Anda di halaman 1dari 11

“STRATEGI PENINGKATAN EKONOMI MELALUI PEMBERDAYAAN BUDIDAYA IKAN GURAMEH

PADA KELOMPOK TANI “PAMUJI INGGIL” DI DESA BEJI KEDUNGBANTENG”

Disusun Oleh :

Aditya Murti Wijanarko F2B021003

Muhammad Roihan Zaki F2B021008

Ajeng Naraditia F2B021012

KEMENTERIAN RISET DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

MAGISTER SOSIOLOGI

PURWOKERTO

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan dalam penanganan perbaikan kualitas


hidup manusia dalam masyarakat. Penanganan perbaikan tersebut melalui aspek ekonomi,
fisik, dan mental dari penerima manfaat pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini
penerima manfaat diharapkan dengan berbagai program yang ada dalam pemberdayaan
bisa meningkatkan dari pengetahuan, keterampilan, serta keterhubungan atau modal sosial
yang lebih luas. Kesadaran dari penerima manfaat bisa bertumbuh mengenali potensi-
potensi disekitar tempat tinggalnya.

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang dialami dan dirasakan oleh kelompok
masyarakat secara kolektif. Nilai dan norma menjadi prodak dari kolektifitas yang terjadi
di masyarakat. Musik, seni, tarian, adat, serta prodak budaya lainnya merupakan potensi
yang harusnya dioptimalkan. Pemberdayaan dengan berbasis kebudayaan yang ada di
masyarakat seharusnya dijadikan sebagai perhatian khusus untuk semakin
memaksimalkan potensi dari program pemberdayaan. Fasilitator sebagai corong dari
program pemberdayaan yang bisa membangun hubungan dengan penerima manfaat.
Fasilitator diharapkan bisa memahami kebudayaan dari penerima manfaat, agar
masyarakat penerima manfaat dari program pemberdayaan tidak merasa asing dengan
pemberdayaan yang dilakukan. Kearifan lokal sebagai kebudayaan yang sudah melekat di
masyarakat secara kolektif harus dilihat sebagai potensi pengoptimalan dari program
pemberdayaan.

Kebiasaan yang ada di masyarakat penerima manfaat pemberdayaan diharapkan menjadi


modal dari program pemberdayaan. Program pemberdayaan disusun sedemikian rupa
melalui hubungan yang berbasis dengan kebudayaan masyarakat setempat. Program down
up dari pemberdayaan yang dilakukan harus sering dilakukan, agar proses sosialisasi dari
setiap program pemberdayaan dapat berjalan.

Pertanian merupakan sektor penting bagi masyarakat di pedesaan untuk menopang


kehidupannya. Mengelola lahan menjadi kegiatan aktivitas warga pedesaan seperti
menanam padi, sayur-sayuran, hingga palawija. Keadaan pertanian di pedesaan mengalami
tantangan dengan tiga permasalahan besar diantaranya, lemahnya modal sosial,
kemiskinan, dan kerusakan sumber daya pertanian itu sendiri (Pranadji & Hastuti, 2004).
Permasalahan ini, dalam proses pengentasannya dilakukan program-program yang
dirancang melalui pemberdayaan masyarakat. Salah satu program pemberdayaan yang
tengah dilakukan dalam bidang pertanian adalah budidaya ikan gurameh yang ada di desa
Beji. Desa Beji dikenal sebagai kampung mina karena dikenal dengan berlimpahnya
sumber air. Kondisi alam dan berlimpahnya air sangat cocok untuk lahan pertanian dan
perikanan. Ikan gurameh menjadi salah satu budidaya yang hingga saat ini dikembangkan
di Desa Beji.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses berjalannya kelompok tani “Pamuji Inggil” yang ada di Desa Beji
Kedungbanteng ?
2. Apa tuhuan dibentuknya kelompok tani “Pamuji Inggil” di Desa Beji
Kedungabnteng ?
3. Apa dampak dari pembentukan kelompok tani “Pamuji Inggil” baik bagi anggotanya
maupun masyarakat sekitar ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan mengenai proses berjalannya kelompok tani “Pamuji Inggil” di Desa


