Juli-Desember 2016
Abstract
The birth of the Village Lawbecame a new spirit for BUMDesto transform into noteworthy economic institutions
at village level and regional also. BUMDes strategic position as an institution of the village economy as well as
social institutions that can empower rural communities, that’s making BUMDes important to be study,
especially the lack of serious study aboutBUMDesinstitutional development. This study attempted to get thick
description and also try to compare at the same time. Comparison between BUMDes are able to survive, thrive
and less developed BUMDes.
Abstrak
Dengan hadirnya UU Desa sebagai spirit baru bagi BUMDes bertransformasi menjadi lembaga ekonomi yang
vital ditingkat desa. Posisi strategis BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa sekaligus sebagai lembaga social
yang bisa memberdayakan masyarakat desa, menjadikan BUMDes penting untuk dikaji, terlebih minimnya
kajian yang serius menggali problematika seputar BUMDes secara spesifik. Penelitian ini berupaya untuk
memotret BUMDes dan juga melakukan perbandingan dalam waktu yang bersamaan. Perbandingan antara
BUMDes yang mampu bertahan dan berkembang dengan BUMDes yang kurang berkembang.
915
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
916
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
Tabel 1
Revitalisasi BUMDes mengambil lokasi penelitian di empat Kabupaten yang ada di Jawa
Timur
Data dalam penelitian ini dibagi banyak berbicara problem desa secara
menjadi dua kelompok data, yakni data makro, sepertihalnya problem
sekunder dan data primer. Untuk data pembangunan desa, kohesi sosial dalam
sekunder peneliti mendapatkannya catatan masyarakat desa, struktur politik desa, dsb.
kegiatan BUMDes yang didasarkan pada Namun penelitian yang mengkaji
dokumentasi pendirian BUMDes, dan juga BUMDes secara khusus dan mendalam
dokumentasi kegiatan ekonomi BUMDes. belum banyak dilakukan. Dari pelacakan
Sedangkan untuk data primer peneliti pustaka yang peneliti lakukan menemukan
menggunakan beberapa teknik guna dua kajian yang secara khusus membahas
mengumpulkan data-data primer yaitu: 1) tentang BUMDes, meskipun focus dari
Focus Group Discussion (FGD), penelitian terdahulu tersebut memiliki
merancang diskusi kelompok yang perbedaan minat dalam focus
terstruktur dengan menghadirkan nara penelitiannya dengan penelitian yang kami
sumber perangkat desa, BPD, pengurus lakukan. Akan tetapi penting untuk
BUMDes, kelompok masyarakat, stake menmpilkan dua penelitian terdahulu
holders desa. Diskusi tersebut dipandu tersebut dalam penelitian kami, bukan
dengan pertanyaan yang telah peneliti hanya sebagai pengkayaan data, melainkan
siapkan sebelumnya sesuai dengan penelitian terdahulu tersebut kami gunakan
kebutuhan peneliti. 2) Observasi: untuk menegaskan posisi penelitian yang
pengamatan tetap dan berulang terhadap kami lakukan saat ini.
fenomena dan latar serupa akan Karya ilmiah pertama yang kami
berlangsung di lokasi selama masa ulas adalah sebuah Discussion Papper
penelitian. 3) Indepth Interview karya dari Sutoro Eko (2011) yang
(wawancara mendalam) dengan informan berjudul “Mengambil Pelajaran Berharga
kunci (purposive) yang diseleksi oleh dari Kesuksesan dan Kegagalan BUMDes.
