Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PERAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT


Dosen Pengampuh:
Suhartono, SE, M.Si.,Ak.,Ca

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Tugas Tengah Semester Mata Kuliah Akuntansi
Manajemen Sektor Publik
Jurusan : Akuntansi
Kelas : Akuntansi B
Kelompok : 6
Oleh :
Fatimah (90400117010)
Sri Asmira (90400117023)
Musfirah Adyaningsih (90400117026)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Desa merupakan unit terkecil dari negara yang terdekat dengan

masyarakat dan secara riil langsung menyentuh kebutuhan masyarakat untuk

disejahterakan. Menurut Undang-Undang Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014)


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai wakil negara, desa wajib

melakukan pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembanguan

sumber daya manusia, sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan

kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa (Maria

Rosa, 2016).

Pertumbuhan ekonomi desa seringkali dinilai lambat dibandingkan

pembangunan ekonomi perkotaan. Menurut Undang-Undang No. 32 tahun

2004 tentang desa, salah satu pembangunan perekonomian berbasis hukum

adalah Badan Usaha Milik Desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan

pemerintahan desa dalam upaya meningkatkan perekonomian desa dan

dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010

tentang Badan Usaha Milik Desa, BUMDes diartikan sebagaimana yang

berbunyi : Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah

Badan Usaha Milik Desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa

dimana kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah

desa dan masyarakat. Tujuan dari dibentuknya BUMDes merupakan upaya

pemerintah untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa


dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan.

Desa Aska merupakan salah satu desa, yang ada di Kecamatan Sinjai

Selatan mencoba meningkatkan ekonomi masyarakat desa melalui pendirian

BUMDes. Jenis usaha yang dikelola dalam BUMDes yaitu, konveksi, warkop

beserta wifinya, peminjaman trowongan pesta, dan peminjaman mesin molen

proyek bangunan. Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat Sulawesi Selatan (Bpmsulsel), pada tahun 2019

menyebutkan bahwa jumlah BUMDes di Kabupaten Sinjai berjumlah 66

BUMDes, yang masih berjalan hanya 51 BUMDes (bpmsulsel.com/bumdes).

Studi yang pernah dilakukan oleh Ramadana, dkk., di Desa

Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa hanya

sebagian masyarakat di Desa Landungsari yang merasa terbantu dengan

adanya BUMDes yaitu melalui penyewaan kios pasar dan peminjaman modal.

Demikian juga menurut Pembela News Sinjai, dalam penemuannya

menyebutkan bahwa BUMDes yang masih berjalan ternyata juga tidak

terkesan maksimal digunakan untuk berdayakan peningkatan ekonomi

masyarakat. Hasil investigasinya menyebutkan, di beberapa desa di

Kecamatan Sinjai Selatan, termasuk Desa Aska masih belum bisa berjalan

efektif dan mampu memberi kontribusi bagi peningkatan ekonomi

masyarakat. Pasalnya, sebagian masyarakat di Desa Aska merasa terbantu

dengan adanya BUMDes melalui penyewaaan trowongan pesta, konveksi,

warkop beserta wifinya dan peminjaman mesin molen proyek bangunan.


Hal ini memberikan gambaran bahwa iplementasi BUMDes di

sejumlah daerah masih belum bisa dikatakan efektif dalam memberikan

kontribusi secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat desa karena

pengelolaan dana BUMDes masih belum berjalan maksimal. Hal ini bisa

dilihat dari usaha BUMDes yang dijalankan di desa tersebut yang hanya bisa

mengakomodir sebagian masyarakat saja (koranmakassarnews.com/

maksimalkan-pelaporan-keuangan-bumdes-di-sinjai-selatan).

Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bentuk

keterlibatan perangkat desa dan masyarakat dalam pengelolaan dana

BUMDes, mekanisme pengelolaan dan BUMDes, dan kontribusi BUMDes

dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat desa dengan mengambil

studi kasus di Desa Aska, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai yang

merupakan salah satu desa yang mengimplementasikan BUMDes.

