Anda di halaman 1dari 12

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2.

Juli-Desember 2016

Revitalisasi Kelembagaan Bumdes Dalam Upaya Meningkatkan


Kemandirian dan Ketahanan Desa di Jawa Timur

Institutional Revitalization of Bumdes In Efforts to Increase Independence


and Village Resilience in East Java
Hari Fitrianto
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga, Surabaya
Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286, Indonesia
Email : info@fisip.unair.ac.id Telepon +6231 5011744

Abstract
The birth of the Village Lawbecame a new spirit for BUMDesto transform into noteworthy economic institutions
at village level and regional also. BUMDes strategic position as an institution of the village economy as well as
social institutions that can empower rural communities, that’s making BUMDes important to be study,
especially the lack of serious study aboutBUMDesinstitutional development. This study attempted to get thick
description and also try to compare at the same time. Comparison between BUMDes are able to survive, thrive
and less developed BUMDes.

Keywords: BUMDes, BUMDes Development, typology of BUMDes

Abstrak
Dengan hadirnya UU Desa sebagai spirit baru bagi BUMDes bertransformasi menjadi lembaga ekonomi yang
vital ditingkat desa. Posisi strategis BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa sekaligus sebagai lembaga social
yang bisa memberdayakan masyarakat desa, menjadikan BUMDes penting untuk dikaji, terlebih minimnya
kajian yang serius menggali problematika seputar BUMDes secara spesifik. Penelitian ini berupaya untuk
memotret BUMDes dan juga melakukan perbandingan dalam waktu yang bersamaan. Perbandingan antara
BUMDes yang mampu bertahan dan berkembang dengan BUMDes yang kurang berkembang.

Kata kunci: Kelembagaan BUMDes, tatakelola BUMDes, Tipologi BUMDes

Pendahuluan tidak lepas dari program penguatan


kapasitas, pembangunan usaha individu,
Badan Usaha Milik Desa kelompok dan bantuan yang berorientasi
(BUMDes) diorientasikan sebagai salah pemenuhan kebutuhan mendasar. Aktifitas
satu pilar yang berfungsi menyangga pemberdayaan masyarakat yang erat
pelaku-pelaku ekonomi mikro yang berhubungan dengan ekonomi inilah yang
berkembang di tingkat Desa. Dasar nantinya diharapkan mendapatkan
pemikirannya kehadiran BUMDes adalah apresiasi positif oleh BUMDes.
pertama, mampu menaungi aktivitas- Faktor lain yang mendasari
aktivitas ekonomi yang dikelola secara penguatan BUMDes adanya realita bahwa
kolektif oleh Desa, Kedua, strategi ini potensi sumberdaya manusia yang sudah
dipilih agar kelompok-kelompok penggiat terhimpun dalam kelompok-kelompok
ekonomi Mikro yang sedang ditumbuh ekonomi kerap mendapatkan kesulitan
kembangkan oleh pemerintah melalui keitka ingin mendistribusikan produk
Bantuan-bantuan langsung dapat lintas daerah. Rata-rata mereka tidak
terhubung dengan BUMDes. Sejauh ini memiliki akses yang luas dan memadai,
Bantuan langsung yang teridentifikasi sehingga rentan terhenti pada tahapan
melalui program PNPM hingga Bappenas produksi.

915
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

Pada derajad inilah BUMDes BUMDes sebagai pelaku ekonomi yang


sangat urgen memainkan peran sebagai mengelola potensi desa secara kolektif
Badan Usaha yang didorong untuk untuk meningkatkan kesejahteraan warga
mengapresiasi permasalahan tersebut. desa. Saat ini BUMDes diberi peluang
Maka BUMDes pada satu sisi untuk mengembangkan berbagai jenis
proseduralnya memang teridentifikasi usaha sesuai dengan kebutuhan dan
sebagai Badan Usaha dan disisi lain justru potensi desa. Adapun jenis-jenis usaha
berfungsi sebagai penguat atas potensi tersebut meliputi: 1) jasa 2) penyaluran
daerah, tidak kalah penting adalah sembilan bahan pokok, 3) perdagangan
BUMDes juga menjadi jaring pengaman hasil pertanian; dan/atau 4) industri kecil
sosial, melindungi warga desa dari jerat dan rumah tangga.
praktik ekonomi yang eksploitatif serperti
rentenir. Metodologi
Sebagai badan usaha memang
BUMDes harus menjalankan pengelolaan Kajian revitalisasi BUMDes
secara professional-profit, mengapa? merupakan studi/penelitian yang bersifar
Karena memang itulah fungsi badan usaha. kualitatif. Menurut Creswell (2005)
Sedangkan disisi pemberdayaan “Qualitaive research is an inquiry process
kelompok-kelompok masyarakat berbasis of understanding based on distinct
ekonomi mikro mendapatkan berkah methodological traditions of inquiry that
berupa akses hingga penguatan kapasitas explore a social or human problem. The
dari pendirian BUMDes. researcher builds a complex, holistic
Maka tidak heran jika proses picture, analizes words, report detailed
persiapan hingga pendirian BUMDes views of information, and conducts the
melibatkan partisipasi warga Desa secara study in a natural setting‖. Pendekatan
aktif. Semangat gotong royong yang kualitatif adalah suatu proses penelitian
mengarah pada kemandirian kolektif dan pemahaman yang berdasarkan pada
menjadi harga mati untuk metodologi yang menyelidiki suatu
mengembangkan Aset-aset lokal. fenomena sosial dan masalah manusia.
Pengembangan aset-aset lokal yang Pada pendekatan ini peneliti membuat
berbasis pada pemberdayaan masyarakat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
menjadi salah satu poin penting untuk kata, laporan terinci dari pandangan
percepatan pertumbuhan ekonomi di responden dan melakukan studi pada
masyarakat Desa. situasi yang alami.
BUMDes sebagai lembaga Penelitian Revitalisasi BUMDes
berbentuk badan hukum yang menaungi mengambil lokasi penelitian di empat
berbagai unit usaha desa, meliputi usaha Kabupaten yang ada di Jawa Timur,
sektor moneter (keuangan) sebagai meliputi Kabupaten Bojonegoro,
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Kabupaten Malang, kabupaten Lumajang,
sektor riil. UU No 6 tahun 2014 tentang dan Kabupaten Gresik.
Desa memberikan payung hukum atas

