Anda di halaman 1dari 8

PENDAMPINGAN PEMBUATAN DAN BRANDING KULINER TRADISIONAL

PADA UMKM DESA PADUSAN SEBAGAI PENUNJANG WISATA


PEDESAAN

Ronal Ridhoi, Fionita Anggraini, Rosyida Oktaviani, Shabila Ajeng Indah S.

e-mail : ronal.rhidoi.fis@um.ac.id

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, 65141, Indonesia

Abstract

Dedikasi ini mengkaji tentang pemanfaatan labu kuning sebagai bahan dasar pembuatan
cookies. Pengabdian ini bertujuan untuk membuat branding kuliner tradisional khas Desa
Padusan. Tujuan dari pengabdian kerja ini yaitu; (1) Memberikan edukasi akan pemanfaatan
potensi labu kuning sebagai bahan baku utama makanan traditional. (2) Mengembangkan bibit-
bibit UMKM baru di Desa Padusan yang inovatif. (3) Memberikan informasi akan bagaimana
branding yang baik dan menarik. Dengan pelatihan ini diharapkan dapat membantu warga Desa
Padusan untuk peluang membuat industri kuliner tradisional Labu kuning dalam pelatihan ini
diproses menjadi cookies kering yang diberi nama YECHIPUM yang berartikan Yellow Chips
Pumpkin. Mahasiswa KKN Reguler ini berharap dengan adanya pengabdian YECHIPUM bisa
menjadi oleh-oleh khas Desa Padusan. Hasil yang diperoleh dari program kerja ini yaitu; (1)
masyarakat memperoleh pengetahuan terkait pemanfaatan labu kuning sebagai cookies (2)
warga Desa Padusan memperoleh pengetahuan mengenai pengemaan makanan yang menarik
(3) masyarakan Desa Padusan mendapatkan branding makanan ciri khas Desa Padusan

Keywords: kuliner tradisional, labu kuning, branding, masyarakat Padusan

Abstrak
This dedication examines the use of pumpkin as a basic ingredient for making cookies. This
service aims to create a traditional culinary branding typical of Padusan Village. The objectives
of this work dedication are; (1) Provide education on the use of pumpkin as the main raw
material for traditional foods. (2) innovative new MSME seeds in Padusan Village. (3) Providing
information on how to branding is good and attractive. With this training, it is hoped that it will
help the residents of Padusan Village to have the opportunity to make the traditional pumpkin
culinary industry in this training a dry cookie named YECHIPUM which means Yellow Chips
Pumpkin. This Regular KKN student hopes that with the presence of YECHIPUM's service, it
can become a typical souvenir of Padusan Village. The results obtained from this work program
are; (1) the community gains knowledge related to the use of pumpkin as a cake (2) the
residents of Padusan Village gain knowledge about interesting food packaging (3) the Padusan
Village community gets food branding typical of Padusan Village

Keywords: traditional culinary, pumpkin, branding, Padusan community

PENDAHULUAN
Padusan merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa
Timur. Secara administratif, Desa Padusan berada di wilayah Kecamatan Pacet. Secara
geografis, Desa Padusan terletak di lereng Gunung Welirang dengan ketinggian 810 meter
diatas permukaan laut (mdpl). Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Pacet di sebelah
utara dan barat, Desa Claket di sebelah timur, dan Desa Sumber Brantas Kota Batu di sebelah
selatan.Wilayah Desa Padusan terbagi menjadi satu dusun saja, yaitu Dusun Padusan yang
terdiri atas 3 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun Tetangga (RT) (Muarifah et al., 2019: 1).
Nama Desa Padusan berasal dari nama sumber air panas yang berada di desa tersebut,
yaitu Padusan. Padusan merupakan singkatan dari dua kata Bahasa Jawa yaitu panggone
adus yang dalam Bahasa Indonesia berarti tempat mandi. Saat ini, sumber air panas tersebut
menjadi lokasi wisata yaitu wisata air panas Padusan. Desa Padusan memiliki potensi yang
strategis sebagai wisata alam karena lokasinya yang berada di lereng Gunung Welirang.
Adapun tempat wisata yang berada di Desa Padusan antara lain Wisata Air Panas Padusan, Air
Terjun Grenjengan, Bukit Krapyak, Wisata Agro Padusan, Outbound dan Rafting (Khotimah et
al., 2017; Muarifah et al., 2019).