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian ditujukan pada Badan Usaha

Milik Desa, Desa Aska Kabupaten Sinjai. Maka penulis mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Peran Badan Usaha Milik Desa dalam

upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi pengelolaan

BUMDes Desa Aska Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merumuskan masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk keterlibatan perangkat desa dan masyarakat desa Aska

dalam pengelolaan dana BUMDes?


2. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana BUMDes di Desa Aska ?

3. Bagaimana konstribusi BUMDes di Desa Aska dalam upaya peningkatan

perekonomian masyarakat Desa ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan di atas, makan
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk keterlibatan perangkat desa dan masyarakat

Desa Aska dalam pemanfaatan dana BUMDes.

2. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan dana BUMDes di Desa

Aska.

3. Untuk mengetahui kontribusi BUMDes di Desa Aska dalam

peningkatan perekonomian masyarakat Desa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang

memberikan manfaat baik secara teoretis, praktis maupun bagi regulasi pada

pihak-pihak berikut ini :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengetahuan baru mengenai peran BUMDes beserta mekanisme

pengelolaan dana BUMDes dalam upaya peningkatan perekonomian

masyarakat khususnya di Desa Aska. Selain itu,penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai referensi atau penelitian agar terdapat wacana


yang diharapkan berubah menjadi suatu tindakan nyata untuk

mensejahterakan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi BUMDes Desa Aska

Melalui penelitian ini, diharapkan bisa menjadi masukan untuk

pengurus BUMDes Desa Aska yang dalam hal ini adalah sebagai

pengelolah BUMDes Desa Aska, juga dapat dijadikan sebagai

referensi dan bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja BUMDes

Desa Aska.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan serta

pengetahuan baru bagi mahasiswa mengenai peran BUMDes.

c. Bagi Universitas Islam Negeri Allauddin Makassar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

mengenai laporan penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi

atau literatur untuk penelitian selanjutnya yang serupa.

E. Kerangka Pemikiran
Dalam melakukan penelitian, ada model pemikiran yang harus

dikembangkan agar nantinya penelitian ini dapat dilakukan secara sistematis

dan hasilnya dapat dipahami secara mudah. Banyak model pemikiran yang

dapat digunakan, dan peneliti memilih untuk menggunakan model sesuai

dengan judul yang diangkat “Analisis Peran Badan Usaha Milik Desa
dalam upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat (Studi pengelolaan

BUMDes Desa Aska Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai).”

BUMDes Desa Aska

Tujuan Pendirian BUMDes

Peranan BUMDes

Prinsip-prinsip Pengelolaan BUMDes

Pihak-Pihak yang Terlibat

Pemerintah Desa

Masyarakat Desa

Manajer BUMDes

Karyawan
BAB II
Perekonomian Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Stakeholder
Teory stakeholder pada awalnya muncul karena adanya perkembangan

kesadaran bahwa perusahaan memiliki stakeholder, yaitu pihak-pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan. Studi yang pertama kali mengemukakan

mengenai stakeholder adalah Strategic Manajemen: A Stakeholder Approach

oleh Freeman (1984). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan

bukanlah entitas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun

memberikan manfaat bagi stakeholder-nya yang dalam hal ini terdiri atas

pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis

dan pihak lain (Lindawati dan Puspita, 2015). Stakeholder merupakan pihak-

pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang meliputi karyawan,

konsumen, pemasok, masyarakat, pemerintah selaku regulator, pemegang

saham, kreditur, pesaing, dan lain-lain. Kelompok tersebut menjadi

pertimbangan paling penting untuk perusahaan mengungkapkan informasinya.

Teori stakeholder menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat

dalam entitas memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder (Fatchan,

2016). Teori stakeholder adalah teori yang memberikan informasi yang mereka

percaya adalah yang benar-benar diinginkan oleh para pemegang kepentingan.

Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari

hubungan sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas.

Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap stakeholdernya.


