Anda di halaman 1dari 14

ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No.

2, Oktober 2015

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN


ERGO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENGEMBANGKAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SERTA
MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG KULINER LOKAL
DI DESA PELIATAN, UBUD, GIANYAR
1
Pande Wayan Suarsa, 2I Made Sutajaya
1
Guru SMP Negeri 2 Payangan, Gianyar
2
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Undiksha, Singaraja

E-mail: madesutajaya@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan ergo-
entrepreneurship untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap kewirausahaan
pedagang kuliner di Desa Peliatan. Metode yang digunakan adalah melalui quasi
eksperimen yang dipadukan dengan pendekatan Sistemik, Holistik, Interdisipliner,
dan Partisipatore (SHIP). Rancangan penelitian menggunakan posttest only group
design (treatment by subject design). Kegiatan yang dilakukan diawali dengan
identifikasi masalah, kemudian dibuat prioritas masalah dan selanjutnya dibuat
rencana tindak (action plan). Rencana tindak ini digunakan sebagai intervensi
penelitian berupa pelatihan kewirausahaan berbasis ergonomi yang disebut
dengan istilah ergo-entrepreneurship. Variabel bebas adalah pemberdayaan
masyarakat melalui pelatihan ergo-entrepreneurship. Variabel tergantung adalah
(a) pengetahuan di bidang kewirausahaan dan (b) sikap kewirausahaan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan mencari persentase perubahan
dan dilanjutkan dengan uji beda t paired test dengan taraf signifikansi 5% untuk
menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap pedagang kuliner antara sebelum
dan sesudah pelatihan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pengetahuan dan
sikap pedagang kuliner berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah pelatihan
ergo-entrepreneurship (p < 0,05). Dalam hal ini terjadi peningkatan pengetahuan
sebesar 21,18% dan sikap kewirausahaan meningkat sebesar 9,57%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan
ergo-entrepreneurship dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
kewirausahaan pedagang kuliner.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Ergo-entrepreneurship, dan Kuliner.

Abstract
The research objective is to empower the community through ergo-
entrepreneurship training to increase entrepreneurial knowledge and attitudes of
culinary merchant in Peliatan Village. The method used is through a quasi-
experimental combined with Systemic, Holistic, Interdisciplinary, and Partisipatore

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |609


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

(SHIP) approach. The study design used a post-test only group design (treatment
by subject design). Activities undertaken beginning with problem identification,
priority issues and then made hereafter devised action plan. This action plan is
used as an intervention in the form of research-based entrepreneurial training
ergonomics and is called ergo-entrepreneurship. Independent variable is
community empowerment through training ergo-entrepreneurship. Dependent
variables are (a) knowledge in the field of entrepreneurship and (b) an
entrepreneurial attitude. Data were analyzed descriptively by finding the
percentage change followed by paired t test at the 5% significance level to analysis
different of knowledge and entrepreneur attitude before and after training. The data
analyzed shown that knowledge and entrepreneur attitude significant different
before and after training (p<0.05). There were increase of knowledge about
21.18% and entrepreneur attitude about 9.57%. Therefore, it could be concluded
that community empowerment through training ergo-entrepreneurship increase
knowledge and entrepreneur attitude of culinary merchant.

Keywords: Empowerment, Ergo-entrepreneurship, and Culinary.

PENDAHULUAN akan dapat meningkatkan jumlah


Kondisi ekonomi masyarakat Desa penduduk miskin.
Peliatan mulai tahun 2002 tampaknya Permasalahan yang dapat
mengalami penurunan dilihat dari diidentifikasi pada pengembangan
pendapatan mayarakat per hari. Dalam usaha ekonomi produktif atau usaha
hal ini Sutajaya & Ristiati (2011) mikro masyarakat yang berkaiatn
melaporkan bahwa pendapatan dengan seni, budaya, dan kuliner
masyarakat ketika menjadi pematung adalah; (a) kurangnya modal usaha; (b)
adalah sebesar Rp. 150.000,- per hari ketidakberanian masyarakat untuk
dan setelah berubah profesi menjadi memanfaatkan pinjaman di Bank
buruh bangunan menjadi Rp. 50.000,- sebagai modal usaha; (c) kurangnya
per hari. Itu terjadi sebagai akibat pengetahuan dan pengalaman
terpuruknya usaha dalam bidang masyarakat tentang kewirausahaan; (d)
pariwisata sebagai dampak dari Bom kurangnya aset dan akses usaha; (e)
Bali pada saat itu. Itu terjadi karena mutu hasil olahan yang relatif rendah; (f)
masyarakat di Desa Peliatan lebih bahan baku untuk kerajinanan tergolong
dominan menggantungkan nasibnya di mahal karena didatangkan dari luar kota
bidang pariwisata (RPJM, 2011). bahkan dari luar Pulau Bali; dan (e)
Kondisi tersebut semakin diperparah sulitnya pemasaran produk yang
oleh melambungnya harga sembako di dihasilkan; serta (f) minimnya fasilitator
pasaran. Dengan demikian dapat yang dapat membantu masyarakat
dikatakan bahwa perekonomian di Desa untuk memfasilitasi usaha pemasaran
Peliatan mengalami goncangan yang dan pengadaan bahan baku (PLPBK,
sangat serius dan memerlukan 2011). Hal ini mengakibatkan banyak
penanggulangan sesegera mungkin usaha mikro yang tidak mampu
agar tidak menimbulkan dampak yang berkembang dan terancam bangkrut.
lebih buruk lagi yang pada akhirnya Padahal Desa Peliatan memiliki
berbagai potensi ekonomi yang cukup

