Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pengabdian Masyarakat

“PEMBERDAYAAN DESA DASAWISMA BERBASIS UMKM DI


DUSUN LUNGURKULON, DESA BANJARSARI, KECAMATAN
SELOREJO, KABUPATEN BLITAR”

Di usukan oleh :
KKN-T Kelompok 9

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


JALAN RAYA MOJOSARI, JATIREJOYOSO, MALANG, JAWA TIMUR
Pemberdayaan Desa Dasawisma Berbasis Umkm Di Dusun
Lungurkulon Desa Banjarsari Kecamatan Selorejo, Kabupaten
Blitar
Keyword : Pemberdayaan, Dasawisma, UMKM
Abstrak
This paper aims to explore the results of community empowerment activities that focus on one point,
namely MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises). The empowerment of the dasawisma village
has become a new breakthrough in the development of productive villages. Induction deduction
design, including indept interviews, focus group discussions (FGD), observation, and document
analysis, is used. The findings of “Nature-based MSME” in Lungurkulon Hamlet, Banjarsari Villae,
Selorejo District, Blitar Regency.
The field findings show the level of desire of the people who are limited by their lack of knowledge.
The village is a place where most of the population makes a living in agriculture and produces food.
Both are components to realize the existence of the village as a food company and food processor.
The empowerment of the dasawisama village is the center of creative economic development by
optimizing the potential of local natural wealth through the development of the village Dasawisma
program. The program-based approach used in this study resulted in the emergence of natural products
as the target village icon: sticks, twigs lanterns and various banana chocolate preparations.

Pendahuluan
Dasawisma merupakan branding Dusun Lungurkulon Desa Banjarsari
Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas
dan kegiatan warga untuk berkumpul. Berdasarkan temuan awal menunjukkan bahwa
harapan masyarakat pada umumnya menginginkan dasawisma tidak hanya sekedar
menjadi rutinitas warga yang bersifat bulanan, tetapi lebih dari itu yaitu bagaimana
menjadikan dasawisma sebagai pusat pengembangan ekonomi masyarakat melalui
program-program pelatihan tentang UMKM.
Dilihat dari letak geografis desa lungur kulon berada di bagian paling barat
Desa Banjarsari dan akses jalan yang kurang memadai mengakibatkan dusun lungur
kulon terlihat jauh dari akses pemerintahan, kondisi masyarakatnya mayoritas sebagai
petani dan buruh tani dimana perekonomian mereka dapat dikategorikan sebagai
masyarakat menengah kebawah.
Pemberdayaan desa dasawisma adalah pendekatan terhadap pengembangan
ekonomi masyarakat sekitar melalui program-program pelatihan berbasis UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah). Diluar upaya pemberdayaan, berkaitan dengan
bagaimana menghubungkan hasil alam dengan perekonomian juga dengan
masyarakat sekitar.
Landasan pemberdayaan masyarakat berbasis UMKM adalah bahwa suatu
produk dapat mendorong proses pemberdayaan itu sendiri dengan mengidentifikasi
dan mengkolaborasikan hasil alam, namun karena berbagai keterbatasan sering kali
tidak ada yang mengenalinya. Dengan demikian perlu adanya aksi menghadapi
tantangan yang ada dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan.
Mengutip pendapat Martinez (1985) yang menyatakan bahwa: pemberdayaan
(pedesaan) yang efektif, bukanlah semata-mata karena adanya kesempatan, tetapi
merupakan hasil dari penentuan pilihan-pilihan kegiatan, bukan hasil “trial and error”
tetapi akibat dari perencanaan yang baik, oleh karena itu perlu untuk selalu diingat
bahwa, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang efektif harus melalui perencanaan
program/ kegiatan yang baik. Dengan perkataan lain, pemberdayaan masyarakat yang
baik harus direncanakan sebaik-baiknya.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pemberdayaan
UMKM itu sendiri adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tagguh dan mandiri.
Pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM belum diterapkan secara
eksplisit di wilayah penelitian. Penggunaan kebijakan dan pendekatan berbasis
UMKM memungkinkan adanya pembangunan dan partisipasi masyarakat yang
berkelanjutan. Ini beda dari Inisiatif Bank Dunia dalam pengembangan berbasis
masyarakat mobilisasi daripada reformasi kelembagaan, meski ada potensi yang
saling melengkapi.
Pemberdayaan berbasis UMKM dianggap fungsional karena mengandalkan
empat komponen komplementer: Pertama, diasumsikan bahwa orang memiliki
kekuatan dan kapasitas, penemuan yang merupakan katalisator penting untuk diambil
tindakan perubahan. Kedua, mempertimbangkan pentingnya asosiasi, jaringan,
hubungan sosial ekonomi dengan terkait sebagai peluang eksternal. Ketiga
menawarkan produk baik kerajinan maupun olahan pangan sebagai hasil alam dan
produk kreatif masyarakat nantinya. Keempat, wadah dasawisma dan program
UMKM keduanya saling berorientasi dan menjadi satu kesatuan terpadu sebagai
konten dan didorong penuh oleh masyaraat.
Inisiasi pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM menjadi ikhtiar dalam
proses mewujudkan indonesia sejahtera. Pemberdayaan tersebut diharapkan dapat
mengeksplorasi partisipasi maksimal dan berkelanjutan masing-masing produk.
Pemberdayaan masyarakat berbasis UMKM telah diatur dalam Undang-Undang
UMKM No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil dan menengah (UMKM). Di
dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM ini telah diatur beberapa hal yang
berkaitan dengan UMKM yang meliputi pengertian UMKM, pemberdayaan UMKM,
kriteria UMKM, penumbuhan iklim da pengembangan usaha, pembiayaan dan
penjaminan, kemitraan dan koordinasi, serta sanksi administratif.