916
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

Tabel 1
Revitalisasi BUMDes mengambil lokasi penelitian di empat Kabupaten yang ada di Jawa
Timur

Kabupaten Kecamatan Desa BUMDes


Bojonegoro Balen Sekaran Sekar Makmur
Sugih Waras Bareng BUMDes UPK
Sejahtera
Gresik Sedayu Mriyunan Bina Sejahtera
Ujung Pangkah Sekapuk BUMDes Sekapuk
Malang Sumber Pucung Jatiguwi BUMDes Jati Diri
Dau Kalisongo BUMDes Kali songo
Lumajang Tekung Wonosari BUMDes Tekung
Yosowilangun Yosowilangun Lor BUMDes
Yosowilangun

Data dalam penelitian ini dibagi banyak berbicara problem desa secara
menjadi dua kelompok data, yakni data makro, sepertihalnya problem
sekunder dan data primer. Untuk data pembangunan desa, kohesi sosial dalam
sekunder peneliti mendapatkannya catatan masyarakat desa, struktur politik desa, dsb.
kegiatan BUMDes yang didasarkan pada Namun penelitian yang mengkaji
dokumentasi pendirian BUMDes, dan juga BUMDes secara khusus dan mendalam
dokumentasi kegiatan ekonomi BUMDes. belum banyak dilakukan. Dari pelacakan
Sedangkan untuk data primer peneliti pustaka yang peneliti lakukan menemukan
menggunakan beberapa teknik guna dua kajian yang secara khusus membahas
mengumpulkan data-data primer yaitu: 1) tentang BUMDes, meskipun focus dari
Focus Group Discussion (FGD), penelitian terdahulu tersebut memiliki
merancang diskusi kelompok yang perbedaan minat dalam focus
terstruktur dengan menghadirkan nara penelitiannya dengan penelitian yang kami
sumber perangkat desa, BPD, pengurus lakukan. Akan tetapi penting untuk
BUMDes, kelompok masyarakat, stake menmpilkan dua penelitian terdahulu
holders desa. Diskusi tersebut dipandu tersebut dalam penelitian kami, bukan
dengan pertanyaan yang telah peneliti hanya sebagai pengkayaan data, melainkan
siapkan sebelumnya sesuai dengan penelitian terdahulu tersebut kami gunakan
kebutuhan peneliti. 2) Observasi: untuk menegaskan posisi penelitian yang
pengamatan tetap dan berulang terhadap kami lakukan saat ini.
fenomena dan latar serupa akan Karya ilmiah pertama yang kami
berlangsung di lokasi selama masa ulas adalah sebuah Discussion Papper
penelitian. 3) Indepth Interview karya dari Sutoro Eko (2011) yang
(wawancara mendalam) dengan informan berjudul “Mengambil Pelajaran Berharga
kunci (purposive) yang diseleksi oleh dari Kesuksesan dan Kegagalan BUMDes.
peneliti berdasarkan hasil observasi Penelitian tersebut berangkat dari
maupun pasca FGD. pertanyaan makro Mengapa sebagian besar
LKM atau BUMDes mengalami
Tinjauan Pustaka kegagalan, sementara sebagian kecil
lainnya meraih cerita sukses? Pelajaran
Tidak banyak memang penelitian apa yang bisa diambil dari kisah kegagalan
yang dikhususkan untuk membongkar dan kesuksesan itu?. Penelitian tersebut
problematika BUMDes. Penelitian lebih dilakukan di lima Kabupaten yang ada di