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |610


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

handal dan dapat mendatangkan acuan di dalam memperbaiki kondisi


penghasilan yang memadai. Misalnya kerja pada usaha kuliner baik pada
dari hasil uji coba usaha kuliner khas proses pembuatan makanan maupuun
Desa Peliatan yang dibuka di Alun-alun saat menjajakan makanan tersebut. Hal
depan Puri Peliatan selama 11 hari dari itu dilakukan demi terwujudnya kuliner
tanggal 4 s.d. 15 Maret 2012 diperoleh lokal yang layak jual dan sehat sehingga
data: (a) penghasilan pedagang berpeluang untuk dikembangkan ke
mencapai 1,5 s.d. 2,3 juta selama arah yang lebih maju di era global yang
kegiatan; (b) jumlah pelaku kuliner ditandai dengan persaingan yang
semakin meningkat yang semula hanya semakin ketat dan keras.
9 pedagang meningkat menjadi 31
pedagang; (c) antusiasme masyarakat METODE
untuk mengunjungi tempat tersebut Penelitian quasi experimental
cukup tinggi, karena rerata kunjungan yang difokuskan pada pemberdayaan
per hari kurang lebih 300 orang. Akan masyarakat melalui usaha kuliner lokal
tetapi dengan semakin banyaknya para dipadukan dengan pendekatan sistemik,
pendatang yang membuka usaha di holistik, interdisipliner dan partisipatori
Desa Peliatan membuat masyarakat (SHIP). Sistemik atau melalui
Desa Peliatan semakin terdesak dan pendekatan sistem artinya dimana
kehilangan peluang untuk usaha-usaha semua faktor yang berada di dalam satu
tertentu karena ketatnya persaingan sistem dan diperkirakan dapat
ekonomi saat ini dan rendahnya menimbulkan masalah harus ikut
pengetahuan masyarakat dalam bidang diperhitungkan sehingga tidak ada lagi
kewirausahaan. masalah yang tertinggal atau munculnya
Pemberdayaan masyarakat masalah baru sebagai akibat dari
merupakan strategi pembangunan. keterkaitan sistem. Holistik artinya
Dalam perspektif pembangunan ini, semua faktor atau sistem yang terkait
disadari betapa penting kapasitas atau diperkirakan terkait dengan
manusia dalam upaya meningkatkan masalah yang ada, haruslah dipecahkan
kemandirian dan kekuatan internal atas secara proaktif dan menyeluruh.
sumber daya materi dan nonmaterial Interdisipliner artinya semua disiplin
(Muchtar, 2007). Potensi kuliner terkait harus dimanfaatkan, karena
sesunguhnya adalah modal besar bagi makin kompleksnya permasalahan yang
masyarakat di Desa Peliatan, akan ada diasumsikan tidak akan
tetapi karena tersendat-sendatnya terpecahkan secara maksimal jika
upaya pemasaran kuliner tersebut hanya dikaji melalui satu disiplin,
mengakibatkan banyak masyarakat sehingga perlu dilakukan pengkajian
yang ingin beralih ke usaha lain. melalui lintas disiplin ilmu. Partisipatori
Permasalahan mendasar inilah yang artinya semua orang yang terlibat dalam
tampaknya dapat ditanggulangi melalui pemecahan masalah tersebut harus
pemberdayaan masyarakat dengan dilibatkan sejak awal secara maksimal
pelatihan ergo-entrepreneurship. Dalam agar dapat diwujudkan mekanisme kerja
pelatihan tersebut ditekankan bahwa yang kondusif dan diperoleh produk
prinsip-prinsip ergonomi selalu dijadikan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |611


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

yang berkualitas sesuai dengan tuntutan group design (treatment by subjects


jaman (Manuaba, 2008). design), dengan pola dasar sebagai
Penelitian quasi experimental berikut (Colton, 2007).
menggunakan rancangan posttest only

P ---- RS------- -----(-)-----O1-------WOP----- ------(p)-------O2

Gambar 01. Bagan Rancangan Penelitian

Keterangan: masyarakat melalui pelatihan


P : populasi berupa pedagang ergo-entrepreneurship
kuliner lokal (p) : kondisi kuliner setelah dilakukan
RS : sampel dipilih secara random pemberdayaan masyarakat
O1 : pendataan sebelum dilakukan melalui pelatihan ergo-
pemberdayaan masyarakat entrepreneurship
melalui pelatihan ergo- WOP : washing out period atau proses
entrepreneurship (Periode I) penghilangan efek sebelum
O2 : pendataan sesudah dilakukan diberi perlakuan yang diberikan
pemberdayaan masyarakat selama satu minggu sekaligus
melalui pelatihan ergo- sebagai proses adaptasi
entrepreneurship (Periode II) terhadap perlakuan yang
(-) : kondisi kuliner sebelum diberikan.
dilakukan pemberdayaan

