PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
24081120001
FAKULTAS KEWIRAUSAHAAN
UNIVERSITAS GARUT
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kaya memiliki sumber daya alam terdiri dari lautan,
pantai dan daratan yang kalau dikelola dengan benar dapat memberikan keuntungan besar
bagi negara. Salah satu pendayagunaannya adalah dengan menciptakan daerah tersebut
menjadi tempat sarana destinasi wisata. Daerah- daerah yang di anugerahi sumber daya
alam yang eksotis diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam memberikan
sumber pendapatan. Apalagi dengan adanya otonomi daerah, suatu kabupaten/kota
dituntut untuk dapat hidup mandiri. Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan
otonomi adalah ditinjau dari kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan
menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahannya (Halim, 2001)
Sektor pariwisata sangat berperan dalam pembangunan nasional, sebagai
tambahan sumber penghasilan devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja
serta pendapatan masyarakat. Pajak pembangunan yang diperoleh dari sektor ini telah
menjadi tumpuan dalam pendapatan asli daerah (PAD). Mengingat pembangunan pada
hakekatnya adalah pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan, maka
pembangunan pariwisata merupakan salah satu usaha untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi (Jaka Waskita, 2001)
Pengembangan pemasaran pariwisata merupakan program utama Direktorat
Jenderal Pemasaran Pariwisata dengan enam kegiatan pokok, yaitu pengembangan pasar
dan informasi pariwisata, peningkatan promosi pariwisata luar negeri, peningkatan
promosi pariwisata dalam negeri, peningkatan pencitraan Indonesia, peningkatan minat
khusus konvensi, insentif, dan even, serta dukung manajemen dan tugas teknis
pengembangan pemasaran pariwisata lainnya (Direktori Wisata Agro Indonesia)
Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan yang sangat kaya akan
keanekaragaman budaya, suku bangsa, ras dan agama dianugerahi kekayaan yang sangat
luar biasa. Salah satu kekayaan yang terdapat di dalamnya adalah kekayaan mengenai
keanekaragaman jenis jenis makanan yang sangat kaya akan rasa, rempah-rempah dan
bumbu di setiap kota di seluruh indonesia. Setiap kota khususnya di kota-kota besar di
seluruh indonesia memiliki makanan atau kuliner yang mempunyai keunikan dan
karakteristik nya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari indikasi pertumbuhan 10
provinsi dengan restoran skala menengah-besar tahun 2021 .
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 ada 6.780 unit restoran
skala menengah-besar di seluruh Indonesia. Restoran menengah-besar yang dimaksud
dalam data BPS adalah:
Usaha restoran dengan omset paling sedikit Rp2,5 miliar per tahun
Usaha restoran dengan omset kurang dari Rp2,5 miliar per tahun,
namun memiliki badan hukum perseroan terbatas (PT).Pada 2021, restoran yang
memenuhi kriteria tersebut paling banyak berada di DKI Jakarta, yakni 3.062 unit.
Provinsi lain yang memiliki restoran menengah-besar terbanyak nasional adalah Jawa
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau, Banten, Bali, Sumatra Selatan, DI Yogyakarta,
dan Sumatra Utara, dengan rincian seperti terlihat pada grafik.Adapun Sulawesi Barat dan
Kalimantan Utara menjadi provinsi dengan jumlah restoran menengah-besar paling
sedikit, yakni masing-masing 1 unit pada 2021.Provinsi lain yang restoran menengah-
besarnya sedikit adalah Sulawesi Tengah (3 unit), Papua Barat (4 unit), Aceh (9 unit),
Sulawesi Tenggara (13 unit), Maluku (15 unit), Maluku Utara (17 unit), Gorontalo (17
unit), dan Nusa Tenggara Timur (17 unit).
Menurut teori kebutuhan Maslow, pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia atau basic needs. Karena termasuk kebutuhan dasar, maka pemenuhan terhadap
pangan menjadi hal mutlak jika manusia ingin tetap bisa menjaga keberlangsungan
hidupnya. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, manusia baru akan bisa memikirkan untuk
mencapai kebutuhan lainnya. Kebutuhan bersosialisasi (social needs), percaya diri (self
ensteem) dan aktualisasi diri (self actualization) merupakan tiga teratas kebutuhan
manusia.
Namun, hal tersebut tampaknya tidak berlaku lagi sekarang. Pangan bukan lagi
produk konsumsi untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia semata. Pangan saat ini
menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan masyarakat. Pangan berubah menjadi sebuah
industri kuliner yang memberikan tidak hanya cita rasa tapi juga kebutuhan lain manusia
untuk bersosialisasi maupun beraktualisasi. Sebab, industri kuliner yang berkembang saat
ini juga menyediakan ruang bagi konsumen untuk bisa berkumpul dengan komunitasnya
melalui layanan ruangan maupun jasa lainnya.
Tidak mengherankan jika industri kuliner saat ini tumbuh sangat subur. Ada
beberapa hal yang mengindikasikan hal tersebut. Hal ini setidaknya terlihat dari pola
konsumsi masyarakat yang mulai bergeser ke masakan dan minuman jadi. (BPS, 2012)
7. Avelar, S., Borges-Tiago, T., Almeida, A., & Kualitatif to explore how
Tiago, F. (2024). Confluence of sustainable SMEs and start-ups
entrepreneurship, innovation, and can adopt long-term
digitalization in SMEs. Journal of Business sustainability,
Research, 170. innovation, and
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2023.114346 digitalization
strategies
https://amp.kompas.com/travel/read/2014/08/04/081200227/asep-stroberi-
kuliner-sunda-dan-kesegaran-buah-stroberi
http://repositori.unsil.ac.id/1019/5/BAB%20I.pdf
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/664/jbptunikompp-gdl-anwarsiroj-33164-8-
unikom_a-i.pdf
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/21/berapa-rata-rata-
pengeluaran-konsumsi-masyarakat-tiap-bulan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/18/10-provinsi-dengan-
restoran-skala-menengah-besar-terbanyak-di-indonesia
(Jbptunikompp-Gdl-Anwarsiroj-33164-8-Unikom_a-i, n.d.)