917
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

Indonesia, yakni: Kabupaten Sedang oleh nikmat-nikmat ekonomi terpusat


berdagai, Kabupaten Gunung Kidul, diperkotaan, sehingga menarik masyarakat
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten desa untuk hijrah kekota seperti gula
Gowa, Kota Ambon. Penelitian tersebut menarik semut. Untuk menekan laju
menggunakan perspektif sosiologi politik. Urbanisasi Ketut Gunawan menawarkan
Meskipun subjek penelitian dari Sutoro pembangunan ekonomi desa yang mampu
Eko adalah BUMDes namun dia lebih mendayagunakan masyarakat desa sebagai
memilih memetakan faktor-faktor tenaga kerja. BUMDes didudukan sebagai
sosiologi politik yang mempengaruhi solusi untuk membuka lapangan pekerjaan
efektifitas BUMDes, maupun ketidak oleh Ketut Gunawan. Namun tantangan
efektifan BUMDes yang mengakibatkan untuk menjadikan BUMDes sebagai
BUMDes tersebut gagal dan mati. lembaga ekonomi desa yang produktif dan
Sutoro Eko menyimpulkan mampu mensejahterahkan masyarakat desa
keberhasilan BUMDes secara politik terletak pada kelembagaan BUMDes.
ditentukan oleh sejarah pembentukan Problem BUMDes menurut Ketut
BUMDes itu sendiri. Berangkat dari data Gunawan terletak pada pengelolaan yang
yang dikumpulkan di lima jauh dari kata professional.
Kabupaten/Kota Sutoro Eko melihat tren Maka langkah yang dipilih oleh
BUMDes yang mampu untuk survive dan Ketut Gunawan untuk memperkuat
menjadi BUMDes yang memiliki kisah kelembagaan BUMDes dengan mendorong
sukses adalah BUMDes yang dibentuk dan BUMDes bertransformasi menjadi
dilahirkan atas prakarsa mandiri dari lembaga ekonomi modern yang memiliki
warga desa. Faktor kedua yang manajemen professional, yaitu:
mempengaruhi kisah sukses dari BUMDes manajemen sumber daya manusia,
adalah kemampuan desa untuk melakukan manajemen keuangan, manajemen
perencanaan desa yang terkait dengan produksi, dan manajemen pemasaran.
pengembangan BUMDes. Desa yang Belajar dari dua penelitian
menerapkan perencanaan produktif terdahulu tersebut, penelitian ini mencoba
mampu memaksimalkan fungsi ekonomi untuk tidak terjebak pada determinisme
dari BUMDes. Faktor ketiga yang salah satu faktor, baik faktor eksternal
menentukan gagal dan berhasilnya BUMDEs maupun faktor Internal
BUMDes adalah faktor yang berkaitan BUMDes. Penelitian ini akan mencoba
dengan karakter politik desa. Sutoro Eko untuk mengafirmasi kedua faktor tersebut
menemukan adanya relasi yang kuat antara sebagai faktor yang mungkin (possible
karakter politik institusi desa dengan faktors) mempengaruhi gagal atau
program-program pembangunan termasuk berhasilnya BUMDes.
didalamnya pengembangan BUMDes.
Ketiga faktor tersebut ditegaskan oleh Pembahasan
Sutoro Eko sebagai faktor yang
mempengaruhi gagal atau berhasilnya Pilihan Kelembagaan BUMDes di Desa
sebuah BUMDes. Sampel
Karya ilmiah kedua, adalah milik Pertama Kabupaten Malang,
Ketut Gunawan (2011), berjudul Bojonegoro, Gresik memilih BUMDes
:”Manajemen BUMDes dalam Rangka
BUMDes yang bertipe banking, serving,
Menekan Laju Urbanisasi”, yang dimuat sedangkan untuk Kabupaten Lumajang
dalam jurnal Widyatech (Jurnal Sains dan memilih tipe BUMdes berkarakter
Teknologi Vol 10, No 3, April 2011). Brokering.
Asumsi yang dibangun dalam artikel
tersebut adalah laju Urbanisasi disebabkan

918
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

BUMDes menjalankan ”bisnis dilapangan dapat di peras menjadi 4


uang”, seperti Bank desa atau lembaga tahapan saja.
perkreditan desa atau lembaga keuangan Di Kabupaten Lumajang
mikro desa. pengembangan Modalnya dari Kecamatan Tekung proses mendisain
batuan pemerintah daerah antara Rp sruktur Organisasi pada tanggal 17 agustus
20.000.000 – Rp 80.000.000. Bisnis uang 2015 di desa Wonosari. Langkah ini guna
desa ini sebenarnya mengandung bisnis menjaring aspirasi masyarakat dalam
social dan bisnis ekonomi. Salah satunya pembentukan pengurus Bumdes desa
adalah prosentase keuntungan dipakai Wonosari. Rencana pembentukan
untuk alokasi santunan pada masyaraat pengurus Bumdes Desa Wonosari
sekitar. Bisnis sosial artinya bank desa dilanjutkan dengan pembicaraan
tersebut dimaksudkan sebagai bentuk pembicaraan informal yang dilakukan
proteksi sosial terhadap warga desa, melalui acara acara obrolan santai di
terutama kelompok-kelompok rentan dan kantor desa wonosari dan juga mulai
perempuan, dari jeratan para rentenir. intens dibicarakan dalam acara pengajian
Bisnis ekonomi artinya bank desa tersebut warga desa wonosari. Dari rangkaian
untuk mendukung permodalan terhadap obrolan yang dilakukan sebelumnya,
usaha-usaha skala mikro yang dijalankan barulah terbentuk kepengurusan Bumdes
oleh pelaku ekonomi desa. pada sekitar awal bulan September tahun
Kedua walaupun masih jauh dari 2015 melalui musyawarah desa yang
harapan Kabupaten Lumajang mengundang perwakilan DPM dan
kecondongannya lebih memilih BUMDes pendamping Kabupaten lumajang.
bertipe brokering. BUMDes dapat menjadi Kemudian PL menanyakan sekaligus
“lembaga perantara” yang membandingkan langkah-langkah yang
menghubungkan komoditas lokal dengan terdapat dalam tahap pertama proses
pasar atau agar para pelaku ekonomi lokal pembentukan Bumdes dengan kegiatan
tidak kesulitan menjual produk mereka ke yang pernah dilakukan oleh Pemerintahan.
pasar. Dengan mendirikan kios atau stan- Informasi yang sejenis juga dikatakan oleh
stan yang diperuntukkan bagi wagra bapak sekdes, beliau menjelaskan bahwa
Yosowilangun lor yang memiliki produk. ada beberapa kali kegiatan informal
melalui rembug dan obrolan santai yang
Ketiga BUMDes yang bertipe
dilakukan unsur desa wonosari pada
serving. BUMDes semacam ini
malam hari yang dihadiri oleh beberapa
menjalankan ”bisnis sosial” yang
919nsure masyarakat seperti BPD, tokoh
melayani, yakni dapat melakukan
masyarakat setempat, dan perangkat desa
pelayanan publik kepada masyarakat
kemudian diadakanlah musyawarah desa
sekaligus juga memperoleh keuntungan
yang mengundang perwakilan dari DPM
finansial dari pelayanan itu. Usaha ini
dan pendamping Kabupaten hingga
memanfaatkan sumberdaya lokal dan
akhirnya terbentuklah pengurus Bumdes
teknologi tepat guna, seperti usaha air
tersebut
minum desa. Karakter BUMdes semacam
Berbeda dengan dengan
ini lebih diminati oleh Kabupaten Malang,
Kecamatan Yosowilangun Desa Yoso
Bojonegoro dan Gresik.
wilangun Lor, menurut Penuturan Kades
Berdasarkan data primer yang
Yosowilangun Lor Bumdes didesanya
berhasil dikumpulkan oleh tim peneliti
sudah ada semenjak dua periode sebelum
regional di empat kabubaten wilayah
kepemimpinannya. Bumdes tersebut
sampel, kami menemukan kesenjanjangan
bergerak dibidang usaha penyewaan kios-
yang sangat signifikan dalam proses
kios di pinggiran stadion desa
pelaksanaan tahapan kelahiran BUMDes.
Yosowilangun Lor, informasi awal dari
secara umum praktek yang dijalankan