B. Badan Usaha Milik Desa
1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 dan PP Nomor 72 tahun 2005

diamanatkan bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa,

pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Dalam hal perencanaan dan
pembentukannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi masyarakat),

serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan

emansipatif, dengan dua prinsip yang mendasari, yaitu member base dan

self help. Hal ini penting mengingat bahwa profesionalime pengelolaan

BUMDes benar-benar didasarkan pada kemauan (kesepakatan) masyarakat

banyak (member base), serta kemampuan setiap anggota untuk mandiri

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (self help), baik untuk kepentingan

produksi (sebagai produsen) maupun konsumsi (sebagai konsumen) harus

dilakukan secara professional dan mandiri, Rahardjo dan Ludigdo (2006, h.

84).

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010

tentang Badan Usaha Milik Desa, BUMDes diartikan sebagaimana yang

berbunyi : “Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes

adalah Badan Usaha Milik Desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah

desa dimana kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh

pemerintah desa dan masyarakat”.

Menurut Undang-undang No. 06 Tahun 2014 tentang desa, yang

dimaksud dengan badan usaha milik desa (BUMDes) adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang

dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,

Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa

menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut

BUMDes, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

(Permendes, 2015).

Dinyatakan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Tahun 2010 pasal 5 ayat 1 Tentang Badan Usaha Milik Desa bahwa

BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Apa

yang dimaksud dengan ”kebutuhan dan potensi desa” adalah:

a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

b. Tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal

terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar.

c. Tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha

sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat.

d. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga

masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

2. Tujuan Pendirian BUMDes


Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

dimaksudkan untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan

peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat

istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan perekonomian yang

diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau proyek

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Sebagai sebuah usaha desa,

pembentukan BUMDes adalah benar-benar untuk memaksimalisasi potensi

masyarakat desa baik itu potensi ekonomi, sumber daya alam, ataupun

sumber daya manusianya. Secara spesifik, pendirian BUMDes adalah

untuk menyerap tenaga kerja desa meningkatkan kreatifitas dan peluang

usaha ekonomi produktif mereka yang berpenghasilan rendah. Sasaran

pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui BUMDes ini adalah

untuk melayani masyarakat desa dalam mengembangkan usaha produktif

(Tedy Kusuma 2018: 14).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015

tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan

Usaha Milik Desa pasal 2, menyatakan bahwa pendirian BUMDes

dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang

ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan/atau kerja

sama antar-Desa. Selain itu, pada pasal 5 juga menjelaskan mengenai

proses pendirian BUMDes yang berbunyi : “Pendirian BUMDes

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 disepakati melalui Musyawarah

Desa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan


Daerah Tetinggal, dan Transmigran tentang Pedoman Tata Tertib dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa”. Musyawarah

Desa yang dimaksud pada pasal tersebut membahas beberapa hal yang

berkait dengan proses pendirian desa. Inti pokok bahasanya adalah :

a. Pendirian BUMDes sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya

masyarakat;

b. Organisasi pengelola BUMDes;

c. Modal usaha BUMDes, dan

d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUMDes.

Empat inti pokok bahasan inilah yang kemudian menjadi dasar

pedoman bagi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk

menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDes (Ahmad Sofyan,

2015).

Adapun tujuan pendirian BUMDes disebutkan pada Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan

dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa pada pasal 3.

Di dalam pasal 3 disebutkan 7 tujuan utama pendirian BUMDes yaitu :

a. Meningkatkan perekonomian Desa.

b. Mengoptimalkan asset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan

Desa.

c. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau

dengan pihak ketiga.


d. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung

kebutuhan layanan umum warga.

e. Membuka lapangan kerja.

f. Memungkinkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan

pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.

g. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli

Desa.

3. Peranan Badan Usaha Milik Desa

Peranan berdasarkan kamus bahasa Indonesia (Aplikasi play store:

KBBI V), Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam

suatu peristiwa. Sementara itu, menurut Miftah Thoha dalam Rismawati

(2018:30). peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang

timbul karena adanya suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu

kantor yang mudah dikenal. Kemudian peranan itu timbul karena seseorang

memahami bahwa dirinya tidak bekerja sendirian.

