Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

PELATIHAN ERGO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN


PENGETAHUAN DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KULINER
DI PELIATAN UBUD GIANYAR BALI

I Made Sutajaya

Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA UNDIKSHA

Email: madesutajaya@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui usaha kuliner lokal
untuk mengembangkan sikap kewirausahaan dan pendapatan pedagang kaki lima.
Metode yang digunakan adalah melalui quasi eksperimen yang dipadukan dengan
pendekatan Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatore (SHIP). Rancangan
penelitian menggunakan post test only group design (treatment by subject design).
Kegiatan yang dilakukan diawali dengan identifikasi masalah, kemudian dibuat
prioritas masalah dan selanjutnya dibuat rencana tindak (action plan). Rencana tindak
ini digunakan sebagai intervensi penelitian. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dengan mencari persentase perubahan dan dilanjutkan dengan uji beda t
paired. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor sikap
kewirausahaan secara bemakna sebesar 41,59% dan pendapatan pedagang meningkat
37,73% (p<0,05). Ini membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
melalui pendekatan partisipatori dinilai cukup berhasil. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui usaha kuliner local dapat
meningkatkan sikap kewirausahaan dan pendapatan pedagang.

Kata-kata Kunci: Pemberdayaan, Kuliner Lokal, Kewirausahaan, dan Pendapatan

Abstract
The research objective is to empower local communities through culinary efforts to
develop entrepreneurial attitudes and income vendors. The method used is through a
quasi-experimental approach combined with Systemic, Holistic, Interdisciplinary, and
Participatory (SHIP). Research design used a post-test only group design (treatment
by subject design). Activities undertaken beginning with problem identification,
priority issues and then made hereafter devised an action plan (action plan). This
action plan is used as a research intervention. Data were analyzed descriptively by
finding the percentage change and continued with paired t-test. The results showed
that a significantly increase in entrepreneurial attitude score of 41.59 % and 37.73 %
increase merchant revenues (p < 0.05). This proves that the community empowerment
through participatory approach was considered quite successful. It can be concluded
that the empowerment of communities through local culinary businesses can increase
revenue entrepreneurial attitude and traders.

Keywords: Empowerment, Local Culinary, Enterpreneurship, and Revenue

1. Pendahuluan menjadi pematung adalah sebesar Rp.


150.000,- per hari dan setelah berubah
Kondisi ekonomi masyarakat Desa
profesi menjadi buruh bangunan menjadi
Peliatan mulai tahun 2002 tampaknya
Rp. 50.000,- per hari. Itu terjadi sebagai
mengalami penurunan dilihat dari
akibat terpuruknya usaha dalam bidang
pendapatan mayarakat per hari. Dalam hal
pariwisata sebagai dampak dari Bom Bali
ini Sutajaya & Ristiati (2011) melaporkan
pada saat itu. Itu terjadi karena
bahwa pendapatan masyarakat ketika