919
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

Kades jumlah kios yang disewakan sehingga peneliti belum dapat


sebanyak 20 kios dengan nilai sewa satu memasukkan dalam segmen analisis ini.
juta rupiah pertahunnya sehingga Keselarasan antara ketersediaan
pendapatan desa dalam setahun adalah profesi yang digeluti oleh masyarakat local
maksimal 20 juta, karna yang menyewa dengan partisipasi BUMDes untuk
mayoritas adalah penduduk asli desa membentuk unit usaha tersebut merupakan
Yosowilangun Lor, seringkali pihak langkah awal yang tepat. Karena
penyewa yang kurang usahanya tidak berdasarkan seluruh prosentase penduduk
dapat membayar penuh biaya sewanya dan di setiap desa diketahui rata-rata diketahui
pihak pemdes tidak dapat memberikan jumlah keluarga miskin di desa sampel
sanksi apapun mengingat penyewanya sebayak 20%-35% . Sedangkan sisanya
adalah warga masyarakat desa adalah keluarga yang berstatus Sejahtera II
Yosowilangun Lor asli. Hal tersebut yang dan III. Itu artinya BUMDes telah
menyebabkan pendapatan Bumdes yang memiliki andil yang mendekati kebutuhan
dikelola pemdes dari penyewaan kios-kios akses bagi warga miskin di wilayah
tersebut kadangkala kurang dari 20 juta setempat. Akan tetapi jika jika dilihat dari
Tahapan ini juga dilakukan oleh mayoritas masyarakat miskin 70%-80%
BUMDes di Desa Kali Songo dan Desa berprofesi sebagai buruh tani maka bisa
Jatiguwi kabupaten Malang, dalam dikatakan segmen pertanian dan perikanan
tahapan ini dihadiri oleh Kades, Kasi yang telah ada masih belum memfasilitasi
Ekbang, yang dihadiri oleh 16 orang, 4 mayoritas keluarga miskin di desa Sampel.
orang selaku aparat desa sedangkan 8 Adapun ketidak selarasan antara
orang dihadiri oleh tokoh masyarakat. usaha mikro dengan pilihan segmen dari
Sedangkan di desa Kamisongo dihadiri BUMDes akan berdampak langsung
oleh 31 orang, 10 peserta dari unsure perlambatan kemandirian warga di desa
aparat desa sedangkan 21 orang dari tersebut. Besaran prosentase sebanyak
920nsure tokoh masyarakat. Dalam forum 50% ini disebabkan oleh dua faktor antara
ini mengundang dari BPM selaku lain : Pertama adanya ketidak sefahaman
pemandunya. BUDes di kabupaten Malang antara konsep yang diserap oleh Desa
jauh mendahului pendiriannya pelaku BUMDes. Padahal di panduan
dibandingkan dengan Kabupaten BUMDes secara tegas menyatakan
Lumajang yaitu pada tahun 2012. Pendirian BUMDes didasarkan pada
kebutuhan dan potensi desa, sebagai
Relasi Bumdes Dengan Pengembangan upaya peningkatan kesejahteraan
Usaha Mikro dan Kemandirian Desa masyarakat. BUMDes merupakan pilar
Berbasis Potensi Lokal kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial (social institution)
Berdasarkan data primer yang dan komersial (commercial institution).
dikumpulkan oleh tim dilapangan bahwa BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak
signifikasi BUMDes terhadap kelompok kepada kepentingan masyarakat melalui
kelompok pelaku usaha dan profesi mayor kontribusinya dalam penyediaan pelayanan
di kabupaten sampel rata-rata hamper 50% sosial. Sedangkan sebagai lembaga
menunjukkan keselarasan. Artinya profesi komersial bertujuan mencari keuntungan
mayoritas penduduk desa sampel melalui penawaran sumberdaya lokal
mendapatkan akses atas profesi yang (barang dan jasa) ke pasar.
mereka geluti. Sedangkan 25 % sasaran Dengan demikian, bentuk BUMDes
sedangkan yang 25% masih belum dapat dapat beragam di setiap desa di Indonesia.
terakses dengan memadai informasinya, Ragam bentuk ini sesuai dengan
karakteristik lokal, potensi, dan