peneliti berdasarkan hasil observasi Penelitian tersebut berangkat dari
maupun pasca FGD. pertanyaan makro Mengapa sebagian besar
LKM atau BUMDes mengalami
Tinjauan Pustaka kegagalan, sementara sebagian kecil
lainnya meraih cerita sukses? Pelajaran
Tidak banyak memang penelitian apa yang bisa diambil dari kisah kegagalan
yang dikhususkan untuk membongkar dan kesuksesan itu?. Penelitian tersebut
problematika BUMDes. Penelitian lebih dilakukan di lima Kabupaten yang ada di
917
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
918
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
919
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
920
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
921
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
kemungkinan BUMDes dapat mengajukan a. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan
pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dikelola secara bersama
dari Pemerintah Desa atau pihak lain, b. Modal usaha bersumber dari desa (51%)
bahkan melalui pihak ketiga. Penjelasan dan dari masyarakat (49%) melalui
ini sangat penting untuk mempersiapkan penyertaan modal (saham atau andil)
pendirian BUMDes, karena implikasinya c. Operasionalisasinya menggunakan
akan bersentuhan dengan pengaturannya falsafah bisnis yang berakar dari budaya
dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun lokal (local wisdom )
Peraturan Desa (Perdes). d. Bidang usaha yang dijalankan
Faktor Pendorong dan Penghambat didasarkan pada potensi dan hasil
Pengembangan BUMDes informasi pasar
e. Keuntungan yang diperoleh ditujukan
Faktor-faktor pendorong : untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
Pertama, Perbaikan konsep (penyerta modal) dan masyarakat melalui
BUMDes: Perbaikan konsep yang kebijakan desa (village policy )
dimaksud adalah rinscian dari keempat f. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov,
tahapan yang telah ditetapkan meliputi Pemkab, dan Pemdes
persiapan, pendirian, pengelolaan dan g. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol
pencatatan. Karena yang berhasil di secara bersama (Pemdes, BPD, anggota)
jalankan hanya dua rincian dari dua Dari ketujuh poin penting yang
tahapan. Artinya prosentase menjalankan membedakan antara BUMDes dengan
rincian tahapan tersebut tidak lebih dari lembaga ekonomi komersial adalah
10% saja. Sebagaimana hasil informasi tekanan terbesarnya adalah animo
primer yang berhasil dikumpulkan di 8 partisipasi public terhadap program
BUMDes di empat kabupaten sampling tersebut. Sayangnya dengan banyaknya
adalah mendisaind Struktur organisasi dan rincian tahapan yang telah ada tidak
rembuk desa untuk menyepakati pendirian mempertimbangkan ketersediaan waktu
BUMDes. Sedangkan seluruh rincian serta endurance warga desa untuk
lainnya ditinggalkan. Hal ini menunjukkan menjalani proses tersebut.
bahwa lebih dari 70% detil tahapan Upaya perbaikan konsep yang perlu
tersebut sia-sia atau tidak efektif jika dijalankan pada program BUMDes ke
dijalankan di lapangan. Alasannya tahapan depan adalah mengevaluasi terlebih dahulu
tersebut terlalu memekan waktu yang rincian tahapan yang efektif dan efisien
panjang sedangkan hal ini berbanding tanpa meninggalkan tahapan yang urgen
terbalik dengan ketersediaan warga desa dan wajib untuk dilalui oleh seluruh desa
mengunjungi tiap-tiap tahapan. Warga yang berkeinginan mendirikan BUMDes.
yang memiliki waktu leluasa unutk Kedua, Konsistensi pelaku
mendatangi pembentukan sturktur sosialisasi dalam menjalankan tugas dan
organisasi dan rembuk pembentukan perannya. Berdasarkan delapan daerah
BUMDes yang terbanyak hanya sebesar 41 sampel yang telah di akses informasinya
orang itu pun di satu desa Sampel rata-rata mereka kesulitan menerjemahkan
sedangkan di tujuh desa lainnya rata-rata konsep dari BUMDes karena miskinnya
hanya berjumlah 10-20 orang. informasi dari empunya program.