296 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

masyarakat di Desa Peliatan lebih membuka usaha di Desa Peliatan


dominan menggantungkan nasibnya di membuat masyarakat Desa Peliatan
bidang pariwisata (RPJM, 2011). Kondisi semakin terdesak dan kehilangan peluang
tersebut semakin diperparah oleh untuk usaha-usaha tertentu karena
melambungnya harga sembako di pasaran. ketatnya persaingan ekonomi saat ini dan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat dalam
perekonomian di Desa Peliatan bidang kewirausahaan.
mengalami goncangan yang sangat serius Pemberdayaan masyarakat merupakan
dan memerlukan penanggulangan strategi pembangunan. Dalam perspektif
sesegera mungkin agar tidak pembangunan ini, disadari betapa penting
menimbulkan dampak yang lebih buruk kapasitas manusia dalam upaya
lagi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemandirian dan kekuatan
meningkatkan jumlah penduduk miskin. internal atas sumber daya materi dan
Permasalahan yang dapat diidentifikasi nonmaterial (Muchtar, 2007). Potensi
pada pengembangan usaha ekonomi kuliner sesunguhnya adalah modal besar
produktif atau usaha mikro masyarakat bagi masyarakat di Desa Peliatan, akan
yang berkaiatn dengan seni, budaya, dan tetapi karena tersendat-sendatnya upaya
kuliner adalah; (a) kurangnya modal pemasaran kuliner tersebut
usaha; (b) ketidakberanian masyarakat mengakibatkan banyak masyarakat yang
untuk memanfaatkan pinjaman di Bank ingin beralih ke usaha lain. Permasalahan
sebagai modal usaha; (c) kurangnya mendasar inilah yang tampaknya dapat
pengetahuan dan pengalaman masyarakat ditanggulangi melalui pemberdayaan
tentang kewirausahaan; (d) kurangnya masyarakat dengan pelatihan ergo-
aset dan akses usaha; (e) mutu hasil entrepreneurship. Dalam pelatihan
olahan yang relatif rendah; (f) bahan baku tersebut ditekankan bahwa prinsip-prinsip
untuk kerajinanan tergolong mahal karena ergonomi selalu dijadikan acuan di dalam
didatangkan dari luar kota bahkan dari memperbaiki kondisi kerja pada usaha
luar Pulau Bali; dan (e) sulitnya kuliner baik pada proses pembuatan
pemasaran produk yang dihasilkan; serta makanan maupuun saat menjajakan
(f) minimnya fasilitator yang dapat makanan tersebut. Hal itu dilakukan demi
membantu masyarakat untuk terwujudnya kuliner lokal yang layak jual
memfasilitasi usaha pemasaran dan dan sehat sehingga berpeluang untuk
pengadaan bahan baku (PLPBK, 2011). dikembangkan ke arah yang lebih maju di
Hal ini mengakibatkan banyak usaha era global yang ditandai dengan
mikro yang tidak mampu berkembang dan persaingan yang semakin ketat dan keras.
terancam bangkrut.
Padahal Desa Peliatan memiliki 2. Metode
berbagai potensi ekonomi yang cukup Penelitian quasi experimental yang
handal dan dapat mendatangkan difokuskan pada pemberdayaan
penghasilan yang memadai. Misalnya dari masyarakat melalui usaha kuliner lokal
hasil uji coba usaha kuliner khas Desa dipadukan dengan pendekatan sistemik,
Peliatan yang dibuka di Alun-alun depan holistik, interdisipliner dan partisipatori
Puri Peliatan selama 11 hari dari tanggal 4 (SHIP). Sistemik atau melalui pendekatan
s.d. 15 Maret 2012 diperoleh data: (a) sistem artinya dimana semua faktor yang
penghasilan pedagang mencapai 1,5 s.d. berada di dalam satu sistem dan
2,3 juta selama kegiatan; (b) jumlah diperkirakan dapat menimbulkan masalah
pelaku kuliner semakin meningkat yang harus ikut diperhitungkan sehingga tidak
semula hanya 9 pedagang meningkat ada lagi masalah yang tertinggal atau
menjadi 31 pedagang; (c) antusiasme munculnya masalah baru sebagai akibat
masyarakat untuk mengunjungi tempat dari keterkaitan sistem. Holistik artinya
tersebut cukup tinggi, karena rerata semua faktor atau sistem yang terkait atau
kunjungan per hari kurang lebih 300 diperkirakan terkait dengan masalah yang
orang. Akan tetapi dengan semakin ada, haruslah dipecahkan secara proaktif
banyaknya para pendatang yang dan menyeluruh. Interdisipliner artinya