Beji, Kecamatan Kedungbanteng.
2. Menjelaskan mengenai tujuan dari dibentuknya kelompok tani “Pamuji Inggil” di
Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng.
3. Menjelaskan mengenai dampak dari pembentukan kelompok tani Pamuji Inggil baik
bagi anggotanya maupun masyarakat sekitar.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

B. Lokasi Penelitian

C. Sumber Data

D. Metode Pengumpulan Data

E. Analisis Data
BAB III
PEMBAHASAN

1. Proses Bekerjanya kelompok tani “Pamuji Inggil” di Desa Beji Kedungbanteng

Desa Beji merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kedungbanteng yang berbasis
perikanan. Daerah ini memang menjadi salah satu daerah penghasil ikan air tawar terbaik,
baik di lingkup Jawa Tengah maupun di Indonesia sendiri. Adapun ikan yang banyak
dihasilkan dari daerah ini antara lain : gurameh, melem, mujair, tawes, bawal, lele, dsb.
Walaupun banyak jenis ikan yang dapat dihasilkan dari daerah ini, namun ikan gurameh
lah yang menjadi perhatian utama bagi masyarakat, mengingat nilai jualnya yang dapat
dibilang tinggi dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya. Tak heran jika ikan gurameh
seperti sudah menjadi ikon utama untuk Desa Beji, sehingga bagi yang sudah pernah
berkunjung ke daerah ini, pasti sudah melihat patung gurameh besar yang dijadikan simbol
untuk memperkenalkan Desa Beji kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menetapkan Desa Beji sebagai kawasan
Minapolitan (konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan).

Masyarakat Desa Beji pada umumnya mengandalkan sumber daya alam yang melimpah di
desa tersebut untuk mengembangkan industri perikanan. Industri ini telah berkembang
lama, tepatnya pada awal tahun 1990-an. Namun siapa sangka, ditengah segala keuntungan
yang dapat diperoleh dari desa ini secara cuma-cuma (seperti halnya air yang melimpah
sehingga tidak perlu membeli, lahan yang luas dan strategis, iklim yang sesuai untuk
pengembangan industri perikanan, dll), belum juga dapat membawa hasil yang
memuaskan. Industri ini tidak banyak berkontribusi dalam mengatasi perekonomian di
Desa Beji, karena pada awalnya petani masih bergerak secara individu, sehingga pada
tahun 2000-an banyak kelompok tani yang dibentuk oleh masyarakat sekitar guna
memaksimalkan produktivitas industri gurameh ini. Lebih dari 21 kelompok tani telah
dibentuk di daerah tersebut, salah satunya adalah kelompok tani “Pamuji Inggil”.

Kelompok tani “Pamuji Inggil” dibentuk sendiri oleh petani gurameh yang ada di Desa Beji.
Pada awalnya, kelompok ini hanya terdiri dari beberapa orang saja. Namun seiring
berjalannya waktu, kelompok tersebut telah banyak berperan untuk memberdayakan
petani-petani gurameh di daerah tersebut, sehingga sampai saat ini, jumlah anggotanya
telah bertambah menjadi kurang lebih 25 orang.

Pamuji Inggil merupakan wadah bagi para petani untuk berbagi informasi tentang
budidaya ikan gurameh, mulai dari pembenihan, perawatan, pemanenan hingga
pengiriman. Para anggota kelompok yang kemudian bekerja sama dengan perangkat desa
dan Dinas Perikanan Kabupaten Banyumas, selalu gencar melakukan pemberdayaan
kepada para petani lain seperti halnya sosialisasi, pemberian bantuan dana hingga
pemberian pakan ikan yang diharapkan akan dapat mendorong produktivitas usaha
tersebut. Kelompok tani “Pamuji Inggil” selain dibentuk atas motif ekonomi yang ingin
memperoleh keuntungan demi kesejahteraan, juga dibentuk karena motif sosial yang ingin
memberdayakan para petani gurameh setempat agar lebih produktif.