Sebagaimana yang dinyatakan Sehingga informasi yang tertangkap juga
dalam panduan sebelumnya Terdapat 7 hanya sepotong-potong. Mungkin dengan
(tujuh) ciri utama yang membedakan capaian 50% selaras dengan potensi desa
BUMDes dengan lembaga ekonomi itu sudah merupakan hasil maksimal yang
komersial pada umumnya yaitu: telah dicapai mengingat arus informasi
dengan pertimbangan arus informasi dari
922
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
923
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
924
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
keberadaan BUMDes antara lain: (1) Tatakelola BUMDes yang baik dan
BUMDes menghindarkan masyarakat dari Pengurus yang memiliki jiwa
praktik ekonomi yang merugikan kewirausahaan kunci manajemen
sepertihalnya “bank titil”. (2) BUMDes BUMDes yang sehat. Faktor penghambat:
mampu memberikan kemanfaatan modal (1) Terbatasnya lingkup usaha BUMDes
bagi usaha-usaha mikro yang berkembang yang hanya bermain di lingkup desa,
di Desa, baik yang dimiliki secara probadi karena BUMDES belum bisa setara
maupun dimiliki secara komunal dengan lembaga ekonomi lain yang
sepertihalnya HIPAM Desa. (3) Usaha berbadan hukum. (2) BUMDES sering
yang dikembangkan oleh BUMDes dianggap sebagai lembaga sosial semata,
sifatnya suportif bukan mengambil alih sehingga muncul anggapan tidak menjadi
usaha-usaha yang telah ada. Sepertihalnya kewajiban untuk mengembalikan pinjaman
yang terjadi di Kabupaten Malang, ketika dari BUMDES
usaha yang berkembang di masyarakat Keempat, Revitalisasi kelembagaan
desa adalah industry rumahan tempe, maka BUMDes bisa dilakukan dengan cara, (1)
BUMDes hadir untuk mensuport modal, Rekayasa kelembagaan BUMDes sebisa
pengadaan bahan baku, sampai pada mungkin berangkat dari inisiasi
distribusi. masyarakat, tugas pemerintah adalah
Kedua, Signifikansi BUMDes menjadi triger dan memberikan
terhadap kemandirian Masyarakat Desa pendampingan bukan menjadi inisiator
tampak pada; BUMDes menjadi lembaga atas pendirian BUMDes. (2)
yang secara aktual dan potensial mampu Pendampingan harus dilakukan secara
mensejahterakan masyarakat, karena bertahap sesuai dengan tahapan pendirian
keberadaan BUMDes mampu BUMDes. Hasil pemantauan tim Lapangan
menghindarkan masyarakat dari rentenir, ditemukan bahwa estimasi yang dipakai
Bumdes mampu menyediakan pinjaman sebagai patokan dari proses pendirian
tanpa agunan, semangat tanggung renteng BUMDes sangat bersifat teknis, akibatnya
yang diaplikasikan dalam bank desa tak terjadi kesenjangan yang signfikan antara
lain adalah semangat gotong royong. estimasi Program dengan Praktek di
Lebih dari itu, kemampuan BUMDes lapangan. Fakta yang berhasil dihimpun
untuk bersinergi tidak hanya dengan oleh Pemantau Lapangan membuktikan
kelompok usaha mikro, melainkan juga bawa serangkaian estimasi yang telah
mampu bersinergi dengan program diancangkan dalam proses pendirian hanya
pemerintah provinsi sepertihalnya ada dua poin yang umum dijalankan.
Koperasi Wanita (KOPWAN) dan juga pertama mendisain struktur organisasi dan
Jalin Matra. yang kedua rembuk desa untuk mendirikan
Ketiga. Faktor Pendorong BUMDes dan dilanjutkan pengesahan oleh
keberhasilan BUMDes: (1) Faktor sejarah pihak Desa. Serangkaian tahapan dan
pendirian BUMDes. BUMDes yang rincian setiap tahapnya dilewati begitu
berhasil adalah BUMDes yang memiliki saja, penyebabnya, tidak ada petunjuk
sejarah panjang bukan karena program teknis tentang bagaimana detil pendirian
generic yang hanya menjadi formalitas sebuah BUMDes. Maka pemerintah desa
untuk memenuhi kebijakan pemerintah. (2) hanya mengambil output yang diinginkan
perencanaan yang matang semenjak dalam program ini. bahwa BUMDes harus
pendirian BUMDES, prencanaan yang berdiri dan memiliki struktur pengugusan
diilhami oleh gerakan ekonomi desa. (3) dan memiliki aturan pengelolaan dana di
faktor manajemen dan kepengurusan BUMDes. Hasil BUMDes yang variatif di
BUMDes juga menjadi hal yang signifikan tiap kabupaten tdak lepas dari minimnya
untk menentukan keberhasilan BUMDes. informasi serta petunjuk yang seharusnya
925
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 2. Juli-Desember 2016
926