Gambar 1. Gerbang Pemandian Air Panas Padusan


(Sumber: beritajatim.com)

Menurut Muarifah et al. (2019), Desa Padusan memiliki penduduk sebanyak 1.677 jiwa
yang terbagi atas 812 jiwa penduduk laki-laki dan 865 perempuan. Penduduk Desa Padusan
bekerja pada beberapa sektor, antara lain pertanian, perdagangan, dan pariwisata (Jayanti &
Murtini, 2018). Perkembangan Desa Padusan yang saat ini menjadi salah satu daerah tujuan
wisata memunculkan beberapa hal baru oleh masyarakatnya, salah satunya yaitu munculnya
pelaku Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah atau UMKM. Menurut Mahalizikri (2019:188), UMKM
adalah unit usaha produktif di semua sektor ekonomi yang berdiri sendiri dan dikelola oleh
badan usaha atau perorangan. Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah disebutkan bahwa
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagai mana diatur dalam undang-undang tersebut. Perkembangan UMKM dapat
dipicu oleh perkembangan sektor pariwisata dengan indikator peningkatan pendapatan oleh
pelaku UMKM (Prasetyo & Suryoko, 2018:4).
Pengabdian desa ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh desa tersebut salah satunya adalah dengan
menjadikannya sebagai desa wisata dengan harapan dapat memberikan banyak pemasukan
baik dari pemerintah desa maupun kepada masyarakat sekitar. Desa Wisata adalah suatu
bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Selain
memaksimalkan potensi yang dimiliki tetapi perlu juga memaksimalkan peran masyarakat untuk
mendukung rencana tersebut.
Pengabdian pembuatan dan branding kuliner traditional pada UMKM Desa Padusan
sebagai penunjang wisata pedesaan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan juga
menumbuhkan inovasi baru di bidang kuliner traditional. Program pendampingan ini dilakukan
dengan memanfaatkan potensi komoditas lokal yang berada di Desa Padusan ini yaitu labu
kuning. Tumbuhan labu kuning ini sangat mudah untuk ditanam dan tidak memerlukan
perawatan yang rumit sehingga banyak dari masyarakat di Padusan menanam tumbuhan ini.
Seringkali labu kuning ini dijadikan bahan baku utama dalam pembuatan makanan traditional.

2
Gambar 2. Pemateri, Peserta, Dan Mahasiswa Pengabdian
(Sumber: Tim KKN Reguler Universitas Negeri Malang)

Pengabdian labu kuning ini di olah menjadi brownis chips yang berbahan dasar labu
tersebut sehingga menjadi lebih baik dan lebih modern lagi. Selain itu, pengabdian ini juga
membantu masyarakat dalam bagaimana cara melakukan branding pada produk kuliner olahan
sehingga diharapkan dapat memunculkan bibit-bibit UMKM baru yang inovatif. Branding
merupakan cara untuk mengkomunikasikan pesan dari sebuah produk bisnis kepada para
konsumennya melalui pelaksanaan yang baik, sehingga dapat memberikan kesan yang baik
kepada para penggunanya. Branding menjadi salah satu cara bagi pengusaha untuk menarik
perhatian calon konsumen untuk membeli produk tersebut. Brand harus mempunyai identitas
yang kuat, yang membedakannya dengan pesaing, identitas tersebut harus terkomunikasikan
secara visual (Ariefka Listya dan Yayah Rukiah, 2018). Dalam branding ini masyarakat
diajarkan akan bagaimana memilih kemasan yang baik dan menarik. Selain itu, masyarakat di
bantu dalam pemilihan desain logo yang cocok untuk produk brownis chips ini.

METODE
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode pedagogi. Metode
pedagogi yang berarti suatu pendekatan yang hanya menempatkan peserta pelatihan sebagai
obyek di dalam pelatihan, mereka diharuskan menerima pelatihan yang sudah di siapkan oleh
penyelenggara pelatihan maupun pemateri yang harus dipelajari, materi-materi apa saja yang
akan diterima, yang akan disampaikan dan semua metode panyampaiannya tergantung kepada
trainer maupun tergantung kepada sistem pelatihannya itu sendiri. Jadi dalam pelaksanaan
program kerja ini mengandung unsur pelatihan, dalam pelatihan ini peserta diminta untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang menyangkut alat / proses menurut cara yang
ditentukan atau diperagakan oleh pemateri, dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan
dapat membantu warga dalam mengembangkan potensi desa wisata. Kegiatan pelatihan
kepada masyarakat dapat dibagi beberapa tahap yaitu:

3
Gambar 1 : Bagan 1

1. Tahap Pra Kegiatan

a. Observasi atau pengamatan yang dilakukan secara langsung yaitu dengan mendatangi
lokasi desa Padusan. Tujuanya adalah untuk melihat sumber daya alam yang diperoleh dari
hasil panen perkebunan warga kemudian menentukan sumber daya alam apa yang akan
digunakan dalam pembuatan produk nanti.
b. Wawancara kepada Kepala Desa Padusan dan beberapa perangkat desa lainya,
wawancara dilakukan secara langsung dan bertujuan untuk mengetahui produk yang dapat
diciptakan dari hasil panen perkebunan warga Desa Padusan.
c. Penentuan Produk yang akan dibuat, setelah melakukan wawancara dan mendapatkan
hasil kemudian menentukan bahwa akan membuat Brownis Chips yang berbahan dasar
labu, labu memang bukan tanaman khas dari Desa Padusan tetapi Labu mudah ditanam
dan tumbuh di Desa Padusan.
d. Menentukan Pemateri, dalam menentukan pemateri kami melakukan kerja sama dengan
salah satu dosen Jurusan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang yaitu Ibu
Anggi Martiningtyas Januwati Saputri,S.Pd., M.Sc.
e. Uji Coba Produk, perwakilan dua orang PJ dari program kerja kuliner tradisional melakukan
uji coba pembuatan Brownis Chips Labu yang bertujuan untuk mengetahui bahan apa saja
yang dibutuhkan dan mengetahui berapa lama Brownis Chips Labu tersebut bisa
bertahan.
f. Desain dan Cetak Packaging & Banner, desain banner dan stiker kami desain dengan
menggunakan aplikasi canva, kemudian untuk packaging produk kami menggunakan
toples dan box kertas.

2. Tahapan Kegiatan

4
Pengabdian Pembuatan Dan Branding Kuliner Tradisional Pada UMKM Desa Padusan
Sebagai Penunjang Wisata Pedesaan dilakukan secara langsung. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberi inovasi atau ide baru produk khas dari Desa Padusan yang kemudian dapat
menambah peluang warga dalam menambah penghasilan didesa wisata tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada tanggal 09 Juni dilakukannya observasi di lokasi Desa Padusan, yang bertujuan
untuk mengetahui atau melihat sumber daya alam yang diperoleh dari hasil panen perkebunan
warga kemudian menentukan sumber daya alam apa yang akan digunakan dalam pembuatan
produk nanti. Seperti yang diketahui bahwa Desa Padusan. Kec. Pacet ini terletak dibawah kaki
Gunung Welirang yang pasti memiliki jenis tanah yang subur dan cocok untuk menanam
berbagai jenis tumbuhan sayur maupun buah.

Gambar 1. Observasi Bersama Perangkat Desa Padusan


(Sumber: Tim KKN Reguler Universitas Negeri Malang)

Wawancara dengan kepala desa dan beberapa perangkat Desa Padusan dilakukan
secara langsung dengan tujuan mengetahui sumber daya alam atau tumbuhan apa yang dapat
digunakan untuk produk olahan makanan yang mudah di olah dan memiliki nilai ekonomis jika
di pasarkan nantinya. Hasil dari wawancara kami mendapat inovasi membuat Brownis Chips
Labu yang berbahan dasar Labu dimana labu adalah salah satu hasil panen dari warga Desa
Padusan yang mudah ditanam di daerah teresebut dan mudah didapatkan. Setelah
menentukan makanan apa yang akan di olah dari hasil panen di Desa Padusan, pada tanggal
15 Juli kami melakukan uji coba dengan pemateri.

