan usaha mikro,

kecil dan menengah.

c. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis.

d. Menjadi salah satu bank go publik terbaik.

e. Menjadi bank yang melaksanakan good corporate governance secara

konsisten.

f. Menjadikan budaya kerja BRI sebagai sikap dan perilaku semua insan

BRI.

C. STRUKTUR ORGANISASI

Untuk membantu kelancaran kinerja suatu perusahaan, mutlak diperlukan

adanya pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenag secara jelas di dalam

perusahaan. Hal ini untuk menghindari kesimpang siuran dalam menjalankan

pekrerjaan, tanggung jawab, dan wewenang setiap jabatan dan dapat diatasi

melalui struktur organisasi yang baik.


STRUKTUR ORGANISASI
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
KCP SLAMET RIYADI MAKASSAR

PIMPINAN
CABANG
PEMBANTU

SUPERVISOR Account officer Account Account Account


(AO) Officer (AO) Officer (AO) Officer (AO)
(SPV) KOMERSIAL KOMERSIAL KRETAP KRETAP

COSTUMER TELLER SATPAM


ADK KRETAP ADK KRESUN SERVISE

TELLER
PRAMUBAKTI

PENJAGA
MALAM

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

a. Pimpinan Cabang Pembantu

Tugas dan tanggung jawab Pimpinan Cabang Pembantu, adalah sebagai

berikut :

1. Memeriksa dan menyetujui transaksi-transaksi berdasarkan prosedur

operasional unit dan dalam batas kewenangan yang berlaku.

2. Menyimpan, mengadministrasikan dan membuat surat-surat yang

berklarisifikasi rahasia dan sangat rahasia.

3. Memeriksa DMH (Daftar Mutasi Harian) kelengkapan voucher dan

dokumen lain pada akhir hari.


4. Memeriksa hasil posting dengan kartu SL dan vouchernya pada unit

manual atau mencocokkan backsheet posting dengan voucher pada

unit komputer.

5. Menyampaikan laporan-laporan rutin maupun insidentil secara

periodik dan sewaktu-waktu ke kantor cabang.

6. Mengambil uang tunai dari berangkas pada awal hari dan pada saat

diperoleh selama jam kerja.

7. Menyimpan kelebihan kas setiap saat dan sisa kas pada akhir hari.

8. Memfiat pembayaran-pembayaran sebatas kewengannya.

9. Mendatangi nasabah untuk mengecek kebenaran alamat dan data

pinjaman yang diajukan oleh calon peminjam.

10. Secara aktif memantau kegiatan nasabah dan memastikan bahwa

semua nasabah sudah diperlakukan dan dilayani dengan baik dalam

waktu yang sesingkat mungkin.

11. Dalam program aplikasi komputer BRI unit, Ka. Unit bertugas

melaksanakan : aplikasi harian, aplikasi bulanan, aplikasi akhir

tahun, aplikasi insidentil.

b. Supervisor

Supervisor tugas dan bertanggung jawab sebagai berikut :

1. Menetapkan kebutuhan pegawai dan membagi tugas sesuai dengan

kesibukan.

2. Menunjuk pegawai untuk tugas-tugas khusus bila diperlukan.


3. Membantu pencapaian sasaran atas rencana kerja dan anggaran yang

telah ditetapkan.

4. Menjamin bahwa semua transaksi dan kewajiban-kewajiban lainnya

dilaksanakan sesuai dengan prosedur.

5. Menjamin bahwa semua transaksi yang difiat adalah sah dan sesuai

dengan kewenangannya.

6. Menjamin bahwa semua transakasi di bidang operasional unit telah

dicatat dengan benar.

7. Menjamin bahwa seluruh pekerjaan telah diselesaikan pada hari

yang sama dengan hari terima aplikasi dari nasabah kecuali ijin

khusus.

c. Account Officier (AO)

Tugas-tugas AO adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan pemeriksaan setempat, menganalisa dan mengusulkan

putusan pinjaman kepada pimpinan cabang.

2. Melakukan pembinaan terhadap nasabah pinjaman maupun simpan.

3. Memperkenalkan dan memasarkan jasa-jasa bank kepada

masyarakat serta mengajak mereka untuk berhubungan dengan BRI.

4. Mengadakan kunjungan kepada calon nasabah pinjaman dan

simpanan potensial.

5. Melaksanakan pengendalian tunggakan dengan mengadakan

pemeriksaan setempat, menagih serta, mengusulkan langkah-langkah

penyelesaian/penanganan pinjaman.
6. Menyampaikan laporan kepada pimpinan cabang atas hasil

kunjungan dan pangalamannya kepada nasabah. Apabila dijumpai

peyimpangan dalam melaksanakan operasional.

7. Memelihara rencana kerja.

8. Mengumpulkan data-data tentang potensi dan perkembangan situasi

wilayah kerjanya untuk digunakan dalam rangka pengembangan

BRI.

9. Senantiasa berusaha meningkatkan keterampilan dan

pengetahuannya.

10. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan Ka. Unit

sepanjang tidak melanggar azas pengawasan intern.

d. Costumer Service

Tugas CS adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan posting pembukuan semua transaksi yang terjadi.

2. Mentata-usahakan register-register simpanan dan pinjaman.

3. Mentata-usahakan register-register yang berkaitan dengan pencatatan

proses pelayanan pinjaman.

4. Mengerjakan register pemberantasan tunggakan.

5. Mengerjakan register surat-surat berharga.

6. Memberikan pelayanan administrasi kepada nasabah atau calon

nasabah pinjaman, simpanan, dan jasa bank lainnya dengan sebaik-

bainya.

7. Mengelola berkas pinjaman dan simpanan.


8. Mengerjakan semua laporan BRI unit, kecuali laporan neraca

laba/rugi.

9. Mengatur kearsipan dari bukti-bukti pembukuan dalam amplop

berdasarkan urutan buku besar dalam tanggal pembukuannya.

10. Mengatur arsip transaksi teller dalam order urutan tanggal

pembukuannya.

11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ka. Unit

sepanjang tidak bertentangan dengan azas pengawasan intern,

Deskman bertanggung jawab kepada pimpinan cabang atas :

b. ketertiban dan kebenaran pembukuan transaksi yang ada,

c. keamanan penyimpanan berkas-berkas pinjaman dan simpanan,

d. ketepatan penyimpanan dan kebenaran isi laporan,

e. kebenaran dan ketertiban-ketertiban pembukuan, perkreditan,

simpanan, dan surat-surat berharga,

f. ketepatan pelayanan administrasi setoran dan pengambilan baik

simpanan maupun pinjaman dan jasa bank lainnya,

g. kelengkapan dan penyimpanan kartu-kartu, register-register,

buku-buku, dan alat-alat yang berkaitan dengan administrasi

pembukuan,

h. memelihara citra BRI umumnya dan BRI unit pada khususnya

dimata masyarakat.

e. Teller

Tugas Teller adalah sebagai berikut :


1. Bersama-sama supervisor menyelenggarakan pengurusan kas BRI

cabang.

2. Menerima uang setoran untuk rekening nasabah dan mencatatnya

pada transaksi teller atau memvalidasi voucher pada unit komputer.

3. Membayar uang kepada yang berhak setelah ada fiat bayar dari yang

berwenang dan dicatat pada transaksi teller atau memvalidasi

voucher pada unit komputer.

4. Memfiat (persetujuan bayar) simpanan dan jas bank lainnya atas

wewenang yang diberikan pimpinan cabang.

5. Menyetorkan kas akhir dari kas induk dengan membuat tanda

setoran.

6. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan supervisor sepanjang

tidak bertentangan dengan azas pengawasan intern,

Teller bertanggung jawab kepada Supervisor atas :

a. pengurusan kas bersama supervisor,

b. kelancaran dan ketetapan pelayanan penerimaan serta

pembayaran uang dari dan kepada yang berhak,

c. keamanan dan kecocokan uang kas yang berada di ruang teller,

d. kebenaran dan ketelitian pembukuan transaksi teller,

e. kelengkapan bukti-bukti kas tunai yang berada dibawah

pengawasannya,

f. kebenaran dan ketepatan dalam menyusun atau membuat

laporan neraca dan laporan laba/rugi.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Rekapitulasi Perhitungan Data CAMEL

Penggunaan rasio CAMEL sebagai alat ukur tingkat kesehatan bank telah

diatur oleh peraturan Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank ini

dilakukan selama 3 tahun sehingga dapat diketahui tingkat kesehatannya masuk

dalam kategori yang mana. Adapun data- data laporan keuangan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba rugi. Untuk melengkapi

perhitungan metode CAMEL maka dilakukan rekapitulasi perhitungan, sebagai

berikut:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Perhitungan Data CAMEL
(Dalam Jutaan Rupiah)
No Uraian 2011 2012 2013
1 Modal
- Ekuitas 29.243.732 29.243.732 30.513.869
2 ATMR
- Kredit yang diberikan 86.864.411 96.717.423 122.517.828
- Jumlah pinjaman yang diberikan & sekuritas 88.732.118 99.598.256 123.234.054
Total ATMR 175.596.529 196.315.679 245.751.882
3 Aktiva Produktif
- Penempatan pada bank lain 80.000 195.100 113.099
- Surat berharga kepada pihak ke3 & BI 61.502.245 62.884.154 46.076.905
- Kredit kepada pihak ke3 86.864.411 96.717.423 122.517.828
- Penyertaan kepada pihak ketiga 2.607.626 198.848 2.966.690
- Tagihan lain kepada pihak ketiga 2.851.248 2.868.274 4.651.833
- komitmen & kontenjensi kepada pihak ke3 - - -
Total aktiva produktif 153.905.530 162.863.799 176.326.355
4 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan 2.200.895 2.310.560 2.160.298
5 Laba Bersih 8.904.837 9.804.738 13.179.144
6 Laba Operasional 6.175.711 6.212.917 7.752.840
7 Laba Sebelum Pajak 6.198.858 6.333.383 7.927.316
8 Total aktiva 303.435.870 319.085.590 338.404.265
9 Biaya Operasional
- Beban bunga 10.446.275 11.142.628 11.021.765
- Beban Penyisihan penghapusan aktiva 1.867.235 2.113.994 2.661.993
- B. Estimasi kerugian komitmen & kontenjensi (61.307) (61.409) (222.189)
- Beban operasional lainnya 7.458.829 8.224.522 8.399.116
Total Biaya Operasional 19.711.032 21.419.735 21.860.685
10 Pendapatan Operasional
- Pendapatan bunga bersih 22.333.111 23.928.549 25.084.623
- Pendapatan operasional lainnya 3.240.468 3.391.088 4.334.463
Total Pendapatan Operasional 25.573.579 27.319.637 29.419.086
11 Tagihan & kredit yang diberikan
- Obligasi rekening pemerintah 89.329.712 64.901.317 87.771.938
- Tagihan lainnya 2.851.248 2.868.274 4.651.833
- Kredit yang diberikan 86.864.411 96.717.423 122.517.828
Total Tagihan & Kredit yang Diberikan 179.045.371 164.487.014 214.941.599
12 Dana Pihak Ketiga
- Giro 50.425.720 52.048.475 51.814.577
- Tabungan 86.239.443 90.063.557 89.610.718
- Deposito berjangka 73.425.445 78.535.764 95.693.235
- Kewajiban segera lainnya 1.003.590 1.049.493 824.961
- Simpanan dari bank lain - 5.410.341 -
- Pinjaman yang diterima 1.004.015 1.624.015 673.386
Total dana Pihak Ketiga 212.098.213 228.731.645 238.616.877
Sumber : Neraca & Laporan Laba Rugi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar
B. Perhitungan Rasio CAMEL dan Nilai Kredit

1. Faktor Permodalan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan bank bagi setiap

perusahaan perbankan adalah faktor permodalan. Alasannya karena tanpa

ditunjang oleh adanya faktor permodalan maka setiap perusahaan tidak

akan mampu beroperasi.

Pentingnya aspek permodalan, maka salah satu rasio yang

digunakan dalam mengukur kecukupan modal adalah rasio CAR (Capital

Adequancy Ratio). Rasio ini merupakan salah satu cara yang digunakan

dalam menghitung kecukupan modal pada perusahaan perbankan.

Sehingga rasio CAR dapat dihitung dengan membagi antara modal yang

dimiliki dengan aktiva terimbang menurut risiko.

Berikut adalah perhitungan CAR yang dimiliki oleh PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar

Tabel 4.2
PT Bank Rakyat Indonesia
Penilaian Aspek Permodalan (Capital) & Besarnya Nilai Kredit CAR
Tahun 2011 s/d 2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
No KETERANGAN TAHUN
2011 2012 2013
1 Jumlah Modal 29.243.732 29.243.732 30.513.869
2 Jumlah ATMR 175.596.529 196.315.679 245.751.882
3 Rasio CAR ( no 1 / no 2 x 100%) 16,65 14,9 12,42
4 Nilai Kredit [( no 3 / 0,1%) + 1] 167,5 150 125,2
Nilai Kredit Maksimal (Maksimal
5 100 100 100
100)
6 Bobot Penilaian 25% 25% 25%
7 Nilai Kredit Faktor CAR ( no 4 x no 6) 41,88 37,5 31,3
8 Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar KCP Slamet Riyadi, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2, yakni hasil perhitungan CAR untuk 3 tahun

terakhir yang menunjukkan bahwa CAR untuk tahun 2012 dan 2013
mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena adanya penenurunan

modal dan peningkatan aktiva terimbang menurut risiko. Dari hasil

perhitungan CAR maka dapat dilakukan perhitungan nilai kredit rasio

CAR dari setiap tahun dan penilaian tingkat kesehatan pada aspek

permodalan .

Diketahui bahwa selama kurun waktu 2011 hingga 2013, PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar mengalami

penurunan pada nilai kredit rasio CAR- nya pada nilai maksimal, yaitu

100. Tetapi masih dapat dikategorikan bank yang sehat karena CAR- nya

masih berada >8% dari kreteria penilaian tingkat kesehatan. Ini berarti

bahwa dalam kurun waktu tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar memiliki kecukupan modal untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

2. Faktor Kualitas Aset

Pada aspek kualitas aktiva ini merupakan penilaian jenis- jenis

aktiva yang dimiliki oleh bank dengan cara membandingkan antara aktiva

produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Aktiva produktif

yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang

lancer, diragukan dan macet. Aktiva produktif yang diklasifikasikan sering

juga disebut aktiva produktif bermasalah.

Setelah diketahui Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD)

dan total aktiva produktif selama tahun 2011 sampai dengan 2013, maka

dapat diketahui rasio KAP yang dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar yaitu dengan cara membagi

aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif yang

dimiliki perusahaan. Berikut adalah perhitungan KAP yang dimiliki oleh

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar

selama tahun 2011 sampai dengan 2013:

Tabel 4.3
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi
Makassar
Penilaian Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets) & Besarnya Nilai
Kredit
Tahun 2011 s/d 2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
TAHUN
No KETERANGAN
2011 2012 2013
Total Aktiva Produktif yang
1
Diklasifikasikan 2.200.895 2.310.560 2.360.298
2 Total Aktiva Produktif 153.905.530 162.863.799 176.326.355
3 Rasio KAP ( no 1 / no 2 x 100%) 1,43% 1,42% 1,34%
4 Nilai Kredit ( 15,5% - No 3 /0,15%) 93,80% 93,87% 94,40%
Nilai Kredit Maksimal (Maksimal
100 100 100
5 100)
6 Bobot Penilaian 30% 30% 30%
7 Nilai Kredit Faktor ( no 4 x no 6) 0,28% 0,28% 0,28%
8 Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar KCP Slamet Riyadi, data diolah

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar selama tahun 2011 sampai

dengan tahun 2013 memiliki nilai rasio KAP yang baik dimana batasan

maksimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia adalah <10,35% untuk

kategori bank dengan kategori sehat. Hal ini berarti bahwa selama periode

tersebut PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP slamet Riyadi

Makassar mampu menetupi aktiva produktif bermasalahnya dari aktiva

produktif yang dimilikinya.


Dan selama periode 2011 sampai dengan 2013, PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar masih dapat

mempertahankan nilai kredit rasio KAP- nya pada kategori sehat, dimana

nilai maksimal yang dapat diperoleh suatu bank untuk tetap dikategorikan

bank yang sehat adalah 94,40. Ini berarti bahwa dalam kurun waktu

tersebut, PT BRI KCP Slamet Riyadi Makassar memiliki aktiva yang

cukup untuk dapat meminimalkan risiko bila terjadi masalah pada aktiva

produktif yang diklasifikasikan yang dimiliki oleh perusahaan.

3. Faktor Manajemen

Kualitas manajemen dapat dinilai dari kulaitas manusianya dalam

bekerja. Untuk menilai kesehatan bank dalam aspek manajemen, biasanya

dilakukan memalalui kuesioner yang ditunjukkan bagi pihak manajemen

bank, akan tetapi pengisian tersebut sulit dilakukan karena akan terkait

dengan unsur kerahasian bank. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini aspek

manajemen diproksikan dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Rasio ini

dapat diketahui dengan cara membagi laba bersih dengan laba operasional

yang dimiliki.

Untuk dapat menentukan nilai CAMEL yang diperoleh PT BRI

(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar untuk rasio NPM, terlebih

dahulu harus diketahui nilai kredit yang dihasilkan dari rasio NPM ini.

Dari nilai kredit yang diperoleh dapat dilihat kondisi suatu bvank secara

umum bila telah digabungkan dengan komponen yang lainnya dalam rasio

CAMEL. Karena aspek manajemen diproksikan dengan profit margin


dengna pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen

mengelolah sumber- sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara

efesien, sehingga nilai rasio yang diperoleh langsung menjadi nilai kredit

dari rasio NPM ini. Berikut adalah perhitungan NPM yang dimiliki oleh

PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar dan besarnya nilai

kredit rasio NMP selama periode tahun 2011 sampai dengan 2013:

Tabel 4.4
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi
Makassar
Penilaian Aspek Manajemen & Besarnya Nilai Kredit
Tahun 2011 s/d 2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
TAHUN
No KETERANGAN
2011 2012 2013
1 Laba Bersih 8.904.837 9.804.738 13.179.144
2 Laba Operasional 6.175.711 6.212.917 7.752.840
3 Rasio NPM ( no.1 / No.2 x 100%) 144,19 157,81 167
4 Nilai Kredit (sama dengan nilai rasio) 144,19 157,81 167
Nilai Kredit Maksimal (Maksimal
100 100 100
5 100)
6 Bobot Penilaian 25% 25% 25%
7 Nilai Kredit Akhir 25 25 25
8 Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar, data diolah

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa selama tahun 2011 sampai

dengan tahun 2013, nilai kredit dari rasio NPM terus mengalami

peningkatan yang berbanding lurus dengan nilai rasio NPM- nya. Nilai

kredit rasio NPM ini mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat dicapai

oleh usaha operasional bank, yang terkait dengan hasil akhir dari berbagai

kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh bank dalam

periode berjalan. Meningkatnya nilai kredit rasio yang diraih selama kurun

waktu 3 (Tiga) tahun terakhir menunjukkkan meningkatnya efesiensi


pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh profit yang

besar.

4. Faktor Rentabilitas

Faktor rentabilitas menggambarkan kemampuan bank dalam

memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang

tersedia. Selain itu, rentabilitas juga mengukur tingkat efesiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank. Penilaian aspek rentabilitas

didasarkan pada dua rasio yaitu laba sebelum pajak terhadap rata- rata

volume usaha (ROA) dan rasio biaya operasional terhadap pandpatan

operasional (BOPO).

Rasio ROA menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh

perusahaan bila diukur dari nilai aktivanya, rasio ROA diperoleh dengan

cara membagi laba sebelum pajak dengan total asset yang dimiliki.

Sedangkan BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, rasio BOPO

diperoleh dengan cara membagi biaya operasional dengan pendapatan

operasional.

Untuk menentukan nilai CAMEL yang diperoleh dari rasio ROA

dan BOPO pada PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar,

terlebih dahulu harus diketahui nilai kredit yang dihasilkan dari rasio ROA

dan BOPO ini. Dari nilai kredit ini kemudian dapat diketahui kondisi suatu

bank secara umum bila telah digabungkan dengan komponen yang lainnya

dalam rasio CAMEL. Bobot nilai kredit untuk rasio ROA ini diperoleh
dari nilai rasio ROA yang dibagi dengan bobot CAMEL untuk rasio ROA

berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia, yaitu sebesar 0,015%.

Sedangkan bobot nilai kredit untuk rasio BOPO ini diperoleh dari

pengurangan nilai kredit maksimal dari rasio BOPO berdasarkan ketentuan

Bank Indonesia dengan nilai rasio BOPO yang diperoleh kemudian

dibagikan dengan 0,08%.

Berikut adalah perhitungan ROA dan BOPO yang dimiliki oleh PT

BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar dan besarnya nilai kredit

rasio ROA dan BOPO selama periode tahun 2011 sampai dengan 2013:

Tabel 4.5
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi
Makassar
Penilaian Aspek Rentabilitas (Earning) & Besarnya Nilai Kredit
Tahun 2011 s/d 2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
TAHUN
No KETERANGAN
2011 2012 2013
A ROA
Laba Sebelum Pajak 6.198.858 6.333.383 7.927.316
Total Aset 303.435.870 319.085.590 338.404.265
Rasio ROA (no.1 / no.2 x 100%) 2,04 1,98 2,34
Nilai Kredit ( no 3/0,015%) 136 132 156
Nilai Kredit Maksimal (Maksimal 100) 100 100 100
Bobot Penilaian 5% 5% 5%
Nilai Kredit Faktor ( no 4 x no 6) 6,80% 6,60% 7,80%
Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT

B BOPO
Biaya Operasional 19.711.032 21.419.735 21.860.685
Pendapatan Operasional 25.573.579 27.319.637 29.419.086
Rasio BOPO ( 1:2 x 100%) 77,08 78,4 74,31
Nilai Kredit (100% - Rasio BOPO :
286,5 270 321,13
0,08%)
Nilai Kredit Maksimal (Maksimal 100) 100 100 100
Bobot Penilaian 5% 5% 5%
Nilai Kredit Faktor ( no 4 x no 6) 14,33% 13,50% 16,06%
Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar, data diolah

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa selama kurun waktu 2011 sampai

dengan 2013, PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar dapat

mempertahankan nilai kredit rasio ROA dan BOPO- nya pada nilai
maksimal, yaitu 100, untuk tetap dikategorikan bank yang sehat. Ini berarti

bahwa dalam kurun waktu tersebut, manajemen PT BRI (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar memiliki kemampuan yang baik dalam

memperoleh keuntungan dan mengendalikan biaya operasional yang harus

dikeluarkan terhadap pendapatan operasionalnya yang diperoleh.

5. Faktor Likuiditas

Analisis terhadap komponen likuiditas merupakan analisis yang

dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Berdasarkan ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia,

komponen likuiditas bank diukur berdasarkan Loan To Deposit Ratio

(LDR). Rasio LDR diperoleh dengan cara membagi tagihan dan kredit

yang diberikan dengan dana dana dari pihak ketiga.

Untuk dapat menentukan nilai CAMEL yang diperoleh PT BRI

(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar untuk rasio LDR, terlebih

dahulu harus diketahui nilai kredit yang diperoleh dapat dilihat kondisi

suatu bank secara umum bila telah digabungkan dengan komponen yang

lainnya dalam rasio CAMEL. Bobot nilai kredit untuk rasio LDR ini

diperoleh dari pengurangan nilai kredit maksimal dari rasio LDR

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dengan nilai rasio LDR yang

diperoleh. Bobot nilai kredit rasio LDR untuk dapat dikategorikan sebagai

bakn yang sehat berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebesar 100.


Berikut adalah perhitungan rasio LDR yang dimiliki oleh PT BRI

(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar selama tahun 2011 sampai

dengan 2013:

Tabel 4.6
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi
Makassar
Penilaian Aspek Likuiditas (Liquidity) & Besarnya Nilai Kredit
Tahun 2011 s/d 2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
TAHUN
No KETERANGAN
2011 2012 2013
1 Jumlah kredit yang diberikan 179.045.371 164.487.014 214.941.599
2 Jumlah dana pihak ketiga 212.098.213 228.731.645 238.616.877
3 Rasio LDR ( no.1 / No.2 x 100%) 84,42 71,91 90,08
Nilai Kredit (115%- Rasio LDR : 1% x
122,32 172,36 99,68
4 4)
5 Nilai Kredit Maksimal (Maksimal 100) 100 100 100
6 Bobot Penilaian 10% 10% 10%
7 Nilai Kredit Faktor (no 4 x no 6) 12,23% 17,23% 9,97%
8 Kriteria SEHAT SEHAT SEHAT
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar, data diolah

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 2011

sampai dengan 2013, PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar

masih dapat mempertahankan nilai kredit rasio LDR- nya pada nilai

maksimal 100, untuk tetap dikategorikan bank yang sehat. Ini berarti

bahwa dalam kurun waktu tersebut, PT BRI (Persero) Tbk, KCP Slamet

Riyadi Makassar mampu untuk memberikan jaminan atas setiap simpanan

yang diberikan nasabahnya dan memiliki kemampuan dalam membayar

semua utang- utangnya pada saat ditagih, serta memenuhi semua

permohonan kredit yang layak untuk disetujui.


C. Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Setelah dilakukan perhitungan rasio kinerja keuangan pada PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar maka selanjutnya

akan dilakukan penilaian kesehatan keuangan dengan menggunakan rumus

CAMEL. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menilai apakah kinerja keuangan PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar dapat

dikategorikan sehat. Menurut ketentuan Bank Indonesia, bahwa kategori sehat

dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yang dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.7
TINGKAT KESEHATAN BANK MENURUT CAMEL
Nilai Kredit CAMEL Predikat
81% - 100% Sehat
66% - < 81% Cukup Sehat
51% - < 66% Kurang Sehat
0% - < 51% Tidak Sehat
Sumber : SK DIR BI Nomor: 30/21/KEP/DIR tanggal 31
Mei 2004 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.

Sehubungan dengan uraian tersebut, maka akan dilakukan perhitungan

bobot dengan menggunakan metode CAMEL untuk tahun 2011 s/d tahun 2013

yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini:


Tabel 4.8
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar
Hasil Evaluasi Kinerja Perbankan dengan Metode CAMEL
Tahun 2011 s/d 2013

Nilai Rasio Bobot Nilai


Tahun faktor penilaian Indikator Kinerja Nilai Kredit
(%) (%) CAMEL
2011 Permodalan CAR 16,65 100 25 25,00
Kualitas Aktiva Produktif KAP 1,43 93,8 30 28,14
Manajemen NPM 144,19 100 25 25,00
Rentabilitas ROA 2,04 100 5 5,00
BOPO 77,08 100 5 5,00
Likuiditas LDR 84,42 100 10 10,00
Jumlah Nilai CAMEL 98,14
2012 Permodalan CAR 14,9 100 25 25,00
Kualitas Aktiva Produktif KAP 1,42 93,87 30 28,16
Manajemen NPM 157,81 100 25 25,00
Rentabilitas ROA 1,98 100 5 5,00
BOPO 78,4 100 5 5,00
Likuiditas LDR 71,91 100 10 10,00
Jumlah Nilai CAMEL 98,16
2013 Permodalan CAR 12,42 100 25 25,00
Kualitas Aktiva Produktif KAP 1,23 94,4 30 28,32
Manajemen NPM 167 100 25 25,00
Rentabilitas ROA 2,34 100 5 5,00
BOPO 74,31 100 5 5,00
Likuiditas LDR 90,08 99,68 10 9,97
Jumlah Nilai CAMEL 98,29
Sumber : Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6

Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat kita tentukan tingkat kesehatan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar selama

tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang disajikan dalam bentuk tabel berikut

ini:
Tabel 4.9
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar
Tingkat Kesehatan Bank
Tahun 2011 s/d 2013
Nilai Tingkat
Tahun CAMEL Kesehatan Bank
2011 98,14 SEHAT
2012 98,16 SEHAT
2013 98,29 SEHAT
Sumber : Tabel 4.8
Dari tabel 13 nampak bahwa hasil perhitungan kesehatan keuangan nutuk

3 tahun terakhir (tahun 2011 s/d 2013) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar berada pada predikat sehat.

Pada tahun 2011, tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk,KCP Slamet Riyadi Makassar berada pada predikat sehat, yaitu bernilai

98,14%. Pada tahun 2012, tingkat kesehatan bank cenderung stabil dan hanya

sedikit mengalami peningkatan yaitu bernilai 98,16%. Dan pada tahun 2013,

tingkat kesehatan bank mengalami peningkatan, yaitu bernilai 98,29%.

Pada rasio CAR terjadi penurunan dari sebesar 16,65% ditahun 2011

menjadi 12,42% pada tahun 2013 disebabkan karena pertumbuhan yang begitu

pesat pada kredit yang diberikan.

Pada rasio KAP juga mengalami penurunan dari 1,43% menjadi 1,34%

ditahun 2013 disebabkan oleh meningkatnya aktiva produktif yang dimiliki

perusahaan. Ini bagus karena semakin kecil nilai rasio KAP maka semakin besar

kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan.


Berbeda pada rasio CAR dan KAP yang mengalami penurunan, pada rasio

NPM mengalami peningkatan ditahun 2011 nilai rasionya 144,19% menjadi 167%

ditahun 2013. Dikarenakan laba bersih perusahaan terus mengalami peningkatan.

Pada rasio ROA sempat mengalami penurunan ditahun 2012 yaitu sebesar

1,98% kemudian ditahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 2,34%.

Dikarenakan laba sebelum pajak meningkat, ini bagus karena semakin besar ROA

suatu bank maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan asset.

Sedangkan pada rasio BOPO pada tahun 2011 nilai rasionya sebesar 77,08%

,kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan nilai rasionya sebesar

78,40% dan pada tahun 2013 mengalami penurunan dengan nilai rasionya sebesar

74,31% hal ini disebakan karena biaya operasional dan laba operasional yang juga

mengalami kenaikan.

Pada rasio LDR sempat mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu

sebesar 71,91% kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebesar

90,08%, ini dikarenakan jumlah kredit yang diberikan meningkat tidak diimbangi

dengan dana yang diterima juga meningkat.

Secara keseluruhan, penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan

metode CAMEL menunjukkan selama tahun 2011 sampai dengan 2013 pada PT

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar berpredikat

sehat. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode tersebut bank memiliki

kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya bila

dilihat berdasarkan perhitungna Rasio CAMEL tersebut.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan metode analisis CAMEL, PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar selama 3 tahun periode 2011- 2013,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penilaian tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar tahun 2011 termasuk dalam kategori sehat

dengan total nilai kredit sebesar 98,14%.

2. Penilaian tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar tahun 2012 termasuk dalam kategori sehat

dengan total nilai kredit sebesar 98,16%.

3. Penilaian tingkat kesehatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar tahun 2013 termasuk dalam kategori sehat

dengan total nilai kredit sebesar 98,29%.

Jadi, selama kurun waktu 3 tahun (2011- 2013) tingkat kesehatan PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, KCP Slamet Riyadi Makassar berada dalam

predikat sehat.

B. Saran

Setelah menarik kesimpulan dari hasil perhitungan dan pembahasan, maka

beberapa saran- saran yaitu sebagai begitu:

1. Disarankan kepada manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar melakukan kinerja keuangan dengan


menggunakan CAMEL secara periodic, hal ini dimaksudkan untuk dapat

meningkatkan kinerja keuangan di masa yang akan datang.

2. Disarankan kepada manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,

KCP Slamet Riyadi Makassar untuk melakukan pengawasan yang lebih

ketat khususnya dalam hal pemberian kredit, hal ini dimaksudkan untuk

dapat mengurangi tingkat kredit macet dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Sugiono F.X, 2004, “Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia
Sebuah Pengantar (Kelembagaan Bank Indonesia)”,Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan, Edisi 1, Jakarta.

Ascarya, Sugiono F.X, 2003, “Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia
Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi”, Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan, Edisi 1, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2000, “ Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Fahmi, Irham, 2013, “Analisis Laporan Keuangan”, Alfabeta, Bandung.

Harmono, 2009, “Manajemen Keuangan”, PT. Bumi Askara, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, “Standar Akuntansi Keuangan”. Salemba Empat,


PJakarta.

Kasmir, 2012, “Analisis Laporan Keuangan”, Rajawali Persada, Jakarta.

Kasmir, 2013, “Dasar- dasar Perbankan”, Rajawali Persada, Edisi Revisi,

Jakarta.

Kasmir, 2012, “Manajemen Perbankan”, Rajawali Persada, Edisi Revisi, Jakarta.

Rizky, Melissa, 2012, ”Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode


CAMEL, Tahun 2008- 2010”,Tugas Akhir, UNHAS, Makassar.

Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso, 2006, “Bank dan Lembaga Keuangan
Lain”, Salemba Empat, Edisi 2, Jakarta.

, 2009, “Booklet Perbankan Indonesia 2009”,Bank Indonesia, Jakarta.

,http://fanyfebriany.wordpress.com/kertas/pbi-tentang-kesehatan-bank
umum/.Diakses pada tanggal 4 Maret 2014.

,http://fara-rizaini.blogspot.com/2012/03/perkembangan-perbankan.
html?m=1.Diakses pada tanggal 26 Februari2014.
,http://mkurdilatif.wordpress.com/2013/10/02/arsitektur-perbankan-
indonesia/.Diakses pada tanggal 26 Februari2014.

,http://m.kompasiana.com/post/read/479727/2/ythdirektur-utama-
bankrakyat-indonesia.Diakses pada tanggal 26 Februaru 2014

Undang- Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah


dengan Undang- Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.

Undang- Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1999 tentang Bank


Indonesia sebagaiman telah diubah dengan Undang- Undang Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2004.
LAMPIRAN
NERACA
PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK,MAKASSAR
TANGGAL 31 DESEMBER 2013, 2012, 2011

(Dalam Jutaan Rupiah)


No POS- POS 31 Desember 2013 31 Desember 2012 31 Desember 2011
AKTIVA
1 Kas 8.063.502 5.909.369 5.707.807
2 Penempatan Bank Lain
a. Giro Bank Indonesia 12.526.144 28.161.059 27.449.153
b. Sertifikat Bank Indonesia 19.914.619 23.524.028 22.854.028
c. Lainnya 13.636.142 11.199.067 11.199.064
3 Giro Pada Bank Lain
a. Rupiah 969 36.067 29.999
b. Valuta Asing 6.898.446 1.365.915 1.326.308
4 Penempatan Pada Bank Lain
a. Rupiah 113.099 195.100 80.000
PPA- Penempatan Pada Bank Lain (1.256) (4.880) (1.608)
b. Valuta Asing 15.803.887 5.498.357 4.984.627
PPA- Penempatan Pada Bank Lain (469.698) (68.707) 68.678
5 Surat Berharga yang Dimiliki
a. Rupiah
i. Diperdagangkan - 290.761 174.631
ii. Tersedia untuk dijual - 510.654 390.333
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo 716.226 2.070.418 1.302.743
PPA- Surat berharga yang dimiliki (11.456) (1.037.240) (1.029.229)
b. Valuta Asing
i. Diperdagangkan - 37.347 -
ii. Tersedia untuk dijual 80.328 268.566 103.540
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo 573.964 1.720.276 1.479.035
PPA- Surat berharga yang dimiliki (19.804) (77.257) (77.233)
6 Surat berharga yang dijula - - -
7 Obligasi pemerintah
a. Diperdagangkan 43.749 972.392 835.787
b. Tersedia untuk dijual 26.034.083 2.729.443 27.294.443
c. Dimiliki hingga jatuh tempo 61.694.106 61.199.482 61.199.482
8 tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji jual kembali (reserve repo)
a. Rupiah 128.465 3.324.453 2.178.830
PPA- surat berharga yang dibeli dengan janji jual kembali (reserve repo) (932.531) (33.600) (33.600)
b. Valuta Asing - - -
PPA- surat berharga yang dibeli dengan janji jual kembali (reserve repo) - - -
9 Tagihan derivatif 333.543 340.451 340.451
PPA- Tagihan derivatif (6.313) (3.800) (3.800)
10 Kredit yang diberikan
a. Rupiah
i. Pihak terkait dengan Bank 215.826 235.021 233.395
ii. Pihak lain 122.302.002 96.482.402 86.631.016
PPA- Kredit yang diberikan (6.176.075) (6.918.485) (6.592.849)
b. Valuta Asing
i. Pihak terkait dengan Bank 632.069 548.057 417.684
ii. Pihak lain 36.127.254 41.264.600 39.544.350
PPA- Kredit yang diberikan (5.095.580) (6.123.211) (6.102.051)
11 Tagihan Akseptasi 3.842.367 5.023.235 5.023.235
PPA- Tagihan akseptasi (264.008) (69.754) (69.754)
12 Tagihan lainnya- Transaksi Perdagangan 4.651.833 2.868.274 2.851.248
PPA- Tagihan lainnya- Transaksi perdagangan (1.158.049) (839.732) (839.732)
13 Penyertaan 2.966.690 198.848 2.607.626
PPA- Penyertaan (1.656) (73.943) (73.943)
14 Pendapatan yang masih akan diterima 2.011.847 1.672.638 1.620.748
15 Biaya dibayar dimuka 274.955 294.218 230.169
16 Uang muka pajak 3.543 7.043 4.358
17 aktiva pajak tangguhan 6.081.870 4.096.447 4.080.468
18 Aktiva Tetap 8.539.231 8.502.644 8.012.809
akumulasi penyusutan aktiva tetap (4.124.683) 3.971.067 3.651.045
19 Properti terbengkalai 253.370 304.845 304.845
PPA- Properti terbengkalai 18.005 (46.110) (46.110)
20 Aktiva sewa guna 3.267 - -
Akumulasi penyusustan aktiva sewa guna 653 - -
21 Agunan yang diambil alih 158.922 186.953 158.922
PPA- Agunan yang diambil alih (23.838) (23.838) (23.838)
22 Aktiva Lain- lain 1.453.625 2.764.784 1.398.203
Jumlah 338.751.581 319.085.590 303.435.870
Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar
No POS- POS 31 Desember 2013 31 Desember 2012 31 Desember 2011
PASSIVA
1 Giro
a. Rupiah 51.814.577 52.048.475 50.425.720
b. Valuta asing 15.093.172 10.257.733 9.779.043
2 Kewajiban segera lainnya 824.961 1.049.493 1.003.590
3 Tabungan 89.610.718 90.063.557 86.239.443
4 Simpanan berjangka
a. Rupiah
i. Pihak terkait dengan Bank 349.663 168.342 229.030
ii. Pihak lain 95.343.572 78.367.422 73.196.415
b. Valuta asing
i. Pihak terkait dengan Bank 31.639 12.967 29.048
ii. Pihak lain 21.322.480 16.436.527 15.903.694
5 Sertifikat deposito
a. Rupiah - - -
b. Valuta asing - - -
6 Simpanan dari bank lain 5.410.341 4.118.104
7 Kewajiban pembelian kembali surat berharga yang dijual dengan syarat repo 5.776.330 2.914.343 2.507.123
8 Kewajiban Derivative 885.478 34.348 33.279
9 Kewajiban akseptasi 150.644 5.123.235 5.023.235
10 Surat berharga yang diterbitkan 3.842.367
a. Rupiah 1.332.671 957.671
b. Valuta asing 779.203 1.717.893 2.811.989
11 Pinjaman yang diterima -
a. Fasilitas pendanaan jangka pendek Bank Indonesia
b. Lainnya
i. Rupiah
- Pihak terkait dengan Bank 240.000 280.000 280.000
- Pihak lain 433.386 1.344.015 724.015
ii. Valuta asing
- Pihak terkait dengan Bank - - -
- Pihak lain 7.965.197 7.721.046 7.721.046
12 Estifasi kerugian komitmen & kontinjensi 313.889 469.508 467.979
13 kewajiban sewa guna usaha 2.248 - -
14 Beban yang masih harus dibayar 6.417.450 540.608 460.206
15 Tafsiran pajak penghasilan 2.865.154 1.083.682 1.022.689
16 Kewajiban pajak tangguhan - - -
17 Kewajiban lain- lain 6.767.318 9.624.031 8.355.544
18 Pinjaman subordinasi
a. Pihak terkait dengan bank - - -
b. Pihak lain 2.836.650 2.935.275 2.903.275
19 Modal pinjaman
a. Pihak terkait dengan bank - - -
b. Pihak lain - - -
20 Hak monoritas - 6.346 -
21 Ekuitas
a. Modal disetor 10.452.824 10.374.776 10.374.776
b. Agio saham/ tambahan modal disetor 6.809.056 6.570.959 6.570.959
c. Opel bahan 54.465 107.320 107.320
d. Dana setoran modal - 127.593 127.593
e. Selisih penjabaran laporan keuangan 239.625 113.447 113.447
f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap - 3.046.936 3.046.936
Keuntungan/ kerugian bersih yang belum direalisasi atau surat- surat berharga dan
g.
obligasi Pemerintah yang tersedia untuk dijual dikurangi pajak tangguhan (170.310) (3.568) (3.568)
h. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan (50.935) 1.432 1.432
i. Saldo laba 13.179.144 8.904.837 8.904.837

Jumlah 338.404.265 319.085.590 303.435.870


Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar
LAPORAN LABA RUGI
PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, MAKASSAR
TANGGAL 31 DESEMBER 2013, 2012, 2011

(Dalam Jutaan Rupiah)


No POS- POS 31 Desember 2013 31 Desember 2012 31 Desember 2011
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
1 Pendapatan Bunga
1.1 Hasil bunga
a. Rupiah 21.620.046 19.868.734 18.486.167
b. Valuta asing 2.670.198 3.364.015 3.192.654
1.2 Provisi dan komisi
a. Rupiah 686.889 547.999 547.999
b. Valuta asing 107.490 147.801 106.291
JUMLAH PENDAPATAN BUNGA 25.084.623 23.928.549 22.333.111
2. Beban Bunga
2.1 Beban Bunga
a. Rupiah 9.619.140 9.617.389 9.026.275
b. Valuta asing 1.402.625 1.496.482 1.419.851
2.2 Provisi dan komisi - 28.757 -
JUMLAH BEBAN BUNGA 11.021.765 11.142.628 10.446.126
PENDAPATAN BUNGAN BERSIH 14.062.858 12.785.921 11.886.985
3 Pendapatan Operasional Lainnya
3.1 Pendapatan provisi, komisi dan fee 2.946.122 2.447.276 2.093.160
3.2 Pendapatan transaksi, valuta asing 766.995 313.845 300.913
3.3 a. Laba jual beli surat berharga dan obligasi pemerintah - 228.498 157.474
b. Pendapatan kenaikan nilai surat berharga dan obligasi pemerintah 3.602 - -
3.4 Pendapatan lainnya 617.744 401.269 688.921
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA 4.334.463 3.391.088 3.240.468
4 Beban/(pendapatan) penyisihan penghapusan aktiva 2.661.993 2.113.994 1.867.235
5 Beban/(pendapatan) penyisihan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi (222.189) (61.409) (61.307)
6 Beban/ (pendapatan) pendapatan pemulihan lainnya (194.439) 313.015 (328)
7 Beban operasional lainnya
7.1 Beban administrasi dan umum 2.905.822 3.001.948 2.690.303
7.2 Beban personalia 4.905.822 4.028.959 3.658.450
7.3 a. Rugi jual beli surat berharga dan obligasi pemerintah 55.217 - -
b. Beban penurunan nilai surat berharga dan obligasi pemerintah - 14.061 12.848
7.4 Beban transaksi valuta asing - - -
7.5 Beban promosi 461.888 419.835 383.202
7.6 Beban lainnya 880.116 759.719 714.026
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL LAINNYA 8.399.116 8.224.522 745.829
LABA OPERASIONAL 7.752.840 6.212.917 6.175.711
PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL
8 Pendapatan non- operasional 180.367 128.679 27.969
9 Beban non operasional 5.891 8.213 4.822
PENDAPATAN/ (BEBAN) NON OPERASIONAL BERSIH 174.476 120.466 23.147
10 Pendapatan/(beban) luar biasa - - -
11 LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 7.927.316 6.333.383 6.198.858
12 Taksiran pajak penghasilan
- Periode berjalan 4.551.185 2.686.154 2.552.750
- Ditangguhkan (1.936.690) (700.262) (700.116)
13 LABA PERIODE BERJALAN 5.312.821 4.347.491 4.346.224
14 Hak minoritas - (1.267) -
15 Saldo laba(rugi) awal tahun 11.951.773 6.113.090 6.113.090
16 a. dividen (3.911.601) (1.452.843) (1.452.843)
b. lainnya (173.849) (101.634) (101.634)
17 SALDO LABA/(RUGI) AKHIR PERIODE 13.179.144 9.804.738 8.904.837
18 LABA BERSIH PER SAHAM (dlam rupiah penuh)
- Dasar - 210 -
- Dilusian - 208 -

Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Makassar

Anda mungkin juga menyukai