Anda di halaman 1dari 11

KOLABORASI KEGIATAN KUKERTA DAN PENDAMPINGAN UMKM: STUDI

KASUS
PERIZINAN USAHA DAN DESAIN KEMASAN PRODUKSI
TAHU MERDEKA DAN KERIPIK TEMPE OTW

COLLABORATION OF KUKERTA ACTIVITIES AND UMKM ASSISTANCE: A CASE


STUDY OF BUSINESS LICENSING AND PACKAGING DESAIGN FOR THE
PRODUCTION OF TOFU MERDEKA AND TEMPE OTW CHIPS

1. Siti mar’atus sholikhah NIM : 204180085


2. Lusiana pipit kartika NIM : 204180107
3. Uswatun khasanah NIM : 602180012
4. Reni rahayu ningsih NIM : 502180077
5. Miftahul jannah NIM : 602180041
6. Fitri wijayanti NIM : 201180169
7. Miatun karimah NIM : 204180047
8. Sinta Nur’aini NIM : 404180070
9. Nur Rohmah Febriani NIM : 203180111

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi,
Jambi

Email:
lusiana.pipit.kartika@gmail.com

Abstrak

KUKERTA (Kuliah Kerja Nyata) adalah mata kuliah yang harus diambil oleh
mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia sebelum menyelesaikan kuliah. Artikel ini
membahas mengenai program kerja mahasiswa KKN yang dapat berdampak positif bagi
pelaku UMKM di Desa Wanareja Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Provinsi Jambi,
khususnya pada UMKM produksi Tahu Merdeka dan UMKM Keripik Tempe OTW. Di
dalam program kerja tersebut, mahasiswa KKN UIN STS Jambi membawa misi Menciptakan
UMKM yang modern dan berdaya saing tinggi.
Kata kunci: Kukerta, UMKM, Pemasaran

Abstract

Kuliah Kerja Nyata (Kukerta, student community service) is a subject that must be
taken by university students in Indonesia to complete their study. This article discusses the
work program of KKN students that can have a positive impact on UMKM actors in
Wanareja village, Rimbo Ulu district, Tebo Regency, Jambi Province, especially on UMKM
producing Tofu Merdeka and UMKM OTW Tempe Chips. In the work program, KKN UIN
STS Jambi students carry a mission to create modern and highly competitive UMKM.

PENDAHULUAN

Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) merupakan salah satu wujud pengabdian mahasiswa
perguruan tinggi kepada masyarakat lewat pemberian bantuan pemberdayaan, pelatihan,
penyuluhan, pembimbingan, pendampingan dan untuk menyadarkan potensi yang dimiliki
oleh desa. Kukerta dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengembangkan sumberdaya
manusia dan lingkungan yang ada di desa dengan dilandasi oleh nilai-nilai budaya yang akan
memanfaatkan potensi lokal, sehingga taraf hidup masyarakat semakin meningkat.
Kukerta bagian dari kurikulum yang memiliki banyak potensi untuk dapat
memaksimalkan pelaksanaan tridharma yang melibatkan komunitas. Kukerta memang
didesain secara khusus dimana mahasiswa memiliki kemewahan dapat berada di tengah
masyarakat secara langsung dalam waktu yang cukup lama1. Dengan adanya kesempatan dan
peluang yang ada inilah peserta Kukerta seharusnya dapat berkontribusi secara aktif di dalam
lingkup masyarakat secara maksimal. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat
selama proses pembelajaran di bangku kuliah ke dalam kehidupan dan lingkup masyarakat
yang sesungguhnya.
Sebelum memberikan kontribusi dalam lingkup masyarakat yang sesungguhnya,
tentunya sebelum itu peserta Kukerta perlu melakukan pendekatan terhadap masyarakat
terlebih dahulu. Ada banyak metode pendekatan yang bisa digunakan salahsatunya yaitu
metode pendekatan pengabdian pada masyarakat yang dapat melibatkan peran yang aktif