Pendekatan dan Metodologi


Terkait dengan kegiatan pemberdayaan, dapat pula diformulasikan dengan
mengacu kepada tiga landasan filosofi dan prinsip-prinsip pemberdayaan (Mardianto
& Poerwoko, 2013). Pertama, yaitu pendekatan partisipatif, dimana selalu
menempatkan masyarakat sebagai titik-pusat pelaksanaan pemberdayaan. Kedua,
pendekatan kesejahteraan, dalam arti bahwa apapun kegiatan yang akan dilakukan,
dari manapun sumberdaya dan teknologi yang akan digunakan, dan siapapun yang
akan dilibatkan, pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat terhadap
perbaikan mutu-hidup atau kesejahteraan masyarakat penerima manfaatnya. Ketiga,
pendekatan pembangunan berkelanjutan, dalam arti bahwa kegiatan pemberdayaan
masyaraat harus terjamin keberlanjutannya, oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat
tidak boleh menciptakan ketergantungan.
Pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM memiliki visi dan agenda
menciptakan produk dan mengolah. Mesti tidak ada blue print resmi, metode ini
biasanya meliputi pembelajaran, pemahaman lalu pengimplementasian.
Model konseptual pemberdayaan desa dasawisma ditunjukkan pada gambar 1
Gambar 1. Model Konseptual Pemberdayaan Berbasis UMKM

Pada tahap awal pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM adalah


mobilisasi masyarakat melalui penyelidikan apresiatif untuk mempromosikan
perubahan positif (dalam organisasi atau masyarakat) dengan fokus pada puncak
pengalaman dan kesuksesan dimasa lalu. Analisis melalui penyelidikan apresiatif
menjadi titik acuan untuk tindakan masyarakat kedepaannya. Melakukan
penyelidikan apresiatif adalah tentang menemukan energi untuk perubahan. Pada
tahap kedua pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM digolongkan menjadi
beberapa kelompok produktif, agar penemuan dan pemecahan masalah tercapai
dengan baik. Tahap fase terakhir, aplikasi program dan pengembangan kegiatan
berdasarkan kebutuhan dan temuan-temuan pendahuluan. Berikut tahapan
pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Tahap Pendekatan dan Metodologi
Tahapan Aktivitas Deskripsi
Pertama Mobilisasi Masyarakat Mempromosikan perubahan positif dan
melakukan penyelidikan apresiatif
Kedua Fokus pemberdayaan Penggolongan kelompok berdasarkan bidsang
yang ditekuni
Ketiga Aplikasi program Pengembangan kegiatan berdasarkan
kebutuhan

Implementasi Kegiatan dan Hasil Implementasi Kegiatan


1. Focus group discussion (FGD)
Kegiatan FGD dilakukan untuk mengakses informasi tambahan tentang
keadaan masyarakat dan evaluasi disetiap kegiatan. Peserta FGD menjadi
informan utama dalam upaya peluncuran program. Yakni, dari aparatur desa,
dusun, tokoh masyarakat, pendidik lembaga serta masyarakat sekitar. Kegiatan
FGD dilaksanakan rutin sebagai evaluasi setiap harinya, lalu FGD dalam
agenda sosialisasi dan technical meeting. Kegiatan ini dirasakan sangat
mendukung terlaksananya dan tersampainya informasi yang butuhkan oleh
peneliti. Penjelasan rangkaian kegiatan FGD pada tabel 2.
Tabel 2. Rangkaian kegiatan FGD
Group Kegiatan Peserta
 Kepala desa
 Kepala dusun
FGD 1 Sosialisasi Program kerja
 Tokoh masyarakat
 warga
FGD 2 Sosialisasi Dasawisma  Pengurus dasawisma
 Jamaah yasin
FGD 3 Evaluasi rutin akhir pertemuan Seluruh peserta