Subjek penelitian adalah subjek dibuat kriteria untuk membatasi


pedagang kuliner yang ada di Desa jumlah subjek yang bisa dilibatkan
Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten dalam penelitian ini. Kriteria inklusi
Gianyar, Provinsi Bali. Objek penelitian dalam penentuan sampel adalah: (a)
adalah sarana dan prasarana atau berbadan sehat; (b) bersedia sebagai
infrastruktur yang digunakan untuk subjek penelitian; dan (c) tidak memiliki
usaha kuliner. Populasi target pada cacat tubuh. Di samping itu juga
penelitian ini adalah semua pedagang ditentukan kriteria eksklusi dengan
kuliner yang ada di Desa Peliatan. ketentuan: (a) berdagang bukan sebagai
Populasi terjangkau adalah pedagang pekerjaan pokok; dan (b) tidak siap
kuliner khas Desa Peliatan yang dipekerjakan secara berkelompok dalam
memenuhi kriteria inklusi yang suatu tempat yang telah ditentukan.
berjumlah 39 orang. Sampel pada Kriteria drop out yang dipersyaratkan
penelitian ini adalah pedagang kuliner pada penelitian ini adalah: (a) tidak
khas Desa Peliatan yang terpilih secara bekerja pada saat penelitian; (b)
acak sederhana (simple random) dalam menderita sakit saat penelitian
penentuan jumlah sampel dan dilibatkan berlangsung; dan (c) karena alasan
secara penuh pada penelitian ini. tertentu mengundurkan diri sebagai
Untuk menghindari adanya bias sampel
yang disebabkan oleh karakterisistik

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |612


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Jumlah sampel yang dilibatkan variabel tergantungnya adalah (1)


dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 pengetahuan di bidang kewirausahaan
orang pedagang kuliner yang dipilih berbasis ergonomi; dan (2) sikap
secara acak bertingkat (multistage kewirausahaan. Strategi analisis data
random sampling). Teknik penentuan yang digunakan pada penelitian ini
besar sampel adalah: (a) mengacu adalah: (a) data kondisi subjek,
kepada jumlah populasi terjangkau karakteristik kuliner, dan kondisi
sebanyak 39 pedagang yang tersebar di lingkungan dianalaisis secara deskriptif;
sepuluh banjar yang ada di Desa dan (b) data pengetahuan dan sikap
Peliatan dibuat daftar namanya; (b) dari kewirausahaan sebelum dan sesudah
daftar nama tersebut dibuat proporsi perlakuan dianalisis dengan uji t paired
sesuai dengan jumlah warga yang karena datanya berdistribusi normal
berkecimpung dalam bidang tersebut di pada taraf signifikansi 5% dan
masing-masing banjar; (c) setelah selanjutnya dilihat persentase
ditentukan persentase sampel tiap perubahannya.
banjar, dilakukan pemilihan dengan
teknik random sederhana (simple HASIL DAN PEMBAHASAN
random) dengan cara undian; dan (d) Bertolak dari hasil analisis data
dengan demikian akan terpilih 15 tentang pengetahuan dan sikap
sampel pedagang kuliner yang tersebar pedagang kuliner antara sebelum dan
di masing-masing banjar. sesudah pelatihan ergo-
Variabel dalam penelitian ini entrepreneurship yang lebih
adalah: (a) variabel bebasnya adalah menekankan kepada pendekatan
pemberdayaan masyarakat melalui partisipatori diperoleh hasil penelitian
pelatihan ergo-entrepreneurship; (b) sebagai berikut.

Tabel 01. Kondisi Subjek yang Terlibat sebagai Sampel (n = 15)


No Variabel Rerata SB
1 Umur Pedagang (tahun) 45,53 8,01
2 Pengalaman Kerja (tahun) 15,87 6,62
3 Pendapatan per hari (Rp.) 397.333,33 77.571,78
4 Jumlah modal awal (Rp.) 1.063.333,3 202.190,37

Tabel 02. Karakteristik Kuliner yang Dijajakan (n = 15)


No Variabel Persentase
1 Berupa makanan tradisional 73,3%
2 Makanan khas desa setempat 40,0%
3 Dimasak sendiri oleh pedagang 73,3%
4 Tidak menggunakan penyedap rasa 46,7%
5 Bahannya berasal dari pasar desa setempat 86,7%
6 Memasak langsung di tempat berjualan 53,3%

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |613


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Tabel 03 Kondisi Lingkungan di Sekitar Tempat Berjualan (n = 15)


No Variabel Keterangan
1 Areal parkir seluas 15 x 40 m Cukup memadai
2 Ada tempat beristirahat berupa bale Cukup nyaman untuk lesehan
sakenem (6x4m)
3 Akses menuju kuliner sangat lancar Di pinggir jalan protokol
4 Tempat menyimpan rombong/ meja Di gedung serba guna atau di
sekitar kantor desa
5 Kebersihan areal Terjamin, karena ada petugas
kebersihan
6 Pengaturan parkir Dilakukan oleh seorang tukang
parkir
7 Keberadaan lalat, kecoa, dan tikus Diatasi dengan menutup atau
menggunakan rak kaca
8 Keberadaan debu terpaan angin Diatasi dengan menyiram areal
sebelum kuliner dibuka
9 Terpaan sinar matahari Diatasi dengan penambahan atap
pada rombong
10 Penanganan limbah kuliner Diatasi dengan membuang limbah
di tempat yang jauh dari areal
kuliner
11 Penggunaan detergen untuk mencuci Dapat diminimalkan dengan
piring dan peralatan lainnya memanfaat inke beralaskan daun
pisang sebagai wadah makanan
12 Lokasinya di sekitar Gedung Serba Guna Jika ada kegiatan di gedung
tersebut akan menambah jumlah
pembeli

Tabel 04. Hasil Uji Beda Pengetahuan dan Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner
antara Sebelum dan Sesudah Pelatihan (n = 15)

No Variabel Periode I Periode II Nilai Nilai


(Sebelum Pelatihan) (Sesudah Pelatihan) t p
Rerata SB Rerata SB

1 Pengetahuan
48,78 6,09 59,11 4,45 6,052 0,0001
pedagang
2 Sikap
kewirausahaan 56,22 4,01 61,60 4,04 6,282 0,0001
pedagang
SB: Simpangan Baku

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |614


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Karakteristik Kuliner tersebut karena di tempat lain tidak


Karakteristik kuliner yang ada di ditemukan makanan khas seperti itu.
Desa Peliatan adalah: (a) menjajakan Kondisi inilah yang membuat para
makanan tradisional dilakukan oleh pedagang yakin bahwa dagangannya
73,3% pedagang; (b) menjajakan akan dicari oleh para pelanggan.
makanan khas desa setempat dilakukan Keunikan makanan tersebut tentu
oleh 40,0% pedagang; (c) memasak berpotensi untuk dikembangkan dan
sendiri makanan yang dijajakan dipasarkan secara lebih luas dan dapat
dilakukan oleh 73,3%; (d) tidak memotivasi para pedagang untuk
menggunakan penyedap rasa dilakukan berwirausaha lebih lanjut. Sutajaya &
oleh 46,7% pedagang; (e) Gunamantha (2014) melaporkan bahwa
menggunakan bahan baku dari pasar melalui pemberdayaan pedagang
desa setempat dilakukan oleh kuliner mengakibatkan: (a) munculnya
86,7% pedagang; dan (f) memasak semangat baru bagi pedagang kuliner
langsung di tempat berjualan dilakukan yang sebelumnya sempat tidak percaya
oleh 53,3% pedagang. Dilihat dari diri untuk berbisnis di bidang tersebut;
persenase tersebut tampaknya kuliner di (b) munculnya kelompok pedagang
desa tersebut cenderung menjajakan kuliner yang siap berjualan sesuai
makanan tradisional yang dibuat sendiri dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh pedagang dengan menggunakan oleh desa; (c) berhasil dibuat tenda
bahan baku yang dibeli di pasar desa knock down yang bisa dibongkar
setempat. Kondisi tersebut tampaknya pasang, karena areal yang
perlu dipertahankan agar makanan- dimanfaatkan untuk usaha kuliner
makan khas Bali tetap lestari dan tersebut paginya digunakan sebagai
semakin digemari oleh masyarakat. Di tempat parkir; dan (d) usaha kuliner
samping itu ditemukan bahwa hanya yang dibangun tersebut menjadi sumber
46,7% saja yang tidak menggunakan penghasilan baru bagi pihak desa.
penyedap rasa. Ditinjau dari unsur
kesehatan tampaknya hal itu perlu Kondisi Lingkungan di Areal Kuliner
ditanggulangi sesegera mungkin agar Kondisi lingkungan di areal kuliner
tidak menimbulkan dampak negatif sangat menentukan keberlanjutan
terhadap kesehatan konsumen. kuliner tersebut. Dalam hal ini
Makanan khas desa setempat ditemukan bahwa: (a) areal parkir
yang dijajakan adalah topot, jaja kukus, seluas 15 x 40 m dinilai cukup
tipat santok, betutu, daluman, cendol, memadai untuk 100 s.d. 150 orang
loloh, tipat sate, tahu basa lalah, jukut pengunjung; (b) tersedianya tempat
mebejek, pesan celengis, pesan kakul, beristirahat berupa bale sakenem
pesan lindung, bubuh basa nyuh, jaja (6x4m) diniilai cukup nyaman untuk
giling-giling, dan lain-lain. Barang lesehan atau sekadar untuk tempat
dagangan tersebut sangat khas dinilai duduk saat konsumen menikmati
dari cara pembuatannya, cara hidangan yang disajikan; (c) akses
penyajiannya, dan bumbu yang menuju kuliner sangat lancar karena
digunakan. Kekhasan ini membuat para lokasinya berada di pinggir jalan
pelanggan wajib datang ke tempat protocol; (d) tempat menyimpan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |615


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

rombong atau meja dimanfaatkan adalah 27 s.d 29oC dengan kelembaban


gedung serba guna atau di sekitar relatif 75 s.d 85%. Kondisi lingkungan
kantor desa sehingga sangat efektif dan tersebut dinilai nyaman untuk
efisien saat menyimpan peralatan beraktivitas sehingga tidak mengganggu
tersebut; (e) kebersihan areal sangat produktivitas pekerja. Sutarja (2012)
terjamin, karena ada petugas melaporkan bahwa kenyamanan termal
kebersihan yang selalu menjaga atau fisik lingkungan di tempat
kebersihan di areal tersebut; (f) beraktivitas dipengaruhi oleh
pengaturan parkir juga dinilai cukup rapi, temperatur, kelembaban relatif,
karena sudah dipekerjakan seorang kecepatan angin, pencahayaan, dan
tukang parkir yang cukup handal; (g) kebisingan. Dalam hal ini ditemukan
keberadaan lalat, kecoa, dan tikus yang bahwa temperatur di tempat kerja
sering mengintai makanan yang berkisar antara 26,5 s.d. 31oC,
dijajakan diatasi dengan cara menutup kelembaban relatif berkisar antara 63
atau menggunakan rak kaca; (h) s.d 75%, dan kecepatan angin antara
keberadaan debu terpaan angin 0,03 s.d. 0,15 m per detik. Kondisi
diatasi dengan menyiram areal sebelum lingkungan dengan rentangan tersebut
kuliner dibuka; (i) terpaan sinar matahari dinilai nyaman untuk beraktivitas.
diatasi dengan penambahan atap pada Di samping itu kondisi lingkungan
rombong; (j) penanganan limbah kuliner biologis yang dinilai dari keberadaan
diatasi dengan membuang limbah di lalat, kecoa, dan tikus juga harus
tempat yang jauh dari areal kuliner; (k) diperhatikan, karena dapat mengganggu
penggunaan detergen untuk mencuci kesehatan pembeli atau dapat
piring dan peralatan lainnya dapat memunculkan kesan kumuh. Untuk itu
diminimalkan dengan memanfaat inke disarankan agar tidak membuang
beralaskan daun pisang sebagai wadah limbah di sekitar areal kuliner yang
makanan; dan (l) dengan lokasi kuliner dapat mengundang binatang tersebut.
di sekitar Gedung Serba Guna Kondisi lingkungan secara fisik seperti
tampaknya sangat strategis karena keberadaan debu yang dapat mengotori
mudah dijangkau dari segala penjuru makanan juga perlu diperhatikan
dan jika ada kegiatan di gedung tersebut mengingat areal kuliner berada di
akan menambah jumlah pembeli. pinggir jalan protocol. Hamburan debu
Kondisi lingkungan tersebut dinilai akibat terpaan angin atau akibat laju
sangat memadai untuk pengembangan kendaraan dapat mengotori makanan
kuliner ke arah yang lebih maju dan jika tidak ditanggulangi. Cara paling
lebih mandiri. Dalam hal ini Adnyana sederhana yang dilakukann oleh ara
(2013) melaporkan bahwa kondisi pedagang kuliner adalah dengan jalan
lingkungan yang dipertimbangkan di menyiram areal kuliner sebelum kuliner
dalam beraktivitas adalah suhu kering, dibuka. Ada juga yang sudah
suhu basah, dan kelembaban relatif menggunakan rak kaca untuk
yang dipengaruhi oleh efek termal suatu menghindari paparan debu tersebut.
peralatan. Suhu kering yang menyertai Kondisi lingkungan secara kimiawi
para tukang banten saat beraktivitas dilihat dari penggunaan deterjen untuk
adalah 29 s.d. 31o C dan suhu basahnya mencuci piring dan peralatan kuliner.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |616


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Hal ini ditanggulangi dengan pengetahuan pedagang pada


menganjurkan kepada para pedagang khususnya dan pengetahuan
untuk menggunakan inke beralaskan masyarakat pada umumnya. Bahasa
daun pisang sebagai wadah makanan, dan petunjuk yang sederhana yang
sehingga penggunaan deterjen untuk tersurat di dalam pedoman tersebut
mencuci piring bisa diminimalkan. cukup menggugah rasa ingin tahu para
Pemanfaatan bahan penyedap untuk pedagang khususnya yang berkaitan
menyedapkan rasa makanan juga dengan upaya peningkatan usaha
termasuk kondisi lingkungan kimiawi kuliner yang sedang digeluti.
yang dapat mengganggu kesehatan Anonim (2015) menyatakan
pembeli. Hal ini ditanggulangi dengan bahwa ergo-enterpreneur merupakan
sosialisasi bahaya yang ditimbulkan program yang user friendly dan khusus
oleh bahan penyedap yang dikembangkan untuk perusahaan
mengandung monosodium glutamat konstruksi dan disesuaikan dengan
(MSG) tersebut. filosofi kerja seseorang di suatu
perusahaan. Pengguna menemukan
Pengetahuan Pedagang Kuliner dengan cepat solusinya melalui program
Pada penelitian ini ditemukan yang diaplikasikan, yang merupakan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pendekatan partisipatori dan biasa
pedagang kuliner secara bermakna diterapkan di tempat kerja.
sebesar 21,18% antara sebelum dan Khairani (2015) melaporkan
sesudah pelatihan ergo- bahawa bahwa determinasi (R2)
entrepreneurship (p<0,05). Itu bisa pengetahuan kewirausahaan dan
terjadi karena selama pelatihan kemandirian pribadi mempengaruhi
disosialisasikan prinsip-prinsip ergonomi kinerja usaha. Dari pengujian secara
yang relevan untuk diaplikasikan di parsial (uji t) variabel pengetahuan
lapangan dan dipadukan dengan kewirausahaan tidak berpengaruh positif
prinsip-prinsip kewirausahaan yang terhadap kinerja usaha namun variabel
dapat memotivasi pedagang kuliner kemandirian pribadi memiliki pengaruh
untuk mengembangkan usahanya. positif terhadap kinerja usaha. Liasari
Di samping itu para pedagang (2013) melaporkan bahwa berdasarkan
secara partisipatori dan proaktif hasil analisis data, diketahui bahwa
berusaha untuk mengetahui berbagai pengetahuan kewirausahaan,
hal yang dapat memajukan kulinernya. kemandirian, dan minat berwirausaha
Mereka sering berdiskusi dengan teman termasuk dalam kategori tinggi.
sejawat, para pengunjung atau pembeli, Diketahui juga, bahwa pengetahuan
dan masyarakat yang mempunyai kewirausahaan dan kemandirian
pengalaman di bidang kuliner dan berpengaruh positif terhadap minat
kewirausahaan. Konsep ergo- berwirausaha, baik secara parsial
entrepreneurship yang sering maupun simultan.
didiskusikan dengan para pedagang, Yuliyaningsih, dkk. (2013)
tokoh masyarakat, dan aparat desa melaporkan bahwa (1) terdapat
ternyata cukup memadai digunakan hubungan positif dan signifikan antara
sebagai acuan di dalam menunjang pengetahuan kewirausahaan dengan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |617


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

minat berwirausaha, (2) terdapat Sikap Kewirausahaan


hubungan negatif dan tidak signifikan Pada penelitian ini ditemukan
antara persepsi peluang kerja di bidang bahwa terjadi peningkatan yang
akuntansi dengan minat berwirausaha, signifikan sikap kewirausahaan
(3) terdapat hubungan positif dan pedagang kuliner sebesar 9,57% antara
signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan ergo-
kewirausahaan dengan minat entrepreneurship (p<0,05). Ini
berwirausaha serta terdapat hubungan menandakan bahwa melalui pelatihan
negatif dan signifikan antara persepsi tersebut para pedagang kuliner semakin
peluang kerja di bidang akuntansi termotivasi untuk mengembangkan
dengan minat berwirausaha. usahanya. Di samping itu muncul
Pengetahuan kewirausahaan memiliki keberanian untuk berwirausaha. Dalam
pengaruh yang lebih tinggi terhadap hal ini Sutajaya & Gunamantha (2014)
minat berwirausaha siswa dibanding melaporkan bahwa terjadi peningkatan
persepsi peluang kerja di bidang sikap kewirausahaan dilihat dari
akuntansi. indikator: (a) produk kuliner hanya
Nursito, dkk. (2013) melaporkan dipasarkan di areal terbatas (22,2%); (b)
bahwa pendidikan kewirausahaan usaha mencermati harga pasar (11,1%);
diterima dan membentuk pengetahuan (c) kepedulian dengan harga pasar
kewirausahaan mahasiswa berpengaruh (38,9%); (d) usaha meningkatkan
secara positif dan signifikan terhadap kualitas produk (0%); (e)
intense kewirausahaan mahasiswa. Hal kecenderungan berusaha meningkatkan
ini dapat dilihat dari nilai koefisien jumlah produk yang dihasilkan (66,7%);
pendidikan kewirausahaan yaitu 0,376 , (f) usaha meningkatkan jumlah dan
t = 4,530 dengan nilai p = 0,001(p , kualitas produk (33,3%); (g) usaha
0,05). Selain pendidikan kewirausahaan, memasarkan melalui pasar tradisional di
intense kewirausahaan mahasiswa juga tempat lain (44,4%); (h) usaha
dipengaruhi oleh faktor internal dalam memasarkan melalui pasar swalayan
diri mahasiswa, yaitu efikasi diri. Hal ini (22,2%); (i) usaha untuk membuka toko
ditunjukkan oleh hasil analisis yang kecil di kawasan wisata (22,2%); (j)
memberikan hasil nilai koefisien efikasi usaha memasarkan produk kuliner
diri adalah 0,425 , t = 4,832 dengan nilai dengan harapan mendapat keuntungan
p = 0,001(p < 0,05). Selanjutnya, yang lebih tinggi (11,1%); (k) keberanian
interaksi dua faktor tersebut yaitu meminjam modal di LPD (27,8%); (l)
pendidikan kewirausahaan dan efikasi usaha mengikuti kursus-kursus
diri, juga berpengaruh secara positif dan kewirausahaan (22,2%); (m) usaha
signifikan terhadap intense memperluas area pemasaran produk
kewirausahaan mahasiswa. Pengaruh (22,2%); (n) usaha menawarkan produk
interaksi tersebut dapat dilihat dari nilai kuliner melalui rekanan dalam bidang
koefisien interaksi antara pendidikan pemasaran (5,6%); (o) usaha membeli
kewirausahaan dengan efikasi diri produk kuliner dari pedagang lain yang
adalah 0,120, t = 2,921 dengan nilai p = produknya berkualitas (27,8%); (p)
0,004 (p < 0,05). usaha memenangkan persaingan di
pasaran (16,7%); (q) usaha sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |618


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

penghasil produk sekaligus penjual peningkatan produktivitas sebesar


(5,6%); (r) melakukan diskusi dengan 87,50%, (2) Suardana (2012)
teman seprofesi (11,1%); (s) menjalin melaporkan bahwa pendekatan
kerjasama dengan kelompok-kelompok ergonomi dalam perancangan arsitektur
pedagang lainnya (11,1%); dan (t) meningkatkan kinerja pengguna
usaha memperluas pemasaran ke bangunan dilihat dari peningkatan
pasar-pasar swalayan, hotel, restoran, ketelitian kerja sebesar 87,2% dan
dan pihak lain (16,7%). konstansi kerja sebesar 15,79%, (3)
Sutajaya & Gunamantha (2014) Wijaya (2012) melaporkan bahwa
juga melaporkan bahwa pelatihan yang penerapan manajemen kinerja klinik
dilakukan oleh dua orang pakar kuliner berbasis Tri Hita Karana sebagai suatu
yang sekaligus pakar ekonomi ternyata pemberdayaan terhadap pekerja dapat
dapat mengubah sikap kewirausahaan meningkatkan kualitas kerja perawat
secara bermakna dimana terjadi dan bidan di rumah sakit umum Bangli
peningkatan skor sikap kewirausahaan sebesar 43%, dan (4) Purnamawati
sebesar 41,59%. Ini menunjukkan (2013) melaporkan bahwa
bahwa para pedagang kuliner mulai pemberdayaan tukang benten melalui
termotivasi untuk menggeluti bisnis intervensi ergonomi dapat meningkatkan
tersebut. Di sisi lain tampak mereka efisiensi kerja tukang banten ngaben di
semakin berani untuk menambah modal Kota Denpasar, dilihat dari peningkatan
usaha dengan harapan agar bisa produktivitas sebesar 78%.
ditingkatkan kuantitas produk. Upaya
pemasaran melalui cara lain, selain di PENUTUP
areal yang disediakan pihak desa juga Bertolak dari hasil analisis dan
mulai tampak, karena 7 orang pedagang pembahasan yang dikaji berdasarkan
sudah mulai memasang iklan bahwa literatur yang relevan dapat disimpulkan
mereka menerima pesanan. sebagai berikut: (1) Strategi
Seirama dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui
sikap kewirausahaan tersebut diyakini pelatihan ergo-entrepreneurship cukup
berdampak terhadap produktivitas memadai dilakukan dilihat dari
pedagang. Itu bisa terjadi karena antusiasme pedagang kuliner untuk
dengan semangat kewirausahaan yang mengembangkan usahanya. (2)
tinggi tentu akan berkorelasi positif Pemberdayaan masyarakat melalui
terhadap peningkatan produk yang pelatihan ergo-entrepreneurship dapat
dijual dan pada akhirnya omset meningkatkan secara bermakna
penjualan akan meningkat. Ini tentu pengetahuan pedagang kuliner lokal di
berdampak positif terhadap peningkatan bidang strategi kewirausahaan berbasis
produktivitas kerja pedagang kuliner. ergonomi sebesar 21,18% (p < 0,05). (3)
Hal yang sama juga dilaporkan oleh: (1) Pemberdayaan masyarakat melalui
Sudiajeng (2010) melaporkan bahwa pelatihan ergo-entrepreneurship dapat
pemberdayaan pekerja melalui meningkatkan secara bermakna sikap
intervensi ergonomi pada organisasi dan kewirausahaan pedagang kuliner lokal
stasiun kerja dapat meningkatkan sebesar 9,57% (p < 0,05). Berdasarkan
kinerja bengkel kayu dilihat dari simpulan di atas, saran yang

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |619


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

disampaikan dalam penelitian ini adalah http://www.quadram.lu/product_de


sebagai berikut. (1) Kepada pedagang tails.php?id=25&sub1=14&lang=1.
kuliner disarankan agar tetap Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M.
menggunakan acuan ergo- 2007. A Total Ergonomis Design
entrepreneurship dalam Approach to Enhance the
mengembangkan usahanya karena Productivity in A Complicated
telah terbukti cukup relevan untuk Control System. Journal of
diaplikasikan. (2) Kepada aparat desa Information Technology. 6 (7):
disarankan agar tetap mengembangkan 1036 – 1042.
kuliner local sebagai salah satu ciri khas Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter,
desa setempat. (3) Kepada dinas terkait M.P. & Taris, T.W. 2008. Work
hendaknya selalu memfasilitasi Engagement: An Emerging
pengembangan kuliner di suatu daerah Concept in Occupational Health
mengingat usaha tersebut sangat Psychology. Work and Strees
potensial untuk menopang kehidupan Journal, Vol.22. No. 3., 187-200.
masyarakat. Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where
to Go from Here: Integration and
DAFTAR PUSTAKA Future Research on Work
Adnyana, I W.B. 2013. Aplikasi Synergy Engagement; In: Bakker, A.B. &
Ergo-Mechanical System Leiter, M.P. Editor: Work
Meningkatkan Kapasitas Kerja Engagement, A Handbook of
pada Pekerja Wanita dan Efisiensi Essential Theory and Research.
Energi Bahan Bakar Alat New York: Psychology Press.
Pengering pada Industri Sarana Bakker, A.B. 2010. Engagement and
Banten di Blahbatuh Gianyar Bali. Job Crafting: Engaged Employees
Disertasi. Program Pascasarjana Create Their Own Great Place to
Universitas Udayana Bali. Work, In: Albrecht,S. Editor.
Amperaningrum & Ichyaudin, 2009. Handbook of Employee
Hakekat Kewirausahaan. [Cited Engagement Perspectives, Issues,
2012 September 10] Available Researches and Practices. USA:
From Edward Elgar.
http://adesyams.blogspot.com/200 Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P.
9/09/hakekat-kewirausahaan.html 2011. Key Question Regarding
Anonim, 2009, Pemberdayaan Work Engagement, European
Masyarakat dan Pembangunan Journal of Work and
Berkelanjutan [Cited 2012 March Organizational Psychology. 20 (1),
29] Available at 4-28
http://www.pemberdayaan.com/pe Fam, M., Azadeh, A., Azam, A. 2007.
mbangunan/pemberdayaan- Modeling an Integrated Health,
masyarakat-dan-pembangunan- Safety, and Ergonomis
berkelanjutan.html. Management System: Application
Anonim, 2015. Ergo-Entrepreneur [Cited to Power Plants. Journal of Res
2015, July 18] Available From Health Sciences. Vol 7 (2): 1 – 10.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |620


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Geriya. 2007. Konsep dan Strategi Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I.,
Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Badar, A.M. 2008. Peran teknologi
Penataan Lingkungan Hidup di Tepat Guna untuk Masyarakat
Bali. Denpasar: Universitas Daerah Perbatasan. Jurnal
Udayana. Sosioteknologi No. 13 Tahun 7,
Khairani, Y. 2015. Pengaruh April.
Pengetahuan Kewirausahaan dan Nursito, S., Julianto, A., Nugroho, S.
Kemandirian Pribadi Terhadap 2013. Analisis Pengaruh Interaksi
Kinerja Usaha (Studi Kasus Pada Pengetahuan Kewirausahaan dan
Pengusaha Depot Air Minum Isi Efikasi Diri terhadap Intensi
Ulang di Jalan Veteran Kec. Kewirausahaan. Jurnal Kiat
Labuhan Deli Kab. Deli Serdang). BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013.
[Cited 2015, July 18] Available at PLPBK, 2011. Pengembangan Potensi
http://www.researchgate.net/public Seni dan Budaya Melalui
ation/48380144 Penataan Lingkungan
Liasari, K. 2013. Pengaruh Permukiman Berbasis Komunitas
Pengetahuan Kewirausahaan dan sebagai Upaya untuk
Kemandirian Terhadap Minat Meningkatkan Peluang Kerja Bagi
Berwirausaha: Survey pada Warga Miskin di Desa Peliatan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Ubud Gianyar Bali. PLPBK Desa
Pendidikan Universitas Pendidikan Peliatan, Kecamatan Ubud.
Indonesia. Tesis.Universitas Kabupaten Gianyar.
Pendidikan Indonesia. RPJM, 2011, Rencana Pembangunan
Limerick, L.B. Straker, L., Pollock, C. Jangka Menengah Desa (RPJM-
Dennis, G., Leveritt, S., Johnson, DES) Desa Peliatan Tahun 2011-
S. 2007. Implementation of the 2015. RPJM Desa Peliatan, Kec.
Participative Ergonomis for Ubud. Kabupaten Gianyar.
Manual Tasks (PErforM) Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi
Programme at Four Australian Ergonomi Meningkatkan Efisiensi
Underground Coal Mines. Pekerja pada Proses Pembuatan
International Journal of Industrial Banten Upacara Ngaben Pranawa
Ergonomis. Vol. 37, No. 2. di Kota Denpasar. Disertasi.
February: 145 – 155. Program Pascasarjana Universitas
Manuaba, A. 2008. Membangun Bali Udayana Bali.
atau Membangun di Bali. Bali- Sarna, K. 2008. Pengembangan Bahan
HESG. Denpasar. Ajar Biologi Berbasis Lokal
Muchtar, 2007. Pemberdayaan Genius. Makalah disampaikan
Masyarakat Melalui Program dalam Seminar Jurusan
Pengembangan Distrik (Kajian Pendidikan Biologi Undiksha,
Kebijakan dan Implementasinya di Singaraja.
Provinsi Papua) Jurnal Penelitian Shimazu, A. Miyanaka,D.
dan Pengembangan Schaufeli,W.B. 2010. Work
Kesejahteraan Sosial. Engagement from A Culture
Vol.12.No.02, Mei-Agustus 2007. Perspective: In: Albrecht,S. editor.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |621


ISSN: 2303-2898 Vol. 4, No. 2, Oktober 2015

Handbook of Employee Kewirausahaan dan Meningkatkan


Engagement Perspectives, Issue, Pendapatan Pedagang Kaki Lima
Researches and Practices. USA: di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar.
Edward Elgar Laporan Penelitian. Universitas
Suardana, I P.G.E. 2012. Pendekatan Pendidikan Ganesha.
Ergonomi dalam Perancangan Sutarja, I N. 2012. Redesain Berbasis
Arsitektur (Ergo-Arsitektur) Ergonomi dan Kearifan Lokal
Meningkatkan Kenyamanan dan Meningkatkan Efisiensi Energi
Kinerja Pengguna. Disertasi. Listrik dan Kualitas Hidup
Program Pascasarjana Universitas Penghuni pad Rumah Tradisional
Udayana Bali. di Desa Pengotan. Disertasi.
Sudiajeng, L. 2010. Intervensi Ergonomi Program Pascasarjana Universitas
pada Organisasi dan Stasiun Kerja Udayana Bali.
Meniingkatkan Kinerja Mahasiswa Sutjana, I D.P. Sutajaya, I M.,
dan Efisiensi Penggunaan Daya Purnawati, S. Adiamika, P, Tunas,
Listrik di Bengkel Kayu Politeknik K. Suardana, E, & Swamardika,
Negeri Bali. Disertasi. Program I.B.A. 2008. Preliminary
Pascasarjana Universitas Anthropometric Data of Medical
Udayana Bali. Students for Equipment
Sutajaya, I M. Ristiati, N.P, Setiabudi, G. Applications. Journal of Human
I. 2009. Penerapan Ergonomi Ergology Vol. 37. No 1.: 45 – 48.
Berbasis Kearifan Lokal untuk Wijaya, I P.G. 2012. Penerapan
Meningkatkan Kualitas Kesehatan Manajemen Kinerja Klinik Berbasis
dan Produktivitas Pekerja di Tri Hita Karana pada Kepuasan
Industri Kecil. Laporan Penelitan Kerja Komitmen Kerja dan Locus
Strategis Nasional. Jurusan of Control terhadap Peningkatan
Pendidikan Biologi. F MIPA. Kinerja Pegawai dan Bidan di Unit
UNDIKSHA. Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011. Bangli. Disertasi. Program
Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Pascasarjana Universitas
Kearifan Lokal yang Relevan Udayana Bali.
dengan Konsep Ergonomi untuk Wikipedia, 2012. Kewirausahaan. [Cited
Meningkatkan Kualitas Kesehatan 2012 September 10] Available at
dan Produktivitas Pematung di http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirau
Desa Peliatan Ubud Gianyar. sahaan
Jurnal Penelitian dan Yuliyaningsih I.P, Susilaningsih, dan
Pengembangan Sains dan Jaryanto. 2013. Hubungan
Humaniora ISSN 1979-7095. Pengetahuan Kewirausahaan dan
Volume 5, No.3, Desember 2011. Persepsi Peluang Kerja di Bidang
Sutajaya, I M. & Gunamantha, I M. Akuntansi dengan Minat
2014. Pemberdayaan Masyarakat Berwirausaha. Jupe-Jurnal
Melalui Usaha Kuliner Lokal untuk Pendidikan Ekonomi Vol 2, No .1.
Mengembangkan Sikap

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora |622

Anda mungkin juga menyukai