920
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

sumberdaya yang dimiliki masing-masing pemerintah provinsi dan/atau pemerintah


desa. Pengaturan lebih lanjut tent ang kabupaten tentang arti penting BUMDes
BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah bagi peningkatan kesejahteraan
(Perda). Sebagaimana dinyatakan di masyarakat. Pemerintah memfasilitasi
dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun dalam bentuk pendidikan dan pelatihan
2014 tentang Pemerintahan Desa bahwa dan pemenuhan lainnya yang dapat
Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik memperlancar pendirian BUMDes.
Desa yang disebut BUM Desa yang Walaupun partisipasi masyarakat
dikelola dengan semangat kekeluargaan tetap memegang peranan kunci dalam
dan kegotongroyongan. Oleh karena itu, memahami bagaimana proses
setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan pembentukan BUMDes. Maka mekanisme
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). operasionalisasi diserahkan sepenuhnya
Namun penting disadari bahwa BUMDes kepada masyarakat desa. Untuk itu,
didirikan atas prakarsa masyarakat di masyarakat desa perlu dipersiapkan
dasarkan pada potensi yang dapat terlebih dahulu agar dapat menerima
dikembangkan dengan menggunakan gagasan baru tentang lembaga ekonomi
sumberdaya lokal dan terdapat permintaan yang memiliki dua fungsi yakni bersifat
pasar. sosial dan komersial. Dengan tetap
Tegasnya pendirian BUMDes bukan berpegang teguh pada karakteristik desa
merupakan paket instruksional yang dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati.
datang dari Pemerintah, pemerintah Maka persiapan yang dipandang paling
provinsi, atau pemerintah kabupaten. Jika tepat adalah berpusat pada sosialisasi,
yang berlaku demikian dikawatirkan pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-
BUMDes akan berjalan tidak sebagaimana pihak yang berkepentingan terhadap
yang diamanatkan di dalam undang- peningkatan standar hidup masyarakat
undang. Disini pun telah dijelaskan bahwa desa (Pemerintah Desa, BPD, tokoh ma
tugas dan peran Pemerintah adalah syarakat/ketua suku, ketua-ketua
melakukan sosialisasi dan penyadaran kelembagaan di pedesaan).
kepada masyarakat desa. Keselarasan 50% diatas telah
Kedua kurang maksimalnya menjawab bagaimana sesungguhnya
Pelaku Sosialisasi dari pemerintah provinsi signifikasi BUMDes terhadap kemandirian
dan Kabupaten. Dari keempat wilayah Masyarakat Desa. Sejauh data primer yang
sampel yang telah diteliti oleh Pemantau telah diakses oleh Pemantau lapangan
Lapangan pada data pada poin menunjukkan bahwa rata-rata dana desa
Perkembangan BUMDes Wilayah Sampel yang didapat belum mencapai 51% milik
menunjukkan bahwa desa-desa tersebut Desa. Rata-rata produk BUMDes adalah
belum mengerti bagaimana sesungguhnya metamorphosis dari usaha-saha yang telah
konsep BUMDes. Dan ujungnya mereka dijalankan pada tahun-tahun sebelumnya.
sangat membutuhkan pembimbing yang Sehingga Modal awal BUMDes berdiri
dapat memberikan arahan serta panduan rata-rata berdasarkan bantuan dari
yang tepat. pemerintah. Hal ini belum
Hal ini seharusnya dapat mengindikasikan wajah BUMDes yang
diantisipasi oleh pihak pemerintah karena saat ini berdiri selaras dengan tujuan
peran sosialisasi ini adalah tugasnya. BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi
Sebagaimana yang tertera dalam buku modal usahanya dibangun atas inisiatif
panduan BUMDes yang menyatakan masyarakat dan menganut asas mandiri.
bahwa Tugas dan peran Pemerintah adalah Ini berarti pemenuhan modal usaha
melakukan sosialisasi dan penyadaran BUMDes harus bersumber dari
kepada masyarakat desa melalui masyarakat. Walaupun tidak menutup

921
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

kemungkinan BUMDes dapat mengajukan a. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan
pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dikelola secara bersama
dari Pemerintah Desa atau pihak lain, b. Modal usaha bersumber dari desa (51%)
bahkan melalui pihak ketiga. Penjelasan dan dari masyarakat (49%) melalui
ini sangat penting untuk mempersiapkan penyertaan modal (saham atau andil)
pendirian BUMDes, karena implikasinya c. Operasionalisasinya menggunakan
akan bersentuhan dengan pengaturannya falsafah bisnis yang berakar dari budaya
dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun lokal (local wisdom )
Peraturan Desa (Perdes). d. Bidang usaha yang dijalankan
Faktor Pendorong dan Penghambat didasarkan pada potensi dan hasil
Pengembangan BUMDes informasi pasar
e. Keuntungan yang diperoleh ditujukan
Faktor-faktor pendorong : untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
Pertama, Perbaikan konsep (penyerta modal) dan masyarakat melalui
BUMDes: Perbaikan konsep yang kebijakan desa (village policy )
dimaksud adalah rinscian dari keempat f. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov,
tahapan yang telah ditetapkan meliputi Pemkab, dan Pemdes
persiapan, pendirian, pengelolaan dan g. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol
pencatatan. Karena yang berhasil di secara bersama (Pemdes, BPD, anggota)
jalankan hanya dua rincian dari dua Dari ketujuh poin penting yang
tahapan. Artinya prosentase menjalankan membedakan antara BUMDes dengan
rincian tahapan tersebut tidak lebih dari lembaga ekonomi komersial adalah
10% saja. Sebagaimana hasil informasi tekanan terbesarnya adalah animo
primer yang berhasil dikumpulkan di 8 partisipasi public terhadap program
BUMDes di empat kabupaten sampling tersebut. Sayangnya dengan banyaknya
adalah mendisaind Struktur organisasi dan rincian tahapan yang telah ada tidak
rembuk desa untuk menyepakati pendirian mempertimbangkan ketersediaan waktu
BUMDes. Sedangkan seluruh rincian serta endurance warga desa untuk
lainnya ditinggalkan. Hal ini menunjukkan menjalani proses tersebut.
bahwa lebih dari 70% detil tahapan Upaya perbaikan konsep yang perlu
tersebut sia-sia atau tidak efektif jika dijalankan pada program BUMDes ke
dijalankan di lapangan. Alasannya tahapan depan adalah mengevaluasi terlebih dahulu
tersebut terlalu memekan waktu yang rincian tahapan yang efektif dan efisien
panjang sedangkan hal ini berbanding tanpa meninggalkan tahapan yang urgen
terbalik dengan ketersediaan warga desa dan wajib untuk dilalui oleh seluruh desa
mengunjungi tiap-tiap tahapan. Warga yang berkeinginan mendirikan BUMDes.
yang memiliki waktu leluasa unutk Kedua, Konsistensi pelaku
mendatangi pembentukan sturktur sosialisasi dalam menjalankan tugas dan
organisasi dan rembuk pembentukan perannya. Berdasarkan delapan daerah
BUMDes yang terbanyak hanya sebesar 41 sampel yang telah di akses informasinya
orang itu pun di satu desa Sampel rata-rata mereka kesulitan menerjemahkan
sedangkan di tujuh desa lainnya rata-rata konsep dari BUMDes karena miskinnya
hanya berjumlah 10-20 orang. informasi dari empunya program.
Sebagaimana yang dinyatakan Sehingga informasi yang tertangkap juga
dalam panduan sebelumnya Terdapat 7 hanya sepotong-potong. Mungkin dengan
(tujuh) ciri utama yang membedakan capaian 50% selaras dengan potensi desa
BUMDes dengan lembaga ekonomi itu sudah merupakan hasil maksimal yang
komersial pada umumnya yaitu: telah dicapai mengingat arus informasi
dengan pertimbangan arus informasi dari

922
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

pemilik program yang tidak pernah (produktif dan konsumtif) masyarakat


didengar secara utuh oleh pererintah desa melalui pelayanan distribusi barang dan
dan masyarakat desa. Menurut hemat jasa yang dikelola masyarakat dan
peneliti perlu adanya konsistensi dari Pemdes.
pihak pelaku sosialisasi untuk melakukan Begitu detilnya segmen normative
distribusi informasi secara merata. Dan yang harus masuk dalam unit-unit dalam
tentunya harus diiringi dengan materi yang BUMDes maka mustahil data di afirmasi
komperhensif sehingga para penerima apabila tidak didahului dengan persiapan
informasi termotifasi untuk merealisasikan internal yang mumpuni atau paling tidak
program ini bukan karena mengincar masyarakat beserta masyarakat di desa
bantuan dari pemerintah akan tetapi lebih mendapatkan informasi yang jernih
mengedepankan proyeksi dan konsekwensi tentang BUMDes mulai dasar UU,
wilayah dan masyarakatnya apabila absen normative hingga target-target empiriknya.
dalam program tersebut. Bisa dibayangkan keinginan besar
Pihak yang memiliki peran serat pemerintah mendorong desa untuk
tugas sosialisasi ini dapat menggunakan melayani pemenuhan kebutuhan ini
jasa konsultan apabila dirasa tidak diupayakan tidak memberatkan
memiliki kapasitas dalam menjaga masyarakat, mengingat BUMDes akan
konsistensinya. Karena ujung tombak dari menjadi usaha desa yang paling dominan
sebuah program tidak lain adalah terletak dalam menggerakkan ekonomi desa.
pada konsistensi pelaku sosialisasi dalam Lembaga ini juga dituntut mampu
mendistribusikan dan membantu memberikan pelayanan kepada non
memotifasi penyadaran kepada stakeholder anggota (di luar desa) dengan
yang berwenang menjembatani dan menempatkan harga dan pelayanan yang
menjalankan program BUMDes. berlaku standar pasar. Artinya terdapat
Ketiga,Persiapan Internal Desa mekanisme kelembagaan/tata aturan yang
menerima program BUMDes. disepakati bersama, sehingga tidak
Sebagaimana yang telah disebutkan menimbulkan distorsi ekonomi di
sebelumnya putusnya informasi dari pedesaan disebabkan usaha yang
pelaku sosialisasi dengan pelaku program dijalankan oleh BUMDes.
dalam hal ini adalah pihak desa akibatnya Dinyatakan di dalam undang-
sasaran obyeknya justru tidak tersentuh. undang bahwa BUMDes dapat didirikan
Bahwa sasaran terpenting dalam BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.
adalah masyarakat desa dan pelaku bersama masyarakat diharapkan mampu
BUMDes. Pendirian dan pengelolaan memenuhi Standar Pelayanan Minimal
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk
Bahwa BUMDes adalah merupakan perlindungan (proteksi) atas intervensi
perwujudan dari pengelolaan ekonomi yang merugikan dari pihak ketiga (baik
produktif desa yang dilakukan secara dari dalam maupun luar desa). Demikian
kooperatif, partisipatif, emansipatif, pula, pemerintah desa ikut berperan dalam
transparansi, akuntabel, dan sustainable. pembentukan BUMDes sebagai badan
Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk hukum yang berpijak pada tata aturan
menjadikan pengelolaan badan usaha perundangan yang berlaku, serta sesuai
tersebut dapat berjalan secara efektif, dengan kesepakatan yang terbangun di
efisien, profesional dan mandiri. Tidak masyarakat desa. Pengaturan lebih lanjut
hanya cukup sampai hanya berbekal hal mengenai BUMDes diatur melalui
diatas karena tanggung jawab pengelolaan Peraturan Daerah (Perda) setelah
BUMDes telah diplot untuk diarahkan memperhatikan peraturan di atasnya.
kepada tujuan memenuhi kebutuhan Melalui mekanisme “self help” dan