2. Questionnaire-Based Surveys
Kuesioner diuji coba sebelum disebar. Uji coba pengisian kuesioner
diawali dengan pembentukan tim kecil yang terdiri dari mahasiswa program
studi sesuai bidang masing-masing untuk mempertimbangkan masalah apa pun
yang menyangkut perubahan dalam keterlibatan program pemberdayaan desa
dasawisma berbasis UMKM. Kuesioner diberikan kepada informan yang
dijumpai sebagai transparansi rencana program dengan kondisi lapangan.
3. Pelatihan/ Workshop
Pelatihan/ workshop dilakukan untuk menyukseskan program
pemberdayaan desa dasawisma berbasis UMKM. Kegiatan pelatihan rutin
setiap 2x dalam satu minggu. Keseluruhan kegiatan diaksanakan berdasarkan
pembagian kelompok dan produk hasil alam. Berikut disajikan kegiatan per-
minggunya dalam tabel 3.
Tabel 3. Kegiatan per-minggu
Waktu Kegiatan Deskripsi
Minggu ke-1 Sosialisasi produk Pengenalan produk kepada
masyarakat setempat
Minggu ke-2 Praktik pembuatan produk Praktik pembuatan sekaligus
penjelasan manfaat dan nilai
guna
Minggu ke-3 Pelatihan packing produk Pengemasan serta pembuatan
label produk
Minggu ke-4 Pemasaran Produk Pelatihan pemasaran dalam
acara festival dan bazar se-desa
banjarsari

4. Bentuk program
Materi pelatihan pada kegiatan ini dibagi menjadi dua kategori, yakni
pelatihan pangan dan pelatihan kerajinan tangan. Pelatihan pangan terdiri dari
pelatihan pembuatan kripik pisang aneka rasa dan pembuatan pisang cokelat
lumer. Sedangkan pelatihan kerajinan tangan terdiri dari pelatihan pembuatan
piring lidi dan lampion. Penjelasan bentuk program ada ditabel 4.
Tabel 4. Bentuk Program UMKM
Program Materi Waktu Tempat
1 Kripik Pisang Selasa & Kamis RT 01
2 Lampion Ranting Selasa & Kamis RT 02
3 Piring Lidi Selasa & Kamis RT 03
4 Pisang Cokelat Lumer Selasa & Kamis RT 04

Hasil Kegiatan Dan Pembelajaran Dari Implementasi Kegiatan.


1. Produk kerajinan tangan
Pada pemberdayaan masyarakat berbasis UMKM dengan produk
kerajinan tangan terdiri dari dua macam produk. Yakni, piring lidi dan lampion
ranting. Pada pelatihan pembuatan lampion ranting, masyarakat diajak untuk
memanfaatkan barang-barang yang tidak digunakan menjadi sesuatu yang
mempunyai nilai guna dan nilai jual yang cukup tinggi. Kerajinan lampion
ranting ini senada dengan program baru dari kepala desa yakni rencana
neonisasi se-desa banjarsari. Dengan diajarkan untuk membuat lampion
masyarakat dapat bekreasi sesuai imajinasinya.
Berikut alat dan bahan yang digunakan
1. Beberapa ranting kayu
2. Lem kayu
3. Triplek
Cara membuat
1. Potong-potong ranting kayu dengan dengan panjang kurang lebih 10-15 cm.
Buatlah potongan yang banyak
2. Aturlah dan rekatkan ranting kayu sesuai bentuk yang diinginkan. Usahakan
rapat dan menempel kuat
3. Buatlah tatakan dari papan kayu atau triplek sebagai dasar
4. Dan langkah terakhir boleh anda lakukan atau tidak, yaitu diwarnai dengan
cat kayu
Pada pelatihan pembuatan piring lidi memanfaatkan lidi yang semula
hanya menjadi barang yang kurang dapat dimanfaatkan, kini teman-teman
mahasiswa KKN-T merubah lidi menjadi sesuatu yang unik dan bermanfaat
didalam kehidupan sehari-hari. Piring lidi yang belum banyak dijumpai di
daerah Desa Banjasari, kini menjadi salah satu kerajinan yang diusung untuk
mewakili lomba desa se-Kecamatan Selorejo yang diwakili oleh ibu-ibu dari
RT 03.
Untuk proses awal pembuatan piring lidi ialah, harus menggunakan idi
yang basah agar mudah untuk dibentuk dan dilakukan proses penganyaman.
Selanjutnya memulai untuk proses menganyam. Dimulai bagian tengah hingga
membentuk pola lingkaran. Kemudian lidi diselipkan di bagian ujung lingkaran
sesuai pola hingga terbentuk piring. Selanjutnya proses penyambungan lidi
yakni dengan cara ditindih berdasarkan desain atau pola anyaman yang telah
dibuat. Terakhir adalah finishing, bisa menggunakan plitur, dicat atau bisa juga
dengan proses melamik.