Di dalam prasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah

disebutkan peranan dari BUMDes yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis

sosial. Peranan secara ekonomi tentu saja meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa melalui usaha-usaha yang dikelola oleh BUMDes serta

kontribusinya terhadap kas desa atau PADes. Sedangkan peranan secara

sosial dapat tirlihat dari bagaimana nantinya keberadaan BUMDes mampu

memberdayakan masyarakat, meningkatkan interaksi dan solidaritas yang

telah terbina selama ini melalui kegiatan BUMDes yang dikelola secara

kolektif (Ratna Azis Praseyto 2016: 88).


Sementara itu, Rismawati, indikator peranan BUMDes terhadap

peningkatan perekonomian desa yaitu :

a. Pembangunan dan pengembangan potensi dan kemampuan ekonomi

masyarakat desa pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial.

b. Berperan secara aktif dalam upaya memmpertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

c. Memperkokok perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan BUMDes sebagai

pondasinya.

d. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

masyarakat desa.

e. Membantu para masyarakat untuk meningkatkan penghasilan sehingga

dapat meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakar

(Rismawati, 2018:32).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

indikator peranan adalah peraturan, konsep, hak dan kewajiban

sebagai kaidah yang dipakai tolak ukur untuk menilai sesuatu yang

berupa benda-benda melalui pengalamannya yang wajib dilaksanakan.

C. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja

dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Balderton, pengelolaan yaitu


menggerakan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk

memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu

tujuan (Ryan, Hendro, dan Rahcmat 2018: 107).

Mengenai pengelolaan BUMDes, Permendesa No.4/2015 mengatur

secara jelas dan detail mengenai pengelolaan teknis pelaksanaan BUMDes

disertai dengan peran dan fungsi dari masing-masing perangkat BUMDes.

Memang isi Permendesa No. 4/2015 ini berlaku umum, artinya tetap saja

dalam pelaksanaan di daerah harus ada penyesuaian yang kemudian diatur

oleh Peraturan Bupati / Walikota sesuai dengan keadaan alam, lingkungan,

dan budaya setempat (Ahmad Sofyan, 2015).

Pengelolaan BUMDes harus dikelola secara professional dan mandiri

sehingga memerlukan orang-orang yang memiliki kompetensi untuk

mengelolanya. Satu hal yang penting dalam pengelolaan DUMDes yakni

dalam proses pengelolaan BUMDes dibutuhkan suatu pengelolaan dan

pelaporan yang transparan bagi pemerintah dan masyarakat.

D. Prinsip-prinsip Pengelolaan BUMDes

Dalam buku panduan BUMDes yang di keluarkan Departemen

Pendidikan Nasional (2007:13). Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting

untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara

yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab,

dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

1. Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus

mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan

kelangsungan hidup usahanya.


2. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus

bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan

kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.

3. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus

diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

4. Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan

masyarakat

5. umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan

mudah dan terbuka.

6. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan

secara teknis maupun administratif.

7. Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan

oleh masyarakat dalam wadah BUMDes.

E. Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Ekonomi artinya aturan rumah tangga atau manajemen rumah

tangga. Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu yang menghasilkan,

mengedarkan, membagi serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat

sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi (dalam Ryan,

Hendro, dan Rahcmat, 2018.)

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang memiliki

output dan memiliki dampak yang sangat panjang. Artinya output yang

diberikan pada pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang panjang

seperti kesejahteraan masyarakat dan peningkatan sektor lain dalam

memproduksi barang dan jasa dan juga meningkatkan kebutuhan


masyarakat yang berperan sebagai konsumen. Peningkatan perekonomian

masyarakat juga dipengaruhi dengan adanya usaha-usaha yang dijalankan

oleh pemerintah dan masyarakat secara mandiri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses, prinsip, dan prosedur yang

digunakan seorang penelti untuk mendekati problem dan mencari pemecahan

yang sesuai (Mulyana, 2006:145). Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka

metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,


menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan

dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan diukur atau digambarkan

melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010:1).

Jenis penelitian kualitatif akan cocok digunakan untuk penelitian

seperti hal-hal berikut yaitu: masalah penelitian belum jelas untuk memahami

makna dibalik data yang tampak, untuk mengembangkan teori, untuk

memastikan kebenaran data, dan untuk meneliti sejarah perkembangan

Penelitian kualitatif digambarkan sebagai penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain. Penelitian

kualitatif bertujuan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami

interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan

meneliti sejarah perkembangan (Atmadja, 2013).

Untuk mengetahui gambaran penerapan program BUMDes dan juga

manfaat yang didapat oleh masyarakat penerima bantuan harus diketahui

sesuai fokus penelitian dan kegunaan penelitian, maka pendekatan dan jenis

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Karena terkait

langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar lingkungan manusia

(masyarakat). Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang

berlainan dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang

dengan maksud untuk menemukan fakta atau penyebab.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Pemerintah Desa, Pengelola BUMDes, dan

Masyarakat yang berlokasi di Desa Aska, Kecamatan Sinjai Selatan,

Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2019 sampai

Desember 2019 yang di mana rentang waktu tersebut telah diestimasikan

dengan penyusunan laporan hasil penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek
yang diperoleh melalui responden penelitian yang di-interview dan
didokumentasikan. Menurut Indriantoro dan Supomo (2013: 145) data subjek
adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karakteristik seseorang atau sekelompok yang menjadi subjek penelitian
(responden).

2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek atau subjek
yang diteliti. Dalam penelitian ini, data primer didapatkan secara langsung
oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dan masyarakat
Desa Aska yang telah menjadi informan.Selain itu data primer dalam
penelitian ini didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
oleh peneliti mengenai BUMDes ini,hal ini dikarenakan peneliti
merupakan sala satu warga Desa Aska
b. Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada .Data sekunder yang digunakan
peneliti berupa arsip pemerintah desa mengenai BUMDes, catatan peneliti
dilapangan, foto-foto kegiatan perencanaan, pembentukan, serta
pengelolaan BUMDes di Desa Aska.
C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh atau mengumpul data dan informasi pada penelitian ini,

peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi

tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, skripsi, internet, jurnal

dan sumber-sumbber lain. Dengan melakukan studi kepustakaan,peneliti dapat

memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan

dengan penelitianya.

2. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2014:266 ) menyatakan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dengan melakukan observasi

peneliti terlebih dahulu meninjau lokasi atau tempat yang ingin diteliti yaitu di

Desa ASka Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

3. Wawancara

Sugiyono (2014:231) Wawancara digunakan sebagai tehnik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Metode

wawancara yang digunakan adalah indepth interview sehingga peneliti

menggunakan daftar wawancara yang telah dibuat.

4. Dokumentasi

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa pada teknik ini, peneliti

dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau

dokumen yang ada pada responen atau tempat. Proses mendokumentasikan

data-data penelitian merupakan sebuah langkah untuk memback-up informasi

yang telah didapatkan. Dokumentasi dapat berbentuk file foto, video, atau file

rekaman wawancara yang dapat diakses dari server atau database yang dibuat

sendiri. Selain itu, catatan-catatan kecil saat wawancara yang dibuat oleh

peneliti juga dapat dikategorisasikan sebagai bentuk dokumentasi.

D. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Menurut (Miles dan Hubermen dalam Sugiyono 2014:246) meliputi:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya untuk mengumpulkan data

dengan berbagai macam cara, seperti: observasi, wawancara, dokumentasi dan

sebagainya.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemulihan ,pemusatan perhatian

pada penyederhanaan,pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan selama meneliti untuk memilih


informasi yang mana yang dianggap yang menjadi pusat penelitian

dilapangan.

3. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sebagai kumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pegambilan

keputusan. Alasan dasar dilakukan pada tahapan ini adalah menyederhanakan

informasi yang kompleks kedalam suatu bentuk yang sudah disederhanakan.

4. Pengambil Keputusan Atau Verifikasi

Setelah data disajikan maka dilakukan pengambilan keputusan atau

verifikasi. Dalam pengambilan keputusan atau verifikasi membuat

kesimpulan sementara dari semula belum jelas menjadi yang terperinci

dengan cara diverifikasi dalam arti meninjau ulang catatan-catatan dengan

maksud data yang diperoleh tidak valid untuk memperoleh jawaban atas

masalah yang diangkat dalam penelitian.

Anda mungkin juga menyukai