Anda di halaman 1dari 40

PEMBERDAYAAN USAHA IKAN ASIN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN

MASYARAKAT DI DESA BUGIS KECAMATAN SAPE

Disusun Oleh:
SYARIFUDIN

NIM: 200302029

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2024
A. Upaya Pemberdayaan Usaha Ikan Asin Dalam Meningkatkan Pendapat

Masyarakat Di Desa Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima

B. Latar Belakang

Masyarakat pesisir umumnya merupakan kelompok masyarakat yang relatif

tertinggal secara sosial, ekonomi, dan kultural dibandingkan dengan kelompok

masyarakat lain. Persepsi demikian didasarkan pada hasil pengamatan langsung terhadap

realitas kehidupan masyarakat pesisir atau melalui pemahaman terhadap hasil-hasil kajian

akademis. Keterbelakangan sosial ekonomi pada masyarakat pesisir merupakan hambatan

potensial bagi mereka untuk mendorong dinamika pembangunan di wilayahnya.

Akibatnya, sering terjadi kelemahan bargaining position dengan pihak-pihak di luar

kawasan pesisir, sehingga mereka kurang memiliki kemampuan mengembangkan

kapasitas diri dan organisasi atau kelembagaan sosial yang dimiliki sebagai sarana

aktualisasi dalam membangun wilayah. 1 Masyarakat pesisir pada umumnya berprofesi

sebagai nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup yaitu

dengan mencari hasil-hasil laut sebagai pendapatan keseharian nelayan.

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama-sama

mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait

dengan ketergantungan mereka pada pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan pesisir.

Jika ditinjau dari konteks pengembangan masyarakat (community development),

masyarakat pesisir merupakan kelompok masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir

1
Christiawan Hendratmoko dkk, “Pengembangan Model Pemberdayaan Bagi Pengolah Ikan Guna
Meningkatkan Pendapatan”,Jurnal Paradigma, Vol. 12, Nomor 2, Agustus 2014-januari 2015, hlm. 158.
yang hidupnya masih tertinggal. 2 Kecocokan antara wilayah lingkungan serta jenis

usaha yang dikembangkan merupakan poin penting yang harus dipertahankan dan

dikembangkan serta dimanfaatkan lebih baik lagi. Meningkatkan harkat dan martabat

masyarakat lapisan bawah yang meski memiliki keterbatasan namun belum mampu

melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan adalah tujuan dari pemberdayaan masyarakat.3

Upaya suatu masyarakat untuk memenuhi dan meningkatkan perekonomiannya

dapat disebut dengan pemberdayaan. Kemakmuran perekonomian daerah akan menjadi

sarana penguatan perekonomian bangsa. Jika daerah-daerah tersebut mempunyai

perekonomian yang berkembang, maka perbaikan di tingkat daerah juga akan terjadi.

Penguatan perekonomian suatu daerah dapat dilakukan dengan menggenjot aktivitas di

tingkat desa yang merupakan tingkat terendah daerah. 4

Lingkungan pesisir dan laut merupakan salah satu sektor yang cukup menjanjikan

bagi pembangunan daerah. Sumber daya alam baik yang tidak terbarukan maupun yang

terbarukan terdapat di lokasi pesisir. Selain itu, wilayah pesisir sangat mudah diakses

oleh berbagai macam kegiatan perekonomian, antara lain pelabuhan, industri,

transportasi, pemukiman, dan pariwisata. Namun pengembangan wilayah pesisir perlu

menyeimbangkan pembangunan wilayah serta jumlah pembangunan relatif terhadap daya

dukung lingkungan. Agar daerah dapat berkembang dan berkembang secara mandiri

dengan memanfaatkan sumber daya lokal, maka pembangunan daerah harus bertujuan

2
Iin Indarti, Yeni Kuntari, “Model Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Pesisir Melalui Re-
Engineering Ekonomi Berbasis Koperasi Berkelanjutan”, Jurnal STIE , Vol. 3, Nomor 2, September 2015, hlm.1.
3
Hidayatun Nisa dkk, “Pemberdayaan Kelompok Usaha Ikan Kering Dalam Meningkatkan Ekonomi
Keluarga”, Jurnal ideas,Vol. 8, Nomor 3, Agustus 2022, hlm.186
4
Khoirunnisa, “Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Pengolahan Ikan Asin
Desa Paripahan Kecamatan Pasir Limau Kabupaten Rokan Hilir” ,(Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu
KomunikasiUIN Suska Riau, Riau, 2021), hlm. 1
untuk memperkuat perekonomian lokal dan regional. Gagasan pembangunan ekonomi

lokal mengacu pada pendekatan pembangunan regional yang memanfaatkan sumber daya

terdekat. Sumber daya alam di dekat pantai.

Pemberdayaan merupakan proses, cara, perbuatan yang membuat berdaya, yaitu

kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal,

ikhtiar atau upaya untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat baik

material maupun spiritual guna mencapai cita-cita dan tujuan suatu bangsa.5

Proses pemberdayaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dengan keikutsertaan

dan partisipasi masyarakat sehingga dapat berdaya guna. Agar pemberdayaan

berlangsung dan berhasil tidak hanya diperlukan partisipasi dan menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi saja, akan tetapi kita harus membangun manusianya supaya

mampu menyesuaikan pikiran dan tindakannya dengan perkembangan yang terjadi dan

memiliki rasa tanggung jawab serta ikut memelihara hasil-hasil atau upaya yang telah

dilaksanakan.6 Inti dari proses pemberdayaan adalah suatu aktivitas atau tindakan untuk

membangun potensi individu dan kelompok masyarakat dalam meningkatkan efisiensi

dan bagaimana suatu organisasi menggunakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat

tersebut secara adil. 7 Salah satu proses pemberdayaan masyarakat pesisir yaitu usaha ikan

5
Eva Santi Anah, “Pengembangan Potensi Ekonomi Di Kawasan Pesisir Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat”, jurnal UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,Vol.3, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 139.
6
Dwi iriani margayaningsih, “Peran Masyarakat Dalam Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Desa”,
Jurnal ElektronikTulungagung, Vol. 11, Nomor 1,Desember2018,hlm. 72.
7
Ibid..., hlm. 73.
asin sebagai hasil laut yang di manfaatkan masyarakat untuk kebutuhan hidup dan

meningkatkan taraf ekonomi. 8

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi

masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun hasil perikanan merupakan

komoditas yang mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan, dimana

hal ini terjadi setelah ikan ditangkap. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat,

tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ketangan

konsumen. Salah satu produk olahan ikan dengan garam yaitu ikan asin karena sebagian

masyarakat memberdayakan ikan asin sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup di

wilayah pesisir. Seiring meningkatnya produksi dalam sektor perikanan, maka

permintaan untuk ikan segar semakin meningkat. Sehingga ikan-ikan yang sudah

ditangkap akan ditangani sebaik mungkin agar tetap segar hingga sampai ke tangan

konsumen, tetapi tidak sedikit pula ikan yang salah dalam penangananya sehingga

mengalami penurunan kualitas. Sehingga harga jual semakin rendah sehingga nelayan

tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya didapatkan.9

Ikan asin merupakan salah satu usaha masyarakat pesisir sebagai produk olahan

ikan dengan garam sebagai usaha yang ditekuni oleh masyarakat pesisir. Tingkat

konsumsi masyarakat terhadap ikan asin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat

pendapatan, selera masyarakat, ketersediaan produk perikanan dan sifat produk

perikanan. Tingkat pendapatan dan seleramasyarakat merupakanfaktor saling

8
Ahmad Sururi,“Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Dan Kapasitas Aktor Perguruan Tinggi Di Kota
Serang”, Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, Vol. 6, No. 1, November 2022, hlm. 6
9
Rolf Geffken Situmeang, “Analisis Usaha Pengolahan Ikan Asin Di Kelurahan Pondok Batu Kecamatan
Sarudik Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara”,Jurnal Jom, Vol. 4 Nomor 1, 2017,hlm. 2.
berhubungandalammempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan asin.

Tingkat konsumsi masyarakatberpendapatanrendah terhadap ikan asin lebih rendah

dibandingkan tingkat komsumsi bahan pangan lainnya. Ketersediaan produk perikanan

yang tidak merata dan sifat produk perikanan yang tidak tahan lama menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakatterhadap ikan asin.

Desa Bugis adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

yang dikenal dengan masyarakat pesisir yang di mana mayoritas penduduknya bekerja

sebagai petani dan nelayan, bahkan banyak kepala keluarga yang bekerja sebagai nelayan

yang mengandalkan penghasilan dari hasil perikanan sebagai kebutuhan hidup mereka.

Kawasan pesisir sebagai daerah yang cukup potensial sumber daya alam yaitu mencari

dan memanfaatkan hasil laut yang berguna bagi masyarakat. Desa Bugis adalah wilayah

pesisir yang ada di Kecamatan Sape yang cukup terkenal dengan hasil usaha ikan yang

banyak setiap tahunnya dan bahkan di sekitar kawasan pesisir banyak yang memproduksi

dan menjual ikan sebagai hasil perdagangan yang laris karena banyak diminati oleh

masyarakat. Salah satu hal yang dilakukan oleh masyarakat Bugis adalah produk olahan

ikan menjadi ikan asin untuk menjaga ikan tetap awet dan tidak membusuk.

Sebagai gambaran awal dari pada proses penelitian ini. Peneliti melakukan

observasi awal di Desa Bugis Kecamatan Sape.

“Observasi awal penelitian lakukan pada tanggal 25 September 2023 di Desa


Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima, dalam observasi yang dilakukan objek
utama yang diperhatikan oleh peneliti adalah usaha ikan asin. Dimana usaha ikan
asin merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat desa bugis, bukan
hanya itu juga usaha ikan segar dan usaha cumi . Ketika peneliti sampai di lokasi
berbagai macam ikan yang diasinkan mulai dari ikan tongkol, ikan makarel dan
cumi. Pelaku usaha ikan asin disana melakukan penjemuran ikan dengan estimasi
waktu 3 hari setelah melakukan penjemuran mereka biasanya menjual dan
sebagianya mereke konsumsi sendiri.”

Berdasarkan observasi yang saya lakukan di lokasi penelitian, yaitu Desa Bugis

Kecamatan Sape Kabupaten Bima, bahwa adanya usaha yang di manfaatkan oleh

masyarakat yaitu usaha ikan asin guna sebagai sumber pendapatan yang di tekuni oleh

masyarakat pesisir, oleh karena itu berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti

menemukan fakta di lapangan dapat di katakan bahwa penelitian layak untuk dilanjutkan

peneliti ingin mendalami dan mengetahui sejauh mana pemberdayaan ikan asin.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pemberdayaan Usaha Ikan Asin Dalam Meningkatkan Pendapatan

Masyarakat’’. Fokus penelitian ini akan mengetahui sejauh mana masyarakat Desa Bugis

melakukan upaya pemberdayaan usaha ikan asin dan pengelolaan ikan asin di kawasan

pesisir di Desa Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya pemberdayaan usaha ikan asin dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pemasaran usaha ikan asin?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui sejauh mana upaya pemberdayaan usaha ikan asin dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat.

b. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pemasaran

usaha ikan asin.


2. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis

1) Memperkuat khazanah ilmu pengetahuan, memperkuat pengetahuan ruang

lingkup sosial kemasyarakatan dan mengetahui ruang lingkup potensi yang di

kembangkan oleh masyarakat.

2) Mengetahui dan memperdalam ilmu pengetahuan terkait pemberdayaan yang

di lakukan masyarakat baik bagi aspek sosial maupun ekonomi.

b. Manfaat praktis

Temuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa UIN

Mataram, khususnya di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Selain itu,

penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi yang relevan untuk proyek

bertajuk “Upaya Pemberdayaan Usaha Ikan Asin dalam Meningkatkan

Pendapatan Masyarakat di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

1) Bagai Mahasiswa

Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

terpercaya yang sesuai dengan kriteria penulisan Skripsi UIN Mataram.

2) Bagi Masyarakat

Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

pihak-pihak yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai inisiatif

yang dilakukan di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, untuk

mendukung usaha ikan asin dan meningkatkan pendapatan daerah.


3) Bagi Peneliti

Temuan penelitian ini diyakini akan membantu para peneliti lebih

memahami inisiatif untuk mendukung usaha ikan asin guna meningkatkan

pendapatan daerah.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Agar penelitian ini dapat di lakukan dengan tepat sasaran, ruang lingkup

penelitian ini yaitu pemberdayaan usaha ikan asin . penelitian ini hanya berfokus pada

masalah yang berkaitan dengan judul yang di teliti. Setting penelitian di lakukan di Desa

Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

F. Telaah Pustaka

Penelitian terhadap studi dan karya-karya peneliti terdahulu yang terkait

diperlukan untuk menghindari duplikasi dan plagiat, supaya menjamin keabsahan

penelitian yang dilakukan. Tujuanya untuk membuktikan kebaruan, dan urgensi

penelitian pengembangan ilmu yang terkait, karena itu mempresentasikan laporan

penelitian terlebih dahulu sebagai berikut:

1. Khoirunnisa, dengan judul “Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal

Melalui Pengolahan Ikan Asin Desa Paripahan Kecamatan Pasir Limau Kabupaten

Rokan Hilir”, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Fakta

bahwa Desa Panipahan merupakan salah satu desa pesisir yang menggantungkan

penghidupannya pada lingkungan pesisir dan melakukan aktivitas sosial ekonomi

terkait sumber daya kelautannya, menjadi inspirasi penelitian ini. Kesegaran ikan ini

tidak bertahan lama jika dijual langsung dan juga memiliki nilai jual yang rendah. Di
Desa Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, masyarakat

berupaya mengolah hasil laut dengan mengolah ikan asin sebagai upaya

mendongkrak perekonomian masyarakat berbasis potensi lokal. 10 Dengan demikian

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengolahan ikan asin di

Desa Panipahan dapat menunjang perekonomian masyarakat berdasarkan potensinya.

Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang usaha ikan

asin yang di lakukan oleh masyarakat pesisir, dengan menggunakan metode kualitatif

dekriptif.

Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu

terletak pada fokus yang di teliti, peneliti terdahulu meneliti sejauh mana penguatan

ekonomi yang berbasis potensi lokal melalui pengelolaan ikan asin sedangkan

penelitian ini lebih memfokuskan pemberdayaan usaha ikan asin dalam meningkatkan

ekonomi masyarakat.

2. Skripsi yang ditulis oleh Mia Erdiana Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, yang berjudul “Pemberdayaan

Masyarakat Nelayan Melalui Home Industry Ikan Asin di Desa Bakauheni

Kecamatan Bakauheni Kabupaten Kampung Selatan”, dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif. Fokus penelitian ini mengetahui sejauh mana

pemberdayaan masyarakat nelayan Home Industry ikan asin.Home industry adalah

rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai

perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan dirumah. Home

10
Khoirunnisa, “Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Pengolahan Ikan Asin
Desa Paripahan Kecamatan Pasir Limau Kabupaten Rokan Hilir”,( Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Suska Riau). hlm. 8.
industri juga dipandang mampu memberikan pelayanan ekonomi secara luas

kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat, mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mengamati kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Bakauheni, di sana

kebanyakan nelayan menjual hasil tangkapan lautnya langsung kepada tengkulak

yang ada di tempat pelelangan ikan dengan harga jual yang rendah. 11

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang

usaha ikan asin, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sedangkan

perbedaan yang spesifik terletak pada cara pemberdayaannya bahwa peneliti

terdahulu meneliti pemberdayaan masyarakat melalui Home Industry yang digunakan

untuk mengelola usaha ikan asin. Sedangkan penelitian ini meneliti tentang

pemberdayaan usaha ikan asin yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat

Desa Bugis di kawasan pesisir.

3. Jurnal yang ditulis oleh Hidayatun Nisa Universitas Riau, yang berjudul

“Pemberdayaan Kelompok Usaha Ikan Kering dalam Meningkatkan Ekonomi

Keluarga”. menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini

bertujuan mengetahui proses pemberdayaan kelompok usaha Ikan Kering dalam

meningkatkan ekonomi keluarga. Hasil dari penelitian yakni menemukan bahwa

masih maksimalnya pemberdayaan dan tindak lanjut yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap kelompok usaha Ikan Kering Penempol, pemanfaatan sumber daya manusia

dan alam kurang maksimal dan hasil kelompok usaha tersebut belum dapat

11
Mia Erdiana,“Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Home Industry Ikan Asin di Desa Bakauheni
Kecamatan Bakauheni Kabupaten Kampung Selatan”,(Skripsi: UIN Raden Intan Lapung, 2023), hlm 9.
meningkatkan perekonomian keluarga melainkan hanya mampu memenuhi

kebutuhan keseharian. 12

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang

pemberdayaan usaha ikan asin dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Sedangkan perbedaanya ialah terletak pada proses pemberdayaanya bahwa peneliti

terdahulu meneliti pemberdayaan yang dilakukan pemerintah terhadap kelompok

usaha ikan asin. Sedangkan penelitian ini selain meneliti bentuk pemberdayaan yang

dilakukan pemerintah kepada pelaku usaha ikan asin, penelitian ini juga berfokus

pada pemberdayaan usaha ikan asin yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

G. Kerangka Teori
1. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa Pemberdayaan

adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong,

memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya

untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.Selaras dengan yang

diungkapkan oleh Zubaedi, bahwa Ginandjar Kartasasmitha menyatakan bahwa

pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun daya itu, dengan cara

mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. 13

Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang orang

yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang orang yang telah

12
Hidayatun Nisa dkk, “Pemberdayaan Kelompok Usaha Ikan Kering Dalam Meningkatkan Ekonomi
Keluarga”, Jurnal ideas,Vol. 8, Nomor 3, Agustus2022, hlm. 66.
13
Hidayatun Nisa dkk, “Pemberdayaan Kelompok Usaha Ikan Kering Dalam Meningkatkan Ekonomi
Keluarga”, Jurnal ideas,Vol. 8, Nomor 3, Agustus2022, hlm. 66.
mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan

“keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi

pengetahuan, ketrampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka

tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, McArdle

mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna

pentingnya proses dalam pengambilan keputusan. 14

Secara konseptual pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan

sebagai suatu tindakan sosial dari penduduk sebuah komunitas yang

mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif, untuk

memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Dalam pendapat lain, pemberdayaan

masyarakat didefinisikan sebagai sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nila-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni bersifat people centered (berpusat pada manusia),

Participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan) dan sustainable

(berkelanjutan).15

14
Isbandi Rukminto Adi, “Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat”,(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm 77-78.
15
Zulfan Nahruddin, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hasil Perikanan Di Kelurahan
Sumpang Binangae Kabupaten Barru”, jurnal ilmu pemerintahan, Vol. IV No.1 makassar April 2014. hlm. 94
b. Strategi Pemberdayaan

Mardikanto dan Poerwoko mendefinisikan strategi sebagai suatu proses

dan keluaran penting yang terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan tindakan

yang digunakan untuk memenangkan persaingan dan mencapai suatu tujuan.16

Parson, sementara itu, mengatakan bahwa pemberdayaan biasanya dicapai

melalui upaya kelompok. Meskipun demikian, terdapat kondisi di mana taktik

pemberdayaan dapat diterapkan sendiri; namun, ketika melakukan hal tersebut,

mereka tetap terhubung dengan kolektivitas karena mereka menghubungkan klien

atau komunitas sasaran dengan sumber atau sistem eksternal. Ada tiga derajat atau

dimensi pemberdayaan yang dapat digunakan untuk melakukan pemberdayaan

dalam konteks pekerjaan sosial:

1. Pada tingkat mikro, intervensi krisis, manajemen stres, konseling, dan

bimbingan digunakan untuk memberdayakan klien tertentu. Tujuan utamanya

adalah untuk membantu atau melatih klien dalam melakukan tanggung jawab

sehari-hari. Strategi ini umumnya dikenal sebagai pendekatan yang berpusat

pada tugas.

2. Di tingkat mezzo, sekelompok klien diberdayakan. Dinamika kelompok

biasanya digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, kemampuan, dan sikap klien sehingga mereka dapat

memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pemberdayaan dilakukan dengan

menggunakan kelompok sebagai media intervensi pendidikan dan pelatihan.


3. Strategi ini disebut juga dengan strategi besar (large system) pada tingkat

makro karena bertujuan untuk mengubah sistem lingkungan yang lebih besar.

pembuatan kebijakan.17

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yang

efektifdan efisien diperlukan strategi agar memperoleh hasil yang maksimal.

Strategi pemberdayaan serta pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan

suatu upaya pengembangan masyarakat. Masyarakat memiliki kemandirian dan

kemampuan mengakses sumber daya ekonomi. Pada akhirnya, pemberdayaan

berpotensi meningkatkan taraf hidup masyarakat.

c. Tujuan pemberdayan

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk memungkinkan

individu menjadi mandiri, yang berarti mereka harus mampu menangani

kebutuhan mereka sendiri dan memecahkan masalah tanpa bergantung pada

bantuan dari luar, baik dari pemerintah maupun organisasi non-pemerintah. Jelas

bahwa mereka memerlukan bantuan teknologi, namun bantuan ini harus mampu

memicu inisiatif komunal, bukan menghambatnya. Dalam hal ini, kami

menyerukan penghormatan terhadap hak-hak individu, khususnya hak atas

persamaan kesempatan dan penentuan nasib sendiri. kebebasan untuk

memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi masyarakat dan hak atas kesempatan

yang sama sehingga setiap orang dapat mencapai potensi maksimalnya..

17
Hendrawati Hamid, “Manajemen Pemberdayaan masyarakat”, (Makasar: De Le Macca, 2018), hlm.160.
Di Indonesia, transformasi sistem pemerintahan semakin cepat dengan

diberlakukannya otonomi. Pemerintah pusat mendelegasikan kekuasaan dan

akuntabilitas kepada daerah, kabupaten, dan kota melalui otonomi daerah. Daerah

dapat melakukan pemberdayaan masyarakat secara lebih efektif tergantung pada

keadaan, khususnya untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam

pembangunan. Yang dimaksud dengan “partisipasi masyarakat dalam

pembangunan” adalah pembangunan, pemanfaatan, dan penikmatan hasil

pembangunan oleh masyarakat serta keterlibatannya dalam kegiatan

pembangunan.

d. Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat

Keberlanjutan dan kemandirian menjadi tanda keberhasilan upaya

pemberdayaan masyarakat. Di antara landasan keberlanjutan dan kemandirian

adalah:

1. keberlanjutan dan kemandirian kelompok masyarakat yang sudah mapan.

2. kemandirian dan kelangsungan jangka panjang dari inisiatif yang didanai

masyarakat.

3. Visi, misi, program, prinsip, dan nilai-nilai yang dilaksanakan harus mandiri

dan berkelanjutan.

4. program community development

Sedangkan ciri-ciri masyarakat yang mandiri antara lain :

1. Mampu mengidentifikasi masalah yang menghadang, merumuskan serta

menetapkan prioritasnya.
2. Mampu merumuskan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan

3. Mampu mengorganisir diri, sebagai salah satu cara penanggulangan secara

bersama.

4. Mampu mengembangkan aturan main, nilai, norma, yang disususn, disepakati

serta dipatuhi bersama.

5. Mampu memperluas kemitraan yang setara (termasuk dalam

kewirausahaan).18

2. Usaha Ikan Asin

a. Pengertian Usaha

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Usaha adalah kegiatan dengan

mengerahkan tenaga, fikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

Pekerjaan, perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya untuk mencapai suatu maksud.

Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan, usaha

adalah setiap tindakan, perbuatan, atau kegiatan apapun dalam bidang

perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha atau individu untuk tujuan

memperoleh keuntungan atau laba. 19

Dari segi bahasa kata usaha berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga,

pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa,

ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu: kegiatan di bidang perdagangan

18
Ibid, hlm. 61-62.
19
Ismail Solihin, “Pengantar Bisnis, Pengenalan Peraktis Dan Studi Kasus”, (Jakarta,Kencana, 2006)
hlm.1
(dengan maksud mencari untung) perdagangan. 20 Secara umum, istilah usaha

disebut juga bisnis yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber

daya ekonomi secara efektif dan efisien. 21

Menurut Hughes dan Kapoor, usaha atau bisnis adalah suatu kegiatan

individu untuk melakukan sesuatu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan

menjual barang dan jasa guna untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Tiga kategori dapat digunakan untuk mengkategorikan bisnis: mikro,

menengah, dan makro. Awalil Rizky mendefinisikan usaha mikro sebagai usaha

tidak resmi yang mempunyai uang, aset, dan omzet yang sangat rendah. Ciri lain

dari usaha mikro adalah lokasinya yang berpindah-pindah, komoditas usahanya

sering berubah-ubah, dan umumnya tidak memiliki legalitas usaha. 22

Bisnis menengah adalah segala jenis usaha ekonomi yang melibatkan satu

atau lebih orang, keluarga, atau organisasi dengan omset penjualan $1 miliar atau

lebih dan tujuan memproduksi barang atau jasa untuk penjualan komersial. Badan

usaha nasional, baik milik negara maupun swasta, perusahaan patungan, dan

perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia merupakan contoh

badan ekonomi produktif yang termasuk dalam kategori usaha makro.

20
Burhanuddin, “Analisis Pengelolaan Usaha Berbasis Syariah”, AT-TAWASSUTH, Jurnal Ekonomi
Islam, Volume V No. 2, Medan Juli – Desember 2020, hlm.380.
21
Ibid, hlm. 381.
22
Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 42.
Perusahaan-perusahaan ini juga memiliki hasil penjualan tahunan yang melebihi

ambang batas untuk usaha menengah.

Operasional perusahaan dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan

buku panduan Usaha Kecil Mandiri Sigh Wibowo:

1) Jenis Usaha Pedagang atau Distribusi

Jenis usaha ini merupakan usaha yang bergerak pada kegiatan

memindahkan barang dari produsen atau tempat yang mempunyai kelebihan

persediaan ketempat yang membutuhkan, jenis usaha ini bergerak dibidang

pertokoan, warung, rumah makan, peragenan, penyalur, perdagangan

perantara dan sebagainya.

2) Jenis Usaha Produksi atau Industri

Usaha industri atau produk adalah jenis usaha yang bergerak terutama

dalam kegiatan proses pengubahan suatu barang atau barang lain yang berbeda

bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa

produksi atau industri pangan, pakaian, peralatan rumah, kerajinan dan

sebagainya. 23

b. Pengertian Ikan Asin

Ikan asin merupakan ikan yang telah diawetkan dengan cara penggaraman.

Pengawetan ini sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan

pengeringan. Tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses

pengawetan atau pengolahan lainya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan

23
Sigh Wibowo, Petunjuk Mandiri Usaha Kecil, (Jakarta : Swadaya, 2015), hlm. 5.
daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet

karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan

pada ikan. Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan

asin, yaitu ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan 24

Ikan asin merupakan salah satu jenis makanan yang sangat digemari oleh

masyarakat indonesia dan merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan

gizi yang relatif murah. Meskipun memiliki gizi yang yukup tinggi, ikan asin

sering dianggap makanan masyarakat golongan ekonomi lemah. Akan tetapi ikan

asin saat ini telah diterima oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke

atas. 25 Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh

masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yaitu perubahan

sifat-sifat daging seperti bau, rasa, bentuk, dan tekstur.

c. Pengertian usaha ikan asin

Usaha ikan asin adalah kegiatan pengolahan ikan dengan proses

pengasinan atau pengawetan garam. Ikan yang segar diolah dengan cara

membersihkan, mengupas, dan mencincangnya. Setelah itu, ikan tersebut

direndam dalam garam selama beberapa waktu agar tahan lama dan memiliki rasa

yang khas. Proses pengasinan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode,

seperti pengasapan, penyiraman garam, atau perendaman dalam rendaman garam.

24
Afrianto, Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan ikan Asin, (Yogyakarta : Kanisius 1989), hlm. 5.
25
Otha Yolla Lavenina, “Analisi Pemutih Klorin Pada Makanan Ikan Asin”, (Medan: Universitas Sumatra
Utara, 2018), hlm. 5.
Usaha ikan asin memiliki peran penting dalam industri pengolahan ikan.

Ikan asin merupakan produk yang populer dan memiliki nilai ekonomi yang

tinggi. Selain itu, ikan asin memiliki daya tahan yang lama, sehingga bisa

disimpan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan ikan segar. Selain itu, ikan

asin juga memiliki cita rasa yang unik yang tidak dimiliki oleh ikan segar. Oleh

karena itu, usaha ikan asin menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi para

pengusaha di bidang pengolahan ikan. 26

d. Proses Produksi Ikan Asin

1) Tahap Persiapan Ikan

Proses ini merupakan langkah awal yaitu mencuci dan menyiangi ikan

sebelum dijadikan ikan asin. Tanpa penyiangan atau pencucian, ikan

berukuran kecil dan sebagian sedang diolah utuh. Hal ini dilakukan karena

sebagian besar ikan terutama ikan beku yang diperoleh pengolah berada dalam

kondisi bersih. Sebelum memasukkan hasil tangkapannya ke dalam lemari es,

nelayan biasanya mencucinya saat masih berada di kapal.

Hanya ikan raksasa dan beberapa ikan berukuran sedang yang perlu

disingkirkan yang melalui tahap pencucian. Selain itu, prosedur penyiangan

belum dilakukan secara higienis dan sanitasi. Ikan yang sudah disiangi atau

belum, tinggal ditaruh di lantai pengolahan yang kotor.

26
Perdana, R. A., &Nurhidayat, A. “Kualitas Ikan Asin: Tinjauan Aspek Mikrobiologidan Keamanan
Pangan”, Jurnal Aplikasi Teknologi pangan, Vol. 6, Nomor 2 Februari 2017, hlm. 58.
2) Tahap Penggaraman

Tiga proses utama yang digunakan untuk mengasinkan ikan asin:

penggaraman kering (juga dikenal sebagai penggaraman kench, penggaraman

tumpukan, atau penggaraman kering), penggaraman basah (juga dikenal

sebagai pengasinan atau pengasinan basah), dan kombinasi keduanya

(pengasinan). Dengan cara ini, ikan dan kristal garam dimasukkan secara

bergantian ke dalam wadah tertutup, sehingga air yang keluar dari tubuh ikan

tetap berada di dalam hingga penggaraman selesai. Untuk ikan kecil, pengolah

biasanya menggunakan metode penggaraman basah, yaitu merendam ikan

dalam larutan garam selama satu hingga empat hari.

Jumlah garam yang digunakan dan lamanya waktu yang dibutuhkan

untuk mengasinkan ikan ditentukan oleh ukurannya. Cara penggaraman ini

menggunakan garam kasar yang sering dibeli di pasar. Untuk meningkatkan

proses penetrasi garam ke dalam daging ikan yang tebal dan besar, diperlukan

konsentrasi garam yang lebih tinggi dan waktu penggaraman yang lebih lama.

Ikan kecil seperti ikan teri dan ikan bulu ayam perlu diasinkan selama 12 jam

dengan konsentrasi 25%. Ikan berukuran sedang seperti layang, selar, dan

tembang perlu diasinkan selama 24 jam dengan konsentrasi 30%. Ikan

berukuran besar biasanya memiliki data yang tersebar, yang disesuaikan

dengan ukuran ikan untuk diproses dalam tubuhnya.

Pengolah perlu mengetahui secara pasti bagaimana menyeimbangkan

konsentrasi garam dan waktu penggaraman untuk mendapatkan produk


dengan hasil tinggi dan memiliki kualitas sensorik yang tepat. Konsentrasi

garam yang terlalu tinggi atau waktu penggaraman yang terlalu lama dapat

menyebabkan berat akhir produk menurun. Hal ini disebabkan kemampuan

produk dalam menahan air akan menurun akibat tingginya tingkat denaturasi

protein.

Apabila daging ikan mengalami perubahan fisik seperti menjadi keras

atau kaku, maka proses penggaraman dianggap memuaskan. Protein otot

diubah dengan pengasinan, yang mengubah tekstur otot dan kemampuan

menahan air. Ikan yang sudah selesai diasinkan dibersihkan dengan air

mengalir.

3) Tahap Pengeringan

Ikan akan menyusut selama proses pengeringan dan mengalami

perubahan permanen secara kimia, mikrobiologi, warna, dan tekstur.

Berkurangnya kadar air menyebabkan perubahan warna, sedangkan denaturasi

protein, penurunan pH otot, atau adanya ion logam tambahan seperti kalsium

dan magnesium menyebabkan perubahan tekstur. Karena keterjangkauan dan

kemudahan penggunaannya, teknologi pengolahan tradisional masih banyak

digunakan hingga saat ini.

Pengeringan berbasis sinar matahari memiliki sejumlah kelemahan,

seperti sangat bergantung pada musim, sangat terkontaminasi, dan sulit

memberikan hasil yang konsisten. Proses pengeringan bisa memakan waktu


dua hingga tiga hari untuk ikan berukuran sedang dan enam hingga dua belas

jam untuk ikan kecil jika sinar matahari cukup. Kebutuhan prosesor.

4) Sistem Pemasaran Ikan Asin

Pemasaran merupakan kegiatan komersial krusial yang sebagian besar

dilakukan dalam upaya mengembangkan suatu usaha, menjamin

eksistensinya, dan menghasilkan keuntungan. Ini adalah salah satu komponen

kunci pembangunan ekonomi di zaman modern. Selain itu, perekonomian

bebas ada saat ini, yang memungkinkan individu memproduksi dan

memasarkan barang tanpa batasan. Akibatnya, dunia usaha akan bersaing satu

sama lain dengan lebih ketat. Oleh karena itu, pelanggan harus puas dengan

inisiatif pemasaran yang dilakukan pelaku perusahaan. Menjual barang

berkualitas tinggi dan menyusun strategi agar masyarakat umum atau calon

pelanggan tertarik menggunakannya adalah dua pendekatan untuk melakukan

hal ini. Pemasaran adalah proses sosial yang biasa dilakukan oleh orang dan

organisasi.

Pemasaran Islami adalah strategi perusahaan di mana prinsip-prinsip

Islam menjadi landasan seluruh prosesnya. strategi periklanan perusahaan

yang menjunjung tinggi prinsip yang menjunjung tinggi integritas dan

keadilan. Seluruh prosedur pemasaran produk Islami tidak boleh bertentangan

dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW telah mencontohkan hal ini dalam

kaitannya dengan kegiatan komersial yang menjunjung tinggi kejujuran,

integritas, dan dapat diandalkan namun tetap menguntungkan. Untuk


mencegah penipuan, kelalaian, dan ketidakadilan, pemasaran yang melibatkan

distribusi barang dan jasa harus didasarkan pada standar dan etika. 27

3. Konsep Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Gregori Mankiw berpendapat bahwa pendapatan pribadi, atau uang yang

diperoleh rumah tangga dan usaha kecil non-korporasi, merupakan pendapatan

komunal. Pendapatan adalah pembayaran tunai yang diterima subjek ekonomi

sebagai imbalan atas presentasi pencapaian mereka guna mempertahankan

kelangsungan hidup mereka.1

Sukirno mengartikan penghasilan sebagai jumlah uang yang diterima warga

negara selama bekerja selama jangka waktu tertentu, baik harian, mingguan,

bulanan, maupun tahunan. Pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil

kerjanya, sehingga tinggi rendahnya pendapatan akan dijadikan seseorang sebagai

pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah

cenderung tidak maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang

memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus bekerja dan berproduktivitas kerja

mereka lebih baik dan maksimal. Menurut Sadono Sukirno, pendapatan dapat

dihitung melalui tiga cara yaitu:

1) Cara Pengeluaran, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran atau perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.

2) Cara produksi, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang

dan jasa yang dihasilkan.


3) Cara pendapatan, dalam perhitungan ini pendapatan yang diperoleh dengan

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima. 1

b. Jenis-Jenis Pendapatan

Dengan menggunakan hipotesis pendapatan permanen Milton Friedman,

teori konsumsi membagi pendapatan masyarakat menjadi dua kategori:

1) Pendapatan tetap mengacu pada pendapatan yang dapat diprediksi yang

diterima seseorang secara teratur dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Misalnya, uang yang berasal dari upah, gaji, atau pendapatan tetap disebut

juga pendapatan yang diperoleh dari segala sumber yang mempengaruhi

derajat kekayaan seseorang. Pendapatan tetap ini secara garis besar dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

a) Gaji dan upah

pendapatan yang diterima setelah pekerja menyelesaikan tugas

untuk orang lain sepanjang hari, minggu, atau bulan. Sebaliknya,

pendapatan dalam Islam mengacu pada sejumlah uang yang harus

diberikan majikan kepada pekerja sebagai imbalan atas kerja mereka

sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

b) Pendapatan dari usaha sendiri

Bila suatu usaha dijalankan oleh seseorang atau keluarga, nilai

sewa modal sendiri dikurangkan dari keseluruhan nilai produksi, dan

pengeluaran-pengeluaran ini biasanya tidak dimasukkan.

c) Pendapatan dari usaha lain


Pendapatan yang diperoleh secara sampingan tanpa memerlukan

usaha apa pun dari Anda. Contoh pendapatan jenis ini antara lain

pendapatan bunga atas investasi, pendapatan dari menyewakan aset,

sumbangan orang lain, pendapatan pensiun, dan lain sebagainya. 28

2) pendapatan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya disebut pendapatan

sementara. Contoh pendapatan jenis ini termasuk hibah, kontribusi, dan

sumber serupa lainnya.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan menggunakan metodologi

kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang ditemui

partisipan penelitian. Misalnya tindakan, motivasi, persepsi, perilaku, dan lain

sebagainya. secara holistik, deskriptif, dalam lingkungan alam yang unik, bebas dari

campur tangan manusia, dan dengan memanfaatkan sebaik-baiknya teknik ilmiah yang

diterima secara luas. Data yang dikumpulkan (kata-kata, gambar, perilaku) sebaiknya

tetap dalam bentuk kualitatif, yang mempunyai makna lebih dalam dari sekedar angka

dan frekuensi, bukan dalam bentuk statistik atau angka statistik. Data deskriptif yang

sebagian besar disajikan dalam bentuk laporan dan deskripsi dicari dalam penelitian ini.

Peneliti merupakan instrumen utama dalam teknik pengumpulan data triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

menonjolkan pentingnya jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini,

yaitu penelitian lapangan karena peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan

dan membuat catatan lapangan yang berisi informasi yang berkaitan dengan penelitian.

28
Rahman Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta : PT. Dana Bakhti Wakaf, 1995), hlm. 75.
Metode penelitian kualitatif didasarkan pada filsafat post-positivis dan digunakan untuk

meneliti kondisi benda-benda alam (bukan eksperimen). Dalam hal ini peneliti terjun

langsung ke lapangan untuk mendapatkan informan yang berasal dari berbagai sumber

yang berkaitan.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif, dengan

tujuan untuk mengkarakterisasi keadaan saat ini. Selain itu, upaya dilakukan untuk

mengkarakterisasi, mengevaluasi, mendokumentasikan, dan menafsirkan situasi yang

terjadi, serta untuk melihat korelasi antara variabel-variabel yang diselidiki.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan

di Desa Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

2. Kehadiran Peneliti

Berdasarkan jenis metode penelitian diatas, maka dalam hal ini kehadiran

peneliti sangat dibutuhkan. Kehadiran peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi, peneliti langsung melakukan pencarian dan pengumpulan data. Tujuan

kehadiran peneliti bukan untuk mempengaruhi subjek, tetapi untuk mengidentifikasi

dan mengajukan pertanyaan terkait fokus penelitian, mengumpulkan informasi atau

pengetahuan yang ada. Sehingga peneliti mendapatkan data yang akurat, terkait
dengan “Upaya Pemberdayaan Usaha Ikan Asin Dalam Meningkatkan Ekonomi

Masyarakat di Desa Bugis Kecamatan Sape”.29

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai objek oleh peneliti berlokasi di Desa

Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

4. Sumber Data

Peneliti menggunakan sumber data kualitatif yang konsisten dengan

metodologi mereka. Data kualitatif didefinisikan sebagai informasi yang diperoleh

dari deskripsi yang luas dan beralasan yang mencakup penjelasan tentang proses yang

terjadi dalam konteks lokal. Hal ini memungkinkan Anda melacak dan memahami

perkembangan peristiwa, mengevaluasi sebab dan akibat dalam konteks masyarakat

lokal, dan mengumpulkan informasi. banyak dan bermanfaat.30

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menggunakan jenis data kualitatif

dengan sumber data responden yang dibagi menjadi dua yakni sumber data primer

dan sumber data sekunder.31

a. Sumber Data Primer

29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-32, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 4.
31
Sugiyono, Metode penelitian Kuanti Kualitatif, hlm. 284.
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber pertama baik

dari perorangan atau kelompok. Untuk memperoleh data primer ini peneliti

menggunakan catatan tertulis dari hasil wawancara dengan pelaku usaha ikan asin.

b. Sumber data Sekunder

Yang dimaksud dengan “data sekunder” adalah informasi yang

dikumpulkan dari buku-buku dan literatur lain yang relevan dengan topik

penelitian. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada pemberdayaan usaha ikan

asin dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Sumber tertulis antara lain

buku dan jurnal ilmiah, catatan arsip, dokumen resmi dan pribadi, serta dokumen

yang diperlukan untuk menyempurnakan analisis data.

5. TeknikPengumpulan Data

Dalam penelitian ini, dokumentasi, wawancara, dan observasi merupakan

metode yang digunakan untuk mengumpulkan data. Ketiga metode ini dapat

diterapkan untuk memperkuat data yang akan membantu dalam proses penelitian.

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang mengumpulkan data secara akurat,

mencatat fenomena dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam

fenomena tersebut. Observasi dalam rangka penelitian harus dalam konteks


32
alamiah (naturalistic). Dalam melakukan penelitian observasional, tujuan

peneliti adalah mengetahui langsung subjek penelitian dengan melihat langsung

32
Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif, ct. ke-2 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2022), hlm. 143.
bagaimana masyarakat mendukung industri ikan asin. Peneliti langsung

mengamati bagaimana proses pengolahan ikan, meliputi proses pencucian,

penyiangan, penggaraman dan proses ikan dikeringkan. Apa yang dikatakan ini

sebenarnya adalah pengamatan langsung dalam artian penelitian observasi dapat

dilakukan dengan cara dites, konsioner, rekaman gambar, rekaman suara. Peneliti

memilih observasi partisipan yaitu metode pengumpulan data, peneliti ikut

berpartisipasi secara langsung dengan objek penelitian, peneliti hanya mengamati

objek yang diteliti secara langsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survey yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada narasumber. Teknik wawancara

tersebut dilakukan ketika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan

informan. 33

Proses wawancara digunakan oleh peneliti untuk mendapatakan informasi

dengan cara bertanya, kemudian melalui wawancara data yang diinginkan dapat

diperoleh langsung kepada sumber informasi. Sehingga saat melakukan

wawancara peneliti mendapatkan data lapangan, yakni mendapatkan informasi

terkait pemberdayaan usaha ikan asain.

Wawancara tidak terstruktur bersifat fleksibel dan terbuka, memungkinkan

peneliti menyesuaikan pertanyaan yang diajukan selama wawancara dengan

kebutuhan spesifik penelitian. Hal ini memungkinkan peneliti lebih mudah

33
Elta Mamang sangadji, Sopiah, Metodologi penelitian kualitatif,(Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 120.
mengembangkan hasil wawancara. Oleh karena itu peneliti menggunakan

wawancara tidak terstruktur dalam penelitian ini. Informasi yang diperoleh dari

penelitian ini akan digunakan untuk mendukung upaya industri ikan asin dalam

memperkuat perekonomian lokal di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten

Bima.

Dalam proses wawancara peneliti akan menjelaskan tujuan daripada

kehadiran peneliti yaitu untuk melakukan penelitian dan meminta izin untuk

mencatat dan merekam data-data yang dijelaskan oleh responden. Peneliti akan

bijaksana mendengarkan dan mencatat tanggapan responden terhadap pertanyaan

yang diajukan. peneliti berusaha untuk mendapatkan penjelasan yang rinci tentang

setiap proses yang terlibat dalam usaha ikan asin, setelah selesai wawancara

peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dari wawancara tersebut.

c. Dokumentasi

Pendekatan dokumentasi melibatkan penelusuran atau evaluasi dokumen

yang dibuat sendiri oleh subjek atau diterima dari objek untuk mengumpulkan

data kualitatif. Ini adalah teknik untuk memperoleh gambaran dari sudut pandang

suatu subjek dengan menggunakan bahan tertulis atau makalah lain yang

dikembangkan atau diterbitkan secara langsung oleh subjek tersebut.


Dokumen adalah catatan tertulis tentang suatu peristiwa atau informasi

yang telah berlalu; bisa juga berbentuk gambar atau sketsa yang dibuat oleh orang

yang berpikir.34

Peneliti dapat lebih mudah memvalidasi data yang dikumpulkan melalui

observasi dan wawancara dengan bantuan prosedur dokumentasi. Oleh karena itu,

catatan program kegiatan dan semua gambar kegiatan tambahan yang diperlukan

untuk penelitian merupakan data yang dikumpulkan melalui strategi dokumentasi.

Peneliti mendapatkan dokumentasi dengan cara melakukan pengambilan

gambar pada saat observasi dan wawancara diberbagai berbagai aspek apek

penelitian, baik dari pihak kantor lembaga, kantor desa, dan lokasi pegelolaan

ikan asin di Desa Bugis Kecamatan Sape Kabupaten Bima.

6. Teknik Analisis Data

Saat melakukan penelitian kualitatif, analisis data merupakan proses

berkelanjutan yang dimulai dengan pengumpulan data dan diakhiri dengan penulisan

laporan.35 Saat menganalisis laporan, gunakan tiga langkah berikut:

a. Pengumpulan data

Saat mengumpulkan data kualitatif, peneliti dapat menggunakan

kombinasi observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, atau ketiganya.

Proses pengumpulan data bisa memakan waktu berhari-hari atau bahkan

34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 82.
35
Afrizal, “Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif
Dalam Berbagai Disiplin Ilmu”, (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm. 176.
berbulan-bulan, tergantung pada jumlah informasi yang dirasa perlu oleh peneliti.

Semua temuan dari observasi dan percakapan didokumentasikan selama tahap

penelitian pertama, yang melibatkan penyelidikan luas terhadap keadaan dan

subjek yang diselidiki. Hasilnya, banyak informasi dikumpulkan untuk

dimasukkan dalam laporan.

b. Tahap Reduksi

Tindakan memilih, menyederhanakan, merangkum, menguraikan, dan

mengubah data mentah baik dalam bentuk tertulis maupun lisan yang

dikumpulkan selama proses penelitian di lapangan disebut dengan langkah

reduksi data. Tujuan kegiatan ini adalah memilih dan menyusun fakta dan

informasi yang dijadikan topik penelitian utama dan dapat membantu

memperjelas gambaran temuan.

c. Tahap Penyajian Data

Penyajian data merupakan pendekatan selanjutnya setelah upaya reduksi

data. Peneliti menyampaikan temuan dan kategori atau kelompoknya pada tahap

penyajian data, yang merupakan perpanjangan dari proses analisis. Untuk

memudahkan pengorganisasian dan penataan sistematis data hasil reduksi dan

penarikan kesimpulan serta tindakan, maka data disajikan secara terarah.

Penyajian data akan memudahkan pemahaman terhadap peristiwa dan membantu

merencanakan kegiatan di masa depan berdasarkan pemahaman yang diperoleh.

Menurut Sugiyono, penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori,


flowchart dan sejenisnya. Menyajikan data memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi dan merencanakan pekerjaan selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami.

d. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak karena

seperti yang telah disebutkan, masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan muncul setelah peneliti berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

belum pernah ada sebelumnya. 36

7. Validasi Data

Tujuan dari validasi data adalah untuk menguji atau menunjukkan kebenaran dari

apa yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan berbagai

metodologi berdasarkan permasalahan yang diangkat.

a) Triangulasi

Sugiyono mengartikan triangulasi dalam teknik pengumpulan data adalah

suatu metodologi yang memadukan beberapa metode pengumpulan data dengan

sumber data yang sudah ada sebelumnya. Ketika data dikumpulkan melalui

36
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm 92-93.
triangulasi, banyak sumber data dan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menilai kebenaran data selain proses pengumpulan data yang sebenarnya.

Triangulasi teknis adalah proses dimana peneliti memperoleh data dari

sumber yang sama dengan menggunakan beberapa metode. Untuk sumber data

yang sama, peneliti secara bersamaan menggunakan observasi partisipan,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Triangulasi sumber adalah proses

penggunaan metodologi yang sama untuk memperoleh data dari beberapa sumber.

Penggunaan teknik triangulasi memudahkan perolehan data yang dapat dipercaya

bagi peneliti.

b) Meningkatkan ketekunan

Menjadi lebih rajin berarti menjaga perhatian lebih dekat dan

berkelanjutan terhadap berbagai hal. Hal ini memungkinkan untuk menangkap

kapasitas data dan urutan kejadian secara definitif dan metodis.

c) Kecukupan Bahan Referensi

Sugiyono menegaskan, adanya bukti yang memperkuat temuan peneliti

menunjukkan jika bahan referensi sudah memadai. Misalnya, rekaman wawancara

digunakan untuk mendukung data wawancara. Foto harus disertakan untuk

mendukung deskripsi suatu latar atau statistik interaksi manusia.37

37Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta), hlm. 272-275.


I. Sistematika Pembahasan
Penelitian hasil laporan ini mengacu kepada pedoman penulisan
skripsi UIN Mataram. Adapun sistematika pembahasan dalam Proposal ini adalah :
1. BAB I, Berisi tentang Pendahuluan dan terdiri dari Latar Belakang

Masalah,Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaan Pustaka,

KerangkaTeori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan, Rencana Jadwal

KegiatanPenelitian.

2. BAB II Berisi tentang Paparan Data dan Temuan

3. BAB III Isi dan pembahasan, Yang menjelaskan Putusan pengadilan tinggi agama

mataram tentang isbat nikah secara kontensius, pertimnbangan hukum hakim dalam

mengabulkan permohonan isbat nikah secara kontensius.

4. BAB IV Penutup, Di bagian bab ini membahas tentang berisi kesimpulan dan saran

saran untuk lembaga penelitian yang di dapatkan sesuai yang di gunakan.


J. Rencana jadwal kegiatan penelitian

No Kegiatan Bulan
Penelitian
Desember Januari Februari Maret

1. Penyusunan
Proposal 
2. Bimbingan
Proposal 
3. Seminar
Proposal 
4. Penelitian
Lokasi 
5. Penyusunan
Skripsi 
6. Bimbingan
Skripsi 

7. Ujian Dan
Wisuda 
K. Daftar Pustaka

Afrizal, “Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian


Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu”, Depok : Rajawali Pers, 2017.
Ahmad Sururi,“Implementasi pemberdayaan masyarakat dan kapasitas aktor perguruan
tinggi di kota serang”, Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian dan
Pengembangan, Vol. 6, No. 1,
Anwar Mujahidin, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, Ponorogo : CV.
Nata Karya , Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
Burhanuddin, “Analisis Pengelolaan Usaha Berbasis Syariah”, AT-TAWASSUTH, Jurnal
Ekonomi Islam, Volume V No. 2,
Burhanuddin, “Analisis Pengelolaan Usaha Berbasis Syariah”, AT-TAWASSUTH, Jurnal
Ekonomi Islam, Volume V No. 2
Christiawan Hendratmoko dkk, “Pengembangan Model Pemberdayaan Bagi Pengolah Ikan
Guna Meningkatkan Pendapatan”, Jurnal paradigma Vol 12.No.2,
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Dwi Iriani Margayaningsih, , “Peran Masyarakat Dalam Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat di Desa”, jurnal elektronik universitas tulungagung,
Dwi iriani margayaningsih, “Peran Masyarakat Dalam Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat di Desa”, jurnal elektronik tulungagung, Vol.11, Nomor 1,
1Elta Mamang sangadji, Sopiah, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: Rosdakarya,
2006), hlm. 120.
Eva Santi Anah, “Pengembangan Potensi Ekonomi Di Kawasan Pesisir Dalam Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat”, jurnal UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
Hidayatun Nisa dkk, “Pemberdayaan Kelompok Usaha Ikan Kering Dalam Meningkatkan
Ekonomi Keluarga”, Jurnal ideas,Volume 8, Nomor 3,
Iin Indarti, Yeni Kuntari, “Model Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Pesisir Melalui
Re-Engineering Ekonomi Berbasis Koperasi Berkelanjutan”, Jurnal STIE Widya
Manggala, semarang,
Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif, ct. ke-2, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
Isbandi Rukminto Adi, “Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat”,Jakarta: PT Grafindo Persada,
Ismail Solihin, “Pengantar Bisnis, Pengenalan Peraktis Dan Studi Kasus”,
Jakarta,Kencana,
Khoirunnisa, “Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Pengolahan
Ikan Asin Desa Paripahan Kecamatan Pasir Limau Kabupaten Rokan Hilir” ,
( Skripsi, Fakultas dakwah dan ilmu komunikasi UIN SUSKA RIAU.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. Ke-32, Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Mardalis, Metode penelitian Suatu Prorposal, Jakarta : Bumi Aksara
Mia Erdiana, “Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Home Industry Ikan Asin di
Desa Bakauheni Kecamatan Bakauheni Kabupaten Kampung Selatan”.(Skripsi,
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Dan Komunikasi, Uin Raden Intan Lampung,
Muhammad Alhada Fuadilah Habib, “Kajian Teoritis Pemberdayaan Masyarakat Dan
Ekonomi Kreatif”, Journal of Islamic Tourism, Volume 1
Perdana, R. A., &Nurhidayat, A. “Kualitas Ikan Asin: Tinjauan Aspek Mikrobiologidan
Keamanan Pangan”, Jurnal Aplikasi Teknologi pangan, Vol. 6, Nomor 2
Rolf Geffken Situmeang, “Analisis usaha pengolahan ikan asin di kelurahan pondok batu
kecamatan sarudik kota sibolga provinsi sumatera utara”, Jom Vol. 4 Nomor 1,
Sugiyono , Metode Penelitian Kombinais, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 327.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), Hlm. 82.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Hlm. (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm 92-93.
Sugiyono, Metode penelitian Kuanti Kualitatif,
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta) Hlm. 272-275.
Zubaedi, “Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan
DanPemberdayaan Masyarakat”, Jakarta: Ar Ruzz Media,
Zulfan Nahruddin, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hasil Perikanan Di
Kelurahan Sumpang Binangae Kabupaten Barru”, jurnal ilmu pemerintahan,
Vol. IV No.1

Anda mungkin juga menyukai