Anda di halaman 1dari 108

MAKALAH

MANAJEMEN UNIT DAN MANAJEMEN ASUHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keperawatan

ELIS RUAMIAWATI

C1AB19003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan Karunia-Nya yang dilimpahkan sehingga penyusun dapat

menyelesaikan tugas proposal ini tepat pada waktunya.

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat Akademik dalam menempuh

perkuliahan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKESMI Kota

Sukabumi. Untuk memenuhi syarat tersebut, maka penulis menyusun makalah ini

dengan judul “Manajemen Unit dan Manajemen Asuhan ”.

Penyusunan makalah ini penulis mandapatkan banyak kendala tetapi semua

dapat diatasi berkat kemauan yang keras dan tekad yang kuat dan juga bantuan

dari berbagai pihak, sehingga terselesaikannya makalah ini.

Selama proses penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan

bimbingan serta dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan makalah

ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritiknya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

bagi penulis dan pembaca.

2
Sukabumi, April 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................7
A. Latar Belakang.......................................................................................................7
B. Tujuan..................................................................................................................10
C. Metode Penulisan.................................................................................................11
D. Sistematika Penulisan...........................................................................................11
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................12
A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Keperawatan......................................12
1. Pengertian Manajemen.....................................................................................12
2. Fungsi-fungsi Manajemen Keperawatan..........................................................13
3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan.........................................................14
4. Proses Manajemen Keperawatan......................................................................15
5. Lingkup Manajemen Keperawatan...................................................................16
B. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).......................17
1. Tujuan MPKP...................................................................................................18
2. Macam – Macam Metode MPKP.....................................................................18
C. Metode Primer....................................................................................................33
1. Pengertian Metode Primer................................................................................33
2. Kelebihan.........................................................................................................33
3. Kekurangan......................................................................................................34
4. Diagram............................................................................................................35
5. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus...........................36
D. Manajemen Ruang Keperawatan Penyakit dalam..........................................40
1. Perspektif Keperawatan Penyakit dalam..........................................................40
2. Keperawatan AnakDalam Konteks Keluarga...................................................49
E. Manajemen Ruang Perawatan Penyakit dalams dengan Pendekatan Metode
MPKP..........................................................................................................................56
1. Fungsi Perencanaan.......................................................................................56
2. Fungsi Pengorganisasian..................................................................................65

4
3. Fungsi Pengarahan...........................................................................................72
4. Fungsi Pengendalian dan Pengawasan.............................................................77
BAB III MANAJEMEN RUANGAN...........................................................................84
A. Gambaran Rsud. R. Syamsudin, Sh Kota Sukabumi......................................84
B. Tinjauan Ruangan HMM LT 3.........................................................................89
C. Hasil Kajian Situasional di Ruang HMM LT 3 RSUD. R. Syamsudin, SH...90
2. Man (Manusia).................................................................................................90
3. METHODE......................................................................................................93
4. Material..........................................................................................................101
5. Money............................................................................................................105
6. Market............................................................................................................106
D. Analisa SWOT...........................................................................................................110

E. ISU AKTUAL..............................................................................................................114

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................133

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan nasional ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan kualitas hidup bagi setiap individu,

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi semua. Untuk

mewujudkan hal tersebut telah dijabarkan kebijakan–kebijakan nasional

tentang upaya-upaya kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

tindakan preventif dan promotif tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan

rehabilitatif. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan suatu sistem

kesehatan nasional yang terpadu yang dapat mendorong partisipasinya

masyarakat, untuk meningkatkan kualitas hidup dalam pembangunan

nasional.

Dalam rangka mendukung kebijakan-kebijakan nasional dan

mempermudah pencapaian derajat kesehatan yang optimal diperlukan suatu

indikator kesehatan untuk mengukur keberhasilan program-program

kesehatan yang telah dilaksanakan untuk itu SK Menkes RI No.1457 Tahun

2003 telah ditetapkan SPM yang menjadi indikator atau tolak ukur dalam

melaksanakan program-program kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh

seluruh instansi-instansi kesehatan khususnya Rumah Sakit yang merupakan

salah satu instansi kesehatan yang utama dalam pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat.

6
Dalam memasuki pembangunan jangka panjang tahap kedua dalam

bidang kesehatan telah menggarahkan pembangunan khusus dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, upaya meningkatkan mutu

pelayanan yang meliputi dua kegiatan utama yaitu; pembangunan sarana

kesehatan baru dan dapat menggunakan kemampuan sarana yang ada di

bidang perumahsakitan karena keterbatasan dan tersedianya dana

pembangunan maka kegiatan kedualah yang lebih di tingkatkan.

Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

serta semakin baiknya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat,

nampak meningkatkan mutu dari suatu pelayanan kesehatan makin

bertambah penting, karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat

diselenggarakan, selain dapat memperkecil kemungkinan timbulnya berbagai

efek samping karena penggunaan kemajuan ilmu dan teknologi, juga akan

dapat memenuhi kebutuhan.

Guna mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai

visi dan misi, rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manajemen

merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan di organisasi. Di dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan

manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan.

Mengingat bahwa peran keperawatan yang sangat signifikan dalam

menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit maka perawat harus

mampu memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas. Untuk

mencapai harapan tersebut maka diperlukan suatu pengelolaan keperawatan

7
yang efektif dan efisien melalui suatu proses manajerial yang disebut

manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan

oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional. Dalam hal ini, seorang manajer keperawatan dituntut untuk

melakukan suatu proses manajerial yang meliputi lima fungsi utama yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, pengarahan, dan pengontrolan

agar dapat memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin

bagi klien dan keluarganya.

Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui beberapa

tahapan, yaitu pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategi dan

operasional), implementasi, dan evaluasi. Proses manajemen ini digunakan

untuk mencapai tujuan organisasi keperawatan, yaitu memberikan pelayanan

keperawatan dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan

oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional. Dalam hal ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk

melakukan suatu proses yang meliputi empat fungsi utama yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian agar dapat

memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi pasien

dan keluarganya. Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui

tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategi dan

operasional), implementasi, dan evaluasi.

8
Saat ini dunia keperawatan di Indonesia sedang mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Bidang kesehatan telah menjadi industri

dengan pertumbuhan yang luar biasa dan dengan sendirinya kebutuhan akan

tenaga perawat yang profesional dan kompeten di bidangnya meningkat pula.

Di satu sisi, perkembangan ini merupakan suatu kesempatan bagi tenaga

keperawatan di Indonesia untuk meningkatkan eksistensinya dalam dunia

kesehatan, sehingga dapat bersanding secara sejajar dengan profesi lainnya.

Namun, di sisi lain perkembangan ini juga merupakan tantangan bagi insan

keperawatan Indonesia untuk membuktikan kemampuannya (Yulastri, 2013)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek manajemen, mahasiswa mampu

mengelola pelayanan keperawatan professional tingkat dasar secara

bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang

profesional.

2. Tujuan Khusus

Setalah melakukan praktek manajemen keparawatan, mahasiswa

mampu :

a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan

dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada tingkat unit atau

ruang rawat disuatu tatanan pelayanan kesehatan.

9
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam

kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional

tingkat dasar.

c. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai dasar

untuk menyusun rencana strategi dan operasional.

d. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan

keperawatan.

e. Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) di bawah

supervisi penanggung jawab.

f. Memberikan pengarahan organisasional kepada kelompok kerja.

g. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program.

C. Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini menggunakan metode pendekatan : observasi

aktif dan wawancara dengan kepala ruangan, staf dan pasien/keluarga pasien

di ruang perawatan ujung genteng RSUD Jampang Kulon dan studi

dokumentasi serta studi literatur.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, metode penulisan,

dan Sistematika Penulisan.

10
BAB II Konsep Dasar Manajmemen Ruangan, terdiri dari Tinjauan Umum

Tentang Manajemen Keperawatan, Tinjauan Umum Tentang Manajemen

Ruang Keperawatan , Tinjauan Umum Tentang Ruang Perawatan dengan

Pendekatan MPKP.

BAB III Manajemen Ruangan, terdiri dari Gambaran Umum Rumah Sakit,

Tinjauan Ruangan, Identifikasi Masalah, Analisa SWOT, Prioritas Masalah,

dan Alternatif Pemecahan Masalah.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Keperawatan

1. Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Nusalam, 2012).

Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan suatu kegiatan (James A. O’Brien). Manajemen

adalah pelaksanaan bersama oranglain (Harold Konte dan Cyril

O’Donnel, 2012).

11
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan

proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen

tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling

(POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi.

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan

masyarakat.

Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang

harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang

ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan

masyrakat.

2. Fungsi-fungsi Manajemen Keperawatan

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :

1) Gambaran apa yang akan dicapai

2) Persiapan pencapaian tujuan

3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

4) Persiapan tindakan – tindakan

12
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak

saja

6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan

b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah

rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam,

jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.

c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka

bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah,

tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.

d. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi

pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,

apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian

juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan

perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat

penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum,

sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik

administrasi dan manajemen.

3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan

Prinsip – prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:

a. Division of work (pembagian pekerjaan)

Tugas/Pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing

individu ataupun tim.

13
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

Masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan

dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan

kepadanya.

c. Dicipline (disiplin)

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam

sistem manajemen.

d. Unity of command (kesatuan komando)

Merupakan kesatuan perintah,satu perintah dari atasan

menjadi tanggung jawab bersama.

e. Unity of direction (kesatuan arah). Merupakan tujuan yang sama.

f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan

individu tunduk pada kepentingan umum)

g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai). Penghasilan

pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang

telah dilakukan.

4. Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem

terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan

berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu

sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output,

kontrol dan mekanisme umpan balik.

14
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,

personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan

adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi

sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang

untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk

melaksanakan proses manajemen diperlukan keterampilan teknik,

keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan konseptual.

Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk

budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,

prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa

laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan

penampilan kerja perawat. Berdasarkan prinsip–prinsip diatas maka para

manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama–sama dalam

perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi–fungsi manajemen

lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar

yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan

kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan

memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan

upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang

15
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan

keperawatan yang terdapat didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer

keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan

memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana

meliputi:

1) Menetapkan penggunakan proses keperawatan

2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose

3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan

oleh perawat

4) Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan

5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para

manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen

keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.

B. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari

praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi,

konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan

teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi

16
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

1. Tujuan MPKP

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawata

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan

keputusan

e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

2. Macam – Macam Metode MPKP

a. Model Kasus

Model Kasus  merupakan model pemberian asuhan yang

pertama digunakan.  Sampai Perang Dunia kedua model tersebut

merupakan model pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak

digunakan.  Pada model ini satu perawat akan memberikan asuhan

keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode

dinas.  Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat

tergantung kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan

pemenuhan kebutuhan pasien.

Dalam Model Kasus perawat mampu memberikan asuhan

keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang

17
dibutuhkan pasien.  Pada model ini perawat memberikan asuhan

keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga

mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik,

sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena

mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya.  Dengan

model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas

profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang

banyak.

Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus

seperti ruang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU,

Haemodialisa dan sebagainya.

b. Model Fungsional

Model Fungsional  dikembangakan setelah perang dunia kedua,

dimana jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan

bekerja di rumah sakit dari berbagai jenis program pendidikan

keperawatan.  Agar pemanfaatan yang bervariasi tenaga keperawatan

tersebut dapat dimaksimalisari, maka memunculkan ide untuk

mengembangkan model fungsional dalam pelayanan asuhan

keperawatan.

Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan

ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.  Setiap

perawat diberikan satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada

18
semua pasien yang dirawat di suatu ruangan.  Seorang perawat

mungkin bertanggung jaawb dalam pemberian obat, mengganti

balutan, monitor infus dan sebagainya.  Prioritas utama yang

dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan

kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan

kebutuhan pasien secara holistik, sehingga dalam penerapannya

kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena pemberian

asuhan yang terfragmentasi.  Komunikasi antara perawat sangat

terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu

klien secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala Ruangan.  Hal ini

sering menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan

keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak mendapat

jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang

merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.

Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan

mensupervisi.  Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas

masalah pasien.  Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk

berdiskusi dengan pasien atau mengobservasi reaksi obat yang

diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang

diberikan.

Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi

tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan

melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada Kepala Ruangan.  Dan

19
Kepala Ruangan lah yang bertanggung jawab dalam membuat laporan

pasien.

Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat

kurang sehingga seringkali pasien harus mengulang berbagai

pertanyaan atau permintaan kepada semua petugas yang datang

kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang memikirkan setiap

kebutuhan pasien secara komprehensif.  Informasi yang disampaikan

bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak

didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan

asuhan keperawatan.

Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang

mempunyai waktu untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara

yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien atau dalam

mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali

terjadi perubahan yang sangat mencolok.  Dan orientasi model ini

hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan

secara holistik sukar dicapai.

Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-

tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat

kepuasan dari asuhan keperawatan yang diberikan.

c. Model Tim

20
Setelah bertahun-tahun menggunakan Model Fungsional, 

beberapa pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai

mempertanyakan keefektifan model tersebt dalam pemberian asuhan

keperawatan profesional.  Oleh karena adanya berbagai jenis tenaga

dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang adekuat, maka

pada tahun 1950 dikembangkan Model Tim dalam pelayanan asuhan

keperawatan.