923
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

“member-base”, maka BUMDes juga terkesan rumit menjadi kendala tersendiri


merupakan perwujudan partisipasi bagi warga desa yang menginginkan
masyarakat desa secara keseluruhan, BUMDes bentukan mereka selaras dengan
sehingga tidak menciptakan model usaha keinginan Pemerintah atas BUMDes itu
yang dihegemoni oleh kelompok tertentu sendiri. Bagaimana bisa menjalankan ide
ditingkat desa. Artinya, tata aturan ini BUMDes yang setiap lapisannya
terwujud dalam mekanisme kelembagaan membutuhkan detil rincian bisa
yang solid. Penguatan kapasitas diterjemahkan menjadi praktek yang
kelembagaan akan terarah pada adanya sederhana dan membumi. Sehingga warga
tata aturan yang mengikat seluruh anggota desa dapat menjalankannya dengan rapi,
(one for all) jeli dan teliti.
Merujuk pada keinginan skema besar Ketiga, Ketidakmampuan
yang diproyeksika oleh pemerintah Mengelola BUMDes. Faktor penghambat
melalui BUMDes maka wajib diberikan yang tidak kalah pentingnya adalah faktor
tahap-tapan persiapan internal di wilayah- ketidak mampuan di Internal BUMDes
wilayah yang akan menjadi calon sasaran dalam melakukan pengelolaan, sehingga
BUMDes. pada akhirnya justru pemerintah desa yang
mengambil alih tugas serta wewenangnya.
Faktor-faktor penghambat Ketidak berdayaan internal BUMDes
dalam mengelola dirinya merupakan
Pertama, Panduan Operasional cermin bagaimana BUMDes ini tidak
Baku Pembentukan BUMDes. Di beberapa terbentuk sebagaimana aras yang
wilayah sampel mengaku kesulitan seharusnya ditempuh. Karena syarat
menjalankan pembentukan BUMDes sebagai sebuah unit usaha saja tidak
sebagaimana yang harapkan karena faktor terpenuhi. Bagaimana mungkin sebuah
ketersediaan Panduan operasional bakunya badan usaha yang didalamnya ada sirkulasi
tidak didistribusikan. Padahal panduan modal memungkinkan untuk dikelola
umumnya sudah ada, permasalahan justru pelaku yang bukan dari internal badan
sebagaimana yang telah disinggung dalam usaha tersebut. Walaupun tinggat
uraian sebelumnya. Faktor distribusi yang kegagalan BUMDes semacam ini masih
menjadikan tahapan serta rincian dari dalam kisaran 20%-30% di wilayah
pembentukan BUMDes tidak sampai pada sampel namun hal ini perlu menjadi
desa sampel. Atau faktor konsistensi catatan penting bagi program berikutnya.
pelaku sosialisasi yang kurang intesif
dalam menjalankan sosialisasi. Kesimpulan
Kedua, Ketersediaan SDM.
Mandat yang dipikul oleh gagasan besar Berdasarkan analisa dan intepretasi
BUMDes diharapkan selaras dengan para data menghantarkan pada kesimpulan;
pengurus yang mengelolanya. Namun Pertama, Signifikasi BUMDes terhadap
fakta lapangan yang justru ditemukan, kelompok-kelompok Usaha Mikro yang
rata-rata BUMDes sangat kesulitan untuk telah tumbuh di Masyarakat sangat besar.
memilih warga desa yang dianggap BUMDes mampu menjadi wadah atau
mamahami dan mampu mengemban bahkan induk usaha dari kelompok-
amanat BUMDes. Meminjam bahhasa kelompok usaha mikro yang telah ada
masyarakat di desa sampel, terus terang sebelum keberadaan BUMDes. Tidak
warga desa mengakui kesulitan hanya itu BUMDes juga memayungi
menemukan sumber daya manusia yang aktifitas ekonomi masyarakat yang telah
berkualitas. Pendapat tersebut bisa menjadi ada, karena BUMDes lahir dari semangat
cermin bahwa gagasan BUMDes yang potensi lokal desa yang ada. Signifikansi

924
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

keberadaan BUMDes antara lain: (1) Tatakelola BUMDes yang baik dan
BUMDes menghindarkan masyarakat dari Pengurus yang memiliki jiwa
praktik ekonomi yang merugikan kewirausahaan kunci manajemen
sepertihalnya “bank titil”. (2) BUMDes BUMDes yang sehat. Faktor penghambat:
mampu memberikan kemanfaatan modal (1) Terbatasnya lingkup usaha BUMDes
bagi usaha-usaha mikro yang berkembang yang hanya bermain di lingkup desa,
di Desa, baik yang dimiliki secara probadi karena BUMDES belum bisa setara
maupun dimiliki secara komunal dengan lembaga ekonomi lain yang
sepertihalnya HIPAM Desa. (3) Usaha berbadan hukum. (2) BUMDES sering
yang dikembangkan oleh BUMDes dianggap sebagai lembaga sosial semata,
sifatnya suportif bukan mengambil alih sehingga muncul anggapan tidak menjadi
usaha-usaha yang telah ada. Sepertihalnya kewajiban untuk mengembalikan pinjaman
yang terjadi di Kabupaten Malang, ketika dari BUMDES
usaha yang berkembang di masyarakat Keempat, Revitalisasi kelembagaan
desa adalah industry rumahan tempe, maka BUMDes bisa dilakukan dengan cara, (1)
BUMDes hadir untuk mensuport modal, Rekayasa kelembagaan BUMDes sebisa
pengadaan bahan baku, sampai pada mungkin berangkat dari inisiasi
distribusi. masyarakat, tugas pemerintah adalah
Kedua, Signifikansi BUMDes menjadi triger dan memberikan
terhadap kemandirian Masyarakat Desa pendampingan bukan menjadi inisiator
tampak pada; BUMDes menjadi lembaga atas pendirian BUMDes. (2)
yang secara aktual dan potensial mampu Pendampingan harus dilakukan secara
mensejahterakan masyarakat, karena bertahap sesuai dengan tahapan pendirian
keberadaan BUMDes mampu BUMDes. Hasil pemantauan tim Lapangan
menghindarkan masyarakat dari rentenir, ditemukan bahwa estimasi yang dipakai
Bumdes mampu menyediakan pinjaman sebagai patokan dari proses pendirian
tanpa agunan, semangat tanggung renteng BUMDes sangat bersifat teknis, akibatnya
yang diaplikasikan dalam bank desa tak terjadi kesenjangan yang signfikan antara
lain adalah semangat gotong royong. estimasi Program dengan Praktek di
Lebih dari itu, kemampuan BUMDes lapangan. Fakta yang berhasil dihimpun
untuk bersinergi tidak hanya dengan oleh Pemantau Lapangan membuktikan
kelompok usaha mikro, melainkan juga bawa serangkaian estimasi yang telah
mampu bersinergi dengan program diancangkan dalam proses pendirian hanya
pemerintah provinsi sepertihalnya ada dua poin yang umum dijalankan.
Koperasi Wanita (KOPWAN) dan juga pertama mendisain struktur organisasi dan
Jalin Matra. yang kedua rembuk desa untuk mendirikan
Ketiga. Faktor Pendorong BUMDes dan dilanjutkan pengesahan oleh
keberhasilan BUMDes: (1) Faktor sejarah pihak Desa. Serangkaian tahapan dan
pendirian BUMDes. BUMDes yang rincian setiap tahapnya dilewati begitu
berhasil adalah BUMDes yang memiliki saja, penyebabnya, tidak ada petunjuk
sejarah panjang bukan karena program teknis tentang bagaimana detil pendirian
generic yang hanya menjadi formalitas sebuah BUMDes. Maka pemerintah desa
untuk memenuhi kebijakan pemerintah. (2) hanya mengambil output yang diinginkan
perencanaan yang matang semenjak dalam program ini. bahwa BUMDes harus
pendirian BUMDES, prencanaan yang berdiri dan memiliki struktur pengugusan
diilhami oleh gerakan ekonomi desa. (3) dan memiliki aturan pengelolaan dana di
faktor manajemen dan kepengurusan BUMDes. Hasil BUMDes yang variatif di
BUMDes juga menjadi hal yang signifikan tiap kabupaten tdak lepas dari minimnya
untk menentukan keberhasilan BUMDes. informasi serta petunjuk yang seharusnya

925
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016

dijalankan pada proses pembentukan Eko, Sutoro. 2011, Mengambil Pelajaran


BUMDes. Agenda sosialisasi akhirnya Berharga dari Kesuksesan dan
menjadi signifikan untuk masuk dalam Kegagalan BUMDes, Discussion
proses pembentukan BUMDes. Agenda Papper Seri 1/Juli, IRE Yogyakarta
selanjutnya adalah pendampingan, hal ini Gunawan, Ketut. 2011, Manajemen
dilakukan untuk membimbing BUMDes BUMDes Dalam Rangka Menekan
selaras dengan target pemerintah daerah Laju Urbanisasi, Widyatech: Jurnal
Jawa Timur. Berbekal agenda Sosialisasi Sains dan Teknologi, Vol. 10, No. 3
dan Pendampingan BUMDes diharapkan April 2011
terdorong untuk mengembangkan status Herizal, H. Yan, Undang-undang Desa:
legalitasnya melainkan menjadi badan Membangun Indonesia Mulai Dari
usaha yang mampu berkompetisi dengan Desa, Artikel tidak dipublikasikan.
badan usaha profit swasta. BUMDes http://gresikkab.go.id
didorong untuk bertransformasi menjadi http://bapemas.jatimprov.go.id
Badan Usaha yang didalamnya dikelola http://www.tempo.co
secara professional. (3) Harus ada Menteri Dalam Negeri. 2010. Peraturan
pemisahan yang tegas antara personil yang Menteri dalam Negeri Nomor 39
menjabat sebagai perangkat desa dan Tahun 2010 Tentang Badan Usaha
pengurus BUMDes. Milik Desa.
Pusat Kajian Dinamika Sistem
Daftar Pustaka Pembangunan (PKDSP), 2007. Buku
Panduan Pendirian dan Pengelolaan
Ali, Madhekan. 2007, Orang Desa Anak Badan Usaha Milik Desa, Fakultas
Tiri Perubahan, Avverroes Press, Ekonomi Universitas Brawijaya,
Malang Malang.Undang-Undang No. 32
Creswell, John W, 2002. ―Research Tahun 2004. Tentang Pemerintahan
Design: Qualitative & Quantitative Daerah
Approaches (Desain Penelitian: Undang-Undang No. 6 Tahun 2014,
Pendekatan Kualitatif & Tentang Pemerintahan Desa
Kuantitatif)‖, terj: Angkatan III & Yahya, Kresnayana, GKD dan
IV KIK-UI dan bekerja sama dengan Pemberdayaan Desa dalam
Nur Khabibah, Kata Pengantar: Perspektif Pembangunan Ekonomi
Parsudi Suparlan, Jakarta: Penerbit Jawa Yimur, dalam: Parianom,
KIK Press.

926

Anda mungkin juga menyukai