2. Produk olahan pangan


Pada pelatihan pangan, masyarakat di ajarkan untuk mengolah hasil alam
yang umum dijumpai didaerah setempat yakni pisang dan cokelat. Pemanfaatan
hasil alam tersebut dimodifikasi mejadi olahan kripik pisang aneka rasa dan
pisang cokelat lumer. Berikut cara pembuatan kripik pisang aneka rasa.
Bahan:
1. Pisang nangka/ pisang ambon 10 buah
2. Garam halus 1 sdm
3. Kapur siri 1 sdt
4. Air bersih 1 L
5. Minyak goreng secukupnya untuk menggoreng
Cara membuat:
1. Kupas semua kult pisang lalu iris tipis
2. Siapkan wadah bersih, lalu tuang air ke dalamnya
3. Masukkan kapur sirih, aduk rata
4. Masukkan pisang yang sudah diiris tipis ke dalamnya. Rendam selama
beberapa menit.
5. Tiriskan pisang, taruh pada wadah lalu taburi garam
6. Lalu goreng pisang dengan api sedang hingga cokelat keemasan
7. Campurkan dengan aneka rasa yang dikehendaki

Yang kedua yakni pelatihan pembuatan olahan pisang cokelat juga


memanfaatkan hasil alam yang banyak dijumpai didaerah sekitar. Harapannya
apabila bahan pokok tersedia, masyarakat bisa continue melakukan pengolahan
dan pengembangan olahan khususnya berbahan pisang.
Pisang cokelat ini pun terinspirasi oleh banyaknya pohon cokelat disekitar
rumah warga. Harapannya cokelat tersebut dapat dimanfaatkan untuk dijadikan
olahan yang menarik.
Bahan:
1. 3 buah pisang yang sudah matang
2. Cokelat bubuk 1 sendok makan
3. Gula pasir 2 sendok makan
4. Kulit lumpia secukupnya
5. Minyak untuk menggoreng
Cara membuat:
1. Kupas kulit pisang lalu pisang dibelah menjadi 4 bagian
2. Campurkan coklat bubuk dengan gula pasir, aduk hingga merata
3. Ambil satu lembar kulit lumpia lalu letakkan satu potong pisang diatasnya
4. Taburi dengan campuran gula dan coklat lalu tambahkan keju cheddar parut
secukupnya
5. Gulung keatas kulit lumpia yang sudah berisi pisang coklat
6. Goreng pisang coklat dalam minyak panas sampai matang dan kering,
angkat tiriskan
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulannya adalah kegiatan pelatihan ini secara umum sudah berjalan
dengan lancar dan sukses, dari mulai tahapan perencanaan kegiatan sampai tahap
evaluasi pada setiap kelompok. Jumlah anggaran yang terbatas untungnya dapat
dikelola dengan baik sehingga kegiatan tetap berlangsung sukses.
Dari pemetaan dan hasil program pemberdayaan desa Dasawisma berbasis
UMKM dihasilkan beberapa produk pada Gambar 2.
Gambar 2. Pemberdayaan Desa Dasawisma Berbasis UMKM

Piring Lidi

Pemberdayaan
Desa
Kripik Pisang
Dasawisma
pisang Cokelat
Berbasis
UMKM

lampion
ranting

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan jurnal KKN-T Kelompok 9 yang berjudul
Pemberdayaan Desa Dasawisma Berbasis UMKM dengan lancar. Ucapan terima
kasih banyak terkhusus kepada dosen pembimbing lapangan, Bpk. Abdul Rofik
Maulana, M. Pd darinya kami belajar banyak hal. Kepada segenap teman-teman
KKN-T Klompok 9, percayalah kalian luar biasa dan terima kasih pula kepada
seluruh pihak yang telah mmebantu lancarnya penulisan jurnal ini. Semoga Tuhan
melipat gandakan kebaikan kalian.
Jurnal pengabdian ini kami tujukan sebagai salah satu wujud cinta kita
terhadap pengabdian kepada Dusun Lungurkulon dan segala yang ada disana. Kurang
lebihnya kami mohon maaf yang seagung-agungnya.
Daftar Pustaka

Kretzmann, J. P., & McKnight, J. L. (1993). Introduction. Building Communities from the Inside Out:
A Path Toward Finding and Mobilizing a Community’s Assets, 1–11.

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S., & Dr. Ir. H. Poerwoko Soebianto, M.Si (2013). Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Afabeta. Bandung.

https://idtesis.com/pembahasan-lengkap-teori-implementasi-kebijakan-umkm-menurut-para-ahli-dan-
contoh-tesis-implementasi-kebijakan-umkm/

Anda mungkin juga menyukai