Model Tim  merupakan suatu model pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Douglas, 1984).

Konsep model ini didasarkan kepada  falsafah bawah

sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara bersama-sama secara

terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara

menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap

pasien.

Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota

kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa

tanggung jawab perawat yang tinggi,  sehingga setiap anggota tim

merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai

tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang

21
bermutu.  Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi

satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan

serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan

keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.

Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray

(1987) terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:

1) Kepemimpinan

Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu

perawat profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala

Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien 

dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan

penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi

pelayanan keperawatan yang diberikan.

2) Komunikasi yang efektif

Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya

kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya

dalam mengatasi masalah.  Proses komunikasi harus dilakukan

secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference

atau pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam

merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan

mengevaluasi hasil yang telah dicapai.

22
Pengajaran dan bimbingan secara insidental perlu dilakukan

yang merupakan bagian dari tanggung jawab Ketua Tim dalam

pembinaan anggotanya.  Dalam model ini Ketua Tim menetapkan

anggota tim yang terbaik untuk merawat setiap pasien.  Dengan

cara ini Ketua Tim membantu semua anggota tim untuk belajar apa

yang terbaik untuk pasien yang dirawatnya berdasarkan kebutuhan

dan permasalahan yang dihadapi pasien.

Dalam pelaksanaan model ini, Ketua Tim dapat

memperoleh pengalaman praktek melakukan kepemimpinan yang

demokratik dalam mengarahkan dan membina anggotanya. 

Pimpinan juga akan belajar bagaimana mempertahankan hubungan

antar manusia dengan baik dan bagaimana mengkoordinasikan

berbagai kegiatan yang dilakukan dengan beberapa anggota tim

secara bersama-sama.  Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif

setiap anggota tim harus mengetahui prinsip dasar administrasi,

supervisi, bimbingan dan tehnik mengajar agar dapat dilakukannya

dalam bekerjasama dengan anggota tim.  Ketua Tim juga harus

mampu mengimplementasikan prinsip dasar kepemimpinan.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Anggota

Tim, yaitu :

a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan

23
Model Tim akan berhasil baik bila didukung oleh Kepala

Ruangan, yang berperan sebagai menejer di ruangan tersebut,

yang bertanggung jawab dalam:

a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai

dengan standar asuhan keperawatan.

b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan

keperawatan.

c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk

mengembangkan kepemimpinan.

d) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru

tentang fungsi model tim dalam sistem pemberian

asuhan keperawatan.

e) Nara sumber bagi ketua tim.

f) Staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

keperawatan.

g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan

semua staf.

b. Tanggung Jawab Ketua Tim

a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana

keperawatan.

b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan

medik.

24
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap

anggota tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau

post conference.

d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun

hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.

c. Tanggung Jawab Anggota Tim

a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun.

b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang

telah diberikan berdasarkan respon pasien.

c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk

meningkatkan asuhan keperawatan.

d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman yang

kaku.  Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi, sore, dan

malam.  Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada jumlah dan

kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga keperawatan.  Umumnya

satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga keperawatan untuk 10-20 pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh

Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan

dengan benar merupakan model asuhan kperawatan yang tepat dalam

meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi

25
kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.  Hal ini

berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan tepat pada kondisi

dimana kemampuan tenaga keperawatan bervariasi.

Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak

dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau

post conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan untuk

pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan strategi

pemenuhan kebutuhan pasien. 

d. Model Primer

Dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan dan berbagai ilmu

dalam bidang kesehatan, serta meningkatknya tuntutan masyarakat

terhadap pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi, dengan

didasarkan bahwa pemberian asuhan keperawatan model tim masih

mempunyai beberapa kekurangan, maka berdasarkan studi,  para pakar

keperawatan mengembangkan model pemberian asuhan keperawatan

yang terbaru yaitu Model Primer (Primary Nursing).  Dan perawat

yang melaksanakan asuhan keperawatan disebut sebagai “Primary

Nurse”.

Tujuan dari Model Primer adalah terdapatnya kontinuitas

keperawatan yang dilakukan secara komprehensif dan dapat

dipertanggung jawabkan.  Penugasan yang diberikan kepada Primary

Nurse atas pasien yang dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah

sakit yang didasarkan kepada kebutuhan pasien atau masalah

26
keperawatan yang disesuaikan dengan kemampuan Primary Nurse. 

Setiap primary nurse mempunyai 4-6 pasien dan bertanggung jawab

selama 24 jam selama pasien dirawat.  Primary Nurse akan melakukan

pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan

keperawatan.  Selama bertugas ia akan melakukan berbagai kegiatan

sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.

Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf

keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan

tanggung jawab primary nurse tertentu.  Dia bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan

keperawatan dan dia juga akan merencanakan pemulangan pasien atau

rujukan bila diperlukan.

Jika primary nurse tidak bertugas, kelanjutan asuhan

keperawatan didelegasikan kepada perawat lain yang disebut

“associate nurse”.  Primary nurse bertanggung jawab terhadap asuhan

keperawatan yang diterima pasien dan menginformasikan tentang

keadaan pasien kepada Kepala Ruangan, dokter dan staf keperawatan

lainnya.  Kepala Ruangan tidak perlu mengecek satu persatu pasien,

tetapi dapat mengevaluasi secara menyeluruh tentang aktivitas

pelayanan yang diberikan kepada semua pasien.

Seorang primary nurse bukan hanya mempunyai kewenangan

untuk memberikan asuhan keperawatan tetapi juga mempunyai

kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak

27
dengan lembaga sosial masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik,

mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya.  Dengan diberikannya

kewenangan tersebut, maka dituntut akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil pelayanan yang diberikan.  Primary Nurse berperan sebagai

advokat pasien  terhadap birokrasi rumah sakit.

Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer adalah

pasien merasa dimanusiawikan karena pasien terpenuhi kebutuhannya

secara individual dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan

tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,

proteksi, informasi dan advokasi.  Kepuasan yang dirasakan oleh

Primary Nurse adalah tercapainya hasil berupa kemampuan yang

tinggi terletak pada kemampuan supervisi.  Staf medis juga merasakan

kepuasannya dengan model primer ini, karena senantiasa informasi

tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan pasien

komprehensif, sedangkan pada model Fungsional dan Tim informasi

diperoleh dari beberapa perawat. Untuk pihak rumah sakit keuntungan

yang dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak perlu mempekerjakan

terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang ada harus

berkualitas tinggi.

Dalam menetapkan seorang menjadi Primary Nurse perlu

berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, diantaranya dalam

menetapkan kemampuan asertif, self direction, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,

28
akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai

disiplin ilmu.  Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk

sebagai primary nurse adalah seorang Clinical Specialist yang

mempunyai kualifikasi Master.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model Primer dapat

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan dengan

Model Tim, karena:

1. Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung

gugat dalam perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.

2. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila

dibandingkan dengan 10-20 orang pada setiap tim.

3. Primer bertanggung jawab selama 24 jam.

4. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.

5. Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

e. Model Modular

Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari

primary nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan

melibatkan tenaga professional dan non professional.

Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena

tenaga profesional dan non profesional bekerjasama dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien dengan

arahan kepemimpinan perawat profesional.

29
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3

perawat bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai

dengan beban kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang

serta asuhan lanjutan kembali ke rumah sakit.  Agar model ini efektif

maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional

dan non profesionaln serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga

tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama

kepemimpinan.  Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga

keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab

penuh untuk mengelola 8-12 kasus.  Seperti pada model primer,  tugas

tim keperawatan ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-

malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab terbesar

dipegang oleh perawat profesional.  Perawat profesional bertanggung

jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional

dalam memberikan asuhan keperawatan.  Konsekuensinya peran

perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit dibandingkan

dengan perawat primer.  Model modular merupakan gabungan dari

model tim dan primary model.

f. Model Manajemen Kasus

Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model

primary nursing.  Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan

berdasarkan pandangan, bahwa untuk penyelesaian kasus keperawatan

30
secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang ada. Tujuan dari

manajemen kasus adalah:

1) Menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang

diharapkan sesuai dengan standar.

2) Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin.

3) Menggunakan sumber daya seefisien mungkin.

4) Memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan

melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

5) Pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja.

6) Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan

Kerangka kerja dari model Manajemen Kasus adalah:

1) Masuk melalui “agency kesehatan”, manager mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan sampai

dengan evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan pasien

itu berasal dari unit mana.

2) Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:

a) Case Management Plan (CMP).  Merupakan perencanaan

bersama dari masing-masing profesi kesehatan.

b) Critical Path Diagram (CPD).  Merupakan penjabaran dari

CMP dan ada target waktunya.

3) Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang

mengacu pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. 

31
Bentuk spesifik dari manajemen kasus ini tergantung dari

karakteristik tatanan asuhan keperawatan.

C. Metode Primer

1. Pengertian Metode Primer

Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang

perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan

keperawatan pasien. Hal ini dilakukan mulai dari pasien masuk sampai

keluar rumah sakit. Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian

perawat, karena ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan

pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat

dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

ii. Kelebihan

a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi

meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.

b) kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau

mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien

dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian

riwayat dan fisik, mengembangkan rencana perawatan, dan

32
melaksanakannya sebagai kesatuan antara pasien dan pekerja

kesehatan lain.

d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien

yang akan memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.

e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.

f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan

pasien langsung.

g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran

manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan penugasan

dan memotivasi serta mendukung staf.

iii. Kekurangan

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih

banyak menggunakan perawat profesional.

c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi

kesehatan/kedokteran.

d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.

33
iv. Diagram

Dokter Kepala ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Jika diperlukan
(Night)
(Evening)
(Days)

Diagram sistem Asuhan Keperawatan primer (Marquis dan Huston, 1998 :138
dalam Nursalam, 2015)

34
v. Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode

Kasus 

a) Perawat Primer ( Ketua Tim )

1) Menerima overan klien setiap pengantian dinas pagi atau pada

saat bertugas.

2) Melaksanakan pembagian klien pada perawat asosiet

3) Mengadakan pre atau post konferens dengan perawat asosiet

4) pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.

5) Menerima klien baru dan memberi informasi tentang tata tertib

RS dan ruangan, tenaga perawat dan dokter yang merawat dan

adminisrasi.

6) Membuat rencana keperawatan, catatan perkembangan dan

resume keperawatan.

7) Melakukan diskusi keperawatan  kepada perawat

asosiet.

8) Melakukan evakuasi asuhan keperawatan dan membuat laporan.

9) Melakukan tindakan keperawatan tertentu yang membutuhkan

kompetensi kompleks.

10) Membuat perencanaan pulang

11) Memeriksa atau mengevaluasi laporan keadaan klien yang telah

dibuat PA.

12) Melakukan penyuluhan kepada klien dan keluarga.

13) pelaksanaan asuhan keperawatan.

35
14) Menilai hasil pekerjaan kelompok dan mendiskusikan

permasalahan yang ada.

15) Menciptakan kerja sama yang harmonis.

16) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan mengikuti

visit atau ronde medik.

17) Mengikuti ronde keperawatan.

18) Mengikuti kegiatan ilmiah.

19) Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

b) Perawat Asosiet

1) Mengikuti serah terima klien dinas pagi bersama perawat

primer, sore dan malam.

2) Mengikuti pre atau post comference dengan perawat primer.

3) Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer

tidak ada di tempat.

4) Melaksanakan rencana keperawatan.

5) Membuat rencana keperawatan pada klien baru jika perawat

primer tidak ada ditempat.

6) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

7) Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format

dokumentasi keperawatan yang ada diruangan

8) Menyiapkan klien untuk memeriksa diagnostic atau

laboratorium, pengobatan dan tindakan.

36
9) Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien atau keluarga

dengan kalimat yang mudah dimengerti, bersifat sopan dan

ramah

10) Berperan serta melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien

dan keluarga.

11) Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang

rawat.

12) Menyimpan, memerihara peralatan yang diperlukan sehingga

siap dipakai.

13) Melakukan mdinas rotasi sesuai jadual yang sudah dibuat oleh

kepala ruangan.

14) Mengikuti visit dokter atau ronde keperawatan jika tidak ada PP

15) Mengantikan peran atau tugas PP yang lain jika PP tidak ada.

16) Mengidentifikasi dan mencataa tingkat ketergantungan lien

setiap shif

17) Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruangan.

c) Pembantu Perawat

1) Membersihkan meja.

2) Menyediakan alat.

3) Membersihkan alat – alat yang digunakan

4) Mengantar klien konsul

5) Membawa urinal atau pispot ke dan dari klien

6) Menyiapkan makan dan minum

37
7) Membantu klien kekamar mandi

8) Membantu klien BAK atau BAB

9) Membantu menganti alat tenun

d) Perawat Pelaksana

1) Pengkajian

Mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk

melaksanakan asuhan keperawatan.

2) Perencanaan

a) Bersama keru mengadakan serah terima tugas

b) Menerima pembagian tugas dari katim

c) Bekerjasama katim menyiapkan keperluan untuk

melaksanakan asuhan keperawatan

d) Mengikuti ronde keperawatan

a) Menerima klien baru

3) Implementasi

a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim

b) Menerima pembagian tugas

c) Melaksanakan tugas yang diberikan katim

d) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim

kesehatan lain

e) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim

lainnya

f) Melaksanakan asuhan keperawatan

38
g) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan

keperawatan yang dilaksanakan

h) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim

i) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep

dan melaksanakan askep dengan etik dan legal

j) Memaham hasil yang telah di capai

k) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian

4) Evaluasi

Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan

untuk proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi

klien.

D. Manajemen Ruang Keperawatan Anak

1. Perspektif Keperawatan Anak

a. Falsafah Keperawatan Anak

Dalam keperawatan, manusia dan kemanusiaan merupakan titik

sentral setiap upaya pelayanan kesehatan dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Bertolak dari pandangan ini keperawatan meyakini paradigma

dengan empat konsep dasar yaitu manusia, lingkungan, sehat dan

keperawatan.

1) Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

merupakan satu kesatuan yang utuh dan unik sebagai cerminkan

39
tiga komponen body, mind, dan spirit yang saling berpengaruh.

Untuk dapat melangsungkan kehidupannya, kebutuhan manusia

harus terpenuhi secara seimbang yang mencakup bio-psiko-

sosiospiritual-kultural. Manusia mempunyai siklus kehidupan

meliputi: tumbuh kembang dan memberi keturunan, kemampuan

mengatasi perubahan dunia dengan menggunakan berbagai

mekanisme yang dibawa sejak lahir maupun didapat pada dasarnya

bersifat biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural, kapasitas

berfikir, belajar, bernalar, berkomunikasi, mengembangkan budaya

dan nilai-nilai.Manusia berorientasi kepada waktu, mampu

berjuang untuk mencapai tujuan dan mempunyai keinginan untuk

mewujudkan diri, selalu berusaha untuk mempertahankan

keseimbangan melalui interaksi dengan lingkungannya dan

berespon secara positif terhadap perubahan lingkungan melalui

adaptasi dan memperbesar potensi untuk meningkatkan kapasitas

kemampuannya Manusia selalu mencoba mempertahankan

kebutuhannya melalui serangkaian peristiwa antara lain belajar,

menggali serta menggunakan sumber-sumber yang diperlukan

sesuai dengan potensi, keterbatasannya, untuk terlibat secara aktif

dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Dengan demikian manusia

dalam keperawatan menjadi sasaran pelayanan keperawatan yang

disebut klien mencakup individu, keluarga, kelompok dan

komunitas yang selalu dapat berubah untuk mencapai

40
keseimbangan terhadap lingkungan disekitarnya melalui proses

adaptasi.

2) Lingkungan

Lingkungan dalam keperawatan adalah faktor yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia yang mencakup lingkungan

internal dan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang

berasal dari dalam manusia itu sendiri mencakup; faktor genetik,

maturasi biologi, jenis kelamin, emosi (psikologis), dan

predisposisi terhadap penyakit serta faktor perilaku. Adapun yang

dimaksud lingkungan ekternal adalah lingkungan disekitar manusia

mencakup lingkungan fisik, biologik, sosial, kultural dan

spiritual.Lingkungan eksternal diartikan juga sebagai lingkungan

masyarakat yang berarti: kumpulan individu yang terbentuk karena

interaksi antara manusia, budaya dan aspek spiritual yang dinamis,

mempunyai tujuan dan sistem nilai serta berada dalam suatu

hubungan yang bersifat saling bergantung yang terorganisir.

Lingkungan eksternal antara lain terdiri dan

masyarakat.Masyarakat adalah sistem sosial dimana semua orang

berusaha untuk saling membantu dan saling melindungi agar

kepentingan bersama dalam hubungannya dengan lingkungan

dapat mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar secara

optimal.Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan

lingkungan secara dinamis dan mempunyai kemampuan berespon

41
terhadap lingkungan yang akan mempengaruhi derajat

kesehatannya.

3) Sehat

Sehat adalah suatu keadaan dalam rentang sehat-sakit yang

dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, sosial dan

tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan. Kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomi sesuai Undang-Undang No 36 tahun 2009

tentang Kesehatan.Sehat adalah tanggung jawab individu yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti

dimaksudkan dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu harus

dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya-upaya promotif,

preventif dan kuratif.Sehat ditentukan oleh kemampuan individu,

keluarga, kelompok atau komunitas untuk membuat tujuan yang

realistik serta kemampuan untuk menggerakkan energi serta

sumbersumber yang tersedia dalam mencapai tujuan tersebut

secara efektif dan efisien. Sehat dilihat dari berbagai tingkat yaitu

tingkat individu, keluarga, komunitas dan tingkat masyarakat.

4) Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, ditujukan kepada

42
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia sejak

fertilisasi sampai akhir hayat. Lingkup keperawatan meliputi

promosi kesehatan, mencegah sakit, memberi asuhan pada orang

sakit dan yang mengalami ketidak mampuan serta mendampingi

klien saat sakaratul maut dengan bermartabat. Peran kunci perawat

lainnya adalah memberikan advokasi pada klien, memberikan

lingkungan yang aman, meningkatkan kemampuan profesional

melalui penelitian dan menggunakan hasil penelitian, berpartisipasi

didalam kebijakan manajemen sistem pelayanan kesehatan dan

pendidikan.

5) Manajemen kasus

Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian

utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui

upaya pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun kronis.

Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik akan

berdampak pada proses penyembuhan. Pendidikan dan ketrampilan

mengelola kasus pada anak selama di RS akan mampu

memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga3.

43
b. Prinsip–Prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anakyang

dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan

penyakit dalam. Prinsip dalam asuhan keperawatan anakadalah:

1) Justice ( Asas Keadilan )

Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan

kondisi klien dan tidak ada diskriminasi.

2) Autonomy (Asas menghormati otomoni )

Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan

tindakan terhadap dirinya sendiri.

3) Benefience ( Asas manfaat )

Setiap tindakan yang di berikan kepada klien harus

bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan.

4) Veracity ( Asas Kejujuran )

Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang

benar dan jujur kepada klien.

5) Fidelity ( Asas komitmen )

Apa yang di laksanakan oleh perawat harus di dasarkan

pada tanggung jawab moral dan profesi

44
c. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan Anak merupakan landasar berfikir

dalam penerapan ilmu keperawatan anak, dimana landasan berfikir

tersebut terdiri atas empat komponen.

1) Klien

Klien merupakan orang yang ikut berperan aktif dalam

usaha peningkatan kesehatan, dimana klien akan bekerja sama

secara erat dengan perawat untuk menentukan interfensi yang

tepat. (Rawlins, William, and Beck, 2013). Klien adalah penerima

jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sakit

maupun sehat (Wijono, 2011). Klien/pasien adalah seorang

individu yang mencari atau menerima perawatan medis.

2) Keluarga Pasien

Keluarga pasien merupakan seseorang yang dapat

membantu perawat dalam memecahkan masalah yang diderita oleh

klien. Contohnya : meminta persetujuan untuk pengobatan yang

telah diberikan/ada tindakan yang bersangkutan terhadap pasien

misalkan di adakan oprasi untuk klien tersebut.

3) Sehat dan Sakit

Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam

status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat,

sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur

dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap

45
waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan

bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung,

seperti apabila anak berada pada rentang sehat maka upaya perawat

untuk meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai taraf

sejahtera baik fisik, sosial maupun spritual.

4) Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keAnakyang dimaksud

adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam

status kesehatan anak.

a) Lingkungan internal : Genetik, kematangan biologis, jenis

kelamin, intelektual,emosi dan adanya predisposisi atau

resistensi terhadap penyakit.

b) Lingkungan eksternal : status nutrisi, orang tua, saudara

kandung, kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orang tua,

agama, budaya, status social ekonomi, iklim, cuaca sekitar dan

lingkungan fisik/ biologis baik rumah maupun sanitasi di

sekililingnya. Perkembangan anak sangat dipengaruhi

ransangan terutama dari lingkungan eksternal, yaitu lingkungan

yang aman, peduli, dan penuh kasih sayang.

5) Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti

46
adanya dukungan, pendidikan kesehatan dan upaya dalam rujukan

ke tenaga kesehatan dalam program perawatan penyakit dalam.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan

adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan

falsafah yang utama, yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada

keluarga dan perawatan yang terapetik. Bentuk intervensi utama

yang diperlukan anak dan keluarga adalah pemberian dukungan,

pemberian pendidika kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga

kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan sesuai

dengan kebutuhan.

d. Lingkup Praktek Dan Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

a) Pemberi perawatan

b) Sebagai advokat keluarga

c) Pencegahan penyakit

d) Pendidikan

e) Konseling

f) Kolaborasi

g) Pengambilan keputusan etik

h) Peneliti.

47
2. Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga

a. Klien Sebagai Manusia Seutuhnya.

Klien :

1) Merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan

perkembangan.

2) Merupakan anggota unik keluarga dalam suatu kultur dan

masyarakat

a. Merupakan klien dalam proses perkembangan

b. Ciri fisik atau kognitif

c. Konsep diri

d. Pola koping

e. Perilaku social

3) Diyakini bahwa klien bukan merupakan miniature orang dewasa,

harta dan kekayaan orang tua yang dinilainya dihitung secara

ekonomi tetapi klien adalah makhluk yang unik dan utuh, biopsiko-

sosial cultural spiritual.

4) Klien merupakan masa depan bangsa dan Negara (dunia) yang

berhak atas pelayanan kesehatan untuk memenuhi bkebutuhan

spesifik pada tiap tahap usia

Keluarga :

1) Merupakan system terbuka untuk anggota keluarga bisa dirawat

secara efektif bila mengikutsertakan anggota keluarga lainnnya

48
yang berpengaruh dan terpengaruh oleh anggota keluarga

memerlukan pelayanan keperawatan.

2) Semua diperhatikan.

3) Unit.

4) Orang tua bertanggungjawab terhadap kesehatan klien.

5) Tergantung tipe keluarga.

b. Perawatan Berfokus pada klien

1) Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan klien,

mengingat anak bagian dari keluarga.

2) Kehidupan klien dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, Untuk

itu keperawatan klien harus mengenal keluarga sebagai tempat

tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,

perry, 2002)

3) Perawat yang bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan

hendaknya berfokus pada keluarga, dgn memperhatikan

kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan untuk

dijadikan acuan dalam pemberian pelayanan keperawatan. Untuk

itu dalam pemberian askep diperlukan keterlibatan keluarga. Hal

ini sangat penting, mengingat anak selalu membutuhkan orang tua

selama di RS. Perawat dgn menfasilitasi keluarga dapat membantu

proses penyembuhan pada klien yang sakit selama di RS.

49
c. Prinsip Perawatan Klien

1) Keperawatan kesehatan klien meliputi hubungan antara perawat

dengan klien dan perawat dengan keluarga.

2) Perawat tidak semata-mata merawat klien selama sakit, tetapi

bertanggungjawab secara keseluruhan yang memungkinkan

pemenuhan kebutuhan klien dan keluarga.

3) Lingkungan di sekitar klien memegang peranan penting perawat

perlu memahami bagaimana klien berinteraksi dengan

lingkungannya.

4) Perawat dipandang sebagai orang yang dapat bekerja secara efektif

dengan bayi dan anak serta dapat menciptakan suatu kondisi bagi

anak lain agar berfungsi lebih efektif dalam merawat klien.

5) Berpikir kritis.

6) Menggunakan data ilmiah.

7) Untuk memilih intervensi yang serasi perawat mengikutsrtakan

anak dan keluarga.

8) Perawat harus mempunyai keterampilan professional untuk dapat

memberikan askep yang berkualitas.

9) Anak bukan miniatur ordes tetapi sebagai individu yang unik.

10) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai

kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.

50
11) Pelayanan keanakberorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan

peningkatan derajat kesehatan bukan hanya mengobati anak yang

sakit.

12) Keanakmerupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan askep anak.

13) Praktik keAnakmencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk

mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan

yang sesuai dengan aspek moral dan hukum.

14) Tujuan keAnakdan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi

atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk

biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat.

15) Pada masa yang akan datang kecenderungan keAnakberfokus pada

ilmu tumbuh kembang, Sebab ilmu tumbuh kembang ini akan

mempelajari aspek kehidupan anak11.

d. Fungsi Perawatan Klien

1) Family advokasi atau pembelaan

a) Bersama keluarga perawat mengidentifikasi kebutuhan klien,

tujuan dan merencanakan intervensi keperawatan yang cocok

untuk memenuhi kebutuhan klien dan menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan pertumbuhan das perkembangan klien.

51
b) Perawat bertanggungjawab untuk memastikan bahwa keluarga

mengetahui semua pelayanan kesehatan tersedia, menjelaskan

prosedur dan pengobatan, mengikutsertakan dalam Anakdan

menganjurkan perubahan atau mengsopport praktet pelayanan

kesehatan.

c) Perawat menggunakan pengetahuannya untuk membantu klien

dalam mencapai keadaan fisik dan emosional yang optimal.

d) Perawat dapat terlibat dalam pendidikan, perubahan politik atau

legislative, rehabilitasi, skraning, administrasi11.

2) Prepention atau fasilitator

a) Perawat yang terlibat dalam perawatan oleh karena harus dapat

menjalankan praktek dalam berbagai dimensi pencegahan.

b) Merencanakan perawatan dalam berbagai aspek pertumbuhan

dan perkembangan (nutrisi, eliminasi, keamanan, perawatan

gigi, sosialisasi, disiplin sekolah).

c) Pendekatan yang paling baik adalah pendidikan dan

antisipatoring guidence.

d) Membimbing orang tua untuk mencegah kemungkinan adanya

masalah.

3) Health teaching

a) Tidak dapat dipisahkan dengan family advokasi dan prepention

dan dapat dilakukan di tiap tatanan pelayanan kesehatan.

52
b) Menyarankan orang tua untuk memberikan kesempatan pada

anak merawat dirinya sendiri dan meningkatkan rasa harga diri

dan kerja sama anak.

c) Perawat sebagai role model bagi orang tua dan anakà bagaiman

merawat anak dan pengaruh kebiasaan hidup sehari-hari

terhadap kesehatan anak.

4) Support atau konseling

a) Support dapat dengan cara bermacam-macam, misalnya:

dengan mendengarkan, sentuhan, kehadiran fisik, hal ini dapat

menolong anak untuk mengadakan nonverbal

b) Konseling bertukar pendapat untuk mengatasi masalah menjadi

landasan konseling.

5) Terapeutik role

a) Bertugas untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak,

termasuk makan, mandi, minum, BAK, BAB, pakaian,

keamanan social.

b) Bertanggungjawab terhadap pengobatan yang telah dirumuskan

dokter dan terhadap tindakannya dan keputusannya.

c) Aspek yang penting adalah pengkajian terus-menerus dan

mengevaluasi status fisik.

d) Pengawasan terhadap kebutuhan klien dan perkembangan

secara individu yang dapat mempengaruhi proses penyakit

53
6) Koordinasi atau kolaborasi

a) Perawat sebagai anggota tim kesehatan bekerja sama dan

mengkoordinasi pelayanan keperawatan dengan kegiatan yang

dilakukan tenaga kesehatan lainnya.

b) Pendekatan interdisiplin memungkingkan asuhan holistic

dengan saling melengkapi.

c) Perawat bekerja sam dengan anak dan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan.

d) Perawat mempunyai posisi penting untuk mengikutsertakan

klien secara langsung ataupun tidak langsung untuk

mengkomunikasikan pendapatnta ke tim kesehatan lainnya11.

7) Health care planning

a) Perawat tidak hanya berfokus pada keluarga inti saja, teta[pi

juga berperan dalam masyarakat yang lebih luas.

b) Harus tahu kebutuhan masyarakat secara aktif terlibat dalam

memelihara kesejahteraan. Perawat meningkatkan kualitas

pelayanan dan menjalankan asuhan sesuai dengan kode etik

dan standar praktek11.

Secara klasik manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana

menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya7.

Berdasarkan definisi di atas, manajemen mengandung tiga prinsip

pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam

54
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi dan rasional dalam pengambilan keputusan.

Dalam pelaksanaan MPKP proses manajemen ini diperlukan

untuk dapat secara efisien dan efektif bagi seorang perawat dalam

melakukan tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan mencegah terjadinya kecacatan serta kematian.

E. Manajemen Ruang Perawatan Anakdengan Pendekatan Metode MPKP

Di Ruang Perawatan dengan metode MPKP pendekatan manajemen

diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan

(directing), dan pengendalian (controlling).

1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan

dasar atau titik tolak dari kegiatan-kegiatan pelaksanaan tertentu dalam upaya

mencapai tujuan organisasi. Apabila proses perencanaan dilakukan dengan

baik, maka akan menjamin pelaksanaan kegiatan akan baik pula, sehingga

dapat mencapai tujuan organisasi yang berdaya guna dan berhasil guna.

Menurut Siagian (2003), perencanaan adalah keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Sesuai dengan definisi diatas, pelaksanaan MPKP di ruang Perawatan

Penyakit dalams salah satunya adalah untuk dapat memberikan pelayanan

55
secara maksimal kepada klien dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan6.

Perencanaan dalam lingkup MPKP di ruang Perawatan Anak adalah

kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat, mulai dari kepala

ruang Perawatan Penyakit dalam, ketua tim dan anggota tim/perawat

pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh masing-masing perawat yang

terlibat dalam MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing.

Tabel 2.1

Kegiatan Perencanaan Ruang Perawatan Anak

Jenis
No
Perencanaa Penanggung jawab Isi
.
n

1 Rencana Kepala Ruang / Asuhan keperawatan, Supervisi,


harian Head Nurse Hubungan dengan bagian lain
Perawatan Anak

Ketua Tim/Perawat Asuhan keperawatan, Supervisi,


Primer Daftar Dinas

Perawat Pelaksana Asuhan keperawatan

2 Rencana Kepala Ruang / Rekapitulasi pembuatan rencana


Bulanan Head Nurse harian
Perawatan Anak

Ketua Tim/ Perawat Rekapitulasi asuhan keperawatan


Primer dan kinerja perawat pelaksana

3 Rencana Kepala Ruang / Rekapitulasi seluruh kegiatan


Tahunan Head Nurse
Perawatan Anak

56
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktivitas pada tiap shift oleh
perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang ujung genteng. Pada
pedoman ini akan diuraikan tentang metode perencanaan harian untuk
kepala ruang ujung genteng, ketua tim/perawat primer dan perawat
asosiat/perawat pelaksana.

Petunjuk penulisan rencana harian :

1) Tulis nama perawat, ruang dan tanggal pencatatan rencana harian


2) Tulis terlebih dahulu nama klien utama dilanjutkan klien yang
merupakan limpahan dari rekan satu tim.
3) Berikan tanda (cheklist, atau coret) pada setiap kegiatan yang telah
dilakukan
4) Fokus pada asuhan keperawatan dan bukan kepada kegiatan sehari-
hari.
5) Tuliskan di keterangan jika terjadi perubahan jadual, salah
memberikan tanda dan sebagainya.
6) Setelah selesai, data di catat dan didokumentasikan dalam
dokumen yang sesuai dengan kebijakan institusi.
Berikut ini bentuk rencana kegiatan harian untuk perawat
pelaksana/ perawat asosiet, ketua tim/ perawat primer dan kepala unit
gawat darurat.

1) Rencana Harian Perawat Pelaksana


Fokus dari rencana harian perawat pelaksana/perawat
asosite adalah tindakan keperawatan untuk klien yang datang pada
shift dinasnya. Penulisan rencana harian ini adalah pada pagi hari
jam 7 (untuk dinas pagi) ketika perawat tersebut baru sampai di
ruang pavilion anak dan dibuat sebelum operan dimulai sehingga
saat pre-conference, perawat tersebut telah siap untuk melakukan
kegiatan pada hari tersebut.

57
Rencana harian perawat asosiet/perawat pelaksana (PA/PP)
shift sore dan malam agak berbeda. Jika hanya satu orang dalam
satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan
PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre-conference dan post-
conference.

Tabel 2.2

Rencana Harian Perawat Pelaksana

Nama Perawat : Tanggal :

Nama Klien : …………………………………..

Waktu Kegiatan Ket


07.30 14.00 21.00
Operan

Pre conference ( jika 1 tim lebih dari satu


orang)

Melakukan triage setiap ada


klien baru

Melakukan pengkajian A – B – C
(Kolaborasi dengan tim kesehatan lain)

Merencanakan tindakan sesuai kebutuhan


klien (kolaborasi)

Melakukan tindakan keperawatan sesuai


kondisi klien (Kolaborasi)

Melakukan evaluasi tindakan


keperawatan

Operan

Post conference (jika 1 tim lebih satu


orang)

2) Rencana Harian Ketua Tim

58
Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan
keperawatan klien di timnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak
langsung, serta kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya yang menangani klien dalam timnya. Berikut contoh
rencana harian ketua tim dapat terlihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3
Rencana Harian Ketua Tim Di Ruang Perawatan Anak
Nama Perawat : Tanggal :
Nama Klien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.

Wakt
Kegiatan Keterangan
u

07.00 Pre Conference

 Melakukan supervisi perawat pelaksana


untuk menilai kompetensi secara langsung
dan tidak langsung
 Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain
14.00 Post conference

3) Rencana Harian Kepala Ruang Perawatan Anak


Isi rencana harian kepala ruang Anakmeliputi semua
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruang
perawatan anakdalam rangka menghasilkan pelayanan/asuhan
keperawatan yang berkualitas. Kepala ruang perawatan anak harus
mengetahui kebutuhan ruang perawatan anak dan mempunyai
hubungan ke luar dengan unit terkait untuk memenuhi kebutuhan

59
tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruang
perawatan anak sebagai narasumber utama/ konsultan untuk
menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim
ruang perawatan penyakit dalam, secara rinci dapat dilihat pada
tabel 2.4

Tabel 2 4

Rencana Harian Kepala Ruang Perawatan Anak

Nama : Tanggal :

Jumlah Perawat : Jumlah Klien :

Waktu Kegiatan Ket

07.30 Operan

Pre conference ( jika 1 tim lebih dari satu orang

Mengecek SDM, Fasilitas klien

08.00 Mengecek kebutuhan klien (pemeriksaan, kondisi


dll)

09.00 Melakukan interaksi dengan klien baru atau klien


yang memerlukan perhatian khusus

10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat


pelaksana

Perawat 1 : ……………(nama)

…………………………(tindakan)

Perawat 2 : ……………(nama)

………………………….(tindakan)

Perawat 3 : ……………(nama)

60
………………………….(tindakan)

11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait Rapat-rapat


terstruktur/insidentil

12.00 Mengecek ulang keadaan klien, perawat, lingkungan


yang belum teratasi

13.00 Istirahat

14.00 Operan

Post conference

Instrumen yang digunakan untuk menilai keberhasilan dari perencanaan


harian dilakukan dengan metode observasi dan kuisioner,

Tabel 2.5

Instrumen Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Rencana Harian

Dilakuka Tidak
No. Aspek Penilaian Ket
n Dilakukan

1 Menulis nama perawat, ruang dan


tanggal pencatatan rencana harian

2 Menulis nama klien dengan jelas

3 Fokus pada kegiatan yang berhubungan


dengan tindakan keperawatan

4 Menyediakan waktu untuk kegiatan pre-


post conference

5 Memberikan tanda terhadap kegiatan


yang telah dilakukan

6 Mendokumentasikan sesuai kebijakan

7 Tulisan jelas dan rapi

61
8 Menulis di format keterangan jika terjadi
kesalahan/perubahan kegiatan

∑ Dilakukan x 100 %
Skor Penilaian : 8

Interpretasi : Nilai 0 - 12,5 : Buruk Sekali

Nilai 25 - 37,5 : Buruk

Nilai 50 – 62,5% : Kurang

Nilai 75 – 87,5% : Baik

Nilai 100% : Baik Sekali

b. Rencana Bulanan
Kepala ruang perawatan anakdan ketua tim membuat rencana
bulanan yang berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan

1) Rencana Bulanan Kepala Ruang Perawatan Anak


Setiap akhir bulan kepala ruang Anakmelakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi
tersebut, kepala runag perawatan anakakan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam
fungsi perencanaan, kepala ruang perawatan anakmembuat laporan
tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan
perawat pelaksana, seperti terlihat dalam tabel 2.6.

Tabel 2.6

Rekapitulasi Rencana Harian Perawat di Ruang Perawatan Anak

Bulan : ……………………..

62
Yang tidak
Yang Membuat
No Perawat Jumlah % Membuat %
Rencana Harian
Rencana Harian

1 Ketua Tim

2 Perawat
Pelaksana

Rencana tindak lanjut :

2) Rencana bulanan ketua tim


Setiap akhir bulan melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan di tim yaitu asuhan keperawatan dan
kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, membuat
rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya.
Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan
melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi
kasus.

2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian tenaga dalam lingkup MPKP menggunakan
pendekatan sistem/ metode penugasan modifikasi keperawatan tim-primer
dan SDM perawat diorganisir dengan menggunakan metode penugasan
perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi.

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-


unit kerja) dalam suatu organisasi.

Pada pengertian ini struktur organisasi menunjukkan adanya


pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan

63
(terkoordinasi). Selain itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan.

Struktur organisasi pada umumnya digambarkan dalam suatu


bagan yang disebut dengan bagan organisasi. Bagan Organisasi adalah
suatu gambar struktur organisasi yang formal dimana dalam gambar
tersebut ada garis-garis yang menunjukkan kewenangan dan hubungan
komunikasi formal yang tersusun secara hierarkis. Pada ruang
perawatan penyakit dalam, MPKP struktur organisasi ini dirancang
oleh kepala ruang perawatan anakyang disetujui oleh kepala bidang
keperawatan.

Mekanisme pelaksanaan sistem penugasan keperawatan Tim-Primer :

b. Kepala ruang anak membagi perawat yang ada menjadi 5 (lima


tim), yang diketuai masing-masing oleh perawat primer yang
dianggap paling expert dari masing-masing anggota tim.
c. Masing-masing tim mengatur jadual dinasnya, sehingga masing-
masing shift ada anggota tim yang bertugas (pagi, sore, malam)
d. Kepala ruang membagi klien untuk masing-masing tim dan
menetapkan perawat primer untuk masing-masing klien
e. Perawat primer melakukan interaksi dengan klien, melakukan
pengkajian, membuat Nursing Care Plans dan membagi
pelaksanaan tindakan keperawatan kepada perawat asosiet anggota
timnya.
f. Perawat primer mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh
perawat asosiet anggota timnya.
g. Perawat asosiet melaksanakan tindakan keperawatan kepada klien
yang menjadi tanggung jawabnya.

64
h. Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat asosiet karena
kondisi tertentu, dapat memindahkan perawat asosiet dari satu tim
ke tim yang mengalami kekurangan anggota.
i. Pada shift malam dimana perawat yang bertugas berasal dari 2 tim,
maka klien dari tim yang anggotanya tidak sedang bertugas
dititipkan kepada anggota tim yang sedang bertugas.
j. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh perawat
primer (ketua tim). Bila perawat primer karena sesuatu hal tidak
sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada
perawat yang paling mahir yang ada didalam tim.
k. Masing-masing tim mempunyai buku laporan tim yang merupakan
buku komunikasi untuk masing-masing tim.
l. Kepala ruang paviliun anak menunjuk penanggung jawab shift
untuk masing-masing shift bila karena sesuatu hal kepala ruang
anak sedang tidak bertugas.

b. Perhitungan Tenaga Keperawatan

1) Berdasarkan Formula Gillies (1989)


Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
Formula Gillies (1989) menggunakan rumus sebagai berikut:
Rata−rata jam perawatan per hr x ( BORxjmlh TT ) x 365 Hari
∑ Perawat=
(365 hari− jmlh hari libur) x jam kerja efektif per hari

Menurut Gillies (1989), rata-rata waktu yang dibutuhkan


untuk keperawatan langsung pada pasien yang didasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah 4-5 jam per pasien.

2) Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien

65
a) Depkes 2005
Tabel 2.7
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per hari
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut
Depkes 2005
Jumlah Total
Kategori Rata-Rata
Jam Jumlah Jam
No Tingkat Jumlah Pasien
Perawatan Perawatan/
Ketergantungan Per Hari*)
/Hari Hari
1 Askep Minimal 8 2 16
2 Askep Sedang 10 3.08 30.8
Askep Agak
8 4.15 33.2
3 Berat
Askep
4 6.16 24.64
4 Maksimal
Jumlah 30 15.39 104,64
Keterangan : *) Berdasarkan Penelitian di Luar Negeri

Askep minimal, kriteria :


(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(2) Makan dan minum dilakukan sendiri
(3) Ambulasi dg pengawasan
(4) Observasi ttv dilakukan setiap shift
(5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
Askep sedang, kriteria :
(1) Kebersihan diri dibantu. Makan minum dibantu
(2) Observasi ttv setiap 4 jam
(3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
Askep agak berat, kriteria :
(1) Sebagian besar aktifitas dibantu
(2) Observasi ttv setiap 2-4 jam sekali
(3) Terpasang folley catheter. Intake output dicatat
(4) Terpasang infus
(5) Pengobatan lebih dari sekali
(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

66
Askep maksimal, kriteria :
(1) Segala akifitas diberikan oleh perawat
(2) Posisi diatur. Observasi ttv setiap 2 jam
(3) Makan memerlukan NGT. Terapi intravena
(4) Penggunaan suction
(5) Gelisah/disorientasi.
b) Douglas
Perhitungan laindari formula Douglas (1992), ini
mengacu pada klasifikasi pasien berdasarkan tingkat
ketergantungan sebgai berikut7:
Tabel 2.8
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per hari
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Douglas
Klasfikasi
Pagi Sore Malam
Pasien
Jmlh Pasien Jmlh Pasien Jmlh Pasien
Minimal Care
x 0,17 x 0,14 x 0,07
Jmlh Pasien Jmlh Pasien Jmlh Pasien
Partial Care
x 0,27 x 0,15 x 0,10
Jmlh Pasien Jmlh Pasien Jmlh Pasien
Total Care
x 0,36 x 0,30 x 0,20
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Perawat setiap Perawat Perawat Shift Perawat
Shift Shift Pagi Sore Shift Malam
Total Jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 Jam adalah
= ∑Perawat Shift Pagi + ∑ Perawat Shift Sore + ∑ Perawat
Shift Malam

Tabel 2.9
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per hari di Ruang
Lukmanul Hakim Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan
Klasfikasi Pasien Pagi Sore Malam
Minimal Care 13 x 0,17 13 x 0,14 13 x 0,07
Partial Care 8 x 0,27 8 x 0,15 8 x 0,10
Total Care 2 x 0,36 2 x 0,30 2 x 0,20
∑Perawat setiap Shift 5,09 3,62 2,11
Total Jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 Jam adalah

67
= ∑Perawat Shift Pagi + ∑ Perawat Shift Sore + ∑ Perawat
Shift Malam∿ 5,09 + 3,62 + 2,11
= 10,82 = 11 Perawat

3) Berdasarkan Rumus Lokakarya Keperawatan (PPNI)


Perhitungan jumlah perawat di ruang rawat inap menurut
PPNI menggunakan rumus sebagai berikut :
Rata−rata jam perawatan per hr x 52 mggx7 hari ( BORxjmlhTT )
∑ Perawat=
41minggu x 40 jam
x125%

b. Pasien
1) Tingkat Ketergantungan Pasien
Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg,
1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-
2 jam/hari
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(2) makanan dan minum dilakukan sendiri
(3) ambulasi dengan pengawasan
(4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
(5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
(6) perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan
waktu 3-4 jam/hari
(1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
(2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
(3) ambulasi dibantu
(4) pengobatan dengan injeksi

68
(5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran
dicatat, klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
(1) semua kebutuhan klien dibantu
(2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
(3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam7.

c. Daftar Dinas Ruang Anak

Daftar dinas disusun berdasarkan tim dibuat dalam 1 minggu sehingga


perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang
perawatan anakpada hari terakhir di minggu tersebut untuk menjadual
pada minggu yang selanjutnya (misalnya untuk yang 6 hari kerja
pembuatan jadual dilakukan pada hari sabtu). Setiap tim mempunyai
anggota yang berdinas pada sore dan malam, dan yang lepas dari dinas
(libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari. Jadual ini diisi oleh
ketua tim dan disahkan oleh kepala ruang Ujung genteng.

Tabel 2.10

Jadual Dinas Ruang Perawatan Anak ………

No Nama Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1 (Kepala Ruang
LH)

TIM I

2 P

69
No Nama Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

3 P

4 M

5 S

6 M

7 S

8 L

TIM II

s.d

15

a. Daftar klien
Daftar klien adalah daftar sejumlah klien yang menjadi tanggung jawab
tiap tim selama 24 jam. Secara individu, setiap klien mempunyai perawat
yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift
dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat atas asuhan keperawatan klien sehingga terwujudlah keperawatan
klien yang holistik. Daftar klien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan
dan perawatan klien. Daftar klien ruang paviliun anak diisi oleh Ketua tim
sebelum operan dengan dinas berikutnya, Contoh daftar klien dapat
dilihat pada tabel 2.8 dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan

Tabel 2.8

Daftar Klien Ruang Anak

70
N Nama Dokte PP/Ketua PA/P Pagi Sore Malam
o Klien r tim P Tanggal

dst

TIM III

3. Fungsi Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program
motivasi, manajemen konflik, dan supervise. Program motivasi dimulai
dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan
mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) kepada setiap orang
yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi
merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing
anggota, dalam pelatihan program motivasi tidak secara implisit terdapat
tetapi para peserta dapat dengan mandiri untuk dapat memotivasi baik
dirinya maupun rekan sejawatnya.

Dalam mengevaluasi seluruh kegiatan yang direncanakan maka


perlu dilakukan kegiatan supervisi. Supervisi/pengarahan merupakan
kegiatan yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan
keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak
diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada
pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan
kegiatan memberi penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan
memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan
demikian pengawasan mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat

71
dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan terkait juga
dengan penilaian kinerja dan kompetensi perawat, yang akan berguna
dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak
langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan
tindakan atau kegiatan yang telah dilakukan.

Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih


berpengalaman, ahli atau atasan perawat dalam pelaksanaan tindakan atau
kegiatan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaiknya
disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa
penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk
tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan
harian, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.

Di ruang rawat pengawasan terhadap kepala ruang paviliun anak


dilakukan oleh Kepala Seksi dan konsultan. Pengawasan terhadap ketua
tim dilakukan oleh Kepala Seksi, konsultan dan kepala ruang paviliun
anak. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh Kepala
Seksi, konsultan, kepala ruang paviliun anak dan ketua tim.

Dalam pelatihan MPKP ini supervisi yang dilakukan terdiri dari


supervisi terhadap pelaksanaan operan, pre dan post-conference dan
supervisi itu sendiri yang dilakukan oleh kepala unit Penyakit
dalamterhadap ketua tim dan ketua tim terhadap perawat pelaksana.

Untuk pengendalian fungsi pengarahan ini, kepala unit Anak


menyusun rencana supervisi terhadap ketua tim dan perawat pelaksana
sebagai rencana bulanan, contoh rencana supervisi terlihat dalam tabel
2.10.

Tabel 2.11

Rencana Supervisi Perawat di Ruang Perawatan Anak ……………..


Bulan…………….

72
No Nama perawat Kasus/Masalah
Tanggal
Keperawatan

1 Riska 6 – 11 – Defisit Perawatan diris :


2019 Hygiene

2 Siesca 8 – 11– Hipertermia


2019

Dst

Rencana tindak lanjut :

Keterangan :

Format di atas diisi oleh supervisor (orang yang mensupervisi)


pada awal bulan, untuk rencana kegiatan menilai kemampuan dari yang
disupervisi terhadap pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Format dapat
ditulis dalam rencana 1 bulan yang mencakup seluruh aspek dari
pelayanan kepada klien, diusahakan rencana supervisi ini tidak diketahui
oleh perawat yang disupervisi untuk mencegah timbulnya data bias yang
mana biasanya ketika seseorang disupervisi maka pelaksanaan tugasnya
menjadi tidak seperti yang biasa dilakukan dan tidak bersifat
menyalahkan. Rencana tindak lanjut diisi untuk hal-hal yang perlu
perbaikan terhadap suatu hal misal kemampuan dalam melakukan
komunikasi terapeutik bagi perawat.

Proses pendelegasian tugas di unit anak MPKP merupakan bagian


yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ruang perawatan kelas 3 penyakit
dalam. Pendelegasian tugas di ruangperawatan kelas 3 anakMPKP
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil.

Pendelegasian terencana yaitu pendelegasian yang memang


otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di
ruang paviliun anak MPKP. Bentuknya dapat berupa :

73
a. Pendelegasian tugas kepala unit Anak kepada ketua tim yang
kompeten untuk menggantikan sementara tugas kepala unit
Anakkarena alasan-alasan tertentu.
b. Pendelegasian tugas kepala unit Anak kepada penanggung jawab shift.
c. Pendelegasian Perawat Primer kepada perawat asosiet dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh
perawat primer.

Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu personil Ruang


perawatan anak MPKP berhalangan hadir, maka pendelegasian tugas harus
dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala
Seksi Keperawatan, Kepala ruang anak atau Penanggung jawab shift
tergantung kepada personil yang berhalangan. Mekanismenya sebagai
berikut :

a) Bila kepala ruang Anak berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu
ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang penyakit dalam
b) Bila ketua tim berhalangan hadir maka kepala ruang Anak menunjuk
salah satu anggota tim yang paling kompeten untuk menggantikan
tugas ketua tim tersebut.
c) Bila perawat asosiet berhalangan hadir, sehingga satu tim kurang
personil, maka kepala unit gawat darurat/penanggung jawab shift
berwenang untuk memindahkan perawat asosiet dari tim lain untuk
masuk ke tim yang kekurangan personil.

Prinsip-prinsip pendelegasian tugas :

a) Pendelegasian tugas terencana harus dengan menggunakan format


pendelegasian tugas
b) Personil yang diberikan tugas adalah personil yang kompeten dan
setara dengan kemampuan yang digantikan
c) Uraian tugas yang didelegasikan harus dikomunikasikan secara verbal
dengan jelas dan terinci, baik lisan maupun tertulis

74
d) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitasn yang
dihadapi.
e) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksannakan dan hasilnya.

Instrumen penilaian supervisi Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dapat


dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.12

Instrumen Evaluasi Supervisi

Ruang Perawatan Anak : ……………………………..


Hari/ Tanggal : ……………………………..
Asesi : ……………………………..
Assessor : ……………………………..
Tujuan : ……………………………..

Dilakuka Ke
Evaluasi & Hasil Penilaian Tdk Dilakukan
n t

1 Poin SOP yang dilakukan

2 Poin SOP yang tidak


dilakukan

Total skor

Keterangan : - Dilakukan =1

- Tidak dilakukan =0

Total Skor
Nilai = X 100 %
- 7

75
Sukabumi , ……………………

Supervisor

( )

4. Fungsi Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau


standar output/ hasil dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang
merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, audit dokumentasi
keperawatan

Kepala ruang perawatan anakakan membuat laporan hasil kerja


bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (Proses evaluasi = audit
proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja
sama dengan tim rumah sakit atau tim ruang Anak yang membuat sendiri.

Secara umum dalam rangka mempertahankan kualitas asuhan dan


pelayanan keperawatan maka pengawasan dan pengendalian akan
diterapkan secara disiplin di ruang perawatan anak.

1) Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung
agar pelayanan dilakukan sesuai dengan yang seharusnya

a) Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung dilakukan oleh kepala ruang anak,
dilakukan langsung kepada ketua tim/ perawat primer dan perawat
asosiet dengan langsung mengobservasi kegiatan asuhan

76
keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer dan perawat
asosiet tersebut.

Pengawasan terhadap kepala ruang anak juga dilakukan


oleh kepala seksi dan konsultan terhadap pengelolaan yang
dilakukan oleh kepala ruang anak.

b) Pengawasan Tidak Langsung


Dilakukan dengan pemeriksaan dokumentasi yang ada
terkait dengan aktifitas dari staf keperawatan yang ada. Bentuknya
antara lain :

(1) Pemeriksaan daftar hadir


(2) Pemeriksaan catatan dokumentasi
(3) Pemeriksaan laporan kondite staf

2) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu diterapkan di unit AnakMPKP dilakukan
secara rutin untuk mendapatkan gambaran perkembangan mutu asuhan
dan pelayanan keperawatan

a) Indikator Mutu
(1) Indikator Proses : Angka prosentase dokumen proses
keperawatan
(2) Indikator Output :
(a) Tingkat Kepuasan Klien dan Keluarga
(b) Tingkat kepuasan perawat
(c) Tingkat kepuasan tenaga lain
(d) Lama hari rawat
(e) Angka pengekangan klien
b) Kegiatan Mutu

77
(f) Audit dokumentasi proses keperawatan dilaksanakan 3
bulan sekali
(g) Survey kepuasan klien dan keluarga setiap klien pulang
(h) Survey kepuasan perawat tiap 6 bulan
(i) Survey kepuasan tenaga kesehatan lain (Tim Kesehatan
Jiwa)
(j) Penghitungan lama hari rawat klin (Length of Stay)
c) Tindak Lanjut
Setelah ada hasil didapatkan maka dilakukan langkah-langkah
perbaikan mutu dengan memperhitungkan standar yang ditetapkan.

Pada pelatihan MPKP ini fungsi pengendalian dengan melakukan audit


dokumentasi keperawatan pada rekam medik klien yang pulang, lalu dibuat
rekapitulasinya untuk ruang Penyakit dalam. Format audit dokumentasi pada
ruang Anakdapat menggunakan format dari Keliat, B.A. dkk, seperti terlihat
pada tabel 2.12 di bawah ini

Tabel 2.13

Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan keperawatan

No Keteranga
Aspek Yang Dinilai Kode Rekam Medik Klien
. n

A. Pengkajian

1. Mencatat data yang dikaji sesuai


dengan pedoman pengkajian

2. Data dikelompokkan (bio-psiko-


sosio-spiritual)

3. Data dikaji sejak klien masuk


sampai pulan

4. Masalah dirumuskan berdasarkan


kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi

78
No Keteranga
Aspek Yang Dinilai Kode Rekam Medik Klien
. n

kehidupan

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTANSE

B. Diagnosa

1. Diagnosa keperawatan berdasarkan


masalah yang telah dirumuskan

2. Diagnosa keperawatan
mencerminkan PE/PES

3. Merumuskan diagnosa aktual/risiko

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTASE

C. Perencanaan

1. Rencana tindakan berdasarkan Dx


Keperawatan

2. Rencana tindakan disusun menurut


urutan prioritas

3. Rumusan tujuan, mengandung


komponen klien/subyek, perubahan
perilaku, kondisi klien dan atau
criteria

4. Rencana tindakan mengacu pada


tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas

5. Rencana tindakan menggambarkan


keterlibatan klien/keluarga

6. Rencana tindakan menggambarkan


kerjasama dengan tim kesehatan

79
No Keteranga
Aspek Yang Dinilai Kode Rekam Medik Klien
. n

lain

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTASE

D. Tindakan

1. Tindakan dilaksanakan mengacu


pada rencana keperawatan

2. Perawat mengobservasi respon klien


terhadap tindakan keperawatan

3. Revisi tindakan berdasarkan hasil


evaluasi

4. Semua tindakan yang telah


dilaksaakan dicatat ringkas dan jelas

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTASE

E. Evaluasi

1. Evaluasi mengacu pada tujuan

2. Hasil evaluasi dicatat

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTASE

F. Catatan Asuhan Keperawatan

1. Menulis pada format yang baku

2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan


tindakan yang dilaksanakan

80
No Keteranga
Aspek Yang Dinilai Kode Rekam Medik Klien
. n

3. Pencatatan ditulis dengan jelas,


ringkas, istilah yang baku dan benar

4. Setiap melakukan tindakan/kegiatan


perawat mencantumkan paraf/nama
jelas dan tanggal, jam dilakukannya
tindakan

5. Berkas catatan disimpan sesuai


dengan ketentuan yang berlaku

SUBTOTAL

TOTAL

PROSENTASE

Survei masalah klien yang diambil dari klien baru yang dirawat pada bulan
bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat
standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan
oleh kepala ruang Anakdalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Contoh
survey masalah keperawatan terlihat pada tabel 2.13

Tabel 2.14

Survei Masalah Keperawatan di Ruang Perawatan Anak………….

T Bulan …………..

Keluhan Utama/Masalah SAK


Nama Klien
No Keperawatan Ada Tidak ada

Dst

81
Jumlah klien baru pada bulan ………………….. = .......... orang

Masalah keperawatan yang muncul :

1…………..

2…………..

3…………..

4…………..

Masalah yang sudah ada SAK = ………..

Masalah yang belum ada SAK = ………..

Rencana tindak lanjut :

BAB III

MANAJEMEN RUANGAN

A. Gambaran RSUD Jampang Kulon

Rumah Sakit Umum Daerah Jampangkulon pada mulanya sebuah

PUSKESMAS dengan tempat perawatan, kemudian ditingkatkan menjadi Rumah

Sakit Umum Daerah Jampangkulon atas dasar tuntutan dari masyarakat yang

menghendaki didirikannya rumah sakit di daerah Jampangkulon karena secara

geografis maupun demografis jarak menuju rumah sakit lain di wilayah Sukabumi

terlalu jauh sekitar 100 km dengan jarak tempuh 3–4 jam. Dan sekarang sebagai

unsur penunjang Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang

pelayanan kesehatan, serta sebagai penyelenggara pemerintah daerah yang

berfungsi melaksanakan pengkoordinasian, perumusan kebijakan makro/umum

82
pemerintah daerah, penyelenggaraan administrasi pemerintah, pengelolaan

sumber daya aparatur, keuangan, sarana dan prasarana serta membina hubungan

kerja dengan seluruh organisasi perangkat daerah.

Selain itu juga berfungsi sebagai pengorganisasian yang keberadaanya

menjadi symbol (bench mark) supremasi pemerintahan daerah. Dengan

ditetapkanya Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 17 Tahun 2002 tentang

Pembentukan dan Penataan Rumah Sakit Umum Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan Nomor 608 Tahun 2002 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Jampangkulon Kabupaten Sukabumi,

mempertegas peran dan fungsi Rumah Sakit dalam penyelenggaraan pemerintah

Kabupaten Sukabumi di era otonomi daerah.

1. Tugas pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 17 Tahun

2002 dan Nomor 608 Tahun 2004. Rumah Sakit Umum Daerah Jampangkulon

sebagai unsur penunjang Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan

yang mempunyai tugas pokok melaksanakan segaian kewenagan daerah di

bidang pelayanan kesehatan, dan dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah

dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah.

a. Tugas Pokok

83
Rumah Sakit Umum Daerah Jampangkulon mempunyai Tugas Pokok

melaksanakan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah di bidang

Pelayanan Kesehatan

b. Fungsi

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Rumah Sakit Umum Daerah

Jampangkulon Kabupaten Sukabumi. Mempunyai Fungsi Sebagai berikut :

1) Menyusun rencana dan program kerja di bidang pelayanan kesehatan.

Pembinaan dan Pengendalian Ketatausahaan, Rawat Inap, dan Rawat Jalan,

Pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2) Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama di bidang pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan monotoring dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas di bidang

pelayanan kesehatan.

3) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas RSUD kepada Bupati melalui Sekertaris

Daerah.

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai bidang tugasnya

c. Dasar Hukum

1) Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor : 1350/MENKES/SK/XII/2004

tentang RSUD Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.

2) Peraturan Daerah No. 17 tahun 2002 tentang Pembentukan dan Penataan

RSUD Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.

3) Keputusan Bupati Nomor 608 Tahun 2002, tentang Organisasi dan Tata

Kerja RSUD Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.

84
d. Rumusan Visi dan Misi RSUD Jampangkulon

Visi RSUD Jampangkulon

Untuk mewujudkan sistem pelayanan kesehatan yang berbasis kompetensi,

maka pihak pengelola RSUD Jampangkulon menyusun visi, misi untuk

menyatukan komitmen antara pihak pengelola dengan masyarakat sehingga

arah dan tujuan yang akan di capai sangat jelas dan dapat diketahui oleh

semua orang, berdasarkan sistem pelayanan kesehatan yang berbasis

kompetensi, maka

VISI RSUD Jampangkulon adalah ”Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah

Jampangkulon sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan yang Prima”. Adalah

Rumah Sakit sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan yang Prima, diartikan

sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit yang didalamnya

mencakup Sarana, Prasarana, Sumber Daya Manusia yang jujur (Shiddiq),

Dipercaya (Amanah) Cerdas (Fathonah), Komunikatif (Tabligh). Dengan

demikian diharapkan seluruh stakeholder di RSUD Jampangkulon dapat

mewujudkan kesatuan gerak langkah pelayanan kesehatan yang Tepat Guna

Efektif dan Efisien.

Misi RSUD Jampangkulon

1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang bermutu, dalam bidang

Kebidanan, Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Lainnya.

Sesuai dengan Program Upaya Kesehatan Perorangan dalam meningkatkan

kunjungan dan cakupan Pelayanan Kesehatan rujukan bagi masyarakat dan

keluarga miskin dengan memprioritaskan pelayanan di bidang Kebidanan,

85
Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan lainnya dengan dukungan penduduk yang

menyebar di wilayah Sukabumi bagian Selatan menjadikan rumah Sakit

sebagai pelaksana pelayanan tertantang untuk mengoptimalkan pelayanan

tersebut.

2) Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia baik secara Kualitas maupun

Kuantitas

Untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia yang bermutu secara kualitas

maupun kuantitas dilakukan upaya peningkatan mutu, etika, profesional dan

berahlaq mulia, dengan demikian diharapkan akan mendorong SDM yang

dimiliki oleh RSUD Jampangkulon agar senantiasa dalam mengolah dan

mengelola Sektor Unggulan (Basis) yang dimiliki dengan didukung penerapan

dan penguasaan teknologi tepat guna

3) Mengembangkan Sarana dan Prasarana

Dalam rangka pengembangan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit di

perioritaskan untuk penunjang pelayanan kebidanan, Penyakit Dalam, Bedah,

Anak dan lainnya, dengan tersedianya Infrastruktur yang memadai diharapkan

dapat menciptakan produktivitas Sumber Daya Manusia yang pada giliranya

menciptakan produktivitas Kabupaten Sukabumi.

e. Motto RSUD Jampangkulon

“Mitra Anda Menuju Sehat”

Strategi Umum

1) Mengatasi Masalah Internal Rumah Sakit.

86
2) Kerja Sama dengan Instansi Kesehatan/Nonkesehatan Pemerintah maupun

Swasta.

3) Meningkatkan Mutu Pelayanan secara Berkesinambungan.

4) Pemasaran Rumah Sakit

f. Kebijakan Strategis

Untuk dapat mewujudkan visi dan misi RSUD Jampangkulon

Kabupaten Sukabumi tersebut di atas maka telah disepakati rumusan arah

kebijakan teknis sebagaimana tercantum dalam RPJM Daerah Kabupaten

Sukabumi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pelayanan

kesehatan yang bersifat social, dengan dijabarkan dalam bentuk

program/kegiatan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan dan

pengembangan RSUD Jampangkulon Kabupaten Sukabumi, berupa:

1) Program Upaya Kesehatan Masyarakat

2) Program Upaya Kesehatan Perorangan

3) Program Upaya obat dan Perbekalan Kesehatan

B.Tinjauan Ruangan Anak


Ruangan Ujung Genteng RSUD jampang Kulon merupakan tempat
perawatan inap pasien anak kelas 3 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 64
tempat tidur (TT), terbagi atas kelas 3 sebanyak 16 TT. Metode MPKP yang
digunakan adalah tim. Jumlah sumber daya manusia sebanyak 14 orang
perawat yang terbagi menjadi 2 tim.
Gambaran Spesifik Ruang Anak :
a. Letak
Ruang Anak di RSUD Jampang Kulon

87
b. Kapasitas unit
Ruang anak berkapasitas 16 TT
1. Ruang dispensing obat
2. Ruang perawatan
a) Kamar kelas 3 dengan kapasitas 16 TT
3. Pendaftaran ( Nurse station )
4. Kamar mandi
5. Pantry
6. Spool hool
c. Tingkat kunjungan klien ruang anak
Jumlah kunjungan yang dirawat inap di ruang anak adalah 14
pasien setiap harinya.
1. Hasil Kajian Situasional di Ruang Ujung genteng
1. Man (Manusia)
a. SDM Perawat Ruang Ujung genteng Tahun 2020

Tabel 3.1
Jumlah Ketenagaan Perawat Ruang Ujung Genteng
Pelatihan
Masa Yang
No Nama Pddkn Jabatan
kerja Pernah
Diikuti
1. Rita Uminarsih S1, Ners Karu Lampiran
2. Indah Fitriani S1, Ners Tim 1
3. Lismayanti D3 Tim 11
4. Rina Noviani D3 PP IV
5. Nora D3 PP V
6. Rindy D3 PP VI
7. Senja D3 PK
8. Novita D3 PK
9. Indrian D3 PK
10. Dewi D3 PK
11. Savira D3 PK
12. Kestie D3 PK
13. Marthia D3 PK
14. Andri D3 PK

88
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah total
tenaga keperawatan di ruang ujung genteng yaitu sebanyak 14 orang
perawat yang terdiri atas 1 orang kepala keluarga, 2 orang ketua tim, 11
orang perawat fungsional. Untuk jenis pelatihan yang pernah diikuti
terlampir pada lampiran.
Tabel 3.2
Jumlah Perawat Menurut Status
No Status Pegawai Januari 2018 %
1. PNS 5 orang 27
2. TKK 9 orang 73
Jumlah 14 orang 100
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, menunjukkan bahwa terdapat5 orang
(27%) pegawai negeri sipil, dan 9 orang (73%) TKK.

Tabel 3.3

Jumlah Perawat anakmenurut Jenjang Pendidikan

No Jenis Pendidikan Januari 2018 %


1. S1 Keperawatan, Ners 2 orang 27
3. D III Keperawatan 12 orang 73
Jumlah 14 100

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, menunjukkan bahwa terdapat 2


orang (40%) perawat berpendidikan Skep, Ners dan 12 perawat (60%)
memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan.

Tabel 3.4
Jumlah Perawat AnakBerdasarkan Tingkat Usia

No Tingkat Usia Januari 2018 %


1. < 21 tahun 0 0
2. >21-30 tahun 11 80
3. >30-40 tahun 3 20
Jumlah 14 100

89
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, menunjukkan bahwa berdasarkan
tingkat usia, perawat di ruang ujng genteng berada pada usia reproduktif
yaitu pada usia >21-30 tahun sebanyak 11 orang (80 %)

Tabel 3.5
Jumlah Perawat Berdasarkan masa kerja

No Masa kerja Januari 2018 %


1. < 1 tahun 0 0
2. > 1-3 tahun 2 13,3
2. > 3-6 tahun 3 20
4. > 6-9 tahun 6 53
5. > 9-12 tahun 1 0
6. > 12-15 tahun 1 13,7
Jumlah 14 100

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, menunjukkan bahwa berdasarkan


masa kerja perawat di ruang ujung genteng yaitu pada masa kerja >3-6
tahun sebanyak 6 orang (53%)

Tabel 3.6
Jumlah Perawat Ujung Genteng Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Januari 2018 %


1. Kepala Ruangan 1 8,3
2. Ketua tIm 2 10.23
3. Perawat Fungsional 11 86,7
Jumlah 14 100

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, menunjukkan bahwa di ruang ujung


genteng terdiri dari 1 orang kepala rungan, 2 orang ketua tim dan 11 orang
perawat fungsional.

Tabel 3.7
Pengembangan SDM Keperawatan
(Daftar Perkembangan Perawat Terlatih/Mahir)
N DATA Januari
%
o PELATIHAN 2018
1. Menjahit Luka 1 orang 1,6
2. CI 1 orang 1,6
3. Code Blue 2 orang 12,5
4. Hecting 1 orang 1,6
5. Manajemen bangsal 1 orang 1,6

90
6. BTCLS 10 orang 62,5

b.Perhitungan Tenaga Keperawatan

1) Berdasarkan Formula Gillies (1989)


Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
Formula Gillies (1989) menggunakan rumus sebagai berikut11 :
Rata−rata jam perawatan per hr x ( BORxjmlh TT ) x 365 Hari
∑ Perawat=
(365 hari− jmlh hari libur) x jam kerja efektif per hari
Dimana Bed occupancy rate/BOR (Berdasarkan data
jumlah pasien periode bulan Januari 2018)
jumlah hari Perawatan dlm 1 bln x 100 %
BOR=
Jumlah Tempat tidur x 30 hari
1882
BOR= x 100 %
19 x 30 hari
1882
BOR= x 100 %
570
BOR=33 %
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang ujung
genteng yaitu:
Rata−rata jam perawatan per hr x ( BORxjmlh TT ) x 365 Hari
∑ Perawat=
(365 hari− jmlh hari libur) x jam kerja efektif per hari
Menurut Gillies (1989), rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk keperawatan langsung pada pasien yang didasarkan tingkat
ketergantungan pasien adalah 4-5 jam per pasien11. Jadi:
5 x ( 0,33 x 64 ) x 365 Hari
∑ Perawat=
( 365 hari−73 ) x 7 jam
5 x 21.12 x 365
∑ Perawat=
( 365−73 ) x 7

38544
∑ Perawat=
2044
∑ Perawat=19 Perawat

91
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang anak
menurut Formula Gillies (1989) adalah sejumlah 19 Perawat.

2. Methode
a. Struktur Organisasi Ruang Ujung genteng
Struktur organisasi dapat dilihat pada BAB II laporan ini.
Struktur organisasi diruangan yang terdiri dari Direktur Rumah Sakit,
kepala ruangan, keti=ua tim dan perawat fungsional, bagan struktur
organisasi di ruang ujung genteng sudah ada di ruangan perawat.
b. Penentuan metode keperawatan
1) Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimipinan yang diterapkan berdasarkan quisioner
yang dibagikan pada 36 perawat, dimana ditemukan sebanyak 56%
menjawab sering, 40 % menjawab selalu dan 4% menjawab jarang
(mendelegasikan wewenang, komunikasi, motivasi dan
koordinasi), sehingga dapat kita simpulkan bahwa tipe
kepemimpinan yang diterapkan adalah demokratis, dimana dalam
mendelegasikan wewenang, berkomunikasi, memotivasi, dan
melakukan koordinasi lebih cenderung ditetapkan secara bersama-
sama dengan anggota perawat lain.
2) Model MPKP
Model MPKP yang digunakan adalah metode modifikasi
Model Praktek Keperawatan Profesional tim, yaitu 1 kepala
ruangan, 2 ketua tim dan 11 perawat fungsional.
3) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan yaitu kegiatan yang bertujuan untuk
mengevaluasi pelaksanaan MPKP di tiap zona yang dilakukan oleh
case manejer keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua tim 1 dan ruang
ujung genteng, mengatakan bahwa ronde asuhan keperawatan
belum pernah dilakukan.

92
4) Discharge Planning
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan
yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien
pulang.
5) Supervisi
Supervisi adalah merencanakan ,mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong,
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus
pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana.

6) Efektifitas Dokumentasi Keperawatan Yang Digunakan


Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
menajemen asuhan keperawatan professional. Perawat professional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Berikut hasil observasi dokumentasi keperawatan di Ruang
Ujung genteng pada bulan Maret 2020:
Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi Hasil Observasi
Dokumentasi Keperawatan di Ruang Ujung genteng
No Dokumentasi Keperawatan %
Tim 1 Tim 2
1 Pengkajian 90 88
2 Penegakkan Diagnosa Keperawatan 88 89
3 Perencanaan 90 93
4 Pelaksanaan 90 97
5 Evaluasi 90 95
Jumlah
Rata-Rata 90 96
Berdasarkan observasi, didapatkan bahwa
pendokumentasian keperawatan yang dilakukan di Ruang ujung

93
genteng mencapai presentase 96%, hal ini dilihat dari
pendokumentasian keperawatan yang dilakukan masih kurang
efektif, dimana pengisian format dokumentasi belum sesuai dengan
ketentuan penilaian yang dilakukan oleh ketua tim.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala tim
ujung genteng, Ia mengatakan bahwa tekhnik pendokumentasian
akan dikembalikan ke format menurut kasus pasien. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan dalam penegakkan diagnose
berdasarkan teory dari kasusnya, sehingga pengangkatan dignosa
dan rencana keperawatan dapat mencapai tujuan dan memudahkan
dalam proses pendokumentasian asuhan keperawatannya. Hal lain
yang mempengaruhi proses pendokumentasian oleh katim adalah
keterbatasan waktu katim, dimana katim terkadang juga merangkap
menjadi PA.
7) Efektifitas komunikasi terapeutik
Komunikasi sudah cukup baik, namun hubungan terapeutik
belum dibangun dengan sempurna.
8) Efektfitas universal precaution
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU)
atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah
penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas
kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr.
Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso
(2006), Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru
untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua
pasien, tanpa memperdulikan status infeksi2.
Berikut adalah hasil observasi tentang pelaksanan universal
precaution di Ruang HMM LT 3 :
Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pengedaan Kelengkapan
Universal Precaution Pada Perawat di Ruang ujung genteng
No Komponen Ya Tidak

94
1. Sarung tangan tersedia/mudah didapat √
2. Masker tersedia/mudah didapat √
3. Baju pelindung/baju kerja tersedia √
4. Tempat sampah medis tersedia √
5. Tempat sampah non medis tersedia √
6. Tempat sampah benda tajam √
7. Tempat plabot infuse √
8. Protap pembuangan sampah medis, non medis

tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)
9. Wadah tempat merendam instrument bekas

pakai tersedia
10. Protap pencucian alat/instrument bekas pakai

tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)
11. Larutan klorin/desinfektan /sabun cuci tangan

tersedia.
12. Tempat cuci tangan dengan air mengalir

tersedia
13 Protap mencuci tangan tersedia (mudah

dibaca oleh setiap petugas)
14 Protap dari tindakan –tindakan keperawatan
telah menggambarkan prinsip universal √
precaution
Total 11 3
11
Presentase Total x 100 %=78,5 %
14
Ket :
Tinggi: Jika Nilai ≥ 60
Rendah: Jika Nilai < 60

9) Efektifitas patient dan staff safety


a. Angka infeksi karena jarum infus
Flebitis atau infeksi karena jarum infus didefinisikan
sebagai peradangan akut lapisan internal vena, yang ditandai
oleh rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan,
bengkak dan hangat, serta dapat dirasakan disekitar daerah
penusukan (PPNI 2009 dalam Nursalam 2011).

Penilaian Flebitis Berdasarkan Skor VIP


IV Line Nampak Sehat 0 Tidak ada Observasi
tanda flebitis kanul
Terdapat salah satu tanda- 1 Mungkin Observasi

95
tanda berikut yang jelas : tanda-tanda kanul
a. Sedikit nyeri dekat IV pertama
line flebitis
b. Sedikit kemerahan
dekat IV line
Dua dari tanda-tanda 2 Tahap awal Pindahkan
berikut : flebitis kanul
a. Nyeri pada IV line
b. Kemerahan
c. Pembengkakan
Semua tanda-tanda 3 Tahap Pindahkan
berikut adalah nyata: menengah kanul,
a. Nyeri sepanjang kanul flebitis pertimbangkan
b. Kemerahan perawatan
c. Pembengkakan infeksi
Semua tanda-tanda 4 Tahap lanjut Pindahkan
berikut adalah nyata: flebitis atau kanul,
a. Nyeri sepanjang kanul awal pertimbangkan
b. Kemerahan tromboflebitis perawatan
c. Pembengkakan infeksi
d. Vena teraba keras
Semua tanda-tanda 5 Stadium lanjut Memulai
berikut adalah nyata: tromboflebitis perawatan
a. Nyeri sepanjang kanul infeksi.
b. Kemerahan
c. Pembengkakan
d. Vena teraba keras
e. Pireksia

Dari hasil wawancara dengan katim yang bertanggung


jawab dengan mutu pelayanan, perawat rpimer mengatakan
bahwa dalam tiga bulan terkahir tidak ditemukan angka
kejadian phlebitis. Dari hasil observasi selama 1 minggu dinas
di ruang ujung genteng, mahasiswa tidak menemukan kejadian
phlebitis, hal ini dikarenakan, rumah sakit memiliki standard
dan cara pencegahan kejadian phlebitis yang juga
diimplementasikan, misalnya dengan rutin mengganti letak
infuse pada pasien yang dirawat lebih dari 3 hari. Dan sudah
didokumentasikan di PMKP.
c) Angka kejadian pasien jatuh

96
Pasien dikategorikan beresiko jatuh pasien apabila
mempunyai satu atau lebih factor beresiko jatuh pada saat
pengkajian7:
(1) Faktor resiko intrinsic, antara lain:
1. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2. Diagnosis/perubahan fisik
3. Mediasi dan interaksi obat.
(2) Factor ekstrinsik (lingkungan), antara lain :
(a) Tingkat pencahayaan
(b) Permukaan lantai
(c) Furniture
(d) Ketinggian tempat tidur, kunci tempat tidur
(e) Call bell
(f) Penggunaan alat bantu
(g) Lama rawat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan katim yang
bertanggung jawab dengan mutu pelayanan, katim mengatakan
bahwa dalam 3 bulan terakhir tidak terdapat pasien jatuh.
d) Angka infeksi karena dower kateter
Berdasarkan hasil wawancara, dalam 3 bulan terakhir
tidak ada kejadian infeksi karena dower kateter.
10) Orientasi Pasien Baru

11) Intruksi Kerja


Terdapat IK (Intruksi Kerja) sebagai pedoman para staf
dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan.
Berdasarkan hasil tabulasi data dari angket yang dibagikan
pada 12 orang perawat, menunjukkan bahwa sebanyak 7 orang
perawat (84%) menyatakan selalu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan Intruksi Kerja yang ada dalam ruangan,

97
dan sebanyak 5 orang (16%) menyatakan sering tidak melakukan
asuhan keperaawatn sesuai IK.

12) SAK (Standar Asuhan Keperawatan)


Terdapat Standar Asuhan Keperawatan di ruang HMM LT
3, namun berdasarkan wawancara dengan Ketua tim , Ia
mengatakan bahwa pada kenyataannya pelaksanaan SAK belum
dijalankan secara Optimal.
13) Pengelolaan Obat Ruangan
Teknik pengelolaan obat dilakukan dimana seluruh obat di
simpat di tempat obat pasien yang tersedian di masing-masing
pasien. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.

3.Material
a) Sarana dan Prasarana
Tabel 3.26
Sarana dan Prasarna yang tersedia di Ruang ujung genteng
Sarana dan Prasarana yang ada di Ruangan
No Keterangan
Jenis Sarana dan Prasarana Ada Tidak Ada

98
1. Nurse Station √
2. Meja dan Kursi √
3. Alat Tulis Kerja √
4. Tempat Istrahat Perawat √
5. Tempat Istrahat Dokter √
6. Tempat Untuk Sholat √
7. Kamar Mandi √
8. Tempat Cuci tangan √
9. Ruang Ganti Perawat √ Gbg dgn
10. Telpon Ruangan √ ruang sholat
11. Form Inventaris alat di tiap √
ruangan

Hasil analisa : dari hasil observasi, meja dan kursi di nurse station
sudah sesuai dengan kuantitas perawat dalam satu shift. Berdasarkan
hasil observasi pula, tidak ditemukan ruang sholat khusus keluarga
pasien .

b) Sarana Dan Prasarana Untuk Pasien


Tabel 3.27
Sarana dan Prasarna yang tersedia Untuk Pasien di Ruang ujung
genteng
Sarana dan Prasarana yang ada di Ruangan
No Keterangan
Jenis Sarana dan Prasarana Ada Tidak Ada
1. Tempat Tidur √
2. Alat Tenun √
3. Identitas pasien dalam √
kamar
4. Master Daftar Pasien di
ners station √
5. Identitas pasien di luar √
tempat tidur
6. Standar infuse √
7. Kamar mandi √
8. Tutup sampiran per pasien √
9. Alat panggil perawat √
10. Pispot √
11. Kursi dan meja pasien √
12. Keranjang obat √
13. Gordyin √

99
14. Rak handuk √
15. Kesed √
16. Kaligrafi √
17. Jam dinding √
(Standar Depkes RI tahun 2006)
Hasil analisa :Berdasarkan hasil observasi, tidak terdapat identitas
pasien pada setiap kamar tidur pasien. Identitas pasien menggunakan
peneng pasien , karena dapat meminimalkan terjadinya eror human,
atau kesalahan perawat dalam melakukan tindaktidak ada nan. Tetapi
untuk kamar mandi pasien jarak dari tempat tidur pasien . selain itu
tidak adanya sentral oksiogen pada setiap tempat tidur pasien
sehingga resiko tabung terjatuh sangat tinggi walaupun di setiap
tabung oksigen terdapat sabuk pengaman.
c) Sarana dan prasarana alat kesehatan
1) Alat Medis Keperawatan
Tabel 3.28
Alat Medis Keperawatan

100
No Nama barang Jml Kondisi
yang ada
1. Ambu bag 1 Baik
dewasa
2. Pispot 5 Baik
3. Urinal 5 Baik
4. Sputum pot - -
5. Wwz/buli-buli 4 Baik
6. Stetoskop 2 Baik
7. Gerusan obat - -
8. Tongue spatel 2 Baik
9. Tromol kassa - -
sedang
10. Tromol kassa 1 Cukup baik
besar
11. Bak spuit kecil 3 Baik
12. Kom tertutup - -
13. Korentang + 1 Baik
tempat
14. Tromol kassa - -
kecil
15. Kom kecil 3 Baik
16. Pinset anatomis 4 Baik
17. Gunting hecting 1 Baik
18. Gunting biasa 1 Cukup baik
19. Bak instrumen 3 Baik
kecil
20. Bak istrumen 3 Baik
besar
21. Bak instrumen 4 Baik
sedang
22. Gunting verban 1 Baik
23. Reflek hamer 1 Baik
24. Dorongan 1 Baik
oksigen
25. Tensimeter 3 Baik
mobile
26. Stetoskop 2 Cukup baik
27. Alat huknah - -
28. Lampu baca foto 1 Cukup Baik
29. Set GV 1 Baik
30. Nebulizer 1 Baik
31. Trolley EKG - -
32. Bedside monitor 1 Baik
33. Oximetri 1 Baik
34. Timbangan BB 1 Baik
35. Kursi roda 2 1 Baik
36. Penlight 2 Baik
37. Regulator O2 14 Baik
38. Blankar 1 Baik
39. Tabung O2 kecil 1 Baik
40. Standar infus 30 Baik
41. Sampiran 2 Baik
42. Tempat tidur 30 Baik
43. Lemari pasien 30
101 Baik
44. Kasur busa 28 Baik
45. Lemari 1 Baik
instrumen
46. Instrumen troley 1 Baik
Hasil analisa data : Berdasarkan data yang ada, diperoleh hasil
bahwa alat medis keperawatan di ruang ujung genteng sudah sesuai
dengan satandar Depkes dan layak pakai.

(h) Dokumentasi Keperawatan


Tabel 3.32
Hasil Observasi Kelengkapan Format Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan

1) Tidak ada kamar perawat dan ruang sholat kurang memadai.


2) Ada beberapa alat yang rusak dan kurang memadai. Namun
tertupi dengan sudah adanya sarana alat kesehatan yang baru
dan baru beberapa yang dipergunakan.
c. Alat tenun tidak memadai dan tidak sesuai dengan standar Depkes.
d. Penataan ruangan ujung genteng kurang rapih karena administrasi
bergabung dengan nurse station perawat.
1. Money
RSUD jampang kulon merupakan rumah sakit milik pemerintah
Daerah Jawa Barat. Untuk alokasi dana rumah sakit, misalnya untuk alat-
alat medis dan keperawatan diberikan oleh pemerintah (APBD).
Sedangkan untuk dana renovasi ada alurnya dan tidak dikelolah oleh
ruangan melainkan dikelolah oleh rumah sakit. Alur pengajuannya yaitu :
Kepala Zona membuat surat pengajuan perbaikan sarana dan prasarana ke
kepala instalasi rawat inap, kemudian dilakukan pengecekan oleh logistic

102
dan melakukan pengajuan ke Rumah Sakit. Untuk pengajuan dana sendiri
tergantung sesuai dengan berapa banyak permintaan dana yang dibutuhkan
oleh ruangan.
Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan didapatkan setiap bulan
di Rumah Sakit, dimana Rumah Sakit mendapatkan dana tersebut dari
hasil pelayanan Rumah Sakit yang dikelolah sendiri. Berdasarkan DPA
yang sudah ditetapkan intensif diberikan satu bulan sekali bagi perawat
sesuai golongan, masa kerja, jabatan, status kepegawaian (Kontrak,
Magang, Karyawan tetap), yaitu dikelolah oleh SDM. Sedangkan intensife
berdasarkan jasa tindakan perawat yaitu setiap tanggal 17 diberikan oleh
pihak rumah sakit.Untuk fasilitas kesehatan pasien sendiri dikelolah oleh
rumah sakit.
2. Market
a) Pengertian Marketing (Pemasaran)
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk
sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi
tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses
kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan.Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.

103
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja)
dalam suatu organisasi. Pada pengertian ini struktur organisasi menunjukan
adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-
kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (terkoordinasi). Selain itu
struktur organisasi juga menunjukan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi pada umumnya digambarkan dalam suatu bagan yang
disebut dengan bagan organisasi. Bagan organisasi adalah suatu gambar struktur
organisasi yang formal dimana dalam gambar tersebut ada garis-garis yang
menunjukan kewenangan dan hubungan komunikasi formal yang tersusun secara
hierarkis. Pada ruangan perawatan neurologi, MPKP struktur organisasi ini di
rancang oleh kepala ruang perawatan neurologi yang disetujui oleh kepala bidang
keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan MPKP di tiap zona yang dilakukan oleh case manajer keperawatan.
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam

104
menerima pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur
yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah ruangan
rawat inap, baik rujukan dari rumah maupun rujukan dari rumah sakit atau
puskesmas sebelumnya yang menjadi tempat berobat. Selain itu bahwa
penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan sebab
sebelum melakukan pemeriksaan awal, perawat terlebih dahulu mengetahui
identitas pasien yang di peroleh ketika perawat menerima pasien baru baik
rujukan dari rumah maupun rujukan dari lembaga kesehatan sebelumnya seperti
rumah sakit atau puskesmas.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan  dan    adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan  oleh perawat setelah memberi asuhan kepada
pasen. Dokumentasi  merupakan suatu informasi  lengkap  meliputi  status
kesehatan pasen, kebutuhan  pasen, kegiatan  asuhan keperawatan serta respons
pasen  terhadap asuhan yang diterimanya.  Dengan demikian dokumentasi
keperawatan mempunyai porsi yang besar  dari catatan klinis pasen  yang
menginformasikan  faktor tertentu atau  situasi yang terjadi  selama asuhan
dilaksanakan. Disamping  itu catatan juga dapat sebagai wahana  komunikasi dan
koordinasi  antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.  Dokumentasi
asuhan  keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang
dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan
dalam menerapkan standar  dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi
setiap  tenaga keperawatan agar mampu  membuat dokumentasi keperawatan
secara baik dan benar.
Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan
sumberdaya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual
dan kepribadian manusia (Notoatmojo, 2012). Pendidikan (formal) adalah suatu
proses pengembangan kea rah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Pelatihan dibidang keperawatan merupakan salah satu kegiatan pengembangan
staf yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia (perawat)
(Gillies, 2012). Pelatihan adalah pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau

105
kecakapan yang menurut kamus besar bahasa Indonesia bertujuan untuk
membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu. Untuk mencari prestasi yang
baik diperlukan latihan yang terus menerus dan secara continue. Pelatihan adalah
merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan khusus seseorang atau kelompok
orang. Pelatihan adalah proses membantu pegawai- pegawai untuk memperoleh
efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui
pengembangan kebiasaan fikiran dan tindakan kecakapan, pengetahuan dan sikap.

B. Saran
1. Pihak Rumah sakit atau pemerintah
Rumah sakit hendaknya selalu memperhatikan pengelolaan kebutuhan
SDM perawat, peningkatan kualitas asuhan keperawatan neurologi dengan
mengikutsertakan perawatan dalan pelatihan pelatihan yang berhubungan dengan
keperawatan neurologi. Selain itu, sarana dan prasarana di ruang perawatan
khususnya pada ruang melati untuk lebih diperhatikan karena akan mmpengaruhi
dengan tingkat kepusan pasien rawat inap.
2. Perawat
Perawat untuk lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
khususnya keperawatan neurologi dan lebih mengoptimalkan orientasi pasien baru
untuk meningkatkan sosialisasi ruangan dari perawat kepada pasien dan keluarga.
Selain itu, perawat untuk lebih dioptimalkan dalam memanajemen pengelolaan
alat tenun.

106
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Yulastri,. (2013). Efektivitas Model Strategi Manajemen Konflik Perawat


Pelaksana terhadap Produktivitas Kerja Perawat di Rumah Sakit
Pendidikan. Manuskrip program doktoral. Depok : FIK UI

Dewi, S. C. (2011). Hubungan fungsi manajemen kepala ruang dan karakteristik


perawat dengan penerapan keselamatan pasien di IRNA I RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta. Tesis. FIK UI.
Handiyani, H. (2013). Hubungan peran dan fungsi manajemen kepala ruang
dengan keberhasilan upaya kegiatan pengendalian infeksi nasokomial di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis Tidak Dipublikasikam.
FIK UI.

Hidayati, R. I. (2015). Pengaruh pengetahuan, motivasi, sikap perawat dan bidan


terhadap penerapan budaya patient safety di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Tesis
Pascasarjana. Yogyakarta: UMY.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2015). Leadership role and management


functions in nursing: Theory and application eight edition: Philadelphia:
Lippincott.

Nursalam, 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


: Jakarta : Salemba Medika.

107
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik
keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Nursalam.
(2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik
keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Rohmah, S. P. (2012) Perilaku Organisasi. Buku kedua, Edisi ke -12. Penerbit :
Salemba Medika. Jakarta.

Rohmah, A. F. & Mandayanti, N. (2014). Pengaruh pemberdayaan psikologi dan


komitmen afektif terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai . jurnal
aplikasi manajemen, 10,1, 152-160.

Rusmianingsih, (2012). Hubungan penerapan metode pemberian asuhan


keperawatan dengan kepuasan kerja di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tanggerang tahun 2012. Tesis. Program Studi S2 Ilmu
Keperawatan UI Depok.

Sugiharto., B. A. Keliat dan T. Sri. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi


MPKP di Rumah sakit. EGC. Jakarta.

108

Anda mungkin juga menyukai