Gambar 2. Uji Coba Produk Pemateri


(Sumber: Tim KKN Reguler Universitas Negeri Malang)

5
Gambar 3. Booklet Resep Broenies Crispy
(Sumber: Ibu Anggi Martiningtyas Januwati Saputri, S.Pd., M.Sc)

Kemudian setelah melakukan uji coba resep dan mempersiapkan segala kebutuhan
pelaksanaan program kerja pada tanggal 23 Juli 2022 “Pelaksanaan Pendampingan
Pembuatan Dan Branding Kuliner Tradisional Pada UMKM Desa Padusan Sebagai Penunjang
Wisata Pedesaan” dilaksanakan di Balai Desa Padusan acara pelaksaan tersebut dimulai pukul
09.00 WIB – 13.00 WIB yang dimulai dengan sambutan – sambutan yang pertama sambutan
oleh Koordinasi Desa kemudian dilanjut sambutan oleh Kepala Desa dan Dosen Pembimbing
Lapangan setelah sambutan selesai langsung dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Ibu
Anggi Martiningtyas Januwati Saputri, S.Pd., M.Sc selaku pemateri pada program kerja
“Pelaksanaan Pendampingan Pembuatan Dan Branding Kuliner Tradisional Pada UMKM Desa
Padusan Sebagai Penunjang Wisata Pedesaan ”.

Gambar 4. Waktu Pelaksanaan Pengabdian


(Sumber: Tim KKN Reguler Universitas Negeri Malang)
Kegiatan berlangsung pada tanggal 23 juli 2022 bertempat di Aula Balai Desa. Kegiatan
ini meliputi pembuatan YECHIPUM dengan perangkat desa yang di dampingi pemateri. Saat
kegiatan berlangsung warga dibagi 3 kelompok dan memasak YECHIPUM dengan resep yang
sudah ditentukan pemateri dan bahan yang sudah di siapkan.

6
Gambar 4. Pengemasan Dan Branding Produk
(Sumber: Tim KKN Reguler Universitas Negeri Malang)

Warga Desa Padusan sanggat antusias dengan kegiatan berawal dari proses memasak
sampai proses pengemasan makan. Cookies yang berasal dari olahan labu kuning siap
dibranding menjadi makanan khas Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto

KESIMPULAN
Pengabdian “ Pendampingan Pembuatan Dan Branding Kuliner Tradisional Pada UMKM
Desa Padusan Sebagai Penunjang Wisata Pedesaan” berjalan dengan lancar karena peserta
memiliki antusias yang baik dengan diadakanya program tersebut dan juga mendapat
dukungan yang cukup dari warga sekitar dan perangkat Desa Padusan, kemudian beberapa
masalah yang muncul juga dapat terselesaikan dengan baik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua
Karang Taruna, Ketua POKJA, dan anggota masyarakat Desa Padusan , Kecamatan Pacet,
Kabupaten Mojokerto yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pendampingan Pembuatan
Dan Branding Kuliner Tradisional Pada UMKM Desa Padusan Sebagai Penunjang Wisata
Pedesaan yang terlangsana dengan penuh antusias. .

DAFTAR PUSTAKA
Auliah, M. R., Kaukab, M. E. 2019. PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PEMAHAMAN
AKUNTANSI, DAN PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TERHADAP
PELAPORAN KEUANGAN UMKM BERDASARKAN SAK ETAP (STUDI KASUS PADA
UMKM DI KABUPATEN WONOSOBO). Journal of Economic, Business and Engineering.
Vol 1(1), 131-139

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik, Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Jayanti, E. V., & Murtini, S. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Beralihnya Pekerjaan Pada

7
Masyarakat Di Sekitar Obyek Wisata Air Panas Padusan Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto. Jurnal Mahasiswa UNESA, 1–6. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/swara-
bhumi/article/view/25587/23456

Khotimah, K., Wilopo, & Hakim, L. (2017). Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Budaya
(Studi Kasus pada Kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan di
Kabupaten Mojokerto). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 42(1), 58.
http://armaini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/90899/M13-strategi-pengembangan-
destinasi-pariwisa.pdf

Muarifah, A., Z, A. N., Wasmat, Wiguno, & Muslihuddin. (2019). Laporan Kajian Kerentanan,
Risiko, dan Dampak Peubahan Iklim Partisipatif Desa Padusan - Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto. http://aksara.mojokertokab.go.id/filesAPI/publikasi/publikasi_61.pdf

Tuti, R., Dwijayanti, P. F. 2016. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN


UMKM DALAM MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAK ETAP.
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO). VOL 8(2), 98-107

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, (2008). https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/peraturan/undang-
undang/Documents/Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah.pdf

Widyastuti, Pristiana. 2017. Pencatatan Laporan Keuangan Berbasis Standar Akuntansi


Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di Bidang Jasa. Journal for Business and Entrepreneur, vol 1, 50-63

Anda mungkin juga menyukai