Pada awalnya, kelompok tani “Pamuji Inggil” merupakan sebuah gagasan yang digagas oleh
beberapa petani setempat, seperti Bapak Mukson, Bapak Dalail, dan Bapak Iskandar.
Namun karena pencapaian hasil yang terbilang maksimal, anggota kelompok terus
bertambah dan semakin menunjukkan hasil yang memuaskan, salah satunya berhasil
menyabet juara kedua tingkat nasional untuk kategori Unit Pembenihan Rakyat (UPR)
dalam kompetisi kinerja kelompok dan kelembagaan perikanan budidaya ikan pada tahun
2015 lalu. Prestasi ini tentu saja hanya menjadi salah satu contoh dari sekian prestasi yang
telah dicapai oleh kelompok tani “Pamuji Inggil” yang tentunya semakin membanggakan.
Hingga kini, Pokdaka yang diketuai oleh Bapak Dalail ini telah memiliki lahan sekitar 1,5
hektar yang terdiri dari 21 kolam yang dibagi menjadi 253 petak berukuran 4x4 meter.

2. Tujuan dibentuknya kelompok tani “Pamuji Inggil” di Desa Beji Kedungbanteng

Pamuji Inggil merupakan salah satu dari sekian banyak kelompok tani yang dibentuk di
Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng. Kelompok ini dibentuk oleh masyarakat setempat
untuk meningkatkan produktivitas usaha tersebut yang pada awalnya tidak menunjukkan
hasil yang maksimal. Para petani berinisiatif untuk membentuk kelompok tersebut karena
melihat adanya peluang yang dapat dimaksimalkan oleh mereka.
Pada awalnya para petani setempat hanya menekuni usaha budidaya ikan gurameh secara
personal atau perorangan, namun hasil yang didapat tidak maksimal. Oleh karena itu,
dibentuklah kelompok tani, salah satunya Pamuji Inggil. Dengan adanya kelompok tani ini,
para petani menjadi lebih paham mengenai tata cara budidaya ikan mulai dari pembenihan
sampai pengiriman, sehingga hasil yang didapat lebih maksimal. Para anggota kelompok
diberikan sosialisasi dan penyuluhan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Banyumas secara
berkala sehingga mereka lebih paham terkait teori dan praktiknya. Dan sesuai dugaan,
setelah dibentuknya kelompok ini, maka hasil yang didapatkan oleh para petani menjadi
lebih besar dari sebelumnya. Dari hasil tersebut, banyak petani yang akhirnya bisa
terbebas dari kemiskinan yang membelenggu, padahal sebelum dibentuknya kelompok
tersebut, banyak dari mereka yang masih tergolong miskin. Oleh karena itu, pembentukan
kelompok tani Pamuji Inggil yang ada di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng layak
disebut sebagai pemberdayaan masyarakat sekaligus sebagai kewirausahaan sosial.