1
Tim penyusun KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, “Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel
Surabaya, Asset-based community development (ABCD)” LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya. 2015: 11
masyarakat dalam rangka menemukan dan memberdayakan potensi yang ada pada mereka
yaitu Asset-based community development (ABCD). Melalui pendekatan ABCD, warga
masyarakat difasilitasi untuk merumuskan agenda perubahan yang mereka anggap penting 2.
Dengan metode ini masyarakat diikut sertakan secara langsung ke dalam tiap prosesnya,
sehingga dapat menumbuhkan semangat juang untuk menyukseskan program tersebut.
Desa Wanareja adalah desa yang terletak di kecamatan Rimbo Ulu kabupaten Tebo
provinsi Jambi, merupakan desa yang cukup luas dengan jumlah penduduk kurang lebih 8000
jiwa dengan mayoritas masyarakat bersuku jawa, dengan 90% masyarakat beragama Islam
dan 10% beragama Kristen. Sumber pendapatan masyarakat setempat berasal dari hasil
pertanian karet dan sawit, dan ada juga yang memiliki usaha sampingan berupa UMKM milik
perseorangan. Desa Wanareja memiliki potensi UMKM yang cukup banyak dan beragam,
namun ada beberapa UMKM yang mengalami kendala usaha seperti pada proses pemasaran
produk yang kurang maksimal dan kurang pahamnya masyarakat terhadap pentingnya surat
perizinan usaha yang memadai guna memaksimalkan proses pemasaran itu sendiri, hal inilah
yang membuat skala produksi tiap UMKM di desa Wanareja tidak mengalami perkembangan
secara signifikan.
Pada tahun 2021 Desa Wanareja merupakan salah satu desa yang menjadi lokasi
Kukerta mahasiswa UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Metode yang digunakan yaitu
pendekatan ABCD, dimana pendekatan ini menekankan kepada kemandirian masyarakat dan
warga aktif menjadi pelaku dan penentu pembangunan. Langkah awal yang dilakukan dalam
pendekatan ini yaitu pemetaan potensi desa. Berdasarkan hasil pemetaan potensi yang telah
dilakukan maka ditentukan bahwa potensi desa Wanareja berupa UMKM (Usaha Micro Kecil
dan Menengah) terbukti dengan prestasi yang pernah di raih di tingkat provinsi, Desa
Wanareja pernah mendapat predikat UMKM terbaik ke dua seprovinsi Jambi.
Dengan adanya potensi inilah, para pemilik UMKM diiring untuk dapat berperan aktif
dalam memajukan usahanya dan saling bersinergi satu sama lain untuk menciptakan Desa
Wanareja yang maju dan menciptakan masyarakat ekonomi kreatif yang modern dan berdaya
saing tinggi. Disinilah peran mahasiswa Kukerta sebagai pembantu dan memfasilitasi para
UMKM untuk mengembangkan wilayah pemasaran dan melengkapi surat perizinan usaha
yang sah, guna kelancaran usaha untuk jangka panjang.

2
Green, G. P., & Haines, A. Asset building & community development (4th ed.). Los Angeles: Sage
Publications. 2016
Sehingga dengan adanya kegiatan Kukerta pendampingan UMKM di Desa Wanareja
dalam mengembangkan proses pemasaran yang lebih modern ini dapat menjadikan desa
Wanareja sebagai desa industri yang berdaya saing tinggi.
METODE

Pemberdayaan yang dilakukan menggunakan pendekatan Asset Based Community


Development (ABCD). ABCD adalah jenis pendekatan kritis yang masuk dalam lingkup
pengembangan masyarakat berbasis pada kekuatan dan aset yang dipunyai masyarakat3.
Sebuah pendekatan yang sangat menekankan kepada kemandirian masyarakat dan
terbangunnya sebuah tatanan dimana warga aktif menjadi pelaku dan penentu pembangunan.
Metode ini melibatkan masyarakat dalm segala aspek perencanaan kegiatan yang akan di
laksanakan dimana kampus merupakan bagian dari pendamping komunitas yang akan
memberikan arahan program.
ABCD merupakan positive framework dalam membangun komunitas. Hal ini
menggeser persfektif anggota masyarakat dari orientasi kebutuhan ke pendekatan aset dalam
meningkatkan kemajuan perubahan sosial4. ABCD melibatkan kelompok dalam menilai
potensi dan aset lokal, dan dalam mengidentifikasi bagaimana aset tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga, lingkungan, dan lembaga5. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ABCD adalah praktik yang menjanjikan bagi masyarakat untuk terlibat dalam
menentukan dan mengidentifikasi potensi suatu daerah, merumuskan masalah yang dihadapi
masyarakat, dan mengambil tindakan untuk memajukan kualitas hidup melalui pemanfaatan
potensi6.

3
Tim penyusun KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, “Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel
Surabaya, Asset-based community development (ABCD)” LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya. 2015: 11
4
Mathie, A., & Peters, B. “Joint (ad) ventures and (in) credible journeys evaluating innovation: Assetbased
community development in Ethiopia”. Development in Practice, 2014. 24: 405–419
5
Kretzmann, J. P., & McKnight, J. L. Building communities from the inside out: A path toward finding and
mobilizing a community’s assets. Chicago: ACTA Publications. 1993
6
Alice K. Johnson Butterfield, Mulu Yeneabat, and David P. Moxley. “Now I Know My ABCDs”: Asset-Based
Community Development with School Children in Ethiopia”. National Association of Social Workers. 2016:
199
PEMBAHASAN

Tahapan Kegiatan
Kegiatan Kukerta yang dilaksanakan di Desa Wanareja merupakan kegiatan Kukerta
new normal, yang dimana pada proses pelaksanaannya pada saat masa pembatasan sosial
dikarenakan wabah virus covid19, yang saat ini sedang melanda di negara Indonesia. Dengan
adanya peraturan pemerintah yang membatasi interaksi sosial maka berdampak pada tatanan
proses Kukerta yang tidak bisa dilaksanakan seperti biasanya. Kegiatan Kukerta pada tahun
2021 ini dilaksanakan secara new normal yang berarti mahasiswa peserta Kukerta
melaksanakan kegiatan Kukerta di wilayah domisili desa masing-masing. Tahap pertama
sebelum melakukan kegiatan Kukerta di desa masing-masing, peserta mendapat pelatihan
melalui pertemuan secara online di aplikasi zoom meeting bersama dengan ketua pengurus
LPPM UIN STS Jambi guna mematangkan konsep Kukerta pada peserta agar dapat berperan
secara maksimal di lingkup masyarakat. Mahasiswa Kukerta juga melakukan pertemuan
secara virtual dengan dosen pendamping lapangan guna memantapkan program kerja yang
telah direncanakan.

Gambar 1: Kunjungan DPL Bersama Tim LPPM UIN STS Jambi


Tahap ke-dua pemetaan potensi. Mahasiswa yang telah milih lokasi Kukerta
melakukan survei lapangan wilayah desa didampingi oleh kepala dusun setempat. Mahasiswa
Kukerta umumnya sebelum melakukan program-program pengabdian harus melakukan
pemetaan potensi terlebih dahulu untuk mengetahui, dan memetakan potensi yang dimiliki
masyarakat. Dalam konteks masyarakat Desa Wanareja, masyarakatnya memiliki beberapa
potensi seperti perkebunan sawit dan karet serta UMKM yang berbentuk rumah produksi
yang cukup beragam.
Gambar 2: Pemetaan Potensi
Tahap ke-tiga penetapan potensi, setelah melakukan konsultasi dengan kepala desa,
kepala dusun dan pemilik UMKM setempat penetapan potensi pemasaran yang akan
dikembangkan adalah UMKM produksi tahu dan UMKM produksi keripik tempe. Penetapan
potensi tersebut berdasarkan arahan kepala dusun setempat yang beranggapan bahwah dua
UMKM tersebut memiliki potensi yang lebih bagus untuk prospek perkembangan desa
berikutnya. Kepala dusun setempat juga mengungkapkan bahwa jika dua UMKM tersebut
dapat mengalami kemajuan yang signifikan, maka akan membuka lapangan pekerjaan yang
lebih banyak untuk masyarakat di Desa Wanareja dan akan menekan angka pengangguran
yang ada. Tahap ke-empat pengembangan pemasaran produk, pada tahapan ini
mahasiswa Kukerta bersama dengan pemilik UMKM Tahu menetapkan nama produk dan
melengkapi surat-surat perizinan usaha. Sedangkan dengan UMKM Keripik Tempe,
mahasiswa Kukerta melakukan proses desain kemasan dan packaging produk agar terlihat
lebih menarik dan dapat menambah nilai jual produk. Dan untuk proses pemasarannya, selain
melakukan penjualan secara langsung dengan konsumen, mahasiswa Kukerta mengusulkan
untuk penjualan secara online melalui aplikasi jejaring sosial.

a. Tahu Merdeka b.Desain Kemasan Keripik Tempe OTW


c. Akun Pemasaran Produk d. Penyerahan surat NIB UMKM Tahu Merdeka
Gambar 3: Pengembangan Pemasaran Produk

Gambar 4: Pembuatan Surat Izin Usaha dengan Dinas terkait

Gambar 5: Produksi Tahu Merdeka


Gambar 6: Produksi Keripik Tempe OTW

Gambar 7: Pengemasan Keripik Tempe OTW


Dengan adanya inovasi proses pemasaran tersebut diharapakan kedua UMKM dapat
berkembang secara signifikan, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Desa Wanareja dan dapat menginspirasi pelaku UMKM yang lain yang ada di Desa
Wanareja.

Temuan-Temuan

Berdasar pengabdian masyarakat melalui program Kukerta dan pendampingan


UMKM untuk mengembangkan potensi pemasaran produk UMKM Desa Wanareja,
beberapa temuan yaitu pertama, dalam proses desain kemasan produk memerlukan keahlian
khusus dalam mengolah teknologi desain digital, maka dari itu pelaku UMKM semestinya
perlu mendapatkan pelatihan desain digital secara intensif, agar dapat menekan biaya
pembuatan desain kemasan bagi produknya dan dapat memperbaharui sendiri desainnya
apabila ada inovasi produk baru.
Ke-dua, ketidak tahuan pelaku UMKM akan proses pembuatan perizinan usaha dapat
menghambat proses pemasaran produk secara lebih luas. Maka dari itu perlu adanya
sosialisasi dari dinas terkait mengenai proses pembuatan surat perizinan usaha kepada para
pelaku usaha UMKM.
Ke-tiga, pengolahan limbah produksi juga perlu mendapatkan perhatian, hal ini
dikarenakan dapat mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti pada proses produksi tahu,
maka pada limbahnya dan tempat produksinya perlu mengikuti standar-standar yang sudah
ditentukan oleh pemerintah, setidaknya tidak mengganggu masyarakat sekitar dan kehidupan
hayati disekitanya. Pada kasus produksi Tahu Merdeka ini, pembuangan air limbahnya
dibuang langsung ke dalam kolam yang didalamnya terdapat ikan nila dan lain-lain, jadi
limbah tersebut bisa digunakan sebagai pakan alami untuk peternakan ikan tersebut.

PENUTUP
Kegiatan pemberdayaan potensi melalui kegiatan Kukerta dengan pendampingan
UMKM yang dilakukan Mahasiswa Kukerta UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi merupakan
usaha pengabdian masyarakat untuk mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat Desa
Wanareja Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo, sehingga memungkinkan tumbuhnya
industri masyarakat yang bernilai ekonomi. Melalui pengembangan proses pemasaran produk
UMKM yang lebih modern dan di dukung dengan surat perizinan usaha yang lengkap
diharapkan para pelaku UMKM di Desa Wanareja dapat menciptakan masyarakat ekonomi
kreatif di Desanya sendiri.
REFERENSI

Alice K. Johnson Butterfield, Mulu Yeneabat, and David P. Moxley. 2016. “Now I Know My
ABCDs”: Asset-Based Community Development with School Children in Ethiopia”.
National Association of Social Workers. 199
Green, G. P., & Haines, A. 2016. Asset building & community development (4th ed.).Los
Angeles: Sage Publications.
Kretzmann, J. P., & McKnight, J. L. 1993. Building communities from the inside out: A path
toward finding and mobilizing a community’s assets. Chicago: ACTA Publications
Mathie, A., & Peters, B. 2014. “Joint (ad) ventures and (in) credible journeys evaluating
innovation: Assetbased community development in Ethiopia”. Development in
Practice. 24: 405–419
Tim penyusun KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015 “Panduan KKN ABCD UIN
Sunan Ampel Surabaya, Asset-based community development (ABCD)” LPPM UIN
Sunan Ampel Surabaya. 11

Anda mungkin juga menyukai