FMIPA Undiksha 297


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

semua disiplin terkait harus dimanfaatkan, mungkin agar tidak menimbulkan dampak
karena makin kompleksnya permasalahan negatif terhadap kesehatan konsumen.
yang ada diasumsikan tidak akan Makanan khas desa setempat yang
terpecahkan secara maksimal jika hanya dijajakan adalah topot, jaja kukus, tipat
dikaji melalui satu disiplin, sehingga perlu santok, betutu, daluman, cendol, loloh,
dilakukan pengkajian melalui lintas tipat sate, tahu basa lalah, jukut mebejek,
disiplin ilmu. Partisipatori artinya semua pesan celengis, pesan kakul, pesan
orang yang terlibat dalam pemecahan lindung, bubuh basa nyuh, jaja giling-
masalah tersebut harus dilibatkan sejak giling, dan lain-lain. Barang dagangan
awal secara maksimal agar dapat tersebut sangat khas dinilai dari cara
diwujudkan mekanisme kerja yang pembuatannya, cara penyajiannya, dan
kondusif dan diperoleh produk yang bumbu yang digunakan. Kekhasan ini
berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman membuat para pelanggan wajib datang ke
(Manuaba, 2008). tempat tersebut karena di tempat lain
Penelitian ini menggunakan rancangan tidak ditemukan makanan khas seperti itu.
posttest only group design (treatment by Kondisi inilah yang membuat para
subjects design). Subjek penelitian adalah pedagang yakin bahwa dagangannya akan
15 orang pedagang kuliner yang ada di dicari oleh para pelanggan.
Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Keunikan makanan tersebut tentu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali yang berpotensi untuk dikembangkan dan
dipilih secara acak bertingkat (multistage dipasarkan secara lebih luas dan dapat
random sampling). Data yang diperoleh memotivasi para pedagang untuk
dianalisis denagn uji t paired pada taraf berwirausaha lebih lanjut. Sutajaya &
signifikansi 5%. Gunamantha (2014) melaporkan bahwa
melalui pemberdayaan pedagang kuliner
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan mengakibatkan: (a) munculnya semangat
Karakteristik Kuliner baru bagi pedagang kuliner yang
Karakteristik kuliner yang ada di Desa sebelumnya sempat tidak percaya diri
Peliatan adalah: (a) menjajakan makanan untuk berbisnis di bidang tersebut; (b)
tradisional dilakukan oleh 73,3% munculnya kelompok pedagang kuliner
pedagang; (b) menjajakan makanan khas yang siap berjualan sesuai dengan aturan
desa setempat dilakukan oleh 40,0% yang telah ditetapkan oleh desa; (c)
pedagang; (c) memasak sendiri makanan berhasil dibuat tenda knock down yang
yang dijajakan dilakukan oleh 73,3%; (d) bisa dibongkar pasang, karena areal yang
tidak menggunakan penyedap rasa dimanfaatkan untuk usaha kuliner tersebut
dilakukan oleh 46,7% pedagang; (e) paginya digunakan sebagai tempat parkir;
menggunakan bahan baku dari pasar desa dan (d) usaha kuliner yang dibangun
setempat dilakukan oleh 86,7% pedagang; tersebut menjadi sumber penghasilan baru
dan (f) memasak langsung di tempat bagi pihak desa.
berjualan dilakukan oleh 53,3%
pedagang. Dilihat dari persenase tersebut Kondisi Lingkungan di Areal Kuliner
tampaknya kuliner di desa tersebut Kondisi lingkungan di areal kuliner
cenderung menjajakan makanan sangat menentukan keberlanjutan kuliner
tradisional yang dibuat sendiri oleh tersebut. Dalam hal ini ditemukan bahwa:
pedagang dengan menggunakan bahan (a) areal parkir seluas 15 x 40 m dinilai
baku yang dibeli di pasar desa setempat. cukup memadai untuk 100 s.d. 150 orang
Kondisi tersebut tampaknya perlu pengunjung; (b) tersedianya tempat
dipertahankan agar makanan-makan khas beristirahat berupa bale sakenem (6x4m)
Bali tetap lestari dan semakin digemari dinilai cukup nyaman untuk lesehan atau
oleh masyarakat. Di samping itu sekadar untuk tempat duduk saat
ditemukan bahwa hanya 46,7% saja yang konsumen menikmati hidangan yang
tidak menggunakan penyedap rasa. disajikan; (c) akses menuju kuliner sangat
Ditinjau dari unsur kesehatan tampaknya lancar karena lokasinya berada di pinggir
hal itu perlu ditanggulangi sesegera jalan protokol; (d) tempat menyimpan

298 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

rombong atau meja dimanfaatkan gedung berkisar antara 63 s.d 75%, dan kecepatan
serba guna atau di sekitar kantor desa angin antara 0,03 s.d. 0,15 m per detik.
sehingga sangat efektif dan efisien saat Kondisi lingkungan dengan rentangan
menyimpan peralatan tersebut; (e) tersebut dinilai nyaman untuk
kebersihan areal sangat terjamin, karena beraktivitas.
ada petugas kebersihan yang selalu
menjaga kebersihan di areal tersebut; (f) Pengetahuan Pedagang Kuliner
pengaturan parkir juga dinilai cukup rapi, Pada penelitian ini ditemukan bahwa
karena sudah dipekerjakan seorang tukang terjadi peningkatan pengetahuan
parkir yang cukup handal; (g) keberadaan pedagang kuliner secara bermakna
lalat, kecoa, dan tikus yang sering sebesar 21,18% antara sebelum dan
mengintai makanan yang dijajakan diatasi sesudah pelatihan ergo-entrepreneurship
dengan cara menutup atau menggunakan (p<0,05). Itu bisa terjadi karena selama
rak kaca; (h) keberadaan debu terpaan pelatihan disosialisasikan prinsip-prinsip
angin diatasi dengan menyiram areal ergonomi yang relevan untuk
sebelum kuliner dibuka; (i) terpaan sinar diaplikasikan di lapangan dan dipadukan
matahari diatasi dengan penambahan atap dengan prinsip-prinsip kewirausahaan
pada rombong; (j) penanganan limbah yang dapat memotivasi pedagang kuliner
kuliner diatasi dengan membuang limbah untuk mengembangkan usahanya.
di tempat yang jauh dari areal kuliner; (k) Di samping itu para pedagang secara
penggunaan detergen untuk mencuci partisipatori dan proaktif berusaha untuk
piring dan peralatan lainnya dapat mengetahui berbagai hal yang dapat
diminimalkan dengan memanfaat inke memajukan kulinernya. Mereka sering
beralaskan daun pisang sebagai wadah berdiskusi dengan teman sejawat, para
makanan; dan (l) dengan lokasi kuliner di pengunjung atau pembeli, dan masyarakat
sekitar Gedung Serba Guna tampaknya yang mempunyai pengalaman di bidang
sangat strategis karena mudah dijangkau kuliner dan kewirausahaan. Konsep ergo-
dari segala penjuru dan jika ada kegiatan entrepreneurship yang sering didiskusikan
di gedung tersebut akan menambah dengan para pedagang, tokoh masyarakat,
jumlah pembeli. dan aparat desa ternyata cukup memadai
Kondisi lingkungan tersebut dinilai digunakan sebagai acuan di dalam
sangat memadai untuk pengembangan menunjang pengetahuan pedagang pada
kuliner ke arah yang lebih maju dan lebih khususnya dan pengetahuan masyarakat
mandiri. Dalam hal ini Adnyana (2013) pada umumnya. Bahasa dan petunjuk
melaporkan bahwa kondisi lingkungan yang sederhana yang tersurat di dalam
yang dipertimbangkan di dalam pedoman tersebut cukup menggugah rasa
beraktivitas adalah suhu kering, suhu ingin tahu para pedagang khususnya yang
basah, dan kelembaban relatif yang berkaitan dengan upaya peningkatan
dipengaruhi oleh efek termal suatu usaha kuliner yang sedang digeluti.
peralatan. Suhu kering yang menyertai Anonim (2015) menyatakan bahwa ergo-
para tukang banten saat beraktivitas enterpreneur merupakan program yang
adalah 29 s.d. 31o C dan suhu basahnya user friendly dan khusus dikembangkan
adalah 27 s.d 29oC dengan kelembaban untuk perusahaan konstruksi dan
relatif 75 s.d 85%. Kondisi lingkungan disesuaikan dengan filosofi kerja
tersebut dinilai nyaman untuk beraktivitas seseorang di suatu perusahaan. Pengguna
sehingga tidak mengganggu produktivitas menemukan dengan cepat solusinya
pekerja. Sutarja (2012) melaporkan bahwa melalui program yang diaplikasikan, yang
kenyamanan termal atau fisik lingkungan merupakan pendekatan partisipatori dan
di tempat beraktivitas dipengaruhi oleh biasa diterapkan di tempat kerja.
temperatur, kelembaban relatif, kecepatan Khairani (2015) melaporkan bahawa
angin, pencahayaan, dan kebisingan. bahwa determinasi (R2) pengetahuan
Dalam hal ini ditemukan bahwa kewirausahaan dan kemandirian pribadi
temperatur di tempat kerja berkisar antara mempengaruhi kinerja usaha. Dari
26,5 s.d. 31oC, kelembaban relatif pengujian secara parsial (uji t) variabel

FMIPA Undiksha 299


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

pengetahuan kewirausahaan tidak interaksi tersebut dapat dilihat dari nilai


berpengaruh positif terhadap kinerja koefisien interaksi antara pendidikan
usaha namun variabel kemandirian kewirausahaan dengan efikasi diri adalah
pribadi memiliki pengaruh positif 0,120, dengan nilai t = 2,921 dan nilai p =
terhadap kinerja usaha. Liasari (2013) 0,004 (p < 0,05).
melaporkan bahwa berdasarkan hasil
analisis data, diketahui bahwa Sikap Kewirausahaan Pedagang
pengetahuan kewirausahaan, kemandirian, Kuliner
dan minat berwirausaha termasuk dalam Pada penelitian ini ditemukan bahwa
kategori tinggi. Diketahui juga, bahwa terjadi peningkatan yang signifikan sikap
pengetahuan kewirausahaan dan kewirausahaan pedagang kuliner sebesar
kemandirian berpengaruh positif terhadap 9,57% antara sebelum dan sesudah
minat berwirausaha, baik secara parsial pelatihan ergo-entrepreneurship (p<0,05).
maupun simultan. Ini menandakan bahwa melalui pelatihan
Yuliyaningsih, dkk. (2013) tersebut para pedagang kuliner semakin
melaporkan bahwa (1) terdapat hubungan termotivasi untuk mengembangkan
positif dan signifikan antara pengetahuan usahanya. Di samping itu muncul
kewirausahaan dengan minat keberanian untuk berwirausaha. Dalam
berwirausaha, (2) terdapat hubungan hal ini Sutajaya & Gunamantha (2014)
negatif dan tidak signifikan antara melaporkan bahwa terjadi peningkatan
persepsi peluang kerja di bidang akuntansi sikap kewirausahaan dilihat dari
dengan minat berwirausaha, (3) terdapat indikator: (a) produk kuliner hanya
hubungan positif dan signifikan antara dipasarkan di areal terbatas (22,2%); (b)
pengetahuan kewirausahaan dengan minat usaha mencermati harga pasar (11,1%);
berwirausaha serta terdapat hubungan (c) kepedulian dengan harga pasar
negatif dan signifikan antara persepsi (38,9%); (d) usaha meningkatkan kualitas
peluang kerja di bidang akuntansi dengan produk (0%); (e) kecenderungan berusaha
minat berwirausaha. Pengetahuan meningkatkan jumlah produk yang
kewirausahaan memiliki pengaruh yang dihasilkan (66,7%); (f) usaha
lebih tinggi terhadap minat berwirausaha meningkatkan jumlah dan kualitas produk
siswa dibanding persepsi peluang kerja di (33,3%); (g) usaha memasarkan melalui
bidang akuntansi. pasar tradisional di tempat lain (44,4%);
Nursito, dkk. (2013) melaporkan (h) usaha memasarkan melalui pasar
bahwa pendidikan kewirausahaan swalayan (22,2%); (i) usaha untuk
diterima dan membentuk pengetahuan membuka toko kecil di kawasan wisata
kewirausahaan mahasiswa berpengaruh (22,2%); (j) usaha memasarkan produk
secara positif dan signifikan terhadap kuliner dengan harapan mendapat
intense kewirausahaan mahasiswa. Hal ini keuntungan yang lebih tinggi (11,1%); (k)
dapat dilihat dari nilai koefisien keberanian meminjam modal di LPD
pendidikan kewirausahaan yaitu 0,376, (27,8%); (l) usaha mengikuti kursus-
dengan nilai t = 4,530 dan nilai p = 0,001 kursus kewirausahaan (22,2%); (m) usaha
(p<0,05). Selain pendidikan memperluas area pemasaran produk
kewirausahaan, intense kewirausahaan (22,2%); (n) usaha menawarkan produk
mahasiswa juga dipengaruhi oleh faktor kuliner melalui rekanan dalam bidang
internal dalam diri mahasiswa, yaitu pemasaran (5,6%); (o) usaha membeli
efikasi diri. Hal ini ditunjukkan oleh hasil produk kuliner dari pedagang lain yang
analisis yang memberikan hasil nilai produknya berkualitas (27,8%); (p) usaha
koefisien efikasi diri adalah 0,425 , memenangkan persaingan di pasaran
dengan nilai t = 4,832 dan nilai p = 0,001 (16,7%); (q) usaha sebagai penghasil
(p<0,05). Selanjutnya, interaksi dua faktor produk sekaligus penjual (5,6%); (r)
tersebut yaitu pendidikan kewirausahaan melakukan diskusi dengan teman
dan efikasi diri, juga berpengaruh secara seprofesi (11,1%); (s) menjalin kerjasama
positif dan signifikan terhadap intense dengan kelompok-kelompok pedagang
kewirausahaan mahasiswa. Pengaruh lainnya (11,1%); dan (t) usaha

300 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

memperluas pemasaran ke pasar-pasar kerja tukang banten ngaben di Kota


swalayan, hotel, restoran, dan pihak lain Denpasar, dilihat dari peningkatan
(16,7%). produktivitas sebesar 78%.
Sutajaya & Gunamantha (2014) juga
melaporkan bahwa pelatihan yang 4. Simpulan
dilakukan oleh dua orang pakar kuliner Bertolak dari hasil analisis dan
yang sekaligus pakar ekonomi ternyata pembahasan yang dikaji berdasarkan
dapat mengubah sikap kewirausahaan literatur yang relevan dapat disimpulkan:
secara bermakna dimana terjadi (1) strategi pemberdayaan masyarakat
peningkatan skor sikap kewirausahaan melalui pelatihan ergo-entrepreneurship
sebesar 41,59%. Ini menunjukkan bahwa cukup memadai dilakukan dilihat dari
para pedagang kuliner mulai termotivasi antusiasme pedagang kuliner untuk
untuk menggeluti bisnis tersebut. Di sisi mengembangkan usahanya; (2)
lain tampak mereka semakin berani untuk pemberdayaan masyarakat melalui
menambah modal usaha dengan harapan pelatihan ergo-entrepreneurship dapat
agar bisa ditingkatkan kuantitas produk. meningkatkan secara bermakna
Upaya pemasaran melalui cara lain, selain pengetahuan pedagang kuliner lokal di
di areal yang disediakan pihak desa juga bidang strategi kewirausahaan berbasis
mulai tampak, karena 7 orang pedagang ergonomi sebesar 21,18% (p < 0,05); dan
sudah mulai memasang iklan bahwa (3) pemberdayaan masyarakat melalui
mereka menerima pesanan. pelatihan ergo-entrepreneurship dapat
Seirama dengan peningkatan sikap meningkatkan secara bermakna sikap
kewirausahaan tersebut diyakini kewirausahaan pedagang kuliner lokal
berdampak terhadap produktivitas sebesar 9,57% (p < 0,05).
pedagang. Itu bisa terjadi karena dengan
semangat kewirausahaan yang tinggi tentu Saran
akan berkorelasi positif terhadap Berdasarkan simpulan di atas, saran
peningkatan produk yang dijual dan pada yang disampaikan dalam penelitian ini
akhirnya omset penjualan akan adalah: (1) kepada pedagang kuliner
meningkat. Ini tentu berdampak positif disarankan agar tetap menggunakan acuan
terhadap peningkatan produktivitas kerja ergo-entrepreneurship dalam
pedagang kuliner. Hal yang sama juga mengembangkan usahanya karena telah
dilaporkan oleh: (1) Sudiajeng (2010) terbukti cukup relevan untuk
melaporkan bahwa pemberdayaan pekerja diaplikasikan; (2) kepada aparat desa
melalui intervensi ergonomi pada disarankan agar tetap mengembangkan
organisasi dan stasiun kerja dapat kuliner lokal sebagai salah satu ciri khas
meningkatkan kinerja bengkel kayu desa setempat; dan (3) kepada dinas
dilihat dari peningkatan produktivitas terkait hendaknya selalu memfasilitasi
sebesar 87,50%, (2) Suardana (2012) pengembangan kuliner di suatu daerah
melaporkan bahwa pendekatan ergonomi mengingat usaha tersebut sangat potensial
dalam perancangan arsitektur untuk menopang kehidupan masyarakat
meningkatkan kinerja pengguna bangunan terutama dalam upaya pengentasan
dilihat dari peningkatan ketelitian kerja kemiskinan.
sebesar 87,2% dan konstansi kerja sebesar
15,79%, (3) Wijaya (2012) melaporkan 5. Daftar Pustaka
bahwa penerapan manajemen kinerja Adnyana, I W.B. 2013. Aplikasi Synergy
klinik berbasis Tri Hita Karana sebagai Ergo-Mechanical System
suatu pemberdayaan terhadap pekerja Meningkatkan Kapasitas Kerja
dapat meningkatkan kualitas kerja pada Pekerja Wanita dan Efisiensi
perawat dan bidan di rumah sakit umum Energi Bahan Bakar Alat Pengering
Bangli sebesar 43%, dan (4) Purnamawati pada Industri Sarana Banten di
(2013) melaporkan bahwa pemberdayaan Blahbatuh Gianyar Bali. Disertasi.
tukang benten melalui intervensi Program Pascasarjana Universitas
ergonomi dapat meningkatkan efisiensi Udayana Bali.

FMIPA Undiksha 301


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Anonim, 2015. Ergo-Entrepreneur [Cited Pekerja pada Proses Pembuatan


2015, July 18] Available From Banten Upacara Ngaben Pranawa
http://www.quadram.lu/product_det di Kota Denpasar. Disertasi.
ails.php?id=25&sub1=14&lang=1. Program Pascasarjana Universitas
Udayana Bali.
Khairani, Y. 2015. Pengaruh Pengetahuan
Kewirausahaan dan Kemandirian Suardana, I P.G.E. 2012. Pendekatan
Pribadi Terhadap Kinerja Usaha Ergonomi dalam Perancangan
(Studi Kasus Pada Pengusaha Arsitektur (Ergo-Arsitektur)
Depot Air Minum Isi Ulang di Meningkatkan Kenyamanan dan
Jalan Veteran Kec. Labuhan Deli Kinerja Pengguna. Disertasi.
Kab. Deli Serdang). [Cited 2015, Program Pascasarjana Universitas
July 18] Available at Udayana Bali.
http://www.researchgate.net/public
ation/48380144 Sudiajeng, L. 2010. Intervensi Ergonomi
pada Organisasi dan Stasiun Kerja
Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Meniingkatkan Kinerja Mahasiswa
Membangun di Bali. Bali-HESG. dan Efisiensi Penggunaan Daya
Denpasar. Listrik di Bengkel Kayu Politeknik
Negeri Bali. Disertasi. Program
Muchtar, 2007. Pemberdayaan Pascasarjana Universitas Udayana
Masyarakat Melalui Program Bali.
Pengembangan Distrik (Kajian
Kebijakan dan Implementasinya di Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011.
Provinsi Papua) Jurnal Penelitian Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis
dan Pengembangan Kesejahteraan Kearifan Lokal yang Relevan
Sosial. Vol.12.No.02, Mei-Agustus dengan Konsep Ergonomi untuk
2007. Meningkatkan Kualitas Kesehatan
dan Produktivitas Pematung di
Nursito, S., Julianto, A., Nugroho, S. Desa Peliatan Ubud Gianyar. Jurnal
2013. Analisis Pengaruh Interaksi Penelitian dan Pengembangan
Pengetahuan Kewirausahaan dan Sains dan Humaniora ISSN 1979-
Efikasi Diri terhadap Intensi 7095. Volume 5, No.3, Desember
Kewirausahaan. Jurnal Kiat 2011.
BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013.
Sutajaya, I M. & Gunamantha, I M. 2014.
PLPBK, 2011. Pengembangan Potensi Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Seni dan Budaya Melalui Penataan Usaha Kuliner Lokal untuk
Lingkungan Permukiman Berbasis Mengembangkan Sikap
Komunitas sebagai Upaya untuk Kewirausahaan dan Meningkatkan
Meningkatkan Peluang Kerja Bagi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di
Warga Miskin di Desa Peliatan Desa Peliatan, Ubud, Gianyar.
Ubud Gianyar Bali. PLPBK Desa Laporan Penelitian. Universitas
Peliatan, Kecamatan Ubud. Pendidikan Ganesha.
Kabupaten Gianyar.
Sutarja, I N. 2012. Redesain Berbasis
RPJM, 2011, Rencana Pembangunan Ergonomi dan Kearifan Lokal
Jangka Menengah Desa (RPJM- Meningkatkan Efisiensi Energi
DES) Desa Peliatan Tahun 2011- Listrik dan Kualitas Hidup
2015. RPJM Desa Peliatan, Kec. Penghuni pad Rumah Tradisional di
Ubud. Kabupaten Gianyar. Desa Pengotan. Disertasi. Program
Pascasarjana Universitas Udayana
Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi Bali.
Ergonomi Meningkatkan Efisiensi

302 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

Wijaya, I P.G. 2012. Penerapan


Manajemen Kinerja Klinik Yuliyaningsih I.P, Susilaningsih, dan
Berbasis Tri Hita Karana pada Jaryanto. 2013. Hubungan
Kepuasan Kerja Komitmen Kerja Pengetahuan Kewirausahaan dan
dan Locus of Control terhadap Persepsi Peluang Kerja di Bidang
Peningkatan Kinerja Pegawai dan Akuntansi dengan Minat
Bidan di Unit Rawat Inap Rumah Berwirausaha. Jupe-Jurnal
Sakit Umum Bangli. Disertasi. Pendidikan Ekonomi Vol 2, No .1
Program Pascasarjana Universitas
Udayana Bali.

FMIPA Undiksha 303

Anda mungkin juga menyukai