Seperti penjelasan diatas, industri perikanan yang dijalankan di Desa Beji memang
bermotif sosial, namun selain itu, pastinya juga ikut ditumpangi dengan motif ekonomi.
Pembentukan pokdaka (kelompok pembudidaya ikan) “Pamuji Inggil” ini diharapkan akan
dapat meningkatkan penghasilan dari para anggotanya. Dan benar saja, penghasilan
anggota kelompok “Pamuji Inggil” jika diakumulasikan, setelah dikurangi biaya operasional
baru kemudian dibagi presentasenya, untuk setiap anggota mendapatkan Rp 500.000,00
per harinya. Jumlah ini tidak mengherankan karena dalam satu bulan saja, gurameh
indukan dapat bertelur 3 sampai 4 kali. Setiap bertelur, masing-masing ikan dapat
menghasilkan ribuan butir telur, sehingga tidak heran jika di desa tersebut, untuk satu
harinya saja dapat menghasilkan telur dengan jumlah jutaan butir saat musim puncak.
Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan harga Rp. 25 – 35; per satu butirnya. Harga itu
tentu saja dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan musim yang ada. Jadi sudah bisa
dibayangkan berapa keuntungan yang dijanjikan dengan mengembangkan industri
gurameh ini. Untuk selanjutnya, telur-telur tersebut akan dipasarkan kepada konsumen.
Pemasaran ikan pun dilakukan melalui mulut ke mulut atau dengan cara memanfaatkan
media sosial yang ada saat ini. Petani di Desa Beji memasarkan produknya baik untuk
masyarakat sekitar maupun luar daerah, seperti Tulungagung, Kediri, Pasuruan,
Yogyakarta, Jakarta, Tasikmalaya, bahkan Lampung dan Kalimantan.

Selain budidaya induk ikan gurameh, di Desa Beji juga sudah dikenal dengan gurameh
konsumsinya yang memiliki kualitas tinggi. Berbeda dengan telur gurameh yang dihargai
per satu butirnya, gurameh konsumsi dihargai menurut beratnya (satuan kg). Ketika hari-
hari biasa, ikan gurameh konsumsi dihargai Rp. 40.000 – 45.000; namun harga ini akan
naik pada musim lebaran maupun tahun baru menjadi Rp. 45.000 - 60.000; per
kilogramnya. Sementara itu, besar rata-rata gurameh konsumsi di daerah ini bisa mencapai
2-3 kg, jadi tinggal mengalikan saja harga tersebut dengan berat ikannya.

3. Dampak dibentuknya kelompok tani “Pamuji Inggil” bagi anggota dan masyarakat
sekitar

Sebuah usaha pasti akan mendatangkan berbagai pengaruh, baik bagi yang menjalankan
usaha tersebut maupun masyarakat yang ada di sekitar usaha tersebut berada. Tak
terkecuali dengan usaha yang dijalankan oleh para petani di Desa Beji ini. Pembentukan
Pokdaka Pamuji Inggil membawa dampak yang positif bagi anggota maupun masyarakat
sekitar. Anggota kelompok menjadi lebih paham terkait tata cara budidaya ikan gurameh
dalam tataran teorinya, bukan sekedar praktiknya di lapangan. Mereka juga semakin
produktif dan memperoleh hasil yang lebih maksimal. Selain itu, dari pendapatan yang
diperoleh, mereka menjadi terbebas dari kemiskinan yang membelenggu mereka selama
ini.

Dibentuknya kelompok tani Pamuji Inggil memang dapat dikatakan menjadi titik balik bagi
perekonomian para anggotanya. Mereka yang pada awalnya hanya mendapatkan
penghasilan yang pas-pasan dari usahanya tersebut karena tidak terorganisir sehingga
pengiriman produknya pun tidak berjalan dengan lancar, menjadi lebih produktif karena
lebih terorganisir sehingga produknya dapat dipasarkan ke berbagai tempat di tanah air,
dan tidak terbatas hanya di lingkup provinsi Jawa Tengah saja.

Selain itu, dampak positif lain juga dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya
usaha budidaya ikan gurameh ini, merangsang pembentukan usaha-usaha baru seperti
usaha rumah makan, pemancingan, pakan ikan, jasa pengiriman barang, hingga usaha alat-
alat perikanan seperti jaring, jerigen, dll. Jadi dengan begitu, masyarakat setempat yang
tidak mempunyai pekerjaan sedikit banyak akan dapat dientaskan dari masalah
pengangguran yang selama ini menjadi momok bagi para pemuda pemudi. Dengan begitu,
manfaat dari pembentukan Pokdaka Pamuji Inggil ini tidak hanya akan dirasakan oleh
anggotanya saja, melainkan juga bagi masyarakat sekitar.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai